Anda di halaman 1dari 34

ULKUS MARJOLIN

Disusun oleh:
Santri Windiani, S.Ked
2206111017

Pembimbing:
dr. Adi Rizka, Sp.B(K).,Onk
PENDAHULUAN
• Neoplasma ganas yang timbul secara kronis pada bekas luka yang
tidak dapat disembuhkan dikenal dengan Marjolin’s ulcer.

• Keganasan pada bekas luka ini muncul pada kulit yang pernah
terbakar, terluka terus-menerus, atau mengalami peradangan kronis,
serta trauma kulit kronis merupakan beberapa faktor etiologinya

• Bentuk histopatologi tersering dari ulkus Marjolin adalah karsinoma sel


skuamosa. Penting untuk segera lakukan biopsi. Saat ini, pengobatan
lini pertama adalah manajemen bedah.
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien

Nama : SY
Jenis Kelamin : Perempuan
Anamnesis
No. rekam medis : 05.01.61
Umur : 52 tahun
Keluhan utama :
Alamat : Baktiya Luka pada pergelangan tangan kiri
Agama : Islam
Status perkawinan : Cerai Mati Keluhan tambahan :
Suku : Aceh Jaringan parut yang mudah berdarah, bernanah,
disertai nyeri hilang timbul, dan ukurannya semakin
Pekerjaan : Petani
lama semakin membesar
Tanggal Masuk : 01 Desember 2023
Tanggal Keluar : 05 Desember 2023
Tanggal : 01 Desember 2023
Pemeriksaan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUCM dengan keluhan utama berupa adanya
luka dengan ukuran 12x13x1,5 cm di pergelangan tangan kiri yang disertai
dengan jaringan parut yang lebih tinggi dari jaringan sekitar yang mudah
berdarah, bernanah, disertai nyeri hilang timbul, dan ukurannya semakin lama
semakin membesar selama 2 tahun ini. Awalnya pasien mengalami luka bakar di
usia 6 tahun atau 46 tahun lalu, kemudian 2 tahun terakhir muncul jaringan parut
yang lebih tinggi dari jaringan sekitar dan semakin lama semakin meluas. Pasien
memiliki riwayat diabetes mellitus, sedangkan hipertensi dan alergi disangkal
oleh pasien. Pada riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah mengalami
keluhan yang sama dan pasien baru pertama kali berobat ke dokter dengan
sebelumnya sering berobat tradisional. Riwayat penyakit keluarga disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Pasien mengaku tidak ada anggota keluarga dengan keluhan yang sama dengan
pasien.

Riwayat Penggunaan Obat:


Pasien mengaku pernah mengonsumsi obat-obatan tradisional untuk meredakan
keluhannya. Tetapi pasien tidak mengetahui dengan pasti kandungan obat-obatan
yang pasien komsumsi.

Riwayat Kebiasaan:
Pasien merupakan seorang petani, pasien mengkonsumsi makanan secara
teratur dan pasien suka makanan yang manis-manis.
Pemeriksaan Fisik
Vital Sign Status Generalis

Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
HR : 95x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5 °C
SpO2 : 99%
Status Lokalis
Regio antebrachii sinistra terdapat scar, ulkus soliter, berukuran ± 12 x
13 x 1,5 cm, permukaan noduler, berwarna kemerahan, konsistensi keras, tepi
meninggi dan tidak rata, kulit di sekitar ulkus berwarna kehitaman dan mengalami
indurasi, serta terdapat slough dan darah
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Rontgen Antebrachii AP/LAT
Pemeriksaan Laboratorium (29 November 2023)
(04/12/2023)

Kesan :
•Garis fraktur obliq 1/3 distal os radius sinistra
•Soft tissue swelling densitas udara didalamnya
sugestif abcess
Diagnosis
Squamous cell carcinoma ar ante brachii sinistra 3. Farmakologis
(Marjolin Ulcer)
Prognosis Pre-Operasi:
1. Quo Ad vitam: dubia ad bonam IVFD Ringer Lactate 20 gtt/i
2. Quo Ad functionam: dubia ad bonam Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam
3. Quo Ad sanactionam: dubia et bonam Inj. Ranitidine 25 mg /12 jam
Tatalaksana Inj. Ketorolac 30 mg/12jam
4. Operatif :Open Biopsi
5. Non Farmakologis Post-Operasi:
a. Pasien dipuasakan ± 8 jam preoprasi IVFD Ringer Lactate 20 gtt/i
b. Konsul Interna dan anastesi Inj. Ceftriaxon 1gr/12 jam
c. Pemeriksaan patologi anatomi post Inj. Ranitidine 25 mg /12 jam
operasi Inj. Ketorolac 30 mg/12jam
d. Evaluasi luka dan produksi draine
Laporan Operasi
Teknik operasi:
DPJP : dr.Mufrizal, Sp.B(K),Onk
Operator : dr. Andrian, Sp.B(K),Onk 1.Pasien dalam posisi supine dengan general
anestesi
Diagnosis pra-bedah : ulkus ar antebrachii sinistra
2.Dilakukan teknik aseptik dan antiseptik
suspect ganas 3.Daerah operasi dibatasi oleh duck steril
4.Dilakukan insisi pada massa ante brachii
Jenis operasi : Pro Insisi Biopsi
sinistra
Jenis anestesi : General anestesi 5.Insisi dimulai dari luar hingga kebagian dalam
massa di ante brachii
Lama operasi : 12.00-12.30 (30 menit)
6.Kontrol pendarahan
Diagnosis post-bedah: Pro Insisi Biopsi a/i ulkus ar 7.Luka dirawat
8.Jahit luka dengan proline 5-0.
antebrachii sinistra suspect
9.Tutup kassa steril
ganas
Follow Up Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

Marjolin’s ulcer adalah kondisi langka kulit yang


sebelumnya terluka dan mengalami inflamasi
kronis berubah menjadi keganasan.

Epidemiologi

Ulkus Marjolin umumnya ditemukan pada


ekstremitas bawah (62%), terutama pada plantar
pedis dan jarang dijumpai pada jari. Ulkus
Marjolin tiga kali lebih sering ditemukan pada pria
dibanding wanita, dengan rata-rata usia
diagnosis pada dekade kelima kehidupan. Serta
secara keseluruhan, 65% ulkus diawali dengan
luka bakar, mengenai pada usia yang berkisar
antara 11 tahun hingga 41 tahun (median, 28
tahun).
Etiologi

Pada Marjolin’s ulcer, hanya 1-2% luka bakar yang akan berkembang menjadi Marjolin’s ulcer .
Etiologi utama adalah :

 Bekas luka bakar, yang disebabkan oleh Luka bakar (29%), uap (12%), dan minyak (6%).
 Sumber beragam lainnya adalah trauma (29%), infeksi kulit (18%), dan tukak vena (6%).
 Lokasi yang paling terkena dampak adalah kulit kepala (24%), ekstremitas bawah (24%),
ekstremitas atas (18%), dan daerah gluteal (18%).
 Infeksi dilaporkan pada tujuh pasien (41%) dan Staphylococcus aureus diisolasi dalam kultur.
 Usia di atas 40 tahun, paparan sinar matahari, pengaruh zat-zat karsinogenik, merokok, trauma
kronis atau luka bakar pada kulit, radiasi sinar pengion, dan luka kronis merupakan beberapa
faktor predisposisi yang diketahui dapat menyebabkan SCC
Patofisiologi
Klasifikasi

Derajat Marjolin’s ulcer, seperti kasus keganasan lain, ditentukan berdasarkan


ukuran, keterlibatan limfonodi, dan metastasis. Derajat Marjolin’s ulcer dapat
dibedakan sebagai berikut:
 Derajat I >75% sel terdiferensiasi,
 derajat II 25%-75% sel terdiferensiasi, dan
 derajat III <25% sel terdiferensiasi

Suatu CSS dikatakan berdiferensiasi baik (grade I) apabila jumlah sel keratinosit
anaplastik <25%, berdiferensiasi sedang jika jumlah sel keratinosit anaplastik 25-
75% (grade II-III) dan berdiferensiasi buruk jika jumlah sel keratinosit anaplastik
>75% (grade IV).
Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan fisik

 Pasien mengeluh luka yang tak  Trias klasik, yaitu pembentukan nodul, indurasi,
kunjung sembuh selama lebih dari 3 dan ulserasi di lokasi parut.
bulan,  Selain itu, ditemukan juga luka dengan tepi
 Ukuran luka membesar, menggaung,
 Serta didapatkan faktor risiko lain  jaringan granulasi yang berlebih,
seperti kondisi immunocompromised.  bau tidak sedap,
 pembesaran,
 mudah berdarah, dan nyeri
Pemeriksaan Penunjang

 Dari foto polos dapat ditemukan lamellated


periosteal reaction dan destruksi tulang.
 CT scan bisa melihat kondisi tulang,
 namun evaluasi tulang dan jaringan lunak lebih baik
dengan pemeriksaan MRI.
 Batas keterlibatan tulang dapat ditampilkan dengan
baik melalui pemeriksaan MRI sehingga dapat
membantu proses operasi

Gambar 1 Hasil biopsi lesi Marjolin’s ulcer menunjukkan karsinoma sel skuamosa invasif
dengan diferensiasi sel buruk (4).
Tatalaksana
 Hingga saat ini operasi adalah modalitas penatalaksanaan yang direkomendasikan, yaitu
eksisi lokal mengikutsertakan 2 cm hingga 4 cm jaringan sehat di sekitarnya.

