REFERAT Nyeri-Punggung-Bawah
REFERAT Nyeri-Punggung-Bawah
Disusun oleh :
Handan Rizky
NIM : 110100025
Pembimbing :
dr. Chairil Amin Batubara, M.Ked(Neu), Sp.S
DEPARTEMEN NEUROLOGI
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “ Nyeri Punggung Bawah”
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang……………………………………………….…… 1
1.2 Tujuan…………………………………………………………….. 3
1.3 Manfaat…………………………………………………………… 3
BAB 2 Tinjauan Pustaka.................................................................................. 4
2.1 Defenisi ……………………………………….… ………………. 4
2.2 Epidemiologi ……………………….……………………………. .4
2.3 Anatomi Vertebra Lumbal…………………………….……….… 4
2.4 Patofisiologi nyeri pada nyeri punggung bawah................... .......... 8
2.5 Diagnosis klinis nyeri punggung bawah………………………......10
2.6 Diagnosis Banding Nyeri Punggung Bawah ………………. .........18
2.7 Terapi Nyeri Punggung Bawah ……………...…………………....19
2.8 Modalitas terapi fisik untuk mengatasi NPB ……………...……. 21
2.9 Pencegahan…………………………………………..………..… 23
2.10 Prognosis…………………………………………………........... 23
BAB 3 Kesimpulan dan Saran ……………………………………………….. 25
Daftar Pustaka.................................................................................................... 26
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sakit/nyeri pada punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus (Tarwaka, dkk, 2004). Di
Negara industri keluhan nyeri punggung bawah merupakan keluhan kedua setelah
nyeri kepala. Di Amerika Serikat lebih dari 80% penduduk mengeluh nyeri punggung
bawah dan biaya yang dikeluarkan tiap tahun untuk pengobatan berkisar 75 juta dolar
Amerika.
Prevalensi nyeri punggung bawah pada pemandu seperti supir, pengendara
sepeda motor, atau penarik becak lebih tinggi berbanding pekerjaan-pekerjaan lain,
berdasarkan penelitian Rahmat HS (2009) yang menunjukkan masalah nyeri
punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering
terjadi saat ini. Di Indonesia, menurut Setyawati bahwa dari para pegawai yang
datang berobat ke Poliklinik, pada suatu perusahaan lebih daripada 57% pekerjanya
mengeluh nyeri punggung bawah. Makanya diperkirakan bahwa lebih 57% tenaga
kerja di Indonesia menderita penyakit tersebut menyebabkan gangguan pada
ekonomi, seterusnya secara kaskade menggangu bidang- bidang lainnya, menggugat
ekonomi tempatan.
Penanganan nyeri punggung bawah secara umumnya bervariasi mengikut
studi, jenis-jenis pekerjaan, dan persekitaran lokal. Departemen Kesehatan telahpun
mengeluarkan upaya pelayanan kesehatan primer pada masyarakat tersebut yang
diatas meliputi, peningkatan kesehatan (promotif), upaya pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) (Depkes RI, 1999). Menurut
Hanung P (2008), fisioterapi dalam hal ini memegang peranan untuk mengembalikan
dan mengatasi gangguan impairment dan activity limitation sehingga pasien dapat
beraktivitas kembali. Namun menurut literature 33% pasien masih mengalami nyeri
hilang-timbul atau nyeri persisten selepas satu tahun, dan satu daripada lima pasien
masih mempunyai kekurangan fungsi gerakan. Hanya 25% telah sembuh total nyeri
punggung mereka selepas satu tahun, dengan ini pencegahan lebih diutamakan
daripada pengobatan.
2
I.2. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk membahas aspek epidemiologi, etiologi,
patogenesis, gambaran klinis, penegakan diagnosis, penatalaksanaan serta prognosis
dari penderita nyeri punggung bawah.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah, dapat berupa nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya.
