Berdasarkan uraiaan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendekatan keterampilan proses
adalah pendekatan belajar mengajar yang mengarah pada pengembangan kemampuan dasar
berupa mental fisik, dan sosial untuk menemukan fakta dan konsep maupun pengembangan
sikap dan nilai melalui proses belajar mengajar yang telah mengaktifkan siswa (CBSA)
sehingga mampu menumbuhkan sejumlah keterampilan tertentu pada diri peserta didik.
Dari pembahasan tentang pengertian keterampilan proses (PKP) dapat diartikan bahwa
pendekatan keterampilan proses dalam penerapannya secara langsung memberikan
kesempatan siswa untuk secara nyata bertindak sebagai seorang ilmuan karena penerapan
pendekatan keterampilan proses menekankan dalam memperoleh ilmu pengetahuan siswa
hendaknya menanamkan sikap dan nilai sebagai seorang ilmuan.
2. Pentingnya Pendekatan Keterampilan Proses
Sedangkan Conny (1990 : 14). mengatakan bahwa ada beberapa alasan yang melandasi perlu
diterapkan pendekatan keterampila proses (PKP) dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga tak mungkin
lagi para guru mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa.
2. Para ahli psikologi umumnya berpendapat bahwa anak-anak muda memahami
konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan contoh-contoh kongkrit.
3. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat relatif benar seratus persen penemuannya
bersifat relatif
4. Dalam proses belajar mengajar pengembangan konsep tidak dilepaskand ari
pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
Dalam pola pelaksanaan keterampilan proses, hendaknya guru harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
Untuk melaksanakan pendekatan keterampilan proses kepada peserta didik secara klasikal.
Kelompok kecil ataupun individual. Maka kegiatan tersebut harus mengamati kepada
pembangkitan kemampuan dan keterampilan mendasar baik mental, fisik maupun sosial
(menurut Funk dalam Dimiyati, 1999). Adapun keterampilan yang mendasar dimaksud
adalah :
a. Mengamati/observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu keterampilan ilmiah yang paling mendasar
dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting untuk
mengembangkan keterampilan proses yang lain (Funk 1985 dalam Dimiyati, 1909 :142).
Kegiatan mengamati, menurut penulis dapat dilakukan dengan panca indera seperti melihat,
mendengar, meraba, mencium dan mengecap. Hal ini sejalan dengan pendapat (Djamarah,
2000 :89). Bahwa "kegiatan mengamati dapat dilakukan peserta didik melalui kegiatan
belajar, melihat, mendengar, meraba, mencicip dan mengumpulkan dan atau informasi.
b. Mengklasifikasikan
Untuk melakukan kegiatan mengkalasifikasik menurut Djamarah adalah "peserta didik dapat
belajar melalui proses : mencari persamaan (menyamakan, mengkombinasikan,
menggolongkan dan mengelompokkan( Djamarah, 2000 : 89).
c. Mengkomunikasikan
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa mengkomunikasikan bukan berarti hanya
melalui berbicara saja tetapi bisa juga dengan gambar, tulisan bahkan penampilan dan
mungkin lebih baik dari pada berbicara.
d. Mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dilakukan agar peserta didik dapat mengobservasi
dalam bentuk kuantitatif. Mengukur dapat diartikan "membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan" (Dimiyati, 1999 : 144).
Adapun kegiatan yang dapat mengembangkan keterampilan mengukur peserta didik menurut
Conny (1992 :21). Dapat dilakukan dengan cara mengembangkan sesuatu, karena pada
dasarnya mengukur adalah membandingkan, misalnya saja siswa membandingkan luas kelas,
volume balok, kecakapan mobil dan sebagainya.
Kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik berbeda-beda tergantung dari tingkat
sekolah mereka, karena semakin tinggi tingkat sekolahnya maka semakin berbeda kegiatan
pengukuran yang dikerjakan.
e. Memprediksi
Memprediksi adalah "antisipasi atau perbuatan ramalan tentang sesuatu hal yang akan terjadi
di waktu yang akan datang, berdasarkan perkiraan pada pola kecendrungan tertentu, atau
hubungan antara fakta dan konsep dalam ilmu pengetahuan" (Dimiyati, 1999: 144).
Pada prinsipnya memprediksi, observasi dan menarik kesimpulan merupakan tiga hal yang
berbeda, hal tersebut dapat dibatasi sebagai berikut : "kegiatan yang dilakukan melalui panca
indera dapat disebut dengan observasi dan menarik kesimpulan dapat diungkapkan dengan,
mengapat hal itu bisa terjadi sedangkan kegiatan observasi yang telah dilakukan apa yang
akan diharapkan".
f. Menyimpulkan
Untuk dapat melaksanakan kegiatan keterampilan proses dalam pembelajaran guru harus
melakuka langkah-langkah sebagai berikut:
Tujuan dilakukan kegiatan ini adalah mengarahkan peserta didik pada pokok permasalahan
agar mereka siap, baik mental emosional maupun fisik.
Dalam kegiatan proses pembelajaran suatu materi, seperti yang dikemukakan di depan
hendaknya selalu mengikutsertakan secara aktif akan dapat mengembangkan kemampuan
proses berupa mengamati, mengklasifikasi, menginteraksikan, meramalkan, mengaplikasikan
konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkunikasikan hasil
perolehannya yang pada dasarnya telah ada pada diri peserta didik.
Sedangkan menurut Djamarah (2002 :92) kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam langkah-
langkah proses belajar mengajar atau bagian inti yang bercirikan keterampilan proses,
meliputi :
1. Menjelaskan bahan pelajaran yang diikuti peragakan, demonstrasi, gambar, modal,
bangan yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat dan tepat.
2. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan atau
mengklasifikasikan materi pelajaran yang diserap dari kegiatan pengamatan terhadap
bahan pelajaran tersebut.
3. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal dan peristiwa
atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.
4. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di
waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.
5. Menerapkan pengetahuan keterampilan sikap yang ditentukan atau diperoleh dari
kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.
6. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sehubungan dengan
masalah yang belum terselesaikan.
7. Mengkomunikasikan hasil kegiatan pada orang lain dengan diskusi, ceramah
mengarang dan lain-lain.
Pembelajaran Keterampilan Proses
Posted by Safnowandi, S.Pd., M.Pd on November 15, 2012
Menurut Soekarno dkk (1990 : 14) “metode praktikum adalah suatu cara mengajar yang
member kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu fakta yang diperlukan atau ingin
diketahuinya”. Kegiatan praktikum pada dasarnya dapat digunakan untuk :
1. Mendapatkan atau menemukan suatu konsep, mencapai suatu definisi sampai
mendapatkan dalil-dalil atau hukum-hukum melalui percobaan yang dilakukannya.
2. Membuktikan atau menguji kebenaran secara nyata tentang suatu konsep yang telah
dipelajari.
Menurut Djamarah dan Zain (2002:95) memberi pengertian bahwa metode praktikum adalah
proses pembelajaran dimana peserta didik melakukan dan mengalami sendiri, mengikuti
proses, mengamati obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan suatu obyek,
keadaan dan proses dari materi yang dipelajari tentang gejala alam dan interaksinya.
Sehingga dapat menjawab pertanyaan “bagaimana prosesnya? terdiri dari unsur apa? Cara
mana yang lebih baik? Bagaimana dapat diketahui kebenaranya? yang semuanya didapatkan
melalui pengamatan induktif”.
Praktikum dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau diluar laboratorium, pekerjaan
praktikum mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan dalam
metode pembelajaran.
PERTEMUAN 4
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud 1988) memiliki dua
pengertian, yaitu :
Lanjutan . . .
KARAKTERISTIK ILMU
Menurut Randall dan Buchker (1942) mengemukakan beberapa ciri umum ilmu
diantaranya :
2. Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena
yang menyelidiki adalah manusia.
3. Ilmu bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode
ilmu tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada
pemahaman secara pribadi.
Menurut Ernest van den Haag (Harsojo, 1977), mengemukakan ciri-ciri ilmu,
yaitu :
1. Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal
(rasio).
2. Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca
indera.
3. Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
ILMU
Ilmu (atau Ilmu Pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia
[1]. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan
kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya[2].
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang
bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika
membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit.
Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya
matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk
menjadi perawat.
Etimologi
Kata ilmu dalam bahasa Arab “ilm”[3] yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui.
Dalam kaitan penyerapan katanya, ilmu pengetahuan dapat berarti memahami suatu
pengetahuan, dan ilmu sosial dapat berarti mengetahui masalah-masalah sosial, dan lain
sebagainya.
Syarat-syarat ilmu
Istilah “model“, “hipotesis“, “teori“, dan “hukum” mengandung arti yang berbeda dalam
keilmuan dari pemahaman umum. Para ilmuwan menggunakan istilah model untuk
menjelaskan sesuatu, secara khusus yang bisa digunakan untuk membuat dugaan yang bisa
diuji oleh percobaan/eksperimen atau pengamatan. Suatu hipotesis adalah dugaan-dugaan
yang belum didukung atau dibuktikan oleh percobaan, dan Hukum fisika atau hukum alam
adalah generalisasi ilmiah berdasarkan pengamatan empiris.
BIDANG-BIDANG KEILMUAN
ILMU ALAM
• FISIKA
o Akustik
o Astrodinamika
o Astrofisika
o Astronomi
o Biofisika
o Fisika Atom, Molekul, dan Optik
o Fisika bahan padat
o Fisika komputasi
o Dinamika
o Dinamika fluida
o Dinamika kendaraan
o Fisika bahan
o Fisika matematis
o Fisika nuklir
o Fisika partikel (atau fisika energi tinggi)
o Fisika plasma
o Fisika polimer
o Kriogenik
o Mekanika
o Optik
• BIOLOGI
o Anatomi
o Antropologi fisik
o Astrobiologi
o Biokimia
o Biofisika
o Bioinformatika
o Biologi air tawar
o Biologi sel
o Biologi struktur
o Biologi molekul
o Biologi pertumbuhan
o Biologi pertumbuhan evolusioner (“Evo-devo” atau Evolusi pertumbuhan)
o Biologi laut
o Botani
o Ekologi
o Entomologi
o Epidemiologi
o Evolusi (Biologi evolusioner)
o Fikologi (Algologi)
o Filogeni
o Fisiologi
o Genetika (Genetika populasi, Genomika, Proteomika)
o Histologi
o Ilmu Kesehatan
Farmakologi
Hematologi
Imunoserologi
Kedokteran
Kedokteran gigi
Kedokteran hewan
Onkologi (ilmu kanker)
Toksikologi
o Ilmu saraf
o Imunologi
o Kladistika
o Mikrobiologi
o Morfologi
o Ontogeni
o Patologi
o Sitologi
o Taksonomi
o Virologi
o Zoologi
• KIMIA
o Biokimia
o Elektrokimia
o Ilmu bahan
o Kimia analitik
o Kimia anorganik
o Kimia fisik
o Kimia komputasi
o Kimia kuantum
o Kimia organik
o Spektroskopi
o Stereokimia
o Termokimia
o Metode Penelitian Komunikasi
• ILMU BUMI
o Geodesi
o Geografi
o Geologi
o Limnologi
o Meteorologi
o Oseanografi
o Paleontologi
o Seismologi
ILMU SOSIAL
• Antropologi
o Arkeologi
• Ekonomi
• Ilmu politik
• Linguistik (Ilmu bahasa)
• Psikologi
o Analisis perilaku
o Biopsikologi
o Neuropsikologi
o Psikofisika
o Psikometri
o Psikologi eksperimen
o Psikologi forensik
o Psikologi humanis
o Psikologi industri dan organisasi
o Psikologi kepribadian
o Psikologi kesehatan
o Psikologi klinis
o Psikologi kognitif
o Psikologi pendidikan
o Psikologi pertumbuhan
o Psikologi sensasi dan persepsi
o Psikologi sosial
• Sosiologi
• Hukum
ILMU TERAPAN
• Ilmu Komputer dan Informatika
o Ilmu komputer
o Ilmu kognitif
o Informatika
o Cybernetics
o Systemics
• Rekayasa
o Ilmu biomedik
o Ilmu pertanian
o Rekayasa listrik
o Rekayasa pertanian
Tema terkait
Lihat pula
Metode deduksi adalah suatu cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan
ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau masalah yag bersifat umum,
kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Apabila orang menerapkan cara
penalaran yang bersifat deduktif berarti orang bergerak dari atas menuju ke bawah. Artinya,
sebagai langkah pertama orang menentukan satu sikap tertentu dalam menghadapi masalah
tertentu, dan berdasarkan aatas penentuan sikap tadi kemudian mengambil kesimpulan dalam
tingkatan yang lebih rendah.[2]
b. Metode analisis-sintesis
Metode analisis adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap objek yang diteliti atau cara penanganan
terhadap suatu objek ilmiah dengan cara memilah-milah antara pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain.[3]
Metode sintesis adalah cara yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
ilmiah dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan. Cara ini berarti pula penanganan
terhadap objek ilmiah tertentu dengan cara menggabungkan pengertian yang satu dengan
pengertian yang lain.[4]
c. Metode Kulitatif-kuantitatif
Bogdan dan taylor mendefinisikan, metodologi kualitatif sebagagi prosedur penilaian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati. Sebaliknya, metodologi kualitatif melibatkan
pengukurantingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemuan sesuatu dalam pengamatan,
pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamatan dan
penelitian mulai mencatat atau menghitung dari angka satu, dua dan seterusnya.
Dengan kata lain kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan dan angka atau
kuantitas. Sedangkan penelitan kualitatif menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan
dengan jumlah. Namun demikian, keduanya dapat digunakan dalam membantu menelit
permasalahan kefilsafatan.[5]
3. Tahapan Metode Ilmiah
Tahap-tahap metode ilmiah adalah sebagai berikut.
a. Merumuskan masalah.
Rumusan masalah adalah gambaran terhadap sesuatu yang dijadikan permasalahan. Rumusan
masalah bisa muncul karena adanya pengamatan dari gejala-gejala atau MAKALAH SIFAT
DAN METODE ILMU PENGETAHUANperistiwa-peristiwa yang ada di lingkungan.
Perumusan masalah berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai objek empiris yang batasannya
jelas serta faktor-faktor yang terkait dapat diidentifikasi.
b. Mengumpulkan data.
Kumpulan data bisa berupa informasi yang mengarah dan dekat dengan pemecahan masalah.
Mengumpulkan data bisa dengan berbagai cara, misalnya melalui kajian pustaka, observasi
lapangan, wawancara, data lisan, dan sebagainya.
c. Merumuskan hipotesis,
yaitu membuat jawaban sementara yang disusun berdasarkan data-data yang diperoleh.
Hipotesis pada dasarnya bersifat deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan
ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Hipotesis atau jawaban sementara tersebut diuji
kebenarannya dengan melakukan percobaan penelitian.
d. Membuat analisis untuk mendapatkan kesimpulan.
Menarik kesimpulan harus berdasarkan analisis data-data. Oleh sebab itu agar dapat menarik
kesimpulan dibutuhkan fakta-fakta yang cukup dan mendukung hipotesis. Apabila hipotesis
tersebut mendukung maka hipotesis itu diterima. Sebaliknya, jika hipotesis tersebut tidak
dapat fakta yang cukup mendukung hipotesis maka hipotesis tersebut ditolak.
Kesimpulan/hipotesis yang sudah diterima kemudian dianggap sebagai sebagai bagian dari
pengetahuan ilmiah sebab sudah melalui tahapan pengujian dan memenuhi persyaratan
keilmuan, yaitu sudah mempunyai kerangka yang jelas, konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya, dan telah diuji kebenarannya.
e. Penarikan Kesimpulan
Dalam menarik kesimpulan harus memusatkan diri pada penalaran ilmiah. Hal yang penting
dalam melakukan metode ilmiah bukan hanya proses penemuan pengetahuannya saja, namun
terdapat pula bagaimana cara mengkomunikasikan pengetahuan kepada masyarakat dan
ilmuwan yang lain. Oleh karena itu, diperlukan laporan penelitian ilmiah yang memiliki
sistematika dan cara berpikir yang terformat dalam teknik penelitiannya.
C. penutup
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa suatu informasi baru bisa dikatakan sebagai
sebuah ilmu pengetahuan berdasarkan sifat-sifatnya dan dihasilkan atas suatu proses yang
prosedural dan terstruktur. Dengan demikian ilmu pengetahuan yang ada tersebut dapat
dipertanggungjawabkan baik secara individu mauun kelompok.
Namun demikian hal-hal yang disajikan dalam makalah ini tentu masih jauh dari
kesempurnaan untuk itu saran, kritik dan masukan diharapkan dapat menambah wawasan
tentang ilmu pengetahuan itu sendiri.
1. Pengertian Sikap
Menurut Oxford Advanced Learner Dictionary mencantumkan bahwa sikap (attitude)
berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or holding the body, dan way of
feeling, thinking or behaving”.
Campbel (1950) dalam buku Notoadmodjo (2003 : 29) mengemukakan bahwa sikap
adalah “A syndrome of response consistency with regard to social objects”. Artinya sikap
adalah sekumpulan respon yang konsisten terhadap obyek sosial.
Dalam buku Notoadmodjo (2003 : 124) mengemukakan bahwa sikap (attitude) adalah
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau
obyek.
2. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau
akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap-sikap ilmiah yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan
dengan bidang kajiannya.
2) Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan
dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-
tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3) Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik,
dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan
keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.
4) Sikap Objektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan
pribadi.
5) Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara
jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari
pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap Berani Mempertahankan Kebenaran
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau
pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.
7) Sikap Menjangkau ke Depan
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi
pengembangan bidang ilmunya.
3. Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi
metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian dan definisi metode
menurut para ahli antara lain :
1) Rothwell & Kazanas
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2) Macquarie
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana
tertentu.
3) Almadk (1939)
Metode adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran.
4) Hebert Bisno (1969)
Metode adalah teknik-teknik yg digeneralisasikan dgn baik agar dapat diterima atau
digunakan secara sama dalam satu disiplin, praktek, atau bidang disiplin dan praktek.
5) Rosdy Ruslan (2003)
Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis)
untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan
jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya.
Kesimpulan yang dapat diambil mengenai definisi metode adalah suatu cara,
pendekatan, atau proses dengan menerapkan prinsip-prinsip kelogisan yang digunakan
dalam suatu penelitian guna memahami suatu objek penelitian dan mencapai suatu tujuan
serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Dalam Makalah Tentang Sumber Belajar ini terdapat berbagai masalah yang akan dibahas, antara lain
pengertian tentang sumber belajar, Fungsi sumber belajar, Jenis Sumber Belajar, Kriteria memilih
sumber belajar, Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, Mengoptimalkan sumber belajar,
Penggunaan dan manfaat media pembelajaran atau sumber belajar dan lain sebagainya. Makalah
Tentang Sumber Belajar ini bisa anda download gratis..
a. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan
membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dan (b) mengurangi beban guru dalam
menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
b. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara: (a)
mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan (b) memberikan kesempatan bagi siswa
untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara: (a) perancangan
program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b) pengembangan bahan pengajaran yang
dilandasi oleh penelitian.
d. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar;
(b) penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.
e. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran
yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yang sifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan
yang sifatnya langsung.
f. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang
mampu menembus batas geografis.
Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan arti penting sumber belajar untuk
kepentingan proses dan pencapaian hasil pembelajaran siswa.
a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara
khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan
fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang
tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan,
diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi,
bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli,
nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,
transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,
komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD,
kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya; (5)
pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan,
sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan(6) lingkungan: ruang
kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (1) ekonomis: tidak
harus terpatok pada harga yang mahal; (2) praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit
dan langka; (3) mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita; (4) fleksibel: dapat
dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan; (5) sesuai dengan tujuan: mendukung proses
dan pencapaian tujuan belajar, dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai yang
sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan
kegiatan belajar. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : (1)
lingkungan sosial dan (2) lingkungan fisik (alam). Lingkungan sosial dapat digunakan untuk
memperdalam ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk
mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik akan cinta
alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikan alam. Pemanfaatan lingkungan dapat
ditempuh dengan cara melakukan kegiatan dengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti
survey, karyawisata, berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan ini
berkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yang pada dasarnya
merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alam terbuka. Di samping itu pemanfaatan
lingkungan dapat dilakukan dengan cara membawa lingkungan ke dalam kelas, seperti :
menghadirkan nara sumber untuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
Banyak orang beranggapan bahwa untuk menyediakan sumber belajar menuntut adanya biaya yang
tinggi dan sulit untuk mendapatkannya, yang kadang-kadang ujung-ujungnya akan membebani orang
tua siswa untuk mengeluarkan dana pendidikan yang lebih besar lagi. Padahal dengan berbekal
kreativitas, guru dapat membuat dan menyediakan sumber belajar yang sederhana dan murah.
Misalkan, bagaimana guru dan siswa dapat memanfaatkan bahan bekas. Bahan bekas, yang banyak
berserakan di sekolah dan rumah, seperti kertas, mainan, kotak pembungkus, bekas kemasan sering
luput dari perhatian kita. Dengan sentuhan kreativitas, bahan-bahan bekas yang biasanya dibuang
secara percuma dapat dimodifikasi dan didaur-ulang menjadi sumber belajar yang sangat berharga.
Demikian pula, dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar tidak perlu harus pergi jauh
dengan biaya yang mahal, lingkungan yang berdekatan dengan sekolah dan rumah pun dapat
dioptimalkan menjadi sumber belajar yang sangat bernilai bagi kepentingan belajar siswa. Tidak
sedikit sekolah-sekolah di kita yang memiliki halaman atau pekarangan yang cukup luas, namun
keberadaannya seringkali ditelantarkan dan tidak terurus. Jika saja lahan-lahan tersebut dioptimalkan
tidak mustahil akan menjadi sumber belajar yang sangat berharga. Belakangan ini di sekolah-sekolah
tertentu mulai dikembangkan bentuk pembelajaran dengan menggunakan internet, sehingga siswa
“dipaksa” untuk menyewa internet –yang memang ukuran Indonesia pada umumnya-, masih
dianggap relatif mahal. Kenapa tidak disediakan dan dikelola saja oleh masing-masing sekolah?
Mungkin dengan cara difasilitasi oleh sekolah hasilnya akan jauh lebih efektif dan efisien,
dibandingkan harus melalui rental ke WarNet. Bukankah sekarang ini sudah tersedia paket-paket
hemat untuk berinternet yang disediakan para provider.
Jadi, dari Pengertian di atas , dalam arti luas, sumber belajar (learning resources) adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (Peserta didik) dan yang memungkinkan
(memudahkan) terjadinya proses belajar. Kalau kita ingat kembali pengalaman kita sejak SD hingga
sekarang begitu banyak sumber belajar yang telah kita pakai, kita belajar berbagai pengetahuan,
keterampilan, sikap atau norma-norma tertentu dari lingkungansekitar kita, mulai dari guru, dosen,
teman sekelas, buku, laboratorium, perpustakaan, dan masih banyak lagi yang dapat di jadikan
sumber belajar. Di luar kelas (Sekolah) kita banyak belajar pula dari orang tua, saudara, teman,
tetangga,tokoh masyarakat, buku, majalah, Koran, radio, televisi, film atau bahkan dari pengalaman
yang kita alami, serta dari kejadian-kejadian tertentu. Sumber-sumber belajar itulah yang
memungkinkan kita berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan
dari tidak terampil menjadi terampil. Karena sumbersumber itu pula kita bisa membedakan mana
yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang terlarang. Dari sumber-sumber
itu kita mendapatkan sikap-sikap atau norma-norma tertentu. Sumber-sumber itulah yang kita
namakan sumber belajar. Akan tetapi sumber belajar tidak terbatas hanya itu saja.
Edgar Dale menyatakan, sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat
luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup segala sesuatu yang dapat di alami, yang dapat
menimbulkan peristiwa belaja, maksudnya adanya perubahan tingkah laku kearah yang lebih
sempurna sesuai dengan tujuan yang telah di tentukan . Dan menurutnya pula dalam Anonim,
mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi
belajar seseorang.
Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik,
dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat memungkinkan terjadinya
belajar. Sumber belajar dapat dirancang secara khusus untuk digunakan bagi kepentingan
pembelajaran (learning resources by design) tetapi sumber belajar dapat juga sebagai sesuatu yang
tinggal dimanfaatkan karena sudah tersedia di lingkungan (learning resources by utilization).
Kemudian, istilah belajar dapat diartikan sebagai suatu proses interaksi antara seseorang dengan
sumber belajar yang menghasilkan terjadinya perubahan tingkah laku .
Dalam pasal 1 No.20 Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Dari apa yang terdapat dalam
UndangUndang RI tentang Sisdiknas tersebut jelaslah bahwa sumber belajar, di samping pendidik,
mutlak diperlukan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Hal ini disebabkan karena proses
pembelajaran hanya akan berlangsung apabila terdapat interaksi antara peserta didik dengan sumber
belajar dan pendidik.
Dengan kata lain tanpa sumber belajar maka pembelajaran tidak mungkin dapat dilaksanakan
dengan optimal, karena tidaklah mencukupi untuk mewujudkan pembelajaran bila interaksi yang
terjadi hanya antara peserta didik dengan pendidik saja. Yang sangat diperlukan dari pendidik
terutama adalah perannya dalam memberikan motivasi, arahan, bimbingan, konseling, dan
kemudahan (fasilitasi) bagi berlangsungnya proses belajar dan pembelajaran yang dialami oleh
peserta didik dalam keseluruhan proses belajarnya. Sedang sumber belajar berperan dalam
menyediakan berbagai informasi dan pengetahuan yang diperlukan dalam mengembangkan berbagai
kompetensi yang diinginkan pada bidang studi atau mata pelajaran yang dipelajarinya. Oleh karena
itu sumber belajar yang beraneka ragaam, di antaranya berupa bahan (media) pembelajaran
memberikan sumbangan yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran.
Sumber belajar atau media pembelajaran, kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara
harfiah berarti ‘tengah’, ‘Perantara’, atau ‘Pengantar’. Association for Education and Communication
Technology (AECT) mendefinisikan sebagai benda yang bisa di manipulasikan, dilihat, didengar,
dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar
mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instructional. Jadi menurut Association
Educational Communication and Technology (AECT), menyatakan bahwa sumber belajar adalah
semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan siswa dalam belajar,
baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mecapai tujuan
belajar.
Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology), terdapat enam macam
sumber belajar yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar / lingkungan. Keenam sumber belajar
tersebut juga merupakan komponen system pembelajaran, artinya dalam setiap kegiatan
pembelajaran (padanan untuk kata instructional), selalu terdapat keenam komponen tersebut. Pesan
adalah kurikulum atau mata pelajaran yang terdapat pada masing-masing sekolah atau jenjang
pendidikan dan yang perlu dipelajari oleh murid, orang, antara lain guru, tutor, pembimbing dan
sebagainya adalah yang menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa, bahan adalah program
yang memuat atau berisi pesan pembelajaran seperti buku, program video atau audio, VCD dan lain-
lain, alat adalah sarana untuk menayangkan bahan atau program seperti proyektor film, video
recorder, OHP, dan sebagainya, teknik adalah prosedur yang digunakan untuk menyampaikan pesan
pembelajaran seperti diskusi, karyawisata, demonstrasi, ceramah, dan sebagainya, dan yang terakhir
adalah latar (settings) yaitu lingkungan di mana belajar dan pembelajaran berlangsung misalnya di
kelas, di taman, penerangan dan ventilasi ruangan, dan sebagainya. Agar dapat berfungsi secara
optimal dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, sumber belajar tersebut perlu dikembangkan dan
dikelola dengan sebaik-baiknya, yang meliputi berbagai kegiatan seperti pengadaan, produksi,
penyimpanan, distribusi dan pemanfaatan, agar sumber belajar tersebut benar-benar dapat
digunakan secara optimal untuk kepentingan kegiatan belajar dan pembelajaran. Lembaga yang
mempunyai tugas untuk mengembangkan dan mengelola berbagai sumber belajar yang secara
mutlak diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan belajar dan pembelajaran tersebut adalah Pusat
Sumber Belajar.
Menurut Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila di pahami secara garis besar
adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan
lingkungan sekolahmerupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar
mengajar cenderung di artikan sebagai alat-alat grafis, Photografis, atau elektronis untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal .
Kalau dalam pendidikan di masa lalu, guru merupakan satu-satunya sumber belajar bagi anak didik.
Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional. Perangkat teknologi penyebarannya
masih sangat terbatas dan belum memasuki dunia pendidikan. Tetapi lain halnya sekarang, perangkat
teknologi sudah ada dimana-mana. Pertumbuhan dan perkembangannya hampir-hampir tak
terkendali, sehingga wabahnya menyusup ke dalam dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah kini,
terutama di kota-kota besar, teknologi dalam berbagai bentuk dan jenisnya sudah dipergunakan
untuk mencapai tujuan. Ternyata teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai
alat bantu, tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajara mengajar. Media sebagai
sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual dan audiovisual. Penggunaan ketiga jenis
sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus disesuaikan dengan perumusan tujuan
instruksional, dan tentu saja dengan kompetensi guru itu sendiri, dan sebagainya. Anjuran agar
menggunakan media dalam pengajaran terkadang sukar dilaksanakan, disebabkan dana yang
terbatas untuk membelinya. Menyadari akan hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri
untuk rmembelinya, tetapi cukup membuat media pendidikan yang sederhana selama menunjang
tercapainya tujuan pengajaran. Cukup banyak bahan mentah untuk keperluan pembuatan media
pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai. Untuk tercapainya tujuan
pengajaran tidak mesti dilihat dari kemahalan suatu media, yang sederhana juga bisa mencapainya,
asalkan guru pandai menggunakannya. Maka guru yang pandai menggunakan media adlah guru yang
bisa manipulasi media sebagai sumber belajar dan sebagai penyalur informasi dari bahan yang
disampaikan kepada anak didik dalam proses belajar mengajar.
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengertian media merupakan sesuatu
yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audien
(siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Penggunaan media secara
kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan
performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin di capai, yakni membentuk suatu komunitas
belajar yang unggul dan tangguh . Sudah jelas bahwa sumber belajar – dalam hal ini media
pembelajaran –yang dapat berfungsi sebagai saluran komunikasi atau mampu berinteraksi dengan
peserta belajar dalam suatu kegiatan pendidikan dan pembelajaran harus dikembangkan dan
dirancang secara sistematis berdasarkan kebutuhan kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan
dan tentu saja juga berdasarkan karakteristik para peserta belajar yang akan mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut. Percival mengatakan “ a whole range of instructional media can be
resources, examples including books, videocassettes, tape-slides programmes, computers, etc.
Instructional media in all their various formats, are probably the most common type of learning
resources, and these are often housed centrally in resoures centre” Selanjutnya dikatakan oleh
Percival: Basically, the instructional media which comprise the actual learning resources in a resource
centre can come from two sources: those that are “bought in” from commercial organizations or
from other educational
institutions, and those that are produced within an institution in order to caater for requirements of
a given set of students within a specific subject area”
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri seseorang yang
dapat memungkinkan terjadinya proses belajar.
Salah satu media pengajaran adalah bahwa media mengandung dan membawa pesan atau informasi
kepada penerima, yaitu siswa. Swbagian media dapat mengolah pesan dan respons siswa sehingga
media itu sering disebut media interaktif. Pesan yang dibawa oleh media bisa berupa pesan yang
sederhana dan bisa pula pesan yang amat kompleks. Akan tetapi, yang terpenting adalah media itu
disiapkan untuk memenuhi kebutuhan belajar dan kemampuan siswa, serta siswa dapat aktif
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, perlu dirancang dan dikembangkan
lingkungan pengajaran yang interaktif yang dapat menjawab dan memenuhi kebutuhan belajar
perorangan dengan menyiapkan kegiatan pengajaran dengan medianya yang efektif guna menjamin
terjadinya pembelajaran .
peserta didik.
2. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung
dan konkret
kelas
5. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup mikro
maupun makro
6. Dapat memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya secara
tepat
Sumber belajar
Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu tiap orang untuk
belajar dan manampilkan kompetensinya. Sumber belajar meliputi, pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan latar (AECT 1994), Menurut Dirjen Dikti (1983: 12), sumber belajar adalah
segala sesuatu dan dengan mana seseorang mempelajari sesuatu. Degeng (1990: 83)
menyebutkan sumber belajar mencakup semua sumber yang mungkin dapat dipergunakan
oleh si pembelajar agar terjadi prilaku belajar. Dalam proses belajar komponen sumber
belajar itu mungkin dimanfaatkan secara tunggal atau secara kombinasi, baik sumber belajar
yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.
Sumber belajar yang beraneka ragam disekitar kehidupan peserta didik, baik yang didesain
maupun non desain belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran. Sebagian besar
guru kecenderungan dalam pembelajaran memanfaatkan buku teks dan guru sebagai sumber
belajar utama. Ungkapan ini diperkuat oleh Parcepal dan Ellington (1984), bahwa dari sekian
banyaknya sumber belajar hanya buku teks yang banyak dimanfaatkan. Hal senada juga
diperkuat oleh suatu hasil penelitian mengenai kebutuhan informasi, yang menyatakan bahwa
banyak sumber belajar diperpustakaan yang belum dikenal dan belum diketahui
penggunaannya. Keadaan ini diperparah pemanfaatan buku sebagai sumber belajar juga
masih bergantung pada kehadiran guru, kalau guru tidak hadir maka sumber belajar lain
termasuk bukupun tidak dapat dimanfaatkan oleh peserta didik. Oleh karena itu kehadiran
guru secara fisik mutlak diperlukan, disisi lain sebenarnya banyak sumber belajar disekitar
kehidupan peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran.
Dalam kaitan dengan pemanfaatan alam sekitar dalam pembelajaran Science, Richarson
dalam Suthardi, (1981:147) mengemukakan, “Science necessarily begins in the environment
in which we live. Consequently the students study of science should have this orientation”.
Dari alam sekitar peserta didik dapat dibimbing untuk mempelajari berbagai macam masalah
kehidupan. Akan tetapi pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar sangat tergantung
pada guru. Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi usaha pemanfaatan alam sekitar sebagai
sumber belajar yaitu (a) kemauan guru (b) kemampuan guru untuk dapat melihat alam sekitar
yang dapat digunakan untuk pembelajaran (c) kemampuan guru untuk dapat menggunakan
sumber alam sekitar dalam pembelajaran.
Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru mempunyai tanggung jawab membantu peserta
didik belajar agar belajar lebih mudah, lebih lancar, lebih terarah. Oleh sebab itu guru dituntut
untuk memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar.
Menurut Ditjend. Dikti (1983: 38-39), guru harus mampu: (a) Menggunakan sumber belajar
dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. (b) Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar.
(c) Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) Menyusun tugas-
tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) Mencari sendiri bahan dari
berbagai sumber. (f) Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar. (g) Menilai
keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari bahan pembelajarannya. (h)
Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.
Di samping kemampuan di atas, guru perlu (1) mengetahui proses komunikasi dalam proses
belajar, yang bahannya diperoleh dari teori komunikasi dan psikologi pendidikan, (2)
mengetahui sifat masing-masing sumber belajar, baik secara fisik maupun sifat-sifat yang
ditimbulkan oleh faktor lain yang mempengaruhi sumber belajar tersebut, (3)
memperolehnya, yaitu tahu benar dimana lokasi suatu sumber dan bagaimana cara
memberikan pelayanannya. Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran
bahwa guru perlu menyadari pentingnya kemampuan-kemampuan khusus yang
dikembangkan bila menginginkan proses belajar mencapai sasaran yang optimal.
Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu proses yang sistematis dan terus menerus,
yang akan membantu pengajaran dalam mengembangkan pengalaman-pengalaman belajar
yang memungkinkan partisipasi aktif siswa di dalam proses belajar-mengajar. Di sinilah letak
hubungan yang penting antara pusat sumber belajar dengan pengembangan sistem
pembejaran. Segala sumber dan bahan serta personil yang ada di dalam pusat sumber belajar
dimaksudkan untuk membantu efektifitas dan efisiensi interaksi siswa dan pengajar dalam
proses pembelajaran.
Secara umum, tujuan dari Pusat sumber belajar adalah untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi kegiatan proses belajar mengajar melalui pengembangan sistem pembelajaran. Hal
ini dilaksanakan dengan menyediakan berbagai macam pilihan untuk menunjang kegiatan
kelas tradisional dan untuk mendorong penggunaan cara-cara yang baru (non-tradisional),
yang paling sesuai untuk mencapai tujuan program akademis dan kewajiban-kewajiban
institusional yang direncanakan lainnya.
Selain itu, secara khusus pusat sumber belajar bertujuan untuk :
(1) menyediakan berbagai macam pilihan komunikasi untuk menunjang kegiatan kelas
tradisional. (2) Mendorong penggunaan cara-cara belajar baru yang paling cocok untuk
mencapai tujuan program akademis dan kewajiban institusional lainnya. (3) Memberikan
pelayanan dalam perencanaan, produksi, operasional, dan tindak lanjut untuk pengembangan
sistem pembelajaran yang ada. (4) Melaksanakan latihan untuk para tenaga pengajar
mengenai pengembangan sistem pembelajaran dan integrasi teknologi dalam proses
pembelajaran. (5) Memajukan usaha penelitian yang perlu tentang penggunaan media
pendidikan. (6) Menyebarkan informasi yang akan membantu memajukan penggunaan
berbagai macam sumber belajar dengan lebih efektif dan efesien (7) Menyediakan pelayanan
produksi bahan ajar. (8) Memberikan konsultasi untuk modifikasi dan desai fasilitas sumber
belajar. (9) Membantu mengembangkan standar penggunaan sumber-sumber belajar. (10)
Menyediakan pelayanan pemeliharaan atas berbagai macam peralatan. (11) Membantu dalam
pemilihan dan pengadaan bahan-bahan media dan peralatannya. (12) Menyediakan pelayanan
evaluasi untuk membantu menentukan efektifitas berbagai cara pengajaran.
Dari uraian tujuan khusus di atas, jelaslah bahwa pusat sumber belajar mempunyai peranan
yang cukup menentukan di dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses
pembelajaran. Dengan demikian dari awal hendaklah selalu kita sadari bahwa pusat sumber
belajar bukan semata-mata suatu tempat ataupun gudang penyimpanan berbagai macam
peralatan dan bahan pengajaran.
Misi yang pertama dari pusat sumber belajar adalah pengembangan sistem pembelajaran
terpadu yang merupakan sarana utama untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
belajar dan mengajar. Segala fungsi dan kegiatan yang dilaksanakan pusat sumber belajar,
termasuk pengadaan, pelayanan perpustakaan bahan pengajaran, dimaksudkan untuk
mencapai keberhasilan pelaksanaan misi tersebut.
Berdasarkan tujuan umum dan tujuan khusus di atas, pusat sumber belajar mempunyai fungsi
dan kegiatan sebagai berikut :
Fungsi ini menolong jurusan atau departemen dan staf tenaga pengajar secara individual di
dalam membuat rancangan (desain) dan pemilihan options (pilihan) untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi proses belajar dan mengajar, yang meliputi :
1. Fungsi informasi
Dalam kehidupan sehari-hari orang sering memerlukan informasi, baik untuk keperluan
pribadi maupun untuk keperluan usahanya. Ada beberapa macam sumber informasi, seperti
pusat komputer (puskom), bahan bacaan, radio, televisi, perorangan, lembaga, dan
sebagainya. Jika informasi yang diperlukan hanya sedikit dan yang memerlukannya juga
sedikit, maka bahan informasinya dapat disimpan dalam satu file. Jika yang memerlukannnya
lebih banyak, maka perlu dibentuk perpustakaan lengkap dengan katalognya. Bahkan jika
lebih banyak lagi, harus menggunakan data base computer.
Fungsi ini berhubungan dengan pembuatan rencana program media dan pelayanan
pendukung yang dibutuhkan oleh staf pengajar dan pelajar, yang meliputi : (1) Sistem
penggunaan media untuk kelompok besar. (2) Sistem penggnaan media untuk kelompok
kecil. (3) Fasilitas dan program belajar sendiri (individual). (4) Pelayanan perpustakaan
media/bahan pengajaran. (5) Pelayanan pemeliharaan dan peminjaman/sirkulasi. (6)
Pelayanan pembelian bahan-bahan dan peralatan
1. Fungsi produksi
Fungsi ini berhubungan dengan penyediaan materi dan bahan pelajaran yang tidak dapat
diperoleh melalui sumber komersial, yang meliputi : (1) Penyimpanan karya seni asli
(original atwork) untuk tujuan pembelajaran. (2) Produksi transparansi untuk OHP. (3)
Produksi fotografi (slide, filmstrip, foto, dan lain-lain) untuk presentasi. (4) Pelayanan
reproduksi fotografi. (5) Pemrograman, pengeditan, dan reproduksi rekaman. (6)
Pemrogaraman, pemeliharaan, dan pengembangan system radio dan televisi di kampus.
1. Fungsi administratif
Fungsi ini berhubungan dengan cara-cara bagaimana tujuan dan prioritas program dapat
tercapai. Fungsi ini berhubungan dengan semua segi program yang dilaksanakan dan akan
melibatkan semua staf dan pemakai dengan cara-cara yang sesuai. Hal ini meliputi beberapa
kegiatan sebagai berikut : (1) Supervisi personalia untuk media; (2) Pengembangan koleksi
media untuk program pembelajaran; (3) Pengembangan spesifikasi pendidikan untuk fasilitas
baru; (4) Pengembagan sistem peminjaman/sirkulasi; (5) Pemeliharaan kelangsungan
pelayanan produksi bahan pembelajaran; (6) Penyediaan pelayanan untuk pemeliharaan
bahan, peralatan, dan fasilitas.
Kelima fungsi pusat sumber belajar dengan kegiatan-kegiatan di atas merupakan fungsi dan
kegiatan yang ideal. Seberapa jauh kegiatan yang ideal tersebut dapat dilakasanakan oleh
pusat sumber belajar, akan sangat bergantung pada tujuan program pembelajaran, fasilitas,
peralatan yang dimiliki, staf dan personalia yang ada dalam pusat sumber belajar yang
bersangkutan. Namun demikian dapatlah dipastikan bahwa kelima fungsi diatas akan selalu
dijumpai dalam setiap pusat sumber belajar sebagai suatu lembaga yang berusaha untuk
memajukan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran. Yang berbeda hanyalah kegiatan-
kegiatan nyata yang berhubungan dengan keempat fungsi di atas, sesuai dengan adanya
pembatasan-pembatasan yang terdapat pada masing-masing pusat sumber belajar.
C. Perencanaan PSB
1. Langkah-Langkah Pengembangan PSB.
Menurut Mayer, pengembangan PSB berdasarkan pada empat hal, yaitu : (a) Berorientasi
pada peserta didik yang belajar atau berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada peserta
didik; (b) Desentralisasi, yaitu penempatan bahan-bahan yang berbentuk media. perangkat
lunak dan keras tersebut disebarkan dimana saja sepanjang proses belajar dapat dilayani,
seperti pusat-pusat belajar, didalam kelas, atau digunakan perorangan dirumah; (c) Bahan-
bahan belajar diproduksi dan dipeliara secara lokal; (d) Program media dikembangkan secara
terintegrasi dalam proses intruksional.
Pengembangan PSB diawali dengan kegiatan analisis kebutuhan ini merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang melibatkan berbagai teknik pengumpulan data berbagai sumber
informasi untuk mengetahui kesenjangan (gap) antara keadaan yang seharusnya terjadi (ideal)
dengan keadaan yang senyatanya terjadi (reality). Langkah-langkah dalam kegiatan analisis
kebutuhan meliput tiga tahap, sebagai berikut : (a) Perancangan, meliputi penentuan fokus
analisis kebutuhan penentuan teknik pengumpulan data, dan pengembangan intrumen; (b)
Pelaksanaan, yaitu melakukan pengumpulan data sesuai dengan teknik; (c) pengumpulan data
dan instumen yang telah ditentukan dalam perancangan dan menganalisisnya; (d) Pelaporan,
yaitu melaporkan hasil analisis kebutuhan tersebut. Isi dari laporan tersebut adalah sumber-
sumber belajar yang diperlukan untuk kegiatan pembelajaran.
D. Pengelolaan PSB
PSB pada pendidikan tinggi maupun di sekolah memiliki kewajiban membantu semua
anggota yang mengunjunginya (Merrill & Drob : 1977). Prinsip-prinsip Pengelolaan PSB
adalah sebagai berikut :
1. Koleksi, dibina untuk dilayangkan, bukan untuk hiasan atau pajangan, bagaimana
pengembangan serta pengaturannya
2. Fasilitas, bagaimana ragam layanan, sistem, aturan layanan, lokasi penempatan gedung dan
lainnya
3. Pelayan/petugas, sebagai jembatan penghubung dapat berupa seorang ahli, teknisi, ataupun
asisten teknisi
4. Pemakai, perorangan yang memanfaatkan layanan, dapat seorang ahli, pelajar, mahasiswa
atau umum.
Ketiadaan salah satu komponen di atas, atau masing-masing berdiri sendiri tanpa kerja sama
yang baik, maka pelayanan tidak dapat tercipta sebgaimana mestinya. Untuk itu diperlukan
pelayanan dengan karakteristik berikut :
Fungsi PSB sebagai pengembangan bahan instruksional secara umum adalah menolong
jurusan, staff pengajar secara individual di dalam membuat rancangan dan pemilihan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar, hal ini meliputi :
1) Perencanaan kurikulum
4) Perkiraan biaya
6) Perencanaan program
7) Prosedur evaluasi
8) Revisi program
E. Pemanfaatan PSB
Pengertian pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar (Seels and
Richey, 1994:14). Menurut Clark, ada lima aspek pemanfaatan yaitu: (1) Media sebagai
teknologi mesin; (2) Media sebagai tutor ; (3) Media sebagai pengubah perilaku ;(4) Media
sebagai pemotivasi belajar ; (5) Media sebagai alat berpikir dan memecahkan masalah.
Pengertian sumber belajar adalah apa saja (orang, bahan, alat, teknik, lingkungan) yang
mendukung serta memungkinkan memberikan kemudahan dan kelancaran terjadinya belajar,
serta memungkinkan terjadinya interaksi antara pemelajar dengan sumber belajar tersebut.
Dengan memperhatikan pengertian dan tujuan yang telah disampaikan di atas, maka sumber
belajar memiliki beberapa pemanfaatan diantaranya adalah: (a) Sumber belajar dapat
meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jelas, yaitu dapat mempercepat laju belajar
yang dialami oleh peserta didik sehingga setidaknya dapat mengurangi beban guru dalam
proses penyajian materi dan informasi, hal ini mengakibatkan guru dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah belajar serta waktu yang digunakan pun relatif lebih
sedikit; (b) Sumber belajar dapat memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih
individual (c) Sumber belajar dapat memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pembelajaran; (d) Sumber belajar dapat memungkinkan belajar secara seketika, yaitu sumber
belajar dapat mengurangi kesenjangan pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya kongkrit dan memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung; (e)
Sumber belajar dapat memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas.
Penentuan seorang guru dalam pemanfaat penggunaan sumber belajar secara umum, yaitu;
(1) ekonomis atau biaya, misalnya overhead (OHP) beserta transparannya, video/tv beserta
kassetnya dan sebagainya; (b) Teknisi (tenaga), misalnya mengoperasikan slide, video tipe,
laboratorium, dan sebagainya; (c) Bersifat praktis dan sederhana, yaitu mudah dijangkau,
mudah dilaksanakan, dan tidak begitu langka; (d) Bersifat fleksibel, maksudnya sesuatu yang
dimanfaatkan sebagai sumber belajar tidak bersifat paku dan paten, tapi harus mudah
dikembangkan, dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pengajaran, tidak mudah dipengaruhi
faktor lain; (e) Relevan dengan tujuan pengajaran dan komponen-komponen pengajaran
lainnya; (f) Dapat membantu efisiensi dan kemudahan pencapaian tujuan pengajaran/belajar;
(g) Memiliki nilai positif bagi proses pengajaran khususnya peserta didik; (h) Sesuai
dengan interaksi dan strategi pengajaran yang telah dirancang atau sedang dilaksanakan.