Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH

Rabu, 09 Oktober 2019

ANALISA KASUS PERTAMINA

MAKALAH
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah
Etika Bisnis dan Profesi

Disusun oleh:

Asfahan Amir Ishak 2018610956


Kenyo Puspito Rini 2018610965
Shinta Hidayatul Ummah 2018610973
Arliyarini Erlikamila Yanti 2018610975
Rezki Nur Amalia Achmad 2018610979

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS


SURABAYA
2019
Kasus Pertamina
Kasus Karen Agustiawan: Murni Risiko Bisnis Migas atau Fraud?

1. Kasus Yang Membelit Karen

Karen dinyatakan terbukti bersalah melakukan korupsi dalam investasi blok


Basker Manta Gummy (BMG) di Australia. Kasus bermula ketika PT Pertamina
melakukan kegiatan akuisisi atau investasi non-rutin berupa pembelian sebagian
aset Roc Oil Company Ltd di ladang minyak Basker Manta Gummy (BMG)
Australia pada 2009. Kala itu, Karen menjabat sebagai Direktur Hulu PT
Pertamina. Berdasarkan Agreement for Sale and Purchase-BMG Project, nilai
pembelian ini mencapai A$31,92 juta dengan tambahan biaya lain-lain A$26,8
juta.
Secara keseluruhan, Pertamina menggelontorkan dana setara dengan
Rp568,06 miliar. Akan tetapi, menurut majelis hakim, Pertamina tidak
memperoleh keuntungan secara ekonomis lewat investasi di Blok BMG. Sebab,
sejak 20 Agustus 2010, ROC selaku operator di blok BMG menghentikan
produksi dengan alasan lapangan tersebut tidak ekonomis lagi.

2. Kesalahan Karen

Disebutkan majelis hakim, Karen telah menyalahgunakan jabatan untuk


melakukan investasi. Karen memutuskan melakukan investasi participating
interest (PI) di Blok BMG Australia tanpa melakukan pembahasan dan kajian
terlebih dulu. Selain itu, investasi tersebut tanpa ada persetujuan dari bagian legal
dan dewan komisaris PT Pertamina. Setelah SPA (Sale Purchase Agreement)
ditandatangani, Dewan Komisaris mengirimkan surat memorandum kepada
Dewan Direksi perihal laporan rencana investasi. Dalam memorandum tersebut,
kekecewaan Dewan Komisaris karena SPA ditandatangani tanpa persetujuan
Dewan Komisaris terlebih dahulu, sehingga melanggar anggaran dasar Pertamina.
Perbuatan Karen itu memperkaya Roc Oil Company Limited (ROC)
Australia. Atas perbuatan itu, negara juga mengalami kerugian Rp568 miliar. Pada
20 Agustus 2010, ROC telah menghentikan produksi di Blok BMG. Tetapi,
berdasarkan SPA (Sale Purchase Agreement) antara PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) dengan ROC, PT PHE wajib membayar kewajiban biaya operasional (cash
call) dari blok BMG Australia sampai dengan tahun 2012. Dalam hal ini
menambah beban kerugian bagi PT Pertamina. Maka unsur menguntungkan diri
sendiri, orang lain atau korporasi terpenuhi dan ada dalam perbuatan terdakwa.
Tindak pidana itu, menurut majelis hakim dalam putusan mereka, dilakukan
Karen bersama dengan eks Direktur Keuangan Pertamina Ferederick ST Siahaan,
eks Manajer Merger dan Akuisisi Pertamina Bayu Kristanto, serta Legal Consul
and Compliance Pertamina Genades Panjaitan.

3. Putusan Majelis Hakim

Hakim anggota menyatakan pendapat berbeda (dissenting opinion) dalam


putusan Karen. Hakim menyatakan Karen tidak terbukti bersalah melakukan
tindak pidana korupsi. Sebagai Direktur Utama Pertamina atau Direktur Hulu
Pertamina memutuskan investasi blok Basker Manta Gummy (BMG) bersama
direksi lainnya. Keputusan dalam investasi tersebut diambil secara kolektif
kolegial. Selain itu, bisnis minyak dan gas memang berisiko tinggi karena tidak
ada yang bisa menentukan cadangan minyak di tengah laut secara pasti.
Meski demikian, majelis hakim tetap menyatakan Karen bersalah. Dia
divonis delapan tahun lebih rendah dari tuntutan yang dilayangkan jaksa. Jaksa
sebelumnya menuntut Karen divonis 15 tahun penjara. Bagaimanapun, oleh
majelis hakim, Karen dinyatakan tidak terbukti menikmati uang terkait tindak
pidana korupsi dalam investasi Pertamina.

4. Risiko Bisnis Migas atau Fraud

Menurut pendapat kami investasi di hulu migas memang penuh risiko.


Eksplorasi belum tentu berhasil mendapatkan cadangan migas yang ekonomis
untuk dikembangkan. Namun pada sisi lain, aksi korporasi seperti ini memang
rawan permainan. Untuk menanggulangi hal tersebut perlu dilakukan audit
investigasi untuk mengetahui apakah memang ada pihak-pihak yang
mengintervensi Pertamina untuk menguntungkan pihak tertentu.
Berdasarkan informasi yang beredar banyak pihak di dalam maupun di luar
pemerintah yang kerap mengintervensi Pertamina. Selain itu, Kementerian
BUMN tidak mengetahui detail transaksi tersebut karena merupakan aksi
korporasi yang tidak memerlukan persetujuan pemerintah. Aksi-aksi korporasi
tidak dilaporkan, hanya dicantumkan di RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran
Perusahaan) Pertamina. Untuk mencegah hal seperti ini terjadi lagi, Pertamina
sebaiknya menjadi perusahaan yang terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia
meski tidak melepas saham ke publik (public non listed).
Jadi, menurut kami Karen dan kawan-kawan yang telah memutuskan untuk
melakukan investasi 'participating interest' tanpa adanya 'due dilligence' dan
analisis risiko yang ditindaklanjuti dengan penandatangan Sale Purchase
Agreement (SPA) tanpa adanya persetujuan bagian legal dan Dewan Komisaris
PT Pertamina termasuk salah satu dari risiko bisnis yang dihadapi tapi disisi lain
perbuatan tersebut juga mengindikasikan adanyta tindakan memperkaya diri
sendiri atau orang lain yaitu ROC Oil Company (ROC) Limited Australia dan
merugikan keuangan negara sebesar Rp 568,066 miliar.

Anda mungkin juga menyukai