Anda di halaman 1dari 10

NAMA : ZAINAL ABIDIN

NIM : 12030117420103
Kelas : B

RED FLAGS

Red flags merupakan petunjuk atau indikasi akan adanya sesuatu yang tidak biasa dan
memerlukan penyidikan lebih lanjut. Red flags tidak mutlak menunjuk apakah seseorang
bersalah atau tidak tetapi merupakan tanda-tanda peringatan bahwa fraud terjadi. Red flags
disinonimkan sebagai sidik jari kecurangan. Kapan kecurangan terjadi, ada jejak kriminal dan
kejahatan yang tertinggal di tempat kejadian yang berasal dari pelaku kecurangan, seperti sidik
jari. Red flags memiliki sifat yang berbeda-beda dan mencakup hal-hal seperti anomali
akuntansi, transaksi atau kejadian yang tidak dapat dijelaskan, elemen transaksi yang tidak
biasa dari transaksi, perubahan perilaku seseorang, dll.

STANDAR PROFESIONAL

Literatur teknis terbaru terkait kecurangan menggabungkan konsep red flags.


Sebagian besar organisasi profesional akuntansi telah mengikuti jalannya Sarbanes-Oxley Act
(SOX) dengan adopsi standar teknis untuk mengakomodasi prinsip SOX, atau semangat SOX,
dan pada umumnya organisasi profesional akuntansi menggunakan red flags sebagai kunci
petunjuk. Tiga contoh kelompok profesional dan standarnya adalah American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA), The Information Systems Audit and Control
Association (ISACA), dan Institute of Internal Auditor (IIA). Ketiga organisasi tersebut dipilih
karena peran kunci mereka dalam mengaudit kecurangan.

AICPA
AICPA’s Statement on Auditing Standard (SAS) No. 99, menjelaskan sebagian dari
prinsip SOX dan juga semangat SOX adalah sebagian dari red flags. Sebagian besar hasil dari
mengidentifikasi red flags dikaitkan dengan hasil dari ACFE. Joe Wells sebagai pendiri ACFE
berkontribusi atas perkembangan red flags yang tercantum pada lampiran SAS No. 99. Red
flags yang terdaftar menggunakan matriks dari segitiga fraud dan tiga kategori utama pada
fraud tree. Oleh karena itu, SAS No. 99 mengidentifikasi red flags yang terkait dengan
kecurangan laporan keuangan, peluang red flags yang terkait dengan kecurangan
penyalahgunaan aset, rasionalisasi red flags untuk skema korupsi, dan seterusnya, dengan total
sembilan sel dalam matriks. Daftar ini cukup lengkap dan salah satunya menjadi penilaian bagi
semua auditor, bukan hanya auditor eksternal.

ISACA

ISACA menyediakan daftar serupa dalam literatur teknisnya. 'Penyimpangan dan


Tindakan Ilegal' panduan untuk ''Prosedur Audit Sistem Informasi” mulai efektif pada tanggal
1 November 2003.
IIA

Literatur yang dilakukan IIA banyak membahas tentang red flags. Standar Internasional IIA
untuk Praktik Profesional di bidang Audit internal di bagian 1210.A2:
Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengidentifikasi
indikator kecurangan namun tidak diharapkan memiliki keahlian seseorang yang
tanggung jawab utamanya mendeteksi dan menyelidiki kecurangan.

Tanggung Jawab Profesional


Berdasar standar teknis dari ketiga organisasi, sudah jelas auditor diharapkan dapat
mengidentifikasi indikator-indikator kunci dari fraud dalam prosesnya melakukan layanan
profesional. Karena fakta ini, perlu bagi auditor untuk dilatih dalam aspek identifikasi dan
deteksi terjadinya kecurangan dengan menggunakan pendekatan red flags. Penting juga bagi
auditor untuk menggunakan pelatihan, artikel, seminar, pendidikan, dan cara lain untuk
mengembangkan pola pikir yang efektif untuk dapat mendeteksi adanya kecurangan dengan
menggunakan pendekatan red flags.

RED FLAGS PADA UMUMNYA

Pada umumnya, beberapa red flags berlaku untuk semua kecurangan, atau berlaku
untuk setiap kategori utama yang di jelaskan pada fraud tree:

1. Kecurangan laporan keuangan


Kecurangan ini umumnya dilakukan oleh manajer senior, untuk organisasi
atau untuk kepentingan organisasi dan pelaku kecurangan. Dalam jenis tindakan
kecurangan laporan keuangan, beberapa dari red flags umumnya berbeda kaitannya
dengan siapa yang melakukan kecurangan penyalahgunaan aset dan korupsi.
Umumnya, red flags yang terkait dengan kecurangan laporan keuangan meliputi:

 Anomali akuntansi
 Pertumbuhan yang cepat
 Keuntungan yang tidak biasa
 Kelemahan pengendalian internal
 Agresivitas manajemen eksekutif
 Obsesi manajemen eksekutif oleh harga saham
 Micromanagement oleh manajemen eksekutif

2. Penyalahgunaan Aset

Kecurangan yang dikategorikan sebagai penyalahgunaan aset biasanya


dilakukan oleh karyawan, terhadap organisasi, untuk kepentingan karyawan.
Menurut Lux dan Fitiani, red flags perilaku umum meliputi:

 Perubahan perilaku
 Ketidakmampuan untuk melihat orang di mata
 Peningkatan iritabilitas
 Riwayat kerja tidak teratur
 Masalah karakter
 Kemarahan yang konsisten
 Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
 Perubahan gaya hidup

Red flags lainnya adalah karyawan yang :


 Tidak puas dengan pemilik perusahaan atau supervisi
 Tidak pernah berlibur atau mengambil liburan dalam waktu yang singkat
 Memiliki tekanan keuangan atau masalah hutang
 Menunjukkan ciri ciri masalah psikotik
 Terus-menerus mengeluh tentang bagaimana bos atau perusahaan
memperlakukan mereka
 Menunjukkan karakteristik perilaku yang terkait dengan egosentris atau mereka
yang membutuhkan untuk mengendalikan segala sesuatu
 Menolak transfer, promosi, atau penawaran pekerjaan lainnya

3. Korupsi
Fraud yang dikategorikan sebagai korupsi dilakukan oleh karyawan,
terhadap organisasi, untuk kepentingan karyawan. Agar korupsi terjadi, seseorang di
dalam harus bekerja sama dengan seseorang di luar sedemikian rupa sehingga
mengakibatkan kerugian bagi organisasi. Red flags termasuk sebuah tanda dari
perilaku umum dan perubahan gaya hidup, namun perhatikan juga hal-hal berikut:

 Hubungan antara karyawan kunci dan vendor yang berwenang


 Kerahasiaan seputar hubungan pihak ketiga ini
 Kurangnya review atas persetujuan manajemen untuk mengetahui hubungan
pihak ketiga yang ada (dari waktu ke waktu, pelaku kecurangan tersebut mungkin
mulai mencuri menggunakan hubungan itu jika entitas merasa nyaman
dengannya)
 Anomali dalam pencatatan transaksi
 Anomali dalam menyetujui vendor

RED FLAGS SECARA SPESIFIK

Red flags yang lainnya secara khusus dijelaskan dari skema kecurangan tertentu.
Bagian ini mengilustrasikan beberapa red flags yang diketahui untuk masing-masing skema
kecurangan utama. Red flags mampu memfasilitasi pengembangan beberapa metode detektif
yang berpotensi efektif untuk kecurangan spesifik itu. Auditor harus terbiasa dengan red flags
ini dan metode identifikasi yang mungkin untuk menonjolkan pola pikir kecurangan mereka.
Skema Laporan Keuangan

1. Perbedaan waktu/perlakuan tidak tepat terhadap penjualan (timing differences)


Red flags untuk skema ini berpusat di sekitar cara transaksi yang tidak semestinya
seperti itu akan dilakukan. Misalnya mengenai penjualan yang berpotensi tidak sah
seperti isian saluran, red flags akan menjadi penjualan yang tercatat sebelum
ditransaksikan (yaitu, pelanggaran terhadap GAAP). Bagian yang memuat red flags
yang mencakup pengembalian barang dagangan yang berlebihan, disertai dengan
kredit penjualan, terutama di hari-hari awal periode pelaporan keuangan baru (yaitu,
beberapa hari pertama dari kuartal baru atau tahun fiskal baru).

2. Pendapatan fiktif (fictitious revenues)


Pendapatan fiktif tercipta dengan hanya mencatat penjualan yang tidak pernah terjadi.
Red flags yang terkait dengan jenis transaksi atau hasilnya termasuk:

 Peningkatan aset yang tidak biasa (sisi lain dari entri untuk menciptakan
pendapatan fiktif)
 Data pelanggan yang hilang (terutama alamat fisik dan nomor telepon)
 Perubahan yang tidak dapat dijelaskan dalam tren hubungan atau rasio tertentu
(misalnya, pendapatan tumbuh namun piutang tidak)
3. Kewajiban tersembunyi (concealed liabilities)
Keuntungan dapat meningkat secara tidak wajar dengan memindahkan kewajiban dari
satu buku entitas ke entitas lain. Kewajiban juga bisa disembunyikan dengan tidak
mencatat kewajiban yang sah. Red flags yang terkait dengan jenis transaksi tersebut
meliputi:
 Transfer yang berlebihan dari satu entitas ke entitas terkait
 Transfer yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan dari satu entitas ke entitas
terkait
 Penerapan berbagai perusahaan audit untuk anak perusahaan atau entitas bisnis
terkait lainnya
 Tagihan vendor dan transaksi kewajiban lainnya yang tidak tercatat dalam buku

4. Pengungkapan yang tidak memadai (inadequate disclosures)


Pengungkapan yang tidak tepat bisa menjadi taktik pelaku kecurangan untuk
menyembunyikan kecurangan. Red flags meliputi:
 Catatan pengungkapan yang begitu tidak jelas sehingga sulit untuk menentukan
sifat sebenarnya dari kejadian atau transaksi tersebut
 Penemuan kontingensi hukum yang tidak diungkapkan, atau peristiwa penting
lainnya
 Penemuan kecurangan yang tidak diungkapkan
5. Penilaian aset yang tidak tepat (improper asset valuation)
Keuntungan dapat meningkat dengan meningkatkan nilai aset. Kenaikan itu bisa
menjadi hasil penambahan nilai pada biaya awal atau dengan mengurangi akun kontra
yang menggunakan aset yang dapat didepresiasi. Red flags-nya meliputi:
 Peningkatan nilai aset yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan (persediaan,
piutang, aset jangka panjang)
 Tren rasio atau hubungan aset yang tidak biasa dengan bagian laporan keuangan
lainnya (misalnya peningkatan rasio jumlah hari dalam jumlah yang konsisten,
perubahan rasio piutang terhadap pendapatan)
 Pelanggaran GAAP dalam pencatatan biaya sebagai aset
 Kecenderungan manajemen bersikap tidak responsif ketika auditor internal
melaporkan aset yang perlu dikeluarkan dari neraca (karena dianggap telah
pensiun, atau dipindahkan ke entitas bisnis yang berbeda)

Skema Penyalahgunaan Aset


a. Pencurian kas (cash larceny)
Pencurian kas adalah pengambilan kas milik perusahaan, terjadi setelah dicatat dalam
pembukuan. Ini termasuk kas dan cek. Indikasi red flags meliputi:
 Setoran yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan di tingkat deposito di bank
 Perbedaan yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan antara akun atau laporan
aktivitas dan informasi rekening bank
 Perubahan gaya hidup seorang karyawan

b. Skema penagihan (billing schemes)


Skema penagihan adalah jenis penyalahgunaan aset yang paling umum, berdasarkan
statistik dari berbagai laporan ACFE Report to the Nation. Dengan demikian penting
untuk dapat mencegah dan mendeteksi (mengenali) jenis skema kecurangan ini.
Kategori ini juga berisi sejumlah skema yang berbeda.
Red flags terkait skema penagihan sebagai berikut :

a. Skema Shell Company


Dalam skema shell Ccmpany, pelaku kecurangan tersebut membentuk
perusahaan fiktif berupa vendor sebagai sarana untuk mengalihkan cek dari
debitur ke penipu. Red flags ini meliputi:
 Penggunaan PO Box untuk alamat hanya dari vendor, atau sebagai
pengganti dari alamat fisik
 Kurangnya data kontak yang cukup: hilang nomor telepon dan
sebagainya.
 Penggunaan faktur excel yang dihasilkan oleh vendor.
 Nomor faktur berurutan dari vendor.
 Alamat yang sesuai dengan alamat karyawan.
 Vendor yang tagihannya hanya untuk layanan.
 Penggunaan angka bulat untuk jumlah pada faktur.
 Penggunaan deskripsi yang tidak dapat dipahami pada faktur.
 Item aneh dibeli (misalnya kerikil untuk pengacara).
 Kurangnya detail pada faktur.
 Lipatan tidak teratur pada faktur dari vendor yang sama (misalnya,
terlihat seperti amplop dalam saku baju).
 Tidak ada nomor identifikasi pengusaha (EIN) atau yang tidak benar
(yaitu, tidak sesuai dengan format EIN yang benar).
 Tidak ada nomor identifikasi pajak penjualan atau yang tidak benar.
 Kenaikan harga pokok barang yang tidak biasa atau tidak terduga.
 Rasio irasional.
 Vendor yang secara konsisten dibayar lebih cepat daripada vendor
lainnya.
 Tip dan keluhan yang berlaku, terutama dari karyawan yang dapat
mengamati kecurangan atau bukti kecurangan.
 Notasi untuk biaya ''ekstra'' atau ''khusus''.
b. Pass-Trough Vendor
Skema Pass-Through Vendor hampir sama seperti dengan skema perusahaan
shell. Dalam skema vendor pass-through, vendor benar-benar memberikan
produk ke pelanggan, namun harga yang dibayarkan ke vendor sangat selaras.
Pelaku kecurangan mendirikan vendor palsu untuk tujuan membujuk
pelanggan agar membayar lebih banyak untuk layanan atau produk daripada
yang harus dibayar dengan jujur agar bisa mengambil kelebihan untuk dirinya
sendiri. Red flag ini mencakup skema yang sama seperti skema perusahaan
shell, ditambah:
 Tips dari karyawan bahwa entitas membayar terlalu banyak untuk
barang atau jasa tertentu.
 Bukti bahwa harga tinggi yang dibayar untuk produk atau jasa
tertentu.
 Keuntungan menurun, meningkatnya beban pokok penjualan.
 Varians tidak menguntungkan pada laporan kinerja.
 Kontrol internal yang buruk, terutama kurangnya pemisahan antara
menambahkan vendor dan menyetujui kontrak atau faktur. (Jika
orang yang sama dapat melakukan keduanya, itu adalah red flags)
 Jumlah faktur berada tepat di bawah tingkat persetujuan, terutama
jumlah faktur yang berlebihan di bawah jumlah tersebut oleh vendor
atau oleh karyawan yang menyetujui transaksi tersebut.
c. Nonaccomplice Vendor
Dalam skema ini, vendor adalah peserta yang tidak bersalah. Dengan cara
tertentu, pelaku kecurangan tersebut membujuk penjual yang sah untuk
mengirim cek, biasanya untuk pengembalian uang ke debitur. Pelaku
kecurangan menghalangi cek tersebut dan menempa sebuah pengesahan untuk
menguangkannya demi keuntungannya sendiri. Red flags ini meliputi:
 Penggunaan nomor faktur di luar rentang urutan normal
 Tingkat pembelian yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan dari vendor
 Pembelian barang tertentu yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan.

d. Pembelian pribadi (personal purchases)


Pada kecurangan pembelian barang pribadi, pelaku kecurangan hanya
meminta perusahaan membayar barang-barang pribadi. Red flags ini meliputi:
 Aktivitas yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan pada kartu
kredit perusahaan
 Pembelian barang-barang yang tidak biasa
 Karyawan yang terlalu over-budget
 Pola pembelian tepat di bawah review

c. Skema penggajian (payroll schemes)


Skema penggajian menipu perusahaan untuk membayar upah yang tidak seharusnya
diperoleh. Cara atas kecurangan tersebut bervariasi, tetapi semuanya mengarah pada
peningkatan gaji yang tidak sah atau periode pembayaran yang tidak sah. Skema
khusus mencakup karyawan hantu, upah palsu, komisi, dan kompensasi pekerja palsu.

a. Karyawan hantu (ghost employee)


Skema ghost employee dilakukan oleh pelaku kecurangan yang menambahkan
seseorang, fiktif atau nyata, ke file penggajian. Kemudian pelaku kecurangan
berhasil mendapatkan gaji yang disetujui untuk hantu tersebut dan mencegat
cek tersebut atau mengirimkannya ke kaki tangan atau POB miliknya sendiri.
Red flags ini meliputi:
 Kenaikan biaya upah yang tidak dapat dijelaskan atau tidak biasa
 Gaji bagi pegawai yang:
- Tidak pernah berlibur.
- Tidak pernah cuti sakit.
- Tidak ada pajak yang dipotong.
- Tidak ada pemotongan.
- Tidak memiliki nomor jaminan sosial atau yang tidak valid.
- Memiliki alamat namun tidak fisik bangunannya.
- Memiliki alamat yang diduplikasi oleh karyawan lain, atau alamat
kerabat atau teman.
- Tidak memiliki nomor telepon, atau nomor telepon duplikat, atau
nomor teleponnya adalah telepon kantor dari pemilik perusahaan
daripada tempat tinggal.
- Memiliki duplikat nomor deposit.
- Punya tanggal cek gaji setelah penghentian karyawan.
b. Komisi (commission)
Skema komisi melibatkan manipulasi kecurangan pembayaran komisi, baik
rate-commission maupun komisi penjualan. Red flag-nya meliputi:
 Peningkatan biaya komisi yang tidak dapat dijelaskan atau tidak biasa
 Perubahan tingkat komisi dari waktu ke waktu
 Tingkat pengembalian atau kredit yang lebih tinggi untuk satu orang
tenaga penjualan
c. Upah yang dipalsukan (falsified wages)
Skema ini terdiri dari karyawan yang sah yang merekam data gaji tidak sah
(jam kerja, jumlah gaji, dll.) Red flag-nya meliputi:
 Jumlah lembur yang tidak dapat dijelaskan atau tidak biasa
 Perubahan tingkat pembayaran yang tidak biasa.
 Jumlah jam kerja yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan
d. Check-Tampering
Check-Tampering pada dasarnya melibatkan penggunaan cek perusahaan
dengan cara atau cara lain untuk mengambil kas dari organisasi korban.
Dengan dimulainya peraturan elektronik cek kliring, banyak pihak yang
menidentifikasi red flags (terutama yang terkait dengan pengesahan) menjadi
lebih sulit untuk diamati, karena cek dipotong langsung oleh sistem perbankan.
Oleh karena itu, penting untuk memilih bank dengan hati-hati. Pilih bank yang
memindai bagian depan dan belakang cek, dan memberi pelanggan untuk
mengakses ke kedua gambar (depan dan belakang) melalui Internet. Red flags
ini meliputi:
 Terlalu banyak cek kosong.
 Kehilangan cek.
 Penerimaan pembayaran dipertanyakan.
 Menduplikasi atau ceknya keluar dari urutan.
 Pengesahan yang diubah atau ganda pada pemeriksaan yang
dibatalkan.
 Cek non gaji yang dilakukan untuk karyawan.
 Perubahan pembayaran atau jumlah pada cek yang dibatalkan.
e. Skimming
Skimming adalah pencurian terhadap penerimaan kas yang belum dicatat.
Sehingga sangat sulit untuk mendeteksi skema skimming. Salah satu
metodologi untuk mendeteksi skimming adalah melakukan invigilasi.
Invigilasi adalah penciptaan lingkungan yang murni dan bebas kecurangan
untuk tujuan pembandingan total penerimaan yang seharusnya normal. Red
flag-nya meliputi :
 Lebih rendah dari perkiraan pendapatan
 Profit sesungguhnya yang kurang dari proyeksi
 Margin kotor jauh di bawah proyeksi
f. Lapping
Lapping adalah skimming pembayaran piutang sebelum diposting. Lapping
lebih sulit untuk disembunyikan daripada skimming kas dalam bisnis kas
karena pelanggan mengharapkan kredit dengan pembayaran secara tunai. Red
flags ini meliputi:
 Keluhan pelanggan tentang pembayaran diposting lama setelah
pengecekan dikirim
 Adanya memanipulasikan angka piutang
Skema Korupsi
Skema korupsi selalu melibatkan dua pihak, bahkan jika seseorang enggan
berpartisipasi. Jelas, ini adalah kelompok orang yang sangat berbeda. Skema korupsi yang
paling umum adalah konflik kepentingan, penyuapan, dan pemerasan.

1. Konflik kepentingan (conflicts of interest)


Konflik kepentingan terjadi ketika karyawan berhubungan dengan pihak ketiga,
dimana karyawan atau pihak ketiga memperoleh keuntungan secara finansial. Entitas
harus memiliki kebijakan khusus untuk melarang kegiatan semacam ini. Red flags
meliputi:
 Transaksi dalam jumlah besar dengan vendor tertentu.
 Penemuan hubungan antara karyawan dan pihak ketiga yang sebelumnya tidak
diketahui.
 Pemisahan tugas yang lemah dalam menentukan kontrak dan menyetujui faktur.
2. Penyuapan (bribery)
Tindakan pemberian atau penerimaan sesuatu yang bernilai dengan tujuan untuk
mempengaruhi tindakan orang yang menerima. Red flags meliputi:
 Perubahan gaya hidup dari seseorang karyawan.
 Penemuan hubungan antara karyawan dan vendor.
 Pemisahan tugas yang lemah dalam menyetujui vendor dan faktur.
3. Pemerasan ekonomi (economic extortion)
Pada dasarnya, pemerasan ekonomi adalah kebalikan dari kecurangan penyuapan.
Alih-alih vendor menawarkan suap, karyawan perusahaan justru menuntut
pembayaran ke vendor sesuai keinginan karyawan. Red flags dan metode
pendeteksiannya sama dengan penyuapan.

MODEL DETEKSI FRAUD


Auditor sering menemukan transaksi, catatan akuntansi, atau data akuntansi yang
kurang tepat, yang merupakan pengecualian untuk beberapa jenis. Terutama, ketidakteraturan
pada pengecualian kebijakan, prosedur, atau pengendalian internal. Banyak sekali, peristiwa
dan transaksi ini menjadi gangguan kecil dalam pencatatan akuntansi. Karena sejumlah
kemungkinan beralasan, termasuk dalam error human. Namun terkadang, ini sebenarnya bukti
adanya kecurangan. Mengenali tanda-tanda kecurangan (red flags) pada awalnya sulit
dilakukan karena sifatnya yang jelas tidak berbahaya, terutama ketika mempertimbangkan satu
transaksi, dokumen, atau peristiwa.

Anda mungkin juga menyukai