Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

“PROFIL PELAKU, KORBAN, DAN PERBUATAN FRAUD”

Disusun Oleh: Kelompok 12

Muhammad Ariyanto Yahya (C0220001)

Anita (C0220398)

Nurul Fitra (C0220404)

Sri Intan (C0220368)

PRODI AKUNTANSI, FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut dipanjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas penyertaan-Nya
sehingga makalah ini dapat disusun dan dapat selesai dengan baik.

Makalah dengan judul “Profil Pelaku, Korban, dan Perbuatan Fraud” ini membahas tentang profiling,
profiling dalam kejahatan terorganisasi, profil korban fraud, dan profiling terhadap perbuatan (kejahatan,
fraud, dan lain-lain). Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan kita mengenai
“Profil Pelaku, Korban, dan Perbuatan Fraud”.

Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi penyusunan maupun
dari segi pembahasan isinya. Oleh sebab itu penyusun mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan
makalah ini.

Majene, 20 Maret 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………… 2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………… 3

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………. 4

A. Latar Belakang………………………………………………………………………………...... 4

B. Tujuan……………………………......................................................................................... 4

C. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….………... 4

BAB 2 PEMBAHASAN………………………………………………….……………………………….. 5

A. Profiling…………….…………………………………………………………………………….. 5

B. Profiling dalam Kejahatan Terorganisasi………………………………………..…………... 5

C. Profil Korban Fraud…………………………………………………………………………….. 6

D. Profiling Terhadap Perbuatan (Kejahatan, Fraud, Dan Lain-Lain)……………………….. 6

BAB 3 PENUTUP………………………………………………………………………………………… 8

A. Kesimpulan…………………………………………..………………….……………………… 8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………..……………………………….……… 9

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam upaya menemukan dan memberantas kecurangan, kita perlu mengetahui profil pelaku. Profil
berbeda dari foto. Foto menggambarkan fisik seseorang, bentuk wajahnya warna kulitnya (sawo
matang, kuning, putih, hitam), bentuk hidungnya (mancung, sedang, pesek), potongan dan warna
rambutnya, maupun ciri khusus lainnya (tahi lalat, telinga lebar, dan seterusnya). Profil tidak
menunjuk secara khusus ciri – ciri satu orang, melainkan memberi gambaran mengenai berbagai ciri
(traits) dari suatu kelompok orang seperti : rentang umur, jenjang pendidikan, kelompok sosial (kelas
atas, menengah, bawah), bahkan kelompok etnis, dan seterusnya.

B. TUJUAN

 Untuk Mengetahui Profiling.

 Untuk Mengetahui Profiling dalam Kejahatan Terorganisasi.

 Untuk Mengetahui Profil Korban Fraud.

 Untuk Mengetahui Profiling Terhadap Perbuatan (Kejahatan, Fraud, Dan Lain-Lain).

C. RUMUSAN MASALAH

 Apa itu Profiling?

 Bagaimana Profiling dalam Kejahatan Terorganisasi?

 Bagaimana Profil Korban Fraud?

 Bagaimana Profiling Terhadap Perbuatan (Kejahatan, Fraud, Dan Lain-Lain)?

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. PROFILING
Upaya untuk mengidentifikasi profil, dalam bahasa Inggris disebut profiling. Profiling dalam
memberantas kejahatan bukanlah upaya yang baru. Dalam kriminologi Cesare Lombroso dan rekan-
rekannya penganut criminal anthropology percaya bahwa faktor keturunan merupakan penyebab
tingkah laku kriminal.Profiling juga berkembang sampai kepada ciri psikologis dan psikiatris.
Profiling yang dilakukan di Indonesia menemukan bahwa penerima suap adalah pejabat, pegawai
negerisipil dan militer, di pemerintah pusat atau daerah. Profil pemberi suap adalah pengusaha.
Profiling bersifat penting dan bermanfaat, hanya kita perlu memahami makna dari profil yang
dihasilkan.Di pasar uang dan pasar modal profil pelaku fraud sering kali mengagumkan. Mereka
cerdas, mempunyai track record yang luar biasa, pekerja keras, dan cenderung menjadi informal
leader dengan karisma yangmelampaui wewenang yang diberikan jabatan.
Dalam profiling, profil tidak menunjuk secara khusus ciri-ciri satu orang, melainkan memberi
gambaran mengenai berbagai ciri (traits) dari suatu kelompok orang. Contoh: rentang umur, jenjang
pendidikan, kelompok sosial (kelas atas, menengah, bawah), bahkan kelompok etnis, dan seterusnya.
Contoh: rentang umur, jenjang pendidikan, kelompok sosial (kelas atas, menengah, bawah), bahkan
kelompok etnis, dan seterusnya.
B. PROFILING DALAM KEJAHATAN TERORGANISI
Dalam masyarakat dengan beraneka ragam etnis seperti di Amerika Serikat, profiling dilakukan dari
segibudaya atau kebiasaan etnis yang bersangkutan. Setelah membahas latar belakang berbagai
kejahatanterorganisasi, Manning kemudian membahas beberapa ciri penjahat dari etnis Asia.
Menurut Manning:
1. Menyepelekan dan tidak menganggap penegak hukum sebagai abdi masyarakat. Penegak
hukum: melindungi mereka yang berkuasa dan partai mereka
2. Menciptakan “mata uang bawah tanah” dengan mempertukarkan komoditas.Mata uang bawah
tanah ini memungkinkan mereka menghilangkan jejak dokumen dan melakukan penyelundupan
pajak.Contoh: emas, permata, intan dan berlian.
3. Menyelenggarakan “perkumpulan simpan pinjam” yang sangat informal. Terdiri atas 10-20 orang,
umumnya wanita. Terjadi tawar menawar untuk penggunaan uang dalam periode tertentu.
Pemenangnya adalah penawar tertinggi.