 Rekonstruksi dapat dilakukan dengan skin graft atau flap lokal. Skin graft lebih
direkomendasikan karena tingkat kekambuhan pada flap lokal lebih tinggi.

 Limfadenektomi dilakukan jika dari hasil palpasi dan radiologi terbukti ada keterlibatan
limfonodi. Namun, hingga saat ini limfadenektomi pada kasus Marjolin’s ulcer masih
kontroversial.

 Tindakan amputasi masih kontroversial. mungkin dilakukan jika eksisi lokal luas tidak
adekuat karena adanya keterlibatan tulang dan sendi
Prognosis
1. • Salah satu faktor yang paling penting adalah derajat
histologi. Survival rate lebih tinggi apabila diameter kurang
dari 10 cm.

• Marjolin’s ulcer dengan diameter lebih dari 10 cm, memiliki


kemungkinan metastasis lebih tinggi.

• Durasi antara waktu terjadinya luka dan timbulnya


Marjolin’s ulcer yang lebih singkat dan histologi sel
diferensiasi baik, memiliki prognosis yang lebih baik
PEMBAHASAN
Umur pasien 52 tahun
• Termasuk usia paruh baya dimana fisiologi tubuh sudah
menurun, sehingga cara tubuh untuk mencapai suatu keadaan
hemostasis menjadi menurun, sehingga resiko untuk menderita
kanker lebih besar .
Faktor risiko pada pasien
• umur pasien adalah lebih dari 40 tahun
• Riwayat luka bakar pada kulit tanganlah yang mendukung ke
arah ulkus marjolin yaitu transformasi ganas kulit yang jarang dan
agresif dengan insiden 0,1% hingga 2,5% setelah inflamasi
jangka panjang atau traumatis pada kulit
• Etiologi utama cenderung bekas luka bakar dan luka traumatis.
Luka pada pergelangan tangan kiri pasien di keluhkan mudah berdarah, bernanah,
disertai nyeri hilang timbul, dan ukurannya semakin lama semakin membesar
selama 2 tahun ini.
• Hal ini sesuai untuk menegakkan diagnosis Marjolin’s ulcer yaitu berdasarkan anamnesis biasanya
pasien mengeluh luka yang tak kunjung sembuh selama lebih dari 3 bulan, ukuran luka membesar,
serta didapatkan faktor risiko lain seperti kondisi immunocompromised.

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan di regio antebrachii sinistra terdapat scar, ulkus
soliter, berukuran ± 12 x 13 x 1,5 cm, permukaan noduler, berwarna kemerahan,
konsistensi keras, tepi meninggi dan tidak rata, kulit di sekitar ulkus berwarna
kehitaman dan mengalami indurasi, serta terdapat slough dan darah
• Hal ini sesuai untuk menegakkan diagnosis Marjolin’s ulcer yaitu berdasarkan pemeriksaan fisik
didapatkan trias klasik, yaitu pembentukan nodul, indurasi, dan ulserasi di lokasi parut. Selain itu,
ditemukan juga luka dengan tepi menggaung, jaringan granulasi yang berlebih, bau tidak sedap,
pembesaran, mudah berdarah, dan nyeri
Pasien memiliki riwayat diabetes mellitus
• Hiperglikemia pada pasien diabetes menyebabkan disfungsi respon
system imun, yang gagal mengontrol penyebaran invasi pathogen pada
pasien diabetes. Sehingga, Pasien diabetes rentan mengalami infeksi, dan
mempunyai risiko lebih tinggi untuk menjadi ganas
Pada pemeriksaan patologi anatomi di dapatkan Squamous
cell carcinoma.
• Pada kasus ini pasien hanya dilakukan open biopsi untuk menegakkan
diagnosis pada pasien. Karena biopsi merupakan pemeriksaan baku emas
untuk mengetahui adanya sel-sel ganas. Karsinoma sel skuamosa adalah
tipe yang paling sering, kemudian karsinoma sel basal, melanoma, dan
sarkoma
KESIMPULAN
• Ulkus Marjolin merupakan komplikasi dari ulkus kronis yang bersifat ganas.
Perubahan lesi ulkus menjadi keganasan dapat disebabkan oleh iritasi kronis,
infeksi, penurunan vaskularisasi, dan peningkatan ekspresi protooncogene.

• Bentuk histopatologi tersering dari ulkus Marjolin adalah karsinoma sel


skuamosa. Penting untuk tidak menunda diagnosis jika ada kecurigaan,
segera lakukan biopsi.

• Saat ini, pengobatan lini pertama adalah manajemen bedah. Pada


kebanyakan kasus, eksisi luas pada lesi dilakukan, namun penatalaksanaan
yang kurang konservatif, seperti amputasi, mungkin diperlukan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai