Anda di halaman 1dari 5

BAB I

1.1 Defenisi
Kepemimpinan adalah sesuatu yang berkaitan kemampuan mempengaruhi
orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat diartikan juga
sebagai seni atau proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain akan
dengan senang hati melakukan tugas yang diberikan dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. (RH Simamora, 2014)
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk memandu dan mempengaruhi
orang lain tanpa perlu mempunyai wewenang untuk mengarahkan perilaku
mereka (Irene McEachen, 2018)
Gilles (1996) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan dapat
diidentifikasikan berdasarkan perilaku pemimpin itu sendiri. Perilaku seseorang
dipengaruhi oleh adanya pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupannya. Oleh
karena itu, kepribadian seseorang akan mempengaruhi gaya kepemimpinan yang
digunakan. Gaya kepemimpinan seseorang cenderung sangat bervariasi dan
berbeda-beda.

1.2 Kajian Teori Yang Terkait


Teori kontingensi dan situasional menekankan bahwa manajer yang efektif
adalah manajer yang melaksanakan tugasnya dengan mengombinasi antara faktor
bawahan, perilaku dan situasi. Tannembaum dan Schimd (1983) menekankan
bahwa kombinasi antara gaya kepemimpinan otoriter dan demokratis diperlukan
oleh manajer. Unsur utama manajer adalah kemampuan manajer dan penghargaan
kepada kelompok, bergantung pada situasi suatu organisasi. (Nursalam,1996).
Menurut Gilles (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan
kekuasaan dibedakan menjadi empat:
1. Otoriter
Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan pekerjaan.
Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin.
2. Demokratis
Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap
staf. Menggunakan kekuasaan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide

1
dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri.
3. Partisipatif
Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin yang
menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian mengusulkan
tindakan tersebut pada bawahannya. Keputusan akhir yang diambil
bergantung pada kelompok
4. Bebas tindak
Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa
pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/ bawahan mengevaluasi
pekerjaan seseuai dengan caranya sendiri.

1.3 Ulasan Materi Sesuai Tema


Dalam sebuah organisasi keperawatan, pemimpin perawat dituntut untuk
memiliki gaya kepemimpinan yang mampu membawa kelompok dan
organisasinya mencapai tujuan yang diharapkan. Setiap pemimpin memiliki gaya
masing-masing, pada daerah ketimuran khususnya Indonesia ada banyak nilai-
nilai kearifan lokal yang menjadi identitas dan nilai-nilai mendasar dalam
keseharian. Hal ini mempengaruhi seorang pemimpin dalam menggunakan gaya
kepemimpinannya.
Berdasarkan fakta bahwa orang Indonesia multikultural, orang-orang dari
berbagai etnis dengan kelompok etnis mereka sendiri dapat memiliki identitas diri
dan budaya mereka, dan mereka dapat hidup dan tetap dalam cara yang relatif
harmonis (Endraswara, 2013). Meskipun Indonesia memiliki agama yang berbeda
dengan ekspresi ritual dan simbolnya yang berbeda, "kesamaan mereka adalah
bahwa nilai-nilai mereka berakar kuat di antara orang beriman". Menurut
(Sibarani, 2013) nilai-nilai seperti menghormati orang tua, orientasi kolektif,
keselarasan, perhatian terhadap rasa malu, keintiman dan orientasi keagamaan.
(Sahertian Pieter, 2016)
Kearifan melibatkan dan mengenali apa yang dianggap penting dengan
membuat perbedaan di antara berbagai alternatif. Ini terdiri dari penerapan
pengalaman, kecerdasan, kreativitas, dan pengetahuan, yang dimediasi oleh etika
dan nilai-nilai, menuju pencapaian kebaikan bersama. Kebijaksanaan Mengamati
didasarkan pada penilaian klinis dan pendekatan berpikir-dalam-tindakan yang

2
meliputi intuisi, emosi, dan indra. Definisi-definisi ini menunjukkan bahwa
kebijaksanaan tidak dikenali secara jelas. Menurut ANA, kebijaksanaan hanyalah
penggunaan pengetahuan sekarang. (Susan A. Matney, 2015)

1.4 Hasil Penilitian


Hofstede (1991), dalam penelitiannya, menegaskan bahwa orang-orang di
Asia, khususnya Indonesia, memiliki jarak kekuatan yang lebih tinggi,
individualisme yang lebih rendah, maskulinitas moderat, dan penghindaran risiko
yang relatif lebih lemah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Pengamatan ini menyiratkan bahwa orang-orang Asia, terutama orang Indonesia,
telah memposisikan permintaan organisasi sebagai yang paling penting dari semua
empat dimensi, dan dengan demikian, dimensi ini memiliki efek paling kuat pada
kesejahteraan organisasi p <0,001) adalah prediktor dari subskala dukungan
pemberdayaan struktural. (Laschinger & Smith, 2013).
Nursalam (2016) telah mengangkat sebuah penelitian mengenai
kompetensi yang harus dimiliki oleh manajer keperawatan yang telah
dilaksanakan kepada 313 tenaga kesehatan di Autralia (Haris & Belakley, 1995).
Kompetensi tersebut dikategorikan menjadi tujuh, yaitu: 1. Kepemimpinan; 2.
Pengambilan keputusan; 3. Hubungan masyarakat/ komunikasi; 4. Anggaran; 5.
Pengembangan; 6. Personalitas/ perilaku; dan 7. Negosiasi. Semua kompetensi
yang dijabarkan tersebut dirasa dapat diselaraskan dengan nilai-nilai kearifan
lokal yang kita miliki.

1.5 Penyelesaian Masalah


Dari berbagai latar kajian, dapat diambil penyelesaian masalah bahwa
pengaruh gaya kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal dirasa dapat di
aplikasikan oleh seorang pemimpin perawat dalam menjalankan manajerial sistem
keperawatan. Mengingat Indonesia adalah bangsa yang memilki ragam budaya
dan nilai-nilai kearifan lokal yang masih mengakar kuat pada pribadi-pribadi.
Pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan berbasis kerarifan lokal
dianggap akan lebih mudah menjalankan fungsinya sebagai motor penggerak
utama dalam sebuah organisasi keperawatan.

3
Kearifan lokal di Indonesia menjujung tinggi nilai-nilai kebaikan seperti,
Gotong royong, sikap sopan santun, menghormati yang tua dan menghargai yang
muda, menghormati perbedaan suku, bangsa, agama dan ras, sifat-sifat cerdas,
jujur, adil, berani, tegas, bertanggung jawab, dan lainnya. Semua ini menjadi nilai-
nilai yang akan sangat membantu seorang pemimpin perawat.

1.6 Kontribusi terhadap Permasalahan


Adapun kontribusi yang dapat dilakukan dalam permasalahan
Kepemimpinan dalam keperawatan berbasis kearifan lokal:
1. Memfasilitasi para pemimpin perawat dalam pemberian informasi tentang
pengaruh gaya kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal
2. Mengkaji dan meneliti kembali tentang pengembangan berbagai pengaruh
gaya kepemimpinan terutama dalam pengembangannya dari segi kearifan
lokal

4
BAB II

2.1 Kesimpulan
Dari penguraian materi pada makalah ini, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Menurut penelitian bahwa ada keselarasan penggunaan nilai-nilai kearifan
lokal jika diaplikasikan oleh seorang pemimpin perawat dalam gaya
kepemimpinannya.
2. Indonesia yang dikenal dengan ragam budaya dan kaya akan nilai-nilai
kearifan lokal dianggap dapat menjadi satu nilai positif yang dimiliki oleh
seorang pemimpin perawat.

2.2 Saran
Adapun saran dari uraian materi pada makalah ini adalah:
1. Diharapkan kepada para pemimpin perawat agar memahami kembali
berbagai gaya kepemimpinan khususnya gaya kepemimpinan yang berbasis
kearifan lokal dalam menjalankan sistem manajerial keperawatan.
2. Membuat lebih banyak lagi kajian dan penilitian tentang kearifan lokal yang
didapat diaplikasikan oleh seorang pemimpin perawat dalam menjalanakan
kepemimpinannya

Diperiksa Oleh PJMK Disusun Oleh

Roymond H Simamora Indah Mulyani


Nip. 197606292005011001 187046002

Anda mungkin juga menyukai