Anda di halaman 1dari 260

ADMINISTRASI TATA USAHA

Makalah ini disusun dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas sebagai salah satu untuk
pengusulan naik pangkat di bidang Administrasi kesehatan di Puskesmas Kemumu

Disusun oleh:
Tatang, SKM

PUSKESMAS KEMUMU
KECAMATAN ARMA JAYA
KABUPATEN BENGKULU UTARA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah untuk kita semua, karena samapi detik ini masih diberikan kesempatan untuk hidup
di dunia untuk memperbaiki diri menjadi orang yang lebih baik lagi.
Shalawat serta salam kami limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga kelak di
yaumul akhir kita mendapat syafaat darinya. Aamiin.
Kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Kepala Puskesmas, selaku Pimpinan Puskesmas
Kemumu sebagai atasan tenaga fungsional Administrasi kesehatan di Puskesmas dan rekan-
rekan yang telah ikut serta dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Alhamdulillah makalah ini
telah selesai dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Adapun makalah ini berjudul “ADMINISTRASI
TATA USAHA”. Didalamnya membahas tentang konsep dasar administrasi tata usaha,
administrasi kepegawaian, administrasi keuangan, administrasi program kesehatan di Puskesmas.
Dengan terbentuknya makalah ini semoga bermanfaat untuk kita semua. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan perlu untuk diperbaiki. Maka dari itu, untuk
para pembaca kami senantiasa menerima kritik dan saran dari Anda semua.

Kemumu, Juli 2015

Tim Penyusun

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tata Usaha
Tata usaha adalah adalah kegiatan yang dilakukan meliputi, membantu proses belajar
mengajar, urusan kesiswaan, kepegawaian, peralatan sekolah, urusan infrasturcture sekolah,
keuangan, bekerja di laboratorium, perpustakaan dan hubungan masyarakat.
Sedangkan menurut Moch.Rifai administrasi tata usaha adalah salah satu kegiatan
administrasi pendidikan di sekolah. Dalam bahasa Inggris istilah tata usaha di sebut dengan
“clerical work” office menegement or recording and report system. Yang mengandung pengertian
yaitu kegiatan administrasi pendidikan yang mengelola pencatatan, penmgumpulan,
penyimpanan data, dan dokumen yang dapat dipergunakan untuk membentu pimpinan dalam
pengambilan keputusan, urusan surat menyurat serta laporan mengenai kegiatan sekolah tersebut.
Selanjutnya The Lian Gie menambahkan bahwa pengertian administrasi tata usaha adalah
kegiatan meliputi sebagai berikut:
1. Menghimpun yaitu kegiatan mencari dan mengusahakan tersedianya keterangan yang tadinya
belum ada atau berserakan di mana-mana sehingga siap untuk dipergunakan bila diperlukan.
2. Mencatat yaitu kegiatan membubuhkan dengan berbagai peralatan alat tulis tentang
keterangan-keterangan yang dapat dibaca, dikirim dan disimpan.
3. Mengolah yaitu kegiatan mengerjakan keteranagn-keterangan dengan maksud menyajikan
bentuk yang lebih berguna.
4. Menggandakan yaitu kegiatan memperbanyak dengan berbagai cara dan alat sebanyak jumlah
yang diperlukan.
5. Mengirim yaitu kegiatan menyampaikan kegiatan menyampaikan dengan berbagai cara dan
alat dari satu pihak ke pihak yang lain.
6. Menyimpan kegiatan menaruh dengan berbagai cara dan alat di tempat yang aman.
B. Kegiatan dalam Ketatausahaan
Menurut Prajudi Atmosudirjo kegiatan ketatausahaan meliputi: Perencanaan, koordinasi,
pengendalian, monitoring dan evaluasi kegiatan ketatausahaan dan administrasi. Tugas-tugasnya
yaitu:
1. Menyusun program kerja sekolah (bulanan,triwulan, semesteran ketatausahaan atau
administrasi kelancaran kegiatan ketata usahaan/ dan tahunan) dalam rangka administrasi.
2. Melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan/dana, sarana, administrasi ketatausahaan,
kepegawaian dan statistik sekolah, sesuai dengan petunjuk atau pedoman dan peraturan yang
berlaku untuk mencapai tujuan pelayanan administrasi yang baik.
3. Mengelola menyurat,inventarisasi, tugas rutin ketata usahaan, antara lain: surat dokumentasi
atau agenda, pembukuan keuangan, Mengatur dan administrai kepegawaian dan sarana;
mendokumentasikan presensi pegawai, penyajian data statistik, pembuatan laporan rutina atau
insidental, dan menghimpun data administrasi sekolah;
pegawai tata usaha dan teknisi dalam kelancaran pelaksanaan tugas sesuai tanggungjawab
masing – masing.
Sedangkan Menurut Soebroto Kegiatan Tata Usaha Sekolah terdiri dari :
a. Administrasi kepegawaian
Buku pedoman Administrasi Kepegawaian menguraikan kegiatan yang berkaitan dengan
kepegawaian, tugas dan tanggung jawab pengelolaan satuan pendidikan dan peningkatan tata
usaha kepegawaian di sekolah. Sebagai perlengkapan tata laksana kepegawaian disediakan
format-format untuk menata pelaksanaan kegiatan tertentu yang diperlukan. Penggunaan format
ini sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan suatu kegiatan pelayanan administrasi dalam rangka
pembinaan pegawai /guru berkelangsungan, berdasarkan ketentuan perundang –undangan yang
berlaku.
Dalam hal tersebut yang perlu disiapkan / disediakan :
1. File ASN dan pegawai ( Dokumen JFU/JFT dan pegawai )
Merupakan kumpulan data / berkas-berkas masing – masing guru dan pegawai seperti SK.
Pengangkatan pertama sampai dengan terakhir, SK berkala, Karpeg, Taspen, Ijasah, dll. Manfaat
dari file guru dan pegawai untuk memudahkan mencari data dan mencari arsip-arsip data guru
dan pegawai.
2. Buku induk guru dan pegawai
Merupakan buku yang berisi data–data guru dan pegawai manfaatnya untuk mengetahui jumlah
guru yang ada, dan urutan yang ke berapa mulai berada di instansi tersebut dll.
3. Buku kendali ( buku jadwal kenaikan gaji berkala dan kenaikan tingkat )
Merupakan buku yang berisi tentang jadwal kenaikan pangkat dan kenaikan gaji berkala bagi
guru dan pegawai. Manfaatnya untuk mengetahui kapan guru atau pegawai akan naik pangkat
dan kenaikan berkala.
4. Buku DP3
Merupakan buku yang berisi sekumpulan nilai atas prestasi kerja yang dilakukan. Manfaaatnya
untuk syarat kenaikan pangkat dll.
5. Buku DUK
Merupakan daftar urutan pangkat guru dan pegawai. Mafaat DUK untuk mengetahui urutan
pangkat tertinggi sampai yang terendah.
6. Buku Catatan kemajuan guru dan pegawai
Merupakan buku yang berisi tentang kejadian yang dilakukan oleh masing – masing guru dan
pegawai.
7. Buku cuti pegawai dan guru
Merupakan buku yang berisi tentang guru dan pegawai yang mengajukan cuti. Contoh Cuti
Melahirkan, Cuti besar dll.
8. Buku mutasi pegawai
Merupakan buku yang berisi tentang catatan guru dan pegawai yang mutasi masuk atau mutasi
keluar. Manfaat dari buu ini untuk mengetahui berapa guru dan pegawai yang berasal dari
pindahan/mutasian dll.
9. Buku data sertifikat pelatihan/seminar guru dan pegawai
Merupakan buku yang berisi data masing-masing guru dan pegawai yang telah mengikuti
pelatihan / seminar. Manfaat dari buku ini untuk mengetahui
berapa banyak dan macam pelatihan yang telah diikuti oleh guru dan pegawai.
10. Rencana pengembangan SDM
Merupakan program sekolah yang dibuat oleh masing- masing urusan yang ada di sekolah, ini
tertuang di dalam RAPBS.
11.Analisis kebutuham guru
Yaitu untuk mengetahui berapa jumlah guru yang ada sesuai dengan bidang studi dan berapa
jumlah guru yang kurang sehingga ketemu berapa jumlah guru yang dibutuhkan. (Tentunya
dengan menggunakan rumus kebutuhan guru).
b. Administrasi Ketatausahaan
Dalam hal tersebut yang diperlukan/ disediakan adalah :
1. Program kerja tata usaha
Merupakan rencana kerja ketatausahaan yang akan dilakukan selama tahun pelajaran
berlangsung dengan bertujuan supaya dalam melaksanakan tugas terarah sesuai program yang
dibuat.
2. Absensi dan rekap absen guru dan pegawai
Yaitu digunakan untuk mrngetahui kehadiran dan tidak kehadiran guru/pegawai dan jam berapa
hadir dan jam berapa pulang sedangkan rekap untuk mengetahui berapa jumlah masing-masing
guru yang tidak hadir dalam satu bulan.
3. Buku agenda masuk keluar yaitu mencatat surat – surat masuk dan keluar.
4. Buku ekspedisi yang digunakan untuk tanda terima bila mengantarkan surat
5. Sistem penyimpanan arsip
Yaitu surat masuk dan surat keluar disimpan sesuai dengan kode-kode yang ada dan diurutkan
sesuai tanggal masuk atau keluar tujuan dari system menyimpanan ini untuk memudahkan
mencari kembali surat yang masuk dan surat yang kelauar dll.
6. Pemanfaatan SIM/SIN/TIN yaitu untuk mengetahui perkembangan suatu sekolah.
c. Administrasi Keuangan
Dalam hal tersebut yang perlu disiapkan/ disediakan adalah :
1. Buku Kas Umum
Merupakan buku yang mencatat penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan oleh bendahara
tujuannya untuk mengetahu berapa jumlah uang yang masuk dan berapa jumlah uang yang
keluar sehingga bisa ketemu berapa saldonya setiap bulan.
2. Buku Kas Pembantu merupakan buku catatan pengeluaran secara rinci per mata anggaran.
3. Laporan keuangan yaitu laporan keuangan sekolah yang dipertanggungjawabkan oleh Kepala
Sekolah dan Bendahara.
d. Administrasi Barang
Dalam hal tersebut yang perlu disiapkan/ disediakan adalah :
1. Buku Induk / Inventaris barang yaitu buku yang mencatat tentang barang yang telah diperoleh
baik dari pembelian dari droping maupun dari bantuan.
2. Buku Non Inventaris adalah buku yang mencatat barang-barang yang habis pakai baik dari
pembelian maupun bantuan.
3. Buku Pemeliharaan adalah buku yang yang mencatat tentang barangbarang inventaris yang di
perbaiki.
4. Buku kendali / stok barang adalah buku yang mencatat masing-masing barang untuk diketahui
berapa jumlah barang yang masuk dan berapa jumalah barang yang keluar sehingga diketemukan
sisa barang.
e. Administrasi Kesiswaan
Dalam hal tersebut yang perlu disiapkan/ disediakan adalah :
1. Buku Induk Pegawai yaitu buku yang mencatat tentang diri siswa yang diurutkan sesuai
dengan nomor induk siswa, selain data juga ditampilkan foto siswa serta juga ditampilkan data
pelaporan penilaian hasil belajar siswa.
2. Klaper yaitu buku yang mencatat nama siswa menurut abjad.
3. Buku mutasi masuk, keluar yaitu buku yang mencatat siswa yang pindah sekolah atau DO,
serta mencatat siswa yang mutasi masuk di dalam buku mutasi juga terdapat rekapitulasi keadaan
siswa buku ini setiap bulan dipertanggung jawabkan kepada Kepala Sekolah.
4. Buku Prestasi yaitu buku yang mencatat prestasi yang diraih siswa baik akademis maupun
akademisi.
5. Rekap absen siswa yaitu buku rekap yang berisi tentang rekap masing –masing siswa yang
tidak hadir dalam satu bulan.
6. Buku kumpulan nilai yaitu buku yang berisi tentang kumpulan nilai dari beberapa bidang studi
mulai dari semester satu sampai semester dua manfaat dari buku ini untuk dipindahkan di buku
induk siwa dalam lembaran pelaporan hasil belajar siswa.
7. Daftar nominatif siswa adalah daftar susunan nama siswa yang akan mengikuti Ujian Akhir
Nasional.
8. Foto copy ijasah/ DHUN/ Transkip atau sertifikat siswa dan tamatan adalah kumpulan ijasah
siswa yang telah lulus, dikelompokkan sesuai tahun pelajaran.
9. Rapor siswa adalah Buku hasil belajar siswa yang diberikan kepada siswa setiap semester
Sedangkan menurut Bambang Samsul Arifin kegiatan administrasi itu meliputi tiga hal yaitu:
Administrasi kesektariatan, administrasi tata usaha bidang pengajaran, dan pengaturan tata ruang
kantor.
C. Peran atau Kegunaan Tatausaha
Kegunaan administrasi tata usaha dalam suatu lembaga pendidikan menurut Afifudin adalah
sebagai berikut:
1. Membantu pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan induk untuk mencapai tujuan sekolah.
2. Menyediakan keterangan-keterangan bagi pempinan sekolah, guru-guru atau personal lainnya,
terutama untuk keperluan perencanaan, pembuatan keputusan dan pengendalian yang menjadi
tugas pokoknya.
3. Melancarkan perkembangan sekolah sebagai kesatuan yang hidup.
D. Pengawasan dalam bidang tatausaha
Fungsi pengawasan dalam tata usaha ini bertujuan untuk mengawasi dan memeriksa agar
apa yang direncanakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Sedangkan menurut Afifudin hal-hal yang harus menjadi pengawasan adalah:
1. Jumlah hasil kerja
2. Mutu hasil kerja
3. Kesungguhan, kerajinan, dan kecakapan para pegawai
4. Pemakaian uang secara sah dan efisien
5. Pembelian, penggunaaan, dan pemeliharaan barang perbekalan dengan tepat.
6. Penataan dan pemakain ruang kerja yang baik
7. Penggunaan waktu untuk kepentingan yang bersangkutan
8. Metode kerja.
Posted by ilham amanat at 6:15 PM

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DAN PENANGGULANGANNYA


INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA) DAN PENANGGULANGANNYA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar pembangunan Nasional pada hakekatnya
adalah Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia.
Jadi jelas bahwa hubungan antara usaha peningkatan kesehatan masyarakat dengan
pembangunan, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan gagal pula pembangunan kita.
Usaha peningkatan kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah mudah seperti
membalikkan telapak tangan saja, karena masalah ini sangatlah kompleks, dimana penyakit yang
terbanyak diderita oleh masyarakat terutama pada yang paling rawan yaitu ibu dan anak, ibu
hamil dan ibu meneteki serta anak bawah lima tahun (1).
Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran
Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut
saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-
anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari
mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa
dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (2,3).
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5).
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering
disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia
per tahun berkisar antara 10 -20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian
dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila
kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita
pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit
maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh
dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan
tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak
balita yang disebabkan oleh ISPA (6), namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian
tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah
disebutkan di atas.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas maka penulis ingin mencoba untuk
mengemukakan upaya pemberantasan ISPA dengan prioritas kepada penatalaksanaan kasus ISPA
pada bayi dan anak-anak. Mengingat tujuan pembangunan kesehatan dalam upaya menurunkan
angka mortalitas dan morbilitas, sehingga tujuan pembangunan nasional untuk memperoleh
sumber daya manusia yang berkualitas baik, fisik maupun mental akan tercapai.
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar II ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (6).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru (5,7).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek
dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian (5).
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit
yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat
antibiotik (6).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya (7).
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi
saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua
golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama
apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene.
Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban
immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik (8).
2.2.Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat
dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang
lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan
tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh
dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratoris.
Tanda-tanda klinis
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas
cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung,
kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (4).
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan
umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun ampai
kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor,
Wheezing, demam dan dingin (4).
BAB III
PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar


merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar pengobatan
penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk
pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA (4). Penatalaksanaan
ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
3.1. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak (5).
Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan
meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya.
Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin
perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah,
baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit
pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi (4).
3.2. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia (4).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi
ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah atau
napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau
lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian
bawah atau napas cepat. Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit
yaitu :
• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta).
• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50 kali
per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan
tidak ada napas cepat.
3.3. Pengobatan
• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk
batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat
yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat
penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening
dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus
untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.
3.4 Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA.
• Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain
bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok
teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari
biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini
akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang
diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada
anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal
yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang
mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan
untuk pemeriksaan ulang (4,5) .
3.5. Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
• Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
• Immunisasi.
• Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
• Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :
• Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.
• Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
• Immunisasi (7).
Pelaksana pemberantasan
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala
Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.
Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita mendapat
pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat melalui aktifitas kader
akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus pneumonia
yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus pneumonia berat
yang perlusegera dirujuk ke rumah saki t .
Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :
• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana dan tenaga yang
tersedia.
• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA
kepada perawat atau paramedis.
• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit dengan tanda-tanda
bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap
perlu.
• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah sakit.
• Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu yang mempunyai anak
balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,
• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri wewenang mengobati
penderita penyakit ISPA,
• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan penyuluhan
terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,
• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan pemberantasan penyakit
ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan
pelaporan serta pencapaian target.
Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu
• Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang ada.
• Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA tertentu seperti pneumoni
berat, penderita dengan weezhing dan stridor.
• Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.
• Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.
• Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas sehubungan dengan
pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.
Kader kesehatan
• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan pneumonia tidak berat)
dari kasus-kasus bukan pneumonia.
• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa (bukan pneumonia)
serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu
yang anaknya menderita penyakit
• Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan pneumonia) dengan
tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk putih.
• Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.
• Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerah-daerah yang terpencil (atau
bila cakupan layanan Puskesmas tidak menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang
mengobati kasus-kasus pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.
• Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk (4,5).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita,
Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.
4.2. Saran
Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka
diharapkan penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu
penyuluhan kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara
berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah
dilaksanakan sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Anak. Continuing
Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980.
Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980.
____________Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada Anak. Surabaya.
1987.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
____________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada
Anak. Jakarata, :10 ,1991.
____________Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran pernapasan akut. 1992.
_____________Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk Pelatihan Prajabatan
Umum dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas. Jakarta. 1992.
Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara. Jakarta. 1994.

