MAKALAH Buaya
MAKALAH Buaya
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah zoologi vertebrata
Disusun oleh :
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan karunia dan kasih sayang, serta shalawat dan salam semoga
tercurah pada baginda kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengenalkan kita
ilmu pengetahuan.
Saya berharap makalah ini bisa menambah bacaan bagi pembaca tentang
buaya yang dikaji dalam mata zoologi vertebrata tersebut dan pembaca dapat lebih
memahami berbagai aliran dalam pembahasan zoologi vertebrata, salah satunya
buaya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
5.skeleton ............................................................................................... 13
8. sistem respirasi.................................................................................... 15
Kesimpulan ...................................................................................................... 18
Saran ................................................................................................................ 18
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian buaya
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya
meliputi seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan
(Tomistoma schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar
untuk menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial, yakni kerabat-kerabat buaya yang
berlainan suku.Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau,
rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya
muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa
ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea
bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah
karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
Dikenal pula beberapa nama daerah untuk menyebut buaya, seperti misalnya
buhaya (Sd.); buhaya (bjn); baya atau bajul (Jw.); bicokok (Btw.), bekatak, atau buaya
katak untuk menyebut buaya bertubuh kecil gemuk; senyulong, buaya jolong-jolong
(Mly.), atau buaya julung-julung untuk menyebut buaya ikan; buaya pandan, yakni
buaya yang berwarna kehijauan; buaya tembaga, buaya yang berwarna kuning
kecoklatan; dan lain-lain.
Dalam bahasa Inggris buaya dikenal sebagai crocodile. Nama ini berasal dari
penyebutan orang Yunani terhadap buaya yang mereka saksikan di Sungai Nil,
krokodilos, kata bentukan yang berakar dari kata kroko, yang berarti ‘batu kerikil’ dan
deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Mereka menyebutnya ‘cacing bebatuan’ karena
mengamati kebiasaan buaya berjemur di tepian sungai yang berbatu-batu.
2
empat, sekat rongga badan (diafragma) dan cerebral cortex. Pada sisi lain, morfologi
luarnya memperlihatkan dengan jelas cara hidup pemangsa akuatik. Tubuhnya yang
"streamline" memungkinkannya untuk berenang cepat. Buaya melipat kakinya ke
belakang melekat pada tubuhnya, untuk mengurangi hambatan air dan memungkinkannya
menambah kecepatan pada saat berenang. Jari-jari kaki belakangnya berselaput renang,
yang meskipun tak digunakan sebagai pendorong ketika berenang cepat, selaput ini amat
berguna tatkala ia harus mendadak berbalik atau melakukan gerakan tiba-tiba di air, atau
untuk memulai berenang. Kaki berselaput juga merupakan keuntungan manakala buaya
perlu bergerak atau berjalan di air dangkal.
Buaya dapat bergerak dengan sangat cepat pada jarak pendek, bahkan juga di luar
air. Binatang ini memiliki rahang yang sangat kuat, yang dapat menggigit dengan
kekuatan luar biasa, menjadikannya sebagai hewan dengan kekuatan gigitan yang paling
besar. Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi (pounds per square inch;
setara dengan 315 kg/cm²) bandingkan dengan kekuatan gigitan anjing rottweiler yang
hanya 335 psi, hiu putih raksasa sebesar 400 psi, atau dubuk (hyena) sekitar 800 – 1.000.
Gigi-gigi buaya runcing dan tajam, amat berguna untuk memegangi mangsanya. Buaya
menyerang mangsanya dengan cara menerkam sekaligus menggigit mangsanya itu,
kemudian menariknya dengan kuat dan tiba-tiba ke air. Oleh sebab itu otot-otot di sekitar
rahangnya berkembang sedemikian baik sehingga dapat mengatup dengan amat kuat.
