Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KECELAKAAN KERJA DENGAN METODE FAILURE MODE AND

EFFECT ANALYSIS (FMEA)


Studi Kasus : Automotive Workshop Semarang

Projo Mukti Rifai*, Sriyanto,ST.MT

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
projomr@gmail.com

Abstrak

Bengkel Automotive Workshop adalah unit usaha yang bergerak dalam bidang reparasi,
pengecatan dan perawatan kendaraan. Bengkel ini melayani jasa body repair, custom paint
modification, colour matching service dan detailing mobil. Pekerjaan yang dilakukan di bengkel
sering kali menimbulkan kecelakaan kerja bagi montir yang bekerja. Selama 3 tahun terakhir tercatat
kecelakaan kerja di bengkel Automotive Workshop diataranya seperti luka, tangan terpalu, kaki
terpeleset, iritasi akibat buangan las, tersetrum dll. Untuk menyikapi permasalahan yang terjadi di
bengkel Automotive Workshop tersebut,peneliti melakukan analisis kecelakaan kerja dengan metode
Failuere Mode and Effect Analysis (FMEA). Tujuan penelitian ini adalah untuk memprediksi potensi
bahaya yang dapat terjadi, mengevaluasi pengaruh dari bahaya, serta membangun tindakan perbaikan
yang bisa diambil untuk mencegah atau mengurangi peluang terjadinya kecelakaan kerja yang akan
terjadi. Metode FMEA akan membantu mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab dari suatu
masalah dan kemudian dapat diketahui penyebab mana yang menjadi prioritas dan kemudian akan
dilakukan perbaikan guna meningkatkan efektifitas proses produksi. Nilai RPN tertinggi yaitu sebesar
25 diperoleh jenis kecelakaan kerja diantaranya yaitu tangan terkena penggaris besi siku, kepala
terkena spon,iritasi mata akibat gas buang las dan tangan tersetrum.

Kata kunci :Kecelakaan kerja,FMEA.

Abstract

Automotive Workshop is a business unit that specializes in repair, painting and


maintenance of vehicles. This workshop services body repair, modification custom paint, color
matching service and car detailing. Work done in the workshop often caused accidents for the
mechanics. Over last 3 years the accidents recorded in the Automotive Workshop like a
wound, hammered hand, slipped foot, irritation from welding exhaust, electric shock etc. To
response the issues at the Automotive Workshop, the researcher do analyze the work accident
using Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). The purpose of this study is to predict the
potential dangers that can occur, evaluate the impact of hazards, and establish corrective
actions that can be taken to prevent or reduce the chances of accidents would happened.
FMEA method will help identify sources and root causes of a problem and then it can be seen
which of these causes is a priority and then it will be improved in order to increase the
effectiveness of the production process. The highest RPN number is 25 obtained the type of
work accidents among which are hands exposed stainless ruler bracket, head exposed sponge,
eye irritation due to flue gas welding and hand electrocuted

Keyword: Work Accident,FMEA.

1. PENDAHULUAN
Bengkel Automotive Workshop perawatan kendaraan. Bengkel ini
adalah unit usaha yang bergerak dalam melayani jasa body repair, custom paint
bidang reparasi, pengecatan dan modification, calour matching service