MAKALAH PENYAKIT DIARE

BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis
lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan
masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare
tersebut.
Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada
umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang
bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan
bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit
diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini,
diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia
Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat
menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah
dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI,
1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
Tentang penatalaksanaan dan pencegahan diare, peran orang tua yang paling penting.
Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare pada balita sangat berpengaruh terhadap
penatalaksanan dan pencegahan terhadap diare itu sendiri. Pengetahuan orang tua dengan
kejadian diare pada balita dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media masa, penyuluhan
yang dilakukan tim kesehatan, lingkungan maupun dari berbagai sumber lainnya. Selama ini
persepsi yang sering muncul di masyarakat tentang diare adalah karena proses pembuangan zat-
zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan tidak memerlukan penanganan karena akan
sembuh dengan sendirinya. Atau mungkin juga muncul persepsi jika balita tidak kunjung sembuh
dari diare, maka orientasi ibu selalu menginginkan anaknya segera dapat buang air secara normal
saran tanpa memperhitungkan akibat buruk dari obat diare yang tidak sesuai penggunaannya.
Begitu pula dengan penyebaran penyakit diare di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang
yang sering terjadi dikarenakan faktor perilaku manusia itu sendiri yang kurang memahami akan
pentingnya hidup bersih dan sehat, juga dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar
lingkungan fisik maupun rendahnya sikap dan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat
sehingga sangat dibutuhkan adanya suatu penelitian guna mengevaluasi tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan diare dirumah.
Oleh karena itu dengan mempelajari perilaku dari masyarakat ini diharapkan dapat
menjadi pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari akan pentingnya hidup bersih dan sehat dan
segera melakukan tindakan pengobatan bagi masyarakat yang telah terinfeksi diare.

BAB II
PERMASALAHAN
A. Diare di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang
A.1 Latar Belakang
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18-21 September 2007 di
Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yaitu dengan survey dan wawancara didapatkan hasil dari
15 keluarga diketahui bahwa 9 diantaranya masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan
cara penanganan penyakit diare, 7 orang kurang dalam sikap yaitu mereka membiarkan anak
bermain di sungai dan tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan, juga 5
orang mempunyai perilaku yang kurang baik dalam pencegahan penyakit diare yaitu mencuci
tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak kotor. Dalam
hal sanitasi misalnya, berdasarkan hasil survey didapatkan masih banyaknya masyarakat yang
membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai, mereka masih memanfaatkan “toilet
terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai, atau empang, dan membuang sampah
di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah. Dan data tentang kejadian diare di
Kelurahan Ngumpul yang ada di Polindes yaitu sebanyak 137 kasus diare. Perilaku semacam itu
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor ekonomi karena untuk membuat septic tank
diperlukan biaya. Tidak tersedianya septic tank umum dan layanan yang baik untuk
penyedotannya. Buang air besar di area terbuka (sungai atau empang) telah menjadi kepraktisan
dan dilakukan banyak orang di sekitarnya.
A.2 Definisi Operasional
1. Pengetahuan keluarga tentang diare adalah pengetahuan salah satu anggota keluarga yang
mempunyai anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang meliputi : definisi,
tanda dan gejala, akibat diare, cara penularan, prinsip pengobatan, cara pencegahan diare.
2. Sikap keluarga dalam pencegahan diare adalah respon atau reaksi salah satu anggota keluarga
dalam mencegah diare pada anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang yang
meliputi : datang ke tempat penyuluhan, memotong kuku setiap kuku panjang, kebiasaan untuk
cuci tangan dengan sabun, menyiapkan makanan yang higienis, BAB di toilet, menjaga
kebersihan baik perorangan ataupun untuk lingkungan dengan cara kerja bakti, membuang
sampah pada tempatnya. Untuk mengkategorikan Sikap, menggunakan skala ordinal berdasarkan
kategori baik, cukup, kurang.
3. Perilaku keluarga dalam pencegahan diare adalah kegiatan atau aktivitas salah satu anggota
keluarga dalam mencegah diare pada anak usia sekolah di Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang
yang meliputi : yaitu menjaga kebersihan lingkungan, melakukan cuci tangan, menjaga
kebersihan perorangan, menjaga sanitasi air agar tetap bersih, menjaga kehigienisan makanan,
dan sebagainya. Untuk mengkategorikan perilaku, menggunakan skala ordinal berdasarkan
kategori baik, cukup, kurang.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian diare
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi
(buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan
konsisten tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam
sindroma diare yaitu diare cair akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut
Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan
konsistensi dari tinja, yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air
besar biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari .
Diare akut diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau
bertambah banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat relatif terhadap kebiasaan
yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu. Apabila diare berlangsung
antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
B. Penyebab diare
Diare terjadi akibat adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding usus sehingga
menimbulkan reflex mempercepat peristaltic usus, rangsangan ini dapat ditimbulkan oleh :
a. Infeksi oleh bakteri pathogen, misalnya bakteri E.Colie
b. Infeksi oleh kuman thypus (kadang-kadang) dan kolera
c. Infeksi oleh virus, misalnya influenza perut dan ‘travellers diarre’
d. Akibat dari penyakit cacing (cacing gelang, cacing pita)
e. Keracunan makanan dan minuman
f. Gangguan gizi
g. Pengaruh enzyme tertentu
h. Pengaruh saraf (terkejut, takut, dan lain sebagainya)
Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita, yaitu ( Depkes
RI, 2007):
1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak
diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.
2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena
botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-
jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena
botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang
menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare.
3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu
kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.
4. Menggunakan air minum yang tercemar.
5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum
makan dan menyuapi anak.
6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya,
padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja
binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :
a. masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare,
b. membiarkan anak bermain di sungai,
c. tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan,
d. mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak
kotor,
e. masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai,
mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai,
atau empang, dan
f. membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.
C. Penularan Diare
Penularan penyakit diare adalah kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung,
seperti :
1) Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
2) Bermain dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan,
mainan, ataupun yang lain kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari.
3) Pengunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar.
4) Pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
5) Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja
anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
D. Gejala dan Akibat diare
Departemen Kesehatan RI (2000), mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok
yaitu :
1) Diare akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari
tujuh hari),
2) Disentri; yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya,
3) Diare persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara terus menerus,
4) Diare dengan masalah lain; anak yang menderita diare (diare akut dan persisten) mungkin juga
disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.
Diare akut dapat mengakibatkan:
(1) kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik dan hipokalemia,
(2) Gangguan sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan atau
tanpa disertai muntah,
(3) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah.
D.1 Gejala Diare
a. bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah. Suhu tubuhnya meninggi
b. tinja bayi encer, berlendir, atau berdarah
c. warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
d. anusnya lecet
e. gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang
f. muntah sebelum atau sesudah diare
g. hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
h. dehidrasi (kekurangan cairan)
D.2 Akibat Diare
a) Dehidrasi
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan keseimbangan metabolisme tubuh. Gangguan ini
dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini lebih disebabkan bayi atau anak
kehabisan cairan tubuh. Hal ini disebabkan karena asupan cairan itu tidak seimbang dengan
pengeluaran melalui muntah dan berak, meskipun berlangsung sedikit demi sedikit. Banyak
orang menganggap bahwa pengeluaran cairan seperti ini adalah hal biasa dalam diare. Namun,
akibatnya sungguh berbahaya. Presentase kehilangan cairan tidak harus banyak baru
menyebabkan kematian. Kehilangan cairan tubuh sebanyak 10% saja sudah membayakan jiwa.
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan
dehidrasi berat. Disebut dehidrasi rigan jika cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang
sudah lebih 10% disebut dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang, denyut
nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah,
kesadaran menurun dan penderita sangat pucat.
b) Gangguan pertumbuhan
Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara pengeluran zat gizi terus
berjalan. Jika tidak ditangani dengan benar, diare akan menjadi kronis. Pada kondisi ini obat-
obatan yang diberikan tidak serta merta dapat menyembuhkan diare. Ketidaktahuan orangtua,
cara penanganan dokter yang tidak tepat, kurang gizi pada anak, dan perubahan makanan
mendadak dapat menjadi faktor pencetus diare.
Pada orang dewasa, diare jarang menimbulkan kematian. Pada bayi atau anak-anak, dalam
waktu singkat, diare akan menyebabkan kematian. Jika diare dapat disembuhkan tetapi sering
terjadi lagi, akan menyebabkan berat badan anak terus merosot. Akibatnya, anak akan
kekurangan gizi yang menghambat pertumbuhan fisik dan jaringan otaknya.
E. pencegahan diare
Dalam pencegahan diare, beberapa upaya yang mudah dilakukan yaitu :
a. Penyiapan makanan yang higienis seperti menjaga kebersihan dari makanan atau minuman
yang kita makan, tutuplah makanan rapat rapat agar terhindar dari lalat dan kebersihan perabotan
makan ataupun alat bermain si kecil.
b. Penyediaan air minum yang bersih yaitu dengan cara merebus air minum hingga mendidih
c. Sanitas air yang bersih
d. Kebersihan perorangan
e. Cucilah dengan sabun sebelum dan makan, mengolah makanan juga setelah buang air besar.
Karena penularan kontak langsung dari tinja melalui tangan/ serangga, maka menjaga kebersihan
dengan menjadikan kebiasaan mencuci tangan untuk seluruh anggota keluarga. Cucilah tangan
sebelum makan dengan sabun atau menyediakan makanan untuk sikecil.
f. Biasakan buang air besar pada tempatnya (WC, toilet, jamban)
g. Tempat buang sampah yang memadai yaitu memisahkan sampah kering dengan yang basah
h. Berantas lalat agar tidak menghinggapi makanan
i. Lingkungan hidup yang sehat yaitu dengan cara menjaga kebersihan lingkungan sekitar
Sikap keluarga dalam pencegahan diare, antara lain yaitu :
- menyediakan makanan yang higienis
- mencuci tangan dengan sabun
- menutup makanan
- memasak air sampai mendidih
- dll
F. Pengobatan diare
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
a. Kemoterapi
b. Obstipansia
c. Spasmolitik
d. Probiotik
Sebelum diberikan obat yang tepat mak pertolongan pertama pengobatan diare ialah
mengatasi pengeluaran cairan atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien
bayi dan usia lanjut, karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi :
- Haus
- Mulut dan bibir kering
- Kulit menjadi keriput (kehilangan turgor)
- Berkurangnya air kemih
- Berat badan menurun dan
- gelisah
pertolongan yang pertama dilakukan adalah pemberian oralit yaitu campuran dari :
- NaCl 3,5 gram
- KCl 1,5 gram
- NaHCO3 2,5 gram
- Glukosa 20 gram
Atau dengan memberikan larutan infuse secara intra vena antara lain :
 Larutan NaCl 0,9 % (normal saline)
 Larutan Na. laktat majemuk (ringer laktat)
Setelah itu dapat diberikan obat-obatan lain yang dipilih berdasarkan jenis penyebab diare
melalui pemeriksaan yang teliti.
1) Kemoterapi
Untuk terapi kausal yang memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan
sulfonamide tau antibiotic
2) Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara :
 Menekan peristaltic usus (loperamid)
 Menciutkan selaput usus atau adstringen (tannin)
 Pemberian adsorben untuk menyerap racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab
diare yang lain (carbo adsorben, kaolin)
 Pemberian mucilage untuk melindungi selaput lender usus yang luka

3) Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (atropin sulfat)
4) Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik yang
dapat menghasilkan antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri
pathogen. LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan pH usus menjadi asam,
suasana asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu
memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari
biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair)
dengan atau tanpa darah. Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare cair
akut, disentri, dan diare persisten. Sedangkan menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah
suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari .
Faktor perilaku penyebab diare di daerah Dusun Ngumpul, Jogoroto, Jombang :
a. masih kurang dalam pengetahuan tentang akibat dan cara penanganan penyakit diare,
b. membiarkan anak bermain di sungai,
c. tidak membiasakan anaknya untuk cuci tangan sebelum makan,
d. mencuci tangan tidak menggunakan sabun, tetapi hanya dilakukan sewaktu tangan tampak
kotor,
e. masih banyaknya masyarakat yang membiarkan anaknya bermain di sungai, BAB disungai,
mereka masih memanfaatkan “toilet terbuka” yang biasanya terletak di kebun, pinggir sungai,
atau empang, dan
f. membuang sampah di belakang rumah ataupun di lahan kosong belakang rumah.
MENGENALI PENYAKIT MALARIA
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Epidemiologi Penyakit Menular
Disusun Oleh,
Tia Tiara
114101042

KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2013

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………..................... i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………….................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………. ......................…. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………....................... 2
C. Tujuan Makalah ……………………………………………... ................... 2
D. Kegunaan Makalah …………………………………............................... 2
E. Metode Penulisan …………………………………….……... ................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….


.................. 3

BAB III PEMBAHASAN


A. Pengertian Penyakit Malaria …………………………………................... 4
B. Jenis-jenis Parasit Penyebab Penyakit Malaria …………...................... 4
C. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles …………………………… ................... 6
D. Mekanisme Penularan ………………………………………. .................... 7
E. Gejala Yang Timbul Akibat Penyakit Malaria ……………… ....................9
F. Cara Pencegahan dan Pengobatan ………………………...................… 11

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ………………………..………………………..... ................... 13
B. Saran ………………………...………………………………...................... 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit malaria berasal dari benua afrika. Malaria merupakan penyakit akibat udara atau
musim yang buruk. Tahun 1880 penyebab penyakit malaria ditemukan oleh Laveran.
Penyebabnya adalah sebuah parasit yang hidup dalam sel darah manusia. Kemudian Ross
menemukan bahwa parasit itu ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Nyamuk anopheles hidup di
daerah pantai, hutan, perkebunan, rawa dan persawahan, nyamuk ini juga menyukai air yang
kotor.
Penyakit malaria tersebar di seluruh dunia, khususnya di daerah beriklim panas dimana
parasit Plasmodium dapat berkembang baik. Daerah selatan Sahara di Afrika dan Papua Nugini
di Oceania merupakan tempat-tempat dengan angka kejadian malaria tertinggi.
Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka kematian
sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah papua, akan tapi sekitar
107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang tersebar dari Aceh sampai
Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).
Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,
anak balita, ibu hamil. selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja.
Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui, pemberantasan
vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan dengan melakukan pengobatan
kepada mereka yang diduga menderita malaria atau pengobatan juga sangat perlu diberikan pada
penderita malaria yang terbukti positif secara laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria
selain dengan pengobatan langsung juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan
lingkungan sekeliling rumah dengan racun serangga untuk membunuh nyamuk dewasa, upaya
lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan yang dikemukakan dalam latar belakang, maka penulis tertarik untuk
mengkaji lebih jauh mengenai :
a. Apa pengertian dari Penyakit Malaria ?
b. Apa saja jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria ?
c. Bagaimana siklus hidup nyamuk anopheles?
d. Bagaimana Mekanisme penularannya?
e. Bagaiman cara pencegahan dan pengobatannya?

C. Tujuan Makalah
a. Mengetahui pengertian dari Penyakit Malaria.
b. Mengetahui jenis-jenis parasit penyebab penyakit malaria.
c. Mengetahui siklus hidup nyamuk anopheles.
d. Mengetahui Mekanisme penularannya.
e. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatannya.

D. Kegunaan Makalah
1. Manfaat teoritis
Sebagai sumber informasi yang dapat dipergunakan untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
Memberi informasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan
mengetahui berbagai jenis parasit penyebab Penyakit Malaria.

E. Metode Penulisan
1. Metode penulisan pada makalah ini penulis menggunakan studi leteratur yang bersumber dari
internet dan buku.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Malaria sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. Seorang ilmuan Hippocrates (400-377
SM) Sudah membedakan jenis-jenis malaria. Alphonse Laveran (1880) menemukan
plasmodium sebagai penyebab malaria, dan Ross (1897) menemukan perantara malaria adalah
nyamuk anopheles.
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium falsifarum,
plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang mix atau campuranyang
penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011).
Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang penularannya
melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai unit kerja SPP (serangga penular
penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46 species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh
Indonesia.
Penyakit malaria yang kambuh disebabkan oleh reaktivasi fase laten hipnozoit P vivax dan
P ovale (Wilson, 2001). Di Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun,
dengan angka kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah
papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis malaria yang
tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat penduduknya (Adiputro,2008).