2.2 Epidemiologi
Di Inggris, dilaporkan prevalensi NPB pada populasi lebih kurang 16.500.000
kasus per tahun, sedangkan di Amerika Serikat sekitar 5% dari populasi mengalami
serangan NPB akut dan menduduki urutan keempat untuk diagnosis rawat inap.
NPB merupakan salah satu dari sepuluh penyebab penderita dengan datang
berkunjung ke dokter. Penyebab nyeri tersebut sering tidak ditemukan walaupun
dengan pemeriksaan neuroimejing sehingga pasien pulang dengan diagnosis NPB
idiopatik.
Dalam penelitian epidemiologis pada poplasi yang berbeda, prevalensi NPB
bervariasi antara 7.6% - 37%. Puncak prevalensi pada kelompok usia 45-60 tahun.
Kebanyakan pasien mengalami penyembuhan dalam waktu 6 minggu. Sekitar 5-15%
tidak berhasil dengan pengobatan konvensional dan berlanjut menjadi kronis.
4
2. elemen posterior yang memiliki fungsi untuk mengatur kekuatan aktif dan pasif
yang terdiri, prosesus artikulatorius yang berfungsi memberi mekanisme locking
untuk mencegah terpelincir ke depannya korpus vertebra, prosesus spinosus,
prosesus mamilaris, dan prosesus aksesorius, dan prosesus transverses sebagai
tempat melekatnya otot, serta lamina yang berfungsi merambatkan kekuatan dari
prosesus spinosus dan prosesus artikularis ke pedikel.
3. elemen tengah terdiri dari pedikel yang berfungsi memindahkan kekuatan yang
mengontrol dari elemen posterior ke anterior.
Artikulasio
Pada kolumna vertebra ada dua jenis persendian, yaitu persendian antara dua
korpus vertebra (amphiarthrodial) dan antara dua arkus vertebra (arthrodial).
Persendian ini membentuk motion segment.
Diskus intervertebralis’
Setiap diskus terdiri dari 3 komponen yaitu :
1. nucleus sentralis pulposus gelatinosus
2. annulus fibrosus yang mengelilingi nucleus pulposus
3. sepasang vertebral endplates yang mengapit nucleus.
5
Nucleus pulposus terdiri dari matriks proteoglikan yang mengandung
sejumlah air (80%), semitransparan, terletak di tengah dan tidak memiliki anyaman
jaringan fibrosa. Seriring dengan menuanya nucleus akan menghilang kemampuan
mengikat airnya yaitu setelah 2 dekade.
Annulus fibrosus terdiri dari lamina-lamina konsentrik serabut kolagen. Pada setiap
lamina serabutnya parallel, menghadap 650 ke arah vertical, tetapi arah kemiringannya
bergantian pada lamina berikutnya.
Fungsi utama diskus adalah memisahkan korpus vertebra sedemikian rupa
sehingga dapat terjadi pergerakan dan harus cukup kuat untuk menahan beban
kompresi yang pada dasarnya ditahan secara pasif oleh annulus fibrosus. Peran
nucleus mengganjal annulus dari dalam dan menceganya tertekuk ke dalam. Nutrisi
diterima dari difusi limfatik dan andplate serta sifat menyerap untuk sel nucleus
koloidalis.
Ligamentum longitudinal anterior merupakan pita serabut yang lebar, kuat
membentang sepanjang permukaan depan korpus vertebra mulai dari sumbu tubuh
sampai ke bagian atas dari sacrum depan,terdiri dari 3 lapisan serabut padat yang
berjalan longitudinal.
Ligamnetum longitudinal posterior terletak dalam kanalis sentralis vertebralis,
membentang sepanjang permukaan posterior korpus vertebra dari aksis sampai ke
sacrum.
Ligamentum
Ligamentum interspinosus, menghubungkan prosesus spinosus yang berdekatan.
6
Ligamentum supraspinosus, berada di tengah bagian dorsal prosesus spinosus tempat
melekat.