5
4. Setiap pejabat dapat dibeli dengan penyuapan yang biasa terjadi di Asia.
Peringatan dari Manning ini mengingatkan penulis pada beberapa kebijakan KPK yang
merupakankewajiban bagi pimpinan KPK, yakni:
 Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai pertemuan dengan pihak lain.
 Menolak dibayari makan, biaya akomodasi dan bentuk kesenangan lain oleh siapapun.
 Membatasi pertemuan di ruang publik.
 Memberitahukan kepada Pimpinan lain mengenai keluarga, kawan dan pihak lain yang secara
intensifmasih berkomunikasi.
C. PROFIL KORBAN FRAUD
Profiling umumnya dilakukan terhadap pelaku kejahatan tetapi dapat juga dapat dilakukan untuk
korbankejahatan. Tujuannya berbeda. Kalau profiling terhadap pelaku kejahatan dimaksudkan
untukmemudahkan menangkap pelaku, maka profiling terhadap korban kejahatan dimaksudkan
untukmemudahkan target penyebaran informasi. Ini adalah bagian dari disiplin ilmu yang disebut
viktimologi.Surat-surat kabar sering memberitakan orang yang "mudah" menjadi korban kejahatan
tertentu, seperti ponzi scheme yang disebut juga pyramid scheme.
Profiling Terhadap Perbuatan (Kejahatan, Fraud, dan lain-lain).
Tujuan :
1. Memudahkan menangkap pelaku (Profilling terhadap pelaku kejahatan)
2. Memudahkan target penyebaran informasi (Profilling terhadap korban kejahatan)
Ciri Ponzi Scheme :
1. Gali lubang tutup lubang
2. “Iklan” dari mulut ke mulut
3. Calon investor tidak selalu diterima, ada proses seleksi
4. Korban : yayasan, pembisnis, individu kaya
D. PROFILING TERHADAP PERBUATAN (KEJAHATAN, FRAUD, DAN LAIN-LAIN)
Profiling dapat juga dilakukan dalam upaya mengenal perbuatannya atau cara melaksanakan
perbuatannya (modus operandi). Profil dari fraud disebut juga tipologi fraud. Direktorat Jenderal Pajak
mengkompilasi tipologi kejahatan perpajakan. Bank Indonesia melakukan hal yang sama untuk
kejahatan perbankan. PPATK melakukannya untuk kasus-kasus pencurian uang. Dengan
mengumpulkan tipologi fraud lembaga-lembaga ini, misalnya, dapat mengantisipasi jenis fraud yang
memanfaatkan perusahaandi Negara surga pajak (tax heaven countries). Atau komisaris bank yang

6
aktif menjalankan usahanya, atau pemegang saham tidak tercatat sebagai pemegang saham, atau
pegawai rendahan yang menjadi pemegang saham boneka.
1. Profiling merupakan bentuk upaya mengenal perbuatannya/cara melaksanakan perbuatannya
2. Profil dari fraud : tipologi fraud
Contoh :
 Direktorat Jendral Pajak mengompilasi kejahatan perpajakan
 Bank Indonesia mengompilasi kejahatan perbankan
 PPATK mengompilasi kasus-kasus pencucian uang

7
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN
Profiling adalah upaya untuk mengidentifikasi profil. Dalam masyarakat dengan beraneka ragam etnis
seperti di Amerika Serikat, profiling dilakukan dari segibudaya atau kebiasaan etnis yang
bersangkutan. Profiling umumnya dilakukan terhadap pelaku kejahatan tetapi dapat juga dapat
dilakukan untuk korbankejahatan. Tujuannya berbeda. Kalau profiling terhadap pelaku kejahatan
dimaksudkan untukmemudahkan menangkap pelaku, maka profiling terhadap korban kejahatan
dimaksudkan untukmemudahkan target penyebaran informasi. Profil dari fraud disebut juga tipologi
fraud. Direktorat Jenderal Pajak mengkompilasi tipologi kejahatan perpajakan.

8
DAFTAR PUSTAKA

2017. “Resume Bab 10 Profil Pelaku, Korban, dan Perbuatan Fraud”,


http://dokumentasiilmu90.blogspot.com/2017/02/resume-bab-10-profil-pelaku-korban-dan.html?m=1

Studocu, https://www.studocu.com/id/document/universitas-pembangunan-nasional-veteran-
yogyakarta/akuntansi-forensik/materi-fraud-forensik/45779057

Anda mungkin juga menyukai