Wound Management Grersik
Wound Management Grersik
Pengkajian dapat dilakukan saat pasien masuk rumah sakit (on admission) atau kunjungan dan saat
ditemukan adanya perubahan kondisi luka. Monitor luka dilakukan saat Ganti Balutan
Pengkajian riwayat pasien harus dilakukan secara teliti. Perawat harus mengevaluasi setiap pasien
dan lukanya melalui identifikasi terhadap (Houle TL 2003; hal. 37- 44) :
Penyebab luka (trauma, tekanan, neuropathi diabetes, pemaparan bahan kimia dan insufisiensi
vena atau arteri, iskemia)
Riwayat penatalaksanaan luka terakhir atau saat ini
Usia pasien
Durasi luka: akut atau kronis
Kecukupan saturasi oksigen (gunakan tes non-invasif jika ada)
Identifikasi faktor-faktor sistemik yang mempengaruhi penyembuhan luka seperti obat-obatan
yang mempengaruhi penyembuhan (misal: prednisone, tamoxifen, NSAID)
Data laboratorium (kadar albumin, pre-albumin, dan darah lengkap dengan diferensial, hitung
jumlah limfosit total)
Penyakit akut dan kronis, kegagalan multi-sistem: penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer,
anemia berat, diabetes, gagal ginjal, sepsis, dehidrasi, gangguan pernapasan yang
membahayakan, malnutrisi atau cachexia
Faktor-faktor lingkungan seperti distribusi tekanan, gesekan dan shear pada jaringan yang
dapat menciptakan lingkungan yang meningkatkan kelangsungan hidup jaringan dan
mempercepat penyembuhan luka. Observasi dimana pasien menghabiskan harinya: Apakah di
tempat tidur? di kursi roda? Apakah terjadi shearing selama memindahkan pasien dari satu
tempat ke tempat lain? Apakah sepatu pasien terlalu ketat? Apakah pipa oksigen pasien
diletakkan di atas telinga tanpa diberi alas?
1. RIWAYAT LUKA :
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYENBUHAN
□ Diabetes □ Usia □ Chemotherapy / Radiotherapy
□ Gangguan Oxygenasi □ Gangguan Imune □ Pressure/Tekanan
□ Edema □ Nutrisi buruk □ Immobilisasi
□ Penyakit Vaskuler Perifer □ Medications □ Gangguan Sensory
□ Merokok □ Infeksi □ Incontinence
3. ETIOLOGI LUKA
□ Insisi bedah tanpa komplikasi □ Ulkus Neurophatic
□ Insisi bedah terinfeksi □ Trauma
□ Dehiscence insisi bedah □ Malignancy / Keganasan
□ Stasis Vena □ Luka Bakar
□ Insufficiensi Arteri □ Lain-lain: ...................................................................
□ Pressure Ulcers / Ulkus Decubitus □ Tidak diketahui (Konsul Komite Luka)
4. LOKASI LUKA
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
Skets pada diagram
DIAGRAM
TANGGAL
DESKRIPSI
Bersih (B), Infeksi (In)
Exudatif (Ex), Kering (Kr)
Granulasi (Gr) %
Epithelisasi (Ep) %
Slough (Sl) %
Necrotic (Nc) %
KULIT SEKITAR LUKA
Blister (Bl), Utuh(Ut)
Maserasi (Ma), Inflamasi (Im)
UKURAN LUKA
cm x cm
KEDALAMAN LUKA
Grade 1, 2, 3, 4 or cm
BAU
Yes / No
EXUDATE
Tidak ada (N), Sedikit (S)
Sedang (Sd), Banyak (By)
KARAKTER EXUDATE
Serous (Se), Sanguinous (Si)
Serosanguinous (Sg)
Purulent (Pu)
NYERI
Ya / Tidak dan Skala
BALUTAN
Primer
Sekunder
PHOTO LUKA
Diagnosis Luka
AKUT KRONIK
Penutupan Luka
Falanga V, 2001
Primer Sekunder Graft Flap
Luka Sembuh 34
Sharp Debridement
Debridemen tajam adalah metode debridemen selektif
menggunakan instrument steril seperti pinset, gunting, scalpel
dengan pisau bedah no 10 / no 15 atau laser untuk melepaskan
jaringan nekrotik secara makroskopis dari luka. Debridemen tajam
diklasifikasikan ke dalam sharp surgical debridement dan
conservative sharp debridement.
Sharp surgical debridement biasanya dilakukan sebagai satu kali proses yang mana keseluruhan atau
sejumlah jaringan nekrotik dibuang dari permukaan luka. Sharp surgical debridement seringkali
dilakukan oleh dokter ahli bedah dalam kamar operasi.
Conservative sharp debridement adalah debridemen jaringan nekrotik bertahap . Debridemen tajam
konservatif biasanya dilakukan ruang perawatan biasa oleh praktisi klinis terlatih atau dokter umum
dan biasanya tidak invasif
Mechanical Debridement
Debridemen mekanis dicapai melalui aplikasi tenaga external yang cukup besar untuk memisahkan
atau merusak kekuatan perlekatan antara jaringan nekrotik dan dasar luka. Metode debridemen
mekanis meliputi wound scrubbing (menggosok luka), wet to dry dressing (balutan basah ke kering),
dan berbagai bentuk hidroterapi seperti irigasi tekanan tinggi, whirpool therapy dan pulsatile lavage.
Enzimatic Debridement
Debridemen enzimatik adalah metode debridemen yang mana
jaringan nekrotik dan debris dilepaskan dari dasar luka melalui
proses kimiawi dengan mengaplikasikan enzim exogen seperti
Accuzyme, Panafil, Ethyzyme, Ethyzime 830 dan Santyl.
Enzim bersifat selektif terhadap eschar, protein dan asam nukleat. Enzim menyebabkan kerusakan
minimal pada jaringan sehat jika diaplikasikan secara tepat. Enzim bekerja pada salah satu dari dua
cara berikut:
1. Bahan Papain/urea secara langsung mencerna komponen slough, fibrin, bakteri, leukosit, sel-sel
debris, exudate serosa dan DNA.
2. Bahan Collagenase melarutkan kolagen yang melekat pada jaringan avaskuler di permukaan
luka.
Enzim mendebridemen secara lambat, tergantung pada ukuran luka dan jumlah jaringan nekrotik.
Enzim mungkin memerlukan 14 - 30 hari atau lebih lama untuk membersihkan luka. Debridemen
enzimatik harus dihentikan jika luka telah bersih.
Autolytic Debridement
Debridemen autolitik menggunakan leukosit tubuh sendiri dan enzim-enzim proteolitik, fibrinolitik
dan kolagenolitik untuk melunakkan dan merusak jaringan nekrotik. Ini merupakan bentuk
debridemen selektif yang mengakibatkan degradasi alami pada jaringan non-vital. Leukosit tubuh
dan enzim-enzim memasuki bagian luka selama fase inflamasi dan mencairkan jaringan nekrotik.
Dengan debridemen autolisis, pembersihan adekuat sangat penting untuk membilas luka dari
jaringan yang terdegradasi dan material toksik. Metode debridemen ini direkomendasikan untuk luka
tidak terinfeksi dengan jumlah jaringan nekrotik minimal sampai sedang. Umumnya dianggap sebagai
proses debridemen lambat. Kerangka waktu untuk debridemen autolisis efektif bervariasi tergantung
pada ukuran luka, jumlah dan jenis jaringan nekrotik. Autolisis dapat menunjukkan hasil klinis efektif
Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/9
dalam 72 - 96 jam setelah terapi dimulai, meskipun debridemen sempurna dapat memakan waktu
lebih lama.
Persyaratan primer debridemen autolisis adalah adanya lingkungan luka lembab, jumlah neutrophil
adekuat dan fungsi leukosit baik. Autolisis didukung dan ditingkatkan oleh ketepatan pemakaian
moisture retentive dressing yang harus dibiarkan tetap utuh dan tidak terganggu dalam kurun waktu
tertentu. Dengan mempertahankan lingkungan lembab, neutrophil dan macrophage penting untuk
fagositosis tetap utuh dan tidak dirusak secara prematur oleh praktik-praktik perawatan luka yang
tidak tepat atau akibat mengeringnya luka. Autolisis adalah metode yang tidak nyeri (painless) yang
mudah dilakukan dan membutuhkan teknik ketrampilan minimal. Ini adalah bentuk debridemen yang
selektif, non-invasif yang tidak mengganggu jaringan sehat.
Hydrocolloid dressing
(moisture retentive dressing) Hydroactive Gel
Semua luka kronis terdapat mikroorganisme. Penyembuhan luka tetap dapat berlangsung dengan
keberadaan mikroorganisme di permukaan luka. Bukanlah mikroorganisme yang menghambat luka,
tapi interaksi mikroorganisme dengan host yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Mikroorganisme di dalam luka mungkin diperoleh dari mikro flora endogen atau via inokulasi dari
lingkungan.
Mikroorganisme mengganggu penyembuhan melalui mekanisme berikut:
◦ Perusakan sel-sel melalui kompetisi memperebutkan O2 dalam luka.
◦ Pelepasan toxin yang merusak jaringan dan menyebabkan Nekrosis dan terbentuknya Pus
◦ Pelepasan toxin ke dalam aliran darah yang berpotensi menyebabkan Septicaemia bahkan
meninggal.
Beban bakteri (bacterial burden) mengikuti suatu continuum yaitu Kontaminasi Kolonisasi
Kolonisasi Kritis Infeksi Lokal Infeksi Sistemik (Sibbald et al 2000).
Kolonisasi Kritis
Luka tidak mengalami kemajuan
Jumlah exudate meningkat
Bau bertambah
Jaringan granulasi yang sebelumnya tampak sehat mengalami atrofi.
Jaringan granulasi berlebihan (hipergranulasi)
Tidak ada gejala khas pada host
Biofilm
Bakteri di permukaan luka yang membentuk komunitas polymicrobial complex disebut Biofilm.
Beberapa jenis mikroba hidup di dalam suatu polysaccharide matrix. Bakteri dalam biofilm hampir
1000 kali lebih resisten terhadap antibiotik konvensional, karena biofilm ini tidak mampu
dipenetrasi oleh antibiotika topikal maupun sistemik. Biofilm terdapat pada mayoritas luka dengan
kolonisasi kritis dimana biofilm menghambat migrasi dan proliferasi keratinosit.
Infeksi
Terdapat replicating microorganisme yang mengakibatkan injuri pada host, misal leukositosis
Erithema, edema, nyeri, panas, exudate bertambah, purulen.
ANTIBAKTERI TOPIKAL
AGENT AKSI ORGANISME SENSITIF
Bacitracin Menggangu sintesa dinding sel Gram-positif dan anaerob
Gentamicin Menghambat sintesa protein Gram-positif dan gram-negatif
Metronidazole Tidak jelas Anaerob
Mupirocin Menggangu sintesa dinding sel Gram-positif
Neomycin Menghambat sintesa protein Gram-positif dan gram-negatif
Silver sulfadiazine Merusak dinding sel Gram-positif, gram-negatif dan fungi
Mafenide acetat Tidak jelas Gram-positif, gram-negatif dan anaerob
Nitrofurazone Tidak jelas Gram-positif dan gram-negatif
Kebanyakan peneliti yang bekerja di bidang antiseptik dan penyembuhan luka menyatakan bahwa
antiseptik pada perawatan luka faktanya menunjukkan bahwa antiseptik membahayakan yaitu
merusak jaringan penyembuhan, sehingga memperkenankan infeksi makin bertambah. Telah
diketahui bahwa permukaan luka terbuka tidak selalu membutuhkan keadaan steril untuk
berlangsungnya penyembuhan. Secara bersamaan, tidak ada fakta yang mendukung bahwa
penggantian balutan dilakukan satu atau dua kali sehari dengan antiseptik menjamin perlindungan
dari invasi infeksi luka (Susmann, 1998).
Hypocloride, menghambat deposisi collagen, oklusi permanen mikrosirkulasi setelah beberapa menit
pemaparan, menyebabkan edema lokal, hipernatremia, hiperthermia dan luka bakar. Bahan ini
dengan cepat diinaktifkan oleh material organik, sangat toxic terhadap jaringan granulasi dan dapat
memutihkan kulit sekitar luka. Telah ada bukti bahwa larutan chlorine merusak mikrosirkulasi luka
dan memperlambat penyembuhan luka.
Chlorhexidine, tidak efektif melawan bakteri tahan asam, spora bakteri, jamur dan virus.
Cetrimide, tidak efektif melawan spora bakteri, virus atau jamur/fungi dan beberapa strain seperti
Pseudomonas aeruginosa dan Mycobacterium tuberculosis resisten. Bahan ini juga dapat
menyebabkan hipersensitivitas.
Povidone-iodine, absorbsi bahan ini juga dapat mengganggu test fungsi thiroid. Aktivitas hilang saat
terpapar udara dan kering. Aktifitas antiseptik hanya efektif dalam bentuk larutan/cairan dan pada
konsentrasi 10%. Korosif dan mengotori jaringan sehingga sulit mengidentifikasi dasar luka secara
tepat. Dapat mengakibatkan absorbsi sistemik dalam pemakaian jangka panjang untuk kompres luka.
Hydrogen peroxide (H2O2), tidak memiliki efek bakterisida. Bahan ini hanya memberikan efek
pembentukan buih (foam) yang bermanfaat untuk mengangkat debris di atas permukaan luka.
Bahan ini bersifat toxic terhadap jaringan granulasi dan seharusnya tidak digunakan dalam
pemakaian rutin pada perawatan luka.
ANTIMIKROBA
1. Silver
Silver adalah antimikroba spektrum luas yang efektif melawan mikroorganisme aerobik, anerobik,
gram positif, gram negatif, yeast, fungi dan virus. Bentuk Ionic Silver memiliki toxicitas rendah dan
sensitisasi rendah. Metalic silver merupakan bahan tidak reaktif (Ag0). Metalic silver perlu diubah
menjadi ionic silver agar menjadi efektif (melalui oxidasi).
Saat ini telah tersedia balutan yg mengandung silver dalam berbagai bentuk dengan pendekatan
slow or controlled-release seperti AQUACEL Ag (antimicrobial absorber dressing: Ionic Silver),
Arglaes (controlled-release film dressing: silver), Acticoat (antimicrobial barrier dressing:
nanocrystalline silver) dan Silverlon (antimicrobial dressing: ionic silver)
Kriteria Penggunaan Balutan Mengandung Silver (S. Templeton):
Luka Kronis dengan etiologi yang telah pasti dan tidak berespon terhadap tatalaksana dan
produk perawatan luka konvensional yang diberikan.
Buruknya kemajuan luka, meskipun faktor-faktor sistemik pasien yang menghambat
penyembuhan telah teridentifikasi dan diperbaiki.
MOISTURE BALANCE
Pada luka akut, exudate mengandung substansi yang meningkatkan penyembuhan. Namun, jumlah
dan kompisisi exuadet pada luka kronis justru dapat menghambat penyembuhan luka (Enoch &
Harding 2003). Penentuan kadar exudate luka memperkenankan klinisi untuk memilih balutan yang
paling tepat yang mampu mengendalikan exudate untuk menghasilkan lingkungan luka lembab yang
seimbang (moist balance of wound environment). Jika lingkungan luka terlalu lembab dapat memicu
maserasi di kulit sekitar luka dan memperluas luka. Sebaliknya jika lingkungan luka kering, maka
desiccation akan terjadi (Sibbald et al 2000).
Menjaga kelembaban
Primary dressing (balutan primer) adalah balutan yang kontak langsung dengan permukaan luka.
Balutan primer harus memiliki sifat berikut:
• non-traumatic dan tidak lengket pada luka
• mengabsorpsi exudates
• menjaga moist environment
• sebagai physical barrier
Contoh balutan primer: Hydrogel (DuoDERM Hydroactive Gel), Calcium alginate (KALTOSTAT),
Hydrofiber (AQUACEL), Hydrofiber ionic silver (AQUACEL Ag), Hydrocolloid (DuoDERM Extra Thin,
DuoDERM CGF, DuoDERM Paste, Stomahesive Powder), Polyurethane foam, Hydropolymer dan lain-
lain.
Secondary dressing (balutan sekunder) adalah balutan lapisan ke 2 atau ke 3 yang ditempatkan di
atas balutan primer untuk menahan balutan primer tetap di tempatnya. Balutan sekunder harus
memiliki sifat berikut:
• non-traumatik dan tidak lengket pada luka
• menjaga moist environment
• sebagai physical barrier.
Contoh balutan sekunder: Hydrocolloid (DuoDERM Extra Thin, DuoDERM CGF), transparent film,
semi-occlusive adhesive tape, self adhesive bandage dan retainer dressing (plester seperti micropore,
hipafix dan lain-lain).
HYDROGEL
Amorphous hydrogel adalah hydrogel yang mengandung air atau glyserin tanpa cross-linked
hydropillic polymers
Viskositas amorphous hydrogel bervariasi, demikian juga komposisi bahan yang terkandung
(ingredient) bervariasi tergantung dari pabrik pembuatnya
Indikasi : luka nekrotik, slough, granulasi yang kering / kurang lembab (sedikit exudate)
Fungsi : hidrasi luka dan memfasilitasi debridemen autolitik
Maserasi dapat terjadi jika balutan tidak diganti sesuai indikasi klinis, akibat penumpukan exudate
di dalam balutan
Ganti balutan dapat dilakukan setiap 1 - 4 hari, namun tergantung jumlah exudate luka
Pemakaian hydrogel harus dihentikan jika produksi exudate banyak
Bahan ini membutuh balutan sekunder
HYDROCOLLOID
Formula : elastomeric, adhesive dan gelling agent
Indikasi : luka partial-thickness dan full-thickness dgn dasar luka yang kering atau lembab
Kontraindikasi : luka dengan exudate yang banyak
Fungsi : menjaga moist environment pada luka dan debridemen autolitik
Sediaan : lembaran (sheet), powder, pasta dan gel
Balutan lembaran (sheet) oklusif dan tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk (tipis / tebal)
Meninggalkan residu gel pada luka dan kulit sekitar luka saat balutan dilepas. Residu tidak
berbahaya dan dapat terlepas dengan irigasi atau pencucian luka
Hydrocolloid sheet tidak membutuhkan balutan sekunder
Bentuk hydrocolloid lain seperti gel, paste dan powder membutuhkan balutan sekunder
Hydrocolloid membentuk jeli di permukaan luka, karena juga menyerap sedikit exúdate luka
Maserasi kulit sekitar luka dapat terjadi, jika balutan tidak diganti sesuai indikasi klinis. Jika
maserasi terjadi, maka pertimbangkan untuk aplikasi alginate atau hydrofiber sebelum ditutup
dgn hydrocolloid
Ganti balutan dapat dilakukan setiap 3 - 7 hari dan tergantung jumlah exudate luka.
DuoDERM Paste
Mengurangi dead space pada luka berongga (sebagai wound
filler) dan melunakkan jaringan nekrotik dan membantu
debridemen autolitik.Menstimulasi jaringan granulasi pada fase
proliferasi.
Membutuhkan balutan sekunder seperti DuoDerm Extra Thin atau CGF.
Jika exudate luka banyak, setelah aplikasi DuoDERM Paste dapat diaplikasikan Aquacel atau
Kaltostat di atasnya dan ditutup lagi dengan kasa dan plester hipafix.
Untuk melunakkan jaringan nekrotik tebal yang lengket di dasar luka, aplikasikan Duoderm
Paste dan tutup dengan DuoDERM CGF selama 2 - 3 hari.
Jika jaringan nekrotik atau slough telah melunak, maka debridemen mekanis dapat
dilakukan untuk mempercepat penyembuhan. Selanjutnya, Duoderm Paste atau Duoderm
Hydroactive Gel dapat digunakan lebih lanjut untuk debridemen autolitik.
CALCIUM ALGINATE
Balutan alginate terbuat dari brown seaweed
Komposisi balutan ini adalah natrium - kalsium dari asam alginate. Karakteristik balutan alginate
adalah non-adhesive, non occlusive, conformable (dapat menyesuaikan bentuk tubuh/dasar luka)
dan membutuhkan balutan sekunder
Sediaan balutan berupa lembaran non-woven (sheet) yang diaplikasikan pada luka dangkal dan
pita serabut (rope) yang digunakan untuk mengisi rongga luka (cavity)
Fungsi : menyerap exudate sedang – banyak, mendukung moist enviroment dan debridemen
autolitik
Indikasi : luka partial dan full-thickness dengan exudate sedang – banyak, perdarahan minor.
Balutan ini akan membentuk jeli jika kontak dengan exudate luka. Warna menjadi kehijauan jika
kontak dengan exudate luka. Perubahan warna ini normal dan bukan sebagai tanda infeksi
Kontra indikasi: luka bakar derajat III, luka dengan exudate minimal karena serat alginate akan
lengket di dasar luka
Ganti balutan setiap 1 - 3 hari, tergantung jumlah exudate
HYDROFIBER
Balutan non-woven dari carboxymethycellulose (CMC) yang membentuk jeli saat kontak dengan
exudates luka. Kondisi ini mendukung moist environment dan debridemen autolitik
Sifat balutan: nonadhesive, non-occlusive, comformable (mengikuti bentuk permukaan luka)
Indikasi : luka partial-thickness dan full-thickness dengan exudate sedang – banyak
Sediaan : lembaran (sheet) untuk aplikasi pada luka dangkal dan pita (rope) untuk aplikasi pada
luka berongga (cavity). Balutan ini membutuh balutan sekunder
Fungsi : mengabsorbsi exudate sedang – banyak
Ganti balutan dapat dilakukan setiap 2 - 4 hari dan tergantung jumlah exudate luka. Balutan ini
telah teruji dimana waktu ganti balutan 7 hari tanpa adverse events
Hydrofiber menjadi kehijauan saat mengabsorbsi exudate (hal ini bukanlah tanda infeksi luka).
Packing Wound :
• Fungsi : menyerap exudate dari dasar luka (tunnel / undermining) dengan dressing yang tepat.
Support debridemen autolitik dan granulasi (mengisi dead space);
• Indikasi : luka dalam seperti tunnel atau undermining yang memproduksi exudate banyak;
terkontaminasi dan terinfeksi
• Dressing yang dapat dipergunakan adalah hydrofiber with ionic silver (AQUACEL Ag ribbon)
atau Calcium Alginate with antimikrobial agent.
DAFTAR PUSTAKA
1. Black JM and Hawks JH, Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcome, 7th edition, Elsivier
Inc, Philadelphia, PA, USA, 2005.
2. Bryant and Nix, Acute and Chronic Wounds, Current Management Concept, 3rd edition, Missouri, Mosby Elsevier,
USA, 2007.
3. Carville K, Wound care Manual, 3rd edition, Silver Chain Foundation, Singapore, 1998.
4. Howard Judd, et al. Wond Care Made Incredibly Easy!. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins Company, USA,
2003.
5. Krasner, Rodeheaver, Sibbald, Chronic Wound Care: A Clinical Sources Book for Healthcare Professionals, 3rd
edition, Wayne PA, HMP Communication, USA, 2001.
6. Lian JGL and Tiang LG, Topical Wound Care, 3rd edition, Parkway Hospitals, Singapore, 2006.
7. Milne CT, Corbett LQ, Dubuc DL. Wound, Ostomy, And Continence Nursing Secret: Questions and Answers Reveal
the Secrets to Successful WOC Care. Hanley & Belfus Inc. Elsevier. Philadelphia. USA, 2003.
8. Morison, et al. Chronic Wound Care A Problem-based Learning Approach. London. Mosby Elsevier Limited, 2004.
9. Smith SF, Duell DJ, Martin BC, Clinical Nursing Skills, Basic to Advanced Skills, 6th edition, Pearson Education –
Prentice Hall, New Jersey. USA, 2004.
10. Sussman C, Bates-Jensen BM: Wound Care: A Collaborative Practice Manual for Physical Therapists and Nurses,
Gaithersburg, MD, Aspen, 1998.
11. Wound Therapeutic System, www.convaTec.com diakses Januari 2008