Anda di halaman 1dari 11

PERAN NEGARA DAN PASAR TERHADAP PASAR KOMUNIS DI CHINA

KELAS BISNIS DAN NEGARA B

Oleh
Andhika Muchlis, 1806239944
Chintana Aullia, 1806216171
Gabriele Visga RL, 1806215824
Muhammad Nur Iwan A., 1806216051
Nafisah Imanillah, 1806215805
Nandya Fadilla, 1806240044
Rizal Nur Furqon, 1806216064
Salma Saraswati, 1906405193

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI


UNIVERSITAS INDONESIA
2019
DENG XIAOPING
Ketika sistem ekonomi komunisme sudah dinilai tidak cocok dengan sistem pasar yang
kompetitif karena dianggap tidak mampu memberikan suatu pemerataan yang “mutlak”
menyeluruh dan sulit untuk dicapai di era-modern. Karena dalam masyarakat yang kompleks,
individu tidak dapat menentukan secara langsung kebutuhan orang lain. Kemudian Den Xiaoping
belajar dari pendahulunya Mao Zedong untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi dengan cepat melalui serangkaian “uji coba” untuk menemukan formulasi metode yang
tepat dalam melakukan perencanaan ekonomi atau disebut “menyeberangi sungai dengan
menyentuh batu satu per satu”. Deng bermaksud untuk menjadikan pasar sebagai pelengkap
kekurangan sistem komunis, bukan menjadikan sistem pasar sebagai tujuan.
Deng memodifikasi model “White Communism” milik Mao dengan 4 hal yaitu: Pertama,
negara tidak lagi menjadi pemilik tunggal alat produksi. Kedua, rencana pusat yang sering
diabaikan di bawah Komunisme Merah tidak lagi wajib secara formal. Ketiga, direksi Merah
bereinkarnasi karena manajer Merah bebas bertindak sebagai CEO tanpa batasan. Keempat,
prasarana kewirausahaan swasta didekriminalisasi. Hal ini berarti rantai komando direktif dalam
kolom pusat dan hubungan perencanaan horisontal antara perusahaan dan lembaga negara (Bank
Negara dan kontrak wajib) telah dihapuskan dan digantikan oleh persaingan pasar.
Komunisme pasar tahap pertama (1978-1989). Fase pertama, sering disebut Gaige Kaifang
("reformasi dan keterbukaan"). Tujuannya adalah pembalikan bertahap dari tiga pilar ideologis
ekonomi komando: kriminalisasi kepemilikan pribadi, kriminalisasi bisnis swasta dan
kriminalisasi kewirausahaan.
Komunisme Pasar tahap kedua Fase kedua pawai Deng Xiaoping ke komunisme dimulai
pada 1992, ketika ia melakukan "Tur Selatan" -nya yang terkenal ke Shenzhen. Tim Deng segera
mengubah direktur Red menjadi manajer perusahaan milik negara yang kompetitif (BUMN). dan
kemudian menjadi manajer perusahaan swasta dengan memperluas dan menyusun kekuatan
mereka dalam "Peraturan tentang Mengubah Mekanisme Manajemen Perusahaan Industri Milik
Negara , "dikeluarkan Juli 1992.
Komunisme Putih selama fase kedua dinilai sangat baik dari tolok ukur modernisasi,
pertumbuhan,

2
dan pembangunan, terlepas dari ketidakadilan kompetitif rejim. Statistik resmi seperti yang
dipahami secara luas membesar-besarkan pencapaian, meskipun demikian, bukti dari banyak
sumber menegaskan bahwa China membuat kemajuan besar dalam membangun infrastruktur
modern, dan sektor industri yang berorientasi ekspor. Kunci keberhasilan ini adalah transfer
teknologi. Komunisme Putih menarik lebih dari trillon dolar investasi asing langsung (FDI) ke
pantai Cina. Aliran teknologi yang unggul, pengetahuan dan
keterampilan pemasaran ini menghasilkan keajaiban, dan tidak merugikan Partai Komunis. Agen
outsourcing asing, yang ditarik oleh iming-iming sumber daya murah dan tenaga kerja yang
disiplin, membangun fasilitas turnkey yang dirancang untuk spesifikasi internasional, mentransfer
teknologi dan memproduksi produk bermerek yang memungkinkan China untuk tidak mahal di
rumah dan menjualnya dengan baik di luar negeri.

