Anda di halaman 1dari 41

PERTEMUAN KE 2

Home » Pembelajaran » Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) > Pengertian, Definisi


Menurut Para Ahli
Pembelajaran

Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) >


Pengertian, Definisi Menurut Para Ahli
1. Pengertian Pendekatan Ketrampilan Proses

Keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang


didapa dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-
luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut”
(Azhar, 1993: 7)
Sedangkan “menurut Conny (1990 : 23) pendekatan keterampilan proses adalah
pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara
mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik
akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan
nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus”.

Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar
berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan
sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA)
sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.

Dimiyati (2002: 138) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan


untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah :
 Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang
hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan
dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan

 Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa


bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan
cerita tentang ilmu pengetahuan.

 Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat


siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa
pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan
kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan
pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa
hendaknya menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.
2. Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses

Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu


diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan agar hasil
belajar yang optimal
3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati,
2002: 137)

Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam kegiatan


belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan
proses yang dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu.

Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu
diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin
lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya
bersifat relatif
4. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.

3. Pola Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP)

Dalam pola pelaksanaan keterampilan proses, hendaknya guru harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:

a. Asas pelaksanaan keterampilan proses

Menurut (Azhar, 1993) dalam melaksanakan pendekatan keterampilan proses perlu


memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Harus sesuai dan selalu berpedoman pada tujuan kurikuler, serta pembelajaran yang
berupa TPU dan TPK.
 Harus berpegang pada dasar pemikiran bahwa semua siswa mempunyai kemampuan
(potensi) sesuai dengan kudratnya.
 Harus memberi kesempatan, penghargaan dan movitasi kepada peserta didik untuk
berpendapat, berfikir dan mengungkapkan perasaan dan pikiran.
 Siswa pembinaan harus berdasarkan pengalaman belajar siswa.
 Perlu mengupayakan agar pembina mengarah pada kemampuan siswa untuk mengola
hasil temuannya.
 Harus berpegang pada prinsip "Tut Wuri Handayani". Memperhatikan azas-azas
tersebut, nampaknya yang menjadi titik perkenannya adalah siswa itu adalah siswa itu
sendiri sebagai subyek didik dan juga guru dalam melaksanakan pendekatan
keterampilan proses benar-benar memperkirakan perbedaan masing-masing siswa.

b. Bentuk dan pelaksanaan pendekatan keterampilan proses (PKP)

Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal.
Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada
pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial
(menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud
adalah :

a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling mendasar
dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).

Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat,
mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah,
2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan
belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.

Jadi kegiatan mengamati merupakan tingkatan paling rendah dalam pengembangan


keterampilan dasar dari peserta didik, karena hanya sekedar pada penglihatan dengan panca
indera. Pada dasarnya mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda walaupu
sekilas mengandung pengertian yang sama. Melihat belum tentu mengamati, karena setiap
hari mungkin peserta didik melihat beraneka ragam tanaman, hewan, benda-benda lain yang
ada di sekitarnya, tetapi sekedar melihat tanpa mengamati bagaimana sebenarnya tanaman,
hewan tersebut berkembang dari kecil hingga menjadi besar.

b. Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa


berdasarkan
sifat-sifat khsususnya. Sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari obyek yang
dimaksud, (Dimiyati, 1999 :142).

Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat
belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan,
menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).

Melalui keterampilan mengklasifikasi peserta didik diharapkan mampu membedakan,


menggolongan segala sesuatu yang ada di sekitar mereka sehingga apa yang mereka lihat
sehari-harii dapat menambah pengetahuan dasar mereka.

c. Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai "menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep


dan prinsip ilmu pengetahua dalam bentuk suara, visual atau secara visual" (Dimiyati,
1993:143). Kegiatan mengkomunikasi dapat berkembanga dengan baik pada diri peserta
didik apabila mereka melakukan aktivitas seperti : berdiskusi, mendeklamasikan,
mendramatikan, bertanya, mengarang, memperagakan, mengekspresikan dan melaporkan
dalam bentuk lisan, tulisan, gambar dan penampilan” (Djamarah, 2000).

Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya
melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan
mungkin lebih baik dari pada berbicara.

d. Mengukur

Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi
dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).

Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut
Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada
dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas,
volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.

Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat
sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan
pengukuran yang dikerjakan.

e. Memprediksi

Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi
di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau
hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).

Menurut (Djamarah, 2000) untuk mengembangkan keterampilan memprediksi dapat


dilakukan oleh peserta didik melalui kegiatan belajar antisipasi yang berdasarkan pada
kecendrungan/pola. Hubungan antara data, hubungan informasi. Hal ini dapat dilakukan
misalnya memprediksi waktu tertibnya matahari yang telah diobservasi, memprediksikan
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tertentu dengan menggunakan kendaraan
dengan yang berkecepatan tertentu.

Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang
berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca
indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan,
mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang
akan diharapkan".

f. Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai "suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan


suatu. Objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui (Dimiyati,
1999: 145).

Kegiatan yang menampakkan keterampilan menyimpulkan misalnya: berdasarkan


pengamatan diketahui bahwa lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat. Peserta didik
dapat menyimpulkan bahwa lilin bisa menyala apabila ada oksigen. Kegiatan menyimpulkan
dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan sebagai pengembangan keterampilan peserta
didik yang dimulai dari kegiatan observasi lapangan tentang apa yang ada di alam ini.

c. Langkah-langkah melaksanakan keterampilan proses

Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus
melakuka langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pendahuluan atau pemanasan

Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan
agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.

Kegiatan pendahuluan atau pemanasan tersebut berupa:


 Pengulasan atau pengumpulan bahan yang pernah dialami peserta didik yang ada
hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan.

 Kegiatan menggugah dan mengarahkan perhatian perserta didik dengan mengajukan


pertanyaan, pendapat dan saran, menunjukkan gambar atau benda lain yang
berhubungan dengan materi yang akan diberikan.

2. Pelaksanaan proses belajar megnajar atau bagian inti

Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan
hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan
proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan
konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil
perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.

Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-
langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses,
meliputi :
1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal,
bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap
bahan pelajaran tersebut.
3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa
atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di
waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari
kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan
masalah yang belum terselesaikan.
7. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah
mengarang dan lain-lain.
Pembelajaran Keterampilan Proses
Posted by Safnowandi, S.Pd., M.Pd on November 15, 2012

Posted in: Uncategorized. 3 Komentar

A. Pengertian Pembelajaran Keterampilan Proses


Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yaitu hubungan timbal balik antara guru dengan
siswa. Guru memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat
mendorong siswa belajar dan untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran ditandai oleh tingkat penguasaan
kemampuan dan pembentukan kepribadian. Proses pembelajaran melibatkan berbagai
kegiatan dan tindakan yang perlu dilakukan oleh siswa untuk memperoleh hasil belajar yang
baik. Kesempatan untuk melakukan kegiatan dan perolehan hasil belajar ditentukan oleh
pendekatan yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui proses
mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses tersebut
dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Siswa diharapkan
termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna bagi dirinya.
Hal ini berarti bahwa peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting dalam kaitannnya
dengan keberhasilan belajar. Salah satunya pendekatan keterampilan proses.
Pembicaraan tentang proses ada baiknya diawali dengan filsafat sains. Filsafat sains banyak
menaruh perhatian tentang bagaimana cara saintis memahami segala sesuatu yang berkaitan
dengan gejala alam. Seorang ahli filsafat dan ahli fisika mengatakan “Sikap fisikawan tidak
boleh tidak, haruslah murni empirisme”. Data empirik yang diperoleh dari pengamatan itulah
yang akhirnya digunakan untuk menghakimi segala teori yang dicetuskan saintis.
Proses dapat didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan
ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat
diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan
penelitian. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan
secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.
Keterampilan Proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif
maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau
teori untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan
penyangkalan terhadap suatu penemuan (Indrawati dalam Trianto, 2008:72). Menurut
Mulyasa (2007:99), Pendekatan Keterampilan Proses merupakan pendekatan pembelajaran
yang menekankan pada proses belajar, aktivitas, dan kreativitas peserta didik dalam
memperoleh pengetahuan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri
(Soetardjo, 1998:3). Dalam pendekatan keterampilan proses, tugas guru adalah memberikan
kemudahan kepada peserta didik dalam menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua
peserta didik dapat berkembang secara optimal.
Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang
ingin dicapai.
2. Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi
yang dimilikinya.
3. Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peseta didik. Suasana kelas
harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.
4. Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui
bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
untuk mendorong aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran antara lain:
diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karya wisata, studi kasus, bermain
peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Keunggulan pendekatan keterampilan proses di dalam proses pembelajaran, antara lain
adalah:
1. Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran;
2. Siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari;
3. Melatih siswa untuk berpikir lebih kritis;
4. Melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran;
5. Mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru;
6. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
B. Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Menurut Dimiyati, mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses (PKP) perlu
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut:
1. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi;
2. Pengalaman intelektual emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang
optimal;
3. Penerapan sikap dan nilai sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ini. (Dimiyati,
2002: 137).
Pembinaan dan pengembangan kreatifitas berarti mengaktifkan murid dalam kegiatan
belajarnya. Untuk itu cara belajar siswa aktif (CBSA) yang mengembangkan keterampilan
proses yang dimaksud dengan keterampilan di sini adalah kemampuan fisik dan mental yang
mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan lain dalam individu. Sedangkan
Conny (1990 : 14), mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu diterapkan
pendekatan keterampilan proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin lagi
para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa;
2. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami konsep-
konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit;
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya
bersifat relatif;
4. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskan dari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
C. Peranan Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pendekatan Keterampilan Proses
Dengan menggunakan keterampilan proses menghendaki siswa terlibat dalam eksplorasi,
mengungkapkan, menemukan selain itu juga merasakan dan menghayati sebagian dari
perasaan dan kepuasan ilmuwan, sambil mengembangkan keterampilan–keterampilan proses
yang sesuai dengan bidangnya. Pengajaran seharusnya sudah berubah menjadi berpusat pada
siswa/mahasiswa dan berorientasi pada penemuan, penyelidikan, pemecahan masalah dengan
menggunakan atau sambil mengembangkan keterampilan proses. Peranan guru/dosen adalah
sebagai pembimbing. Guru/dosen berusaha menjadi pendengar yang baik, menerima
pernyataan siswa/mahasiswa, dan membimbingnya dengan cara mengajukan pertanyaan,
mengajak dan memberikan pengalaman-pengalaman yang lebih banyak lagi.
Keterlibatan siswa dalam setiap pengalaman adalah penting. Pengalaman merupakan dasar
pembentukan konsep, pengembangan konsep, pengembangan keterampilan proses dan
pembentukan kepribadian. Oleh karena itu, peran guru/dosen adalah mendorong
siswa/mahasiswa terlibat aktif dalam setiap pengalaman.
D. Bentuk dan Pelaksanaan Pendekatan Keterampilan Proses
Funk (dalam Trianto, 2008:73) membagi keterampilan proses menjadi dua tingkatan, yaitu
Keterampilan Proses Tingkat Dasar (Basic Science Process Skill) dan Keterampilan Proses
Terpadu (Integrated Science Process Skill).
1. Keterampilan Proses Tingkat Dasar (Basic Science Process Skill)
a. Observasi/Mengamati
Mengamati merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting untuk memperoleh
pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan belajar,
melihat, mendengar, meraba, mencicipi, dan mengumpulkan informasi. Pada dasarnya
mengamati dan melihat merupakan dua hal yang berbeda, walaupun sekilas mengandung
pengertian yang sama. Kegiatan melihat belum tentu mengamati. Pengamatan dilaksanakan
dengan memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan untuk
memperhatikan hal yang diamati, kemudian mencatat apa yang diamati, memilah-milah
bagiannya berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah
hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
Contoh: siswa mengamati benda-benda yang berbentuk lingkaran.
b. Klasifikasi
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilih berbagai obyek peristiwa
berdasarkan sifat-sifat khususnya. Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan
mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan
gagasan. Pengelompokan ini didasarkan pada karakteristik atau ciri-ciri yang sama dalam
tujuan tertentu, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Contoh: siswa mengelompokkan benda-benda yang berbentuk lingkaran dan segitiga.
c. Komunikasi
Kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang juga harus dikuasai siswa.
Komunikasi di dalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan
proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk rangkuman,
grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Dalam Keterampilan berkomunikasi ini, siswa
perlu dilatih untuk mengkomunikasikan hasil penemuannya kepada orang lain dalam bentuk
laporan penelitian, paper, atau karangan agar siswa terbiasa mengemukakan pendapat dan
berani tampil di depan umum.
Contoh: siswa membuat laporan tentang hasil percobaan menentukan rumus keliling
lingkaran.
d. Pengukuran
Dalam pengertian yang luas, kemampuan mengukur sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek. Dasar dari kemampuan
ini adalah perbandingan.
Contoh: siswa mengukur panjang garis tengah lingkaran.
e. Prediksi (Ramalan)
Ramalan yang dimaksud di sini bukanlah sembarang perkiraan, melainkan perkiraan yang
mempunyai dasar atau penalaran. Kemampuan membuat ramalan atau perkiraan yang
didasari penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan
tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan atas pola
atau kecenderungan tertentu, atau keterhubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam
ilmu pengetahuan.
Contoh: Siswa meramalkan mana yang lebih panjang jarak tempuhnya jika dua buah benda
yang berlainan jari-jari digelindingkan. Siswa kemudian membuat hipotesis tentang rumus
keliling lingkaran.
f. Inferensi
Menurut Esler, keterampilan menginferensi dapat dikatakan juga sebagai keterampilan
membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato, menginferensi/menduga/menyimpulkan
secara sementara adalah menggunakan logika untuk membuat kesimpulan dari apa yang
diobservasi.
Contoh: siswa mengumpulkan data yang diperoleh dari percobaan, menganalisis data
tersebut, dan membuat kesimpulan berupa rumus keliling lingkaran.
2. Keterampilan Proses Terpadu (Integrated Science Process Skill)
a. Menentukan variabel
Keterampilan menentukan variabel yaitu mengenal ciri khas dari faktor yang ikut
menentukan perubahan.
b. Menyusun Tabel Data
Keterampilan penyajian data dalam bentuk tabel, untuk mempermudah pembacaan hubungan
antar komponen (penyusunan data menurut lajur-lajur yang tersedia).
c. Menyusun Grafik
Keterampilan penyajian dengan garis tentang turun naiknya sesuatu keadaan.
d. Memberi Hubungan Variabel
Keterampilan membuat sinopsis/pernyataan hubungan faktor-faktor yang menentukan
perubahan.
e. Memproses data
Keterampilan melakukan langkah secara urut untuk meperoleh data.
f. Menganalisis penelitian
Keterampilan menguraikan pokok persoalan atas bagian-bagian dan terpecahkannya
permasalahan berdasarkan metode yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip
-prinsip dasar.
g. Menyusun Hipotesis
Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan
tentang pengaruh yang akan terjadi dari variabel manipulasi terdapat variabel respon.
Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya
digunakan dalam merumuskan masalah yang akan diteliti (Nur, 1996). Hipotesis dapat
dirumuskan secara induktif dan secara deduktif. Perumusan secara induktif berdasarkan data
pengamatan, secara deduktif berdasarkan teori. Hipotesis dapat juga dipandang sebagai
jawaban sementara dari rumusan masalah.
h. Menentukan Variabel secara Operasional
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan bagaimana suatu
variabel itu diukur. Definisi operasional variabel adalah definisi yang menguraikan
bagaimana mengukur suatu variabel. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa yang akan
dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat dari suatu eksperimen. Keterampilan ini
merupakan komponen keterampilan proses yang paling sulit dilatihkan karena itu harus
sering di ulang-ulang.
i. Merencanakan Penelitian
Seperti kita ketahui, ilmu pengetahuan dan teknologi terlahir dari sejunmlah penelitian yang
mendahuluinya. Hasil-hasil penelitian boleh jadi mengkonstruksikan suatu ilmu pengetahuan,
atau merekonstruksi ilmu pengetahuan. Agar suatu penelituian dapat dilaksanakan secara baik
dan menghasilkan sesuatu yang berguna dan bermakna, maka diperlukannya adanya
rancangan penelitian.
Rancangan penelitian ini, diharapkan selalu dibuat pada setiap kegiatan penelitian.
Berdasarkan pentingnya rancangan penelitian terhadap perolehan penelitian itu sendiri, maka
keterampilan merancang penelitian perlu diberikan sejak dini. Merancang penelitian dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi
dan direspon dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel,
hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang
akan dilaksanakan.
j. Melakukan Eksperimen
Keterampilan melakukan percobaan untuk membuktikan suatu teori/penjelasan berdasarkan
pengamatan dan penalaran. Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang
direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu
hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variabel yang dimanipulasi dan jenis respon
yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-
kondisi yang akan dikontrol sudah tepat.
Untuk keberhasilan ini maka setiap eksperimen harus dirancang dulu kemudian diuji coba.
Melatih merencanakan eksperimen tidak harus selalu dalam bentuk penelitian yang rumit,
tetapi cukup dilatih dengan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-
konsep didalam GBPP, kecuali untuk melatih khusus siswa-siswa dalam kelompok tertentu.
Contohnya: Kelompok Ilmiah Remaja.
E. Tujuan Pendekatan Keterampilan Proses
Hal ini sejalan dengan tujuan pendekatan keterampilan proses itu sendiri yang meliputi:
1. Memberikan motivasi .belajar kepada siswa karena dalam keterampilan proses siswa
dipacu untuk senantiasa bepartisipasi aktif dalam belajar;
2. Untuk lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang dipelajari siswa karena
hakekatnya siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut;
3. Untuk mengembangkan pengetahuan atau teori dengan kenyataan hidup dalam masyarakat
sehingga antara teori dan kenyataan hidup akan serasi;
4. Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi hidup di dalam masyarakat sebab siswa
telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah;
5. Mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial
dalam menghadapi berbagai masalah.
Pada dasarnya keterampilan proses ini dilaksanakan dengan menekankan pada begaimana
siswa belajar, begaimana siswa mengolah problemnya sehingga menjadi miliknya. Yang
dimaksud dengan perolehan itu adalah hasil belajar siswa yang diperoleh dari pengalaman
dan pengamatan lingkungan yang diolah menjadi suatu konsep yang diperoleh dengan jalan
belajar secara aktif melalui keterampilan proses.
F. Keterkaitan Pendekatan Keterampilan Proses Dengan Teori Pembelajaran
Pendekatan keterampilan proses lebih mengarah pada teori pembelajaran konstruktivisme dan
kognitivisme serta humanisme dimana pada ketiga teori ini lebih mengutamakan model dan
panca indera dalam prosesnya. Dimana siswa lebih mandiri, lebih aktif, siswa mampu
menemukan sendiri dan mengembangkan sendiri apa yang didapat dengan menggunakan
panca indera. Suatu prinsip untuk memilih pendekatan pembelajaran ialah belajar melalui
proses mengalami secara langsung untuk memperoleh hasil belajar yang bermakna. Proses
tersebut dilaksanakan melalui interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Siswa
diharapkan termotivasi dan senang melakukan kegiatan belajar yang menarik dan bermakna
bagi dirinya. Hal ini berarti bahwa peranan pendekatan belajar mengajar sangat penting
dalam kaitannnya dengan keberhasilan belajar. Salah satunya pendekatan keterampilan
proses.
PERTEMUAN 3
Metode praktikum merupakan suatu cara penyajian bahwa pelajaran dan siswa melakukan
percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau hipotesis
yang dipelajari dan sebagai salah satu mengajar dimana siswa melakukan suatu percobaan
tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta melakukan hasil suatu percobaan kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasikan guru.

Pengertian metode praktikum menurut para ahli

Menurut Soekarno dkk (1990 : 14) “metode praktikum adalah suatu cara mengajar yang
member kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau ingin
diketahuinya”. Kegiatan praktikum pada dasarnya dapat digunakan untuk :
1. Mendapatkan atau menemukan suatu konsep, mencapai suatu definisi sampai
mendapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum melalui percobaan yang dilakukannya.
2. Membuktikan atau menguji kebenaran secara nyata tentang suatu konsep yang telah
dipelajari.

Menurut Djamarah dan Zain (2002:95) memberi pengertian bahwa metode praktikum adalah
proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti
proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek,
keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya.
Sehingga dapat menjawab pertanyaan “bagaimana prosesnya? terdiri dari unsur apa? Cara
mana yang lebih baik? Bagaimana dapat diketahui kebenaranya? yang semuanya didapatkan
melalui pengamatan induktif”.

Praktikum Merupakan bentuk pengajaran yang kuat untuk membelajarkan keterampilan,


pemahaman, dan sikap. Menurut Zaenuddin (1996) secara rinci praktikum dapat
dimanfaatkan:
 untuk melatih keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa
 memberi kesempatan pada mahasiswa untuk menerapkan dan mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya secara nyata dalam praktek
 membuktikan sesuatu secara ilmiah atau melakukan scientific inquiry
 menghargai ilmu dan keterampilan dimiliki.

Praktikum dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium, pekerjaan
praktikum mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan dalam
metode pembelajaran.
PERTEMUAN 4
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988) memiliki dua
pengertian, yaitu :

1. Ilmu diartikan sebagai suatu pengetahuan tentang suatu bidang yang


disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat
digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang
(pengetahuan) tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu
ekonomi dan sebagainya.

2. Ilmu diartikan sebagai pengetahuan atau kepandaian, tentang soal


duniawi, akhirat, lahir, bathin, dan sebagainya, seperti ilmu akhirat, ilmu
akhlak, ilmu bathin, ilmu sihir, dan sebagainya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan :

Ilmu : merupakan kumpulan pengetahuan yang disusun secara sistematis,


dengan menggunakan metode-metode tertentu.

Lanjutan . . .

KARAKTERISTIK ILMU

Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu
diantaranya :

1. Hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.

2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena
yang menyelidiki adalah manusia.

3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode
ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada
pemahaman secara pribadi.

Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu,
yaitu :

1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal
(rasio).
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca
indera.

3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.

4. Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek


penelitian selanjutnya.
CIRI-CIRI ILMU (ILMU PENGETAHUAN)
Secara umum dari pengertian ilmu dapat diketahui apa
sebenarnya yang menjadi ciri dari ilmu, meskipun untuk tiap definisi
memberikan titik berat yang berlainan. Menurut The Liang Gie secara
lebih khusus menyebutkan ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
 Empiris (berdasarkan pengamatan dan percobaan)
 Sistematis (tersusun secara logis serta mempunyai hubungan saling
bergantung dan teratur)
 Objektif (terbebas dari persangkaan dan kesukaan pribadi)
 Analitis (menguraikan persoalan menjadi bagian-bagian yang terinci)
 Verifikatif (dapat diperiksa kebenarannya)
Sementara itu Beerling menyebutkan ciri ilmu (pengetahuan ilmiah)
adalah :
 Mempunyai dasar pembenaran
 Bersifat sistematik
 Bersifat intersubjektif
Ilmu perlu dasar empiris, apabila seseorang memberikan keterangan
ilmiah maka keterangan itu harus memmungkintan untuk dikaji dan
diamati, jika tidak maka hal itu bukanlah suatu ilmu atau pengetahuan
ilmiah, melainkan suatu perkiraan atau pengetahuan biasa yang lebih
didasarkan pada keyakinan tanpa peduli apakah faktanya demikian atau
tidak. Upaya-upaya untuk melihat fakta-fakta memang merupakan ciri
empiris dari ilmu, namun demikian bagaimana fakta-fakta itu dibaca atau
dipelajari jelas memerlukan cara yang logis dan sistematis, dalam arti
urutan cara berfikir dan mengkajinya tertata dengan logis sehingga setiap
orang dapat menggunakannya dalam melihat realitas faktual yang ada.
Disamping itu ilmu juga harus objektif dalam arti perasaan suka-
tidak suka, senang-tidak senang harus dihindari, kesimpulan atau
penjelasan ilmiah harus mengacu hanya pada fakta yang ada, sehingga
setiap orang dapat melihatnya secara sama pula tanpa melibatkan
perasaan pribadi yang ada pada saat itu. Analitis merupakan ciri ilmu
lainnya, artinya bahwa penjelasan ilmiah perlu terus mengurai masalah
secara rinci sepanjang hal itu masih berkaitan dengan dunia empiris,
sedangkan verifikatif berarti bahwa ilmu atau penjelasan ilmiah harus
memberi kemungkinan untuk dilakukan pengujian di lapangan sehingga
kebenarannya bisa benar-benar memberi keyakinan.
Dari uraian di atas, nampak bahwa ilmu bisa dilihat dari dua sudut
peninjauan, yaitu ilmu sebagai produk/hasil, dan ilmu sebagai suatu
proses. Sebagai produk ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang
tersistematisir dan terorganisasikan secara logis, seperti jika kita
mempelajari ilmu ekonomi, sosiologi, biologi. Sedangkan ilmu sebagai
proses adalah ilmu dilihat dari upaya perolehannya melalui cara-cara
tertentu, dalam hubungan ini ilmu sebagai proses sering disebut
metodologi dalam arti bagaimana cara-cara yang mesti dilakukan untuk
memperoleh suatu kesimpulan atau teori tertentu untuk mendapatkan,
memperkuat/menolak suatu teori dalam ilmu tertentu, dengan demikian
jika melihat ilmu sebagai proses, maka diperlukan upaya penelitian untuk
melihat fakta-fakta, konsep yang dapat membentuk suatu teori tertentu.

ILMU

Ilmu (atau Ilmu Pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia
[1]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya[2].

Ilmu bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan


berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat
metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk
karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu
pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika
membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya
matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk
menjadi perawat.

Etimologi

Kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm”[3] yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain
sebagainya.

Syarat-syarat ilmu

Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus dimana seseorang


mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat
disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma
ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang
sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat
bersifat ada, atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji
objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, dan
karenanya disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau
subjek penunjang penelitian.
2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan
terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensi dari upaya ini adalah harus
terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari kata Yunani
“Metodos” yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang
digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah.
3.Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu
harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk
suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian
sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam
rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga.
4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat
umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180º. Karenanya universal
merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-
umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat
objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam
ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Pemodelan, teori, dan hukum

Istilah “model“, “hipotesis“, “teori“, dan “hukum” mengandung arti yang berbeda dalam
keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk
menjelaskan sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang bisa
diuji oleh percobaan/eksperimen atau pengamatan. Suatu hipotesis adalah dugaan-dugaan
yang belum didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan Hukum fisika atau hukum alam
adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.

Matematika dan metode ilmiah


Matematika sangat penting bagi keilmuan, terutama dalam peran yang dimainkannya dalam
mengekspresikan model ilmiah. Mengamati dan mengumpulkan hasil-hasil pengukuran,
sebagaimana membuat hipotesis dan dugaan, pasti membutuhkan model dan eksploitasi
matematis. Cabang matematika yang sering dipakai dalam keilmuan di antaranya kalkulus
dan statistika, meskipun sebenarnya semua cabang matematika mempunyai penerapannya,
bahkan bidang “murni” seperti teori bilangan dan topologi.
Beberapa orang pemikir memandang matematikawan sebagai ilmuwan, dengan anggapan
bahwa pembuktian-pembuktian matematis setara dengan percobaan. Sebagian yang lainnya
tidak menganggap matematika sebagai ilmu, sebab tidak memerlukan uji-uji eksperimental
pada teori dan hipotesisnya. Namun, dibalik kedua anggapan itu, kenyataan pentingnya
matematika sebagai alat yang sangat berguna untuk menggambarkan/menjelaskan alam
semesta telah menjadi isu utama bagi filsafat matematika.

Lihat Eugene Wigner, The Unreasonable Effectiveness of Mathematics.


Richard Feynman berkata, “Matematika itu tidak nyata, tapi terasa nyata. Di manakah
tempatnya berada?”, sedangkan Bertrand Russell sangat senang mendefinisikan matematika
sebagai “subjek yang kita tidak pernah tahu apa yang sedang kita bicarakan, dan kita tidak
tahu pula kebenarannya.” –>

BIDANG-BIDANG KEILMUAN

ILMU ALAM
• FISIKA
o Akustik
o Astrodinamika
o Astrofisika
o Astronomi
o Biofisika
o Fisika Atom, Molekul, dan Optik
o Fisika bahan padat
o Fisika komputasi
o Dinamika
o Dinamika fluida
o Dinamika kendaraan
o Fisika bahan
o Fisika matematis
o Fisika nuklir
o Fisika partikel (atau fisika energi tinggi)
o Fisika plasma
o Fisika polimer
o Kriogenik
o Mekanika
o Optik
• BIOLOGI
o Anatomi
o Antropologi fisik
o Astrobiologi
o Biokimia
o Biofisika
o Bioinformatika
o Biologi air tawar
o Biologi sel
o Biologi struktur
o Biologi molekul
o Biologi pertumbuhan
o Biologi pertumbuhan evolusioner (“Evo-devo” atau Evolusi pertumbuhan)
o Biologi laut
o Botani
o Ekologi
o Entomologi
o Epidemiologi
o Evolusi (Biologi evolusioner)
o Fikologi (Algologi)
o Filogeni
o Fisiologi
o Genetika (Genetika populasi, Genomika, Proteomika)
o Histologi
o Ilmu Kesehatan
 Farmakologi
 Hematologi
 Imunoserologi
 Kedokteran
 Kedokteran gigi
 Kedokteran hewan
 Onkologi (ilmu kanker)
 Toksikologi
o Ilmu saraf
o Imunologi
o Kladistika
o Mikrobiologi
o Morfologi
o Ontogeni
o Patologi
o Sitologi
o Taksonomi
o Virologi
o Zoologi
• KIMIA
o Biokimia
o Elektrokimia
o Ilmu bahan
o Kimia analitik
o Kimia anorganik
o Kimia fisik
o Kimia komputasi
o Kimia kuantum
o Kimia organik
o Spektroskopi
o Stereokimia
o Termokimia
o Metode Penelitian Komunikasi
• ILMU BUMI
o Geodesi
o Geografi
o Geologi
o Limnologi
o Meteorologi
o Oseanografi
o Paleontologi
o Seismologi

ILMU SOSIAL
• Antropologi
o Arkeologi
• Ekonomi
• Ilmu politik
• Linguistik (Ilmu bahasa)
• Psikologi
o Analisis perilaku
o Biopsikologi
o Neuropsikologi
o Psikofisika
o Psikometri
o Psikologi eksperimen
o Psikologi forensik
o Psikologi humanis
o Psikologi industri dan organisasi
o Psikologi kepribadian
o Psikologi kesehatan
o Psikologi klinis
o Psikologi kognitif
o Psikologi pendidikan
o Psikologi pertumbuhan
o Psikologi sensasi dan persepsi
o Psikologi sosial
• Sosiologi
• Hukum

ILMU TERAPAN
• Ilmu Komputer dan Informatika
o Ilmu komputer
o Ilmu kognitif
o Informatika
o Cybernetics
o Systemics
• Rekayasa
o Ilmu biomedik
o Ilmu pertanian
o Rekayasa listrik
o Rekayasa pertanian
Tema terkait

• Organisasi dan praktik ilmu: International Council of Science (ICSU).


• For an understanding of how these fields came to be: History of Science and Technology.
• Lihat pula ilmuwan untuk katalog orang-orang yang berkecimpung dalam bidangnya.

Lihat pula

• Teori dasar ilmu


• Sejarah ilmu
• Junk science
• National Science Foundation (Amerika Serikat)
• Patafisika
• Ilmu patologik
• Protoscience
• Pseudoscience
• Sains Besar
• Science education
• Scientific enterprise
• Scientific misconduct
• Scientific materialism
• Scientific method
• Scientific revolution
• The relationship between religion and science
• List of publications in science
• List of scientific howlers in literature

Metode Ilmu Pengetahuan


a. Metode induksi-deduksi
Metode induksi adalah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yang
bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. Apabila orang
MAKALAH SIFAT DAN METODE ILMU PENGETAHUANmenerapkan cara penalaran
yang bersifat induktif berarti orang bergerak dari bawah ke atas. Artinya, dalam hal ini orang
mengawali suatu penalaran dengan memberikan contoh-contoh tentang peristiwa-peristiwa
khusus yang sejenis kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum. [1]

Metode deduksi adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yag bersifat umum,
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Apabila orang menerapkan cara
penalaran yang bersifat deduktif berarti orang bergerak dari atas menuju ke bawah. Artinya,
sebagai langkah pertama orang menentukan satu sikap tertentu dalam menghadapi masalah
tertentu, dan berdasarkan aatas penentuan sikap tadi kemudian mengambil kesimpulan dalam
tingkatan yang lebih rendah.[2]

b. Metode analisis-sintesis
Metode analisis adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang diteliti atau cara penanganan
terhadap suatu objek ilmiah dengan cara memilah-milah antara pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain.[3]
Metode sintesis adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan. Cara ini berarti pula penanganan
terhadap objek ilmiah tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain.[4]

c. Metode Kulitatif-kuantitatif
Bogdan dan taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagagi prosedur penilaian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Sebaliknya, metodologi kualitatif melibatkan
pengukurantingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemuan sesuatu dalam pengamatan,
pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamatan dan
penelitian mulai mencatat atau menghitung dari angka satu, dua dan seterusnya.
Dengan kata lain kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan dan angka atau
kuantitas. Sedangkan penelitan kualitatif menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan
dengan jumlah. Namun demikian, keduanya dapat digunakan dalam membantu menelit
permasalahan kefilsafatan.[5]
3. Tahapan Metode Ilmiah
Tahap-tahap metode ilmiah adalah sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah.
Rumusan masalah adalah gambaran terhadap sesuatu yang dijadikan permasalahan. Rumusan
masalah bisa muncul karena adanya pengamatan dari gejala-gejala atau MAKALAH SIFAT
DAN METODE ILMU PENGETAHUANperistiwa-peristiwa yang ada di lingkungan.
Perumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai objek empiris yang batasannya
jelas serta faktor-faktor yang terkait dapat diidentifikasi.
b. Mengumpulkan data.
Kumpulan data bisa berupa informasi yang mengarah dan dekat dengan pemecahan masalah.
Mengumpulkan data bisa dengan berbagai cara, misalnya melalui kajian pustaka, observasi
lapangan, wawancara, data lisan, dan sebagainya.
c. Merumuskan hipotesis,
yaitu membuat jawaban sementara yang disusun berdasarkan data-data yang diperoleh.
Hipotesis pada dasarnya bersifat deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan
ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Hipotesis atau jawaban sementara tersebut diuji
kebenarannya dengan melakukan percobaan penelitian.
d. Membuat analisis untuk mendapatkan kesimpulan.
Menarik kesimpulan harus berdasarkan analisis data-data. Oleh sebab itu agar dapat menarik
kesimpulan dibutuhkan fakta-fakta yang cukup dan mendukung hipotesis. Apabila hipotesis
tersebut mendukung maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika hipotesis tersebut tidak
dapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut ditolak.
Kesimpulan/hipotesis yang sudah diterima kemudian dianggap sebagai sebagai bagian dari
pengetahuan ilmiah sebab sudah melalui tahapan pengujian dan memenuhi persyaratan
keilmuan, yaitu sudah mempunyai kerangka yang jelas, konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya, dan telah diuji kebenarannya.
e. Penarikan Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan harus memusatkan diri pada penalaran ilmiah. Hal yang penting
dalam melakukan metode ilmiah bukan hanya proses penemuan pengetahuannya saja, namun
terdapat pula bagaimana cara mengkomunikasikan pengetahuan kepada masyarakat dan
ilmuwan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan laporan penelitian ilmiah yang memiliki
sistematika dan cara berpikir yang terformat dalam teknik penelitiannya.
C. penutup
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa suatu informasi baru bisa dikatakan sebagai
sebuah ilmu pengetahuan berdasarkan sifat-sifatnya dan dihasilkan atas suatu proses yang
prosedural dan terstruktur. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang ada tersebut dapat
dipertanggungjawabkan baik secara individu mauun kelompok.
Namun demikian hal-hal yang disajikan dalam makalah ini tentu masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu saran, kritik dan masukan diharapkan dapat menambah wawasan
tentang ilmu pengetahuan itu sendiri.

SIKAP ILMIAH DAN METODE ILMIAH

SIKAP ILMIAH DAN METODE ILMIAH

1. Pengertian Sikap
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap (attitude)
berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the body, dan way of
feeling, thinking or behaving”.
Campbel (1950) dalam buku Notoadmodjo (2003 : 29) mengemukakan bahwa sikap
adalah “A syndrome of response consistency with regard to social objects”. Artinya sikap
adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial.
Dalam buku Notoadmodjo (2003 : 124) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
obyek.

2. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau
akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap-sikap ilmiah yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan bidang kajiannya.
2) Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan
dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-
tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3) Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik,
dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan
keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
4) Sikap Objektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan
pribadi.
5) Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara
jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari
pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau
pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
7) Sikap Menjangkau ke Depan
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi
pengembangan bidang ilmunya.

3. Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi
metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian dan definisi metode
menurut para ahli antara lain :
1) Rothwell & Kazanas
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2) Macquarie
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana
tertentu.
3) Almadk (1939)
Metode adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran.
4) Hebert Bisno (1969)
Metode adalah teknik-teknik yg digeneralisasikan dgn baik agar dapat diterima atau
digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktek, atau bidang disiplin dan praktek.
5) Rosdy Ruslan (2003)
Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis)
untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan
jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai definisi metode adalah suatu cara,
pendekatan, atau proses dengan menerapkan prinsip-prinsip kelogisan yang digunakan
dalam suatu penelitian guna memahami suatu objek penelitian dan mencapai suatu tujuan
serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

4. Pengertian Metode Ilmiah


Dermawan Wibisono, (2003: 5), mengungkapkan “Secara lebih luas, metode ilmiah
dalam riset bisnis didefinisikan sebagai teknik dan metode yang membantu peneliti untuk
mengetahui dan memahami fenomena bisnis. Metode ilmiah membutuhkan analisis
sistematik dan interpretasi logis dari bujkti-bukti empiris (kenyataan dari pengamatan atau
eksperimen) untuk mengkonfirmasikan atau membuktikan konsepsi awal”.
Menurut Asep Hermawan, (2009 : 5), “Metode ilmiah merupakan penggabungan antara
rasionalisme dan empirisme. Metode ilmiah merupakan suatu cara berpikir dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu atau pengetahuan ilmiah (science). Dapat
dikatakan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan metode ilmiah.
Metode ilmiah dapat pula diartikan sebagai cara-cara atau prosedur yang digunakan untuk
menganalisis fakta-fakta empirik dalam menguji pernyataan-pernyataan teoritik”.
Sedangkan John W. Santrock, (2003 : 41), memberikan definisi yaitu, “Metode ilmiah
(scientific method) adalah suatu pendekatan yang dapat digunakan untuk menemukan
informasi yang tepat tentang tingkah laku dan perkembangan, dan mencakup langkah-
langkah sebagai berikut: identifikasi dan analisis masalah, pengumpulan data, menarik
kesimpulan dan merevisi teori”.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah adalah suatu pendekatan berupa cara-
cara dan prosedur-prosedur yang teratur dan sistematis digunakan oleh peneliti dalam
menganalisis fakta-fakta dengan langkah-langkah identifikasi dan analisis masalah,
pengumpulan data, menarik kesimpulan dan merevisi teori untuk menguji atau membuktikan
konsep (pernyataan) awal.

5. Klasifikasi Penelitian Menurut Metode


1) Penelitian Survey
Ialah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
dipelajari adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis
maupun psikologis. Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu
generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam.
2) Penelitian Ex Post Facto
Adalah suatu penelitian untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke
belakang untuk untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.
3) Penelitian Sejarah (Historical Research)
Adalah penelitian yang berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian
yang berlangsung di masa lalu.

6. Karakteristik Metode Ilmiah


Umumnya terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah, yaitu:
1) Sistematik
Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan
kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2) Logis
Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.
Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal
yaitu logika. Prosedur penalaran yang dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara
berpikir untuk menarik kesimpulan umum dari berbagai kasus individual (khusus), atau
prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari
pernyataan yang bersifat umum.
3) Empirik
Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan
atau melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan
empirik ada tiga yaitu :
(a) Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau
perbandingan satu sama lain).
(b) Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.
(c) Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.
4) Replikatif
Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain dan
harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang
sama. Agar bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah
penting bagi seorang peneliti.

7. Langkah – Langkah Metode Ilmiah


Menurut Abdurrahmat Fathoni (2006 : 71) langkah metode ilmiah ada lima, yang
meliputi:
1) Penetapan masalah
2) Penyusunan kerangka berpikir dan premis-premis
3) Perumusan hipotesis
4) Pengujian hipotesis
5) Penarikan hipotesis
Sedangkan menurut Soetriono dan Rita Hanafi (2007 : 157) ada enam langkah-langkah
sistematis keilmuan, yaitu :
1) Mencari, merumuskan dan mengidentifikasi masalah
2) Menyusun kerangka berfikir
3) Merumuskan hipotesis secara empirik
4) Melakukan perubahan
5) Menguji hipotesis secara empirik
6) Menarik kesimpulan
Namun Sumadi Suryabrata, (1983 : 66), mengemukakan langkah-langkah dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah
2) Penelaahan kepustakaan
3) Penyusunan hipotesis
4) Identifikasi, klasifikasi dan pemberian definisi operasional variabel-variabel
5) Pemilihan atau pengembangan alat pengambil data
6) Penyususnan rancangan penelitian
7) Penentuan sampel
8) Pengumpulan data
9) Peneglolaan dan analisis data
10) Interpretasi hasil data
11) Penyususnan laporan

8. Kegunaan Metode Ilmiah


Dengan adanya sikap dan metode ilmiah akan menghasilkan penemuan-penemuan
yang berkualitas tinggi dan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia.
Beberapa kegunaan metode ilmiah dalam kehidupan manusia antara lain:
1) Membantu memecahkan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang
memuaskan.
2) Menguji hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
3) Memecahkan atau menemukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih teka teki.

9. Kaitan Sikap Ilmiah dengan Metode Ilmiah


Sikap ilmiah menuntut orang untuk berfikir dengan sikap tertentu. Dari sikap tersebut
orang dituntut dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan. selanjutnya cara
tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode ilmiah diharapkan
dapat menyusun ilmu pengetahuan secara sistematik dan runtun.
Pertemuan 5
Download Makalah Tentang Sumber Belajar

Dalam Makalah Tentang Sumber Belajar ini terdapat berbagai masalah yang akan dibahas, antara lain
pengertian tentang sumber belajar, Fungsi sumber belajar, Jenis Sumber Belajar, Kriteria memilih
sumber belajar, Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, Mengoptimalkan sumber belajar,
Penggunaan dan manfaat media pembelajaran atau sumber belajar dan lain sebagainya. Makalah
Tentang Sumber Belajar ini bisa anda download gratis..

1. Pengertian Sumber belajar


Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara
terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu .

2. Fungsi sumber belajar

Sumber belajar memiliki fungsi :

a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan
membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.

b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a)
mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan
program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang
dilandasi oleh penelitian.

d. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar;
(b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran
yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan
yang sifatnya langsung.

f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang
mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk
kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.

3. Jenis sumber belajar

Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara
khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan
fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

b. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang
tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan,
diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi,
bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli,
nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,
transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,
komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD,
kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5)
pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan,
sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan(6) lingkungan: ruang
kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

4. Kriteria memilih sumber belajar

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak
harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit
dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses
dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.

5. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang
sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan
kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)
lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk
memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk
mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta
alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Pemanfaatan lingkungan dapat
ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti
survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini
berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya
merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan
lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti :
menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta tindak lanjutnya.

6. Mengoptimalkan sumber belajar

Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang
tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang
tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal
kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah.
Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak
berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering
luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang
secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh
dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat
dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak
sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun
keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan
tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Belakangan ini di sekolah-sekolah
tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa
“dipaksa” untuk menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih
dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh masing-masing sekolah?
Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh lebih efektif dan efisien,
dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini sudah tersedia paket-paket
hemat untuk berinternet yang disediakan para provider.

Jadi, dari Pengertian di atas , dalam arti luas, sumber belajar (learning resources) adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (Peserta didik) dan yang memungkinkan
(memudahkan) terjadinya proses belajar. Kalau kita ingat kembali pengalaman kita sejak SD hingga
sekarang begitu banyak sumber belajar yang telah kita pakai, kita belajar berbagai pengetahuan,
keterampilan, sikap atau norma-norma tertentu dari lingkungansekitar kita, mulai dari guru, dosen,
teman sekelas, buku, laboratorium, perpustakaan, dan masih banyak lagi yang dapat di jadikan
sumber belajar. Di luar kelas (Sekolah) kita banyak belajar pula dari orang tua, saudara, teman,
tetangga,tokoh masyarakat, buku, majalah, Koran, radio, televisi, film atau bahkan dari pengalaman
yang kita alami, serta dari kejadian-kejadian tertentu. Sumber-sumber belajar itulah yang
memungkinkan kita berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan
dari tidak terampil menjadi terampil. Karena sumbersumber itu pula kita bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang terlarang. Dari sumber-sumber
itu kita mendapatkan sikap-sikap atau norma-norma tertentu. Sumber-sumber itulah yang kita
namakan sumber belajar. Akan tetapi sumber belajar tidak terbatas hanya itu saja.

Edgar Dale menyatakan, sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat
luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat di alami, yang dapat
menimbulkan peristiwa belaja, maksudnya adanya perubahan tingkah laku kearah yang lebih
sempurna sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan . Dan menurutnya pula dalam Anonim,
mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi
belajar seseorang.

Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik,
dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat memungkinkan terjadinya
belajar. Sumber belajar dapat dirancang secara khusus untuk digunakan bagi kepentingan
pembelajaran (learning resources by design) tetapi sumber belajar dapat juga sebagai sesuatu yang
tinggal dimanfaatkan karena sudah tersedia di lingkungan (learning resources by utilization).
Kemudian, istilah belajar dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara seseorang dengan
sumber belajar yang menghasilkan terjadinya perubahan tingkah laku .

Dalam pasal 1 No.20 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari apa yang terdapat dalam
UndangUndang RI tentang Sisdiknas tersebut jelaslah bahwa sumber belajar, di samping pendidik,
mutlak diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran hanya akan berlangsung apabila terdapat interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar dan pendidik.

Dengan kata lain tanpa sumber belajar maka pembelajaran tidak mungkin dapat dilaksanakan
dengan optimal, karena tidaklah mencukupi untuk mewujudkan pembelajaran bila interaksi yang
terjadi hanya antara peserta didik dengan pendidik saja. Yang sangat diperlukan dari pendidik
terutama adalah perannya dalam memberikan motivasi, arahan, bimbingan, konseling, dan
kemudahan (fasilitasi) bagi berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran yang dialami oleh
peserta didik dalam keseluruhan proses belajarnya. Sedang sumber belajar berperan dalam
menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan berbagai
kompetensi yang diinginkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh karena
itu sumber belajar yang beraneka ragaam, di antaranya berupa bahan (media) pembelajaran
memberikan sumbangan yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran.

Sumber belajar atau media pembelajaran, kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti ‘tengah’, ‘Perantara’, atau ‘Pengantar’. Association for Education and Communication
Technology (AECT) mendefinisikan sebagai benda yang bisa di manipulasikan, dilihat, didengar,
dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instructional. Jadi menurut Association
Educational Communication and Technology (AECT), menyatakan bahwa sumber belajar adalah
semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan siswa dalam belajar,
baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mecapai tujuan
belajar.
Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology), terdapat enam macam
sumber belajar yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar / lingkungan. Keenam sumber belajar
tersebut juga merupakan komponen system pembelajaran, artinya dalam setiap kegiatan
pembelajaran (padanan untuk kata instructional), selalu terdapat keenam komponen tersebut. Pesan
adalah kurikulum atau mata pelajaran yang terdapat pada masing-masing sekolah atau jenjang
pendidikan dan yang perlu dipelajari oleh murid, orang, antara lain guru, tutor, pembimbing dan
sebagainya adalah yang menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa, bahan adalah program
yang memuat atau berisi pesan pembelajaran seperti buku, program video atau audio, VCD dan lain-
lain, alat adalah sarana untuk menayangkan bahan atau program seperti proyektor film, video
recorder, OHP, dan sebagainya, teknik adalah prosedur yang digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran seperti diskusi, karyawisata, demonstrasi, ceramah, dan sebagainya, dan yang terakhir
adalah latar (settings) yaitu lingkungan di mana belajar dan pembelajaran berlangsung misalnya di
kelas, di taman, penerangan dan ventilasi ruangan, dan sebagainya. Agar dapat berfungsi secara
optimal dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, sumber belajar tersebut perlu dikembangkan dan
dikelola dengan sebaik-baiknya, yang meliputi berbagai kegiatan seperti pengadaan, produksi,
penyimpanan, distribusi dan pemanfaatan, agar sumber belajar tersebut benar-benar dapat
digunakan secara optimal untuk kepentingan kegiatan belajar dan pembelajaran. Lembaga yang
mempunyai tugas untuk mengembangkan dan mengelola berbagai sumber belajar yang secara
mutlak diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar dan pembelajaran tersebut adalah Pusat
Sumber Belajar.

Menurut Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila di pahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolahmerupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, Photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal .

Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik.
Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya
masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat
teknologi sudah ada dimana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir-hampir tak
terkendali, sehingga wabahnya menyusup ke dalam dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah kini,
terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan
untuk mencapai tujuan. Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai
alat bantu, tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajara mengajar. Media sebagai
sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis
sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan
instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya. Anjuran agar
menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang
terbatas untuk membelinya. Menyadari akan hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri
untuk rmembelinya, tetapi cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang
tercapainya tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media
pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan
pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya,
asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adlah guru yang
bisa manipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang
disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.

Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengertian media merupakan sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien
(siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara
kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, yakni membentuk suatu komunitas
belajar yang unggul dan tangguh . Sudah jelas bahwa sumber belajar – dalam hal ini media
pembelajaran –yang dapat berfungsi sebagai saluran komunikasi atau mampu berinteraksi dengan
peserta belajar dalam suatu kegiatan pendidikan dan pembelajaran harus dikembangkan dan
dirancang secara sistematis berdasarkan kebutuhan kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan
dan tentu saja juga berdasarkan karakteristik para peserta belajar yang akan mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut. Percival mengatakan “ a whole range of instructional media can be
resources, examples including books, videocassettes, tape-slides programmes, computers, etc.
Instructional media in all their various formats, are probably the most common type of learning
resources, and these are often housed centrally in resoures centre” Selanjutnya dikatakan oleh
Percival: Basically, the instructional media which comprise the actual learning resources in a resource
centre can come from two sources: those that are “bought in” from commercial organizations or
from other educational

institutions, and those that are produced within an institution in order to caater for requirements of
a given set of students within a specific subject area”

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri seseorang yang
dapat memungkinkan terjadinya proses belajar.

7. Penggunaan dan manfaat media pembelajaran atau sumber belajar

Salah satu media pengajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi
kepada penerima, yaitu siswa. Swbagian media dapat mengolah pesan dan respons siswa sehingga
media itu sering disebut media interaktif. Pesan yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang
sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi, yang terpenting adalah media itu
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan
lingkungan pengajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar
perorangan dengan menyiapkan kegiatan pengajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin
terjadinya pembelajaran .

Menurut Rohani manfaat sumber belajar antara lain meliputi:

1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada

peserta didik.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung
dan konkret

3. Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam

kelas

4. Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru

5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro
maupun makro

6. Dapat memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara
tepat

7. Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.

Sumber belajar

Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk
belajar dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan latar (AECT 1994), Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah
segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83)
menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan
oleh si pembelajar agar terjadi prilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber
belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar
yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.

Sumber belajar yang beraneka ragam disekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain
maupun non desain belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Sebagian besar
guru kecenderungan dalam pembelajaran memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber
belajar utama. Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian
banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal senada juga
diperkuat oleh suatu hasil penelitian mengenai kebutuhan informasi, yang menyatakan bahwa
banyak sumber belajar diperpustakaan yang belum dikenal dan belum diketahui
penggunaannya. Keadaan ini diperparah pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga
masih bergantung pada kehadiran guru, kalau guru tidak hadir maka sumber belajar lain
termasuk bukupun tidak dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Oleh karena itu kehadiran
guru secara fisik mutlak diperlukan, disisi lain sebenarnya banyak sumber belajar disekitar
kehidupan peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.

Dalam kaitan dengan pemanfaatan alam sekitar dalam pembelajaran Science, Richarson
dalam Suthardi, (1981:147) mengemukakan, “Science necessarily begins in the environment
in which we live. Consequently the students study of science should have this orientation”.
Dari alam sekitar peserta didik dapat dibimbing untuk mempelajari berbagai macam masalah
kehidupan. Akan tetapi pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar sangat tergantung
pada guru. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi usaha pemanfaatan alam sekitar sebagai
sumber belajar yaitu (a) kemauan guru (b) kemampuan guru untuk dapat melihat alam sekitar
yang dapat digunakan untuk pembelajaran (c) kemampuan guru untuk dapat menggunakan
sumber alam sekitar dalam pembelajaran.

Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru mempunyai tanggung jawab membantu peserta
didik belajar agar belajar lebih mudah, lebih lancar, lebih terarah. Oleh sebab itu guru dituntut
untuk memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar.
Menurut Ditjend. Dikti (1983: 38-39), guru harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar.
(c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-
tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari
berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai
keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h)
Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.

Di samping kemampuan di atas, guru perlu (1) mengetahui proses komunikasi dalam proses
belajar, yang bahannya diperoleh dari teori komunikasi dan psikologi pendidikan, (2)
mengetahui sifat masing-masing sumber belajar, baik secara fisik maupun sifat-sifat yang
ditimbulkan oleh faktor lain yang mempengaruhi sumber belajar tersebut, (3)
memperolehnya, yaitu tahu benar dimana lokasi suatu sumber dan bagaimana cara
memberikan pelayanannya. Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran
bahwa guru perlu menyadari pentingnya kemampuan-kemampuan khusus yang
dikembangkan bila menginginkan proses belajar mencapai sasaran yang optimal.

2. Pusat Sumber Belajar

Beragamnya jenis sumber belajar, menuntut adanya pengelolaan dan pengorganisasian


terhadap sumber belajar tersebut. Hal ini bertujuan agar sumber belajar mudah untuk diakses
dan juga dimanfaatkan oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu dibentuklah Pusat
Sumber Belajar. Timbulnya pusat sumber belajar dimungkinkan pula oleh pertumbuhan
berikutnya yang berupa pengakuan akan semakin dibutuhkannya pelayanan dan kegiatan
belajar non-tradisional yang membutuhkan ruangan belajar tertentu sesuai dengan kebutuhan,
misalnya belajar mandiri dengan modul, simulasi dan permainan, dan sebagainya.

Menurut Sukorini (Warsito,2008:215) Pusat sumber belajar merupakan tempat di mana


berbagai jenis sumber belajar dikembangkan, dikelola dan dimanfaatkan untuk membantu
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan pembelajaran. Merril dan Drob
berpendapat bahwa Pusat sumber belajar merupakan suatu aktivitas yang terorganisasi yang
berhubungan dengan kurikulum dan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan (Warsito,
2008:215). Dengan demikian, Pusat sumber belajar merupakan sarana untuk mengelola dan
mengembangkan sumber belajar. Pusat sumber belajar sering disebut juga sebagai media
center, yang diartikan sebagai lembaga yang memberikan fasilitas pendidikan, pelatihan, dan
pengenalan berbagai media pembelajaran. Pusat sumber belajar dirancang untuk memberikan
kemudahan kepada peserta didik baik secara individu maupun kelompok atau guru untuk
memanfaatkan sumber belajar yang tersedia. Dengan demikian, kebutuhan akan sumber
belajar dalam proses pembelajaran bisa terpenuhi dengan adanya pusat sumber belajar.
Pembentukan Pusat sumber belajar juga didasari oleh pentingnya sebuah lingkungan dalam
mendukung proses belajar siswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor pendukung
siswa dalam belajar adalah kondisi lingkungan yang nyaman. Dengan adanya Pusat sumber
belajar, siswa bisa diorientasikan untuk melakukan proses belajar di tempat tersebut. Dengan
demikian, pusat sumber belajar yang sudah disetting sedemikian rupa agar memberikan
kenyamanan pada penggunanya, dapat membantu siswa dalam proses belajar. Pengembangan
sistem pembelajaran menuntut peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar dengan
memberikan penekanan pada aktivitas siswa dimana kegiatan belajar di kelas dan pusat
sumber belajar merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terpadu.
Ada beberapa contoh yang merupakan pusat sumber belajar, diantaranya yaitu perpustakaan,
laboratorium, taman belajar dan yang lainnya.

B. Tujuan dan Fungsi PSB

Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis dan terus menerus,
yang akan membantu pengajaran dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar
yang memungkinkan partisipasi aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar. Di sinilah letak
hubungan yang penting antara pusat sumber belajar dengan pengembangan sistem
pembejaran. Segala sumber dan bahan serta personil yang ada di dalam pusat sumber belajar
dimaksudkan untuk membantu efektifitas dan efisiensi interaksi siswa dan pengajar dalam
proses pembelajaran.

Secara umum, tujuan dari Pusat sumber belajar adalah untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kegiatan proses belajar mengajar melalui pengembangan sistem pembelajaran. Hal
ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan
kelas tradisional dan untuk mendorong penggunaan cara-cara yang baru (non-tradisional),
yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademis dan kewajiban-kewajiban
institusional yang direncanakan lainnya.
Selain itu, secara khusus pusat sumber belajar bertujuan untuk :
(1) menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk menunjang kegiatan kelas
tradisional. (2) Mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling cocok untuk
mencapai tujuan program akademis dan kewajiban institusional lainnya. (3) Memberikan
pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindak lanjut untuk pengembangan
sistem pembelajaran yang ada. (4) Melaksanakan latihan untuk para tenaga pengajar
mengenai pengembangan sistem pembelajaran dan integrasi teknologi dalam proses
pembelajaran. (5) Memajukan usaha penelitian yang perlu tentang penggunaan media
pendidikan. (6) Menyebarkan informasi yang akan membantu memajukan penggunaan
berbagai macam sumber belajar dengan lebih efektif dan efesien (7) Menyediakan pelayanan
produksi bahan ajar. (8) Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desai fasilitas sumber
belajar. (9) Membantu mengembangkan standar penggunaan sumber-sumber belajar. (10)
Menyediakan pelayanan pemeliharaan atas berbagai macam peralatan. (11) Membantu dalam
pemilihan dan pengadaan bahan-bahan media dan peralatannya. (12) Menyediakan pelayanan
evaluasi untuk membantu menentukan efektifitas berbagai cara pengajaran.

Dari uraian tujuan khusus di atas, jelaslah bahwa pusat sumber belajar mempunyai peranan
yang cukup menentukan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran. Dengan demikian dari awal hendaklah selalu kita sadari bahwa pusat sumber
belajar bukan semata-mata suatu tempat ataupun gudang penyimpanan berbagai macam
peralatan dan bahan pengajaran.

Misi yang pertama dari pusat sumber belajar adalah pengembangan sistem pembelajaran
terpadu yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
belajar dan mengajar. Segala fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan pusat sumber belajar,
termasuk pengadaan, pelayanan perpustakaan bahan pengajaran, dimaksudkan untuk
mencapai keberhasilan pelaksanaan misi tersebut.
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus di atas, pusat sumber belajar mempunyai fungsi
dan kegiatan sebagai berikut :

1. Fungsi pengembangan sistem intruksional

Fungsi ini menolong jurusan atau departemen dan staf tenaga pengajar secara individual di
dalam membuat rancangan (desain) dan pemilihan options (pilihan) untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar dan mengajar, yang meliputi :

(1) Perencanaan kurikulum

(2) Identifikasi pilihan program pembelajaran

(3) Seleksi peralatan dan bahan

(4) Perkiraan biaya

(5) Pelatihan bagi tenaga pengajar

(6) Perencanaan program

(7) Prosedur evaluasi

(8) Revisi program

1. Fungsi informasi

Dalam kehidupan sehari-hari orang sering memerlukan informasi, baik untuk keperluan
pribadi maupun untuk keperluan usahanya. Ada beberapa macam sumber informasi, seperti
pusat komputer (puskom), bahan bacaan, radio, televisi, perorangan, lembaga, dan
sebagainya. Jika informasi yang diperlukan hanya sedikit dan yang memerlukannya juga
sedikit, maka bahan informasinya dapat disimpan dalam satu file. Jika yang memerlukannnya
lebih banyak, maka perlu dibentuk perpustakaan lengkap dengan katalognya. Bahkan jika
lebih banyak lagi, harus menggunakan data base computer.

1. Fungsi pelayanan media

Fungsi ini berhubungan dengan pembuatan rencana program media dan pelayanan
pendukung yang dibutuhkan oleh staf pengajar dan pelajar, yang meliputi : (1) Sistem
penggunaan media untuk kelompok besar. (2) Sistem penggnaan media untuk kelompok
kecil. (3) Fasilitas dan program belajar sendiri (individual). (4) Pelayanan perpustakaan
media/bahan pengajaran. (5) Pelayanan pemeliharaan dan peminjaman/sirkulasi. (6)
Pelayanan pembelian bahan-bahan dan peralatan

1. Fungsi produksi

Fungsi ini berhubungan dengan penyediaan materi dan bahan pelajaran yang tidak dapat
diperoleh melalui sumber komersial, yang meliputi : (1) Penyimpanan karya seni asli
(original atwork) untuk tujuan pembelajaran. (2) Produksi transparansi untuk OHP. (3)
Produksi fotografi (slide, filmstrip, foto, dan lain-lain) untuk presentasi. (4) Pelayanan
reproduksi fotografi. (5) Pemrograman, pengeditan, dan reproduksi rekaman. (6)
Pemrogaraman, pemeliharaan, dan pengembangan system radio dan televisi di kampus.

1. Fungsi administratif

Fungsi ini berhubungan dengan cara-cara bagaimana tujuan dan prioritas program dapat
tercapai. Fungsi ini berhubungan dengan semua segi program yang dilaksanakan dan akan
melibatkan semua staf dan pemakai dengan cara-cara yang sesuai. Hal ini meliputi beberapa
kegiatan sebagai berikut : (1) Supervisi personalia untuk media; (2) Pengembangan koleksi
media untuk program pembelajaran; (3) Pengembangan spesifikasi pendidikan untuk fasilitas
baru; (4) Pengembagan sistem peminjaman/sirkulasi; (5) Pemeliharaan kelangsungan
pelayanan produksi bahan pembelajaran; (6) Penyediaan pelayanan untuk pemeliharaan
bahan, peralatan, dan fasilitas.
Kelima fungsi pusat sumber belajar dengan kegiatan-kegiatan di atas merupakan fungsi dan
kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilakasanakan oleh
pusat sumber belajar, akan sangat bergantung pada tujuan program pembelajaran, fasilitas,
peralatan yang dimiliki, staf dan personalia yang ada dalam pusat sumber belajar yang
bersangkutan. Namun demikian dapatlah dipastikan bahwa kelima fungsi diatas akan selalu
dijumpai dalam setiap pusat sumber belajar sebagai suatu lembaga yang berusaha untuk
memajukan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran. Yang berbeda hanyalah kegiatan-
kegiatan nyata yang berhubungan dengan keempat fungsi di atas, sesuai dengan adanya
pembatasan-pembatasan yang terdapat pada masing-masing pusat sumber belajar.

C. Perencanaan PSB
1. Langkah-Langkah Pengembangan PSB.

Menurut Mayer, pengembangan PSB berdasarkan pada empat hal, yaitu : (a) Berorientasi
pada peserta didik yang belajar atau berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada peserta
didik; (b) Desentralisasi, yaitu penempatan bahan-bahan yang berbentuk media. perangkat
lunak dan keras tersebut disebarkan dimana saja sepanjang proses belajar dapat dilayani,
seperti pusat-pusat belajar, didalam kelas, atau digunakan perorangan dirumah; (c) Bahan-
bahan belajar diproduksi dan dipeliara secara lokal; (d) Program media dikembangkan secara
terintegrasi dalam proses intruksional.

1. Sedangkan prinsip pengembangannya, yaitu dapat mencapai tujuan pembelajaran, sesuai


dengan karakteristik peseta didik, dan memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam
belajar.
2. Strategi pengembangan PSB dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

1) Melakukan analisis kebutuhan dan studi kelayakan PSB disatuan pendidikan.

Pengembangan PSB diawali dengan kegiatan analisis kebutuhan ini merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang melibatkan berbagai teknik pengumpulan data berbagai sumber
informasi untuk mengetahui kesenjangan (gap) antara keadaan yang seharusnya terjadi (ideal)
dengan keadaan yang senyatanya terjadi (reality). Langkah-langkah dalam kegiatan analisis
kebutuhan meliput tiga tahap, sebagai berikut : (a) Perancangan, meliputi penentuan fokus
analisis kebutuhan penentuan teknik pengumpulan data, dan pengembangan intrumen; (b)
Pelaksanaan, yaitu melakukan pengumpulan data sesuai dengan teknik; (c) pengumpulan data
dan instumen yang telah ditentukan dalam perancangan dan menganalisisnya; (d) Pelaporan,
yaitu melaporkan hasil analisis kebutuhan tersebut. Isi dari laporan tersebut adalah sumber-
sumber belajar yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran.

2) Mengembangkan sarana fisik PSB berdasarkan fungsi-fungsi yang akan dikembangkan.


Pengalaman menunjukkan, banyak PSB yang sudah berdiri lambat laun mengalami
kemunduran (menjadi tidak fungsional lagi) dikarenakan semata-mata kurangnya perawatan
dan upaya untuk memperbaharui sarana dan prasarana yang dimiliki. Oleh karena itu, ada
baiknya dalam mengembangkan PSB perlu diperhatikan hal-hal berikut : (a)
Mengembangkan sarana dan fasilitas PSB yang berorintasi kepada lima fungsi yang ada di
PSB; (b) Mengembangkan sarana dan fasilitas PSB tidak semata-mata berorintasi pada
pencapaian tujuan, tetapi juga untuk pencapaian benitif; (c) Mengembangkan sarana dan
fasilitas PSB yang berorientasi pada pemanfaatan teknologi informasi.

3) Mengembangkan program-program PSB yang berorientasi pada pencapaian tujuan,


sosial, dan benifit. Identifikasi terhadap kebutuhan SDM, program, dan sarana penunjang
PSB ini mengacu kepada lima bidang yang ada dalam PSB. Identifikasi sengaja difokuskan
pada standar kebutuhan minimal masing-masing bidang. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran, bahwa untuk mengembangan suatu PSB dapat dilakukan secara
bertahap dengan SDM, program, dan sarana yang terbatas. Sehingga dalam setiap satuan
pendidikan dapat dengan segera mewujudkan PSB ditempatnya masing-masing. Sebagai
contoh untuk mengoperasikan kegiatan PSB agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
minimal diperlukan SDM Profesional dengan kualitas tertentu yaitu media profesional dan
instruksional designer.

D. Pengelolaan PSB

PSB pada pendidikan tinggi maupun di sekolah memiliki kewajiban membantu semua
anggota yang mengunjunginya (Merrill & Drob : 1977). Prinsip-prinsip Pengelolaan PSB
adalah sebagai berikut :

1. Prinsip Pengelolaan Pusat Informasi

Prinsip pengelolaannya adalah sebagai berikut: Laporan-laporan yang diterima dikirim ke


unit fasilitas yang menggunakan sistem komputer (puskom) dan mengadakan persiapan untuk
penerbitannya. Sebagai data dikirim ke unit reproduksi dokumen untuk dibuat microfilm,
microfiche atau fotocopy untuk selanjutnya dikirim ke pusat-pusat referensi tiap fakultas dan
sebagian lagi di cetak di percetakan Universitas.

1. Prinsip Pengelolaan Pelayanan

Unsur-unsur yang menyebabkan terjadinya pelayanan di PSB antara lain adalah :

1. Koleksi, dibina untuk dilayangkan, bukan untuk hiasan atau pajangan, bagaimana
pengembangan serta pengaturannya
2. Fasilitas, bagaimana ragam layanan, sistem, aturan layanan, lokasi penempatan gedung dan
lainnya

3. Pelayan/petugas, sebagai jembatan penghubung dapat berupa seorang ahli, teknisi, ataupun
asisten teknisi
4. Pemakai, perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat seorang ahli, pelajar, mahasiswa
atau umum.

Ketiadaan salah satu komponen di atas, atau masing-masing berdiri sendiri tanpa kerja sama
yang baik, maka pelayanan tidak dapat tercipta sebgaimana mestinya. Untuk itu diperlukan
pelayanan dengan karakteristik berikut :

1) Mudah dimengerti, menggunakan car yang mudah dimengerti oleh


pengunjung/pemakai maupun oleh petugas itu sendiri.

2) Efisiensi dan ekonomis, menggunakan bahan pelengkap dengan variasi sedikit


mungkin.

3) Kelambatan yang minimal, mengusahakan tidak ada keterlambatan dalam pelayanan


pengunjung.

1. Prinsip Pengelolaan Pengembangan Instruksional

Fungsi PSB sebagai pengembangan bahan instruksional secara umum adalah menolong
jurusan, staff pengajar secara individual di dalam membuat rancangan dan pemilihan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, hal ini meliputi :

1) Perencanaan kurikulum

2) Identifikasi pilihan program instruksional

3) Seleksi peralatan dan bahan

4) Perkiraan biaya

5) Penataran tentang pengembangan sistem instruksional bagi staf pengajar

6) Perencanaan program

7) Prosedur evaluasi

8) Revisi program

Pengembang instruksional yang bekerja di PSB hendaknya memiliki kompetensi dalam


bidang pengelolaan dan telah memperoleh pendidikan dan latihan khusus, memiliki
pengalaman yang cukup, pengetahuan yang luas, penampilan yang meyakinkan dan
menguasai bidang evaluasi. Apabila dirinci, secara garis besar kompetensi yang harus
dimiliki oleh pengembang instruksional antara lain adalah : memilih proyek pengembangan
instruksional, menggali analisis kebutuhan, merncanakan, menspesifikasi strategi
instruksional, sampai memiliki kemampuan untuk menyebarluaskan pengembangan
instruksional.

1. Prinsip Pengelolaan Produksi


Fungsi produksi berkaitan dengan penyediaan materi instruksional yang tidak dapat diperoleh
melalui sumber komersial. Hal ini meliputi :

1) Penyiapan karya seni asli untuk tujuan instruksional,

2) Produksi transparansi, produksi fotografi,

3) Pelayanan reproduksi fotografi,

4) Pemograman, pengeditan, dan reproduksi rekaman pita suara,

5) Pemograman, pemeliharaan dan pengembangan sistem televisi kampus. Penjelasan


tentang produksi ini meliputi keterampilan produksi grafis, audio, fotografi (diam), film
(bergerak), tv dan video dan kombinasi.

Adapun tahapan dalam pengelolaan produksi ini adalah :

(1) Pengidentifikasian dan analsis masalah komunikasi

(2) Perancangan dan produksi pesan

(3) Pengadministrasian fasilitas dan personalia produksi media

E. Pemanfaatan PSB

Pengertian pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar (Seels and
Richey, 1994:14). Menurut Clark, ada lima aspek pemanfaatan yaitu: (1) Media sebagai
teknologi mesin; (2) Media sebagai tutor ; (3) Media sebagai pengubah perilaku ;(4) Media
sebagai pemotivasi belajar ; (5) Media sebagai alat berpikir dan memecahkan masalah.
Pengertian sumber belajar adalah apa saja (orang, bahan, alat, teknik, lingkungan) yang
mendukung serta memungkinkan memberikan kemudahan dan kelancaran terjadinya belajar,
serta memungkinkan terjadinya interaksi antara pemelajar dengan sumber belajar tersebut.
Dengan memperhatikan pengertian dan tujuan yang telah disampaikan di atas, maka sumber
belajar memiliki beberapa pemanfaatan diantaranya adalah: (a) Sumber belajar dapat
meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jelas, yaitu dapat mempercepat laju belajar
yang dialami oleh peserta didik sehingga setidaknya dapat mengurangi beban guru dalam
proses penyajian materi dan informasi, hal ini mengakibatkan guru dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah belajar serta waktu yang digunakan pun relatif lebih
sedikit; (b) Sumber belajar dapat memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual (c) Sumber belajar dapat memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pembelajaran; (d) Sumber belajar dapat memungkinkan belajar secara seketika, yaitu sumber
belajar dapat mengurangi kesenjangan pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya kongkrit dan memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung; (e)
Sumber belajar dapat memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas.

Penentuan seorang guru dalam pemanfaat penggunaan sumber belajar secara umum, yaitu;
(1) ekonomis atau biaya, misalnya overhead (OHP) beserta transparannya, video/tv beserta
kassetnya dan sebagainya; (b) Teknisi (tenaga), misalnya mengoperasikan slide, video tipe,
laboratorium, dan sebagainya; (c) Bersifat praktis dan sederhana, yaitu mudah dijangkau,
mudah dilaksanakan, dan tidak begitu langka; (d) Bersifat fleksibel, maksudnya sesuatu yang
dimanfaatkan sebagai sumber belajar tidak bersifat paku dan paten, tapi harus mudah
dikembangkan, dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pengajaran, tidak mudah dipengaruhi
faktor lain; (e) Relevan dengan tujuan pengajaran dan komponen-komponen pengajaran
lainnya; (f) Dapat membantu efisiensi dan kemudahan pencapaian tujuan pengajaran/belajar;
(g) Memiliki nilai positif bagi proses pengajaran khususnya peserta didik; (h) Sesuai
dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang atau sedang dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai