Anda di halaman 1dari 13

AKUNTANSI FORENSIK

“ Pernyataan Perang terhadap Keecurangan: Sebuah Tinjauan”

Disusun oleh :
Resky Ifah W ( 01117002 )
Holil Bahroni ( 01117023 )
Vika Ardiantika ( 01117047 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAROTAMA
SURABAYA
2020
Mengetahui Berbagai Cara yang Dilakukan Perusahaan untuk
MemerangaiKecurangan
Asumsikan bahwa anda addalah konsultan yang dipekerjakan oleh
perusahaan untuk melakukan program pencegahan dan pendeteksian.
Terdapat empat aktivitas untuk mengurangi terjadinya kecurangana.
1. Pencegahan kecurangan.
2. Pendeteksian kecurangan sejak dinic.
3. Investigasi kecurangand.
4. Tindak lanjut secara hukum dan/atau upaya penyelesaian
Konsultan akan menginformasikan kepada perwakilan perusahaan bahwa
tidak ada yang dapat disebut sebagai kecurangan kecil–tidak ada hanyalah
kecurangan besar yangdapat dideteksi lebih awal. Konsultan harus
memberitahu perusahaan bahwa kecurangan berkembang secara
geometris, dan jika kecurangn dapat berlanjut tanpa terdeteksi, pelakuakan
menjadi semakin berani, dan nilai yang dicuri atau dimanipulasi dalam
periodeterjadinya kecurangannya biasanya menjadi lebih besar dari jumlah
yang diambil pada periode awal terjadinya kecurangan. Saran yang
diberikan termasuk kombinasi pelatihankecurangan, program etika,
pengendalian yang lebih baik, peninjauan program intensif, danperlakuan
yang lebih tegas terhadap pelaku kecurangan. Program penanggulangan
kecurangan yang komprehensif berfokus kepada empat elemen
kecurangan, yaitupencegahan, pendeteksian secara proaktif, investigasi,
dan tindak lanjut secara hukum.

Pencegahan Kecurangan
Pencegahan kecurangan secara umum merupakan cara yang paling efektif
untukmengurangi kerugian akibat kecurangan. Setelah kecurangan
dilakukan, tidak adapemenang. Pelaku merugi karena mereka biasanya
merupakan pelaku yang baru pertama kali melakukan kecurangan yang
akan merasa terhina dan malu apalagi ketika akan menerima konsekuensi
hukum. Pelaku harus membayar pajak dan juga ganti rugi, dansering kali
ada sanksi secara finansial dan konsekuensi lainnya. Korban merugi
karena tidakhanya aset yang dicuri namun juga harus membayar biaya
hukum, kehilangan waktu,publisitas negatif, dan konsekuensi merugikan
lainnya. Apabila organisasi tidak bersikap tegas terhadap pelaku
kecurangan maka akan membuat orang lain dalam organisasimenganggap
bahwa pelaku kecurangan tidak dikenakan sanksi yang serius,
sehinggamemungkinkan orang lain untuk melakukan kecurangan. Di sisi
lain, investigasi kecurangan memerlukan biaya yang sangat besar.Pelaku
kecurangan mungkin melakukan kecurangan kerena kombinasi dari tiga
faktorberikut :
a. Tekanan yang dirasakan
b. Peluang/kesempatan yang dimiliki
c. Rasionalisasi bahwa kecurangan tersebut dapat diterima
Ketiga faktor tersebut memiliki intensitas yang berbeda pada kecurangan
yang satudengan kecurangan yang lainnya. Ketika tekanan yang dirasakan
dan/ataupeluang/kesempatan yang dimilliki cukup besar, seseorang
membutuhkan sedikit rasionalisasi untuk melakukan kecurangan. Ketika
tekanan yang dirasakan dan/atau peluang/kesempatan yang dimiliki kecil,
seseorang membutuhkan lebih banyak rasionalisasi untuk melakukan
kecurangan. Sayangnya, terkadang tekanan dan/atau kemampuan
untukmerasionalisasi sangat besar, sehingga tidak peduli seberapa
kerasnya usaha suatu organisasi untuk mencegah terjadinya kecuangan,
pencurian masih saja terjadi. Kecurangan secara umum tidak mungkin
dapat benar-benar dicegah, dan pasti memerlukan banyak biaya. Hal
terbaik yang dapat dilakukan organisasi adalah dengan mengatur kerugian
akibat kecurangan secara efektif.
Organisasi secara eksplisit mempertimbangkan risiko kecurangan dan
mengambil langkah-langkah proaktif untuk menciptakan lingkungan yang
kondusif mengecek relefensi yang ditunjukkan calon pegawai mendalam,
dan belajar bagaimana menginterpretasikan respons untuk sejumlah
pertanyaan yang ditanyakan terkait calon pegawai, serta mengujian
kejujuran dan sifat-sifat calon pegawai lainya.

