Anda di halaman 1dari 21

KONSEP MANAJEMEN LUKA TERKINI

Ns Wajan Juni Udjianti, S.Kep, ETN


Disampaikan dalam “Seminar dan Workshop Tehnik Perawatan Luka Terkini Berstandar Internasional”
Gresik, 24 Mei 2014

PENGKAJIAN PASIEN DAN LUKA


Pengkajian holistik pasien harus dilakukan berkaitan dengan pengkajian luka yang bukan hanya
menentukan mengapa luka itu ada namun juga menemukan berbagai faktor yang dapat
menghambat penyembuhan luka (Carville K 1998). Cooper D., dalam buku Acute and Chronic Wound
(1992), menyatakan bahwa pengkajian luka selayaknya memenuhi persyaratan berikut :
 Harus akurat
 Harus dilakukan dengan interval regular
 Meliputi evaluasi pada luka dan kulit sekitar luka (periwound skin)
 Digunakan untuk menentukan pengambilan keputusan terapi luka
 Memberikan data dasar untuk mengevaluasi proses perbaikan luka

Pengkajian dapat dilakukan saat pasien masuk rumah sakit (on admission) atau kunjungan dan saat
ditemukan adanya perubahan kondisi luka. Monitor luka dilakukan saat Ganti Balutan
Pengkajian riwayat pasien harus dilakukan secara teliti. Perawat harus mengevaluasi setiap pasien
dan lukanya melalui identifikasi terhadap (Houle TL 2003; hal. 37- 44) :
 Penyebab luka (trauma, tekanan, neuropathi diabetes, pemaparan bahan kimia dan insufisiensi
vena atau arteri, iskemia)
 Riwayat penatalaksanaan luka terakhir atau saat ini
 Usia pasien
 Durasi luka: akut atau kronis
 Kecukupan saturasi oksigen (gunakan tes non-invasif jika ada)
 Identifikasi faktor-faktor sistemik yang mempengaruhi penyembuhan luka seperti obat-obatan
yang mempengaruhi penyembuhan (misal: prednisone, tamoxifen, NSAID)
 Data laboratorium (kadar albumin, pre-albumin, dan darah lengkap dengan diferensial, hitung
jumlah limfosit total)
 Penyakit akut dan kronis, kegagalan multi-sistem: penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer,
anemia berat, diabetes, gagal ginjal, sepsis, dehidrasi, gangguan pernapasan yang
membahayakan, malnutrisi atau cachexia
 Faktor-faktor lingkungan seperti distribusi tekanan, gesekan dan shear pada jaringan yang
dapat menciptakan lingkungan yang meningkatkan kelangsungan hidup jaringan dan
mempercepat penyembuhan luka. Observasi dimana pasien menghabiskan harinya: Apakah di
tempat tidur? di kursi roda? Apakah terjadi shearing selama memindahkan pasien dari satu
tempat ke tempat lain? Apakah sepatu pasien terlalu ketat? Apakah pipa oksigen pasien
diletakkan di atas telinga tanpa diberi alas?

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/1


Pengkajian luka meliputi (Carville K 1998, hal 43-51) :
1. Jenis Luka (Luka Akut / Kronis)
2. Mode Penyembuhan
3. Etiologi Luka (trauma, gangguan sirkulasi)
4. Derajat Kehilangan Jaringan (Stadium Luka)
5. Penampilan Klinis (eschar, slough, granulasi dan epithelisasi)
6. Lokasi anatomis
7. Dimensi ukuran (panjang, lebar, kedalaman, undermining dan tunneling)
8. Exudate (jenis, jumlah dan bau)
9. Kulit sekitar luka (maserasi,edema, erithema, excoriasi dan lain-lain)
10. Nyeri
11. Infeksi Luka
12. Implikasi Psikososial
13. Faktor-faktor yang menghambat penyembuhan luka.

EVALUASI PENYEMBUHAN LUKA DAN ALAT DOKUMENTASI


Format pengkajian luka sangat bervariasi, tergantung pada kebijakan setiap institusi. Format
pengkajian luka berikut ini telah disadur dari buku Topical Wound Care (Kian and Tiang, 2006) dan
dimodifikasi dengan kebutuhan setempat, mungkin dapat dipergunakan secara mudah.
Frekuensi pengkajian ulang (re-assessment) tergantung pada banyak variable. Pada tatanan
pelayanan jangka panjang (long term care) kulit pasien yang beresiko tinggi harus dimonitor setiap
hari; tetapi pengkajian luka menyeluruh harus dilakukan pada saat masuk rumah sakit dan diulang
setiap mingguan. Terhadap pasien yang dirawat rumah, tergantung frekuensi kunjungan perawat
home care atau saat kunjungan pasien ke klinik. Pressure ulcer (ulkus dekubitus) harus dikaji dan
dimonitor setiap ganti balutan, atau jika luka atau kondisi pasien memburuk (WOCN Society, 2003)
Evaluasi penyembuhan luka melibatkan dokumentasi pengkajian luka guna menunjukkan pola dan
trend yang mengindikasikan kemajuan atau memburuknya luka. Instrumen untuk pengukuran
perbaikan klinis harus reliable (dapat dipercaya) dan valid, mudah digunakan secara klinis, berdasar
teori dan memberi mekanisme monitor yang sistemis dan obyektif dari status penyembuhan
jaringan.

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/2


KARTU PENGKAJIAN LUKA

Nama Pasien : Usia : ............... Jenis Kelamin : Agama :


...................................................................... bulan / tahun L / P *) ..........................................
Pendidikan : Pekerjaan : Status Perkawinan : Tidak Kawin / Kawin /
.................................................... ....................................................... Janda / Duda *)
Alamat : .....................................................................................................................................................................
Nomor Register : ........................................................ Ruang : ................. No. Kamar / TT : .............................
DIAGNOSA PENYAKIT: ...........................................................................................................................................

1. RIWAYAT LUKA :
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYENBUHAN
□ Diabetes □ Usia □ Chemotherapy / Radiotherapy
□ Gangguan Oxygenasi □ Gangguan Imune □ Pressure/Tekanan
□ Edema □ Nutrisi buruk □ Immobilisasi
□ Penyakit Vaskuler Perifer □ Medications □ Gangguan Sensory
□ Merokok □ Infeksi □ Incontinence
3. ETIOLOGI LUKA
□ Insisi bedah tanpa komplikasi □ Ulkus Neurophatic
□ Insisi bedah terinfeksi □ Trauma
□ Dehiscence insisi bedah □ Malignancy / Keganasan
□ Stasis Vena □ Luka Bakar
□ Insufficiensi Arteri □ Lain-lain: ...................................................................
□ Pressure Ulcers / Ulkus Decubitus □ Tidak diketahui (Konsul Komite Luka)
4. LOKASI LUKA
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
............................................................................................................................................................................
Skets pada diagram

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/3


5. UKURAN DAN BENTUK LUKA
□ Panjang : ............................. cm □ Lebar : ............................. cm
□ Goa/ceruk : ............................. cm □ Tunnelling/terowongan :.................................... cm
Arah jarum jam : ......................... ke ......................... Arah jarum jam : .................................

Sketch alongside diagrams


6. KEDALAMAN LUKA
□ Stadium 1 : □ Stadium 3 :
Epidermis utuh Dermis rusak
Ada erythema atau perubahan warna Terbentu rongga/cavity
Edema Jaringan subcutan terpapar
□ Stadium 2 : □ Stadium 4 :
Kulit rusak Jaringan dalam, otot, tendon or tulang terpapar
Epidermis terpapar atau lepuh/blister
Erythema atau/dan edema
7. KARAKTER DASAR LUKA
WARNA
□ Merah □ Kuning □ Hitam
DESKRIPSI LAIN
□ Bersih □ Terinfeksi □ Exudatif □ Kering
□ Epithelisasi □ Granulasi □ Slough □ Necrotik
KARAKTER EXUDATE JUMLAH EXUDATE
□ Serous □ Tidak ada
□ Serosanguinous □ Slight / sedikit
□ Sanguinous □ Moderate / sedang
□ Purulent □ Copious / Sangat banyak
□ ................................... ml
8. BAU
Adanya bau □ Ya □ Tidak

DIAGRAM

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/4


9. SKALA NYERI
10 Nyeri sangat hebat – tidak tertahankan
Hurts worst 9 Tidak mampu melakukan banyak aktivitas karena nyeri
8 Hebat, menakutkan, mengerikan
Hurts a whole lot 7 Tidak mampu melakukan banyak aktivitas karena nyeri
6 Tidak menyenangkan, menyusahkan
Hurts even more 5 Tidak mampu melakukan sedikit aktivitas karena nyeri
4 Mengomel tentang nyeri/ketidaknyamanan yang mengganggu
Hurts a little more 3 Mampu melakukan sebagain besar aktivitas dengan periode istirahat
2 Nyeri ringan – mengganggu
Hurts a little bit 1 Nyeri ada tapi tidak membatasi aktivitas
Does not hurts 0 Tidak nyeri

10. KOMENTAR LAIN


..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
..............................................................................................................
ASSESOR ...........................................................................................
DATE ...................................................................................................

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/5


Nama :
PERKEMBANGAN PERAWATAN LUKA

TANGGAL

DESKRIPSI
Bersih (B), Infeksi (In)
Exudatif (Ex), Kering (Kr)
Granulasi (Gr) %
Epithelisasi (Ep) %
Slough (Sl) %
Necrotic (Nc) %
KULIT SEKITAR LUKA
Blister (Bl), Utuh(Ut)
Maserasi (Ma), Inflamasi (Im)

UKURAN LUKA
cm x cm
KEDALAMAN LUKA
Grade 1, 2, 3, 4 or cm
BAU
Yes / No
EXUDATE
Tidak ada (N), Sedikit (S)
Sedang (Sd), Banyak (By)
KARAKTER EXUDATE
Serous (Se), Sanguinous (Si)
Serosanguinous (Sg)
Purulent (Pu)
NYERI
Ya / Tidak dan Skala
BALUTAN
Primer

Sekunder

PHOTO LUKA

PERAWAT & TANDA TANGAN

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/6


WOUND BED PREPARATION (PREPARASI DASAR LUKA)
Wound Bed Preparation (WBP) merupakan serangkaian tindakan penatalaksanaan yang bertujuan
untuk mempersiapkan dasar luka mencapai penyembuhan optimal, yang meliputi tindakan
debridemen, pengelolaan exudate, pengendalian infeksi, dan konversi dari luka statis menjadi luka
aktif.
WBP merupakan upaya mempercepat menutupnya luka melalui diagnosis penyebab, perhatian
terhadap kepedulian yang berpusat kepada pasien, serta koreksi terhadap faktor-faktor sistemik dan
lokal yang menghambat penyembuhan. Pada manajemen luka kronis, WBP merupakan pendekatan
Holistik untuk menDiagnosa dan memberikan Terapi pada luka kronis dengan mengintegrasikan
pengetahuan pakar (expert knowledge) ke dalam Praktik Klinis Terbaik (RG Sibbald et al, 2003).
Prinsip-prinsip Wound Bed Preparation disingkat dalam T.I.M.E.
Kerangka Keterangan Aplikasi Klinis
T Tissue Terdapat jaringan nekrotik atau Jaringan netrotik harus dibuang
management slough di dasar luka. /dibersihkan dari dasar luka melalui
debridemen.
I Inflammation / Inflamasi berkepanjangan akan Kendalikan atau kurangi beban
Infection Control memicu peningkatan jumlah bakteri (bacterial burden) sehingga
exudate yang dapat memicu tercapai keseimbangan bakteri
perkembangan bakteri dan (bacterial balance).
menyebabkan perubahan jenis,
warna dan bau exudate.
M Moisture Balance Exudate berlebihan dengan resiko Pengelolaan keseimbangan
maserasi jaringan sekitar luka. kelembaban (moisture balance)
Luka kering (tanpa exudate) melalui absorbsi exudate pada luka
dengan resiko desiccation. dengan exudate banyak atau
menambahkan kelembaban pada
luka kering.
E Edge (epithelial) Tepi luka akan mengalami Mempercepat proses epithelisasi
Advancement kemajuan (epithelisasi) jika T.I.M (epithel menyeberangi permukaan
telah terpenuhi. luka) sehingga luka menutup dan
sembuh.
adapted from Advisory Board on Wound Bed Preparation

PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN LUKA


 Tentukan Etiologi
 Kendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
 Pilihlah Wound Dressing (balutan luka) yang TEPAT
 Rencanakan pemeliharaan Penyembuhan Luka

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/7


Penilaian Pasien

Diagnosis Luka
AKUT KRONIK

WOUND BED PREPARATION

KONTROL PENGELOLAAN JARINGAN PENGELOLAAN


BAKTERI NON-VITAL EXUDATE

Antibiotika/ Debridement Balutan Absorbtif


Balutan Antimikroba

Luka telah terpreparasi

Penutupan Luka

Falanga V, 2001
Primer Sekunder Graft Flap

Luka Sembuh 34

TISSUE MANAGEMENT (DEBRIDEMENT)


Debridemen alami berlangsung pada fase inflamasi dimana neutrophil dan makrofag mencerna dan
melepaskan jaringan mati, debris seluler, bekuan darah, kontaminan, residu toksik dari permukaan
luka. Debridement merupakan proses yang dilakukan klinisi untuk memfasilitasi proses debridemen
alami melalui langkah-langkah membuang jaringan mati dan debris dari permukaan luka sambil tetap
mempertahankan struktur jaringan sehat semaksimal mungkin.
Terdapat 5 metode utama debridemen yaitu sharp debridement, autolytic debridement, mechanical
debridement, enzymatic debridement dan biological debridement (Schultz et al 2000).

Sharp Debridement
Debridemen tajam adalah metode debridemen selektif
menggunakan instrument steril seperti pinset, gunting, scalpel
dengan pisau bedah no 10 / no 15 atau laser untuk melepaskan
jaringan nekrotik secara makroskopis dari luka. Debridemen tajam
diklasifikasikan ke dalam sharp surgical debridement dan
conservative sharp debridement.
Sharp surgical debridement biasanya dilakukan sebagai satu kali proses yang mana keseluruhan atau
sejumlah jaringan nekrotik dibuang dari permukaan luka. Sharp surgical debridement seringkali
dilakukan oleh dokter ahli bedah dalam kamar operasi.
Conservative sharp debridement adalah debridemen jaringan nekrotik bertahap . Debridemen tajam
konservatif biasanya dilakukan ruang perawatan biasa oleh praktisi klinis terlatih atau dokter umum
dan biasanya tidak invasif

Mechanical Debridement
Debridemen mekanis dicapai melalui aplikasi tenaga external yang cukup besar untuk memisahkan
atau merusak kekuatan perlekatan antara jaringan nekrotik dan dasar luka. Metode debridemen
mekanis meliputi wound scrubbing (menggosok luka), wet to dry dressing (balutan basah ke kering),
dan berbagai bentuk hidroterapi seperti irigasi tekanan tinggi, whirpool therapy dan pulsatile lavage.

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/8


Bentuk debridemen mekanis adalah non-selektif. Untuk itu, metode mekanis cocok digunakan pada
luka dengan jumlah jaringan nekrosis dan debris yang sedang sampai banyak.
Wet to dry dressing adalah metode debridemen mekanis non-
selektif yang diperuntukkan bagi luka yang tertutup jaringan
nekrotik lembab seperti slough dan fibrin. Cara ini tidak efektif
pada eschar hitam dan kering.
Begitu dasar luka tertutup dengan jaringan granulasi > 50% lebih,
maka wet to dry dressing tidak tepat lagi digunakan karena dapat
merusak jaringan hidup dan menyebabkan nyeri hebat.

Enzimatic Debridement
Debridemen enzimatik adalah metode debridemen yang mana
jaringan nekrotik dan debris dilepaskan dari dasar luka melalui
proses kimiawi dengan mengaplikasikan enzim exogen seperti
Accuzyme, Panafil, Ethyzyme, Ethyzime 830 dan Santyl.
Enzim bersifat selektif terhadap eschar, protein dan asam nukleat. Enzim menyebabkan kerusakan
minimal pada jaringan sehat jika diaplikasikan secara tepat. Enzim bekerja pada salah satu dari dua
cara berikut:
1. Bahan Papain/urea secara langsung mencerna komponen slough, fibrin, bakteri, leukosit, sel-sel
debris, exudate serosa dan DNA.
2. Bahan Collagenase melarutkan kolagen yang melekat pada jaringan avaskuler di permukaan
luka.
Enzim mendebridemen secara lambat, tergantung pada ukuran luka dan jumlah jaringan nekrotik.
Enzim mungkin memerlukan 14 - 30 hari atau lebih lama untuk membersihkan luka. Debridemen
enzimatik harus dihentikan jika luka telah bersih.

Biological Debridement (maggot debridement therapy / MDT)


MDT adalah bentuk biotherapy yang menggunakan larva untuk
membuang jaringan nekrotik dan jaringan non vital dari luka. MDT
juga dikenal sebagai terapi larva dan biosurgery. Therapeutic maggot
therapy menggunakan telur lalat phaenicica sericata (green-bottle
fly) yang telah disterilkan. Begitu telur larva menetas, larva steril
dimasukkan ke dalam dasar luka yang nekrotik. Teorinya bahwa larva
mensekresi enzim proteolitik termasuk collagenase, yang
menghancurkan jaringan nekrotik. Larva juga berfungsi sebagai zat
antimikrobial dalam luka melalui ingesti mikroorganisme dan
menurunkan bioburden luka dan bau.

Autolytic Debridement
Debridemen autolitik menggunakan leukosit tubuh sendiri dan enzim-enzim proteolitik, fibrinolitik
dan kolagenolitik untuk melunakkan dan merusak jaringan nekrotik. Ini merupakan bentuk
debridemen selektif yang mengakibatkan degradasi alami pada jaringan non-vital. Leukosit tubuh
dan enzim-enzim memasuki bagian luka selama fase inflamasi dan mencairkan jaringan nekrotik.
Dengan debridemen autolisis, pembersihan adekuat sangat penting untuk membilas luka dari
jaringan yang terdegradasi dan material toksik. Metode debridemen ini direkomendasikan untuk luka
tidak terinfeksi dengan jumlah jaringan nekrotik minimal sampai sedang. Umumnya dianggap sebagai
proses debridemen lambat. Kerangka waktu untuk debridemen autolisis efektif bervariasi tergantung
pada ukuran luka, jumlah dan jenis jaringan nekrotik. Autolisis dapat menunjukkan hasil klinis efektif
Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/9
dalam 72 - 96 jam setelah terapi dimulai, meskipun debridemen sempurna dapat memakan waktu
lebih lama.
Persyaratan primer debridemen autolisis adalah adanya lingkungan luka lembab, jumlah neutrophil
adekuat dan fungsi leukosit baik. Autolisis didukung dan ditingkatkan oleh ketepatan pemakaian
moisture retentive dressing yang harus dibiarkan tetap utuh dan tidak terganggu dalam kurun waktu
tertentu. Dengan mempertahankan lingkungan lembab, neutrophil dan macrophage penting untuk
fagositosis tetap utuh dan tidak dirusak secara prematur oleh praktik-praktik perawatan luka yang
tidak tepat atau akibat mengeringnya luka. Autolisis adalah metode yang tidak nyeri (painless) yang
mudah dilakukan dan membutuhkan teknik ketrampilan minimal. Ini adalah bentuk debridemen yang
selektif, non-invasif yang tidak mengganggu jaringan sehat.

Hydrocolloid dressing
(moisture retentive dressing) Hydroactive Gel

PEMILIHAN METODE DEBRIDEMENT


Faktor yang Surgical Enzymatic AUTOLYTIC Mechanical
dipertimbangkan
Kecepatan 1 2 4 3
Selektivitas 2 1 3 4
Tidak Nyeri 4 2 1 3
Exudate 1 4 3 2
Infeksi 1 3 4 2
Biaya Efektif 4 2 1 3

INFLAMMATION AND INFECTION CONTROL

Semua luka kronis terdapat mikroorganisme. Penyembuhan luka tetap dapat berlangsung dengan
keberadaan mikroorganisme di permukaan luka. Bukanlah mikroorganisme yang menghambat luka,
tapi interaksi mikroorganisme dengan host yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka.
Mikroorganisme di dalam luka mungkin diperoleh dari mikro flora endogen atau via inokulasi dari
lingkungan.
Mikroorganisme mengganggu penyembuhan melalui mekanisme berikut:
◦ Perusakan sel-sel melalui kompetisi memperebutkan O2 dalam luka.
◦ Pelepasan toxin yang merusak jaringan dan menyebabkan Nekrosis dan terbentuknya Pus
◦ Pelepasan toxin ke dalam aliran darah yang berpotensi menyebabkan Septicaemia bahkan
meninggal.
Beban bakteri (bacterial burden) mengikuti suatu continuum yaitu Kontaminasi  Kolonisasi 
Kolonisasi Kritis  Infeksi Lokal  Infeksi Sistemik (Sibbald et al 2000).

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/10


Kontaminasi
 Terdapat non-replicating organisme dalam luka.
 Kultur luka mengindikasikan jumlah bakteri bermakna, misal < 106 per gram jaringan
Kolonisasi
 Terdapat replicating organisme dalam luka tanpa menimbulkan injuri pada host, misal tidak
ada fever, nyeri, purulen
 Luka mampu disembuhkan

Kolonisasi Kritis
 Luka tidak mengalami kemajuan
 Jumlah exudate meningkat
 Bau bertambah
 Jaringan granulasi yang sebelumnya tampak sehat mengalami atrofi.
 Jaringan granulasi berlebihan (hipergranulasi)
 Tidak ada gejala khas pada host
Biofilm
Bakteri di permukaan luka yang membentuk komunitas polymicrobial complex disebut Biofilm.
Beberapa jenis mikroba hidup di dalam suatu polysaccharide matrix. Bakteri dalam biofilm hampir
1000 kali lebih resisten terhadap antibiotik konvensional, karena biofilm ini tidak mampu
dipenetrasi oleh antibiotika topikal maupun sistemik. Biofilm terdapat pada mayoritas luka dengan
kolonisasi kritis dimana biofilm menghambat migrasi dan proliferasi keratinosit.
Infeksi
 Terdapat replicating microorganisme yang mengakibatkan injuri pada host, misal leukositosis
 Erithema, edema, nyeri, panas, exudate bertambah, purulen.

PERAN SWAB LUKA


 Swab bakterial bukan untuk menDiagnosa Infeksi.
 Hasil swab bakteri dapat memandu terapi antibiotik yang dibutuhkan.
 Swab bakteri dapat mengidentifikasi adanya organisme resisten seperti MRSA (Methylcillin
Resistant Staphylococcus Aureus) atau VRE (Vancmycin Resistent Enterococci).

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/11


Mengambil Kultur Swab
• Siapkan peralatan kultur swab dan balutan
• Cuci tangan kenakan sarung tangan.
• Buka balutan luka lama
• Cuci luka dengan NaCl 0,9% (normal saline)
• Keringkan permukaan luka dengan kasa steril kering
• Tunggu 2-5 menit sampai exudate baru merembes keluar di permukaan luka
• Lakukan swab specimen (exudate) dengan mengusapkan cotton swab secara zig-zag ± 10 kali
usapan yang mewakili seluruh area luka.
• Masukkan cotton swab ke dalam tabung media. Pastikan saat memasukkan cotton swab
tidak menyentuh bibir tabung dan posisi tabung media tersebut tegak.
• Segera dikirim Specimen swab ke laboratorium, jika pengiriman tertunda harus disimpan di
dalam lemari es (suhu dingin).

PENGELOLAAN LUKA INFLAMASI /INFEKSI


Luka yang dapat disembuhkan (healable wound) yaitu luka yang memiliki suplai darah adekuat dan
faktor-faktor host yang menguntungkan.
• Pengelolan luka inflamasi dan/atau infeksi dapat menggunakan antimikroba topikal,
debridemen dan keseimbangan kelembaban (moist balance) di permukaan luka.
• Antibiotik sistemik dapat dipertimbangkan dengan fakta bahwa infeksi melampaui tepi luka
atau jika luka gagal membaik dalam 2 minggu dengan antimikroba topikal
Luka yang sulit disembuhkan (unhealable wound) yaitu luka yang suplai darahnya tidak adekuat atau
daya tahan tubuh host menurun.
• Non-toxic antiseptic atau antimikroba dapat digunakan untuk menghambat proliferasi bakteri

TERAPI ANTIBIOTIKA SISTEMIK


Terapi Antibiotika Sistemik dapat diberikan jika :
 Beban bakteri meningkat pada kompartmen superfisial yang tidak berespon terhadap terapi
topikal.
 Infeksi yang meluas melebihi margin atau tepi luka.
 Terapi terhadap luka terinfeksi pada kompartmen yang dalam (tunneling wound).
 Membantu mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lunak distal.
Memonitor Respon Pasien terhadap Terapi Antibiotika
 Pengkajian Klinis tanda dan gejala infeksi seperti edema, erithema, panas, tenderness.
 Perbaikan Ukuran/dimensi Ulkus yang mana luka tampak mengecil dan makin dangkal.
 Perbaikan dari rasa nyeri dimana nyeri berkurang sampai hilang.

ANTIBAKTERI TOPIKAL
AGENT AKSI ORGANISME SENSITIF
Bacitracin Menggangu sintesa dinding sel Gram-positif dan anaerob
Gentamicin Menghambat sintesa protein Gram-positif dan gram-negatif
Metronidazole Tidak jelas Anaerob
Mupirocin Menggangu sintesa dinding sel Gram-positif
Neomycin Menghambat sintesa protein Gram-positif dan gram-negatif
Silver sulfadiazine Merusak dinding sel Gram-positif, gram-negatif dan fungi
Mafenide acetat Tidak jelas Gram-positif, gram-negatif dan anaerob
Nitrofurazone Tidak jelas Gram-positif dan gram-negatif

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/12


ANTISEPTIK
Antiseptik adalah bahan kimia yang digunakan sebagai desinfektan pada kulit bukan pada luka.
Contoh antiseptik yang telah dan sering dipakai dalam pengelolaan luka terbuka yang dikhawatirkan
atau diduga terinfeksi antara lain:
 Povidone iodine  Acetic acid (asam cuka)
 Iodophor  Chlorhexidine
 Sodium hypochlorite (Dakin’s solution)  Hexachlorophene
 Hydrogen peroxide (H2O2) 1% - 3%  Quaternary ammonium (Cetrimide)

Kebanyakan peneliti yang bekerja di bidang antiseptik dan penyembuhan luka menyatakan bahwa
antiseptik pada perawatan luka faktanya menunjukkan bahwa antiseptik membahayakan yaitu
merusak jaringan penyembuhan, sehingga memperkenankan infeksi makin bertambah. Telah
diketahui bahwa permukaan luka terbuka tidak selalu membutuhkan keadaan steril untuk
berlangsungnya penyembuhan. Secara bersamaan, tidak ada fakta yang mendukung bahwa
penggantian balutan dilakukan satu atau dua kali sehari dengan antiseptik menjamin perlindungan
dari invasi infeksi luka (Susmann, 1998).
Hypocloride, menghambat deposisi collagen, oklusi permanen mikrosirkulasi setelah beberapa menit
pemaparan, menyebabkan edema lokal, hipernatremia, hiperthermia dan luka bakar. Bahan ini
dengan cepat diinaktifkan oleh material organik, sangat toxic terhadap jaringan granulasi dan dapat
memutihkan kulit sekitar luka. Telah ada bukti bahwa larutan chlorine merusak mikrosirkulasi luka
dan memperlambat penyembuhan luka.
Chlorhexidine, tidak efektif melawan bakteri tahan asam, spora bakteri, jamur dan virus.
Cetrimide, tidak efektif melawan spora bakteri, virus atau jamur/fungi dan beberapa strain seperti
Pseudomonas aeruginosa dan Mycobacterium tuberculosis resisten. Bahan ini juga dapat
menyebabkan hipersensitivitas.
Povidone-iodine, absorbsi bahan ini juga dapat mengganggu test fungsi thiroid. Aktivitas hilang saat
terpapar udara dan kering. Aktifitas antiseptik hanya efektif dalam bentuk larutan/cairan dan pada
konsentrasi 10%. Korosif dan mengotori jaringan sehingga sulit mengidentifikasi dasar luka secara
tepat. Dapat mengakibatkan absorbsi sistemik dalam pemakaian jangka panjang untuk kompres luka.
Hydrogen peroxide (H2O2), tidak memiliki efek bakterisida. Bahan ini hanya memberikan efek
pembentukan buih (foam) yang bermanfaat untuk mengangkat debris di atas permukaan luka.
Bahan ini bersifat toxic terhadap jaringan granulasi dan seharusnya tidak digunakan dalam
pemakaian rutin pada perawatan luka.

ANTIMIKROBA
1. Silver
Silver adalah antimikroba spektrum luas yang efektif melawan mikroorganisme aerobik, anerobik,
gram positif, gram negatif, yeast, fungi dan virus. Bentuk Ionic Silver memiliki toxicitas rendah dan
sensitisasi rendah. Metalic silver merupakan bahan tidak reaktif (Ag0). Metalic silver perlu diubah
menjadi ionic silver agar menjadi efektif (melalui oxidasi).
Saat ini telah tersedia balutan yg mengandung silver dalam berbagai bentuk dengan pendekatan
slow or controlled-release seperti AQUACEL Ag (antimicrobial absorber dressing: Ionic Silver),
Arglaes (controlled-release film dressing: silver), Acticoat (antimicrobial barrier dressing:
nanocrystalline silver) dan Silverlon (antimicrobial dressing: ionic silver)
Kriteria Penggunaan Balutan Mengandung Silver (S. Templeton):
 Luka Kronis dengan etiologi yang telah pasti dan tidak berespon terhadap tatalaksana dan
produk perawatan luka konvensional yang diberikan.
 Buruknya kemajuan luka, meskipun faktor-faktor sistemik pasien yang menghambat
penyembuhan telah teridentifikasi dan diperbaiki.

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/13


 Buruknya kemajuan luka, meskipun faktor-faktor lokal luka lainnya yang menghambat
penyembuhan telah diperbaiki.
 Luka dengan kolonisasi kritis (berat) dan telah dipastikan berdasar pengkajian klinis
 Luka beresiko tinggi terinfeksi atau telah mengalami infeksi berulang dimana penyebabnya
telah diketahui dan telah diterapi.
 Pasien yang telah setuju mengikuti program manajemen luka komprehensif yang ditujukan
untuk memenuhi issue-issue psikososial dan gaya hidup yang dapat berpengaruh pada
penyembuhan luka
2. Manuka Honey aktif telah menunjukkan aktivitas bakterisida melawan organisme spektrum luas
termasuk strain MRSA dan VRE
3. Cadexomer Iodine – bentuk iodine slow released dgn spektrum luas yang melepaskan iodine
kadar rendah dalam periode waktu lama sehingga efektif melawan pathogen luka tanpa
mengganggu penyembuhan (mampu menghambat proliferasi MRSA)

MOISTURE BALANCE
Pada luka akut, exudate mengandung substansi yang meningkatkan penyembuhan. Namun, jumlah
dan kompisisi exuadet pada luka kronis justru dapat menghambat penyembuhan luka (Enoch &
Harding 2003). Penentuan kadar exudate luka memperkenankan klinisi untuk memilih balutan yang
paling tepat yang mampu mengendalikan exudate untuk menghasilkan lingkungan luka lembab yang
seimbang (moist balance of wound environment). Jika lingkungan luka terlalu lembab dapat memicu
maserasi di kulit sekitar luka dan memperluas luka. Sebaliknya jika lingkungan luka kering, maka
desiccation akan terjadi (Sibbald et al 2000).

KONSEP MOIST WOUND DRESSING


LUKA LUKA
BASAH / MOIST KERING/
INFEKSI NEKROTIK

AQUACEL/ AQUACEL Extra DuoDERM CGF DuoDERM Gel


AQUACEL Ag (infeksi) DuoDERM Extra Thin DuoDERM Paste
AQUACEL Ag Extra AQUACEL Ag SURGICAL
AQUACEL Ag BURN
AQUACEL Foam
KALTOSTAT
CARBO Flex (berbau)

Menjaga kelembaban

Memberi kelembaban &


Absorb exudates & debridemen autolisis debridemen autolosis
1

BALUTAN LUKA (WOUND DRESSING)


Ada lebih dari 3000 jenis dressing (balutan) dan terus meningkat setiap hari. Pemilihan balutan
(wound dressing) tergantung pada :
• Karakteristik luka
• Tujuan perawatan luka (mengelola exudate? debridemen? support granulasi? mempercepat
epithelisasi? )

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/14


• Pemahaman tentang kemajuan luka sebab kebutuhan balutan berubah sesuai kondisi luka
• Keadaan sosial dan emosional pasien dan pemberi pelayanan (caregiver)
• Pemahaman penggunaan, aplikasi, indikasi dan kontraindikasi melalui metode peng-organisasian
balutan akan memudahkan pemilihan yang tepat
Balutan ideal mempersyaratkan hal berikut ini :
• Mempertahankan moist environment
• Memfasilitasi pertukaran gas
• Sebagai insulator suhu (menjaga suhu inti luka ± 28-30°C)
• Tidak permiabel terhadap mikro-organisme
• Bebas dari toxin atau kontaminasi bahan tertentu
• Atraumatik (tidak nyeri) dan tidak lengket di dasar luka
• Sebagai barrier fisik untuk mencegah trauma lebih lanjut
• Biaya efektif

Primary dressing (balutan primer) adalah balutan yang kontak langsung dengan permukaan luka.
Balutan primer harus memiliki sifat berikut:
• non-traumatic dan tidak lengket pada luka
• mengabsorpsi exudates
• menjaga moist environment
• sebagai physical barrier
Contoh balutan primer: Hydrogel (DuoDERM Hydroactive Gel), Calcium alginate (KALTOSTAT),
Hydrofiber (AQUACEL), Hydrofiber ionic silver (AQUACEL Ag), Hydrocolloid (DuoDERM Extra Thin,
DuoDERM CGF, DuoDERM Paste, Stomahesive Powder), Polyurethane foam, Hydropolymer dan lain-
lain.

Secondary dressing (balutan sekunder) adalah balutan lapisan ke 2 atau ke 3 yang ditempatkan di
atas balutan primer untuk menahan balutan primer tetap di tempatnya. Balutan sekunder harus
memiliki sifat berikut:
• non-traumatik dan tidak lengket pada luka
• menjaga moist environment
• sebagai physical barrier.
Contoh balutan sekunder: Hydrocolloid (DuoDERM Extra Thin, DuoDERM CGF), transparent film,
semi-occlusive adhesive tape, self adhesive bandage dan retainer dressing (plester seperti micropore,
hipafix dan lain-lain).

HYDROGEL
 Amorphous hydrogel adalah hydrogel yang mengandung air atau glyserin tanpa cross-linked
hydropillic polymers
 Viskositas amorphous hydrogel bervariasi, demikian juga komposisi bahan yang terkandung
(ingredient) bervariasi tergantung dari pabrik pembuatnya
 Indikasi : luka nekrotik, slough, granulasi yang kering / kurang lembab (sedikit exudate)
 Fungsi : hidrasi luka dan memfasilitasi debridemen autolitik
 Maserasi dapat terjadi jika balutan tidak diganti sesuai indikasi klinis, akibat penumpukan exudate
di dalam balutan
 Ganti balutan dapat dilakukan setiap 1 - 4 hari, namun tergantung jumlah exudate luka
 Pemakaian hydrogel harus dihentikan jika produksi exudate banyak
 Bahan ini membutuh balutan sekunder

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/15


DuoDERM Hydroactive Gel (Hydrocolloid Gel)
 Tujuan: hidrasi luka (melunakkan jaringan nekrotik yang keras,
melepaskan nekrotik secara autolisis) dan mengisi rongga luka.
 Indikasi : luka kering, luka nekrotik (eschar, slough).
 Kandungan : 80% air, 20% sodium carboxymethylcellulose
(CMC), pectin dan propylene glycol.
 Manfaat : debridemen autolitik pada jaringan nekrotik,
kenyamanan pasien
 Indikasi : luka partial thickness dan full thickness baik luka akut maupun kronik, seperti luka
traumatik dengan jaringan nekrotik, luka bakar grade III, ulkus dekubitus stage II – IV, ulkus
vena kaki dan ulkus kaki diabetik.

HYDROCOLLOID
 Formula : elastomeric, adhesive dan gelling agent
 Indikasi : luka partial-thickness dan full-thickness dgn dasar luka yang kering atau lembab
 Kontraindikasi : luka dengan exudate yang banyak
 Fungsi : menjaga moist environment pada luka dan debridemen autolitik
 Sediaan : lembaran (sheet), powder, pasta dan gel
 Balutan lembaran (sheet) oklusif dan tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk (tipis / tebal)
 Meninggalkan residu gel pada luka dan kulit sekitar luka saat balutan dilepas. Residu tidak
berbahaya dan dapat terlepas dengan irigasi atau pencucian luka
 Hydrocolloid sheet tidak membutuhkan balutan sekunder
 Bentuk hydrocolloid lain seperti gel, paste dan powder membutuhkan balutan sekunder
 Hydrocolloid membentuk jeli di permukaan luka, karena juga menyerap sedikit exúdate luka
 Maserasi kulit sekitar luka dapat terjadi, jika balutan tidak diganti sesuai indikasi klinis. Jika
maserasi terjadi, maka pertimbangkan untuk aplikasi alginate atau hydrofiber sebelum ditutup
dgn hydrocolloid
 Ganti balutan dapat dilakukan setiap 3 - 7 hari dan tergantung jumlah exudate luka.

DuoDERM Extra Thin


 Struktur DuoDERM Extra Thin: 3 hydrocolloid (0.5 mm) yaitu sodium
carboxymethylcellulose (CMC), pectin dan gelatin.
 Tujuan : mempertahankan moist environment luka, menyerap exudate minimal, dan
sebagai balutan primer/sekunder.
 Ciri :
• Balutan hydrocolloid bersifat self adhesive (melekat sendiri)
• Oklusif total
• Water-proof (tahan air)
• Low profile sehingga cocok untuk area yang sulit
• Menyerap sedikit exudates
 Manfaat :
• Mencegah kontaminasi
• Memberi proteksi di area kulit yang resiko mudah rusak
• Meningkatkan re-epithelialisasi, penyembuhan lebih cepat pada luka superficial
• Mengurangi frekuensi ganti balutan
• Mudah digunakan dan nyaman
• Menutup secara estetika karena memiliki warna yang senada dengan warna kulit.
 Indikasi :
• Sebagai balutan primer untuk luka superfisial dengan exudate minimal: abrasio, ulkus
diabetik atau ulkus dekubitus pada fase re-epithelisasi dan luka-luka post operatif
(sebagai penutup jahitan luka)

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/16


• Sebagai balutan pelindung (protektif barrier) untuk area kulit yang beresiko rusak (misal
resiko ulkus dekubitus di tumit)
• Sebagai balutan sekunder untuk menutup wound filler atau balutan primer (seperti
DuoDERM paste, Kaltostat, Aquacel).

DuoDERM CGF (Control Gel Formula)


 Struktur DuoDERM CGF (2.5 mm) :
• Lapisan Dalam - 3 hydrocolloid (sodium carboxymethylcellulose, pectin dan gelatin)
dan polyisobutylene
• Lapisan Luar - polyurethane foam.
 Ciri :
• Balutan hydrocolloid yang bersifat self adhesive
• Oklusif Total
• Water-proof (tahan air)
• Menyerap exudate sedang
 Tujuan : mempertahankan moist environment luka dan sebagai balutan primer / sekunder
 Manfaat :
• Meningkatkan autolisis, granulasi dan re-epithelialisasi untuk penyembuhan luka lebih
cepat;
• Biaya efektif
• Mudah digunakan dan memberikan kenyamanan
• Menutup luka secara estetik

DuoDERM Paste
 Mengurangi dead space pada luka berongga (sebagai wound
filler) dan melunakkan jaringan nekrotik dan membantu
debridemen autolitik.Menstimulasi jaringan granulasi pada fase
proliferasi.
 Membutuhkan balutan sekunder seperti DuoDerm Extra Thin atau CGF.
 Jika exudate luka banyak, setelah aplikasi DuoDERM Paste dapat diaplikasikan Aquacel atau
Kaltostat di atasnya dan ditutup lagi dengan kasa dan plester hipafix.
 Untuk melunakkan jaringan nekrotik tebal yang lengket di dasar luka, aplikasikan Duoderm
Paste dan tutup dengan DuoDERM CGF selama 2 - 3 hari.
 Jika jaringan nekrotik atau slough telah melunak, maka debridemen mekanis dapat
dilakukan untuk mempercepat penyembuhan. Selanjutnya, Duoderm Paste atau Duoderm
Hydroactive Gel dapat digunakan lebih lanjut untuk debridemen autolitik.

CALCIUM ALGINATE
 Balutan alginate terbuat dari brown seaweed
 Komposisi balutan ini adalah natrium - kalsium dari asam alginate. Karakteristik balutan alginate
adalah non-adhesive, non occlusive, conformable (dapat menyesuaikan bentuk tubuh/dasar luka)
dan membutuhkan balutan sekunder
 Sediaan balutan berupa lembaran non-woven (sheet) yang diaplikasikan pada luka dangkal dan
pita serabut (rope) yang digunakan untuk mengisi rongga luka (cavity)
 Fungsi : menyerap exudate sedang – banyak, mendukung moist enviroment dan debridemen
autolitik
 Indikasi : luka partial dan full-thickness dengan exudate sedang – banyak, perdarahan minor.
Balutan ini akan membentuk jeli jika kontak dengan exudate luka. Warna menjadi kehijauan jika
kontak dengan exudate luka. Perubahan warna ini normal dan bukan sebagai tanda infeksi
 Kontra indikasi: luka bakar derajat III, luka dengan exudate minimal karena serat alginate akan
lengket di dasar luka
 Ganti balutan setiap 1 - 3 hari, tergantung jumlah exudate

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/17


 Balutan alginate dapat diganti dengan produk lain jika (1) setelah 3 hari tidak mampu
mengabsorbsi lebih banyak exudate, (2) dasar luka kering dan keras dan (3) luka telah re-
epithelisasi.

KALTOSTAT (Calcium-Sodium Alginate)


 Diekstrak dari Laminaria hyperborea (rumput laut coklat / brown seaweed);
 Kandungan : sodium (20%) – calcium alginates (80%) dengan rasio tinggi guluronic acid :
mannuronic acid (2:1).
 Memiliki khasiat hemostatik (kadar calcium di dasar luka
mengaktivasi koagulasi dan penumpukan thrombosit /platelet
aggregation) dan menyerap exudate sedang - banyak.
 Ciri :
• Menyerap sampai 17 kali beratnya: membentuk jeli saat
menyerap exudate: integritas kuat dan tidak lengket
• Stop perdarahan minor
• Mempertahankan moist environment pada luka.
 Manfaat : mempercepat penyembuhan luka, mengurangi frekuensi penggantian balutan,
mengontrol perdarahan dan memberikan kenyamanan pada pasien.
 Indikasi : luka akut seperti abrasio, laserasi, avulsi, luka dehiscence, pasca exterpasi kuku,
post-amputasi dan lain-lain. Indikasi pada luka kronis seperti ulkus kaki diabetik, ulkus
dekubitus, ulkus vena, ulkus arteri dan fungating carcinoma (luka kanker).

HYDROFIBER
 Balutan non-woven dari carboxymethycellulose (CMC) yang membentuk jeli saat kontak dengan
exudates luka. Kondisi ini mendukung moist environment dan debridemen autolitik
 Sifat balutan: nonadhesive, non-occlusive, comformable (mengikuti bentuk permukaan luka)
 Indikasi : luka partial-thickness dan full-thickness dengan exudate sedang – banyak
 Sediaan : lembaran (sheet) untuk aplikasi pada luka dangkal dan pita (rope) untuk aplikasi pada
luka berongga (cavity). Balutan ini membutuh balutan sekunder
 Fungsi : mengabsorbsi exudate sedang – banyak
 Ganti balutan dapat dilakukan setiap 2 - 4 hari dan tergantung jumlah exudate luka. Balutan ini
telah teruji dimana waktu ganti balutan 7 hari tanpa adverse events
 Hydrofiber menjadi kehijauan saat mengabsorbsi exudate (hal ini bukanlah tanda infeksi luka).

AQUACEL (Hydrofiber dressing)


 Kandungan : 100% sodium carboxy methylcellulose, serat hydrocolloid dalam patented
interlocked needling process.
 Tujuan : mengelola exudate banyak, mempertahankan moist
environment dan mempercepat pelepasan slough dan
mendorong granulasi.
 Ciri : menyerap sampai 25x beratnya, cohesive gel (integritas jeli
kuat), efek gel block yang mencegah lateral wicking (exudate luka
tidak merembes ke samping balutan sehingga mencegah
maserasi sekitar luka) dan mengikat bakteri dalam seratnya.
 Manfaat : mempercepat penyembuhan, mengurangi bacterial
burden, memberikan kenyamanan pasien dan mengurangi
frekuensi ganti balutan (cost effective).
 Indikasi : luka akut seperti luka donor, luka bakar grade II, luka post operatif dengan exudate
sedang, luka dengan delayed healing atau sembuh secara intense sekunder. Juga indikasi
untuk luka kronis seperti ulkus diabetik, ulkus vena, ulkus dekubitus dan luka kanker dengan
exudate banyak.

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/18


AQUACEL Ag (Hydrofiber dressing with Ionic Silver)
 AQUACEL®Ag adalah balutan penyerap antimikroba, yang menarik dan mengelola exudate
sekaligus membunuh mikroorganisme spektrum luas secara efektif :
• Streptococcus Aureus (x2) • Prevotella corporis
• Methycillin Resistant Streptococcus Aureus (x10) • P. aeruginosa (x4, 1 abtc-resistant)
• Vancomycin Resistant Enterobacter (x3) • Streptococcus pyogenes
• Serratia marcescens (abtc-resistant) • Enterococcus faecalis
• Bacteroides fragilis • E. coli (x2)
• Peptostreptococcus anaerobius • Candida albicans (x2)
• Clostridium spp. (4 spp.) • Enterobacter cloacae
 Kandungan : sodium carboxymethylcellulose mengandung ion
perak (ionic silver). Rasio sodium : silver adalah 70:30 w/w.
Konsentrasi akhir silver adalah 1.2% w/w. Ion silver merupakan
oligodynamic pada aktivitas antimikrobanya (aktif pada
konsentrasi rendah). Ion silver AQUACEL Ag mempertahankan
efektivitasnya pada 1 ppm untuk mencapai
equilibrium/keseimbangan ionik di dalam exudate luka (37°C)
 Tujuan : mengelola exudate banyak, mempertahankan moist
environment, mempercepat pelepasan slough dan mendorong
granulasi serta mengelola bioburden luka.
 Ciri : cohesive gel, efek gel block yang mencegah lateral wicking (exudate luka tidak
merembes ke samping balutan sehingga mencegah maserasi sekitar luka) dan membunuh
bakteri di dasar luka.
 Manfaat : mempercepat penyembuhan, mengurangi bacterial burden dan meredakan infeksi
luka, memberikan kenyamanan pasien dan mengurangi frekuensi ganti balutan (cost
effective).
 Indikasi : luka yang beresiko tinggi terinfeksi pada luka akut dan kronis serta luka terinfeksi
dengan exudate purulen. Luka yang dimaksud adalah: abrasi minor, laserasi, luka bakar
minor, luka bakar grade II luas, luka traumatik, pasca debridemen bedah, luka oncologi
dengan exuate banyak, ulkus kaki diabetik, ulkus kaki (venous stasis ulcer dan leg ulcers of
mixed etiology), ulkus dekubitus grade II – IV dan luka operasi yang sembuh secara intensi
sekunder.

CLEANSING (MENCUCI LUKA);


Proses membersihkan permukaan luka dengan mengalirkan cairan secara lembut guna melepaskan
benda asing organik, inorganik dan material inflamasi sebelum aplikasi balutan.
Cairan pencuci luka ideal harus memenuhi syarat berikut ini :
• Non-toxic terhadap jaringan hidup/sehat (granulasi)
• Efektif terhadap material organik di permukaan luka seperti darah, slough dan jaringan nekrotik
• Hypoalergenik dan tidak menimbulkan reaksi sensitivitas
• Biaya efektif
• Stabil
• Mengurangi bacterial burden di permukaan luka.
Cairan pencuci luka yang paling tepat dan baik adalah :
• Normal saline atau Natrium Chloride 0,9% (pada suhu 30C).
• Jika tidak tersedia, dapat menggunakan racikan yaitu 1 liter air mendidih + garam 2 sendok teh.
• Air steril (hindari pemakaian jangka panjang pada luka yang luas).

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/19


Metode Pencucian Luka :
1. Irigasi
• Gunakan tekanan rendah (menetes/mengalir) pada jaringan granulasi
• Gunakan tekanan (8-15 psi): untuk luka dengan rongga (cavity), jaringan nekrotik, debris,
infeksi. Dapat menggunakan syringe 35 ml + needle 19G atau fedding tube (5-8 Fr).
2. Swabbing (menggosok)
• Gentle method (menggosok luka secara lembut dengan jari tangan yang memakai
gloves/sarung tangan). Hati-hati: JANGAN PAKAI KASA
• Untuk eschar dapat digosok, tetapi hati-hati dengan jaringan granulasi yang ada di sekitar
luka.

Packing Wound :
• Fungsi : menyerap exudate dari dasar luka (tunnel / undermining) dengan dressing yang tepat.
Support debridemen autolitik dan granulasi (mengisi dead space);
• Indikasi : luka dalam seperti tunnel atau undermining yang memproduksi exudate banyak;
terkontaminasi dan terinfeksi
• Dressing yang dapat dipergunakan adalah hydrofiber with ionic silver (AQUACEL Ag ribbon)
atau Calcium Alginate with antimikrobial agent.

DAFTAR PUSTAKA
1. Black JM and Hawks JH, Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcome, 7th edition, Elsivier
Inc, Philadelphia, PA, USA, 2005.
2. Bryant and Nix, Acute and Chronic Wounds, Current Management Concept, 3rd edition, Missouri, Mosby Elsevier,
USA, 2007.
3. Carville K, Wound care Manual, 3rd edition, Silver Chain Foundation, Singapore, 1998.
4. Howard Judd, et al. Wond Care Made Incredibly Easy!. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins Company, USA,
2003.
5. Krasner, Rodeheaver, Sibbald, Chronic Wound Care: A Clinical Sources Book for Healthcare Professionals, 3rd
edition, Wayne PA, HMP Communication, USA, 2001.
6. Lian JGL and Tiang LG, Topical Wound Care, 3rd edition, Parkway Hospitals, Singapore, 2006.
7. Milne CT, Corbett LQ, Dubuc DL. Wound, Ostomy, And Continence Nursing Secret: Questions and Answers Reveal
the Secrets to Successful WOC Care. Hanley & Belfus Inc. Elsevier. Philadelphia. USA, 2003.
8. Morison, et al. Chronic Wound Care A Problem-based Learning Approach. London. Mosby Elsevier Limited, 2004.
9. Smith SF, Duell DJ, Martin BC, Clinical Nursing Skills, Basic to Advanced Skills, 6th edition, Pearson Education –
Prentice Hall, New Jersey. USA, 2004.
10. Sussman C, Bates-Jensen BM: Wound Care: A Collaborative Practice Manual for Physical Therapists and Nurses,
Gaithersburg, MD, Aspen, 1998.
11. Wound Therapeutic System, www.convaTec.com diakses Januari 2008

Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/20


Ns Wajan Juni U, S.Kep, ETN/Wound Management/21

Anda mungkin juga menyukai