Ligamentum intertransversus, merupakan sistem faskial yang memisahkan otot-otot
di bagian ventral dan posterior.
Ligamentum iliolumbal, merupakan ligamentum penting yang mengikat prosesus
transversus L5 ke ilium.
Ligamentum flavum, mengikat lamina terhadap vertebra yang berdekatan, bersifat
elastic.
Otot
Otot paravertebra vertebra lumbal dibagi atas tiga kelompok otot, yaitu :
1. psoas mayor dan minor
2. kuadratus lumborum dan intertransversarii lateralis
3. otot punggung bawah
Inervasi
Daerah vertebra lumbal menerima persyarafan yang ekstensif sebagai berikut :
1. otot-otot psoas mayor, kuadratus lumborum dan intertransversarii lateralis
dipersarafi ramus ventral
2. korpus vertebra menerima persarafan dari gray rami comunicantes.
3. ligamentum longitudinal posterior dipersarafi nervus sinuvertebral
4. diskus intervertebralis persarafannya berasal dari ramus komunikan anterolateral.
7
Vaskularisasi
Daerah vertebra lumbal menerima darah dari sepasang arteri lumbalis, empat
teratas adalah cabang dari aorta desendens dan yang kelima cabang dari arteri sakralis
media. Diskus intervertebral merupakan avaskular.
Mekanisme nyeri
Aktivasi nosiseptor menyebabkan nyeri dan sensitisasi nosiseptor
menyebabkan hiperalgesia. Terdapat dua jenis hiperalgesia yaitu primer yang terjadi
di daerah lesi dansekunder di jaringan sehat. Hiperalgesia primer dapat dibangkitkan
dengan stimulasi termal maupun mekanikal dan hiperalgesia sekunder hanya dapat
dibangkitkan mekanikal. Hiperalgesia sekunder disebabkan kemampuan neuron di
kornu dorsalis medulla spinalis memodulasi transmisi impuls neuronal. Proses
modulasi ini terjadi karena impuls yang terus-menerus menstimulasi medulla spinalis
yang berasal dari daerah lesi sehingga neuron di kornu dorsal menjadi lebih sensitive.
8
Dalam fenomena sensitisasi sentral ada dua fenomena yang terjadi, yaitu :
1. wind up : sensitisasi neuron kornu dorsalis terutama wide dynamic range neuron
(WDR). Proses ini sangat bergantung pada glutamate dan reseptor NMDA
2. long term potentiation (LTP) merupakan peningkatan kepekaan neuron kornu
dorsalis (sensitisasi) berlangsung lebih lama dan masih terjadi walaupun input sudah
tidak ada.
Nyeri otot sangat berperan dalam terjadinya unspesific low back pain. Beberaa
nosiseptor terdapat di jaringan lunak yang sangat peka terhadap mediator
inflamasi.pada jaringan somatic banyak yang peka terhadap ATP terutama pada saat
lesi otot. Impuls dari otot sebagian dibawa oleh serabut otot tanpa myelin yang
umumnya mempunyai tetrodotoxine resistence (TTXr)-Na channel (kanal Na yang
resisten terhadap tetrodotoxine) sehingga diperlukan obat yang dapat memblok
reseptor tersebut pada pasien penderita nyeri punggung bawah.
Timbulnya nyeri spontan di neuron kornu dorsalis ditentukan oleh Nitric
oxide (NO). Jika konsentrasinya menurun dapat menyebabkan nyeri spontan yang
sejalan dengan lesi otot.
Sebagian pasien dengan lesi saraf pusat maupun tei di samping memiliki
gejala negative yang berupaparesis atau paralisis, hipestesi, atau anastesi, juga
menderita gejala positif yaitu nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik yang ditemukan
pada pasien nyeri punggung bawah berupa penekakan radiks sarafoleh hernia
nuklesus pulposus,penyempitan kanal spinalis, pembengkakan artikulasio, fraktur
mikro, penekanan tumor dan sebagainya.
Iritasi pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Kemungkinan
pertama penekanan terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya akan
nosiseptor dari nervi nervorum yang menimbulkan nyeri inflamasi yang dirasakan di
sepanjang dermatom serabut saraf tersebut. Kemungkinan kedua penekanan sampai
serabut saraf maka ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik
melalui perubahan molekuler yang dapat menyebabkan aktivitas sistem saraf aferen
menjadi abnormal dengan timbulnya aktivitas ektofik yang terjadi di luar reseptor,
9
akumulasi saluran ion natrium di daerah lesi menyebabkan timbulnya mechano-hot-
spot yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal maupun termal. Hal ini
menjadi dasar pemeriksaan Laseque.
10
dipertimbangkan adanya kemungkinan hal-hal yangmengancam nyawa sebagai
penyebab nyeri punggung bawahnya seperti kebocoran sampai pecahnya aneurisme
aorta abdominalis maupun kasus gawat darurat lain seperti tumor spinal, perdarahan
epidural, abses epidural, emboli,thrombosis arteri spinalis, dan sindrom kauda equina.
Dari segi umur, 80% penderita dengan keganasantulang belakang lumbal berumur
lebih dari 50 tahun. Dari segi jenis kelamin, nyeri punggung terutama dialami pria
diakibatkan pekerjaan dan pemaparan pada aktivitas fisik. Beberapa penyakit tulang
belakang yang lebih sering diderita pria antara lain : spondiloartropati, spondilitis,
dan tumor.
Awitan
Penyebab mekanis dari NPB yang timbulnya bertahap sehubungan dengan
pekerjaan mungkin terdapat robekan otot, peregangan fasia, atau iritasi permukaan
sendi, sedangkan penyebabnya akibat medis keluhannya timbul bertahap.
11
Faktor yang memperberat dan memperingan
Pada lesi mekanis vertebral lumbosakral, keluhan berkurang waktu istirahat
dan memberat waktu akitifitas. Pada pasien nyeri punggung bawah akibat medis,
keluhan nyeri timbul saat istirahat seperti pada tumor tulang dan otot. Penderita nyeri
kolis mencari posisi yang nyaman.
Intensitas nyeri dengan Visual Analog Scale (VAS)
Anamnesis pekerjaan untuk mengevaluasi risiko NPB akibat penyebab
mekanis pada penderita.
Anamnesis penyakit sebelumnya
Penyakit tertentu misalnya DM, keganasan, maupun penyakit metabolic lainnya
mempunyai pengaruh langsung terhadap struktur tulang belakang lumbosakral.
12
3. Pemeriksaan Neurologis pada Pemeriksaan lumbosakral
Posis berdiri : kolumna vertebralis diamati dari belakang, lateral, maupun
depan untuk menilai adanya kelainan-kelainan. Spina iliaka posterior superior harus
sama tinggnya. Gerakan dari sendi sakroiliaka dapat diperiksa pada waktu penderita
berdiri, pemeriksa menaruh ibu jari tangannya pada bagian posterior spina iliaka dan
ibu jari yang lain pada prosesus spinosus sacrum. Penderita diminta melipat sendi
panggul yang ipsilateral dan pada keadaan normal terasa spina iliaka yang
bersangkutan bergerak ke bawah.
Kelainan pada permukaan kulit misalnya kelompokan rambut yang tumbuh
menunjukkan adanya diasternatomielia dan spina bifida okulta.
Dari samping dapat dilihat peningkatan atau pengurangan lengkungan vertebra dan
dilihat pada posisi tegak ini apakah ada fleksi atau ekstensi dari sendi lutut. Dari
depan kepala harus tegak dengan bahu yang rata. Harus tidak ada kemiringan dari
pelvis dan dilihat juga ketinggian dan simetri struktur-struktur dari bawah.
Penderita diminta untuk jongkok untuk menilai kekuatan otot secara umum maupun
integritas fungsi sendi mulai dari panggul sampai tungkia bawah.
Pada waktu berdiri diperiksa luas gerak sendi lumbosakral pada waktu fleksi
ke depan, ekstensi, fleksi ke samping dan rotasi.
Berabring dan terlentang merupakan posisi yang baik untuk pemeriksaan
nervis ischiadicus dengan tes SLR positif. Timbulnya tarikan pada akar saraf
ischiadicus yang tertekan oleh herniasi diskus akan menghasilkan nyeri pada sudut
300-700. Sedangkan nyeri di atas sudut 700 bisa disebabkan oleh gangguan pada sendi
atau otot. Nyeri yang timbul adalah nyeri radikuler. Sedangkan timbul nyeri
punggung bukan berarti test positif.
Untuk konfirmasi hasil tes SLR positif, tungkai yang diangkat agak
diturunkan sedemikian sehingga nyeri hilang, kemudian kaki didorsofleksikan maka
akan timbul nyeri kembali, test ini disebut test Bragard.
Cara lain untuk pemeriksaan pinggul dan sendi sacroiliaca adalah tes Patrick.
Penderita tidur telentang dengan malleolus lateralis dari tungkai yang diperiksa
13
diletakkan di atas patella tungkai sisi yang lain. Dilakukan penekanan ke bawah paa
sisi medial lutut yang diperiksa. Penekanan yang kerasakan menimbulkan nyeri pada
sisi lateral vertebra lumbalis yang berasal dari sendi sakroiliaka. Penekanan secara
pelan-pelan menimbulkan nyeri di selangkangan menunjukkan adanya gangguan
sendi panggul.
4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah untuk menilai tanda-tanda infeksi, faktor rheumatoid,
tumor marker. Pemeriksaan urine untuk menilai gangguan fungsi ginjal, kelainan
prostat ataupun kanker prodtat. Pemeriksaa endokrin untuk menilai kelainan tiorid
dan paratiroid, kortikosteroid, osteoporosis
14
Pada proyeksi LAT mudah terlihat korpus, pedikel, prosesus spinosus, ruang
intervertebra, dan lordosis vertebra lumbal.
Proyeksi LAO dan RAO tidak dikerjakan rutin. Dengan proyeksi ini terlihat
sendi faset dan pars interartikularis
Penilaian foto polos pada NPB dinilai ABCs yaitu Alignment, Bony chabges,
Cartilagonous change, soft tissue changes. Foto polos baik untuk melihat struktur
tulang tetapi jaringan lunak kurang terlihat jelas.
Pemeriksaan foto polos lumbosakral tidak selalu diperlukan pada NPB akut,
terutama karena strain pada usia muda di bawah 50 tahun. Indikasi foto polos bila
terapi awal NPB akut (4-6 minggu) gagal atau untuk pasien NPB berusia lebih 50
tahun atau karena adanya red flags seerti deficit neurologic, infeksi, keganasan,
riwayat trauma.
B. CT Scan
Kelainan patologis pada tulang dapat diketahui dengan CT Scan tetapi isi
kanalis spinalis sulit dinilai. CT scan dapa menilai lesi litik pada multiple myeloma,
lokasi tumor vertebra lumbosakral serta perluasannya di luar tulang, dan ekspansi
tumor ke jaringan lunak.
15
diskus lateral dan anterior. Pada HNP dengan MRI terlihat protrusi materi diskus
fokal, asimetris melewati atas annulus.
D. Diskografi
Bila zat kontras yang disuntikkan mencapai 2 mL atau lebih dipikirkan adanya
degenerasi diskus. Kerugiannya adalah menimbulkan rasa nyeri, trauma pada radiks
saraf, kelainan degenerasi pada diskus.
E. Venografi Epidural
Indikasi pemeriksaan ini adalah kantong tekal yang pendek.
F. Angiografi Spinal
Dikerjakan dengan sedasi ringan untuk mengetahui gambaran peredaran darah
medulla spinalis.
G. USG
Dilakukan pada pasien NPB karena nyeri rujukan viserogenik.
I. Densitometri Tulang
Densitas mineral tulang vertebra lumbal diukur dengan Dual Photon
Absorbtiometry (DPA) untuk memgukur kalsium tulang.
16
latensi adalah pemeriksaan transmisi saraf melalui persambungan mioneural
depolarisasi dari membrane sel dan rangsangan pada ototnya sendiri. Kecepatan
hantar saraf menjadi lambat pada diemielinisasi saraf motorik.
Pemeriksaan Kecepatan Hantaran Saraf Sensorik
Kecepatan hantar saraf sensorik berkurang pada demielinisasi saraf sensorik.
B. EMG
EMG berguna dalam evaluasi radikulopati.kelainan EMG diakibatkan
degenerasi aksonal, tidak dapat mendeteksi demielinisasi radiks saraf. Kelainan EMG
otot paraspinal berguna untuk mengetahui lokasi radiks saraf ventral atau saraf spinal,
tetapi bukan pleksus lumbosakral atau cabang sarafnya.
17
2.6 Diagnosis Banding Nyeri Punggung Bawah
1. Penyebab Sistemik
- aneurisme aorta abdominalis
- nephrolitiasis
- infeksi ginjal
- kelainan metabolic
- tumor
- Ankilosing spondilosis
- Sindroma Reiter
- arthritis colitis ulseravitf
- psoriasis arthritis
- rheumatoid arthritis
- miopati radikulopati
18
Berdasarkan etilogi :
1. NPB mekanikal (97%) :
- lumbar strain, sprain (70%)
- proses degenerative
- stenosis spinal
- fraktur kompresi osteoporotic
- spondilolistesis
- fraktur traumatic
- spondilolisis
19
6. Operasi : pseudoclaudication, spondilolistesis
NPB Kronis :
1. antidepresan trisiklik
2. antikonvulsan
3. back exercise
4. terapi operatif
Analgetik
- nyeri ringan : NSAID
- nyeri sedang : opioid ringan : kodein, pentatosin
- nyeri berat : opioid seperti morfin, petidin, buprenorfin
- nyeri akut yang berat : opioid ditambah sedative seperti diazepam
20
Indikasi injeksi steroid :
1. symptom kurang dari dua tahun
2. nyeri radikuler lebih menonjol dibanding nyeri punggung bawah
3. tes Laseque positif
4. tidak ada dasar penyakit psikiatri
21
4. Masasebertujuan untuk membantunya kembalinya sirkulasi darah dan cairan limpa,
relaksasi spasme, serta melunaknya fibrosis.
5. traksi vertebra lumboskaral bertujuan untuk membukanya foramen intervertebral,
merenggangnya permukaan sendi, menurunkan panjang radiks saraf dan duranya, dan
mengurangi tegangan.
6. latihan, yang terdiri :
1. latihan kelenturan punggung bawah
2. latihan penguatan punggung bawah
3. latihan penguatan otot dinding perut
4. latihan peregangan otot hamstring
5. latihan peregangan tendon Achilles
6. latihan peregangan fleksor punggung
8. Back school
Back school merupakan program pendidikan untuk penderita NPB dalam
pelatihan melakukan aktivitas sehari-hari.
Pada posisi duduk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. tinggi kursi harus memungkinkan kaki menginjak lantai
2. lutut sedikit lebih tinggi dari punggung
3. sandaran kursi mendorong punggung bawah agar sekit lordisis
22
9. Back Protection Principle
Seperti juga Back School namun diberika tuntunan untuk semua bentuk
aktivitas, yaitu empat hal yang harus diperhatikan (The Four back words) :
Back first : datarkan kepala dan selalu pikirkan melindungi punggung yang utama
Back flat : tegangkan otot dinding perut dan miringkan panggul dalam memulai
setipa gerakan
Back straight : gerakkan tubuh sebagai suatu kesatuan pada setiap kegiatan
Back last : gunakan tungkai dan lengan untuk memulai dan membantu semua
kegiatan
Keempat hal di atas diterapkan dalam melakukan latihan :
A. Turun dan naik tempat tidur
B. Turun dan naik kursi
C. Membungkukkan badan
D. Jongkok
E. Tidur dan berdiri dari lantai
F. Mengangkat Barang
2.9 Pencegahan
Program latihan dengan kombinasi kondisi aerobic dan peregangan, serta
penguatan otot punggung dan tungkai dapat menurunkan frekuensi rekuren NPB.
Dengan menghindari kegemukan dan posisi kerja yang ergonomis dapat mengurangi
nyeri kronis.
2.10 Prognosis
Indeks Evaluasi NPB akut menjadi NPB kronis
Karakteristik dari kejadian terakhir
Acute isolated NPB :0
Eksaserbasi akut dari kronik NPB :2
Skiatika :4
23
Kesulitan menaiki tangga
Ya :2
Tidak :0
Kesulitan bangun dari tempat tidur atau kursi
Ya :1
Tidak :0
Lamanya tak bekerja
Kurang dari 8 hari :0
Lebih dari 8 hari :2
Olahraga
Tidak :0
Ya :1
24
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Untuk penegakkan diagnosa nyeri punggung bawah diperlukan penggalian
riwayat penyakit dengan baik. Onset nyeri, penjalaran penyakit, gejala neurologis,
faktor yang memperingan dan memperberat adalah hal pokok yang harus digali.
Penanganan nyeri punggung bawah sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan
prognosa dan dalam hal ini tidak ada terapi tunggal melainkan multipel. Banyak
teknik terapi invasif yang bisa sebagai terapi simptomatis namun tidak
direkomendasikan sebagai terapi rutin dan terapi pilihan. Tindakan bedah sangat
tergantung etiologi dan prognosis. Terapi bedah hanya dilakukan pada pasien tertentu
dengan terapi konservatif dan farmakologis yang telah gagal setelah dua tahun.
4.2. Saran
Diperlukan analisa berbagai faktor dalam menentukan diagnosis dan
penatalaksanaan nyeri punggung bawah. Penggalian faktor-faktor riwayat penting
seperti onset, lokasi, penjalaran, dan hal yang dapat memperburuk, serta
memperingan perlu dicermati dengan seksama sehingga mampu mengarah pada
diagnosis dan terapi yang tepat. Pada penatalaksanaan nyeri punggung bawah, terapi
bedah merupakan pilihan terakhir bila terapi konservatif dan farmakologi telah gagal.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adams RD. 2007. Pain in the Neck and Extremities. Principle of Neurology. Mc
Graw C. Inc. 6th ed. pp 194-197
Anderson GBJ. 2001. Roenthenography Measurement of Lumbar Intervertebral Disc
Height. Spine;6 : 154.
Attal N. Nicholson B. Sierra. 2000. Direction in Neuropathic Pain Focusing
Treatment Symptom and Mechanism. Royal Society of Medicine Press Ltd.
London
Dayo RA dan Weinstein. 2001. Primary Care : Low Back Pain. New England Journal
Med; 334 (5).
Finneson BE.2000 Anatomy of the Low Back Pain. Toronto : 2nd ed. pp 1-20
Goodyear Smith.2002. Management of low back pain. NZFP; 29: 102-107.
Linton SJ. 2002. “Yellow Flag” for Back Pain. Seattle. Hal :271-272
Meliala L. Suryamiharja. 2000. Penuntun Praktis Penanganan Nyeri Neuropatik.
Kelompok Studi Nyeri PERDOSSI. 2000
26