Pemahaman etis secara pribadi, merupakan batasan etis yang paling


mendasarkan dalam tindakan seseorang secara pribadi. Hal itu termasuk
mempelajari perbedaan diantara yang benar dan yang salah,
mengembangkan sifat adil, belajar untuk peduli dan berempati dengan
orang lain, mempelajari prinsip dasar integritas dan realitas, dan bertindak
dengan cara yang konsisten dengan nilai-nilai yang diketahui sebagai
sesuatu yang benar.
Penerapan etika dalam situasi bisnis, dapat mengubah pemahaman
etika seseorang terhadap dunia bisnis atau terhadap keadaan lain ditempat
kerja (contohnya, profesi medis, profesi teknis, dan sebagainya). Proses
perubahan tersebut tidak selalu mudah. Sebagian besar orang yang terlibat
dalam “ skema permainan keuangan dengan nilai yang cukup besar-
financial shenanigans’’ pada beberapa tahun terakhir menganggap diri
mereka sebagai orang yang jujur dan beretika. Namun, ketika dihadapkan
dengan keputusan mengenai apakah mereka akan menerima permintaan
untuk “mengelola pembukuan” atau mengungkapkan perilaku tidak etis
yang ditemukan, mereka membuat pilihan yang salah. Mereka tidak tahu
bagaimana caranya atau merasa takut untuk mengubah nilai etis mereka
secara pribadi ketika masuk kedunia bisnis.

Keyakinan etis, keyakinan etis adalah kekuatan dan keyakinan untuk


bertindak dengan tepat dalam situasi yang cukup sulit atau situasi yang
cukup sulit atau situasi yang patut dipertanyakan. Seseorang dapat
memiliki pemahaman etis secara pribadi dan mengubah pemahaman itu
dalam situasi bisnis, tetapi mungkin tidak memiliki keberanian untuk
mengambilkan sikap ketika diperlukan. Pada kecurangan yang terjadi baru-
baru ini. Orang-orang tersebut mengaku bahwa mereka sadar kalau
tindakan yang mereka lakukan tidak etis, tetapi tidak ada yang memiliki
keberanian untuk tetap bertahan pada keyakinan mereka.
Tingkatan yang paling tinggi, yaitu kepemimpinan etis, merupakan upaya
untuk menanamkan pemikiran kepada orang lain akan perlunya
pengembangkan kesadaran etis dan keberanian untuk
mempertahankannya. Bentuk tindakan etis yang lebih tinggi ini
membutuhkan seseorang untuk menginspirasi orang lain melalui ucapan,
contoh keteladanan, upaya persuasi, dan manajemen yang baik. Dalam
sebagian organisasi, ada sekelompok kecil pegawai yang memiliki kode
eitik secara pribadi yang dan mengurangi terjadinya kecurangan sebagai
upaya yang cukup berhasil untuk mencegah sebagian besar kecurangan
yang terjadi.
Pencegahan kecurangan yang efektif melibatkan dua aktivitas dasar,
1. Mengambilan tahapan untuk menciptakan dan mempertahankan
budaya jujur dan beretika
2. Menilai risiko kecurangan dan mengembangkan respons yang
konkrit untuk mengurangi risiko dan mengeliminir kesempatan
terjadinya kecurangan.

Menciptakan budaya jujur dan beretika


Organisasi menggunakan beberapa pendekatan untuk menciptakan
budaya jujur dan beretika. Lima elemen yang paling umum dan penting
adalah
1. Memastikan bahwa manajemen puncak memberikan contoh
perilaku yang tepat
2. Mempekerjakan pegawai yang tepat,
3. Mengomunikasikan sejumlah ekspektasi diseluruh posisi yang ada
dalam struktur organisasi dan meninta konfirmasi tertulis atas
penerimaan ekspektasi secara periodic,
4. Menciptakan lingkunag kerja yang positif
5. Mengembangkan dan mempertahankan kebijakkan yang efektif
untuk menangani kecurangan ketika hal ini benar-benar terjadi

Pengaruh manajemen puncak (contoh keteladanan yang sesuai)


Pengembangan moral secara tegas menyatakan bahwa kejujuran dapat
diperkuat jika terjadi, contoh keteladanan yang sesuai-terkadang disebut
sebagai pengaruh manajemen puncak. Manajemen dalam suatu organisasi
tidak dapat bertindak satu arah dan mengharapkan orang lain dalam
organisasi untuk kemudian berperilaku secara berbeda. Manajemen harus
memperkuat pegawainya melalui sanksi tegas ketika perilaku tidak jujur,
perilaku yang patut dipertanyakan, atau perilaku yang tidak etis tidak dapat
ditoleransi.
Alasan mengapa orang berbohong (atau tidak jujur) menunjukkan 4
beberapa alasan besar mengapa orang tersebut berbohong.
1. Ketakutan terhadap sanksi atau konsekuensi yang buruk. Ketakutan
ini bisa terjadi karena mereka mengetahui bahwa mereka telah
melalukan sesuatu yang salah atau kinerja mereka tidak memenuhi
harapan.
2. Individu yang selalu merasakan ketakutan terhadap kemungkinan
adanya sanksi akan membiasakan dirinya untuk terus berbohong,
yang merupakan alasan kedua untuk berbohong. Bahkan ketika
diharapkan dengan kebenaran, setelah mereka melakukan
kebohongan, merelka biasanya tetap bersaksi bahwa kebohongan
tersebut adalah kebenaran.
3. Untuk kebohongan adalah karena mereka telah belajar untuk
berbohong karena melihat orang lain berbohong atau melalui
contoh keteladanan yang negative. Ketika seseorang melihat orang
lain berbohong, terutama ketika orang tersebut tidak mendapatkan
sanksi atau kebohongan yang mereka lakukan, seseorang menjadi
lebih cenderung untuk terus berbohong.
4. Contoh keteladanan yang baik saat ini ada dimana-mana. Terlebih
lagi, dengan meningkatnya aksesibilitas terhadap informasi, berita
tentang keteladanan yang buruk menjadi lebih terperinci dan lebih
dapat diakses dibandingkan sebelumnya.

Mempekerjakan pegawai yang tepat


Elemen penting kedua dalam menciptakan budaya jujur dan beretika
adalah dengan mempekerjakan pegawai yang tepat. Tidak semua orang
sama-sama berlaku jujur atau memiliki kodenetik pribadi yang cukup baik.
Faktanya menujukkan bahwa banyak orang, ketika diharapkan dengan
tekanan dan kesempatan yang cukup besar, akan berlaku tidak jujur
daripada menghadapi “ konsekuensi negative” dari perilaku jujur. Jika suatu
organisasi berhasil mencegah terjadinya kecurangan organisasi tersebut
harus memiliki kebijakkan perekrutan yang efektif yang dapat membedakan
sejumlah individu marginal dan individu yang beretika, terutama ketika
melakukan perekrutan untuk posisi dengan risiko tinggi.

Penelitian mengenai kejujuran menunjukkan bahwa individu dikelompokkan


menjadi tiga kelompok: (1) orang-orang yang hampir selalu jujur (sekitar
30% dari populasi); (2) orang-orang yang jujur, tetapi tergantung dengan
situasi, yang akan bertindak jujur ketika diminta jujur dan akan menjadi
tidak jujur ketika diminta tidak jujur (sekitar 40% dari populasi), dan (3)
orang-orang yang selalu tidak jujur (sekitar 30% dari populasi). Contoh
keteladanan yang baik dan metode pencegahan kecurangan lainnya yang
baik biasanya akan menghindarkan kelompok kedua dari perilaku yang
tidak jujur; biasanya tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah
kelompok ketiga dari perilaku tidak jujur.

Mengomunikasikan Ekspektasi dari Kejujuran dan Integritas


Elemen penting ketiga dalam menciptakan budaya jujur dan beretika-
mengomunikasikan ekspektasi kejujuran dan integritas-meliputi (1)
identifikasi dan kodifikasi nilai dan etika yang sesuai, (2) pelatihan
kecurangan yang membantu pegawai memahami permasalahan yang
berpotensi menimbulkan kecurangan yang mungkin dihadapi dan
bagaimana menyelesaikan atau melaporkannya, dan (3)
mengomunikasikan ekspektasi yang konsisten mengenai adanya sanksi
bagi pelanggar.

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Positif


Elemen keempat dalam menciptakan budaya jujur dan beretika adalah
pengembangan lingkungan kerja yang positif. Hasil penelitian
mengindikasikan bahwa kecurangan lebih jarang terjadi ketika pegawai
memiliki perasaan positif terhadap organisasi, dan memiliki rasa memiliki
dalam organisasi tersebut, dibandingkan ketika mereka merasa tidak
diperlakukan dengan semestinya, terancam, atau diabaikan. Faktor-faktor
yang dihubungkan dengan tingginya tingkat kecurangan dan yang
mengurangi nilai dari lingkungan kerja yang positif antara lain sebagai
berikut.
1. Manajemen puncak yang tidak peduli atau memerhatikan perilaku
pegawai.
2. Umpan balik negatif atau berkurangnya pengakuan kinerja dalam
pekerjaan.
3. Adanya ketidakadilan yang dirasakan dalam organisasi.
4. Manajemen autokrasi, bukan manajemen partisipatif.
5. Loyalitas organisasi yang rendah.
6. Ekspektasi anggaran yang tidak masuk akal.
7. Pembayaran dengan nilai rendah yang tidak realistic.
8. Pelatihan dan kesempatan promosi yang buruk.
9. Tingkat perputaran dan/atau tinggi.
10. Kurangnya kejelasan tanggung jawab dalam organisasi
11. Komunikasi yang buruk dalam organisasi.

Penanganan Kecurangan dan Pelaku Kecurangan secara Tepat ketika


Terjadi Kecurangan
Elemen kelima, sekaligus elemen yang terakhir dalam menciptakan budaya
jujur dan beretika adalah penerapan kebijakan yang sesuai untuk
menangani kecurangan jika terjadi. Tidak peduli seberapa baik aktivitas
pengendalian kecurangan suatu organisasi, seperti yang dinyatakan
sebelumnya, kecurangan masih dapat terjadi. Cara organisasi merespons
insiden kecurangan berpengaruh besar terhadap jumlah insiden di masa
mendatang. Kebijakan yang efektif untuk menangani kecurangan adalah
harus memastikan bahwa fakta diinvestigasi secara mendalam, dilakukan
tindakan yang tegas dan konsisten terhadap para pelaku, terdapat
penilaian dan peningkatan atas risiko dan pengendalian, serta komunikasi
dan pelatihan yang terus-menerus. Setiap organisasi harus memiliki
kebijakan kecurangan yang menentukan siapa yang bertanggung jawab
terhadap pencegahan, pendeteksian, dan investigasi kecurangan,
bagaimana insiden kecurangan akan ditangani melalui proses hukum, dan
apa jenis upaya pemulihan dan pelatihan yang harus dilakukan ketika
terjadi kecurangan.

Menilai dan Mengurangi Risiko Kecurangan


Selain menciptakan budaya jujur dan beretika, pencegahan kecurangan
yang efektif adalah dengan menghilangkan kesempatan terjadinya
kecurangan. Organisasi dapat secara proaktif menghilangkan kesempatan
dilakukannya akecurangan dengan (1) secara akurat mengidentifikasi
sumber dan mengukur risiko, (2) mengimplementasikan pengendalian
preventif dan pengendalian detektif yang sesuai untuk mengurangi risiko-
risiko tersebut, (3) membuat pemonitoran secara menyeluruh oleh
pegawai, dan (4) memiliki auditor internal dan eksternal yang melakukan
pengecekan independen pada kinerja.
organisasi yang secara efektif mencegah sebagian besar kecurangan
mengadakan sesi diskusi dengan pihak manajemen, audit internal,
keamanan perusahaan, dan konsultan hukum dan berfokus pada
pertanyaan berikut.
1. Jika kecurangan terjadi dalam organisasi kita, di mana
kemungkinan terjadinya kecurangan itu? Organisasi membuat
daftar jenis kecurangan yang mungkin paling sering terjadi,
kemudian memberi perhatian khusus pada kecurangan jenis ini.
2. Pegawai bagian apa yang memiliki kemungkinan terbesar untuk
melakukan kecurangan terhadap perusahaan? Organisasi
kemudian memastikan penerapan pengendalian preventif dan
detektif terhadap pegawai tersebut.
3. Jika masing-masing kemungkinan kecurangan terjadi dalam
organisasi kita, jenis indikator apa yang akan terlihat?

Pendektesian Kecurangan
Saat jumlah dalam kecurangan ini kecil, polanya sangat khas. Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, sebagian besar kecurangan dimulai dari jumlah
yang kecil, dan jika tidak terdeteksi akan berlanjut menjadi semakin besar.
Kejadian yang membuat pelaku merasa ketakutan atau terancam akan
membuatnya menghentikan kecurangan, dan hanya akan dilanjutkan ketika
ancaman tersebut berlalu. Karena pelaku meningkatkan jumlah yang
mereka curi, pada sebagian besar kasus, jumlah yang diambil jauh
melebihi jumlah yang diambil pada periode awal kecurangan. Pada suatu
kasus misalnya, jumlah yang diambil meningkat hingga empat kali lipat
setiap bulan selama periode kecurangan berlanjut. Sebagaimana
dinyatakan sebelumnya, tidak ada kecurangan yang kecil. yang ada
hanyalah kecurangan besar yang terdeteksi lebih awal. Dalam kasus
kecurangan yang melibatkan manajemen puncak atau pemilik bisnis
sebagai pelakunya, pencegahan kecurangan sulit dilakukan dan diperlukan
pendeteksian sejak dini.
Pendeteksian kecurangan biasanya dimulai dengan mengidentifikasi
sejumlah indikator yang cenderung berkaitan dengan kecurangan.
Sayangnya, indikator tersebut biasanya juga berkaitan de tor non
kecurangan. Ada tiga cara utama untuk mendeteksi kecurangan: (1) secara
tidak sengaja (2) dengan menyediakan sejumlah cara bagi orang yang
ingin melaporkan dugaan adanya kecurangan dan (3) dengan memeriksa
catatan dan dokumen transaksi untuk menentukan apakah ada anomali
yang mungkin merepresentasikan suatu kecurangan. Di masa lalu,
sebagian besar kecurangan terdeteksi karena ketidaksengajaan.
Sayangnya, ketika berhasil terdeteksi, kecurangan biasanya telah menjadi
besar dan berlangsung lama. Pada sebagian besar kasus sebenarnya ada
individu dalam organisasi yang me korban kecurangan yang mencurigai
adanya kecurangan, tetapi tidak mengatakannya. Hal ini terjadi karena
mereka tidak yakin bahwa itu merupakan kecurangan, tidak ingin salah
menuduh seseorang, tidak tahu bagaimana melaporkan kecurangan, atau
takut terhadap konsekuensi tidak sengaja, (2) dengan menyediakan
menjadi whistle blower.
Dalam beberapa tahun terakhir, organisasi telah mengimplementasikan
sejumlah inisiatif untuk mendelete kecurangan secara lebih proaktif.
Pendekatan pendeteksian kecurangan secara proaktif yang pertama dan
yang paling umum adalah dengan memasang saluran pengaduan untuk
menerima laporan (sistem whistle blowing) seperti yang dijelaskan
sebelumnya, hal ini memungkinkan pegawai rekan kerja, dan pihak lain
untuk menghubungi dengan menggunakan telepon atau memberikan
informasi melalui halaman situs mengenai dugaan adanya kecurangan:
secara anonim. Beberapa saluran pengaduan tersebut dikelola oleh
perusahaan, sedangkan yang lainnya dialihdayakan kepada organisasi
independen untuk memberikan layanan saluran pengaduan kepada
mereka. (Association of Certified Fraud Examiners dan sebuah perusahaan
yang bernama Allegiance [sebelumnya bernama Silent Whistle] misalnya,
memberikan layanan saluran pengaduan berbayar.) Organisasi yang telah
memasang saluran pengaduan telah h mendeteksi banyak kecurangan
yang tetap tidak akan terdeteksi, tetapi organisasi-organisasi tersebut tetap
harus membayar mahal untuk itu. Tidak mengherankan, banyak panggilan
yang masuk ke saluran tersebut bukan merupakan kecurangan sama
sekali. Beberapa informasi yang diterima melalui saluran pengaduan
tersebut merupakan isu non kecurangan, seperti kekhawatiran pegawai
terkait pekerjaan; beberapa informasi merupakan berita bohong; dan
beberapa informasi yang disampaikan motivasi oleh dendam, kemarahan,
atau keinginan untuk membahayakan organisasi atau individu; ada juga
pengaduan yang disebabkan dendam, kemarahan, atau dengan tujuan
membahayakan organisasi atau individu ertentu; dan beberapa informasi
merupakan pengakuan hajur atas indikator kecurangan yang disebabkan
oleh aktor non kecurangan.

PERHATIAN Hal yang paling penting bahwa pihak yang ingin memerangi
kecurangan perlu lebih berhati- hati dalam mendeteksi kecurangan secara
proaktif. Pertama, hampir selalu ada penjelasan alternatif untuk apa yang
terlihat seperti indikator kecurangan. bnya, orang yang gaya hidupnya tiba-
tiba berubah mungkin baru saja mendapatkan warisan dari keluarga yang
meninggal. Kedua, pendeteksian kecurangan secara proaktif tidak boleh
mengganggu jalannya kegiatan operasional perusahaan. Sebagai contoh,
salah satu penulis buku ini melatih beberapa auditor internal dari
perusahaan besar mengenai cara-cara untuk mendeteksi kecurangan
secara proaktif. Namun, setelah beberapa lan, auditor terlatih tersebut telah
membuat hampir Semuar manajer dalam perusahaan menjadi terganggu
karena teknik pendeteksian kecurangan mereka yang 0gresif dan
terkadang mengganggu. Usaha pendeteksian kecurangan yang paling baik
dilakukan tanpa diketahui oleh pegawai dan manajer suatu organisasi.

Pendekatan pendeteksian kecurangan secara proaktif yang kedua adalah


dengan menganalisis data dan transaksi untuk mencari trend, jumlah, dan
anomali lainnya yang mencurigakan. Perkembangan teknologi saat ini
memungkinkan organisasi untuk menganalisis dan mengumpulkan basis
data secara komprehensif untuk mencari adanya indikator kecurangan
secara proaktif. Bank misalnya, memiliki program yang dipasang untuk
mengidentifikasi dugaan adanya kiting. Program ini membuat bank
memerhatikan konsumen yang memiliki volume transaksi bank yang tinggi
dalam periode waktu yang singkat. Perusahaan asuransi telah
mengimplementasikan program yang memeriksa klaim dalam jangka
pendek setelah pembelian asuransi. Beberapa organisasi bahkan telah
mengimplementasikan program pendeteksian kecurangan secara
komprehensif dengan mengidentifikasi secara sistematis jenis-jenis
kecurangan yang dapat terjadi, mendata berbagai indikator yang akan
menunjukkan adanya kecurangan, dan kemudian membuat real-time
queries ke dalam sistem komputer mereka untuk mencari indikator-
indikator tersebut. Penelitian pendeteksian kecurangan yang sebagian
besar menggunakan teknik pencarian berbasis teknologi, saat ini sedang
dilakukan oleh akademisi dan investigator lain. Siapapun yang benar-benar
tertarik untuk memahami dan memberantas kecurangan seharusnya
mengikuti penelitian ini. Pada dua bab selanjutnya, kita akan
mendiskusikan pendeteksian kecurangan secara proaktif.

Investigasi kecurangan
Ada setidaknya tiga alasan mengapa auditor dalam kasus harus
melakukan investigasi untuk menentukan apakah klien benar – benar
membuat pendapatan lebih saji.pertama,pemegang saham perusahaan
dapat dapat mengalami kerugian besar.kedua,kegagalan auditor untuk
menemukan adanya salah saji laporan keuangan dapat membuat mereka
tersangkut tindakan hukum ( dan kerugian yang diakibatkannya ),yang
terakhir dan mungkin yang paling penting,pendapatan yang lebih saji dapat
mengungkapkan integritas pihak manajemen akan kesangsian yang cukup
serius karena membuat perusahaan “tidak dapat diaudit”
Kedua situasi ini telah membuat adanya “dugaan kecurangan”.Dugaan
mengacu pada keseluruhan situasi yang akan membuat pegawai
professional yang dapat dipercaya dan bijaksana meyakini bahwa
kecurangan telah,sedang,atau akan terjadi.Investigasi kecurangan tidak
boleh dilakukan tanpa adanya dugaan.Investigasi kecurangan merupakan
permaslahan yang kompleks dan sensitif,jika investigasi tidak dilakukan
secara benar reputasi individu yang tidak bersalah dapat menjadi
rusak,pihak yang bersalah dapat menjadi tidak terdeteksi dan bebas
mengulangi tindakannya,dan entitas yang menjadi korban kecurangan
mungkin tidak memiliki informasi yang diperlukan untuk mencegah dan
mendeteksi insiden yang sama atau untuk upaya pemulihan kerugian
akibat adanya kecurangan tersebut.

Pendekatan terhadap Investigasi Kecurangan


Investigasi indikator kecurangan dalam organisasi harus mendapat
persetujuan manajemen.Investigasi mungkin memerlukan biaya yang besar
dan hanya dilakukan ketika ada alasan untuk percaya bahwa kecurangan
telah terjadi ( ketika terdapat dugaan ).berikut merupakan empat jenis bukti
yang dapat diakumulasi dalam investigasi kecurangan.
a. Bukti testimonial,yang dikumpulkan dari individu
b. Bukti dokumentasi,yang dikumpulkan dari dokumen
tertulis,program komputer,dan sumber tertulis atau tercetak lainnya
c. Bukti fisik,meliputi sidik jari,jejak kendaraan,senjata,properti yang
dicuri,nomor identifikasi atau tanda pada barang yang dicuri,dan
bukti nyata lainnya yang dapat dihubungkan dengan tindakan yang
tidak jujur
d. Pengamatan pribadi,meliiputi bukti – bukti yang dirasakan
( dilihat,didengar,dirasa,dll. )

Investigasi dilakukan dengan melakukan investigasi terhadap berbagai


elemen dari setiap segitiga ini.ketika berfokus pada segitiga motivasi
kecurangan peneliti enemukan adanya tekanan yang
dirasakan,peluang/kesempatan yang dimiliki atau rasionalisasi bahwa
orang lain telah melakukan pengamatan atau mendengarnya.
Metode investigasi terhadap Tindakan pencurian,melibatkan usaha untuk
menangkap pelaku tindak penggelapan atau untuk mengumpulkan
informasi terkait tindakan pencurian yang benar – benar terjadi.Metode
investigasi Penyembunyian berfokus pada catatan,dokumen,program dan
server komputer dan tempat lain yang memungkinkan pelaku untuk
mencoba menyembunyikan tindakan yang tidak jujur.Metode investigasi
konversi merupakan upaya untuk menemukan cara – cara yang dipakai
pelaku dalam menghabiskan atau mengunakan aset yang mereka curi.

Melakukan Investigasi Kecurangan


Perlu diketaui bahwa investigator kecurangan memerlukan suatau cara
untuk mengoordinasi investigasi kecurangan.sebagian besar pelaku
kecurangan memiliki reputasi positif dalam lingkungan
pekerjaan,komunitas,keluarga.terkadang hal yang dapat mereka lakukan
hanyalah mengakui bahwa mereka sedang diinvestigasi atas adanya
kecurangan atau karena mereka telah melakukan kecurangan.Menjaga
etika yang baik dalam melakukan investigasi juga sangat
penting.Minimal,investigasi kecurangan harus dilakukan sebagai berikut.
1. Investigasi harus dilakukan hanya untuk “mengungkap kebenaran
atas permaslahan yang masih dipertanyakan”
2. Individu dianggap bertanggung jawab untuk melakukan investigasi
seharusnya memiliki pengalaman dan bersikap objektif
3. Hipotesis apapun yang dimiliki oleh investigator mengenai apakah
seseorang melakukan atau tidak melakukan kecurangan harus
tetap dijaga kerahasiaannya ketika melakukan pembahasan
kemajuan proses investigasi dengan pihak lain
4. Investigator harus memastikan bahwa hanya pihak – pihak yang
berkepentingan (misalnya manjemen) yang mendapatkan informasi
terkait aktifitas investigasi dan memberikan persetujuan terkait
metode investigasi dan teknik yang digunakan
5. Investigator yang baik harus memastikan bahwa semua informasi
yang dikumpulkan selama proses investigasi dapat diperkuat
secara independen dan dapat diketahui kebenaran informasi itu
sendiri
6. Investigator harus berhati – hati untuk menghindari adanya teknik
investigasi yang mencurigan
7. Investigator harus melaporkan semua fakta secara jujur dan
objektif,komunikasi yang dilakukan selama proses investigasi,dari
tahap pendahuluan hingga laporan akhir ,harus dikendalikan
dengan hati – hati untuk menghindari tersamarmya fakta dan opini.

Tindak Lanjut secara Hukum

Salah satu keputusan besar yang harus diambil oleh perusahaan,


pemegang saham, atau pihak lain yang berkepentingan ketika terjadi
kecurangan adalah tindak lanjut secara hokum dan tindakan lain yang
harus diambil. Sebagian besar organisasi dan korban kecurangan lainnya
biasanya memilih salah satu dari tiga alternative (1) tidak mengambil
tindakan hokum, (2) mengambil upaya hokum secara perdata, dan/atau (3)
mengambil tindakan secara pidana terhadap para pelaku, yang terkadang
dilakukan melalui lembaga penegak hokum.

Tindakan secara Perdata

Tujuan tindakan secara perdata adalah untuk mengembalikan uang atau


asset lainnya yang diambil para pelaku kecurangan dan pihak lain yang
terkait dengan kecurangan. Kecuali pelaku kemudian mempertimbangkan
asset yang dimilikinya (misalnya, rumah, mobil yang mahal, dan asset
lainnya), tindakan secara perdata cukup jarang dalam kasus kecurangan
pegawai karena pelaku biasanya menghabiskan uang yang mereka curi.
Namun, tindakan secara perdata lebih umum dilakukan ketika kecurangan
melibatkan organisasi lain. Pemasok yang membayar kickback untuk
pegawai perusahaan sering kali merupakan target tindakan secara perdata
oleh perusahaan yang menjadi korban, terutama jika kerugian perusahaan
cukup tinggi.

Tindakan secara Pidana

Tindakan secara pidana hanya dapat dilakukan oleh lembaga penegak


hokum atau lembaga terkait sesuai undang – undang yang berlaku.
Organisasi yang ingin melakukan tindakan secara pidana terhadap para
pelaku harus bekerjasama dengan lembaga penegak hokum setempat,
Negara bagian, atau federal agar para pegawai atau pelaku lainnya dapat
dikenai sanksi hokum. Sanksi secara pidana biasanya berupa denda,
kurungan, atau keduanya. Mereka dapat juga melibatkan para pelaku yang
membuat perjanjian ganti rugi untuk membayar kembali dana yang dicuri
selama periode waktu tertentu. Membebankan sanksi secara pidana
menjadi semakin umum dalam kasus kecurangan. Eksekutif perusahaan
yang melakukan kecurangan sering kali dijatuhi hukuman hingga 10 tahun
penjara dan diminta untuk membayar denda yang besarnya sama dengan
jumlah yang mereka gelapkan.

Untuk memenangkan kasus secara, jumlah bukti diperlukan haruslah


sedikit lebih banyak (lebih dari lima puluh persen), sedangkan untuk
memenangkan kasus secara pidana diperlukan adanya bukti “diluar keragu
– raguan yang beralasan” bahwa pelaku “secara sengaja” mencuri uang
atau asset lainnya.

Anda mungkin juga menyukai