Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PEMULIHAN PERISTALTIK USUS PADA

PASIEN POST OPERASI LAPARATOMY DENGAN ANESTESI UMUM DI RS SWASTA


DI MANADO
Effect Of Early Mobilization On Intestinal Peristalsis Recovery In Postoperative
Laparatomy Patients With General Anesthesia In The Private RS In Manado

Andre Adrianus Montolalu *, Esther N Tamunu **, Anggela Adam **


*Mahasiswa Fakultas keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
** Dosen Fakultas keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon

Abstrak
Pasien post laparatomy memerlukan perawatan yang maksimal untuk mempercepat
pengembalian fungsi tubuh dan mengurangi nyeri, hal ini dilakukan segera setelah
operasi dengan latihan napas, batuk efektif dan mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan
suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena esensial untuk
mempertahankan kemandirian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
mobilisasi dini terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi laparatomy
dengan anestesi umum. Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperiment (uji coba)
dengan desain pre-post test dalam satu kelompok (One group pra-post design) subjek
penelitian melalui teknik Total sampling dengan 13 responden. Instrumen menggunakan
lembar observasi mobilisasi pada pasien pasca operasi menurut Cetrione. Hasil penelitian
Gerakan Peristaltik Usus Sesudah Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 Jam Pertama) diperoleh
responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki frekuensi peristaltik usus
normal sebanyak 11 orang (84,6%) dan yang memiliki frekuensi peristaltik usus hipoaktif
sebanyak 2 orang (15,4%). Penelitian ini mengungkapkan ada pengaruh mobilisasi dini
terhadap pemulihan peristaltik usus pada pasien post operasi laparatomy dengan
anestesi umum.

Kata kunci : Mobilisasi dini, perisaltik usus, laparatomy

Abstract
Post Laparatomy patients need maximum care to speed up the recovery of bodily
functions and reduce pain, this is done immediately after surgery with breathing exercises,
effective coughing and early mobilization. Early mobilization is the most important aspect
of physiological functions because it is essential to maintain independence. This study
was conducted to determine the effect of early mobilization on intestinal peristalsis
recovery in postoperative Laparatomy patients with general anesthesia. This study uses a
pre-experimental design (trial) with a pre-post test design in one group research subjects
through total sampling technique with 13 respondents. The instrument uses a mobilization
observation sheet in postoperative patients according to Cetrione. The results of the
Intestine Peristalsis Movement After Early Mobilization (First 6-8 Hours) obtained the most
respondents are respondents who have normal intestinal peristalsis as many as 11 people
(84.6%) and who have hypoactive intestinal peristalsis as many as 2 people (15 , 4%).
This study revealed that there was an effect of early mobilization on intestinal peristalsis
recovery in postoperative Laparatomy patients with general anesthesia.

Keywords: Early mobilization, intestinal perisaltic, laparatomy


PENDAHULUAN

Pasien post laparatomy sering berbaring di tempat tidur. Hal


memerlukan perawatan yang maksimal tersebut dikarenakan pasien merasa
untuk mempercepat pengembalian fungsi takut jahitan pada luka operasi akan
tubuh dan mengurangi nyeri, hal ini robek dan tidak sembuh.
dilakukan segera setelah operasi dengan Berdasarkan hasil penelitian
latihan napas, batuk efektif dan tersebut bahwa mobilisasi dini sangat
mobilisasi dini (Rustianawati, 2013). penting dilakukan untuk membantu
Mobilisasi merupakan kemampuan untuk penyembuhan luka post operasi.
bergerak dengan bebas berirama dan Diharapkan agar dapat lebih
terarah di lingkungan (Kozier, 2011). mengoptimalisasikan dan meningkatkan
Mobilisasi dini merupakan suatu aspek pelayanan kesehatan yang berkualitas
yang terpenting pada fungsi fisiologis terutama pada post  operasi dan selalu
karena esensial untuk mempertahankan memberikan anjuran dan motivasi pasien
kemandirian (Fitriyahsari, 2009). post operasi untuk melakukan mobilisasi
Post operasi laparatomy yang tidak dini (Indarmien Netty, 2012)
mendapatkan perawatan maksimal Penurunan perisaltik dapat dicegah
setelah pasca bedah dapat dengan aktivitas yang adekuat. Bentuk
memperlambat penyembuhan dan latihan paska operasi menurut Perry &
menimbulkan komplikasi (Depkes, 2012). Potter ( 2010). Yaitu latihan
Pasien pasca operasi yang melakukan pernapasan diafragma, spirometri
tirah baring terlalu lama juga dapat stimulatif, batuk, perpindahan posisi dan
meningkatkan resiko terjadinya kekakuan latihan kaki. Dengan menggerakk-an
atau penegangan otot-otot di seluruh semua sendi baik secara aktif maupun
tubuh, gangguan sirkulasi darah, pasif akan membantu mencegah
gangguan pernafasan dan gangguan timbulnya atropi otot, mencegah
peristaltik maupun berkemih bahkan dekubitus, meningkankan tonus
terjadinya dekubitus atau luka tekan ototsaluran pencernaan, merangsang
(Nainggolan, 2013). Berdasarkan perisaltik usus, meningkatkan laju
penelitian (Rismalia 2012) Mobilisasi dini metabolik, mem-perlancar sirkulasi
merupakan salah satu program yang kardiovaskulerdan paru-paru.
dibuat untuk mendukung penyembuhan Berdasarkan masalah diatas, peneliti
kondisi pasien. Pelaksanaan mobilisasi tertarik untuk melakukan penelitian
dini dapat dilakukan segera setelah mengenai pengaruh mobilisasi dini
pasien sadar atau setelah dianjurkan terhadap pemulihan peristaltik usus pada
oleh dokter atau perawat. Akan tetapi, pasien post operasi laparatomy dengan
kebanyakan pasien pasca operasi lebih anestesi umum di RS Swasta di Manado.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian


kuantitatif. Penelitian ini menggunakan
dari bagian populasi yang terjangkau yang
desain pra-eksperiment (uji coba) dengan
dapat dipergunakan sebagai subjek
desain pre-post test dalam satu kelompok
penelitian melalui teknik purposive
(One group pra-post design). Sampel
sampling. sampel yang menjadi
terdiri
responden dalam penelitian ini 13 orang.
Tempat Penelitian dilakukan di RS Swasta
di Manado dan waktu penelitian 5 Februari
- 23 Maret 2020.
HASIL PENELITIAN

Karakterisitik Responden

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pasien Di RS Swasta di


Manado
usia
Usia n Persen (%) 25-
35
Usia 25- 4 30,8%
35

Usia ≥ 36 9 69,2%
Tahun

Total 13 100%

Diperoleh responden usia ≥ 36 Tahun sebanyak 4 orang (30,8%)


Tahun sebanyak 9 orang (69,2%) dan

b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di RS Swasta di


Manado

Jenis n Persen (%)


Kelamin

Laki-Laki 8 61,5%

Perempuan 5 38,5%

Total 13 100%

Diperoleh responden dengan jenis jenis kelamin perempuan sebanyak


kelamin laki-laki sebanyak 8 orang 5 orang (38,5%).
(61,5%) lebih dari responden dengan

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di RS Swasta di


Manado
Pendidikan n Persen (%)

SMA 9 69,2%

S1 4 30,8%

Total 13 100%

Diperoleh responden yang memiliki


pendidikan SMA sebanyak 9 orang
(69,2%) lebih dari responden yang
memiliki pendidikan S1 sebanyak 4
orang (30,8%).
d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di RS Swasta di Manado

n Persen (%)

Swasta 1 76,9%
0

PNS 3 23,1%

Total 1 100%
3

Diperoleh responden adalah lebih banyak responden yang bekerja


responden yang bekerja sebagai Swasta sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil)
sebanyak 10 orang (76,9%) sebanyak 3 orang (23,1%).

Analisa Univariat

a. Gerakan Peristaltik Usus Sebelum Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 Jam Pertama)
Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Dengan Anestesi Umum Di RS Swasta di
Manado

Frekuensi n Persen (%)


Peristaltik
Usus

Hipoaktif 1 100%
3

Normal 0 0%
Hiperaktif 0 0%

Total 1 100%
3

Semua responden pada frekuensi peristaltik usus Hipoaktif


tahap pertama (6-8 jam) sebelum (100%).
dilakukan mobilisasi dini memiliki

b. Gerakan Peristaltik Usus Sesudah Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 Jam Pertama)
Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Dengan Anestesi Umum Di RS RS Swasta
di Manado

Frekuensi n Persen (%)


Peristaltik
Usus

Hipoaktif 2 15,4%

Normal 1 84,6%
Hiperaktif 1
0 0%

Total 1 100%
3

Diperoleh responden yang dan yang memiliki frekuensi peristaltik


paling banyak adalah responden yang usus hipoaktif sebanyak 2 orang
memiliki frekuensi peristaltik usus (15,4%).
normal sebanyak 11 orang (84,6%)

Analisa Bivariat

FREKUENSI MEAN Z-SCORE NILAI P


PERISTALTIK
USUS

PRE MOBILISASI 3,00 -3,256 0,001


DINI

POST 5,31
MOBILISASI DINI

Pengaruh Mobilisasi Dini Diperoleh nilai rata-rata frekuensi


Terhadap Pemulihan Peristaltik peristaltik usus responden sebelum
Usus (6-8 Jam Pertama) Pada mobilisasi dini adalah 3,00 dan sesudah
Pasien Post Operasi Laparatomy mobilisasi dini adalah 5,31. Hasil uji
Dengan Anestesi Umum Di RS Wilcoxon diperoleh nilai z-score adalah -
Swasta di Manado 3,256 dan nilai p adalah 0,001 lebih kecil
dari nilai signifikansi α (0,05).

PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh orang (84,6%) dan yang memiliki


peneliti gerakan Peristaltik Usus frekuensi peristaltik usus hipoaktif
Sebelum Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 sebanyak 2 orang (15,4%).
Jam Pertama) Pada Pasien Post Operasi Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap
Laparatomy Dengan Anestesi Umum Di Pemulihan Peristaltik Usus (6-8 Jam
RS Swasta di Manado, diperoleh semua Pertama) Pada Pasien Post Operasi
responden pada tahap pertama (6-8 jam) Laparatomy Dengan Anestesi Umum Di
sebelum dilakukan mobilisasi dini RS Swasta di Manado. Responden diuji
memiliki frekuensi peristaltik usus melalui 2 tahapan yaitu pertama
Hipoaktif (100%), yaitu ≤4x/menit. sebelum dilakukan mobilisasi dini
Gerakan Peristaltik Usus Sesudah dengan mengukur perisaltik usus pasien
Dilakukan Mobilisasi Dini (6-8 Jam post operasi laparatomy , kedua setelah
Pertama) Pada Pasien Post Operasi dilakukan mobilisasi diri pasien post
Laparatomy Dengan Anestesi Umum Di operasi laparatomy alat ukur yang
RS Swasta di Manado, diperoleh digunakan adalah stetoskop dan hasil
responden yang paling banyak adalah pengukuran di catat dilembar observasi
responden yang memiliki frekuensi pasien. Responden di latihan pada 6-8
peristaltik usus normal sebanyak 11 jam pertama selama 45 menit (15 menit
pertama meluruskan dan menekuk kaki frekuensi peristaltik usus antara sebelum
dan tangan,15 menit kedua dan sesudah dilakukan mobilisasi pada
mengkontrasikan otot-otot kaki dan 6-8 jam. Maka, peneliti berasumsi bahwa
tangan, 15 menit ketiga miring kanan dan peristaltik usus akan lebih cepat pulih jika
kiri). Adapun kendala yang peneliti mobilisasi dini dilakukan dengan efektif
hadapi saat penelitian yaitu pasien post pada 6-8 jam pertama. Pengertian
operasi laparatomy dengan adanya mobilisasi dini dimana proses aktivitas
komplikasi perdarahan dan operasi yang dilakukan sedini mungkin pada 6-8
dengan durasi yang lama, jam dengan dimulai dari latihan ringan di
mempengaruhi saat peneliti atas tempat tidur seperti miring kiri dan
mengobservasi pasien maupun miring kanan hingga bisa turun dari
memberikan mobilisasi dini terhadap tempat tidur dan berjalan. Pada
pasien tersebut. prosesnya peneliti menemukan, ada
Berdasarkan hasil diperoleh nilai kekhawatiran responden jika tubuh
rata-rata frekuensi peristaltik usus digerakkan pada posisi tertentu pasca
responden sebelum mobilisasi dini pembedahan akan mempengaruhi luka
adalah 3,00 dan sesudah mobilisasi dini operasi yang masih belum sembuh yang
adalah 5,31. Hasil uji Wilcoxon diperoleh baru saja selesai dikerjakan. Padahal
nilai z-score adalah -3,256 dan nilai p tidak sepenuhnya masalah ini perlu
adalah 0,001 lebih kecil dari nilai dikhawatirkan, bahkan justru hampir
signifikansi α (0,05), yang berarti Ho semua jenis operasi membutuhkan
ditolak dan Ha diterima atau ada mobilisasi atau pergerakan badan sedini
pengaruh mobilisasi dini terhadap mungkin asalkan rasa nyeri dapat
pemulihan peristaltik usus. ditahan dan keseimbangan tubuh tidak
Menurut asumsi peneliti bahwa lagi menjadi gangguan. Pergerakan pada
mobilisasi dini mempengaruhi pada masa pemulihan akan mempercepat
pemulihan peristaltik usus pasca pencapaian level kondisi seperti pra
pembedahan. Hal ini dibuktikan dengan pembedahan. Ini tentu akan mengurangi
perbedaan nilai rata-rata pada masing- waktu rawat di rumah sakit, menekan
masing perlakuan dalam waktu 6-8 jam pembiayaan serta juga dapat
pertama setelah selesai dilakukan mengurangi stress psikis.
pembedahan. Perbedaan nilai rata-rata

KESIMPULAN

1. Peristaltik usus pada pasien post paling banyak adalah responden


operasi laparatomy dengan anestesi yang memiliki frekuensi peristaltik
umum sebelum dilakukan mobilisasi usus normal sebanyak 11 orang
dini di RS Swasta di Manado paling (84,6%) dan yang memiliki frekuensi
banyak hipoaktif dan terjadi peristaltik usus hipoaktif sebanyak 2
pemulihan perisaltik usus pada orang (15,4%).
pasien post operasi laparatomy 3. Ada pengaruh mobilisasi dini
dengan anestesi umum sesudah terhadap pemulihan peristaltik usus
dilakukan mobilisasi dini di RS pada pasien post operasi
Swasta di Manado. laparatomy dengan anestesi umum
2. Frekuensi peristaltik usus pada di RS Swasta di Manado. Pada 6-8
pasien post operasi laparatomy jam setelah operasi pasien dilakukan
dengan anestesi umum sesudah mobilisasi dini secara bertahap dan
dilakukan mobilisasi dini di RS semakin cepat pula pemulihan
Swasta di Manado paling banyak perisaltik usus pasien pasca operasi
normal, diperoleh responden yang laparatomy.

SARAN
1. Bagi Fakultas Keperawatan baku yang ditentukan pihak Rumah
Universitas Sariputra Indonesia Sakit. Pencatatan kemajuan
Tomohon peristaltik usus pada pasien post
Mahasiswa harus menguasai operasi harus jelas, agar saat
keterampilan klinis perawat, dalam pergantian dinas jaga (shift) perawat
melakukan perawatan terhadap dapat tetap melanjutkan mobilisasi
pasien post operasi yang sesuai dengan SPO.
memerlukan tindakan intensif untuk 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
memulihkan keadaan pasien seperti Peneliti selanjutnya dapat
semula karena pengaruh anastesi. meneliti tentang perbedaan waktu
Mahasiswa harus menguasai pemulihan peristaltik usus pada
bagaimana cara melakukan pasien yang dilakukan mobilisasi dini
mobilisasi, kapan dilakukan dan tidak dilakukan mobilisasi dini
mobilisasi, bagaimana menilai
keberhasilan mobilisasi serta
manfaat mobilisasi.
2. Bagi RS Swasta di Manado
Pelatihan penanganan
pasien post operasi lebih sering lagi
dilakukan agar perawat benar-benar
menguasai keterampilan dalam
melakukan perawatan pada pasien
post operasi. Standar Prosedur
Operasional (SPO) mobilisasi juga
harus jelas agar benar-benar
dilakukan menurut standar yang

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2012). Medical Surgical Keperawatan HKBP Balige 1(2),


Nursing: Total Patient Care, Desember 2013
Nineth.Edition.St.Louis: Mosby Perry & Potter, P. (2010). Fundamental
Year’s Book. Keperawatan Edisi 7 Buku 3.
Fitriyahsari. (2009). Kebutuhan Dasar Jakarta: Salemba Medika
Manusia. Jakarta:ECG Rismalia, R (2012). Gambaran
Indarmien Netty (2012). Hubungan pengetahuan dan prilaku pasien
mobilisasi dini dengan pasca operasi appendectomy
penyembuhan luka operasi seksio tentang mobilisasi dini di RSUP
sesarea di ruang rawat gabung fatmawati. Fakultas kedokteran
kebidanan RSUD H Abdul Manap dan ilmu Kesehatan
Kota Jambi. Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains Rustianawati Y, Karyati S dan Himawan
Kozier & Erb. (2011). Buku Ajar Praktik R (2013). Efektivitas ambulasi
Keperawatan Klinis. Jakarta: dini terhadap penurunan intensitas
EGC nyeri pada pasien post operasi
Nainggolan & Simanjuntak (2013). laparatomi di RSUD kudus.
Hubungan mobilisasi dini dengan Jurnal ilmu keperawatan dan
lamanya penyembuhan luka paska kebidanan 4(2) Juli 2013: 1-8
operasi appendectomy di Zaal C
rumah sakit HKBP Balige. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai