Anda di halaman 1dari 38

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pengertian Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum dilakukan pembahasan tentang pelaksanaan pembelajaran praktek

sulaman bebas, maka disini akan dijelaskan pengertian pelaksanaan dan

pembelajaran. Pengertian pelaksanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) (2005) pelaksanaan dapat diartikan sebagai proses, cara, atau perbuatan

melaksanakan. Menurut Santoso Sastropoetro (1982:183) pelaksanaan diartikan

sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan

rencana atau program kenyataanya. Sedangkan menurut Abdullah Syukur (1987:40)

pelaksanaan merupakan suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah

program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan,

langkah yang strategis maupun operasional atau kebijaksanaan, menjadi kenyataan,

guna mencapai sasaran dari program semula. Berdasarkan pengertian pelaksanaan di

atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mewujudkan program atau kebijaksanaan yang telah ditetapkan.

Pembelajaran menurut Jamil Suprihatiningrum (2013:75) “Pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara

8
terencana untuk memudahkan peserta didik dalam belajar”. Sedangkan menurut

Sugihartono,dkk. (2007:73) pembelajaran adalah

“…upaya yang dilakukan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu


pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan
berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar
secara efektif dan efisien dengan hasil optimal”.

Pembelajaran menurut Miarso (dalam Rusmono 2012:6) “pembelajaran adalah

suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau

terjadi perubahan yag relatif menetap pada diri orang lain”. Berdasarkan pendapat di

atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah upaya yang dilakukan sengaja

oleh pendidik secara terencana untuk memudahkan peserta didik belajar secara

efektif dan efisien dengan hasil optimal.

Berdasarkan kesimpulan pelaksanaan dan pembelajaran diatas, maka

pelaksanaan pembelajaran dapat dimaknai sebagai kegiatan yang dilakukan pendidik

secara terencana untuk memudahkan peserta didik belajar secara efektif dan efisien

dengan hasil optimal. Kesimpulan tersebut senada dengan penjelasan Nana Sudjana

(2010:136) sebagai berikut: “Pelaksanaan pembelajaran adalah proses yang diatur

sedemikian rupa menurut langkah-langkah tertentu agar pelaksanaan mencapai hasil

yang diharapkan”.

Menurut Triwiyanto (2015:178) “Pelaksanaan pembelajaan merupakan

implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan kegiatan penutup”.

Menurut Permendikbud No.22 Tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar

dan menengah bahwa “Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari

9
RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup”. Menurut tim penyusun

panduan pengajaran mikro Universitas Negeri Yogyakarta, langkah pelaksanaan

pembelajaran memuat unsur pendahuluan / pembuka, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Berdasarkan uraian pelaksanaan pembelajaran di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi kegiatan

pembuka/pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Penjelasan lebih

lengkapnya akan dijabarkan sebagai berikut:

1) Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh

guru sebagai langkah mempersiapkan peserta didik untuk menerima

pembelajaran. Fungsi kegiatan pendahuluan terutama adalah untuk menciptakan

suasana awal yang efektif yang memungkinkan peserta didik dapat mengikuti

proses pembelajaran dengan baik. Menurut Eveline Siregar dan Hartini Nara

(2011:78) “Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran

secara keseluruhan memegang peranan penting”. Pada bagian ini, guru

diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan

disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang menarik akan dapat meningkatkan

motivasi belajar peserta didik. Dalam panduan pengajaran mikro Universitas

Negeri Yogyakarta (-:9) kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan yang sengaja

dilakukan oleh guru untuk mempersiapkan peserta didik agar siap menerima

pembelajaran yang akan disampaikan.

10
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilakukan untuk

mempersiapkan peserta didik, menarik minat serta membangkitkan motivasi

peserta didik terhadap pembelajaran. Tujuan kegiatan pendahuluan di jelaskan

dalam panduan pembelajaran mikro Universitas Negeri Yogyakarta(-:10) yakni:

“Menimbulkan perhatian dan motivasi peserta didik, menginformasikan


cakupan materi yang akan dipelajari dan batas-batas tugas yang akan
dikerjakan peserta didik, memberikan gambaran metode atau pendekatan-
pendekatan yang akan digunakan maupun kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan peserta didik, dan melakukan apresepsi yakni mengaitkan materi
yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari.”

Menurut Permendikbud No. 22 tahun 2016 ada lima langkah dalam

kegiatan pendahuluan yakni menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik

untuk mengikuti proses pembelajaran, memberi motivasi belajar peserta didik

secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan

sehari-hari dengan memberikan contoh dan perbandingan serta disesuaikan

dengan karakteristik dan jenjang peserta didik, mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumya dengan materi yang akan

dipelajari, menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan

dicapai, dan menyampaikaan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan pelaksanaan pembelajaran setelah pendahuluan berupa kegiatan

inti. Kegiatan inti adalah kegiatan yang paling utama dan menjadi bagian pokok

11
dari suatu kegiatan pembelajaran. Menurut Saefuddin (2014:68) kegiatan inti

merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

secara aktif mencari informasi, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik. Menurut Rusman (2012:12) pelaksanaan

kegiatan inti dimaksudkan untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan

pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode, media, strategi yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Dalam

panduan pengajaran mikro Universitas Negeri Yogyakarta (-:37) kegiatan inti

merupakan serangkaian langkah-langkah kegiatan yang dilakukan di dalam

pembelajaran. Hendaknya langkah-langkah ini disesuaikan dengan mertode dan

pendekatan pembelajaran yang dipilih dan telah dirumuskan dalam silabus

ataupun RPP.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan

inti merupakan langkah-langkah proses pembelajaran untuk mencapai

kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran. Kegiatan ini menggunakan metode,

media, serta strategi yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang

dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk secara aktif mencari informasi, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

12
Menurut Permendikbud No.22 Tahun 2016, kegiatan inti menggunakan

model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber

belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.

kegiatan inti dilaksanakan melalui proses pembelajaran yang terdiri atas lima

pengalaman belajar pokok yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengkomunikasikan. Berikut merupakan rinciannya:

a) Mengamati (observing)

Mengamati berarti memperhatikan dengan teliti. Kegiatan mengamati

yakni guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik

untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,

mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan

pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,

mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

Guru perlu memfasilitasi media pembelajaran yang mendukung untuk

diamati dengan cara melihat, membaca, menyimak dan mendengar. Dengan

adanya media pembelajaran yang mendukung kegiatan menyimak akan

membantu peserta didik menemukan sendiri fakta, konsep, prinsip, proses

atau prosedur terkait kompetensi yang sedang dipelajari.

b) Menanya (questioning)

Menanya bermakna mengajukan pertanyaan atau bertanya. menanya

memliki arti yang lebih luas, dalam pandangan pembelajaran yang berpusat

pada peserta didik menanya merupakan kegiatan yang dilakukan peserta

13
didik saat pembelajaran berlangsung. Menanya adalah kegiatan aktif peserta

didik untuk menggali topik belajar. Kegiatan menanya melatih peserta didik

mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan

pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas

dan belajar sepanjang hayat.

Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan

pertanyaan. Guru harus menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan

mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya. Pada saat

guru bertanya, pada saat itulah guru membimbing atau memandu peserta

didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta

didiknya, ketika itu pula guru mendorong untuk menjadi penyimak dan

pembelajar yang baik. Melalui pertanyaan yang telah diajukan, rasa ingin

tahu peserta didik akan lebih berkembang. Pertanyaan tersebut menjadi dasar

untuk mencari informasi lebih lanjut dan beragam dari sumber yang

ditentukan guru ataupun peserta didik melalui kesepakatan bersama.

c) Menalar (associating)

Menalar adalah proses berfikir logis dan sistematis atas fakta-fakta

empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh kesimpulan berupa

pengetahuan. Menalar dilakukan setelah memperoleh informasi berupa fakta-

fakta yang terkait kompetensi yang dipelajari. Pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai

14
pada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber

yang dimiliki pendapat yang berbeda sampai pada yang bertentangan.

Peserta didik dalam hal ini bisa membaca buku lebih banyak, mencari

referensi di berbagai sumber selain buku, memperhatikan fenomena atau

obyek yang lebih teliti atau bahkan melakukan eksperimen. Hal tersebut bisa

mengumpulkan sejumlah informasi. Peserta didik dapat menyimpulkan hasil

diskusi secara mandiri atau berkelompok.

d) Mencoba (experimenting)

Setelah informasi terkumpul, maka informasi dicobakan, diuji sesuai

dengan teori yang sudah disimpulkan. Tahapan mencoba inilah yang akan

menjadi tolak ukur apakah eksperimenya berhasil atau tidak. Aplikasi metode

eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai

ranah tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan. Kegiatan

belajar yang dilakukan yaitu melakukan eksperimen, membaca sumber selain

buku teks, mengamati objek/kejadian, serta wawancara dengan narasumber.

Aktifitas yang dilakukan dalam mencoba adalah:

(1) Menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut

kurikulum

(2) Mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan

harus disediakan

15
(3) Mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen

sebelumya

(4) Melakukan dan mengamati percobaan

(5) Mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyampaikan data

(6) Menarik kesimpulan dari hasil percobaan

(7) Membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

Kompetensi yang dikembangkan yaitu sikap teliti, jujur, sopan,

menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan

kemampuan mengumpulkan informasi melalui menghargai cara yang

dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar. Inti dari mencoba adalah

melakukan percobaan dari hasil menalar yang dilakukan.

e) Mengkomunikasikan (networking)

Kegiatan ini bisa dilakukan dengan menuliskan atau menceritakan apa

yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, dan mengasosiasi. Hal

tersebut selanjutnya disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil

belajar peserta didik baik kelompok maupun individu.

Tahapan mengkomunikasikan bisa dilakukan melalui kegiatan belajar

yakni dengan menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan

hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. Kompetensi yang

dikembangkan dalam tahapan ini yakni sikap jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat

dan jelas dan mengembangkan kemampuan bahasa yang baik dan benar.

16
3) Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan penutup ini guru harus berupaya untuk

mengetahui pembentukan kompetensi dan pancapaian tujuan pembelajaran, serta

pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, sekaligus

mengakhiri kegiatan pembelajaran. Menurut tim penyusun panduan pengajaran

mikro Universitas Negeri Yogyakarta “kegiatan menutup pelajaran adalah

kegiatan yang dilakukan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran”.

Berdasarkan beberapa pengertian kegiatan penutup maka dapat disimpulkan

bahwa kegiatan penutup merupakan kegiatan untuk mengetahui pencapaian

kompetensi serta pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari

sekaligus mengakhiri aktivitas pembelajaran.

Aspek yang dilakukan dalam kegiatan penutup menurut Permendikbud

No.22 tahun 2016 yaitu guru bersama-sama dengan peserta didik baik secara

individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi seluruh

rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk

selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak

langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung, memberikan umpan

balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, melakukan kegiatan tindak lanjut

dalam bentuk pemberian tugas, baik individual maupun kelompok dan

menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.

Komponen kegiatan menutup pembelajaran menurut tim penyusun panduan

17
pengajaran mikro Universitas Negeri Yogyakarta yakni meninjau kembali materi

yang telah dipelajari pembelajar, mengevaluasi, membuat simpulan atau

ringkasan materi dan memberikan tugas. Menurut Rusman (2013:13) aspek

kegiatan penutup yakni bersama-sama dengan peserta didik membuat

rangkuman/kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian/refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan

balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak

lanjut, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Berdasarkan teori-teori pelaksanaan pembelajaran yang telah disebutkan

diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran merupakan

implementasi dari RPP yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan meliputi menyiapkan peserta didik

secara psikis dan fisik, memberikan motivasi kepada peserta didik, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumya dengan materi

yang akan dipelajari (apresepi), menjelaskan tujuan pembelajaran, dan

menyampaikan cakupan materi pelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan

inti yang merupakan kegiatan pokok dalam pembelajaran yang dilakukan

menggunakan metode, media, dan strategi yang disesuaikan dengan peserta didik

dan pembelajaran. Kegiatan inti dalam kurikulum 2013 dilaksanakan melalui

proses pembelajaran yang terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yakni:

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Kegiatan

yang terakhir adalah kegiatan penutup meliputi memberikan simpulan

18
pembelajaran, meninjau kembali materi pembelajaran, memberikan umpan balik,

menginformasikan kegiatan tindak lanjut, dan yang terakhir penutup. Pada

penelitian ini akan mengamati pelaksanaan pembelajaran praktek sulaman bebas

ditinjau dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

b. Komponen Pelaksanaan Pembelajaran

Berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dari komponen-komponen

yang ada di dalamnya, menurut Gulo (2002:8) komponen proses belajar adalah

peserta didik, guru, tujuan pembelajaran, materi, metode, media dan faktor

administrasi finansial. Jamil Suprihatiningrum (2013:77) mengatakan bahwa

“Komponen-komponen pembelajaran adalah guru, peserta didik, metode, lingkungan

media, saranan dan prasaranan”. Sedangkan menurut Rusman (2013) pembelajaran

terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain,

komponen-komponen meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (2008) mengemukakan jika proses

pembelajaran merupakan suatu sistem, artinya keseluruhan yang terjadi dari

komponen-komponen saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya secara

keseluruhan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Adapun komponen-

komponen pembelajaran yang dimaksud terdiri atas: tujuan pembelajaran, guru,

peserta didik atau peserta didik, bahan atau materi ajar, metode atau strategi

pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi.

19
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa komponen

pembelajaran terdiri atas tujuan pembelajaran, materi, guru, peserta didik atau

peserta didik, metode, media pembelajaran, evaluasi, sarana dan prasarana.

Komponen pembelajaran tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Tujuan Pembelajaran

Suatu kegiatan yang dilaksanakan tentunya memiliki tujuan. Di dalam

kegiatan pembelajaran tentunya tidak terlepas dari tujuan yang akan dicapai.

Menurut Wina Sanjaya (2013) Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang

sangat penting dalam sistem pembelajaran. Mau dibawa kemana peserta didik,

apa yang harus dimiliki peserta didik, semua tergantung pada tujuan yang ingin

dicapai. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang

diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar (Rusman,

2013:6). Sedangkan menurut Kusaeri Suprananto (2012) tujuan pembelajaran

merupakan sesuatu deskriptif mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai

oleh peserta didik setelah berlangsungnya pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran merupakan penggambaran suatu proses dan hasil belajar yang

diharapkan dicapai peserta didik setelah berlangsungnya proses pembelajaran.

Berkaitan dengan penelitian ini tujuan pembelajaran untuk kompetensi praktek

sulaman bebas yaitu peserta didik dapat mengidentifikasi ciri khas sulaman

bebas, dan peserta didik dapat membuat sulaman bebas sesuai dengan teknik

sulaman yang benar.

20
2) Materi

Materi pembelajaran dirumuskan setelah tujuan pembelajaran diterapkan.

Materi harus sedemikian rupa agar dapat menunjang tercapainya tujuan

pengajaran. Menurut Wina Sanjaya (2013) Materi pelajaran merupakan

komponen kedua dalam sistem pembelajaran. Materi pelajaran merupakan inti

dalam proses pembelajaran, karena tujuan utama dari proses pembelajaran adalah

penguasaan materi pelajaran. Sedangkan menurut Jamil Suprihatiningrum

(2013:116) materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan,

yang ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator

pencapaian kompetensi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa materi adalah inti

dalam proses pelaksanaan pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur yang relevan yang ditulis dalam butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator pencapaian kompetensi. Dalam penelitian ini materi pelajaran yang

diajarkan adalah menghias kain dengan teknik sulam yaitu sulaman bebas.

3) Guru

Menurut Rusman (2013) guru adalah seorang pendidik, pembimbing,

pelatih, dan pengembang kurikulum serta menciptakan kondisi dan suasana

belajar yang kondusif, sehingga memberikan ruang bagi peserta didik untuk

berfikir aktif, kreatif, inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi

kemampuan. Oemar Hamalik (2011:231) mengatakan bahwa guru merupakan

titik sentral, yaitu sebagai ujuk tombak di lapangan dalam pengembangan

21
kurikulum. Sedangkan menurut Gulo (2002:14) menyatakan bahwa peran guru

dalam kegiatan belajar mengajar tidaklah hanya sekedar menjalankan proses

belajar mengajar secara teknis mekanis menurut ketentuan-ketentuan yang ada,

tetapi guru adalah orang yang melaksanakan suatu tugas yang bertanggung

jawab. Guru yang setiap hari berhadapan langsung dengan peserta didik termasuk

karakteristik dan problem mengajar yang mereka hadapi berkaitan dengan proses

belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa guru adalah

seorang yang berperan penting dalam menjalankan proses belajar mengajar dan

bertanggung jawab penuh atas peserta didik termasuk karakteristik dan

problemnya.

4) Peserta Didik atau Peserta didik

Menurut Samsul Nizar (2002:47) peserta didik merupakan orang yang perlu

dikembangkan. Menurut Jamil Suprihatiningrum (2013:85) menjelaskan bahwa

Peserta didik adalah manusia yang memerlukan bimbingan belajar dari orang lain

yang mempunyai suatu kelebihan. Sedangkan menurut Dwi Siswono, dkk (2007)

peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi

diri melalui proses pendidikan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa peserta didik

adalah seseorang yang perlu dikembangkan melalui bimbingan belajar dari orang

lain melalui proses pendidikan. Berkaitan dengan penelitian ini peserta didik

dalam pembelajaran praktek sulaman bebas adalah peserta didik kelas X reguler

22
yang menempuh mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di MAN 2 Kulon

Progo.

5) Metode Pembelajaran

Menurut Wina Sanjaya (2013) metode pembelajaran dapat diartikan

sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah

disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2013:46) mengatakan

bahwa “Metode pembelajaran adalah suatu cara yang di pergunakan untuk

mencapai tujuan yang telah di tetapkan.” Sedangkan Sugihartono et al. (2012:81)

menjelaskan bahwa “…metode pembelajaran berarti cara yang dilakukan dalam

proses pembelajaran sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.”

Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain (2013:83-97) beberapa

metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran yaitu :

a) Metode Proyek

Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak

dari suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan

sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

b) Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana

peserta didik melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari.

23
c) Metode Tugas dan Resitasi

Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar peserta didik melakukan kegiatan belajar.

d) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik-peserta

didik dihadapkan kepada sesuatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau

pertanyaan yang bersifat problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.

e) Metode Sosiodrama

Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam

pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya

mendramatisikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial.

f) Metode Demontrasi

Metode demontrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau

mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi, atau benda

tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering

disertai dengan penjelasan lisan.

g) Metode Problem Solving

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar

metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam

problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai

dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

24
h) Metode Karyawisata

Teknik karyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan

mengajar peserta didik ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah

untuk mempelajari/menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu

bengkel mobil, toko serba ada, suatu peternakan atau perkebunan, museum,

dan sebagainya.

i) Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan

yang harus dijawab, terutama dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat

pula daripeserta didik kepada guru.

j) Metode Latihan

Metode latihan yang disebut juga metode training, merupakan suatu cara

mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu.

Metode ini dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan,

ketepatan, kesempatan, dan keterampilan.

k) Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional,

karena sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan

antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpilkan bahwa metode adalah suatu

cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.

25
6) Media Pembelajaran

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, (2013:120) menjelaskan kata

media berasal dari bahasa latin yang secara harfiah berarti perantara atau

pengantar, dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi

belajar atau pesan. Menurut Hujair AH Sanaky (2011:4) media pembelajaran

adalah sarana yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran

untuk mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran.

Sedangkan Azhar Arsyad (2015:10) menjelaskan media pembelajaran adalah

segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di

dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat

peserta didik dalam belajar. Rossie & Breidle dalam (Wina Sanjaya 2006:163)

mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang

dapat dipakai untuk mencapai tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku,

koran, majalah, dan sebagainya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan sebagai alat perantara

pembelajaran untuk merangsang perhatian dan minat peserta didik sehingga

tercapainya tujuan pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran diharapkan

lebih menunjang dan membantu guru dalam penyampaian materi. Media juga

membantu peserta didik dalam menerima pesan atau pelajaran.

26
7) Evaluasi

Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan

pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Menurut

Harjanto (2006:277) evaluasi pembelajaran adalah penilaianatau penaksiran

terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik ke arah tujuan-tujuan yang

telah ditetapkan. Purwanto (2014:1) mengatakan bahwa “evaluasi adalah

pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria.”

Sedangkan menurut Anas Sudijono (2015) evaluasi mencakup dua kegiatan yaitu

pengukuran dan penilaian. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui salah

satu tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan data pembuktian

yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan pemahaman peserta

didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Harjanto (2006:283-284)

mengungkapkan beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam

menyusun tes hasil belajar antara lain:

a) Tes hendaknya dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah

ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional

b) Mengukur sampel yang representative dari hasil belajar dan bahan pelajaran

yang telah diajarkan

c) Mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar cocok untuk

mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan

27
d) Dirancang sesuai kegunaanya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Tes

hasil belajar hendaknya disusun sesuai dengan kegunaanya. Evaluasi

pembelajaran, secara umum ada empat jenis evaluasi yaitu:

(1) Evaluasi placement

Merupakan evaluasi yang digunakan untuk penentuan penempatan

peserta didik dalam suatu jenang atau jenis program pendidikan tertentu.

(2) Evaluasi formatif

Merupakan evaluasi yang digunakan untuk mencari umpan balik guna

memperbaiki proses belajar mengajar bagi guru.

(3) Evaluasi sumatif

Merupakan evaluasi yang digunakan untuk mengukur atau menilai

sampai dimana pencapaian peserta didik terhadap bahan pelajaran yang telah

diajarkan, dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan

peserta didik yang bersangkutan.

(4) Evaluasi diagnostic

Merupakan evaluasi yang bertujuan untuk mencari sebab-sebab

kesulitan belajar peserta didik, seperti latar belakang psikologis, fisik, dan

lingkungan sosial ekonomi peserta didik.

(5) Dibuat sereliabel mungkin sehingga mudah diinterpresentasikan dengan

baik

(6) Digunakan unntuk memperbaiki cara belajar peserta didik san cara

mengajar guru

28
Pada umumnya alat evaluasi dibedakan menjadi dua, yaitu tes dan non tes

(Nana Sudjana,2000:113)

(1) Tes

Tes ada yang sudah distandardisasi, artinya tes tersebut telah

mengalami proses validasi (ketepatan) dan reliabilitas (ketetapan) untuk suatu

tujuan tertentu. Namun banyak ditemukan ialah tes buatan guru sendiri

walaupun belum terstandarisasi namun tes ini sering digunakan oleh guru.

Tes buatan guru ini terdiri dari tes lisan, tes tulisan dan tes tindakan.

(2) Non Tes

Jenis non tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi. Non tes ini

menilai meliputi aspek sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lainnya.

Alat evaluasi non tes ini antara lain:

(a) Observasi

Observasi yakni pengamatan kepada tingkah laku pada situasi

tertentu. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak

langsung. Kedua jenis observasi ini dapat digunakan dengan

menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tanpa menggunakan

pedoman observasi.

(b) Wawancara

Wawancara ialah komunikasi langsung antara yang mewawancarai

dengan yang diwawancarai. Wawancara dapat menggunakan pedoman

wawancara untuk memudahkan proses wawancara.

29
(c) Studi kasus

Mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus

untuk melihat perkembangannya.

(d) Reting Scale (skala penilaian)

Rating scale merupakan salah satu alat penilaian yang menggunakan

skala yang telah disusun dari ujung negatif sampai ujung yang positif.

Pada skala tersebut si penilai akan membubuhi tanda cek saja.

(e) Check list

Hampir menyerupai rating scale, hanya pada check list tidak perlu

disusun kriteria atau skala dari skala negative sampai kepada yang positif.

Cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan kita minta

dari yang dievaluasi.

(f) Inventori

Daftar pertanyaan yang disetai alternatif jawaban diantara setuju,

kurang setuju, dan tidak setuju.

Penilaian hasil belajar yang berupa tes maupun non tes, guru perlu

menetapkan suatu kriteria tertentu. Melalui kriteria ini maka dapat diperoleh

informasi mengenai hasil yang diperoleh peserta didik, untuk kemudian dapat

ditetapkan kedudukan atau posisi peserta didik dengan hubungannya dengan

penguasaan bahan pelajaran. Menurut Nana Sudjana (2000:129) ada dua sistem

penilaian hasil belajar yaitu:

30
(1) Penilaian acuan norma (PAN)

PAN digunakan apabila penilaian hasil belajar peserta didik ditujukan

untuk mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelompoknya. Hal ini

berarti nilai yang diperoleh seorang peserta didik dibandingkan dengan hasil

belajar peserta didik lain dalam satu kelas. Penggunaan PAN cocok untuk

keperluan seleksi, untuk penempatan peserta didik, dan untuk tes sumatif.

(2) Penilaian acuan patokan (PAP)

Penilaian ini lebih ditujukan kepada program (penguasaan bahan

pelajaran), bukan kedudukan di dalam kelas. Penilaian secara PAP ditujukan

pada sudah atau belumnya peserta didik tau kelas mencapi tujuan yang telah

ditetapkan. PAP lebih mengutamakan apa yang dikuasai oleh peserta didik,

kemampuan apa yang sudah dan belum dicapai, setelah mereka

menyelesaikan satu bagian kecil dari bahan pelajaraan. PAP biasanya sering

digunakan pada tes formatif ataupun tes diagnostik.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa evaluasi adalah

suatu kegiatan untuk pengambilan suatu keputusan berdasarkan hasil pengukuran

dan standar kriteria dalam menilai sesuatu serta sebagai pengendalian,

penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan. Penilaian prakarya dan

kewirausahaan dilakukan pada saat proses praktek pembelajaran untuk nilai

unjuk kerja dan pada saat ujian tengah semester atau ujian akhir semester untuk

nilai sumatif.

31
Komponen pembelajaran yang telah disebutkan di atas digunakan sebagai

acuan peneliti untuk melengkapi pembahasan penelitian mengenai pelaksanaan

pembelajaran praktek sulaman bebas, karena di dalam proses pelaksanaan

pembelajaran terdiri dari komponen-komponen pembelajaran yang saling

berkaitan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran Praktek Sulaman Bebas pada Mata Pelajaran Prakarya

dan Kewirausahaan di MAN 2 Kulon Progo

Pelaksanaan pembelajaran prakarya dan kewirausahaan sanget erat dengan

pembelajaran praktek. Sebagian besar jam pelajaran digunakan untuk praktek

pembuatan produk (benda kerajinan). Khususnya pada materi pelajaran menghias

kain dengan sulaman bebas. Oemar Hamalik (2014:194) mengungkapkan kegiatan

belajar keterampilan sebagai berikut:

“Dalam belajar suatu keterampilan, gerakan-gerakan diperbaiki melalui


praktek-praktek yang dipandu oleh suatu program keterampilan. Model dan
rencana juga berubah selama jalanya belajar keterampilan. Itulah sebabnya
pembelajaran yang didasarkan pada pendekatan teoritis ini menuntut guru
untuk mampu mengkomunikasikan program itu kepada peserta didik,
menganalisis keterampilan ke dalam komponen-komponennya, mendiagnosis
kinerja peserta didik dan membimbing praktek.”

Maksud dari penjelasan di atas yakni keterampilan peserta didik dapat

meningkat kompetensinya melalui kegiatan praktek. Kegiatan praktek dapat berjalan

karena adanya suatu program keterampilan yang diberikan guru berupa teori yang

mendasari kegiatannya agar mudah dalam melakukan kegiatan praktek. Fits (dalam

Oemar Hamalik, 2014:199) mengungkapkan bahwa ada tiga tahap belajar

32
keterampilan yakni tahap kognitif, tahap intermediate/pengorganisasian, dan tahap

penyempurnaan. Tahap kognitif ditandai dengan mempelajari teori-teori penunjang

kegiatan praktek. Tahap intermediate/pengorganisasian ditandani dengan

pengaplikasian hasil dari tahap pengetahuan teori ke dalam gerakan-gerakan nyata.

Tahap penyempurnaan ditandai dengan kelancaran peserta didik dalam melakukan

gerakan-gerakan atau keterampilan tertentu. Beberapa gerakan bahkan sudah merasa

otomatis dilakukan. Menurut Schippers dan Patriana (dalam Oemar Hamalik,

2014:201) bentuk belajar keterampilan yakni:

“…kegiatan belajar keterampilan dalam ranah psikomotorik termasuk dalam


keterampilan melatih tangan dengan bentuk: (1) menggunakan keterampilan
dasar, (2) membuat sketsa, (3) membuat sketsa, menggambar dan menghitung,
(3) mengoperasikan dan mengendalikan, (4) merawat, memelihara dan
memperbaiki.”

Beberapa penjelasan di atas menunjukkan belajar praktek merupakan belajar

keterampilan yang memerlukan gerakan-gerakan yang didasari dari teori kegiatan

praktek. Untuk melatih keterampilan agar bisa sampai pada tahap penyempurnaan

tentunya membutuhkan latihan dengan pengulangan gerakan-gerakan keterampilan

yang diajarkan. Terbatasnya jam pelajaran yang ada untuk pembelajaran praktek

sulaman bebas pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di MAN 2 Kulon

Progo menuntut peserta didik mempelajari maupun menyelesaikan pembuatan

produk keterampilan di luar jam pelajaran.

Mata pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan bertujuan menumbuh

kembangkan jiwa wirausaha dengan melatih dan mengelola penciptaan karya

(produksi), mengemas, dan usaha menjual berdasarkan prinsip ekonomis,

33
ekosistemik dan ergonomis. Prinsip Prakarya dan Kewirausahaan adalah karya yang

mempunyai nilai keterjualan oleh karenanya karya tersebut harus memenuhi standar

pasar, yaitu: menyenangkan pembeli, nilai kemanfaatan, kreatif serta

bertanggungjawab terhadap ciptaannya berdasarkan logika matematis maupun

pengetahuan estetis (Awan965.files.wordpress.com).

Adapun kompetensi dasar prakarya dan kewirausahaan menurut Kurikulum

2013 yakni: menganalisis sistem produksi kerajinan dengan inspirasi buadaya lokal,

memproduksi kerajinan dengan inspirasi budaya lokal. Kompetensi pembelajaran

sulaman bebas pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di MAN 2 Kulon

Progo dibatasi pada pembuatan sulaman bebas. Sulaman bebas menurut Widjiningsih

(1983:85) yakni:

“Sulaman bebas adalah sulaman yang dikerjakan menurut kreasi masing-


masing orang. Mengenai bahan, macam benang, jenis tusuk hias, kombinasi
warna dan yang lain semuanya bebas menurut kemauan yang mencipta.”

Nandang Subarnas (2006:11) menjelaskan sulaman bebas sebagai berikut

”Sulaman fantasi disebut juga sulaman bebas. Dalam pembuatannya sulaman ini

menggunakan bermacam-macam tusuk hias, benang, dan tidak terikat pada jumlah

tusuk atau bentuk”. Menurut Ernawati (2008:408) sulaman fantasi disebut juga

sulaman bebas karena sulaman ini didesain dengan memvariasikan tusuk hias dan

warna benang pada bahan tenunan polos. Ragam hias yang digunakan untuk sulaman

sering menggunakan ragam hias naturalis seperti bentuk bunga-bunga, binatang,

buah-buahan, dan geometris. Warna yang digunakan untuk sulaman lebih dari dua

warna. Penggunaan tusuk divariasikan lebih dari dua macam tusuk.

34
Berdasarkan beberapa pengertian sulaman bebas menurut para ahli di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa sulaman bebas adalah jenis sulaman yang

pengerjaanya dibebaskan sesuai dengan kreasi masing-masing orang, penggunaan

bahan, macam benang, tusuk hias, kombinasi warna semuanya bebas menurut

kemauan yang mencipta. Biasanya sulaman bebas menggunakan ragam hias naturalis

seperti bentuk bunga-bunga, binatang, buah-buahan dan geometris. Macam-macam

tusuk hias yang biasa digunakan menurut Porrie (1975:7-9) yakni: tusuk jelujur,

tusuk pipih, tusuk tangkai, tusuk feston, tusuk silang dan tusuk flannel. Tusuk-tusuk

hias yang digunakan dalam pembuatan sulaman bebas disesuaikan dengan

kemampuan peserta didik di MAN 2 Kulon Progo, adapun macam-macam tusuk hias

yang digunakan sebagai berikut: tusuk jelujur, tusuk feston, tusuk flannel, tusuk

tangkai, tusuk rantai, tusuk tikam jejak/ balik, tusuk simpul perancis (french knot),

tusuk benang sari (bullion stitch), dan tusuk pipih.

Sesuai dengan kurikulum 2013 pembelajaran berbasis saintifik perlu didukung

dengan diterapkannya pembelajaran berbasis penyingkapan (discovery/inquiry

learning). Pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan

masalah (project based learning) sangat disarankan untuk menghasilkan hasil yang

maksimal. Pelaksanaan pembelajaran praktek sulaman bebas pada mata pelajaran

prakarya dan kewirausahaan menggunakan pendekatan pembelajaran Project Based

Learning (PjBL). Menurut Thomas dalam (Donni, 2017:206) pembelajaran berbasis

proyek memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas

dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek yang dimaksud adalah menyajikan

35
tugas-tugas yang kompleks bagi peserta didik yang mampu membangkitkan minat

belajar peserta didik, merangsang kemampuan dalam memecahkan masalah,

membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.

Langkah pembelajaran berbasis proyek menurut Carbonaro dalam (Donni,

2017:217) yakni:

a. Keterlibatan (engage), yaitu tahap awal untuk menstimulus peserta didik

agar mengetahui konsep yang sudah dipahami dan tahap ketika guru

memberikan pertanyaan esensial yang memacu peserta didik untuk berpikir.

b. Mencari (explore), yaitu kegiatan untuk mencari materi dan sumber

informasi sebagai referensi dalam menyelesaikan masalah dan membuat

jadwal kerja.

c. Menginvestigasi (investigate), yaitu membandingkan dan memfokuskan

solusi yang akan digunakan dalam memecahkan masalah.

d. Membuat (create), yaitu tahap pembuatan atau pengimplementasian solusi

tahap dalam menghasilkan suatu produk atau karya.

e. Berbagi (share), terdiri atas sejumlah kegiatan seperti presentasi produk

atau karya.

f. Evaluasi (evaluation), terdiri atas sejuumlah evaluasi atau penilaian proses

hasil belajar.

Berdasarkan teori langkah pembelajaran proyek maka langkah pembelajaran

yang sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran sulaman bebas sebagai berikut:

36
Tabel 1. Langkah Pembelajaran Praktek Sulaman Bebas
Kompetensi yang
No. Langkah Pendekatan Kegiatan Belajar
Dikembangkan
1. Mengamati Membaca, mendengar, Melatih kesungguhan,
(Observing) menyimak, melihat (tanpa atau ketelitian, mencari
dengan alat) informasi
2. Menanya Mengajukan pertanyaan tentang Mengembangkan kreatifitas,
(Questioning) informasi yang tidak dipahami rasa ingin tahu, kemampuan
dari apa yang diamati atau merumuskan pertanyaan
pertanyaan untuk mendapatkan untuk membentuk pikiran
informasi tambahan tentang apa kritis yang perlu untuk
yang diamati hidup cerdas dan belajar
sepanjang masa
3. Menalar 1. Mengolah informasi yang Mengembangkan sikap
(Associsting) telah disimpulkan, maupun jujur, teliti, disiplin, taat
dari hasil mengamati peraturan, kerja keras,
2. Pengolahan informasi yang kemampuan menerapkan
dikumpulkan dari yang prosedur dan kemampuan
sifatnya menambah keluasan berfikir induktif deduktif
dan kedalaman materi dalam menyimpulkan.
sampai informasi yang
bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber dari
pendapat yang berbeda
sampai yang bertentangan
4. Mencoba 1. Melakukan eksperimen Mengembangkan sikap
(experimenting) 2. Membaca sumber lain selain teliti, jujur, sopan,
buku teks menghargai pendapat orang
3. Mengamati objek/kejadian lain, kemampuan
4. Wawancara dengan berkomunikasi, menerapkan
narasumber kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar
sepanjang hayat

5. Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil Mengembangkan sikap


(networking) pengamatan, kesimpulan jujur, teliti, toleransi,
berdasarkan hasil analisis kemampuan berfikir
secara lisan, tertulis atau media sistematis, mengungkapkan
lainnya pendapat dengan singkat
dan jelas, serta
mengembangkan
kemampuan berbahasa yang
baik dan benar

37
B. Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dapat digunakan sebagai acuan dan

mengetahui posisi kedudukan penelitian yang ada. Berikut ada beberapa judul

penelitian terdahulu yang relevan yang disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Penelitian yang Relevan


Peneliti
Uraian
No Dewi Weni Emilda Sarwo Sadrina Listina
Penelitian Feni (2016)
(2017) (2012) (2012) (2017) (2017) (2019)
1. Lokasi
SMK SMK SMP SMK SMK SMK MAN
penelitian
2. Metode Deskriptif Deskriptif R&D Ex-post Komparatif Kajian Deskriptif
penelitian Facto Observasi
3. Metode Observasi, Observasi, Observasi, Angket Dokumentasi Wawancara Observasi,
pengumpulan angket, wawancara angket, ,wawancara angket,
data wawancara ,angket, wawancara wawancara
dokumen- ,dokumen-
tasi tasi
4. Teknik Deskriptif Deskriptif Deskriptif Regresi Analisis Deskriptif Deskriptif
analisis data ganda dokumen
5. Hasil Pelaksanaan Pelaksana- Modul Terdapat Mengusul- Sebagain Pelaksana-
penelitian pembelajar- an sulaman pengaruh kan alur besar an
an busana pembelajar bebas pembelajar pelaksanaan sekolah telah pembelajar
pria -an tekstil layak -an prakerin menerapkan -an praktek
terlaksana terlaksana digunakan kewirausa- kurikulum sualaman
dalam dalam haan 2013 bebas
kategori kategori terhadap
sangat baik sangat baik kesiapan
berwirau-
saha

Agar lebih jelasnya tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan oleh Feni Nur „Aini (2016) dengan judul “Pelaksanaan

Pembelajaran Busana Pria Kelas XI Program Keahlian Tata Busana di SMK

Ma‟Arif Nurul Haromain Sentolo yang Berbasis Pondok Pesantren.” Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran busana pria di Ma‟Arif

38
Nurul Haromain ditinjau dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup termasuk dalam kategori sangat baik. Keunggulan pelaksanaan

pembelajaran busana pria terdapat pada kegiatan penyampaian salam dan doa,

presensi, konfirmasi hasil eksplorasi dan elaborasi, kegiatan tanya jawab dan

penutup. Kekurangan pelaksanaan pembelajaran busana pria terdapat pada

indikator sumber belajar, laporan praktek, dan kompetisi. Penelitian tersebut

merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini mempunyai relevansi

dengan penelitian penulis yaitu pada pelaksanaan pembelajaran, teknik penelitian

yaitu penelitian deskriptif, dan teknik pengambilan data yang digunakan yaitu

lembar observasi, lembar angket dan wawancara.

2. Penelitian dilakukan oleh Rr. Dewiyana Kusuma Setyoharini (2017) dengan

judul “ Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Tekstil

Peserta didik Kelas X Busana di SMK Negeri 3 Magelang”. Penelitian ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran tekstil ditinjau dari komponen

prosesnya yakni tujuan, materi, media dan evaluasi sudah sesuai dengan

kurikulum 2013. Menurut pendapat peserta didik pelaksanaan pembelajaran

tekstil ditinjau dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup

sudah terlaksana dalam kategori sangat baik. Penelitian tersebut adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan survey. Analisis data yang digunakan adalah

analisis deskriptif. Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian dengan

penelitian penulis yaitu pada pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan

kurikulum 2013, teknik penelitian yaitu penelitian deskriptif, dan teknik

39
pengambilan data yang digunakan yaitu lembar observasi, lembar angket dan

wawancara.

3. Penelitian dilakukan oleh Weni Kristiani (2012) dengan judul “Pengembangan

Modul Sulaman Bebas pada Mata Pelajaran Keterampilan Kerumahtanggaan di

SMP Negeri 4 Yogyakarta.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelayakan

media modul sulaman bebas berdasarkan validator mencapai presentase 100%,

maka modul sulaman bebas dinyatakan layak digunakan sebagai media

pembelajaran keterampilan kerumahtanggaan di SMP Negeri 4 Yogyakarta.

Penelitian ini memberikan manfaat terhadap penelitian bahwa media

pembelajaran modul sangat bermanfaat bagi pelaksanaan pembelajaran praktek

sulaman bebas, sehingga bisa jadi media tersebut diterapkan dalam pembelajaran

praktek sulaman bebas pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan di MAN

2 Kulon Progo.

4. Penelitian dilakukan oleh Emilda Jusmin (2012) dengan judul “Pengaruh Latar

Belakang Keluarga, Kegiatan Praktik di Unit Produksi Sekolah, dan Pelaksanaan

Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Kesiapan Berwirausaha Peserta didik

SMK di Kabupaten Tanah Bumbu.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar

belakang keluarga, kegiatan praktik di unit produksi sekolah, pelaksanaan

pembelajaran kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap kesiapan

berwirausaha. Penelitian ini memberikan kontribusi bagi peneliti bahwa

pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan berpengaruh terhadap kesiapan peserta

didik untuk berwirausaha. Oleh karena itu, peneliti menggali tentang pelaksanaan

40
pembelajaran praktek sulaman bebas pada mata pelajaran prakarya dan

kewirausahaan di MAN 2 Kulon Progo.

5. Penelitian dilakukan oleh Sarwo Edi, Suharno, Indah Widiastuti (2017) dengan

judul “Pengembangan Standar Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)

Peserta didik SMK Program Keahlian Teknik Pemesinan di Wilayah Surakarta.”

Berdasarkan hasil penelitian alur pelaksanaan prakerin yang dapat diusulkan

yakni tahap pra-prakerin, tahap pelaksanaan prakerin dan tahap laporan

pelaksanaan prakerin. Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis

dokumen. Penelitian ini menjadi referensi pada standar proses pelaksanaan.

6. Penelitian dilakukan oleh Sadrina dan Muhammad Ichsan M. Nasir (2017)

dengan judul “Penilaian Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran di SMK Bidang

Teknik (Sebuah Kajian Observasi).” Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar SMK di Banda Aceh telah menerapkan kurikulum 2013 dengain

baik dan sempurna. Hampir semua sekolah telah mengimplementasikan metode-

metode pembelajaran yang kreatif, seperti pembelajaran berbasis masalah,

pembelajaran berbasis projek, project-based instruction, inquiry dan cooperative

learning. Selain itu sekolah yang dipilih telah melakukan evaluasi kurikulum dan

evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan mengadakan rapat rutin. Penelitian ini

mempunyai relevansi dengan penelitian dengan penelitian penulis yaitu pada

kurikulum 2013 dan teknik pengambilan data yang digunakan yaitu wawancara.

41
C. Kerangka Berpikir

Tidak semua pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik, termasuk

juga pembelajaran praktek. Tidak semua pelaksanaan pembelajaran dapat

dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran, standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Materi yang disampaikan secara menarik, cara

penyampaiannya jelas, dan mudah dipahami peserta didik karena metode yang

digunakan menarik peserta didik untuk belajar lebih dalam tentang mata pelajaran

praktek sulaman bebas pada mata pelajaran prakarya dan kewirausahaan, serta

menyampaikan prospek hasil sulaman kepada peserta didik dengan demikian peserta

didik akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

Sulaman bebas memiliki banyak manfaat terutama untuk menghias busana dan

lenan rumah tangga atau dekorasi ruangan, karena dapat meningkatkan aspek

keindahan dan nilai ekonomis benda yang dihias sehingga diharapkan dapat menjadi

bekal hidup yang menghidupi. Sulaman bebas mudah dikerjakan dan membebaskan

peserta didik berkreasi sesuai keinginan masing-masing. Hasil sulaman yang baik

akan disukai masyarakat dan memiliki nilai jual yang tinggi. Hal tersebut berarti

bahwa hasil praktek sulaman bebas yang dikerjakan peserta didik harus berkualitas

dan layak jual. Untuk itu guru pengampu mematok nilai hasil belajar praktek

pembuatan sulam bebas di MAN 2 Kulon Progo dengan KKM 75.

Pelaksanaan pembelajaran praktek sulaman bebas terdiri dari kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan

untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk

42
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Ada lima langkah dalam kegiatan

pendahuluan yakni menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik, melakukan

apresepsi, menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran, memberikan motivasi,

menyampaikan cakupan materi pembelajaran. Selanjutnya kegiatan inti, dalam

pelaksanaan pembelajaran praktek sulaman bebas peserta didik harus memiliki

kompetensi teori dan kompetensi praktek. Teori praktek sulaman bebas terdiri dari

pengertian sulaman bebas, alat dan bahan untuk membuat sulaman bebas, ciri khas

atau karakteristik sulaman bebas, teknik membuat sulaman bebas, dan tusuk hias

yang akan digunakan untuk membuat sulaman bebas. Kegiatan yang terakhir adalah

kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan antara lain guru dan peserta didik sama-sama

membuat rangkuman simpulan pembelajaran, melakukan penilaian atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram,

memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Penilaian yang

dilakukan menggunakan tes kognitif, tes afektif dan tes unjuk kerja.

Sehubungan dengan hal tersebut hendaknya pelaksanaan pembelajaran harus

dilakukan dengan baik, mulai dari kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan

penutup. Penggunaan model, metode, strategi dan media juga harus sesuai dengan

kebutuhan peserta didik sesuai dengan materi yang diajarkan. Sehingga memperoleh

hasil yang maksimal.

43
Berikut adalah skema kerangka berfikir :
Sesuai dengan tujuan pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan di MAN 2 Kulon
Progo peserta didik perlu memiliki kompetensi menghias kan dengan sulaman bebas
dengan KKM 75, karena sulaman bebas dapat diterapkan untuk hiasan busana maupun
lenan rumah tangga yang layak jual sehingga diharapkan dapat menjadi bekal hidup
dan dapat menghidupi

Pelaksanaan pembelajaran sulaman bebas harus lebih menarik, mudah dipahami


peserta didik dan dapat lebih membantu peserta didik dalam belajar sulaman bebas

Pelaksanaan praktek sulaman bebas

Pendahuluan Inti Penutup Evaluasi

Menyiapkan psikis Teori sulaman Praktek Simpulan Tes kognitif


dan fisik bebas sulaman bebas
Refleksi Tes afektif
Melakukan Pengertian Metode
apresepsi Umpan balik Tes unjuk kerja
Alat Media yang
Menyampaikan menarik, Penutup
tujuan pembelajaran Bahan runtut, mudah
dipahami
Memberikan Ciri khas
motivasi sulaman bebas

Teknik membuat
Menyampaikan sulaman bebas
cakupan materi
pembelajaran Tusuk hias

Capaian KKM 75
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir

44
D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas maka pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran praktek sulaman bebas kelas X

regular di MAN 2 Kulon Progo ditinjau dari kegiatan pendahuluan

pembelajaran?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran praktek sulaman bebas kelas X

regular di MAN 2 Kulon Progo ditinjau dari kegiatan inti pembelajaran?

3. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran praktek sulaman bebas kelas X

regular di MAN 2 Kulon Progo ditinjau dari kegiatan penutup pembelajaran?

4. Bagaimana hasil belajar pembelajaran praktek sulaman bebas kelas X regular di

MAN 2 Kulon Progo?

45

Anda mungkin juga menyukai