Xi Jinping
Xi Jinping saat ini adalah Presiden ke-7 China yang juga merupakan Sekretaris Jenderal
Partai Komunis China dan Kepala Komisi Militer China. Xi Jinping mengusung white communism
dan memiliki Xi’s Chinese Dream. Xi’s Chinese Dream merupakan visi dan cita-cita dari Xi
Jinping untuk masa depan China yang lebih baik melalui program pembangunan sosial ekonomi
yang massif dan kejayaan nasional China dibawah Partai Komunis China.Pada masa pemerintahan
Xi Jinping ini mengesampingkan hak dan kebebasan individu serta permasalahan keadilan sosial
karena lebih menekankan pada perekonomian.

Strategi utama dari pembangunan yang dilakukan oleh Xi Jinping adalah dengan strategi
ekonomi muncul dalam tiga cara, yaitu : 1. Substitusi barang-barang impor 2. Konsumsi domestic
3. Kebijakan One Belt One Road atau OBOR. Kebijakan substitusi impor dan konsumsi domestik.
Xi Jinping mendukung adanya peningkatan konsumsi domestic dengan memberikan waktu
berbelanja yang lebih banyak bagi para pekerja juga melalui substitusi impor. Selain itu juga
dilakukan apresiasi mata uang RMB terhadap mata uang asing dan mengurangi subsidi ekspor.

Kebijakan yang terakhir merupakan kebijakan untuk melakukan pemerataan pembangunan


bagian barat dan timur serta memberikan China panggung dalam kancah internasional melalui
kebijakan OBOR ini. Kebijakan OBOR ini dilakukan untuk memberikan pinjaman dana ke

3
beberapa negara untuk melakukan pembangunan jalan, rel kereta atau disebut sebagai jalur sutra
baru. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh Xi Jinping ini berhasil mengurangi
ketimapangan pendapatan perkapita meskipun terdapat pembatasan hak-hak kepemilikan dan
kebebasan individu.

Tiga Pola Transisi

Privatisasi menjadi topik utama dalam transisi sistem ekonomi di negara Cina dan Rusia,
karena kedua negara ini berpikif melalui adanya privatisasi kondisi perekonomian negara akan
semakin maju dan masyarakat menjadi sejahtera. Kedua negara ini ingin segera memberlakukan
privatisasi agar investasi luar negeri masuk. Di sisi lain tanggapan dari masyarakat kedua negara
terutama para pekerja BUMN tidak setuju dengan hal ini karena khawatir akan pengangguran,
kelangsungan hidup, dan keamanan pekerjaan.

Proses penerapan privatisasi di kedua negara tersebut pun tidak dapat dihindarkan,
sehingga para pengusaha BUMN menyiasati agar perusahaan mereka tidak sampai jatuh ke tangan
asing melalui privatisasi karyawan. Dalam proses pembuatan skema privatisasi Rusia lebih terbuka
daripada Cina karena di Cina sudah terikat kebijakan yang membuat manajer langsung membuat
keputusan sendiri. Pemerintah di Cina juga sangat mendukung manajer BUMN untuk memilih
pendekatan privatisasi mereka.

Pemerintah Rusia membentuk beberapa organisasi untuk mengatur privatisasi di negara


mereka. Setelah dibentuk organisasi ini mengeluarkan suatu instrumen yang disebut privatisasi
voucher, instrumen ini dibagikan kepada warga negara Rusia yang sudah dewasa dengan gratis
agar mereka berbagian dalam kepemilikan saham, agar saham yang telah dilelang atau dijual di
bursa tidak jatuh ke tangan asing melainkan ke masyarakat Rusia sendiri. Berbeda dengan di Rusia,
di Cina masyarakat tidak diberlakukan setara seperti di Rusia, semua urusan privatisasi benar-
benar hanya dipegang oleh manajer BUMN sehingga pada waktu itu seolah olah pemerintah Cina
memberikan kesempatan bagi manajer untuk menjadi kaya.

Ada tiga transisi kapitalisme yang terjadi di eropa tengah, Rusia, dan negara Cina yaitu
kapitalis tanpa nomenklatur yang ada di negara eropa tengah dengan adanya kekuatan sosial untuk

4
memperbaiki perekonomian. Kawan kapitalisme yang ada di Rusia, disebut kaawan karena
kapitalis baru berasal dari mantan kawan nomenklatur. Kapitalis komunis yang ada di Cina yang
kapitalisme nya dibangun dengan diktator dan negara sangat berperan besar di Cina.

ANALISIS EKONOMI CHINA: KAPITALISME KOMUNIS


Xiaonong Cheng
Transisi Ekonomi China: Privatisasi Nasional

Sistem ideologi ekonomi dalam aplikasinya pada kegiatan ekonomi masyarakat di suatu
negara bersifat utopis karena tidak dapat diterapkan secara mutlak. Seperti halnya negara China.
Meskipun Pemerintah China dikenal sebagai negara komunis. Namun, Pemerintah China telah
memulai melakukan liberasisasi sejak tahun 1992-1994. China melakukan nasional privatisasi
yang dikenal dengan gaizhi. Perusahaan industri yang diprivatisasi dimiliki sekitar 47% dari modal
produktif di bidang manufaktur dan mempekerjakan 49% dari angkatan kerja industri di tahun
2008. Alasan dari spontanitas privatisasi di China didasari karena kesadaran pemerintah China
untuk mencegah keruntuhan sistem perbankan milik negara dengan cara melalui peminimalisiran
beban yang diakibatkan oleh BUMN. Sehingga pemerintah China menyutujui untuk dilakukan
kebijakan yang radikal untuk reformasi BUMN dan membuka jalan untuk privatisasi BUMN.

Menganalisis dari 130 kasus privatisasi yang dilakukan oleh pemerintah China, dapat
dilihat pemerintah China menggunakan 2 pendekatan privatisasi, yaitu: (1)Insider privatization
(Privatisasi dalam) seperti MBOS dan; (2)Outer privatitation (Privatisasi luar) seperti
pengambilalihan luar domestik. Meskipun banyak pihak swasta industry masuk ke dalam
perekonomian China sebagai akibat dari liberalisasi ekonomi, privatisasi China masih di dominasi
oleh pihak internal pemerintah China. Setengah dari BUMN industri diprivatisasi diambil alih oleh
manajer BUMN. Sedangkan investor asing hanya memainkan peran yang sangat kecil pada tujuan
nonindustri. Transparansi informasi China cenderung bersifat tertutup. Hubungan privatisasi
didominasi oleh pihak-pihak internal golongan tertentu seperti antara pejabat lokal, manajer
BUMN, dan investor asing yang memiliki hubuungan pribadi atau kepentingan dengan pihak local

5
atau manajer BUMN. Informasi tentang setiap rencana gaizhi sering tidak tersedia untuk semua
calon investor serta operasiprivatisasi dan transaksi asset BUMN tidak transaparan kepada publik.

Menurut peraturan perbankan China 1979-2008, individu tidak diizinkan untuk melakukan
peminjaman uang dari bank untuk pembelian saham. Kebijakan tersebut menjadi suatu pertanyaan
besar bagaimana manajer BUMN memperoleh dana?. Berdasarkan 41 kasus MBO dari 20 provinsi
dan kota, para manajer BUMN sering menggunakan asset perusahaan sebagai jaminan . manajer
BUMN meminjam uang dari Bank atau individu untuk membeli perusahaan dan mengembalikan
pinjaman dengan dana dari perusahaan mereka sendiri. Dengan kata lain, pada kegiatan privatisasi
manajer, manajer tidak benar-benar menginvestasikan dana pribadi mereka. Akibatnya terdapat
kemungkinan adanya celah korupsi untuk memperkaya manajer BUMN.

Kepemilkan saham karyawan yang merupakan bagian dari pendekatan privatisasi relatif
sering diatur secara represif oleh pihak manajer untuk mengumpulkan dana dari para pekerja.
Kebijakan manajer BUMN membuat para pekera terpaksa untuk membeli saham karyawan dalam
pertukaran untuk menjaga pekerjaan mereka. Jika terjadi penolakan, beberapa manajer BUMN
memberikan ancaman dengan pemotongan upah atau lay-off. Dalam 640 perusahaan sample
dimana manajer mengadopsi meemgang saham karyawan, sebesar 63% perusahaan memaksa para
kayawan mereka untuk membeli saham di perusahaan mereka sendiri melalui berbagai metode.
Berikut terdapat data terkait dengan pemilik BUMN diprivatisasi berdasarkan hasil survey.

6
Tabel 2.1 Pemilik BUMN diprivatisasi

Jenis utama survey A survey B


Pembeli (2002,%) (2006,%)

Manajer 61 47
Para karyawan 10 10
Outsiders 23 22
terdaftar LLSC - 1
Bekerja sama - 2
Sewa - 8
Lain 6 10
Total 100 100

Catatan: Survey A: “Zhongguo Siying Qiye Yanjiu Keti Zu” (Kelompok riset untuk studi Cina's
perusahaan swasta), “Zhongguo Siying Qiye Diaocha Baogao” (Laporan Survei swasta firms di
Cina), Beijing Caijing (Keuangan dan Majalah Ekonomi), No 4 (20 Februari 2003), ukuran sampel
adalah 837 (nasional). Survey B: Gan Jie,“Privatisasi di Cina: Pengalaman dan Pelajaran.” Di
Tiongkok's Emerging Markets Keuangan: Tantangan dan Peluang, ed. James R. Barth, John A.
Tatom dan Glenn Yago. Berlin dan New York: Springer, The Milken Institute Seri Inovasi
Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi 8, 2008, 584, ukuran sampel adalah 717 (nasional).

7
Peran Negara dan Pasar pada Pasar Komunis Deng Xiaoping
Peran Negara:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui jaminan kebebasan berinvestasi,
menghasilkan pasar yang kompetitif bagi perusahaan, tidak adanya kepemilikan tunggal
alat produksi oleh negara, menjamin negosiasi upah dan harga, ekspor impor, waralaba,
merger dan akuisisi, obligasi dan saham.
2. Memberikan sewa terhadap property negara untuk menghasilkan usaha.
3. Tetap memberlakukan larangan kepemilikan pribadi dan memberikan kedaulatan kepada
partai komunis Tiongkok untuk menentukan aturan perilaku ekonomi.
Peran Pasar:
1. Memberikan pemenuhan kebutuhan tiap individu melalui mekanisme pasar
2. Memberikan peningkatan produksi dan memberikan akses yang lebih luas terhadap dunia
luar
3. Memberikan peningkatan pendapatan masyarakat dan tingkat produktifitas ekonomi secara
keseluruhan.

Peran Negara dan Pasar pada Pasar Komunis Xi Jinping


Dalam sistem perekonomian komunis putih yang dibawa oleh Xi Jinping di China negara
dan pasar memiliki perannya masing-masing dalam membawa arah ekonomi China. Peran
pemerintah dalam perekonomian China dapat dilihat melalui berbagai kebijakan yang diterapkan
di China. Pemerintah memiliki peran yang sangat dominan dalam perekonomian China terlihat
dari campur tangan langsung pemerintah dalam kegiatan ekonomi dan pasar. Peran yang sangat
terlihat adalah melalui kebijakan One Belt One Road atau OBOR.

Kebijakan One Belt One Road merupakan kebijakan pembangunan “jalur sutra baru” atau
membangun aksesibilitas berupa jalan, jalur kereta api, jalan tol dan fasilitas yang mendukung
koneksi antar wilayah di berbagai negara dengan menggunakan dana bantuan dari China.
Kebijakan ini merupakan salah satu cara yang digunakan oleh Xi Jinping dalam melakukan
pembangunan ekonomi domestic China dengan membangun infrastruktur dan mendukung
konektivitas daerah bagian pesisir timur ke wilayah barat pedalaman China yang memiliki

8
pendapatan perkapita lebih rendah dan juga pembangunan yang masih kurang jika dibandingkan
dengan area pesisir. Selain itu kebijakan ini juga dimaksudkan untuk memudahkan hubungan
wilayah China agar terhubung dengan wilayah negara-negara tetangga di China sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi. Kebijakan ini berhasil mengurangi kesenjangan pendapatan
perkapita wilayah barat dan timur China meskipun terdapat pembatasan hak kepemilikan individu.
Selain itu kebijakan ini juga berhasil membuat China menjadi negara yang memiliki panggung di
kancah dunia dengan memberikan bantuan untuk pembangunan infrastruktur pada sejumlah
negara meskipun kebijakan OBOR ini menuai banyak kontroversi.

Kebijakan OBOR ini memperlihatkan peran negara yang sangat dominan dalam hal
perekonomian terutama dalam pemerataan kesejahteraan penduduk di sleuruh Wilayah China.
Pemerataan ini, disamping dilakukan dengan mempermudah konektivitas antar wilayah di China
dan dengan wilayah di sekitar China juga dipengaruhi oleh adanya pembatasan kepemilikan
peribadi.

Kedua adalah kebijakan peningkatan konsumsi domestic dan juga substitusi impor.
Kebijakan konsumsi domestik dimaksudkan untuk menaikkan PDB dari China yang kemudian
akan meningkatkan besaran pendapatan perkapita. Selain itu kebijakan konsumsi domestic juga
dimaksudkan untuk mendorong perekonomian dalam negeri menggunakan produk-produk local
dari China. Jika produk-produk lokal China diberdayakan maka akan memiliki efek multiplier
terhadap sektor ekonomi lainnya yang ada di China. Kebijakan konsumsi domestik ini
berhubungan erat dengan kebijakan substitusi impor. Kebijakan substitusi impor sendiri dilakukan
untuk mendukung kebijakan konsumsi domestic. Barang-barang yang seharusnya dipenuhi dengan
cara impor dicarikan alternatif pengganti menggunakan barang substitusi dalam negeri. Kebijakan
ini jika berhasil maka akan meningkatkan konsumsi domestik dan kemudian mendorong sektor
perekonomian lainnya.

Melalui kebijakan substitusi impor dan peningkatan konsumsi domestic dapat dilihat
bahwa negara memiliki peran yang sangat krusial dalam perekonomian termasuk menentukan jenis
barang apa yang harus dikonsumsi oleh warga negara guna meningkatkan perekonomian. Selain
peran negara terlihat pula peran pasar dalam sistem ekonomi sosialis yaitu menyediakan barang
kebutuhan yang diperlukan di China. Dalam kebijakan substitusi impor terlihat peran dari pasar

9
yang menyediakan barang-barang subtitusi impor yang dibutuhkan untuk mendukung program
pemerintah yaitu memaksimalkan konsumsi domestik .

Peran Negara dan Pasar pada Pasar Komunis Melalui Analisis Tiga Pola Transisi
A. Peran Negara

Di dalam proses transisi yang dilalui oleh Cina, Rusia, Eropa tengah, dan negara lain ,peran
negara adalah sebagai pengambil keputusan kebijakan yang akan diterapkan di negara tersebut,
hal ini sangat epnting karena bagaimana kondisi negara kedepan akan ditentukan melalui
pengambilan keputusan system apa yang akan dianut. Sebagai contoh Cina yang memutuskan
untuk menganut system kapitalis komunis, maka hal ni akan menjadi dasar keguiatan ekonomi
yang terjadi di Cina.

Peran negara juga adalah untuk menyejahterakan rakyat. Apapun kebijakan yang diambil
oleh pemerintah tidak lain untuk menyejahterakan rakyat. Melalui contoh negara di Eropa tengah,
Cina, dan Rusia negara tersebut berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyat, namun cara yang
dipakai ad yang kurang tepat seperti negara Cina yang mengalamiu penurunan tingkat
kesejahteraan.

Negara juga menjadi pendengar bagi aspirasi rakyat, melalui peran menyejahterakan
rakyat, negara juga harus mendengar apa yang rakyat mau melalui aspirasi mereka sehingga kedua
belah pihak antara negara dan rakyat dapat sepakat. Dari contoh negara diatas Cina sama sekali
tidak memberikan rakyat untuk berpendapat atau ikut campur dalam pemerintahan sehingga peran
ini tidak dapat berjalan dengan baik.

B. Peran Pasar

Pasar memiliki peran yang penting yaitu sebagai tolak ukur pemerintah untuk mengambil
langkah kebijakan karena aktivitas ekonomi semua terjadi di pasar dan tingkat kesejahteraan juga
dapat dilihat pada perkembangan pasar

10
Pasar juga sebagai penyalur dari kebijakan pemerintah, setelah menentukan suatu
kebijakan menganai pasar maka peran pasar adalah sebagai penggerak dan pelaksana dari
pemerintah, kerjasama ini merupakan hal yang penting karena bila salah satu tidak mendukung
satu sama lain maka yang akan terkena dampak adalah masyarakat luas.

Peran yang menjadi vital pada pasar adalah penggerak roda perekonomian, karena di dalam
pasar terjadi transaksi antara penjual dan pembeli yang mengakibatkan perputaran konsumsi,
produksi, dan distribusi terus berjalan, jadi seberapa cepat ekonomi tumbuh adalah tergantung
pada kondisi pasar.

11

Anda mungkin juga menyukai