Abstrak
Pasien post laparatomy memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat
pengembalian fungsi tubuh dan mengurangi nyeri, hal ini dilakukan segera setelah
operasi dengan latihan napas, batuk efektif dan mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan
suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena esensial untuk
mempertahankan kemandirian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi laparatomy
dengan anestesi umum. Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperiment (uji coba)
dengan desain pre-post test dalam satu kelompok (One group pra-post design) subjek
penelitian melalui teknik Total sampling dengan 13 responden. Instrumen menggunakan
lembar observasi mobilisasi pada pasien pasca operasi menurut Cetrione. Hasil penelitian
Gerakan Peristaltik Usus Sesudah Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 Jam Pertama) diperoleh
responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki frekuensi peristaltik usus
normal sebanyak 11 orang (84,6%) dan yang memiliki frekuensi peristaltik usus hipoaktif
sebanyak 2 orang (15,4%). Penelitian ini mengungkapkan ada pengaruh mobilisasi dini
terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi laparatomy dengan
anestesi umum.
Abstract
Post Laparatomy patients need maximum care to speed up the recovery of bodily
functions and reduce pain, this is done immediately after surgery with breathing exercises,
effective coughing and early mobilization. Early mobilization is the most important aspect
of physiological functions because it is essential to maintain independence. This study
was conducted to determine the effect of early mobilization on intestinal peristalsis
recovery in postoperative Laparatomy patients with general anesthesia. This study uses a
pre-experimental design (trial) with a pre-post test design in one group research subjects
through total sampling technique with 13 respondents. The instrument uses a mobilization
observation sheet in postoperative patients according to Cetrione. The results of the
Intestine Peristalsis Movement After Early Mobilization (First 6-8 Hours) obtained the most
respondents are respondents who have normal intestinal peristalsis as many as 11 people
(84.6%) and who have hypoactive intestinal peristalsis as many as 2 people (15 , 4%).
This study revealed that there was an effect of early mobilization on intestinal peristalsis
recovery in postoperative Laparatomy patients with general anesthesia.
METODE PENELITIAN
Karakterisitik Responden
Usia ≥ 36 9 69,2%
Tahun
Total 13 100%
Laki-Laki 8 61,5%
Perempuan 5 38,5%
Total 13 100%
SMA 9 69,2%
S1 4 30,8%
Total 13 100%
n Persen (%)
Swasta 1 76,9%
0
PNS 3 23,1%
Total 1 100%
3
Analisa Univariat
a. Gerakan Peristaltik Usus Sebelum Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 Jam Pertama)
Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Dengan Anestesi Umum Di RS Swasta di
Manado
Hipoaktif 1 100%
3
Normal 0 0%
Hiperaktif 0 0%
Total 1 100%
3
b. Gerakan Peristaltik Usus Sesudah Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 Jam Pertama)
Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Dengan Anestesi Umum Di RS RS Swasta
di Manado
Hipoaktif 2 15,4%
Normal 1 84,6%
Hiperaktif 1
0 0%
Total 1 100%
3
Analisa Bivariat
POST 5,31
MOBILISASI DINI
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
SARAN
1. Bagi Fakultas Keperawatan baku yang ditentukan pihak Rumah
Universitas Sariputra Indonesia Sakit. Pencatatan kemajuan
Tomohon peristaltik usus pada pasien post
Mahasiswa harus menguasai operasi harus jelas, agar saat
keterampilan klinis perawat, dalam pergantian dinas jaga (shift) perawat
melakukan perawatan terhadap dapat tetap melanjutkan mobilisasi
pasien post operasi yang sesuai dengan SPO.
memerlukan tindakan intensif untuk 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
memulihkan keadaan pasien seperti Peneliti selanjutnya dapat
semula karena pengaruh anastesi. meneliti tentang perbedaan waktu
Mahasiswa harus menguasai pemulihan peristaltik usus pada
bagaimana cara melakukan pasien yang dilakukan mobilisasi dini
mobilisasi, kapan dilakukan dan tidak dilakukan mobilisasi dini
mobilisasi, bagaimana menilai
keberhasilan mobilisasi serta
manfaat mobilisasi.
2. Bagi RS Swasta di Manado
Pelatihan penanganan
pasien post operasi lebih sering lagi
dilakukan agar perawat benar-benar
menguasai keterampilan dalam
melakukan perawatan pada pasien
post operasi. Standar Prosedur
Operasional (SPO) mobilisasi juga
harus jelas agar benar-benar
dilakukan menurut standar yang
DAFTAR PUSTAKA