Anda di halaman 1dari 6

PENIUP PELUIT

Peniup peluit (whistleblower) ialah orang yang mengetahui adanya bahaya atau
ancama, dan berusaha menarik perhatian banyak orang dengan meniup peluit. Seorang
whistleblower sering kali dipahami sebagai saksi pelapor. Orang yang memberikan laporan
atau kesaksian mengenai suatu dugaan tindak pidana kepada aparat penegak hukum dalam
proses peradilan pidana.
1. UU Perlindungan Saksi dan Korban
Ada beberapa ketentuan penting dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006
tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang perlu diketahui oleh akuntan forensik.
Undang-Undang ini memberikan beberpa definisi sebagai berikut:
a. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di siding pengadilan
tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan/atau ia
alami sendiri.
b. Korban adalah seorang yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau
kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.
c. Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) adalah lembaga yang bertugas
dan berwenang untuk memberkan perlindungan dan hak-hak lain kepada Saksi
dan/atau Korban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang itu.
d. Ancaman adalah segala bentuk perbuatan yang menimbulkan akibat, baik secara
langsung maupun tidak langsung, yang mengakibatkan Saksi dan/atau Korban
merasa takut dan/atau dipaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang berkenaan dengan pemberian kesaksiannya dalam suatu proses peradilan
pidana.
e. Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk
memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban yang wajib dilaksanakan
oleh LPSK atau lemabaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
Seorang Saksi dan Korban berhak:
a. Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya,
serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang,
atau telah diberikannya;
b. Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
c.
d.
e.
f.

dukungan keamanan;
Memberikan keterangan tanpa tekanan;
Mendapat penerjemah;
Bebas dari pertanyaan yang menjerat;
Mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;

g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;


Mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
Mendapat identitass baru;
Mendapatkan tempat kediaman baru;
Memperoleh penggantian biaya transportai sesuai dengan kebutuhan;
Mendapat nasihat hokum, dan/atau
Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan
berakhir.

Saksi dan/atau Korban yang merasa dirinya berada dalam ancaman yang sangat besar
atas persetujuan hakim dapat:
a. Memberikan kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan tempat perkara
tersebut sedang diperiksa;
b. Memberikan kesaksiannya secara tertulis yang disampaikan di hadapan pejabat
yang berwenang dan membubuhkan tanda tangannya pada berita acara yang
memuat tentang kesaksian tersebut;
c. Dapat didengar kesaksiannya secara langsung melalui sarana elektronik dengan
didmpingi oleh pejabat yang berwenang.
2. Pedoman Whistleblowing System
Komite Nasional Kebijakan

Governance

(KNKG)

menerbitkan

pedoman

whistleblowing system, pedoman tersebut meliputi:


a. Pelapor pelanggaran (whistleblowing) adalah pengungkapan tindakan pelanggaran
atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak
bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku
kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan organisasi atau
lembaga lainnya dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
Pengungkapan ini umumnya dilakukan secara rahasia.
b. Pada dasarnya pelapor pelanggaran (whistlebower) adalah karyawan dari
organisasi itu sendiri (pihak internal), akan tetapi tidak tertutup adanya pelapor
berasal dari pihak eksternal (pelanggan, pemasok, dan masyarakat). Pelapor
seyogyanya memberikan bukti, informasi, atau indikasi yang jelas atas terjadinya
pelanggaran yang dilaporkan, sehinggan dapat ditelusuri atau ditindaklanjuti.
Tanpa informasi laporan akan sulit untuk ditindaklanjuti.
c. Pelanggaran dalam pedoman ini adalah perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan, peratran/standar industry terkait dan peraturan internal
organisasi, serta dapat dilaporkan. Yang termasuk dalam altivitas pelanggaran
meliputi:

Melanggar peraturan perundang-undangan misalnya pemalsuan tanda


tangan, korupsi, penggelapan, mark up, penggunaan narkoba, dan

pengrusakan barang.
Melanggar peraturan

pelecehan, terlibat dalam kegiatan masyarakat yang dilarang.


Melanggar prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Melanggar kebijakan dan prosedur operasioanal perusahaan.
Tindakan yang dapat menimbulkan kerugian financial tauapun non

perusahaan

misalnya

benturan

kepentingan,

financial.
Tindakan yang membahayakan keselamatan kerja.
d. Saksi adalah orang yang meihat dan mendengar atau mengalami sendiri tindak
pelanggaran yang dilakukan terlapor dan bersedia memberikan katerangannya di
depan siding pengadilan. Sedangkan pelapor adalah orang yang melaporkan
adanya tindak pelanggaran.
e. Manfaat whistleblowing system yaitu:
Tersedianya cara penyampaian informasi penting dan kritis bagi

perusahaan kepada pihak yang harus segeramenanganinya secara aman.


Timbulnya keengganan untuk tidak melakukan pelanggaran.
Tersedianya mekanisme deteksi dini (early warning system) atas

kemungkinan terjadinya masalah akibat suatu pelanggaran.


Tersedianya kesempatan untuk menangani masalah pelanggaran secara
internal terlebih dahulu, sebelum meluas menjadi masalah pelanggaran

yang besifat public.


Mengurangi resiko yang dihadapi organisasi, akibat dari pelanggaran baik

dari segi keuangan, operasi, hukum, keselamatan kerja dan reputasi


Mengurangi biaya dalam menangani kibat dari terjadinya pelanggaran.
Meningkatnya reputasi perusahaan di mata pemangku kepentingan

(stakeholders), regulator, dan masyarakat umum.


Memberikan masukan kepada organisasi untuk melihat lebih jauh area
kritikal dan proses kerja yang memiliki kelemahan pengadilan internal,

serta untuk merancang tindakan perbaikan yang diperlukan.


f. System pelaporan pelanggaran yang baik memberikan fasilitas dan perlindungan
(whistleblower protection) sebagai berikut:
Fasilitas saluran pelaporan (telepon, surat, e-mail) atau Ombudsman yang

independen, bebas dan rahasia.


Perindnga kerahasiaan identitas pelapor.
Perlindungan atas tindakan balasan dari terlapor atau organisasi.
Informasi pelaksanaan tindak lanjut berupa kapan dan bagaimana serta
kepada institusi mana tindak lanjut diserahkan.

3. Whistleblower di AS
Di Negara-negara Anglo Saxon, ada ungkapan Latin yang sampai sekarang masih
sering digunakan. Ungkapan ini di singkat sebagai qui tam (yang berarti seseorang).
Tradisi qui tam di dunia Barat merupakan perwujudan dari sikap pemerintah yang
waspada terhadap mereka yang muncuri dana publik. Tradisi ini juga didasarkan pada
wacana bahwa mereka yang mengambil resiko meniup peluit sepantasnya menerima
imbalan dan perlindungan.
Amerika Serikat melindungi peniup peluit ini dengan berbagai undang-undang,
diantaranya Undang-Undang Perlindungan Peniup Peluit Tahun 1989. Undang-Undang
ini mengatur bagaiman kasus-kasus qui tam ditangani, diinvestigasi, dan dituntut, serta
imbalan dan perlindungan kepada mereka yang mengungkap kecurangan. Untuk ini,
undang-undang menghadiahkan imbalan sampai sejumlah 30% dari hukuman denda.
Majalah Time pada edisi akhir tahun 2002 memilih tiga wanita Amerika sebagai
Person of the Year 2002 yaitu Cynthia Cooper, Sherron Watkins, dan Coleen Rowley.
Ketiga wanita tersebut melambangkan kepahlawanan dalam dua tragedi besar yang
menggoyahkan sendi-sendi kehidupan bangsa Amerika pada tahun 2001, yaitu
bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar karena ketamakan pimpinan mereka dan
penyerangan teroris ke Gedung WTC dan tragedi lainnya pada tanggal 11 September.
4. Seorang Akuntan Forensik Menjadi Whistleblower
Pada akhir tahun 2008, Amerika Serikat dilanda krisis. Institusi yang merupakan icon
kejayaan keuangan, industry dan perdagangan Amerika Serikat bertumbangan.
Pemerintah harus menyelamatkan (bail out) mereka dengan dana maha besar.
Di tengah-tengah krisis tersebut muncul nama penjarah tersebesar dalam sejarah
Amerika, bahkan terbesar dalam ukuran dunia. Bernard (Bernie) Madoff seorang yang
sangat terhormat di bidang keuangan. Melalui kepercayaan yang dibangunnya dalam
jangka waktu yang lama, jaringan bisnis dan etni Yahudinya, dan kehebatannya
melaksanakan Ponzi Scheme dengan kerugian bagi para investornya sebanyak U.S. $65
milyar.
Ponzi Scheme pada dasarnya adalah fraud daam bentuk pencairan dana dengan
menjanjikan hasil (yield) yang besar (tidak masuk akal). Pengembalian investasi beserta
hasilnya diambil dari dana-dana yang massuk belakangan. Sampai titik tertentu, balon
akan meletus. Dalam hal Bernie Madoff, balon meletus ketika Madoff tidak mampu
mengembalikan U.S. $7 milyar.
Ponzi Scheme ini sudah terendus oleh Harry Marcopoulos. Harry Marcopoulos
memberitahu SEC beberpa kali, tetapi SEC mengabaikan laporannya yang menjelaskan

tentang fraud yang dilakukan oleh Bernie Madoff. Harry Marcopoulos adalah seorang
Certified Fraud Examiner (akuntan forensik bersertifikat) yang sehari-hari bekerja
sebagai hadge-fund manager. Ia seorang whistleblower yang memenuhi criteria dan
Ackmn tersebut diatas.
5. Peniup Peluit di Indonesia
Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bebrapa kasus pelapor dugaan korupsi
yang kemudian diadukan mencemarkan nama baik. Di antaranya:
a) Arifin Wardiyanto melapor dugaan korupsi dalam urusan perizinan wartel di
Yogyakarta tahun 1996. Ia diadukan mencemarkan nama baik. Pengadilan Negeri
Yogyakarta menghukumnya dua bulan penjara. Pengadilan Tinggi DIY
menyatakan tidak bersalah dan bebas dari hukuman penjara. Mahkamah Agung
menghukumnya lagi dengan dua bulan penjara. Kasus yang dilaporkannya tidak
pernah diproses.
b) Maria Leonita menyampaikan dugaan suap oleh Zainal Agus, Direktur Perdata
Mahkamah Agung, pada tahun 2001. Ia justru diadukan mencemarkan nama baik
oleh Edy Handoyo. Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menghentikan kasus
pencemaran nama baik karena tidak bisa menerima tuntan jaksa.
c) Endin Wahyudin yang bermula ketiaka ia dipercaya mengurus perkara perdata di
MA soal sengketa tanah di Bandung melawan Soenata Soemali. Edwin yang
kelabakan melaukan penyuapan kepada tiga hakim agung untuk memenangkan
kasus yang sedang ia tangani tetapi MA malah memenangkan kasus tersebut
kepada Soenata. Kemudian ia melaporkan penyuapan yang dilakukannya TGPTK
namun ketiga hakim agung tersebut justru melaporkannya balik atas tuduhan
pencemaran nama baik.
d) Fans Amanue melaporkan sejumlah kasus korupsi di Kabupaten Flores Timur
yang melibatkan Bupati Feix Fernandez tahun 2003. Ia diadukan mencemarkan
nama baik oleh bupati itu. Pengadilan Negeri Larantuka menghukum masa
percobaan lima bulan. Akibatnya, timbul kerusuhan di Larantuka.
e) Sarah Lery Mboeik melaporkan dugaan korupsi oleh pemerintah kota (Pemkot)
Kupang. Terlapor merencanakan mengadukan pencemaran nama baik.
f) Samsul Alam Agus melaporkan dugaan korupsi oleh anggota DPRD Kabupaten
Donggala, Sulawasi Selatan pada tahun 2004. Pelapor diadukan telah melakukan
pencemaran nama baik oleh suatu ormas kepemudaan.
g) Atte Adha Kusdinan melaporkan dugaan korupsi uang pemasangan iklan Rp. 135
juta oleh mantan Kepala Dinas Pendapatan Cianjur. Maskana Sumitra. Pelapor
diadukan terlapor ke Polres Cianjur.

h) Muchtar Lufthi melaporkan dugaan korupsi pengadaan kapal KMP Pulau Weh
yang melibatkan Walikota Sabang, Sofyan Harun. Indikasi kerugian Negara
senilai Rp. 8,6 miliar tahun 2004. Sofyan Harum melaporkan Muchtar Lufthi ke
Polres Sabang. Polisi mengeluarkan surat penangkapan.
i) Heli Werror melaporkan dugaan korupsi oleh Bupati Nabire pada tahun 2003.

Bupati melaporkan Heli Werror ke polisi.

Anda mungkin juga menyukai