Mulut yang telah mengatup demikian juga amat sukar dibuka, serupa dengan gigitan
tokek. Akan tetapi sebaliknya, otot-otot yang berfungsi untuk membuka mulut buaya
amat lemah. Para peneliti buaya cukup melilitkan pita perekat besar (lakban) beberapa
kali atau mengikatkan tali karet ban dalam di ujung moncong yang menutup, untuk
menjaganya agar mulut itu tetap mengatup sementara dilakukan pengamatan dan
pengukuran, atau manakala ingin mengangkut binatang itu dengan aman. Cakar dan kuku
buaya pun kuat dan tajam, akan tetapi lehernya amat kaku sehingga buaya tidak begitu
mudah menyerang ke samping atau ke belakang.
Buaya memangsa ikan, burung, mamalia, dan kadang-kadang juga buaya lain
yang lebih kecil bahkan bangkai buaya dewasa. Reptil ini merupakan pemangsa
penyergap; ia menunggu mangsanya hewan darat atau ikan mendekat, lalu menerkamnya
3
dengan tiba-tiba. Sebagai hewan yang berdarah dingin, predator ini dapat bertahan cukup
lama tanpa makanan, dan jarang benar-benar perlu bergerak untuk memburu mangsanya.
Meskipun nampaknya lamban, buaya merupakan pemangsa puncak di lingkungannya,
dan beberapa jenisnya teramati pernah menyerang dan membunuh ikan hiu.
Perkecualiannya adalah burung cerek Mesir, yang dikenal memiliki hubungan simbiotik
dengan buaya. Konon, burung ini biasa memakan hewan-hewan parasit dan sisa daging
yang berdiam di mulut buaya, dan untuk itu sang raja sungai membuka mulutnya lebar-
lebar serta membiarkan si cerek masuk untuk membersihkannya.
4
Buaya muara (Crocodylus porosus)
Buaya muara jenis yang paling sering ditemukan di Indonesia. Buaya muara
merupakan spesies buaya yang terbesar, terpanjang dan terganas di antara jenis-jenis
buaya lainnya di dunia. Buaya muara juga memiliki habitat persebaran yang sangat luas,
bahkan terluas dibandingkan spesies buaya lainnya. Buaya muara dapat ditemukan mulai
dari Teluk Benggala (India, Sri Langka, dan Bangladesh) hingga Kepulauan Fiji.
Indonesia menjadi habitat terfavorit bagi buaya muara selain Australia.
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang
tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang
kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17
baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris. Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau
tua terutama pada yang dewasa sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan
bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna
hitam. Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan.
Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur-telur ini akan terus dijaga oleh
induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya jenis ini
menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan utamanya
adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati sungai
untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesa.
5
Buaya siam atau buaya air tawar (Crocodylus siamensis)
Buaya siam, masuk daftar Critically Endangered (Kritis). Buaya Siam diperkirakan
berasal dari Siam. Buaya siam selain di Indonesia dapat dijumpai pula di Thailand,
Vietnam, Malaysia, Laos, dan Kamboja. Di Indonesia, buaya siam hanya terdapat di Jawa
dan Kalimantan.
Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang
berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara
kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali
lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya
dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan
berwarna lebih muda dengan bercak-bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada
ekor umumnya tidak utuh. Buaya air tawar betina bertelur pada awal musim penghujan.
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan
utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya siam. Persebarannya meliputi
Kalimantan Timur,dan Jawa.
6
Buaya irian (Crocodylus novaeguineae)
Buaya irian hanya terdapat di pulau Irian (Indonesia dan Papua Nugini). Bentuk tubuh
buaya yang hidup di air tawar ini menyerupai buaya muara hanya berukuran lebih kecil
dan berwarna lebih hitam. Buaya ini juga tergolong unik karena cuman nongol di malam
hari. Sepanjang siang dia berada didalam air. Sayangnya, buaya jenis ini semakin sedikit
karena diburu manusia.
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang
lain berdasarkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik
belakang kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah
17-20 pasang, sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah.
Jumlah sisik ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum
dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan 2650 mm untuk betina.
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal
musim kemarau, hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur-telur ini dijaga
oleh induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati
habitat yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke
pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS
Memberamo, sampai semenanjung selatan Papua Nugini.
7
Buaya kalimantan (Crocodylus raninus)
Buaya kalimantan mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan buaya muara. Lantaran itu
buaya yang hanya dapat ditemui di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan ini
statusnya masih menjadi perdebatan para ahli.
Buaya mindoro, Critically Endangered. Buaya mindoro semula termasuk anak jenis
(subspesies) dari buaya irian (Crocodylus novaeguineae) tapi kini buaya ini di anggap
sebagai jenis tersendiri. Buaya mindoro di Indonesia dapat ditemukan di Sulawesi bagian
timur dan tenggara.
8
Buaya Air Asin Australia
Buaya yang hidup di air asin. Buaya yang terpanjang bisa mencapai 7 meter. Buaya ini
sangat ditakuti karena sering menyerang dan memangsa manusia.
mempunyai badan besar yang sedikit bulat dengan otot yang kuat, kepala lebar, dan ekor
yang sangat kuat.Aligator jantan panjangnya 3,96-4,48 meter, sedangkan betinanya hanya
2,99 meter. Ekornya digunakan untuk mendorong ketika berada di air, selain itu dapat
juga digunakan sebagai senjata dan pertahanan ketika terancam. Aligator bepergian
dengan cepat di air. Makanan utama mereka adalah ikan, burung, kura-kura, mamalia,
dan amfibi. Mereka tinggal di rawa-rawa dan sungai Amerika Serikat bagian tenggara,
jenis betina bisa menghasilkan 20 sampai 80 telur. Buayajenis ini memakan serangga dan
ikan dan tergolong berbahaya.
9
Buaya senyulong (Tomistoma schlegelii)
Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya
yang sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki
selaput, dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur
pada awal musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan
sampah tetumbuhan.
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam,
rawa-rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet.
Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan dan Jawa.
10
Mirip dengan buaya Amerika tetapi jauh lebih kecil. Bisa mengerami 10 sampai 20 buah
telur. Buaya cina ini juga tergolong berbahaya
black Caiman adalah buaya yang banyak ditemukan di Amerika Selatang yang tersebar di
perairan Amazone, terutama di kawasan hutan hujan dan basah. Mereka lebih menyukai
sungai dan danau dengan sedikit gelombang. Buaya jenis ini banyak diburu untuk diambil
kulitnya, karena memiliki nilai jual tinggi. Warna kulitnya berfungsi sebagai kamuflase
ketika mencari mangsa Caiman terdiri dari berbagai jenis dan mengerami 14 sampai 60
telur. Punya 75 macam gigi yang tajam banget.
11
Buaya sahul sebenarnya sama atau masih dianggap satu jenis dengan buaya irian. Namun
oleh beberapa ahli taksonomi buaya sahul yang hanya tersebar di Papua bagian selatan ini
diusulkan untuk menjadi spesies tersendiri.
Konservasi Buaya. Empat jenis buaya yang ada di Indonesia, yakni buaya irian
(Crocodylus novaeguineae), buaya muara (C. porosus), buaya siam (C. siamensis), dan
buaya sinyulong (Tomistoma schlegelii) merupakan satwa yang dilindungi oleh undang-
undang berdasarkan Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999
tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.Buaya siam dan buaya
mindoro merupakan buaya yang mulai langka dan dimasukkan dalam status konservasi
Critically Endangered (Critis) oleh IUCN Redlist. Buaya senyulong dimasukkan dalam
status konservasi Terancam Punah (Endangered). Sedangkan spesies buaya lainnya
seperti buaya muara dan buaya irian didaftar dalam status konservasi berisiko rendah
(Least Concern).
3. Struktur eksternal
Morfologi buaya meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh dan ekor. Anggota
tubuh berukuran pendek dengan sejumlah hari yang pada bagian ujungnya dilengkapi
cakar. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi, di dekat ujung moncong terdapat 2
lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak ateral, dengan kelopak atas dan bawah,
serta membrane nictatin transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata. Telingga
berukuran kecil terletak di ukuran mata. Anus terletak longitudinal di belakang pangkal
kaki belakang.
12
4. Penutup tubuh
Kulit yang keras membungkus tubuh dan ekor buaya. Sisik berbaris melebar
secara transversal dengan diantaranya terdapat celah dan kulit yang lunak. Hewan dengan
penutup tubuh terkornifikasi tidak mengalami pergantian kulit, tapi ada proses
penggantian dengan lapisan baru yang juga terkornifikasi yang berasal dari epidermis di
bawahnya. Buaya dewasa memiliki eksoskeleton berupa keeping dermal dari leher
samapai ekor dan terletak di bawah titik dorsal. Keeping dermal ada yang berbentuk segi
empat ada yang oval atau meruncing. Terdapat 3 pasang kelenjar di bagian bawah kepala,
di dalam mulut dan di dalam kloaka.
5. Skeleton
Tengkorak buaya meliputi moncong yang panjang, dan sejumlah tulang. Rahang
bawah memanjang sampai ke batas posterior tengkorak. Di bagian ventral cranium
terdapat tulang palatal keras, tepat di atas saluran pernafasan.
Kolom vertebrata terdiri 5 tipe vertebrata, yaitu: 9 servical, 10 toraks, 5 lumbar, 2 sacral,
dan sekitar 39 caudal. Pada vertebrata servical terdapat rusuk servical bebas. Vertebrata
toraks dan sternum di hubungkan oleh rusuk toraks yang mengandung kartiloago pada
bagian ventral. Di antara sternum dan tulang pubis terdapat 7 pasang rusuk abdominal.
13
6. Sistem pencernaan
Mulut buaya berukuran besar dapat terbuka lebar dapat dilengkapi gigi yang di
gunakan untuk menyerang dan mempertahankan diri, selain itu juga untuk menarik dan
memutar mangsa yang berukuran besar. Lidah tipis terdapat di dasar rongga mulut. Pada
bagian belakang lidah, terdapat lipatan melintang, yang berhadapat dengan lipatan yang
terdapat pada langit-langit mulut, jika kedua lipatan menempel, maka rongga mulut
tertutup kea rah faring, sehingga ketika buaya berada di dalam air, mulutnya dapat
terbuka tanpa ada air yang masuk ke paru-paru. Di atas faring terdapat esophagus, berupa
saluran panjang menuju lambung. Lambung terdiri dari fundus yang terbentuk bulat
berukuran besar, dan polorus yang berukuran lebih kecil di sebelah kananya. Selanjutnya
terhubung ke usus halus dan rectum yang menuju kloaka dan anus. Hati terdiri dari 2
lobus terletak anterior dari lambung. Pancreas merupakan terdapat pada lekukan
duodenum dari usus halus. Saluran hati dan pancreas bermuara keusus halus bagian awal.
Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan, ekskresi dan reproduksi.
7. Sistem sirkulasi
Jantung buaya terdapat pada bagian anteroventral dari toraks, terdiri dari 1 sinus
venosus kecil, 2 serambi dan 2 bilik. Pada buaya, kedua bilik terpisah sempurna, tetapi
tidak demikian pada hewan reptil lainnya. Dareah dari vena mengalir dengan arah
sebagai berikut: (1) Sinus venosus, (2) serambi kanan (3) bilik kanan (4) alteri pulmonary
ke setiap lobus paru-paru (5) vena pulmonary dari paru-paru (6) serambi kiri (7) bilik
kiri. Selanjutnya darah keluar dari jantung melalui sepasang pembuluh aorta yang
melewati dorsal esophagus, pembuluh bagian bawah bercabang menjadi 2 arteri carotid
yang menuju leher dan kepala, sedangkan pembuluh aorta satunya berlanjut ke alteri
14
subclavian menuju kaki depan. Kedua pembuluh aorta bergabung di bagian dorsal
sebagai aorta dorsal dan bercabang ke berbagai organ di dalam rongga badan dan ke kaki
belakang serta ekor.
Darah kotor mengalir dari (1) vena cava anterior di setiap sisi kepala, leher dan
kaki depan (2) vena cava posterior yang mengumpulkan darah dari ginjal dan organ
refroduksi (3) vena porta hepatica dari mengumpulkan darah dari saluran pencernaan
yang bercabang ke kapiler di hati dan berperan sebagai pena hepatik yang pendek dan (4)
vena epigastrik yang terdapat di setiap sisi rongga perut, mengumpulkan darah dari kaki
belakang, ekor dan tubuh. Keempat vena mengalirkan darah kesinus venosus.
8. Sistem respirasi
Udara masuk ke lubang hidung, melewati bagian atas langit-langit keras menuju
rongga hidung yang terdapat di bawah rongga velum, melewati glottis pada faring yang
terletak di belakang lidah. Glottis terdiri dari 3 tulang kartilago dan pita suara, dan
selanjutnya terhubung ke trakea yang berupa cincin kartilago. Trakea memanjang ke
bagian depan toraks, selanjutnya bercabang menjadi 2 bronchi pendek, menuju ke lobus
paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru terdiri dari kapilar pulmonary.
15
timpani kemudian rongga timpani. Di dalam rongga timpani atau telinga tengah terdapat
3 saluran semisirkuler dan organ pendengar. Dari setiap rongga timpani, terdapat tabung
eustachian di bagian tengah, yang terhubung ke rongga di atas faring di belakang rongga
hidung.
16
telurnya dengan dibenamkan di bawah gundukan tanah atau pasir bercampur dengan
serasah dedaunan. Induk tersebut kemudian menungguinya dari jarak sekitar 2 meter.
Perkawinannya dilakukan dengan cara yang jantan menaiki yang betina di air
sambil membelitkan ekornya di bawah ekor betinanya untuk bersetubuh. Kira-kira
sebulan setelah pembuahan, yang betina membuat sarang dekat suatu sungai kecil.
Sarang itu dibentuknya dengan membelakanginya sambil mengaiskan kakinya untuk
mengonggokkan ranting dan dedaunan yang membusuk, hingga menjadi suatu gundukan
yang berlapis-lapis. Telurnya ditempatkan hanya beberapa inci di dalam gundukan itu.
Yang betina selalu memperbaiki kerusakan sarangnya, sambil menjaga agar sarang
beserta semua telurnnya itu tetap lembab dengan selalu merangkak dari air menuju
puncak gundukan. Panas dari tumbuh-tumbuhan yang membusuk pada sarang itu dapat
membuat telur berada dalam suhu tetap 320C.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Buaya adalah reptil bertubuh besar yang hidup di air. Secara ilmiah, buaya meliputi
seluruh spesies anggota suku Crocodylidae, termasuk pula buaya ikan (Tomistoma
schlegelii). Meski demikian nama ini dapat pula dikenakan secara longgar untuk
menyebut ‘buaya’ aligator, kaiman dan gavial, yakni kerabat-kerabat buaya yang
berlainan suku.Buaya umumnya menghuni habitat perairan tawar seperti sungai, danau,
rawa dan lahan basah lainnya, namun ada pula yang hidup di air payau seperti buaya
muara. Makanan utama buaya adalah hewan-hewan bertulang belakang seperti bangsa
ikan, reptil dan mamalia, kadang-kadang juga memangsa moluska dan krustasea
bergantung pada spesiesnya. Buaya merupakan hewan purba, yang hanya sedikit berubah
karena evolusi semenjak zaman dinosaurus.
Buaya raksasa peliharaan yang lain adalah seekor buaya muara yang bernama
Gomek. Hewan ini ditangkap oleh George Craig di Papua Nugini dan kemudian dijual ke
St. Augustine Alligator Farm di Florida, Amerika. Buaya ini mati karena penyakit
jantung pada Februari 1997 dalam usia yang cukup tua. Menurut catatan penangkaran
tersebut, ketika mati Gomek memiliki panjang 5,5 m dan mungkin berusia antara 70–80
tahun.
B. Saran
Makalah ini dibuat untuk memberi motivasi pada pembaca agar pembaca dapat lebih
memahami tentang reptil (buaya). Semoga makalah ini berguna, saran dan kritiknya saya
harapkan dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://zonaikankita.blogspot.com/2012/03/jenis-jenis-buaya.html#ixzz1t2sGRoQk
http://alamendah.wordpress.com/2010/05/21/buaya-di-indonesia-ciri-dan-macam-jenisnya/
19