Disusun oleh:
A. Latar Belakang
Keselamatan pasien identik dengan mutu pelayanan, dimana semakin
baik mutu pelayanan maka keselamatan pasien juga akan semakin baik.
Tujuan utama pengembangan program patient safety di rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah, menciptakan budaya patient
safety; memperbaiki akuntabilitas rumah sakit; menurunkan angka HAIs dan
melakukan pencegahan agar kejadian yang tidak diinginkan tidak terulang
kembali (Menkes, 2011).
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden
dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang
seharusnya diambil (Menkes, 2011).
Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah
setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari
Kejadian Tidak Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera
dan Kejadian Potensi Cedera (Menkes, 2011).
Instalansi Gawat Darurat (IGD) merupakan unit Rumah Sakit yang
memberikan perawatan pertama kepada pasien. Unit ini dipimpin oleh
seorang dokter jaga dengan tenaga dokter ahli dan berpengalaman dalam
menangani PGD (Pelayanan Gawat Darurat), yang kemudian bila dibutuhkan
akan merujuk pasien kepada dokter spesialis tertentu. Kementrian Kesehatan
telah mengeluarkan kebijakan mengenai Standar Instalansi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 856 tahun 2009 untuk mengatur standarisasi
pelayanan gawat darurat di rumah sakit (Gobel, Wahidin, & Muttaqin, 2018)
Kualitas pelayanan IGD dapat dievaluasi mengkaji 6 unsur yang
relevan terhadap pelayanan di IGD sebagai berikut: ketepatan dalam
pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan keramah-tamahan dalam
memberikan layanan, tanggung jawab, kelengkapan, dan kemudahan
mendapatkan layanan (Gobel, Wahidin, & Muttaqin, 2018)
Aspek keselamatan pasien di Unit Gawat Darurat tidak lepas dari
program mutu dan keselamatan pasien rumah sakit, salah satunya program
pelaporan insiden keselamatan pasien. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala ruang unit gawat darurat RS PKU Muhammadiyah Gombong,
didapatkan data kunjungan dalam bulan Januari hingga Mei 2019 mengalami
peningkatan, dari 1000 pasien/bulan menjadi 1400 pasien/bulan.
Masalah yang paling sering terjadi di UGD RS PKU Muhammadiyah
Gombong adalah terjadinya penumpukkan pasien di UGD oleh karena
bangsal penuh. Selain itu, terjadi masalah dalam pemasangan gelang pasien
sehingga terkadang terjadi kesalahan dalam mengidnetifikasi pasien. Angka
kejadian sebanyak 1 kejadian tiap bulan. Adanya kecenderungan
peningkatan masalah dalam pelayanan gawat darurat merupakan sebuah
indikasi perlunya dilakukan evaluasi aspek safety dalam pelayanan gawat
darurat dengan cara UGD mengidentifikasi dan mengurangi risiko. Pada
akhirnya, diperlukan desain ulang terhadap pelayanan unit gawat darurat dari
input, proses hingga outputnya.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, dicetuskan suatu ide
sistem analisis yang proaktif sebagai strategi pencegahan error dengan
metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA).
B. Tujuan
1. Meningkatkan keselamatan pasien dalam pelayanan unit gawat darurat.
2. Mengurangi kejadian yang berpotensi error akibat kegagalan sistem yang
berlaku.
3. Meningkatan mutu dan kepuasan pasien terhadap pelayanan unit gawat
darurat.
C. Manfaat
1. Bagi RS PKU Muhammadiyah Gombong: Untuk meminimalkan risiko
atau potensi risiko yang terjadi
2. Bagi Pasien : Memperoleh pelayanan yang bermutu dan aman.
BAB II
FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS (FMEA)
A. DEFINISI
Failure Mode Effect Analysis (FMEA) adalah suatu alat mutu untuk
mengkaji suatu prosedur secara rinci, dan mengenali model-model
kemungkinan adanya kegagalan atau kesalahan pada suatu prosedur,
melakukan penilaian terhadap tiap model kesalahan atau kegagalan dengan
mencari penyebab terjadinya, mengenali akibat dari kegagalan atau kesalahan
dan mencari solusi dengan melakukan perubahan desain atau prosedur.
Merupakan tahap untuk mengetahui apakah kejadian medication error pada
proses pelayanan laboratorium secara umum telah terjadi.
B. LANGKAH-LANGKAH FMEA
1. Langkah 1 : Mencari proses yang beresiko tinggi dan membentuk tim
8. Langkah 8 : Evaluasi
Pasien datang ke
UGD
Keluarga Pendaftaran
Pasien
TRIASE
Observasi Resusitasi /
Stabilisasi
Administrasi
Pulang Rujuk
E. LANGKAH 3A : GAMBAR ALUR PROSES
Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses
Mengelompokkan
Pasien menunggu Petugas memeriksa penilaian tentang Memberi
untuk diperiksa blangko pendaftaran keadaan pasien penatalaksaan yang
dengan identitas Anamnesis pasien sesuai dengan
pasien secara lengkap keadaan pasien
Menulis identitas
pasien
Mencari rekam medis
pasien di ruangan RM
Resusitasi/Stabili Pasien rawat Pasien rawat Pasien
sasi jalan inap meninggal
hjnjkn
Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses
Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses Tahapan Sub Proses
SUB PROSES 1
A
Pasien
menunggu untuk
diperiksa
Modus Kegagalan
Pasien
menunggu
terlalu lama
untuk
diperiksa
SUB PROSES 2
A B C
A B
Mengelompokkan Anamnesis
penilaian tentang pasien secara
keadaan pasien lengkap
Memberi
penatalaksaan
yang sesuai
dengan keadaan
pasien
Modus Kegagalan
Ketersediaan alat
kurang
Salah obat
SUB PROSES 5
A B
Penanganan Mengoperasikan
tindakan peralatan medis
resusitasi/stabilis
asi pada pasien
A B
Memberi Memberi
penjelasan penjelasan tentang
tentang waktu cara perawatan di
kontrol rumah dan diet di
rumah
A B
A B
Mencatat dan
menghitung
nominal jenis
tindakan yang
telah dilakukan
Modus Kegagalan
Kesalahan
dalam input
nominal
Pasien tidak
melakukan
pembayaran
SUB PROSES 10
Memberi label
pada obat tentang
dosis dan cara
minum obat
secara jelas
Modus Kegagalan
Petugas tidak
memberi label
obat
Petugas salah
memberi label
pada obat
SUB PROSES 11
A B
Pasien/keluarga Persyaratan
tidak menyetujui rujukan tidak
untuk dirujuk lengkap
Kesalahan
penyampaian
informasi
SUB PROSES 12
Modus Kegagalan
Pasien pulang
atas keinginan
sendiri/APS
IDENTIFIKASI AKIBAT JIKA TERJADI FAILURE MODE UNTUK TIAP-TIAP
FAILURE MODE
Kurangnya
11 Petugas tidak kompeten Peningkatan
komptensi dalam kompetesnsi petugas
penanganan
tindakan resusitasi Melengkapi alat untuk
Alat pendukung BLS
stabilisasi pasien BLS
kurang
Modifikasi linkungan/
Ambulance sempit
ruangan ambulan
Rusaknya peralatan
12 Alat rusak Perbaiki alat yang
medis yang Belum menyediakan rusak
digunakan alat penunjang Menyediakan alat
penunjang sesuai
Bahan habis pake untuk kebutuhan
alat penunjang habis
Menyediakan kembali
Tidak terkontrol bahan bahan yang habis
habis
Kesalahan
13 Petugas kurang teliti Melakukan edukasi
memberikan dalam memberikan kepada pasien yang
penjelasan tentang pelayanan kepada boleh pulang
waktu kontrol pasien yang boleh
pulang
Pasien tidak
14 Petugas kurang teliti Melakukan edukasi
mengetahui cara dalam memberikan kepada pasien yang
perawatan di rumah pelayanan kepada boleh pulang
dan diet di rumah pasien yang boleh
pulang
Pasien menunggu
15 Bed ranap penuh Menambah Bed Ranap
lama dari transfer
ruangan UGD ke
bangsal rawat inap
Perawat tidak
17 Perawat lupa memasang Perawat memastikan
memasang gelang gelang identitas setiap tindakan atau
identitas pasien operan jaga bahwa
Stok gelang identitas gelang identitas sudah
terbatas terpasang
Jenasah dibawa
18 Keluarga ingin Berlaku sesuai SOP
pulang dengan mempercepat proses
kendaraan pribadi Jenazah dibawa pulang
pemakaman setelah 2 jam
meninggal dan diantar
dengan ambulance
Ambulance sibuk
19 Yang di rujuk lebih dari Membuat aturan
jumlah ambulance yang tentang penggunaan
tersedia ambulance
Pemberian label
20 Tergesa gesa Membuat petunjuk
obat yang tidak
kerja
jelas tentang dosis Singkatan tidak lajim
dan cara minum Mempertegas tentang
obat sigkatan
Pasien tertahan di
21 Bed ranap penuh Menambah Bed Ranap
UGD
Pasien dan
22 Waktu tempuh yang Mendiagnosa kembali
keluarga menolak lama antara rumah tentang diagnosa
dirujuk pasien dengan rumah penyakit, akibatnya,
sakit rujukan. dan memotivasi pasien
serta keluarga pasien
agar mau dirujuk
Biaya perawatan yang
lebih mahal di rumah
sakit rujukan
Persyaratan pasien
23 Belum bawa Aturan tentang
untuk rujukan tidak persyaratan pasen
lengkap
Melengkapi
Tidak memiliki
persyaratan
kelengkapan
persyaratan
Hilang Membuat baru
persyaratan
Pasien meminta
24 Pasien merasa dirinya Petugas memberikan
pulang dengan sudah sehat kembali penjelasan tentang
paksa/APS penyakitnya dan risiko
kekambuhan bila tidak
ditangani dengan
maksimal
F. LANGKAH 4 : MENETAPKAN TINGKAT KEPARAHAN DARI EFEK KEGAGALAN DENGAN SKORING ( RISK PRIORITY
NUMBER)
Kesalahan penatalaksanaan 10 2 4 80
Observasi pasien
Ambulance sibuk 2 4 1 8
FAKTOR
LINGKUNGAN KERJA
PROSES
PASIEN
Proses Fasilitas
Jumlah tempat
Banyak pasien datang Proses tidur pasien di
dalam satu waktu administrasi bangsal terbatas
yang rumit
Waktu
Tungu
Lama
Banyak pasien Kurangnya
yang datang sosialisasi SOP
Jadwal visite
dalam waktu transfer pasien
dokter mundur
bersamaan ke bangsal
sehingga
menghambat Kurangnya
pasien pulang SDM
Faktor
Petugas Lingkungan Kerja
Faktor
Organisasi dan
Manajemen