6110 14346 1 PB PDF
6110 14346 1 PB PDF
1 2018
ABSTRAK
Open Reduction Internal Fixasion (ORIF) merupakan sebuah prosedur bedah medis, yang tindakannya
mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi status fungsional pada pasien paska ORIF fraktur ekstermitas di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif koleratif.
Populasi pada penelitian ini pasien paska ORIF di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh. Teknik pengambilan sampel adalah nonprobability sampling sebanyak 72 responden. Teknik
pengambilan data yang digunakan adalah wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner indeks
Barthel. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa status fungsional paska ORIF berada pada
ketergantungan total (48,6%), tingkat status fungsional makan (45,8%) mengalami ketergantungan total,
ketergantungan total pada status fungsional mandi, (56,9%), ketergantergantungan total pada status
fungsional toileting (55,6%), ketergantungan total pada status fungsional berpakaian (52,8%),
ketergantungan total pada status fungsional berpindah (66,7%), ketergantungan total pada status
fungsional mengontrol BAB (48,6%), ketergantungan total pada status fungsional mengontrol BAK,
(48,6%), ketergantungan total pada status fungsional membersihkan diri, (48,6%).
Kata Kunci : Status fungsional, Post ORIF, Fraktur
ABSTRACT
Open Reduction Internal Fixasion (ORIF) is a medical surgical procedure, the actions that refer to open
surgery of regulating bone. The purpose of this study is to identify the functional status of patients who is
pasca ORIF fractures estermitas at the Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. The
type of research used is descriptive koleratif and based on the population of pasca ORIF patients at the
Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Sampling technique is nonprobability
sampling, as much as 72 respondents. The data retrieval technique used was guided interview using the
Barthel index questionnaire. The univariate analysis showed that functional status after ORIF was in total
dependence (48,6%), functional feeding status (45,8%) had total dependence, total dependence on
functional status of bath (56,9%), total dependence on functional status of toileting (55.6%), total
dependence on functional status of dressing (52.8%), total dependence on functional switching status
(66.7%), total dependence on functional status controlling feces (48.6% , total dependence on functional
status controlling BAK, (48.6%), total dependence on functional status of self-cleaning, (48.6%).
Keywords: Functional status, Post ORIF, Fracture
19
JIM FKep Volume IV No. 1 2018
PENDAHULUAN METODE
Kejadian fraktur di Indonesia sebesar Penelitian ini termasuk penelitian
1,3 juta setiap tahun dengan jumlah penduduk deskriptif correlative dengan pendekatan cross
238 juta, merupakan terbesar di Asia Tenggara sectional study yang dilaksanakan pada 12 juli
(Wrongdignosis, 2011). Manajemen fraktur sampai dengan 20 juli 2017 di Rumah Sakit
memiliki tujuan reduksi, imobilisasi, dan Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
pemulihan fungsi, normal (Halstead, 2004). Sampel sebanyak 72 pasien paska ORIF.
Reposisi, reduksi, dan retaining merupakan Pengumpulan data dilakukan berupa
suatu rangkaian tindakan yang tidak dapat angket dalam bentuk kuesioner pernyataan
dipisahkan. berdasarkan Indeks Barthel. Data diolah dengan
Fraktur adalah patah tulang, biasanya langkah-langkah: editing, coding, transferring,
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. dan tabulating (Notoatmodjo, 2010).
Fraktur femur atau patah tulang adalah Penelitian dilakukan setelah
rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang mendapatkan surat lulus uji etik dari Komite
disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan Etik Fakultas Keperawatan Universitas Syiah
otot, dan kondisi tetentu. ORIF merupakan Kuala yang bertujuan untuk melindungi dan
metode penatalaksanaan bedah patah tulang menjamin kerahasiaan responden. Analisa data
yang paling banyak keunggulannya (Price & terdiri dari analisa univariat. Analisa univariat
Wilson, 2003). Permasalahan paska digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
pembedahan ortopedi berkaitan dengan nyeri, dari setiap variabel (Notoatmojo, 2010).
perfusi jaringan, promosi kesehatan, mobilitas
fisik, dan konsep diri (Bare &Smeltzer, 2006). HASIL
Masalah yang terjadi pada pasien paska ORIF Berdasarkan tabel 1 dibawah ini menunjukan
(open reduction internal fixation) yaitu bahwa pada umur, distribusi umur responden
keterbatasan gerak sendi yang dialami pasien. yang paling banyak yaitu remaja akhir (17-25)
Fraktur dapat menyebabkan kecacatan pada dengan frakuensi tertinggi sebanyak 16 orang
anggota gerak yang mengalami fraktur. (22,2), dilihat dari jenis kelamin, distribusi
Peneliti telah melaksanakan studi frekuensi tertinggi adalah laki-laki sebanyak 39
pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. (54,2). Pada tingkat status perkawinan,
Zainoel Abidin Banda Aceh yaitu dengan data distribusi frekuensi tertinggi adalah kawin 47
awal jumlah pasien ORIF fraktur ekstermitas orang (67,5). Pada tingkat pendidikan terakhir,
Maret 2016-Maret 2017 sebanyak 253 pasien. distribusi frekuensi tertinggi sebanyak 32 orang
Hasil wawancara tanggal 10-11 Maret (44,4). Pada tingkat pekerjaan, distribusi
2017, didapatkan 3 dari 5 pasien (60%) frekuensi paling banyak adalah tidak bekerja 20
mengatakan takut untuk melakukan aktifitas, (27,8). Dan pada tingkat lama hari rawatan
dan 2 dari 5 pasien (40%) mengatakan dapat adalah 45 orang (62,5).
melakukan aktifitas sebagian. Tabel 1. Data Umum
Berdasarkan latar belakang di atas maka
No Data Demografi f %
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Umur (Depkes RI,2009) 16 22,2
bagaima status fungsional paska open reduction
a. Remaja Akhir 15 20,8
internal fixation (ORIF) fraktur ekstermitas di b. Dewasa awal (26-35) 14 19,4
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin c. Dewasa akhir (36-45) 14 19,4
Kota Banda Aceh. d. Lansia awal (46-55)
2 2,8
e. Lansia akhir (56-65)
f. Manula (<65) 4 5,6
20
JIM FKep Volume IV No. 1 2018
21
JIM FKep Volume IV No. 1 2018
menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu yaitu ketergantungan total sebanyak (43,3%)
terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi membutuhkan bantuan orang lain dalam
otot, selanjutnya penurunan fungsi dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
kekuatan otot akan mengakibatkan penurunan Penelitian ini sejalan dengan penelitian
atau kemunduran kemampuan mempertahankan yang dilakukan oleh Prasetya (2011) di Rumah
keseimbanhan tubuh. Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
Berdasarkan pengolahan data pada tabel 4 menunjukkan bahwa sebanyak 14 responden
menunjukan bahwa (56,9%) tingkat (25,5%) pemenuhan status fungsional sedang,
kemandirian dalam melakukan aktivitas mandi dan 37 responden (67,3%) menyatakan
pada pasien paska ORIF berada pada pemenuhan status fungsional berat.
ketergantungan total. Berdasarkan pengolahan data pada tabel.6
Menurut Nugroho (2000), mandi menunjukan bahwa 52,8% tingkat kemandirian
merupakan komponen yang sangat penting dalam melakukan aktivitas berpakaian pada
dalam perawatan yang bertujuan untuk pasien paska ORIF berada pada ketergantungan
kebersihan kulit. Kulit menerima berbagai total.
rangsangan atau stimulus dari luar. Usaha Muttaqin (2008) Pakaian merupakan salah
membersihkan diri dapat dengan cara mandi satu keperluan asas manusia selain dari mkanan
tiap hari secara teratur, paling sedikit dua kali dan tempat kediaman. Hieraki Maslow
sehari. Manfaat mandi adalah untuk mengatakan pakaian merupakan salah satu
menghilangkan bau badan, menghilangkan elemen penting didalam keperluan fisiologi
kotoran, merangsang peredaran darah dan manusia, dan melindungi tubuh dari pada
memberikan kesegaran pada tubuh. hujan, panas, dan dari pada gangguan fisikal.
Hasil penelitian ini didukung oleh Pakaian merupakan sesuatu yang dapat
penelitian Ropyanto (2011) yang menyatakan melindungi tubuh dan kulit dari rangsangan
bahwa pasien paska ORIF (55,1%) dengan luar, dengan kata lain berpakaian dapat
ketergantungan berat dan membutuhkan memberikan citra pada kita yang
bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan menggunakannya. Aktivitas berpakaian
sehari-hari. merupakan aktivitas sehari-hari dalam memakai
Berdasarkan pengolahan data pada tabel 5 baju, mengancing baju, memakai celana/rok.
menunjukan bahwa 55,6% tingkat kemandirian Hasil penelitian ini didukung oleh
dalam melakukan aktivitas toileting pada penelitian Marjoko (2013) 43,3% dengan
pasien paska ORIF berada pada ketergantungan ketergantungan dan membutuhkan bantuan
total. orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-
Menurut Nurjannah (2004) toileting hari.
kemampuan untuk melakukan atau Penelitian ini didukung oleh Muttaqin
menyelesaikan aktivitas toileting sendiri. (2008) dengan judul “tingkat ketergantungan
Perawatan yang harus diberikan terutama dengan aktivitas sehari-hari pada pasien fraktur
dengan kebersihan perorangan (personal femur di bangsal rawat inap RSO Prof
hygiene), agar perawatan diri menjadi hal yang Dr.Soeharso Surakarta”. Menunjukkan bahwa
sifatnya trapetik. sebanyak 3 orang (4,5%) dengan pemenuhan
Hasil penelitian ini didukung oleh status fungsional mandiri, dan sebanyak 42
penelitian Ropyanto (2013), dirumah sakit (62,7%) pemenuhan status fungsional total.
ortopedi prof Soeharso Surakarta (n=50) Berdasarkan pengolahan data pada tabel 7
didapatkan hasil bahwa distribusi status menunjukan bahwa (66,7% ) tingkat
fungsional responden berdasarkan penelitian kemandirian dalam melakukan aktivitas
yang telah dilakukan sebanyak 50 responden berjalan pada pasien paska ORIF berada pada
berdasarkan aktivitas toileting yang terbanyak ketergantungan total.
22
JIM FKep Volume IV No. 1 2018
23
JIM FKep Volume IV No. 1 2018
24
JIM FKep Volume IV No. 1 2018
25