1
dan salon mobil. Dalam kegiatan yang kaki terpeleset, iritasi akibat buangan
dilakukan setiap harinya, bengkel ini las, tersetrum dll.
perlu memperhatikan kesehatan dan Untuk menyikapi permasalahan
keselamatan kerja dengan melakukan yang terjadi di bengkel Automotive
upaya pemantauan dan Workshop tersebut,peneliti
penidentifikasian bahaya. Pekerja yang menggunakan metode FMEA untuk
lalai akan dapat merugikan dirinya mengidentifikasi sumber-sumber dan
sendiri dan perusahaaan tempat ia akar penyebab dari suatu masalah.
bekerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Penerapan Kesehatan dan memprediksi potensi bahaya yang dapat
Keselamatan di tempat kerja adalah terjadi, mengevaluasi pengaruh dari
upaya untuk mewujudkan suasana dan bahaya, serta membangun tindakan
lingkungan kerja yang aman, nyaman, perbaikan yang bisa diambil untuk
dan sehat untuk para pekerja. mencegah atau mengurangi peluang
Keselamatan kerja adalah keselamatan terjadinya kecelakaan kerja yang akan
yang berhubungan dengan mesin, alat terjadi.
kerja, bahan dan proses pengolahanm
tempat kerja dan cara-cara melakukan 2. METODOLOGI PENELITIAN
pekerjaan. (Ramli, 2009). Penerapan Menurut Mourby (1997) failure
K3 di perusahaan secara langsung modes and effect analysys (FMEA)
maupun tidak langsung akan adalah suatu metode yang digunakan
memberikan dampak bagi perusahaan. untuk mengidentifikasi bentuk
Setiap kecelakaan kerja yang terjadi kegagalan yang mungkin menyebabkan
selalu menimbulkan kerugian seperti setiap kegagalan fungsi dan untuk
menurunnya produktivitas karena memastikan pengaruh kegagalan
pekerja yang tidak mampu bekerja berhubungan dengan setiap bentuk
secara optimal, hilangnya jumlah kerja kegagalan. Analisis FMEA
dan tentu saja akan menurunkan memfokuskan pada penyebab kerusakan
keuntungan perusahaan. dan mekanisme terjadinya kerusakan.
(Sulaksmono,1997). Ketika penyebab dan mekanisme
Dibalik pentingnnya penerapan kerusakan telah diidentifikasi untuk
K3 diperusahaan, disisi lain saat ini setiap failure mode, selanjutnya dapat
masih banyak perusahaan yang diberikan saran untuk waktu
mengabaikan penerapan K3 sehingga pelaksanaan preventive maintenance,
resiko terjadinya kecelakaan kerja tidak atau perencanaan monitoring untuk
dapat dihindari. menurunkan failure rate. Sehingga
Statistik mengungkapkan bahwa bentuk kegagalan potensial (potensial
80% kecelakaan diakibatkan oleh failure mode) dapat ditekan melalui
perbuatan yang tidak selamat (unsafe langkah-langkah antisipasi berdasarkan
act) dan sisanya diakibatkan oleh suatu prioritas. Dimana dalam
kondisi yang tidak selamat (unsafe menentukan skala priorotas yaitu
condition) (Silalahi,1995). Selama 3 dengan mendapatkan nilai Risk Priority
tahun terakhir tercatat kecelakaan kerja Number (RPN). Nilai RPN yang
di bengkel Automotive Workshop dihasilkan menunjukkan tingkat
diataranya seperti luka, tangan terpalu, priorotas perbaikan untuk area atau
komponen yang terdapat dalam sistem.

2
Berikut ini adalah kriteria nilai Tabel 2 Nilai Consequences
consequeces, exposure dan detection pada proses produksi
dengan nilai skala rating sampai dengan Jenis
Efek dari
Item Kecelakaan Consequences
5. Nilai ini berfungsi untuk Kerja
Kecelakaan Kerja
mengkuantitatifkan efek dari setiap Jari Tangan
modus pada hasil FMEA. Dari nilai tergunting saat
Jari memotong plat
RPN akan menjadi acuan prioritas tergunting sehingga
1
pengambilan keputusan dan tindakan Jari menyebabkan jari
perbaikan yang akan dilakukan. Tangan tangan sobek
Jari tangan Jari terkena
terkena penggaris siku-siku
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1
penggaris sehingga
3.1 Pengumpulan Data Kecelakaan siku-siku menyebabkan luka
Tabel 1 dibawah ini merupakan Tangan terbakar
Tangan
dapat menyebabkan 1
tabel yang menunjukan frekuensi terbakar
luka bakar
kecelakaan kerja di Automotive Tangan
Workshop dari tahun 2011-2014: terkena Tangan dapat
1
pecahan terluka
gelas
Tabel 1 Frekuensi Kecelakaan Kerja Dapat
Automotive Workshop Tahun 2011- Tangan Tangan menyebabkan luka
1
terkilir ringan seperti
2014 terkilir
Frekuensi Dapat
Jenis Kecelakaan Kerja Tangan
Kejadian ( Kali) menyebabkan 1
Luka 6 terpalu
tangan bengkak
Tangan terpalu 2 Dapat
Tangan
Terpeleset 2 menyebabkan luka 1
tersetrum
bakar
Iritasi mata akibat gas buang
1 Dapat
las
Terkena menyebabkan
Tersetrum 1 Kepala 1
Spon kepala lecet dan
sumber: Automotive Workshop lebam
Bisa menyebabkan
Kaki
Kaki luka ringan seperti 1
3.2 Consequences terpeleset
terkilir
Consequences adalah tingkat Iritasi mata
Mata menjadi perih
keparahan atau keseriusan efek yang dan dapat
Mata akibat gas 1
menganggu proses
ditimbulkan oleh kegagalan itu sendiri. buang las
pengelihatan
Pada penelitian kali ini nilai atau
ranking severity diperoleh berdasarkan 3.3 Exposure
atas bagaimana suatu kecelakaan akan Exposure merupakan kejadian
mempengaruhi proses selanjutnya dan yang digunakan untuk mengukur
bagaimana produk yang terjadi akibat seberapa sering efek tersebut oleh
kegagalan tersebut. Tabel 2 dibawah ini karena penyebab tertentu. Selain itu
akan menjelaskan penentuan nilai juga dapat digunakan untuk mengukur
tingkat keparahan (Consequences) yang frekuensi terjadinya kecelakaan tersebut
terjadi pada proses produksi di dan Tabel 3 dibawah ini akan
Automotive Workshop. menjelaskan penentuan nilai tingkat
kejadian (Exposure) pada proses
produksi di Automotive Workshop.

3
Tabel 3 Nilai Exposure pada proses Tabel 4 Nilai Detection pada
produksi proses produksi
Jenis Jenis
Penyebab Kecelakaan Item Kecelakaan Pengendalian Sekarang Detection
Item Kecelakaan Exposure
Kerja Kerja
Kerja
Konsentrasi sangat
Pekerja tidak Jari
tergunting
dibutuhkan saat menggunting 1
Jari tergunting konsentrasi saat 2 plat
memotong pelat Jari
Jari tangan
Jari Pekerja kurang berhati- Tangan Diperlukan kehati-hatian saat
Jari tangan terkena
Tangan hati saat pendempulan penggaris
pendelmpulan bidang lebur 5
terkena siku-siku
yang menggunakan plat baja
bidang lebur yang 5
penggaris siku- Diperlukan kehati-hatian
memakai penggaris
siku Tangan dalam mengatur besar
siku-siku plat baja 3
terbakar kecilnya api las yang
Pekerja kurang berhati-
digunakan
Tangan terbakar hati dalam mengatur api 5 Tangan Konsentrasi dan sifat awas
las terkena sangat diperlukan terhadap
Pekerja tidak pecahan perkakas dan benda-benda
1
Tangan terkena berkonsentrasi dengan gelas sekitar
2
pecahan gelas perkakas dan benda- Tangan
Tangan Diperlukan kehati-hatian
3
benda disekitarnya terkilir dalam melakukan perkerjaan
Tangan Pekerja kurang berhati- Konsentrasi sangat
Tangan
Tangan terkilir hati dalam melakukan 5 terpalu
dibutuhkan saat melakukan 2
pengentengan body
pekerjaan
Dilakukan pengecekan
Pekerja tidak terlebih dahulu terhadap
berkonsentrasi saat Tangan
Tangan terpalu 2 tersetrum
kondisi alat yang akan 5
melakukan digunakan sebelum
pengentengan body melakukan pekerjaan
Tangan Pekerja tidak mengecek Diperlukan perhatian khusus
5 Terkena terhadap alat-alat yang
tersetrum kabel untuk memoles Kepala 5
Spon digunakan saat melakukan
Pekerja tidak
pekerjaan
memperhatikan putaran Konsentrasi sangat
poles yang terlalu Kaki diperlukan dan oli-oli sisa
Kepala Terkena Spon 5 Kaki 1
kencang sehingga terpeleset pekerjaan dibersihkan
menyebabkan spon dengan benar
lepas Iritasi mata
Menggunakan kaca mata
Kurang konsentrasi dan Mata akibat gas
sangat mengelas
5
Kaki Kaki terpeleset 1 buang las
banyak sisa-sisa oli
Iritasi Pekerja tidak
Mata mataakibat gas menggunakan kaca 5
buang las mata saat mengelas

3.5 Perhitungan RPN


3.4 Detection
Proses selanjutnya adalah
Detection merupakan tingkat
menghitung risk priority number.
deteksi atau tindakan pengendalian
Perhitungan ini dilakukan untuk dapat
yang dilakukan oleh perusahaan
mengetahui kecelakaan yang mana yang
terhadap kecelakaan-kecelakaan yang
harus diutamakan dalam tindakan
terjadi. Tabel 4 dibawah ini akan
korektif. Cara menentukan RPN adalah
menjelaskan tentang penentuan nilai
dengan mengalikan nilai
tingkat deteksi (Likelihood) pada proses
Consequences,Exposure dan Detection
produksi di Automotive Workshop.
secara berurutan. Tabel 5 berikut akan
menjelaskan perhitungan nilai RPN
secara detail.

4
Tabel 5 Perhitungan Nilai RPN untuk kemudian akan diberikan usulan
Jenis Kecelajaan perbaikan. Jenis kecelakaan kerja
Consequences Exposure Likelihood RPN
Kerja
Jari tergunting 1 2 1 2 tersebut diantaranya adalah Jari tangan
Jari tangan
1 5 5 25 terkena penggaris siku-siku, Kepala
terkena juri
Tangan terbakar 1 5 3 15 terkena spon, Iritasi mata akibat gas
Tangan terkena
1 2 1 2 buang las dan Tangan tersetrum yang
pecahan gelas
Tangan terkilir 1 5 3 15
masing-masing memiliki nilai RPN
Tangan terpalu 1 2 2 4 sebesar 25. Usulan perbaikan yang
Tangan tersetrum 1 5 5 25 harus dilakukan oleh Automotive
Kepala Terkena
1 5 5 25
Workshop adalah memberikan APD
Spon bagi semua pekerja yang sedang
Kaki terpeleset 1 1 1 1
Iritasi mata 1 5 5 25 bekerja. Automotive Workshop juga
harus memberikan penjelasan standar
Setelah dilakukan perhitungan operating procedure yang jelas terhadap
nilai RPN seperti yang telah dijelaskan pekerja dalam melakukan
pada tabel, langkah selanjutnya adalah pekerjaaannya dan kemudian harus ada
mengurutkan jenis kecelakaan kerja komitmen dari pihak management untuk
berdasarkan nilai RPN terbesar sampai memperketat rule safety karena selama
yang terkecil. Hal ini ditujukan agar ini pengawasan yang diberikan terhadap
dapat memudahkan dalam pelaksanaan pekerja masih kurang sehingga pekerja
priorotas tindaka korektif pada jenis dapat dengan mudah melanggar
kecelakaan kerja yang memiliki resiko keselamatan dan kesehatan kerjanya.
terbesar. Berikut merupakan Tabel 6 Automotive Workshop juga harus
yang menjelaskan ranking jenis memperbanyak safety sign untuk
kecelakaan kerja yang memiliki resiko mengingatkan pekerja agar menjaga
terbesar sampai terkecil. kesehatan dan keselamatan kerjanya.

Tabel 6 Ranking Nilai RPN 3.6 Analsis Prioritas


Jenis Kecelakaan Kerja RPN Berdasarkan nilai RPN terbesar
Jari tangan terkena diperoleh 4 Jenis kecelakaan kerja yang
25 paling dominan yaitu Jari tangan
penggaris siku-siku
Kepala Terkena Spon 25 terkena Penggaris siku-siku, Kepala
Iritasi mata 25 terkena Spon, Iritasi mata akibat gas
Tangan tersetrum 25 buang las, dan Tangan tersetrum.
Tangan terbakar 15 Penyebabnya adalah Pekerja kurang
Tangan terkilir 15 berhati-hati saat pendempulan bidang
Tangan terpalu 4 lebur yang memakai penggaris siku-siku
plat baja, Pekerja tidak memperhatikan
Tangan terkena pecahan
2 putaran poles yang terlalu kencang
gelas
sehingga menyebabkan spon lepas,
Jari tergunting 2
Pekerja tidak menggunakan kaca mata
Kaki terpeleset 1
saat mengelas dan Pekerja tidak
TOTAL 139 mengecek kabel untuk memoles
sehingga menyebabkan tangan pekerja
Berdasarkan tabel diatas dapat tersetrum. Pembahasan risiko
diketahui 4 jenis kecelakaan kerja yang kecelakaan kerja akan diuraikan dalam
dominan dan memerlukan perhatian

5
diagram fishbone. Dalam Diagram  Methode
fishbone pembahasan akan dilakukan Faktor yang dapat menyebabkan
dalam beberapa kategori, seperti terjadinya suatu kecelakaan kerja
Man(Manusia),Method(Metode),Machi pada metode kerja adalah
ne(Mesin),Material(Bahan Baku), dan penyampaian tentang SOP dalam
Environment (Lingkungan) seperti bekernya masih kurang maksimal
terlihat pada Gambar 3 dibawah ini. dan juga kurangnya pengawasan dari
pimpinan terhadap para pekerja
sehingga pekerja cenderung kurang
memperhatikan keselamatan saat
bekerja.

 Machine
Faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya suatu kecelakaan kerja
pada sisi peralatan adalah alat-alat
yang sudah usang dan juga
banyaknya peralatan yang tajam dan
berat sehingga dapat menjadi potensi
Gambar 3 Diagram Fishbone
bahaya bagi para pekerja.
Dari gambar 3 diatas dapat
diketahui faktor-faktor penyebab  Material
kecelakaan kerja yang terjadi di Faktor yang menyebabkan terjadinya
Automotive Workshop, berikut suatu kecelakaan kerja pada material
merupakan pembahsan diagram adalah kurangnya APD yang
fishbone diatas. memenuhi standar.

 Man  Environment
Faktor yang menjadi penyebab Lingkungan yang baik akan
kecelakaan kerja dari sisi manusia memberikan kenyamanan dalam
adalah karena tingkat kelelahan, bekerja. Di Automotive Workshop
pekerja tidak menaati SOP yang ada, suhu dalam ruangan terlalu panas
kurangnya kesadaran akan dan masih terdapat sisa-sisa oli dan
pentingnya keselamatan kerja serta air bekas mengamplas dibeberapa
kurangnya ketelitian dalam bekerja. titik sehingga dapat menyebabkan
Di Automotive Workshop keahlian potensi timbulnya kecelakaan kerja.
dari pekerja yang ada cenderung
didapat dari proses otodidak 3.7 Solusi Nilai RPN
sehingga metode yang dipakai Dari 4 jenis kecelakaan kerja
terkadang tidak sesuai dengan SOP terparah di Automotive Workshop yaitu
yang menyebabkan pekerja kurang tangan terkena penggaris siku-siku,
mematuhi SOP yang ada. Hal ini kepala terkena Spon, Mata iritasi dan
yang menyababkan pekerja bekerja Tangan tersetrum peneliti dapat
dengan caranya sendiri sehingga memberikan solusi:
berpotensi menimbulkan kecelakaan
kerja.

6
a. Diperlukan kehati-hatian saat dari pimpinann dibutuhkan agar pekerja
pendempulan bidang lebur yang dapat melakukan pekerjaaannya secara
menggunakan plat baja serius dan serta penyampaian tentang
b. Diperlukan perhatian khusus SOP yang ada harus lebih maksimal.
terhadap alat-alat yang digunakan Dari sisi Material kurangnya APD yang
saat melakukan pekerjaan memenuhi standar dan dari sisi
khususnya saat melakukan lingkungan suhu rungan bekerja yang
pemolesan pekerja diharapkan terlalu panas dan masih terdapat sisa-
memperhatikan dengan cermat sisa oli dan air bekas mengamplas
kecepatan putaran poles sehingga menjadi penyebab timbulnya potensi
kejadian spon lepas dan mengenai kecelakaan kerja di Automotive
kepala tidak terulang Workshop.
c. Pekerja memakai APD yang Usulan perbaikan yang dapat
standar dalam melakukan diberikan diantaranya adalah perlunya
pekerjaan pengawasan yang lebih ketat kepada
d. Pekerja mengecek peralatan pekerja sehingga pekerja dapat lebih
sebelum melakukan pekerjaan dan berkonsentrasi saat bekerja dan pekerja
melakukan pekerjaan sesuai dapat bekerja sesui dengan SOP yang
dengan SOP yang telah ada. ada, penyediaan APD yang sudah
memenuhi standar bagi para pekerja,
4. PENUTUP menciptakan lingkungan pekerjaan yang
Setelah dilakukan perhitungan kondusif agar pekerja nyaman saat
maka didataptkan hasil nilai RPN bekerja.
tertinggi yaitu sebesar 25 diperoleh
jenis kecelakaan kerja diantaranya yaitu Daftar Pustaka
tangan terkena penggaris siku-siku, Mourby, J.1997. Reliability Centered
kepala terkena spon,iritasi mata akibat Maintenance. NewYork:
gas buang las dan tangan tersetrum. Industrial Press Inc. 2nd edition
Fishbone Diagram membagi Ramli,2009.Kesehatan dan
faktor penyebab kecelakan kerja ke Keselamatan Kerja.Edisi
dalam 5 kategori diantaranya yaitu Pertama.Penerbit Jakarta
Man(Manusia),Machine(Mesin),Method Silalahi,R.B.1995.Management
(Metode),Material(Bahan Baku), dan Keselamatan dan Kesehatan
Environment(Lingkungan). Faktor man Kerja.Jakarta:PT Pustaka
yang mempengaruhi potensi kecelakaan Binaman Pressindo
kerja adalah faktor kelelalahan Sulaksmono,1997.Management
pekerja,pekerja tidak menaati SOP yang Kesehatan dan Keselamatan
ada, kurangnya kesadaran tentang Kerja.Bina Adiaksara 2002
keselamatan kerja serta faktor kurang Jakarta
telitinya pekerja dalam bekerja. Pada
faktor Machine resiko kecelakaan kerja
dapat terjadi karena peralatan kerja yang
telah usang dan terdapat banyak
peralatan yang tajam dan berat sehingga
menimbulkan potensi bahaya bagi para
pekerja. Dari sisi Method, pengawasan

Anda mungkin juga menyukai