BAB III
PEMBAHASAN
1. Penyakit Malaria
Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang bersifat akut maupun kronik,
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.
Plasmodium protista eukariotik yang ditularkan oleh nyamuk adalah penyebab utama dari
penyakit malaria. Didalam tubuh manusia penyakit ini bersembunyi dan berkembang biak
didalam hati (liver). Menginfeksi sel darah merah sehingga menyebabkan gejala Seperti demam,
menggigil, anemia, sakit kepala dan pembesaran limpa. yang mana pada kasus yang parah akan
mengarah ke koma (tidak sadarkan diri) dan kematian. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa
komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
Penyakit ini disebabkan oleh parasit malaria yang merupakan golongan
Plasmodium. Parasit protozoa penyebab penyakit malaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropis dan
subtropis, terutama di daerah yang berhutan dan mempunyai iklim basah, seperti di Amerika,
Asia dan Afrika.
2. Jenis-jenis Parasit Penyebab Penyakit Malaria
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family plasmodiidae dan ordo
coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam parasit malaria yaitu:
a. Plasmodium vivax penyebab malaria tertina.
Masa Inkubasi 12-17 hari, kadang-kadang lebih panjang 12-20 hari biasanya tanpa gejala.
Simptomatis Didahului dengan gejala nyeri kepala, nyeri pinggang, mual dan muntah, Badan
lesu, rasa ngantuk karena ada gangguan oksigen di otak, demam ( mula-mula demam tidak
teratur kemudian demam mulai teratur setiap 48 jam sekali, timbul setiap hari ke tiga. Demam
timbul waktu siang atau sore hari dan suhu badan dapat mencapai 41°C). pada perabaan limpa
mulai dapat membengkak, manifestasi klinik Pada malaria vivax dapat berlangsung secara berat
tetapi kurang membahayakan.
Malaria tersiana di Indonesia tersebar hampir diseluruh pulau. Ini merupakan jenis malaria
terbanyak yang ditemukan di daerah-daerah berjangkitnya malaria.
b. Plasmodium malaria penyebab malariae quartana.
Malaria ini banyak dijumpai didaerah Afrika, Amerika Latin, tetapi jarang ditemui di
Indonesia. Penyebarannya tidak seluas P. vivax dan P. falciparum. Masa inkubasi 18-40 hari.
Manifestasi klinik seperti pada malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan. Biasanya tanpa
gejala, sering ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan darah dan dalam sel darah merah
ditemukan parasit malaria. Demam teratur setiap hari ke empat (72 jam sekali), penyakit ini
dapat menggangu ginjal dan berlangsung menahun. Semakin lama kerusakan maka ginjalnya
semakin parah, sehinga sel dan jaringan ginjal rusak dan mati, Gejala gangguan ginjalnya lebih
berat dari pada penyakit lainnya. Limpa membengkak sangat besar.
Prognosa umumnya baik, namun penyakit ini dapat kambuh kembali sepuluh tahun
kemudian. Orang yang pernah terkena penyakit ini sewaktu muda, suatu waktu mengalami
demam Seperti gejala penyakit malaria, maka perlu pemeriksaan darah untuk menemukan parasit
malarianya.
c. Plasmodium ovale
Merupakan bentuk yang paling ringan dari semua jenis malaria dan dapat sembuh dengan
sendirinya serta jarang kambuh.
Masa inkubasi 11-16 hari, Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain,
maka P.ovale tidak akan tampak di darah tepi tetapi plasmodium yang lain yang akan ditemukan.
Gejala klinis hampir sama dengan malaria vivax.
d. Plasmodium Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.
Jenis malaria ini tersebar luas di semua pulau di Indonesia. Masa inkubasi 9-14 hari.
Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat (ganas), diitandai dengan sakit kepala,
pegal linu dan sakit pinggang, lengan dan tungkai dingin, mual dan muntah, kadang-kadang
disertai diare, demam ringan, limpa dan hati membengkak, gangguan pada ginjal.
Jika tidak diobati penyakit ini akan berlanjut terus dan semakin parah. Dan ketika sudah
menyerang otak akan timbul kejang dan lumpuh, serta kesadaran menurun bahkan dalam kondisi
tertentu penderita bisa sampai meninggal. Tetapi penyakit ini masih bisa disembuhkan dengan
cara penambahan takaran dan pengobatan, Seperti penambahan antibiotic atau campuran
berbagai anti malaria.
3. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan
yang kadang-kadang antara tingkatan yang satu dengan tingkatan berikutnya terlihat sangat
berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
a. Tingkatan di dalam air.
b. Tingkatan di luar temp at berair (darat/udara).
Untuk kelangsungan hidup nyamuk diperlukan air, Jika tidak ada air maka siklus hidup
nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah : telur, jentik dan
kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air maka telur akan menetas dan
keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih sangat halus seperti jarum. Dalam
pertumbuhannya jentik anopheles mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari tergantung pada suhu,
keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan tumbuh menjadi kepompong (pupa)
yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini
memakan waktu satu sampai dua hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar
nyamuk dewasa yang telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian nyamuk tersebut telah
mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan berair untuk meneruskan hidupnya
didarat atau udara. Dalam meneruskan keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan kawin satu
kali selama hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari
kepompong.
4. Mekanisme Penularan
Sebagian besar nyamuk anopheles akan mengigit pada waktu senja, atau pada waktu
malam hari. Pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar.
Plasmodium akan mengalami dua siklus, siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh manusia.
Sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada nyamuk.
Parasit berkembang biak secara aseksual dalam tubuh manusia, Dimulai dengan bersatunya
gamet jantan dan betina untuk membntuk ookinet dalam perut nyamuk. Ookinet akan menembus
dinding lambung untuk membentuk kista di selaput luar lambung nyamuk.
Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi
lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuan sporozoit yang
terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk.
Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan, Nyamuk anopheles
yang didalam tubuhnya mengandung parasit menggigit manusia. Sporozoit masuk kedalam darah
melalui gigitan tersebut. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai
dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan
memulai stadium eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati. Di hati sporozoit matang menjadi
skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki aliran
darah dan menginfeksi aliran darah untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit
akan mengalami perubahan morfologi yaitu :
merozoit bentuk cincin trofozoit merozoit
proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Diantara merozoit-merozoit tersebut
akan ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual
menjadi mikrogamet (jantan) dan mikrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah
yang bermanifestasi pada gejala klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi
ini, maka gametosit yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk.
Penularan malaria dapat terjadi secara alamiah melalui gigitan nyamuk anopheles atau
malaria bawaan (congenital) yang Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang
tidak steril lagi. Cara penularan ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung
pada tahun 1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan
menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat
suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
5. Gejala Yang Timbul Akibat Penyakit Malaria
gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala
kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut:
a. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
b. Nafsu makan menurun.
c. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah.
d. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium Falciparum.
e. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
f. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
g. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah diare
dan pucat, karena anemia serta berasal dari daerah malaria.
Gejala klasik malaria, biasanya terdiri atas 3 stadium yang berurutan yaitu:
1) Stadium dingin (cold stage)
menggigil dan perasaan yang sangat dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya
menutup tubuhnya dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia, nadi cepat tetapi
lemah. Bibir dan jari pucat kebiru-biruan, kulit kering. Penderita mungkin muntah dan pada
anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
2) Stadium demam (Hot stage)
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar, sakit kepala dan muntah, nadi menjadi kuat
lagi. suhu badan dapat meningkat sampai 41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2
sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya
merozoit darah kedalam aliran darah.
Pada plasmodium vivax dan P. ovale sison-sison dari setiap generasi menjadi matang setiap
48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari serangan demam
sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini. Pada plasmodium malariaa,
fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale, hanya interval demamnya
tidak jelas. Serangan demam di ikuti oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses
pertumbuhan parasit dan tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
3) Stadium berkeringat (sweating stage).
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai tempat tidurnya
basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal.
Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun dari tidur merasa lemah tetapi tidak
ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan
diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari
penderita, gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan oleh
plasmodium falciparum.
6. Cara Pencegahan dan Pengobatan
Cara pencegahan, pemahaman tentang kebiasaan dan perilaku nyamuk
Anopheles betina sangat berguna dalam pencegahan penyakit. Tempat-tempat rawa dan
lingkungan mikro yang tenang dapat mendukung perkembangbiakan nyamuk Anopheles.
Menghindari tempat yang dipenuhi nyamuk dan membersihkan tempat perindukannya dapat
mengurangi kemungkinan gigitan nyamuk.Tindakan pencegahan untuk menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk yaitu dengan cara tidur menggunakan kelambu, pemasangan kasa nyamuk pada
ventilasi rumah, Kulit dibaluri obat anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dll.
Pengobatan malaria bertujuan untuk pencegahan terhadap pemindahan parasit (pemutusan
rantai penularan). cara pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian obat anti malaria
(dengan resep dokter), memberikan obat tambahan Seperti analgetik dan antipiretik. Jika terjadi
gangguan fungsi hati, ginjal, otak maka pasien membutuhkan perawatan rumah sakit.
Dalam pengobatan malaria terapi antiplasmodium dan perawatan suportif sangat penting
untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas. Klorokuin merupakan obat anti malaria yang
efektif terhadap P. falciparum yang sensitive terhadap klorokuin. Keuntungannya
tidak menyebabkan hipoglikemi dan tidak mengganggu kehamilan. Namun, dengan
meluasnya resistensi terhadap klorokuin, maka obat ini sudah jarang dipakai untuk pengobatan
malaria berat. Kona merupakan obat anti-malaria yang sangat efektif untuk semua jenis
plasmodium dan dipilih sebagai obat utama untuk menangani malaria berat karena masih
berefek kuat terhadap P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Meskipun kona dapat
digunakan pada masa kehamilan, tetapi dapat menyebabkan kontraksi uterus dan memberikan
kontribusi untuk hipoglikemia (Wilson,2001).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uraian dari BAB I – BAB III maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang bersifat akut maupun kronik dan
menyerang eritrosit. disebabkan oleh parasit malaria yang merupakan golongan Plasmodium.
Parasit protozoa penyebab penyakit malaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles
betina.
Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu di air dan
ditanah/udara. Penularan malaria dapat terjadi secara alamiah melalui gigitan nyamuk anopheles
atau malaria bawaan (congenital), Secara mekanik Penularan terjadi melalui transfusi darah atau
melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. gejala klinis dengan gejala utama demam mengigil
secara berkala dan sakit kepala kadang-kadang dengan gejala klinis lain Seperti Badan terasa
lemas, Nafsu makan menurun, berkeringat dan pucat karena kekurangan darah.
untuk menghindarkan diri dari gigitan nyamuk yaitu dengan cara tidur menggunakan
kelambu, Kulit dibaluri obat anti nyamuk, memelihara ikan pemakan jentik nyamuk dll. cara
pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian obat anti malaria (dengan resep dokter),
memberikan obat tambahan Seperti analgetik dan antipiretik.
B. Saran
Diharapkan pemerintah agar lebih memperhatikan dan melakukan penanggulangan
terhadap penyakit ini. Seperti Melakukan penyuluhan secara intensif guna memberikan
pemahaman kepada masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan
memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat
anti nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara menyeluruh, baik
pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor malaria.

DAFTAR PUSTAKA

Widoyono, Penyakit Tropis Epid. Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya, Penerbit


Erlangga, Semarang. 2005
Supartini,N,T,Ilmu Penyakit Untuk Siswa Sekolah Pengatur Rawat Gigi, Depkes RI,
Tasikmalaya. 1996
Sutawanir. D., Metode Survei Sampel. Penerbit Karunika, UT, Jakarta. 1986
Depkes RI. Malaria Direktorat Jenderal Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular dan
Lingkungan Pemukiman, Jakarta. 1995
Tersedia : http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria ( 07 Maret 2013)
Tersedia : http://www.infopenyakit.com/2008/04/penyakit-malaria.html (07 Maret 2013)
Tersedia : http://en.wikipedia.org/wiki/anopheles (07 Maret 2013)
Tersedia : http://diajengsurendeng.blogspot.com/2011/10/penyebab-malaria-tanda-tanda-dan-gejala.html
(07 Maret 2013)
Tersedia : http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=23:pengenalan-
penyakit-malaria&catid=25:penyakit-menular&Itemid=18 (07 Maret 2013)

MAKALAH "PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)"

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang
“PENYAKIT DEMAM BERDARAH (DBD)” dan kiranya makalah ini dapat meningkatkan
pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana dan apa bahaya dari penyakit Demam
berdarah.
Dengan adanya makalah ini,mudah-mudahan dapat membantu meningkatkan minat baca
dan belajar teman-teman.selain itu kami juga berharap semua dapat mengetahui dan memahami
tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,sehing saran
dari dosen pengajar serta kritikan dari semua pihak masih kami harapkan demi perbaikan laporan
ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
A. Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air yang terjadi
pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta adanya banjir yang
berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi atau berkembangbiaknya nyamuk
pada genangan – genangan tersebut sehingga dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba
pula, itulah kata-kata yang melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya
musim nyamuk dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi
lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya pengendalian
secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang disebut
nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan bahkan nyaris tanpa
batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk bukan dalam makna positif. Tetapi
nyamuk dianggap mengganggu kehidupan umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh
manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang
terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya
seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika
penyakit ini menimbulkan kepanikan di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah
merenggut banyak nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi
dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak
1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah
menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan 16.000 orang menderita, serta 429 jiwa
meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004).
WHO bahkan memperkirakan 50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya
tahan tubuh ringkih, terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai pembesaran hati
dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan
pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan
oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk
tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah dengan melakukan
Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi
untuk memberantas jentik nyamuk. Program studi Kesehatan Lingkungan Program Diploma tiga
Kesehatan FIK UMS sebagai salah satu institusi yang dapat melaksanakan fogging merasa
bertanggung jawab untuk mencegah penyebaran penyakit ini. Sebagai wujud kepedulian itu
maka dilaksanakan program fogging di beberapa daerah.
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD) telah
dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang nyamuk, pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko serta kerja sama lintas program dan lintas sector terkait sampai
dengan tingkat desa /kelurahan untuk pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam
upaya menekan angka kesakitan DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh karena itu
partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD tersebut perlu di tingkatkan
antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan berkesinambungan serta menggerakan
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD.
A. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan masalah demam
berdarah antara lain :
1. Apa sebenarnya penyakit demam berdarah dengue dan apa penyebabnya?
2. Bagaimana cara penularan penyakit demam berdarah dan siklus hidup vektor penular penyakit
DBD?
3. Seperti apa patogenitas DBD terhadap manusia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakit DBD ?
5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberi pengetahuan mengenai penyakit demam berdarah dengue dan penyebabnya.
2. Memberi pengetahuan tentang cara penularan dan vektor penyakit demam berdarah
3. Memberi pengetahuan tentang patogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian penyakit demam berdarah dengue (DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan
perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara, India, Brazil,
Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan
Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal
yang menyerupai penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas / inkubasi selama 3 –
15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya penderita akan menampakkan
berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis),
Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-
lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai
normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
B. Vector penyakit demam berdarah dengue
1. Klasifikasi vector penyakit demam berdarah
Aedes aegypti
Klasifikasi ilmiah

Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Genus: Aedes
Upagenus: Stegomyia
Spesies: Ae. aegypti

Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab
penyakit demam berdarah. Selain dengue, A. aegypti juga merupakan pembawa virus demam
kuning (yellow fever) dan chikungunya. Penyebaran jenis ini sangat luas, meliputi hampir semua
daerah tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, A. aegypti merupakan pembawa
utama (primary vector) dan bersama Aedes albopictus menciptakan siklus persebaran dengue di
desa dan kota. Mengingat keganasan penyakit demam berdarah, masyarakat harus mampu
mengenali dan mengetahui cara-cara mengendalikan jenis ini untuk membantu mengurangi
persebaran penyakit demam berdarah.
Terjadinya penularan virus Dengue tidak dapat dilepaskan dari keberadaan vektornya,
karena tanpa adanya vektor tidak akan terjadi penularan. Ada beberapa vektor yang dapat
menularkan virus Dengue tetapi yang dianggap vektor penting dalam penularan virus ini adalah
nyamuk Aedes aegypti walaupun di beberapa negara lain Aedes albopictus cukup penting pula
peranannya seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan di pulau Mahu Republik Seychelles
(Metsellar, 1997).
Untuk daerah urban Aedes albopictus ini kurang penting peranannya (Luft,1996). Selain
kedua spesies ini masih ada beberapa spesies dari nyamuk Aedes yang bisa bertindak sebagai
vektor untuk virus Dengue seperti Aedes rotumae, Aedes cooki dan lain-lain. Sub famili nyamuk
Aedes ini adalah Culicinae, Famili Culicidae, sub Ordo Nematocera dan termasuk Ordo diptera
(WHO, 2004).
Bila nyamuk Aedes menghisap darah manusia yang sedang mengalami viremia, maka
nyamuk tersebut terinfeksi oleh virus Dengue dan sekali menjadi nyamuk yang infektif maka
akan infektif selamanya (Putman JL dan Scott TW., 1996). Selain itu nyamuk betina yang
terinfeksi dapat menularkan virus ini pada generasi selanjutnya lewat ovariumnya tapi hal ini
jarang terjadi dan tidak banyak berperan dalam penularan pada manusia. Virus yang masuk
dalam tubuh nyamuk membutuhkan waktu 8-10 hari untuk menjadi nyamuk infektif bagi
manusia dan masa tersebut dikenal sebagai masa inkubasi eksternal (WHO, 1997).
2. Ciri morfologi
Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam
kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan gari-garis putih keperakan. Di bagian
punggung (dorsal) tubuhnya tampak dua garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan
yang menjadi ciri dari spesies ini. Sisik-sisik pada tubuh nyamuk pada umumnya mudah rontok
atau terlepas sehingga menyulitkan identifikasi pada nyamuk-nyamuk tua. Ukuran dan warna
nyamuk jenis ini kerap berbeda antar populasi, tergantung dari kondisi lingkungan dan nutrisi
yang diperoleh nyamuk selama perkembangan. Nyamuk jantan dan betina tidak memiliki
perbedaan dalam hal ukuran nyamuk jantan yang umumnya lebih kecil dari betina dan
terdapatnya rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan. Kedua ciri ini dapat diamati
dengan mata telanjang.
Untuk genus Aedes ciri khasnya bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya
dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci nyamuk lainnya. Nyamuk dewasa mempunyai
ciri pada tubuhnya yang berwarna hitam mempunyai bercak-bercak putih keperakan atau putih
kekuningan, dibagian dorsal dari thorak terdapat bercak yang khas berupa 2 garis sejajar di
bagian tengah dan 2 garis lengkung di tepinya. Aedes albopictus tidak mempunyai garis
melengkung pada thoraknya. Larva Aedes mempunyai bentuk siphon yang tidak langsing dan
hanya memiliki satu pasang hair tuft serta pecten yang tumbuh tidak sempurna dan posisi larva
Aedes pada air biasanya membentuk sudut pada permukaan atas.
Nyamuk betina meletakkan telurnya di atas permukaan air dalam keadaan menempel
pada dinding tempat perindukannya. Telur Aedes aegypti mempunyai dinding yang bergaris-
garis dan membentuk bangunan menyerupai gambaran kain kasa. Seekor nyamuk betina dapat
meletakkan rata-rata sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Pertumbuhan dari telur sampai
menjadi dewasa memerlukan waktu kira-kira 9 hari (Srisasi G et al., 2000).
C. Perilaku dan siklus hidup Aedes aegypti
Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit
dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang mengisap darah. Hal itu
dilakukannya untuk memperoleh asupan protein yang diperlukannya untuk memproduksi telur.
Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh energi dari nektar bunga ataupun
tumbuhan. Jenis ini menyenangi area yang gelap dan benda-benda berwarna hitam atau merah.
Demam berdarah kerap menyerang anak-anak karena anak-anak cenderung duduk di dalam kelas
selama pagi hingga siang hari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran
empuk nyamuk jenis ini.
Nyamuk dewasa betina mengisap darah manusia pada siang hari yang dilakukan baik di dalam
rumah ataupun luar rumah. Pengisapan darah dilakukan dari pagi sampai petang dengan dua
puncak yaitu setelah matahari terbit (08.00-10.00) dan sebelum matahari terbenam (15.00-17.00)
(Srisasi G et al., 2000).
Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang
mengarah pada peningkatan kompetensi vektor, yaitu kemampuan nyamuk menyebarkan virus.
Infeksi virus dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam mengisap darah, berulang kali
menusukkan proboscis nya, namun tidak berhasil mengisap darah sehingga nyamuk berpindah
dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, risiko penularan virus menjadi semakin besar.
Di Indonesia, nyamuk A. aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, di
mana terdapat banyak genangan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan. Oleh karena itu,
jenis ini bersifat urban, bertolak belakang dengan A. albopictus yang cenderung berada di daerah
hutan berpohon rimbun (sylvan areas).
Semua tempat penyimpanan air bersih yang tenang dapat menjadi tempat berkembang biak
nyamuk Aedes misalnya gentong air murni, kaleng kosong berisi air hujan, bak kamar mandi
atau pada lipatan dan lekukan daun yang berisi air hujan, vas bunga berisi air dan lain-lain.
Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak ditemukan berkembang biak pada kontainer yang ada
dalam rumah.
Perkembangan hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu
sekitar 10-12 hari dan umur nyamuk Aedes aegypti betina berkisar antara 2 minggu sampai 3
bulan atau rata-rata 1,5 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara sekelilingnya (Biswas et
al., 1997).
Nyamuk A. aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur pada permukaan air
bersih secara individual. Telur berbentuk elips berwarna hitam dan terpisah satu dengan yang
lain. Telur menetas dalam 1 sampai 2 hari menjadi larva. Terdapat empat tahapan dalam
perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari instar 1 ke instar 4 memerlukan
waktu sekitar 5 hari. Setelah mencapai instar ke-4, larva berubah menjadi pupa di mana larva
memasuki masa dorman. Pupa bertahan selama 2 hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar
dari pupa. Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu 7 hingga 8 hari,
namun dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung.
Telur Aedes aegypti tahan kekeringan dan dapat bertahan hingga 1 bulan dalam keadaan
kering. Jika terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat
membutuhkan air yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat
memengaruhi kondisi nyamuk dewasa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang
melebihi ketersediaan makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus
dalam mengisap darah. Sebaliknya, lingkungan yang kaya akan nutrisi menghasilkan nyamuk-
nyamuk.
Nyamuk Aedes aegypti lebih senang mencari mangsa di dalam rumah dan sekitarnya
pada tempat yang terlindung atau tertutup. Hal ini agak berbeda dengan Aedes albopictus yang
sering dijumpai diluar rumah dan menyukai genangan air alami yang terdapat di luar rumah
misalnya potongan bambu pagar, tempurung kelapa, lubang pohon yang berisi air (Allan, 1998).
Tempat peristirahatan nyamuk Aedes aegypti berupa semak-semak atau tanaman rendah
termasuk rerumputan yang terdapat di halaman/kebun/pekarangan rumah, juga berupa benda-
benda yang tergantung di dalam rumah seperti pakaian, sarung, kopiah dan lain sebagainya
(Srisasi G et al., 2000).
Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan
subtropis yang terletak antara 35º lintang utara dan 35º lintang selatan. Selain itu Aedes aegypti
jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1.000 m. Tetapi di India pernah ditemukan pada
ketinggian 2.121 m dan di California 2.400 m. Nyamuk ini mampu hidup pada temperatur 8ºC-
37ºC. Aedes aegypti bersifat Anthropophilic dan sering tinggal di dalam rumah (WHO, 1997).
Kemampuan terbang nyamuk betina bisa mencapai 2 km tetapi kemampuan normalnya
kira-kira 40 meter. Nyamuk Aedes mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple bitters)
yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan
karena nyamuk Aedes aegypti sangat sensitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat
membantu Aedes aegypti dalam memindahkan virus Dengue ke beberapa orang sekaligus
sehingga dilaporkan adanya beberapa penderita DBD di dalam satu rumah (Depkes, 2004).
Memonitor kepadatan populasi Aedes aegypti merupakan hal yang penting dalam
mengevaluasi adanya ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue di suatu daerah dan
pengukuran kepadatan populasi nyamuk yang belum dewasa dilakukan dengan cara pemeriksaan
tempat-tempat perindukan di dalam dan luar rumah. Ada 3 angka indeks yang perlu diketahui
yaitu indeks rumah, indeks kontainer dan indeks Breteau (Srisari G et al., 2000). Indeks Breteau
adalah jumlah kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti dalam 100 rumah yang
diperiksa. Indeks Breteau merupakan indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan nyamuk,
sedangkan indeks rumah menunjukkan luas persebaran nyamuk dalam masyarakat. Indeks rumah
adalah prosentase rumah ditemukannya larva Aedes aegypti. Indeks kontainer adalah prosentase
kontainer yang positif dengan larva Aedes aegypti. Penelitian dari Bancroft pada tahun 1906
memberi dasar kuat untuk mempertimbangkan Aedes aegypti sebagai vektor dengan cara
menginfeksi 2 sukarelawan di daerah tempat terjadinya infeksi alamiah. Dasar ini didukung pula
dengan hasil penelitian Cleland dan kawan-kawan tahun 1917, juga penelitian dari Jupp tahun
1993 di Afrika Selatan yang menyatakan populasi Aedes aegypti paling besar potensinya sebagai
vektor untuk virus DEN-1 dan DEN-2 (WHO, 2002).
D. Patogenitas dbd
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue yang ditularkan
oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus Dengue termasuk genus
Flavivirus, famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4 serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3
dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus
DEN 3 sering menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah
virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan adanya demam
secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan
arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan
menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul dengan
kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998).
Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari pembuluh
darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat asimtomatik atau
simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya (Dengue Fever, DF), Demam Berdarah
Dengue (DBD), dan demam berdarah dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam
bifasik disertai gejala nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit
( Soegijanto S., 2004).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistem
retikuloendotelial, dengan target utama virus Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di
mana pada umumnya berupa monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat
juga terkena (Harikushartono et al., 2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul
gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan
menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC (Antigen Precenting
Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik
yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan
melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi, antibodi
hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ., 1998).
Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial yang pada saat ini
mulai diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada penyakit infeksi virus, yaitu
kerentanan yang dapat diwariskan. Konsep ini merupakan salah satu teori kejadian infeksi
berdasarkan adanya perbedaan kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu
terhadap infeksi yang mengakibatkan perbedaan interaksi antara faktor genetik dengan
organisme penyebab serta lingkungannya (Darwis D., 1999).
Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah peningkatan akut
permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga
menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma
menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi
efusi serosa, efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat menjelaskan satu
atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat menjelaskan secara utuh keseluruhan
fenomena (Soetjipto et al., 2000). Beberapa teori tentang patogenesis DBD adalah The
Secondary Heterologous Infection Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena
Antibodi Dependent Enhancement (ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori
Apoptosis (Soegijanto S., 2004).
Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada pemberantasan vektor
penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia. Pemberantasan vektor ini meliputi
pemberantasan sarang nyamuk dan pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi
pembersihan tempat penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan
nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk.
Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup yang baik. Pembasmian jentik dilakukan
melalui kegiatan larvaciding dengan abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-kolam
(Soegijanto S., 2004).
E. Cara Pemberantasan Demam Berdarah
Departemen kesehatan telah mengupayakan berbagai strategi dalam mengatasi kasus ini.
Pada awalnya strategi yang digunakan adalah memberantas nyamuk dewasa melalui pengasapan,
kemudian strategi diperluas dengan menggunakan larvasida yang ditaburkan ke tempat
penampungan air yang sulit dibersihkan. Akan tetapi kedua metode tersebut sampai sekarang
belum memperlihatkan hasil yang memuaskan. Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung
pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes aegypti (Rozendaal JA., 1997).
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat, yaitu:
a. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat
perkembangbiakan nyamuk dan perbaikan desain rumah. Sebagai contoh : menguras bak
mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti dan menguras vas
bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan?
air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah?. Tumpah atau
bocornya air dari pipa distribusi, katup air, meteran air dapat menyebabkan air menggenang dan
menjadi habitat yang penting untuk larva Aedes aegypti jika tindakan pencegahan tidak
dilakukan.
b. Biologis
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14). Peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod
crustacea (sejenis udang-udangan) telah didokumentasikan pada tahun 1930-1950 sebagai
predator yang efektif terhadap Aedes aegypti (Kay BH., 1996). Selain itu juga digunakan
perangkap telur autosidal (perangkap telur pembunuh) yang saat ini sedang dikembangkan di
Singapura.
c. Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan pengasapan (fogging) (dengan menggunakan
malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu
tertentu. Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti
gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Fogging merupakan salah satu bentuk upaya untuk dapat memutus rantai penularan
penyakit DHF, dengan adanya pelaksanaan fogging diharapkan jumlah penderita Demam
Berdarah DHF dapat berkurang. Sebelum pelaksanaan fogging pada masyarakat telah
diumumkan agar menutup makanannya dan tidak berada di dalam rumah ketika dilakukan
fogging termasuk orang yang sakit harus diajak ke luar rumah dahulu, selain itu semua ternak
juga harus berada di luar. Namun demikian untuk menghindari hal – hal yang tidak diinginkan
maka dalam pelaksanaannya fogging dilakukan oleh 2 orang operator. Operator I (pendamping)
bertugas membuka pintu, masuk rumah dan memeriksa semua ruangan yang ada untuk
memastikan bahwa tidak ada orang dalam rumah termasuk bayi, anak-anak maupun orang tua
dan orang yang sedang terbaring sakit, selain itu ternak-ternak sudah harus dikeluarkan serta
semua makanan harus sudah ditutup. Setelah siap operator pendamping ke luar dan operator II
(Operator swing Fog) memasuki rumah dan melakukan fogging pada semua ruangan dengan cara
berjalan mundur. Setelah selesai operator pendamping baru menutup pintu. Rumah yang telah di
fogging ini harus dibiarkan tertutup selama kurang lebih satu jam dengan harapan nyamuk-
nyamuk yang berada dalam rumah dapat terbunuh semua, dengan cara ini nyamuk-nyamuk akan
terbunuh karena malathion bekerja secara “knoc donw”. Setelah itu fogging dilanjutkan di luar
rumah / pekarangan. Setelah satu rumah beserta pekarangannya selesai difogging maka fogging
dilanjutkan ke rumah yang lain, sampai semua rumah dan pekarangan milik warga difogging.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan fogging dengan swing fog untuk
mendapatkan hasil yang optimal adalah sebagai berikut :
a. Konsentrasi larutan dan cara pembuatannya. Untuk malation, konsentrasi larutan adalah 4 – 5
%.
b. Nozzle yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelarut yang digunakan dan debit keluaran
yang diinginkan.
c. Jarak moncong mesin dengan target maksimal 100m, efektif 50m.d) Kecepatan berjalan
d. ketika memfogging, untuk swing fog kurang lebih 500 m2 atau 2 – 3 menit untuk satu rumah
dan halamannya.
e. Waktu fogging disesuaikan dengan kepadatan/aktivitas puncak dari nyamuk, yaitu jam 09.00 –
11.00.
Dalam pelaksanaan fogging inipun telah diperhatikan hal-hal di atas sehingga diharapkan
hasilnya juga optimal. Berdasarkan hasil survei jentik ternyata masih ditemukan jentik di 5
rumah penduduk. Jentik tersebut berada di kamar mandi, satu kamar mandi ditemukan di luar
rumah dengan kondisi kurang bersih dan kurang terawat, sedang 4 kamar mandi yang lain berada
di dalam rumah. Bahkan satu kamar mandi terbuat dari keramik, namun demikian kamar mandi
ini berhubungan langsung dengan pekarangan yang cukup luas dengan tanaman-tanaman besar
yang cukup banyak, sehingga dimungkinkan nyamuk berasal dari pekarangan. Bagi penduduk
yang kamar mandinya masih ditemukan jentik, maka pada saat itu juga team yang bertugas
langsung memberikan pengarahan dan penyuluhan pada pemilik rumah untuk membersihkan
kamar mandinya agar tidak menjadi sarang nyamuk.
Pendapat masyarakat bahwa fogging merupakan cara yang paling tepat untuk mencegah
penyebaran penyakit demam berdarah sebenarnya kurang tepat, karena cara ini sesungguhnya
hanya bertujuan untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti dewasa, sehingga jika di beberapa
rumah penduduk masih diketemukan jentik nyamuk, maka dimungkinkan penularan demam
berdarah masih berlanjut dengan dewasanya jentik yang menjadi nyamuk. Apalagi siklus
perubahan jentik menjadi nyamuk hanya membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu.
Sehingga jika di daerah tersebut terdapat penderita demam berdarah baru maka dimungkinkan
akan cepat menyebar pula. Langkah yang dianggap lebih efektif adalah dengan PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu menutup, menguras
dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang nyamuk. Selain itu juga melakukan
beberapa plus seperti memelihara ikan pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan
kelambu pada waktu tidur, memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan
repellent, memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi setempat
(Deubel V et al., 2001).
Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan pekarangannya,
selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M ( Menguras kamar mandi (termasuk
mengganti air untuk minuman burung dan air dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air
dan mengubur barang-barang bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk
pecahan botol dan potongan ban bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10
gr/ 100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun kolam-kolam
ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-kalau terjadi keracunan karena
abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan aman bagi manusia maupun ikan. Untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dalam memutus rantai penularan penyakit demam berdarah
adalah dengan pelaksanaan PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan
kembali dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh
masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau Rw saja, tetapi
telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam berdarah akan lebih cepat teratasi.
Sebab jika hanya satu daerah saja yang melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya
tidak, maka dimungkinkan orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung
ke daerah yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes
aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan tersebar luas
kembali.
Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan kembali (revitalisasi)
pokjanal DBD di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan dengan fokus pemberian penyuluhan
kesehatan lingkungan dan pemeriksaan jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru
Pemantau Jentik (Jumantik) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik,
pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran media massa
dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai peringatan dini kepada masyarakat juga
ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan pemberitahuan kepada khalayak yang cepat
diharapkan masyarakat dan departemen terkait lebih wasapada. Intensifikasi pengamatan
(surveilans) penyakit DBD dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat
Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et al., 2004).
F. Cara Pengobatan Penyakit Demam Berdarah
Fokus pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok / persyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula sirup atau susu) penambahan
cairan tubuh melalui infus (intravena) mungkinb di perlukan untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet di lakukan jika jumlah platelet menurun
drastis. Terhadap keluhan yang timbul, selanjutnya adalah pemberian obat – obatan misalnya :
• Parasetamol membantu menurunkan demam
• Garam elektrolit (oralit) jika di sertai diare
• Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder, lakukan kompres dingin, tidak perlu
dengan es karena bisa berdampak syok. Bahkan beberapa tim medis menyarankan kompres dapat
di lakukan dengan alkohol.Pengobatan alternatif yang umum di kenal adalah dengan meminum
jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah di buktikan secara medis, akan tetapi
jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena dan peningkatan nilai trombosit
darah.
G. Pencegahan Penyakit Demam Berdarah
Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore,
karena nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari). Misalnya hindarkan berada di
lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD nya.
Beberapa cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode pengontrolan
atau pengendalian vektornya adalah :
1. Pengendalian Non Kimiawi :
a. Pada Larva / jentik nyamuk:
1. dilakukan dengan cara menjaga sanitasi / kebersihan lingkungan yaitu pada umumnya 3M:
Menguras dan menyikat dinding bak penampungan air kamar mandi; karena jentik / larva
nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) akan menempel pada dinding bak penampungan air
setelah dikuras dengan ciri-ciri berwarna kehitam-hitaman pada dinding, hanya dengan menguras
tanpa menyikat dinding maka jentik / larva nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) tidak akan
mati karena mampu hidup dalam keadaan kering tanpa air sampai dengan 6 (enam) bulan, jadi
setelah dikuras diding tersebut harus disikat. Menutup rapat – rapat bak – bak penampungan air;
yaitu seperti gentong untuk persediaan air minum, tandon air, sumur yang tidak terpakai karena
nyamuk demam berdarah (Aedest Aegypti) mempunyai ethology lebih menyukai air yang jernih
untuk reproduksinya, Mengubur barang-barang yang tidak berguna tetapi dapat menyebabkan
genangan air yang berlarut-larut ini harus dihindari karena salah satu sasaran tempat nyamuk
untuk bereproduksi.
2. dilakukan dengan cara pencegahan preventive yaitu memelihara ikan pada tempat
penampungan air
b. Pada Nyamuk Dewasa :
1. Dengan memasang kasa nyamuk atau screening yang berfungsi untuk pencegahan agar
nyamuk dewasa tidak dapat mendekat pada linkungan sekitar kita.
2. Dengan menggunkan Insect Light Killer yaitu perangkap untuk nyamuk yang menggunakan
lampu sebagai bahan penariknya (attractan) dan untuk membunuhnya dengan mengunakan
aliran listrik. Cara kerja tersebut sama dengan Electric Raket.
2. Pengendalian Kimiawi :
a. Pada Larva / jentik nyamuk:
Yaitu dikakukan dengan menaburkan bubuk larvasida atau yang biasa disebut dengan
ABATE Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk ABATE
ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3
bulan sekali. Selama 3 bulan bila tempat penampungan air tersebut akan dibersihkan/diganti
airnya, hendaknya jangan menyikat bagian dalam dinding tempat penampungan air tersebut Air
yang telah dibubuhi ABATE dengan takaran yang benar, tidak membahayakan dan tetap aman
bila air tersebut diminum
Takaran penggunaan bubuk ABATE adalah sebagai berikut :
Untuk 10 liter air, ABATE yang diperlukan = (100/10) x 1 gram = 10 gram ABATE
Untuk menakar ABATE digunakan sendok makan. Satu sendok makan peres berisi 10 gram
ABATE.
b. Pada Nyamuk Dewasa :
1. Dilakukan Space Treatment : Pengasapan (Fogging) dan Pengkabutan (Ultra Low Volume)
dengan insectisida yang bersifat knock down mampun menekan tingkat populasi nyamuk dengan
cepat.
2. Dilakukan Residual treatment : Penyemprotan (Spraying) pada tempat hinggapnya nyamuk
biasanya bekisaran antara 0 – 1 meter diatas permukaan lantai bangunan.
3. Dengan memasang obat nyamuk bakar maupun obant nyamuk semprot yang siap pakai dan
bisa juga memakai obat oles anti nyamuk yang memberikan daya fungsi menolak (repellent)
pada nyamuk yang akan mendekat.
Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan cara
pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen agar tempat
perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan, pengeringan, pembuatan
bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan
ini di Indonesia populer dengan nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari
kata menutup, menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
2. Manupulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara yang tidak
menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut dari laguna, pengubahan
kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di bidang pertanian.
3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan vektor dan
mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menempatkan dan
memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber nyamuk (serangga) penular penyakit,
perlindungan perseorangan (personal protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap
kontak dengan sumber serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan
buangan lainnya.
4. Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan musuh-musuh
alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan pengetahuan dasar yang memadai
baik mengenai bioekologi, dinamika populasi nyamuk yang akan dikendalikan dan juga
bioekologi musuh alami yang akan digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan
hasilnyapun lebih lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian
hayati baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu pengendalian
secara terpadu.
5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator, patogen dan
parasit.
a. Predator
Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu populasi nyamuk.
Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk
yang telah lama digunakan sebagai pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala
timah. Jenis ikan lain yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan.
Selain ikan dikenal pula larva nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk
Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar 4-5 kali ukuran
larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan larva Toxorrhynchites telah
banyak dilakukan dalam rangkaian usaha memberantas nyamuk demam berdarah secara tepadu.
b. Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk. Sebagai contoh
adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti
Bacillus thuringiensis subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia,
Thelohania) dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
c. Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga vektor dan
menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda seperti Steinermatidae
(Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat
digunakan untuk mengendalikan populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan
lainnya. Nematoda ini memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh,
merusak dinding dan jaringan tubuh serangga tersebut. Jenis cacing Romanomermis culiciforax
merupakan contoh yang sudah diproduksi secara komersial untuk mengendalikan nyamuk.
Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih terbatas pada
daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya menyerang pada fase dan
spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar pengetahuan bioekologi yang kuat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil kesimpulan
bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas nyamuk yang merupakan vektor
penyakit demam berdarah sehingga rantai penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging
juga dapat dilakukan abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air
pada tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat
dalam PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
 Menguras
 Menutup tampungan air, dan
 Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat menjadi cara
untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD diantaranya yaitu:
 Mengatasi perdarahan.
 Mencegah keadaan syok.
 Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan nyamuk pada
waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti nyamuk.

B. SARAN
1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD tersebut,
sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu menjaga diri dan
lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
2. P e r l u n y a d i g a l a k k a n G e r a k a n 3 M p l u s , tidak hanya bila terjadi wabah tetapi
harusdijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
4. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.18

DAFTAR PUSTAKA
 Anonym. 2011.Pengendalian Nyamuk. http://www.pc3news.com/index.php?
cat=news&id=911&sub=2&view=news. Di akses tanggal 23 maret 2012.
 Anonym. 2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi
Lebih Diutamakan.http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-nyamuk-dengan-
pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.
Di akses tanggal 23 maret 2012.
 Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
 Anonym. 2011. Etiologi dan Patogenesis DBD.
http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-dan-patogenesis-dbd/. Di akses tanggal 23 maret
2012.
 Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-indonesia/. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
 Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic Harapan Baru Penanggulangan DBD
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-penanggulangan-dbd. Di
akses tanggal 23 maret 2012.
 Anonym. 2011. Aedes aegypti. http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
 Anonym. 2011. Ciri-Ciri Nyamuk Penyebab Penyakit Demam Berdarah
http://danialonline.wordpress.com/2009/08/07/ciri-ciri-nyamuk-penyebab-penyakit-demam-
berdarah-nyamuk-aedes-aegypti/. Di akses tanggal 23 maret 2012.
 Anonym. 2011. Penyakit Demam Berdarah Dengue.
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-dbd.html. Di akses
tanggal 23 maret 2012.
 Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.www.library.usu.co.id Di akses tanggal 23 maret 2012.

Makalah Penyakit TIPES

BAB 1
A. Pendahuluan
Tipes adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai
dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Setiap tahun diseluruh dunia terdapat sekitar 17.000.000
kasus dengan 600.000 kematian. Jika tidak segera diobati, 10-20% penderita penyakit tersebut
dapat berakibat fatal. Sekitar 2% dari penderita menjadi carrier (pembawa).
B. Tujuan
Tujuan makalah ini:

~Mengetahui penyakit Tipes


~Gejala penyakit Tipes
~Cara Pengobatan penyakit Tipes

BAB 2
Pembahasan
Defenisi
Tipes adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai
dari usia balita, anak-anak dan dewasa. Setiap tahun diseluruh dunia terdapat sekitar 17.000.000
kasus dengan 600.000 kematian. Jika tidak segera diobati, 10-20% penderita penyakit tersebut
dapat berakibat fatal. Sekitar 2% dari penderita menjadi carrier (pembawa).
Tanda dan Gejala penyakit
1. Sakit perut, mual dan muntah
Orang yang menderita tifus biasanya akan mengalami sakit perut di sebelah kiri, di mana
terdapat usus 12 jari yang mengalami infeksi. Sedangkan maag, rasa sakit terasa di perut bagian
atas atau ulu hati.
2. Perubahan pola BAB
Pada orang tifus akan disertai dengan perubahan pola BAB (buang air besar), misalnya
bergantian bisa mengalami diare saja atau justru menjadi tidak bisa buang air besar.
3. Demam atau badan panas
Penyakit tifus biasanya disertai dengan demam atau badan panas selama beberapa hari. Suhu
tubuh bisa menjadi sangat tinggi hingga 40 derajat celsius, disertai dengan sakit kepala, lemas
dan lemah.
4. Denyut nadi melambat
Umumnya kalau orang panas maka denyut jantungnya akan meningkat sebesar 10 persen setiap
kali terjadi kenaikan suhu tubuh sebesar 1 derajat celsius, tapi tidak halnya bagi demam tifus.
Pada orang yang kena tifus denyut nadinya justru melambat. Hal ini karena ada adanya toksin
(racun) dari kuman tifus yang menyebabkan reaksi tersebut.
5. Lidah berwarna putih
Pada orang tifus lidah bagian tengah akan berwarna putih dan pinggir-pinggirnya berwarna
merah, serta jika ia menjulurkan lidahnya akan terjadi tremor (lidahnya gemetar).
Bakteri penyebab tifus:
1. Rickettsia typhi
2. Rickettsia prowazekii
Pengobatan:
1. Dapatkan segera pertolongan dokter atau petugas kesehatan terdekat
2. Berikan chloramphenicol untuk orang dewasa: dua kapsul @ 250 mg 4 kali sehari. Jika tidak
ada chloramphenicol, gunakan ampicilin atau tetracycline.
3. Turunkan panasnya dengan dengan kain basah yang dingin
4. Berikan cairan yang banyak; sup, sari buah, dan minuman untuk mengembalikan cairan dalam
tubuh.
5. Berikan makanan yang bergizi, kalau perlu dalam bentuk cairan.
6. Penderita harus tinggal di tempat tidur sampai panasnya hilang sama sekali
7. Jika penderita batuk darah atau timbul tanda-tanda peradangan pada selaput perut, ia harus
segera dibawa ke rumah sakit.
BAB 3
Kesimpulan
Penyakit ini disebarkan dari kotoran ke mulut dalam makanan dan air yang tercemar, dan sering
timbul dalam bentuk wabah atau epidemi (penduduk jatuh sakit secara bersamaan).
Di antara berbagai penyakit infeksi yang kadang-kadang dinamakan demam, tifus perut
merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya.

Daftar Pustaka

http://health.detik.com

MAKALAH
“Penyakit TBC”
(Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi dasar)

Oleh :
Tia Widianti

SEKOLAH TINGGI FARMASI MUHAMMADIYAH TANGERANG 2014-2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana dengan
rahmat dan hidayah-nya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu .
Makalah ini berjudul “Penyakit TBC”. Uraian materi yang disajikan didapatkan dari
internet. Materi disajikan dalam bahasa yang tepat, lugas, dan jelas sehingga mudah dipahami
pembaca.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
farmakologi yang meliputi nilai tugas kelompok.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan.
Kepada para pembaca kami ucapkan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini
dengan sebaik-baiknya.

Rangkasbitung, Maret 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penyakit TBC.................................................................................................................3
2.2 Gejala Penyakit TBC.....................................................................................................4
2.3 Pencegahan Penyakit TBC............................................................................................5
2.4 Penularan Penyakit TBC..............................................................................................5
2.5 Pengobatab Penyakit TBC............................................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................7
3.2 Saran................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari
sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.
Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global Emergency.
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada
tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia.
Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB.
Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus
tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis.
Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan
mempunyai dampak yang besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada
lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.
Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6 bulan pengobatan
dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan
yang cukup lama seringkali membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara
tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak berhasil dan kuman menjadi
kebal disebut MDR ( multi drugs resistance ), kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit
dalam pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap waktu demi
pengentasan tuberkulosis di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit TBC?
2. Apakah gejala dari penyakit TBC?
3. Bagaimana cara pencegahan penyakit TBC?
4. Bagaimana penularan penyakit TBC?
5. Bagaimana pengobatan yang harus dilakukan oleh penderita TBC?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit TBC.
2. Untuk mengetahui apa saja gejala dari penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit TBC.
4. Untuk mengetahui bagaimana penularan penyakit TBC.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan penyakit TBC.
6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi dasar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyakit TBC


Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC) TBC adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering
menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan
orang ke orang. Penyakit ini ditemukan oleh ilmuan dari jerman yang bernama Heinrich
Hermann Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman.
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium
tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal
0,3-0,6 mm. Struktur kuman ini terjadi atas lipid (lemak) yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam, serta dari gangguan berbagai kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di
udara kering dan keadaan dingin (misalnya di dalam lemari es) karena sifatnya yang dormant,
yaitu dapat bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu, kuman ini juga bersifat aerob.
Tuberkulosis merupakan infeksi pada saluran pernapasan yang vital. Basil
Mycobacterium masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (dreplet infection) sampai
alveoli dan terjadilah infeksi primer (Gbon). Kemudian, dikelenjar getah bening terjadilah primer
kompleks yang disebut tuberculosis primer. Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai
kekebalan spesifik terhadap basil Mycobacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post primer
tuberculosis (reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan
oleh penularan ulang.
Selain merusak paru-paru, Mycobacterium tuberculosis dapat mengenai sistem saraf
sentral atau meningitis, sistem lympatic, sistem sirkulasi atau miliary tuberculosis, sistem
genitourinary, tulang dan sendi. Penderia penyakit Tuberculosis akan mengalami malnutrisi
dengan berat badan hanya sekitar 30 sampai 50 kg terutama pada orang dewasa.
Kondisi daya tahan tubuh yang sangat rendah pada penderita Tuberculosis akan
menimbulkan Mycobacterium tuberculosis berkembang biak.
2.2 Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala
khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara
klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.
1. Gejala umum (Sistemik)
 Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
 Penurunan nafsu makan dan berat badan.
 Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
 Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala khusus (Khas)
 Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
 Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
 Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
 Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak
yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif.
Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa
dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
2.3 Pencegahan Penyakit TBC
Tips berikut berguna untuk mencegah Penularan penyakit TBC :
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
4. Menghindari udara dingin
5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur
6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak
boleh digunakan oleh orang lain
8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein
2.4 Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh
koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.
2.5 Pengobatan Penyakit TBC
1. Etambutol
2. Isoniasid
3. Rifampisin
4. Pyrazinamid
5. Streptomisin
6. Sikloserin
 Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan selama
18-24 bulan dan dengan dosis 10-20 mg/kg berat badan/hari melalui oral.
 Kombinasi antar INH, rifampicin, dan pyrazinamid yang diberikan selama 6 bulan.
 Obat tambahan, antara lain Strepmomycin (diberikan intramuskuler)dan Etham burol
 Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti-TB untuk mengurangi respons
peradangan, misalnya pada meningitis.
Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB bervariasi
mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine
menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri
sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan
dikulit, gangguan keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal
tersebut, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih
lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC) adalah penyakit infeksi menular
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis tipe humanus, sejenis kuman
berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm.
2. Gejala umum dari penyakit TBC : 1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan pada malam hari disertai keringat. 2) Penurunan nafsu makan dan berat
badan. 3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). 4) Perasaan
tidak enak (malaise), lemah.
3. Gejala khusus dari penyakit TBC : 1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila
terjadi sumbatan sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. 2) Kalau ada cairan
dirongga pleura dapat disertai dengan keluhan sakit dada. 3) Bila mengenai tulang, maka akan
terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara
pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. 4) Pada anak-anak dapat
mengenai otak dan disebut sebagai meningitis gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang-kejang.
4. Cara pencegahan penularan penyakit tbc yaitu dengan menerapkan pola hidup sehat, menjaga
pola makan serta memisahkan dan mencuci barang yang digunakan oleh penderita tbc.
5. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di
dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening.
6. Pengobatan penyakit tbc yaitu dengan cara mengkonsumsi obat antimikobakteri, seperti :
Etambutol, Isoniasid, Rifampisin, Pyrazinamid, Streptomisin dan Sikloserin. Pengobatan ini
dilakukan selama 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit tbc dapat
disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang
diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik
3.2 Saran
Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

http://intanpuja.blogspot.com/2011/10/makalah-penyakit-tbc.html
http://agnesstikeswh2012.blogspot.com/2012/11/makalah-tuberkulosis-tbc.html

Makalah Patologi Indera Pendengaran


MAKALAH PATOLOGI
INDERA PENDENGARAN

DISUSUN OLEH
RIRIN JULIANI PE

PROGRAM STUDI D III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


POLTEKKES PERMATA INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis limpahkan kehadirat Tuhan YME, karena atas pertolongan Nya,
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini tepat pada waktu yang telah direncanakan sebelumnya.
Tak lupa salam Penulis haturkan kepada keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun
Penulis pada ruang dan waktu yang lain.
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas Patologi dan Terminologi Medis III
dengan judul :
“ INDERA PENDENGARAN “
Untuk menyelesaikan Makalah ini adalah suatu hal yang mustahil apabila penulis tidak
mendapatkan bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak, Ibu, Kakak dan Adik tercinta yang telah memberikan dorongan moril maupun materil,
dan sebagai semangat untuk membuka semangat baru.
2. Bapak Choirul Anwar selaku dosen Patologi dan Terminologi Medis III Poltekes Permata
Indonesia Yogyakarta.
3. Rekan-rekan Poltekes Permata Indonesia Yogyakarta.
Penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat bagi semua pihak dan bila terdapat
kekurangan dalam pembuatan laporan ini penulis mohon maaf, karena penulis menyadari
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan

Yogyakarta, 21 Oktober 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................
B. TUJUAN........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. ANATOMI PENDENGARAN.......................................................................
B. FISIOLOGI PENDENGARAN.....................................................................
C. UKURAN BUNYI.........................................................................................
D. GANGGUAN PENDENGARAN..................................................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN...............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan
keseimbangn). Indera pedengaran merupakan salah satu alat panca indera untuk mendengar,
indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan
sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan
mendengar.
Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energy suara. Gelombang suara adalah
getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan rendah karena
penjarangan molekul tersebut. (Sherwood, 2001). Sewaktu suatu gelombang suara mengenai
jendela oval, tercipta suatu gelombang tekanan ditelinga dalam. Gelombang tekanan
menyebabkan perpindahan mirip gelombang pada membrane basilaris terhadap membrane
tektorium. Sewaktu menggesek membrane tektorium sel-sel rambut tertekuk. Hal ini
menyebabkan terbentuknya potensi alaksi. Apabila deformitasnya cukup signifikan, maka saraf-
saraf aferen yang bersinap dengan sel-sel rambut akan terangsang untuk melepaskan potensi
alaksi dan sinyal disalurkan keotak. (Corwin, 2001)
Pada makalah ini saya akan menjelaskan tentang bagian-bagian telinga, fisiologi
pendengaran, ukuran bunyi dan gangguan pendengaran. Mengingat indera pendengaran sangat
penting bagi manusia, maka saya berharap dengan makalah ini mampu menambah pengetahuan
mengenai indera pendengaran.
B. Tujuan Makalah
1. Memenuhi tugas “Patologi dan Terminologi Medis”
2. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai indera pendengaran
3. Mengetahui anatomi dari telinga
4. Mengetahui fisiologi telinga
5. Mengetahui tentang ukuran bunyi
6. Mengetahui tentang gangguan-gangguan yang teradi pada telinga
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Pendengaran
Telinga adalah organ pendengaran. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf cranial ke-8
atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian yaitu Telinga Luar, Telinga Tengah dan
Telinga Dalam.
1. Telinga Luar
Telinga luar terdiri atas aurikel atau pinna, yang pada binatang rendahan berukuran besar serta
dapat bergerak dan membantu mengumpulkan gelombang suara, dan meatus auditorius externa
yang menjorok kedalam menjauhi pinna, serta menghantarkan getaran suara menuju membrane
timpani. Liang ini berukuran panjang sekitar 2.5 cm sepertiganya adalah tulang rawan sementara
2/3 dalamnya berupa tulang. Bagian tulang rawan tidak harus serta bergerak kearah atas dan
belakang. Hal ini biasanya dilakukan bila kita hendak menyemprot telinga. Cairan semprotan itu
harus diarahkan kedinding posterior dan dinding atas dari liang telinga. Aurikel berbentuk tidak
teratur serta terdiri dari tulang rawan dan jaringan fibrus, kecuali pada ujung paling bawah, yaitu
cuping telinga, yang terutama terdiri dari lemak. Ada 3 kelompok otot yang terletak pada bagian
depan atas dan belakang telinga, kendati demikian manusia hanya dapat menggerakkan telinga
sedikit sekali, sehingga hampir tidak kelihatan.
2. Telinga Tengah
Telinga tengah atau rongga timpani adalah bilik kecil yang mengandung udara. Rongga itu
terletak sebelah dalam membrane timpani atau gendang telinga, yang memisahkan rongga itu
dengan meatus auditorius externa. Rongga ini sempit serta memiliki dinding tulang dan dinding
membranosa. Sementara pada bagian belakangnya bersambung dengan antrum mastoid dalam
prosesus mastoideus pada tulang temporalis melalui sebuah celah yang disebut aditus. Tuba
eustakhius bergerak kedepan dan rongga telinga tengah menuju naso-farinx, lantas terbuka.
Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga dapat diatur seimbang melalui
meatus auditorius externa, serta melalui tuba eustakhius (faring timpanik). Celah tuba eustakhius
akan tertutup jika dalam keadaan biasa, dan akan terbuka setiap kali kita menelan. Dengan
demikian tekanan udara dalam ruang timpani dipertahankan tetap seimbang dengan tekanan
udara dalam atmosfer, sehingga cedera atau ketulian akibat tidak seimbangnya tekanan udara,
dapat dihindarkan.
Adanya hubungan dengan naso-farinx ini, memungkinkan infeksi pada hidung atau tenggorokan
dapat menjalar masuk kedalam rongga telinga tengah. Tulang-tulang pendengaran adalah tiga
tulang keci. Yang tersusun pada rongga telinga tengah seperti rantai yang bersambung dari
membrane timpani menuju rongga telinga dalam. Tulang sebelah luar adalah melleus, berbentuk
seperti martil dengan gagang yang terkait pada membrane timpani, sementara kepalanya
menjulur kedalam ruang timpani. Tulang yang berada ditengah adalah inkus atau landasan, sisi
luarnya bersendi dengan melleus, sementara sisi dalamnya bersendi dengan sisi dalam sebuah
tulang kecil, yaitu stapes. Stapes atau tulang sangkurdi, yang dikaitkan pada inkus dengan
ujungnya yang lebih kecil, sementara dasarnya yang bulat panjang terkait pada membrane yang
menutup fenestra festibula, atau tingkap jorong. Rangkaian tulang-tulang ini berfungsi untuk
mengalirkan getaran suara dari gendang telinga menuju rongga telinga.
3. Telinga Dalam
Rongga telinga dalam berada dalam bagian os petrosum tulang temporalis. Rongga telinga dalam
ini terdiri dari berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam tulang temporalis.
Rongga-rongga itu disebut labirin tulang, dan dilapisi membrane sehingga membentuk labirin
branosa. Saluran-saluran membrane ini mengandung cairan dan ujung-ujung akhir saraf
pendengaran dan keseimbangan. Labirin tulang terdiri dari tiga bagian Vestibula yang merupakan
bagian tengah dan tempat bersambungnya bagian-bagian yang lain, ibarat sebuah pintu yang
menuju ruang tengah (vestibula) pada sebuah rumah. Saluran setengan lingkaran bersambung
dengan vestibula. Ada tiga jenis saluran-saluran itu, yaitu superior, posterior dan lateral. Saluran
lateral letaknya horizontal, sementara ketiga-tiganya saling membuat sudut tegak lurus satu sama
lain. Pada salah satu ujung setiap saluran terdapat peebalan yang disebut ampula. (Gerakan
cairan yang merangsang ujung-ujung akhir saraf khusus dalam ampula inilah yang menyebabkan
kita sadar akan kedudukan kita. Bagian telinga dalam ini berfungsi untuk membantu serebelum
dalam mengendalikan keseimbangan, serta kesadaran kedudukan kita). Korlea adalah sebuah
tabung berbentuk sepiral yang membelit dirinya laksana sebuah rumah siput. Belitan-belitan itu
melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang memiliki bagian tengah dari tulang, dan
disebut modiulus. Dalam setiap belitan ini terdapat slura membranosa yang mengandung ujung-
ujung saraf pendengaran. Cairan dalam labirin membranosa disebut eindolimfe, sementara cairan
labirin membranosa dan dalam labirin tulang disebut perilimfe. Ada dua tingkap dalam ruang
melingkar ini :
a) Fenestra vestibule (yang juga disenut fenestra ovalis, lantaran bentuknya yang bulat dan panjang)
ditutup oleh tulang stapes.
b) Fenestra koklea (yang juga disebut fenestra rotunda, lantaran bentuknya bundar) ditutup oleh
sebuah membrane.
Kedua-duanya menghadap ketelinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini tulang bertujuan agar
getaran dapat dialihkan dari rongga telinga tengah, guna dilangsungkan dalam perilimfe
(perilimfe adalah cairan yang praktis tidak dapat dipadatkan). Getaran dalam perilimfe dialihkan
kedalam endolimfe, dan demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran. Nervus
auditorius (saraf pendengaran) terdiri dari dua bagian. Salah satu dari padanya pengumpulan
sensibilitas dari bagian vestibuler rongga telinga dalam, yang mempunyai hubungan dengan
keseimbangan. Serabut-serabut saraf bergerak menuju neklus vestibularis yang berbeda pada titik
pertemuan pons dan medulla oblongata, lanytas kemudian bergerak terus menuju serebelum.
Bagian kokhlearis pada nervus auditorius serabut-serabut sarafnya mula-mula dipancarkan
kepada sebuah nucleus khusus yang berada tepat dibelakang thalamus, lantas dari sana
dipancarkan lagi menuju pusat penerima akhir dalam kortex otak yang terletak pada bagian
bawah lobus.
B. Fisiologi Pendengaran
Ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara dimana
kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga telinga luar
(auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan menuju
iknus dan stapes meleus yang terkait pada membrane itu. Karena getaran yang timbul pada setiap
tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke fenestra
vestibuler menuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan melalui membrane menuju endolimfe
dalam saluran kokhlea dan rangsangan menuju akhir-akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya
dihantarkan menuju otak.
Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang enak atau tidak enak.
Gelombang suara menimbulkan bunyi.
1. Tingkatan suara biasa 80-90 desibel
2. Tingkat maksimum kegaduhan 130 desibel.
Nesus yang terbesar dalam kanalis semi sirkularis menghantarkan implus-implus menuju otak.
Implus-implus ini dibangkitkan dalam kanal-kanal tadi karena adanya perubahan kedudukan
cairan dalam kanal atau saluran-saluran itu. Hal ini mempunyai hubungan erat dengan kesadaran
kedudukan kepala terhadap badan. Apabila seseorang didorong kesalah satu sisi maka kepalanya
cenderung miring kearah lain (berlawan dengan arah badan yang didorong) guna
mempertahankan keseimbangan, berat badab diatur, posisi badan dipertahankan sehingga
jatuhnya badan dapat dipertahankan. Perubahan kedudukan cairan dalam saluran semi sirkuler
inilah yang merangsang implus respon badan berupa gerak reflek, guna memindahkan berat
badan serta mempertahankan keseimbangan. Nervus auditorius mengumpulkan sensibilitas dan
bagian vestibuler rongga telinga dalam yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan.
Serabut sserat ini bergerak menuju neklus vestibularis yang berada pada titik pertemuan pons dan
medulla oblongata terus bergerak menuju serebelum. Bagian kokhlearis pada nervus auditori
saraf pendengaran yang sebenarnya serabut saraf dipancarkan kesebuah nucleus khusus yang
berada dibelakang thalamus, dipancarkan menuju kortekx otak yang terletak pada bagian
temporalis
1. Pendengran
Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasi udara tertentu dan
mengintrepetasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energy gelombang tekanan menjadi
implus syaraf, dan serebri mengkonversi implus ini menjadi bunyi. Bunyi memiliki frekuensi,
amplitude dan bentuk gelombang. Frekuensi gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi
gelombang udara per unit waktu. Telinga manusia dapat menangkap frekuensi yang bervariasi
dari sekitar 20 sampai 16.000 Hertz (Hz). Satu hertz yaitu satu siklus perdetik. Bunyi
berfrekuensi rendah mempunyai nada rendah, bunyi berfrekuensi tinggi mempunyai nada tinggi.
Suara manusia berkisar dari sekitar 65 Hz sampai sedikit diatas 1000 Hz. Mekanisme frekuensi
manusia paling sensitive terhadap suara dengan frekuensi sekitar 1000 Hz. Amplitude adalah
ukuran energy atau intensitas fluktuasi tekanan. Gelombang bunyi dengan amplitude yang
berbeda diinterpretasikan sebagai perbedaan dalam kekerasan ukuran bunyi dalam ukuran
decibel (dB). Bunyi bisikan sekitar 20 dB, percakapan tenang sekitar 50 dB, pabrik yang bising
sekitar 100 dB, bunyi diatas 120 dB menyebabkan nyeri dan pemaparan dalam jangka panjang
dapat merusak telinga dan menyebabkan ketulian.
2. Proses pendengaran ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai gelombang suara
dimana kecepatan dan volumenya berbeda-beda. Gelombang suara bergerak melalui rongga
telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan timpani bergetar, getaran-getaran tersebut
diteruskan menuju iknus dan stapes melleus yang terkait pada membrane itu, karena getaran
yang timbul pada setiap tulang itu sendiri maka tulang akan memperbesar getaran yang
kemudian disalurkan ke fenestra vestibuler munuju perilimfe. Getaran perilimfe dialihkan
melalui membrane menuju endolimfe dalam saluran kokhlea dan rangsangan mencapai ujung-
ujung akhir saraf dalam rongga korti selanjutnya dihantarkan menuju otak. Perasaan
pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara enak atau tidak enak, gelombang suara menimbulkan
bunyi, tingkatan suara biasa 80-90 dB, tingkatan maksimum kegaduhan 130 dB.
3. Saraf pendengaran nervus auditorius mengumpulkan sensibilitas dan vestibuler rongga telinga
dalam yang mempunyai hubungan dengan keseimbangan. Serabut serat ini bergerak menuju
neklus vestibularis yang berada pada titik pertemuan antara pons dan medulla oblongata terus
bergerak menuju sebelumnya. Bagian kokhlearis pada nervus auditori saraf pendengaran yang
sebenarnya. Serabut saraf dipancarkan ke sebuah nucleus khusus yang berada dibelakang
thalamus, dipancarkan menuju kortex otak yang terletak pada bagian temporalis.

C. Ukuran bunyi
Ukuran bunyi yang dapat didengar manusia kurang dari 85 dB dan dapat merusak telinga jika
lebih dari 85 dB dan pada ukuran 130 dB akan membuat hancur gendang telinga. Berdasarkan
frekuensi pendengarannya, suara dibagi menjadi :
1. Infrasound : 0Hz – 20Hz
2. Pendengaran manusia : 20Hz – 20KHz
3. Ultrasound : 20KHz – 1GHz
4. Hypersound : 1GHz – 10THz
Satuan yang digunakan dalam ukuran bunyi adalah decibel (dB). Karena perubahan intensitas
suara yang sangat luas yang dideteksi dan dibedakan oleh telinga intensitas suara biasanya
dinyatakan sebagai logaritma intensitas sebenarnya. Peningkatan 10 kali energy suara dinamakan
1 bel, dan 1 persepuluh bel dinamakan 1 desibel. 1 desibel menggambarkan peningkatan
intensitas sebenarnya sebesar 1.26 kali. Alasan lain menggunakan system decibel dalam
menyatakan perubahan kekerasan suara adalah bahwa dalam batas intensitas suara yang bisa
untuk komunikasi, telinga dapat mendeteksi perubahan intensitas suara kira-kira 1 desibel.
Frekuensi pendengaran yang dapat didengar oleh orang tua. Orang muda, sebelum proses
penuaan terjadi pada telinga, umumnya dinyatakan antara 30-20.000 siklus per detik. Akan
tetapi, batas suara sangat tergantung pada intensitas. Bila intensitas hanya -60 desibel, batas
suara hanya 500 sampai 5000 siklus per detik, tetapi bila intensitas suara adalah -20 desibel,
batas frekuensi 70 sampai 15000 siklus per detik. Pada orang tua, batas frekuensi turun dari 50
sampai 8000 siklus persetik atau kurang.

D. Gangguan Pendengaran
Beberapa penyakit telinga dapat menyebabkan ketulian sebagian bahkan ketulian total. Bahkan
lagi, kebanyakan penyakit pada telinga bagian dalam dapat mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan. permasalahan yang terjadi pada telinga kita harus ditangani oleh dokter spesialis
khusus yang disebut otolaryngologist, yang mana spesialist ini ahli dalam mengobati gangguan
yang terjadi pada gendang telinga sampai pada telinga dalam yang luka akibat benturan fisik.
Kelainan pada telinga, diantaranya :
1. Radang telinga (otitas media)
Penyakit ini disebabkan karena virus atau bakteri. Gejalanya sakit pada telinga, demam, dan
pendengaran berkurang. Telinga akan mengeluarkan nanah.
2. Labirintitis
Labirintitis merupakan gangguan pada labirin dalam telinga. Penyakit ini disebabkan oleh
infeksi, gegar otak, dan alergi. Gejalanya antara lain telinga berdengung, mual, muntah, vertigo,
dan berkurang pendengaran.
3. Motion sickness
Mabuk perjalanan atau disebut motion sickness. Mabuk perjalanan ini merupakan gangguan pada
fungsi keseimbangan. Penyebabnya adalah rangsangan yang terus menerus oleh gerakan atau
getaran-getaran yang terjadi selama perjalanan, baik darat, laut maupun udara. Biasanya disertai
dengan muka pucat, berkeringat dingin dan pusing.
4. Tuli
Tuli atau tuna rungu ialah kehilangan kemampuan untuk dapat mendengar. Tuli dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu tuli konduktif dan tuli saraf. Tuli konduktif terjadi disebabkan oleh
menumpuknya kotoran telinga di saluran pendengaran, sehingga mengganggu transmisi suara ke
koklea. Tuli saraf terjadi bila terdapat kerusakan syaraf pendengaran atau kerusakan pada koklea
khususnya pada organ korti.
5. Othematoma
Pada beberapa kasus kelainan pada telinga terjadi kelainan yang disebut othematoma atau
popular dengan sebutan ‘telinga bunga kol’, suatu kondisi dimana terjadi gangguan pada tulang
rawan telinga yang dibarengi dengan pendarahan internal serta pertumbuhan jaringan telinga
yang berlebihan (sehingga telinga tampak berumbai laksana bunga kol). Kelainan ini diakibatkan
oleh hilangnya aurikel dan kanal auditori sejak lahir.
6. Penyumbatan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan menyebabkan gatal-gatal, nyeri
serta tuli yang bersifat sementara. Dokter akan membuang serumen dengan cara menyemburnya
secara perlahan dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah,
terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang, maka tidak
dilakukan irigasi. Jika terdapat perforasi gendang telinga, air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang dengan
menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya tidak digunakan pelarut
serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi alergi pada kulit saluran telinga, dan tidak
mampu melarutkan serumen secara adekuat.
7. Perikondritis
Perikondritis adalah suatu infeksi pada tulang rawan (kartilago) telinga luar. Perikondritis bisa
terjadi akibat: - cedera - gigitan serangga - pemecahan bisul dengan sengaja. Nanah akan
terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Kadang
nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago, menyebabkan kerusakan pada
kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk telinga. Meskipun bersifat merusak
dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke kartilago.
Untuk infeksi yang lebih ringan diberikan antibiotik per-oral, sedangkan untuk infeksi yang lebih
berat diberikan dalam bentuk suntikan. Pemilihan antibiotik berdasarkan beratnya infeksi dan
bakteri penyebabnya. (medicastore) Ada banyak lagi gangguan yang terjadi pada alat
pendengaran kita ini, misalnya tumor, cedera, eksim, otitis dan lain-lain
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Indera pendengar dan keseimbangan terdapat di dalam telinga. Telinga manusia terdiri atas
tiga bagian, yaitu :
1. Telinga luar, yang menerima gelombang suara.
2. Telinga tengah, dimana gelombang suara dipindahkan dari udara ke tulang dan oleh tulang ke
telinga dalam.
3. Telinga dalam, dimana getaran ini diubah menjadi impuls saraf spesifik yang berjalan melalui
nervus akustikus ke susunan saraf pusat. Telinga dalam juga mengandung organ vestibuler yang
berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan.
Pendengaran merupakan indera mekanoreseptor karena telinga memberikan respon
terhadap getaran gelombang suara yang terdapat di udara. Factor utama yang menyokong
kepekaan telinga adalah sistem mekanik dari telinga luar dan telinga tengah, yang satu
mengumpulkan suara dan kedua menyalurkan ke telinga bagian dalam.
Telinga dapat mengalami penurunan fungsi pendengaran jika pada salah satu fisiologinya
mengalami kerusakan. Salah satunya adalah ketulian yang diakibatkan pecahnya gendang
telinga. Oleh karena itu diharapkan dapat menjaga dan selalu merawat indera pendengaran
supaya tetap dalam kondisi normal.

B. Saran
1. Bersihkanlah telinga setiap hari agar tidak terjadi kerusakan atau gangguan pada telinga
DAFTAR PUSTAKA

Ethel,Slonane. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC


Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Junquiera, L.C. dan Carneiro. J. 1980. Basic Histology. Alih bahasa: Histologi dasar, oleh adji
Dharma.1982. Jakarta: EGC
Ganong, W.F, 1983, Fisiologi Kedokteran, Jakarta : CV. EGC.
Guyton, A. C., 1983, Fisiologi Kedokteran 2, Jakarta : CV. EGC.
Radiopoetro, R., 1986, Psikologi Faal 1, Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
UGM.
http://sditphbatang.blogspot.com/2011/09/alat-indra-manusia.html
http://crayonpedia.org/mw/Alat_Indra_Pada_Manusia_9.1

MAKALAH KESEHATAN MATA

MAKALAH
KESEHATAN MATA
Dosen Pengampu : Erwin Setyo Kriswanto M.kes

Disusun Oleh:
Silvia Fitri Marcella 14601241012
Ghulam Zaky Nidhomuddin Firdaus 14601241007
Wahyu Arum Kusuma Dewi 14601241008
Afifah Zulfa 14601241030

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata adalah motor kehidupan manusia yang merupakan alat indra penglihat yang di
dalamnya terdapat jaringan-jaringan indera penglihatan, jaringan-jaringan tersebut berpotensi
menimbulkan penyakit atau kelainan dalam penglihatan. Banyak manusia yang memiliki mata
normal tidak dijaga dengan baik, dan mengakibatkan mata normalnya direnggut oleh penyakit
yang membuat gangguan pada mata.
Penyakit yang menyerang mata, dikarenakan oleh hubungan manusia terhadap lingkungan
sekitar, terutama interaksi yang dilakukan manusia terhadap kemajuan teknologi di era global ini,
yang memberikan dampak negatif terhadap kesehatan mata.
2.2 Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mata?
2. Apa saja bagian-bagian mata dan fungsinya?
3. Apa saja gangguan atau penyakit mata?
4. Apa saja faktor penyebab terjadinya penyakit pada mata?
. Bagaimana sistem kerja mata atau mekanisme melihat?

BAB II
PEMBAHASAN
A. MATA
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang di bungkus oleh tiga lapisan dari luar
ke dalam yang merupakan organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata
yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang
atau gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakan untuk memberikan pengertian visual.

B. BAGIAN-BAGIAN MATA DAN FUNGSINYA


Organ luar
 Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
 Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
 Kelopak mata berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.
Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerja sama mengantarkan cahaya dari sumbernya menuju ke
otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf. Bagian-bagian tersebut adalah:
 Kornea
Merupakan bagian terluar dari bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya
Fungsi : Melindungi bagian sensitif di belakangnya, membantu mata memfokuskan bayangan
pada retina.
 Sklera
Merupakan bagian dinding mata yang berwarna putih. Tebalnya rata-rata 1 milimeter tetapi pada
irensi otot, menebal menjadi 3 milimeter. Fungsinya melindungi bola mata dari kerusakan
mekanis dan memungkinkan melototnya otot mata.
 Pupil dan selaput pelangi
Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Fungsi pupil menentukan kuantitas cahaya yang
masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang
gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil dipengaruhi oleh selaput
pelangi di sekelilingnya. Selaput pelangi berfungsi sebagai diafragma. Selaput pelangi inilah
terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata.
 Lensa mata
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya pada retina. Fungsi lensa mata
adalah mengatur fokus cahaya, sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk
melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan menipis. Sedangkan untuk
melihat objek yang dekat (cahaya datang dari dekat), lensa mata akan menebal.
 Aqueous Humour
Bagian mata yang berupa cairan yang terdapat diantara kornea dan lensa mata. Fungsinya
menjaga bentuk kantong depan bola mata.
 Vitreous Humour
Merupakan cairan bening dan kental yang terdapat diantara lensa mata dan retina. Fungsinya
untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata.
 Retina atau Selaput Jala
Retina adalah bagian mata yang paling peka terhadap cahaya, khususnya bagian retina yang
disebut bintik kuning. Setelah retina, cahaya diteruskan ke saraf optik. Fungsi retina menerima
bayangan dan untuk melihat benda.
 Fovea (Bintik Kuning)
Fovea berupa bagian yang mengandung sel-sel kerucut. Fungsinya sebagai tempat bayangan
jatuh pada daerah retina.
 Bintik buta
Tempat saraf optik meninggalkan bagian dalam bola mata. Tidak peka terhadap cahaya karena
tidak mengandung sel konus dan sedikit sel batang.
 Badan silia
Berupa otot melingkar dan otot radikal yang terdekat pada ujung depan lapisan koroid yang
membentuk penebalan. Fungsinya menyokong 3lensa dan mensekresikan aqueous humor.
 Saraf optik
Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak.
C. PENYAKIT MATA
 Miopi
Miopi yakni jenis penyakit mata yang seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak
jauh. Biasanya terjadi pada pelajar.dapat dibantu dengan kacamata berlensa cekung.
Hipermetropi Hipermetropi yaitu seseroang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat
dari mata. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa cembung.
 Presbiopi
Presbiopi adalah salah satu jenis penyakit mata seseorang yang tidak dapat melihat benda yang
berjarak dekat maupun berjarak jauh. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa
terjadi pada lansia. Kerabunan dan kebutaan Buta berarti seseorang tidak dapat melihat benda
apapun sama sekali. Buta bisa saja diakibatkan keturunan, maupun kecelakaan. Rabun berarti
seseorang hanya dapat melihat dengan samar-samar. Orang-orang yang buta maupun rabun
biasanya “membaca” dengan jari-jarinya. Ini disebut huruf Braille.
 Buta warna
Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dapat membedakan warna.
Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan putih. Buta warna biasanya merupakan
penyakit turunan. Artinya jika seseorang buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna.
Katarak adalah suatu penyakit mata di mana lensa mata menjadi buram karena penebalan Lensa
Mata dan terjadi pada orang lanjut usia (lansia). Astigmatis = ketidakaturan lengkung – lengkung
permukaan bias mata yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina(bintik kuning).
Dapat dibantu dengan kacamata slinder/Operasi refraktif.
 Rabun senja
Rabun senja adalah jenis penyakit mata yang disebabkan karena mata kekurangan vitamin A.
Penderita biasanya tidak bisa melihat pada saat sore hari saja.
 konjungtivitis (menular)
Adalah jenis penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi di bagian selaput yang
melapisi mata.
Gejalanya mata memerah, berarir, terasa nyeri, gatal, penglihatan kabur, dan keluar kotoran.
Penyakit mata ini mudah menular dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Beberapa faktor menjadi
penyebabnya, seperti infeksi virus atau bakteri, alergi (debu, serbuk, angin, bulu atau asap),
pemakaian lensa kontak dalam jangka waktu panjang dan kurang bersih. Bayi pun bisa
mengalami sakit mata, hanya penyebabnya berbeda yaitu karena infeksi ketika melewati jalan
lahir.
Cara mengobatinya Kompres mata dengan air hangat Gunakan obat tetes mata atau salep
antibiotika seseui resep dokter. Bersihkan tangan sebelum mengoleskan salep agar iritasi tidak
tambah parah. Cegah penularan penyakit ke orang lain dengan memisahkan alat-alat yang
digunakan oleh Anda dan orang-orang.
 Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang berkembang biak di
lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa menular.Jenis Penyakit mata ini sering
menyerang anak-anak, khususnya di negara berkembang. Memiliki gejala : mata memerah,
mengeluarkan kotoran, pembengkakan kelopak mata dan kelenjar getah bening dan kornea
terlihat keruh
 Selulitis Orbitalis (SO)
Jenis Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar bola mata. Gejalanya mata
merah, nyeri, kelopak mata bengkak, bola mata menonjol dan bengkak, serta demam. Pada anak-
anak, SO sering terjadi akibat cedera mata, infeksi sinus atau infeksi berasal dari gigi. Dokter
biasanya akan melakukan rontgen gigi dan mulut atau CT Scan sinus untuk memastikan
penyebabnya.
Cara mengobatinya, jika kasus tergolong ringan, dapat diberikan antibiotika secara oral. Pada
kasus berat akan diberikan antibiotika melalui pembuluh darah atau melakukan pembedahan
untuk mengeluarkan nanah atau mengeringkan sinus yang terinfeksi.
 Blefaritis
Peradangan yang terjadi pada kelopak mata akibat produksi minyak berlebihan dan berasal dari
lapisan mata. Memiliki gejala berupa mata merah, panas, nyeri, gatal, berarti, terdapat luka di
bagian kelopak mata dan membengkak, bahkan rontoknya bulu mata. Blefaritis terbagi dua jenis,
yaitu blefaritis anterior (peradangan mata bagian luap depan yaitu di melekatnya bulu mata,
disebabkan bakteri stafilokukus). Dan blefaritis posterior (peradangan di kelopak mata bagian
dalam, bagian kelopak mata dan bersentuhan dengan mata, disebabkan adanya kelainan pada
kelenjar minyak) dan blefaritis merupakan jenis penyakit mata harus di tangani dengan baik.
 Dakrosistitis
Jenis Penyakit mata yang disebabkan penyumbatan pada duktus nasolakrimalis (saluran yang
mengalirkan air mata ke hidung). Penyumbatan disebabkan alergi sehingga menyebabkan infeksi
di sekitar kantung air mata yang menimbulkan nyeri, warna merah dan bengkak, bisa
mengeluarkan nanah dan mengalami demam.
 Dakriosistitis
Jenis penyakit mata dimana suatu infeksi pada sakus lakrimalis atau saluran air mata yang berada di
dekat hidung.
Gejala:
a.Nyeri, kemerahan,
b.Pembengkakan pada kelopak mata bawah
c. Terjadinya pengeluaran air mata berlebihan (epifora).
 Glaukoma
Salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap
menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta.
Gejala:
a.Bila memandang lampu neon/sumber cahaya maka akan timbul warna pelangi di sekitar neon
tersebut.
b.Mata terasa sakit karena posisi mata dalam keadaan membengkak.
c.Penglihatan yang tadinya kabur lama kelamaan akan kembali normal.
d.Rasa ingin mengedip terus-menerus dengan menekan kedipan berlebihan.
 Katarak
Sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata
menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit
sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. dalam perkembangan katarak yang
terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita
menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi
akan warna biru.
Gejala:
a.Penderita katarak akan mengalami pengelihatan yang buram
b.Ketajaman pengelihatan berkurang
c.Sensitivitas kontras juga hilang, sehingga kontur, warna bayangan dan visi d. kurang jelas
karena cahaya tersebar oleh katarak ke mata
 Koloboma
Istilah yang menggambarkan lubang yang terdapat pada struktur mata, seperti lensa mata, kelopak
mata, iris, retina, koroid, atau diskus optikus
Gejala:
Kloboma memengaruhi pandangan, tergantung dari tingkat keparahan sesuai dengan ukuran dan
lokasi. Misalnya, bila hanya sebagian kecil dari iris yang rusak, pandangan mungkin saja normal.
Namun bila terjadi pada retina atau saraf optik, maka pandangan pasien akan rusak dan sebagian
besar lapangan pandang akan hilang. Kadang-kadang mata dapat mengecil atau mikroftalmos,
dan bahkan pasien dapat menderita penyakit mata lainnya seperti glaukoma.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PENYAKIT PADA MATA
Banyak faktor yang memebabkan mata terserang penyakit, diantaranya :
1. Merokok
Rokok mengandung banyak zat kimia yang merugikan bagian sensitif dari retina yaitu makula.
Saat sel-sel makula mati, maka resiko kerusakan mata lebih besar terjadi.
2. Mengerutkan mata
Tanpa kita sadari mengerutkan mata saat mata kita lelah, membuat tekanan otot-otot sekitar mata
mengalami kerusakan. Akibatnya, terjadi gangguan penglihatan.
3. Berinteraksi langsung dengan sinar ultraviolet
Sinar UV sangat membahayakan mata, karena kornea mata bisa terbakar dan merusak lensa mata
serta retina. Selain itu, sinar UV yang berlebihan pada mata juga bisa meningkatkan risiko
katarak.
4. Tekanan darah tinggi
Darah tinggi yang tidak diobati dengan benar bisa membahayakan mata. Kondisi ini ini dapat
merusak pembuluh darah di retina, yakni daerah di belakang mata yang berguna memfokuskan
gambar. Penyakit ini disebut juga retinopati hipertensi.
5. Mempunyai penyakit diabetes
Diabetes bisa mengakibatkan mata terserang penyakit glukoma, yang mengakibatkan kebutaan
dan penglihatan kabur.
6. Faktor Keturunan
7. Cacat sejak lahir
8. Mengkonsumsi alkohol
Alkohol bisa mengakibatkan masalah pada kesehatan mata, seperti melambatnya reaksi pupil,
penurunan kinerja visual, mata kemerahan, sering migran dan penurunan sensitivitas kontras.
E. MEKANISME MELIHAT
Sumber cahaya

Masuk ke mata melalui kornea

Melewati pupil yang lebarnya diatur oleh iris

Dibiaskan oleh lensa

Terbentuk bayangan diretina yang bersifat nyata, terbalik, dperkecil

Sel-sel batang dari sel kerucut meneruskan sinyal cahaya melalui saraf optik

Otak membalikkan lagi bayangan yang terlihat di retina

Obyek terlihat sesuai aslinya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mata adalah indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia yang membantu kita dalam
menyelesaikan segala aktivitas sehari-hari, maka dari itu menjaga kesehatan mata kita sangatlah
penting dan merupakan wujud syukur pada apa yang dimiliki oleh kita. Tidak hanya itu dengan
menjaga mata kita maka mata akan berfungsi dengan baik, sehingga tidak mengganggu aktivitas
kita
B. Saran
Sebagai makhluk yang selalu bersyukur kita harus menjaga pemberian dari Yang Maha Kuasa.

MAKALAH ATRITIS REMATOID

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya
usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan
jaringan tubuh.
Pada usia lanjut individu akan mengalami perubahan fisik, mental, sosial ekonomi dan spiritual
yang mempengaruhi kemampuan fungsional dalam aktivitas kehidupan sehari-hari sehingga
menjadikan lansia menjadi lebih rentan menderita gangguan kesehatan baik fisik maupun mental.
Walaupun tidak semua perubahan struktur dan fisiologis, namun diperkirakan setengah dari
populasi penduduk lansia mengalami keterbatasan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, dan
18% diantaranya sama sekali tidak mampu beraktivitas. Berkaitan dengan kategori fisik,
diperkirakan 85% dari kelompok umur 65 tahun atau lebih mempunyai paling tidak satu masalah
kesehatan(HealthyPeople,1997).
Dan jumlah penduduk lansia yang tinggi kemungkinan membuat rematik jadi keluhan favorit.
Penyakit otot dan persendian ini sering menyerang lansia, melebihi hipertensi dan jantung,
gangguan pendengaran dan penglihatan, serta diabetes(Health-News,2007).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi arthritis rheumatoid ?
2. Apa etiologi arthritis rheumatoid ?
3. Apa manifestasi klinis arthritis rheumatoid ?
4. Bagaimana patofisiologi dari arthritis rheumatoid ?
5. Bagaimana penatalaksanaan untuk pasien dengan arthritis rheumatoid?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi arthritis rheumatoid
2. Untuk mengetahui etiologi arthritis rheumatoid
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis arthritis rheumatoid
4. Untuk mengetahui patofisiologi arthritis rheumatoid
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk pasien dengan arthritis rheumatoid
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada arthritis rheumatoid
D. MANFAAT
1. Sebagai informasi dasar untuk mengenal arthritis rheumatoid
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca mengenai arthritis rheumatoid .

BAB II
PEMBAHASAN

1. KONSEP DASAR MEDIS


A. DEFINISI
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan
penyambung .
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi
utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh
organ tubuh.
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan
kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari artritis rhematoid belum dapat diketahui secara pasti, tetapi dapat dibagi dalam 3
bagian, yaitu:
1) Mekanisme imunitas (antigen antibodi) seperti interaksi IgG dari imunoglobulin dengan
rhematoid factor
2) Faktor metabolik
3) Infeksi dengan kecenderungan virus
C. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda dan gejala setempat
a. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan
terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam
dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak
berlangsung lama.
b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemah
c. Poli artritis simetris sendi perifer atau semua sendi bisa terserang,panggul, lutut, pergelangan
tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan
tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena juga
d. Artritis erosive atau sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan
erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar X
e. Deformitas atau pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea,
deformitas beoutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang
disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis
disertai kehilangan kemampuan bergerak yang total
f. Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini
sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan
bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.
2. Tanda dan gejala sistemik
• Lemah, demam, tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksia
Bila ditinjau dari stadium, maka pada RA terdapat tiga stadium yaitu:
a. Stadium Sinovisis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema
karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak dan kekakuan
b. Stadium Destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan
sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon
c. Stadium Deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan
fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada
pembentukan pannus, ankilosis fibrosa dan terakhir ankilosis tulang.
D. PATOFISIOLOGI
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat
febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama
pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago
menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan
kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau
tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen
jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang
sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan
tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan
selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Tes serologi
- Sedimentasi eritrosit meningkat
- Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
- Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
- Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
- Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa
diperiksa secara makroskopik.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang
mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6
minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen.
Kriteria Artritis rematoid menurut American Reumatism Association ( ARA ) adalah:
1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).
2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi
3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi
secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain
5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor
7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid
8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
9. Pengendapan cairan musin yang jelek
10. Perubahan karakteristik histologik lapisan synovial
11. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
• Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu
• Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.
• Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama
4 minggu.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangiinflamasi,
menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuanmobilisasi penderita
(Lemone & Burke, 2001)
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu
untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
1) Istirahat
2) Latihan fisik
3) Termoterapi
4) Pengobatan :
o Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan
adalah 20-25 mg per 100 ml
o Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat
o Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan
sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan
o Garam emas
o Kortikosteroid
5) Nutrisi
diet untuk penurunan berat badan yang berlebih
Bila Rhematoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan
untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai
berikut:
1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi
dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi.
2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian
2. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Proses keperawatan
a.Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan
o Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
o Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sen
2.Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit,
ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
o Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
- Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
- Catat bila ada krepitasi
- Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
- Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
 Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
 Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
3. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien
yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan
pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut / kronis behubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: deformitas skeletal, nyeri, ketidak nyamanan,
intolransi aktifitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahankemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi,ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunankekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosisdan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
c.Intervesi keperawatan
1. Nyeri akut / kronis behubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan / proses inflamasi, destruksi sendi
Kriteria hasil :
- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
- Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuaikemampuan.
INTERVENSI RASIONAL
- kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0
– 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
- berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
- biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi.
Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
- dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong
sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
- anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan
waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi
- berikan masase yang lembut kolaborasi
- beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil
salisilat (aspirin)
-membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program
- matras yang lembut/empuk, banal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh
yang tepat, menempatkan stres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan ada sendi yang terinflamasi / nyeri
- pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
- Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi - Panas meningkatkan relaksasi
otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas
pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
- Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan: deformitas skeletal, nyeri, ketidak nyamanan,
intolransi aktifitas, penurunan kekuatan otot
Kriteria hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktur.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau kompensasi bagian
tubuh.
- Mendemonstrasikan tekhnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas.
INTERVENSI RASIONAL
-Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
-Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
-Bantu bergerak dengan bantuan seminimal mungkin.
-Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan
-Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
-Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid
- Tingkataktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari proses inflamasi
-Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
-Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum
-Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
-Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh
- Untuk mecegah inflamasi sistemik akut
3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahankemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan
energi,ketidakseimbangan mobilitas
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit,
perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa depan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
• Dorong pengungkapan mengenai masalah, proses penyakit, dan harapan masa depan
• Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana
pandangan pribadi klien terhadap perubahan gaya hidup termasuk aspek seksual.
• Diskusikan persepsi klien mengenai bagaimana orang terdekat dalam menerima keterbatasan
klien
• Akui dan terima perasaan berduka,bermusuhan,dan ketergantungan
• Perhatikan perilaku menarik diri, menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan
• Susun batasan pada perilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif
yang dapat membantu koping
• Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas
Kolaborasi
• Rujuk pada konseling psikiatri
• Berikan obat-obat sesuai petunjuk
• Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara langsung.
• Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang
lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.
• Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana
pasien memandang dirinya sendiri.
• Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.
• Dapat menunjukkan emosional atau metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih
lanjut atau dukungan psikologis.
• Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
• Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong
partisipasi dan terapi.
• Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses
jangka panjang/ketidakmampuan
• Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan
kemampuan
yang yang lebih efektif
4. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunankekuatan,
daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi
Kriteria hasil :
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuanindividual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
• Kaji tingkat fungsi fisik
• Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan program latihan
• Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi
lingkungan
• Identifikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya: lift, peninggiandudukan toilet, kursi
roda
• Mengidentifikasi tingkat bantuan dan dukungan yang diperlukan
• Mendukung kemandirian fisik/emosional
• Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
• Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosisdan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/ mengingat, kesalahan interpretasi
informasi
Kriteria hasil :
- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yangkonsisten
dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas
INTERVENSI RASIONAL
-Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan
- Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui obat-obatan, dan
program diet seimbang, l;atihan dan istirahat
-Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realisti, istirahat, perawatan
pribadi,pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres
-Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik
- Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED,Kadar
salisilat, PT
-Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi
- Tujuan kontrol penyakitadalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk
mempertahankan fungsisendi dan mencegah deformitas
- Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakitkronis
kompleks
-Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung ketepatan
- Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yangterus menerus untuk menjamin
efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan
kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan
seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Tanda dan gejala pada
umumnya berupa nyeri pada persendian, bangkak (rheumatoid nodule), dan kekakuan pada sendi
terutama setelah bangun pada pagi hari.
B. Saran
Mengingat arthritis rheumatoid merupakan penyakit yang banyak dijumpai pada lansia namun
tidak menutup kemungkinan untuk menyerang usia muda maka penanganan penyakit ini
diupayakan secara maksimal dengan peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik melalui tenaga
kesehatan, prasarana dan sarana kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E. J. 2009.Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah..Jakarta:EGC

Makalah Tentang Penyakit Hepatitis

Pengertian penyakit hepatitis


Hepatitis atau yang biasa disebut dengan penyakit kuning ini merupakan bagian dari
penyakit yang menyebabkan peradangan pada fungsi organ hati dan berakibat pada kerusakan
fungsi hati. Hepatitis memiliki banyak jenis atau tipe dengan beragam gejala, penyebab dan cara
penyembuhannya.
Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab tersebut
adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan dan kerusakan pada
sel-sel dan fungsi organ hati. Hepatitis memiliki hubungan yang sangat erat dengan penyakit
gangguan fungsi hati. Hepatitis banyak digunakan sebagai penyakit yang masuk ke semua jenis
penyakit peradangan pada hati (liver). Banyak hal yang menyebabkan hepatitis itu dapat terjadi
yang tidak hanya dikarenakan adanya infeksi virus dari suatu sumber tertentu. Penyebab hepatitis
juga dapat berasal dari jenis obat-obatan tertentu, jenis makanan tertentu atau bahkan pada
hubungan seksual yang salah satu dari pasangan memiliki penyakit hepatitis.
Ada dua macam hepatitis, yakni :
1. Hepatitis akut : Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu infeksi
yang baru terjadi (akut) pada liver seseorang yang sebelumnya sehat. Biasanya, ketika
orang menggunakan istilah hepatitis, ia memaksudkan hepatitis akut akibat virus atau
AVH (acute viral hepatitis). Penyebab utama jenis hepatitis ini adalah virus hepatotropik.
Ada juga penyebab hepatitis akut yang kurang umum, seperti alkohol, obat-obatan dan
lain-lain. Penyakit yang diakibatkan hepatitis akut berkembang dengan cepat, biasanya
lebih parah ketimbang hepatitis kronis dan bisa berlangsung selama enam bulan atau
kurang.
2. Hepatitis kronis : Ini adalah istilah yang digunakan ketika gangguan jato sudah
berlangsung lama dan terus menerus. Banyak orang dengan hepatitis kronis mungkin
tidak memiliki tanda dan gejala yang khas dan karenanya merasa sehat. Hepatitis kronis
mungkin hanya bisa dideteksi melalui hasil tes laboratorium yang abnormal dan tes lever
lainnya. Sakit akibat hepatitis kronis berlangsung lebih dari enam bulan.

Berikut ini adalah ulasan seputar jenis-jenis hepatitis, antara lain :


1. Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui feses manusia yang
diakibatkan kesalahan dalam mengkonsumsi suatu jenis makanan dan minuman. Virus hepatitis
A atau VHA penyebarannya melalui pembuangan limbah manusia yang dilatar belakangi oleh
keadaan lingkungan dan sanitasi yang kurang baik dan bersih. Hepatitis A ini masih tergolong
jenis hepatitis yang ringan dan dapat disembuhkan dengan pemberian vaksinasi, lamanya
penyakit ini berlangsung 2-6 minggu.

Hepatitis A dapat dibagi menjadi 3 stadium:


1. Pendahuluan (prodromal) dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera makan dan mual;
2. Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik); dan
3. Stadium kesembuhan (konvalesensi). Gejala kuning tidak selalu ditemukan. Untuk memastikan
diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT, SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa
terjadi radang saluran empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan
di samping kadar bilirubin.
Gejala-gejala yang ditimbulkan dari Hepatitis A ini, adalah :
a. Mengalami demam
b. Tubuh cepat merasa lemah, letih, lesu dan mudah capek
c. Sebagian diantaranya ada yang mengalami rasa mual dan muntah
d. Penurunan nafsu makan yang kian hari kian menurun
e. Berat badan yang semakin berkurang
Masa pengasingan yang disarankan adalah selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1
minggu setelah penyakit kuning muncul. Jangan terlalu banyak aktivitas. Pencegahan yang dapat
dilakukan adalah menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum
dan sesudah menyentuh sesuatu. Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan
terapi imunoglobulin. Imunisasi hepatitis A bisa dilakukan dengan bentuk sendiri/havrix atau
bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B (twinrix).
Upaya pencegahan untuk Hepatitis A (HAV)
Penyakit hepatitis dapat menghinggap siapa saja tidak memandang segi usia atau faktor
ekonomi. Hepatitis dapat menyerang mulai dari balita, anak-anak hingga orang dewasa. Untuk
hepatitis A bila menyerang anak-anak mulai dari 1-18 tahun dapat dilakukan vaksinasi dengan
pemberian dosis vaksin 2 atau 3 tetes dosis vaksin sesuai dengan standar pengobatan. Sedangkan
untuk orang dewasa dengan pemberian vaksinasi yang lebih besar dengan jangka waktu
pemberian vaksin 6-12 bulan setelah dosis pertama vaksin.
Dengan pemberian vaksinasi ini merupakan upaya pencegahan yang efektif dapat
bertahan 15-20 tahun atau lebih. Pemberian vaksin bertujuan mencegah sebelum terjadinya
infeksi dari virus hepatitis A dan memberikan perlindungan terhadap virus sedini mungkin 2-4
minggu setelah vaksinasi.
Pemberian vaksinasi untuk hepatitis A, diberikan kepada :
a. Mereka yang menggunakan obat-obat terlarang (psikotropika/narkoba) dengan menggunakan
jarum suntik.
b. Mereka yang bekerja sebagai pramusaji, terutama mereka yang memiliki makanan yang kurang
mendapatkan perhatian akan keamanan dan kebersihan dari makanan itu sendiri.
c. Orang yang tinggal dalam satu pondok atau asrama yang setiap harinya berkontak langsung.
Mungkin diantara penghuni pondok asrama memiliki riwayat penyakit hepatitis A.
d. Balita dan anak-anak yang mungkin tinggal dalam lingkungan yang memiliki tingkat resiko
yang lebih tinggi akan hepatitis.
e. Seseorang yang suka melakukan oral seks/anal.
f. Seseorang yang teridentifikasi penyakit hati kronis.
2. Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB),
suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun
yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kerusakan fungsi hati
dan kanker hati.
Penyakit hepatitis ini mula-mula banyak terjadi di negara Asia dan Afrika kemudian
penyakit ini mulai merambah samapi ke Tiongkok dan berbagai negara Asia lainnya termasuk
Indonesia. Penyebab penyakit hepatitis B ini tidak hanya dikarenakan oleh virus dari hepatitis B,
banyak faktor penyebab dari hepatitis B seperti keracunan obat dan berbagai efek samping zat
kimia yang mungkin terdapat dalam jenis makanan, minuman dan jenis obat-obatan tertentu
seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen, fosfor dan zat-zat lain yang
banyak sekali digunakan obat dalam industri modern bisa juga menyebabkan hepatitis. Zat-zat
kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap oleh darah dan kulit penderita. Organ hati
yang kita ketahui berfungsi sebagai organ tubuh yang dapat menetralisir segala macam racun
yang berada di setiap jaringan darah.
Namun jika organ hati sudah terinfeksi dan teridentifikasi racun dan virus seperti
hepatitis B ini maka fungsi organ hati akan terganggu dan tak mampu lagi menetralkan racun.
Hal ini disebabkan virus hepatitis B ini 100 kali lebih kuat dan virus 10 kali lebih banyak
dibanding dengan virus HIV yang sifatnya sama-sama menular.

Gejala dari hepatitis B ini umumnya sangat ringan dan hampir menyerupai gejala
pada hepatitis A, seperti :
 Kehilangan selera makan
 Mulut terasa pahit
 Rasa mual ingin muntah
 Demam ringan
 Terkadang disertai rasa nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas
 1 minggu setelah diatas muncul dan dirasakan, kemudian akan timbul gejala lanjutan seperti
bagian putih pada mata akan berubah warna menjadi kuning, perubahan kulit tubuh tampak
kuning
g. Warna air seni juga terlihat agak kuning seperti warna air teh.
Ada 3 kemungkinan yang dapat terjadi dari gejala diatas, yang akan terjadi pada diri
seseorang yang memang teridentifikasi terjangkit virus hepatitis B, seperti :
a. Kemungkinan pertama, jika tubuh memiliki sistem imunitas atau kekebalan tubuh yang cukup
kuat dan baik, maka tubuh dan segala organ tubuh lainnya yang masih aktif akan berusaha
melawan dan membersihkan virus hepatitis, sehingga memungkinkan penderita menjadi sembuh.
b. Kemungkinan kedua, jika sistem imunitas tubuh rendah dalam arti tidak cukup kuat dan kurang
memiliki pertahanan yang baik. Dalam arti tubuh memiliki imunitas yang cukup baik tetapi tidak
aktif untuk melawan virus, ketika pertahanan tubuh menurun, virus akan aktif. Seseorang yang
terjangkit virus akan dikatakan sebagai carrier atau pembawa virus inaktif.
c. Kemungkinan ketiga, jika tubuh memiliki 2 sifat intermediate atau 2 sistem pertahanan tubuh,
seperti mudah terjadi perubahan pada sistem imunitas tubuh yang terkadang kuat dan terkadang
lemah. Maka virus hepatitis B ini akan semakin berkembang menjadi hepatitis B kronis.
Upaya pencegahan untuk Hepatitis B (HBV)
Pemberian vaksinasi ini juga dinilai sangat optimal dan efektif bagi mereka yang
teridentifikasi hepatitis B dan dapat membantu memberikan perlindungan kurang lebih selama
15 tahun. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menuturkan bahwa semua bayi yang
baru lahir dan mereka yang sudah berusia sampai dengan 18 tahun dan dewasa diwajibkan untuk
diberikan vaksin sebagai upaya perlindungan dan pencegahan terhadap resiko infeksi
divaksinasi. Dengan pemberian 3 suntikan pada jangka waktu 6-12 bulan wajib memberikan
perlindungan penuh.
Semua anak, para remaja dan orang dewasa pun serta mereka yang aktif secara seksual
perlu diberikan vaksinasi. Terutama bagi mereka yang bekerja langsung menangani darah atau
produk darah seperti pendonor atau pekerja laboratoruim setiap harinya harus diberikan vaksin.
Mereka yang menggunakan obat terlarang dengan menggunakan jarum suntik juga sangat
dilarang untuk saling bergantian atau menggunakan jarum suntik yang sama, sedotan kokain atau
jenis lainnya.
3. Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini
dapat menyebabkan peradangan hati (hepatitis) yang biasanya asimtomatik. Virus ini menyebar
melalui kontak darah. Gejala pada hepatitis C ini dapat ditangani secara medis dan prorposi
pasien dapat dibersihkan dengan jangka panjang. Seseorang yang mengalami infeksi virus ini
sering mengalami gejala ringan dan sebagai sebab tidak melakukan perawatan. Diperkirakan
150-200 juta orang di dunia terinfeksi hepatitis C.
Upaya pencegahan Hepatitis C (HCV)
Tidak ada vaksin untuk mencegah virus dari hepatitis C ini . Pemberian vaksin pada
hepatitis A dan B tidak memberikan sistem imunitas atau kekebalan terhadap virus hepatitis C.
Hanya saja upaya preventif untuk mencegah dan mengobati virus hepatitis C ini yang mungkin
dapat dilakukan adalah sama halnya dengan pemberian vaksin yang sama seperti hepatitis B.
4. Hepatitis D
Virus hepatitis D atau virus Delta adalah virus yang unik yang tidak lengkap dan untuk
replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularanmnya melalui hubungan seksual,
jarum suntik dan transfusi darah, Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai
gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Virus hepatitis E ini merupakan penyebab dari timbulnya penyakit hepatitis E.
Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus. Gejala-gejalanya
adalah demam, rasa letih, hilang nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna kuning
tua, serta timbul warna kekuningan pada kulit dan mata. Hepatitis E ini akan semakin parah dan
perlu diwaspadai terutama pada ibu yang sedang dalam masa kehamilan pada usia kandungan 3
bulan terakhir. Masa inkubasi virus asalah 40 hari (rentang 15-60 hari).
6. Hepatitis G
Hepatitis G adalah penyakit inflamasi hati yang baru ditemukan. Penyebarannya adalah
virus hepatitis G yang menyerupai dengan virus hepatitis C. Penularannya melaui kontak darah
dengan pasien. Gejalanya sama dengan jenis hepatitis lainnya.
Tidak ada perawatan khusus untuk hepatitis G ini. Hanya saja disarankan untuk istirahat
yang cukup, menghindari minuman alkohol, dan konsumsi makanan dengan kandungan nilai gizi
dan nutrisi yang seimbang. Tak lupa tetap menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar.
7. Virus lainnya
Virus-virus lain yang dapat menyebabkan hepatitis :
- virus mumps
- virus rubella
- virus cytomegalovirus
- virus epstein-barr
- virus herpes

MAKALAH PENYAKIT ASMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit asma sudah lama diketahui, namun saat ini pengobatan atau terapi yang diberikan
hanya untuk mengendalikan gejala. Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan
tapi dapat dikendalikan. Asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara
lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis yaitu dengan cara pemberian obat-
obatan anti inflamasi tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara
mengontrol gejala asma.
Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari allergen
pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan
nutrisi yang memadai, menghindari stres dan olahraga . Semua penatalaksanaan ini bertujuan
untuk mengurangi gejala asma dengan meningkatkan sistem imunitas .
Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala asma apabila
kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Olahraga dan aktivitas merupakan hal penting untuk
membuat seseorang segar bugar dan sehat. Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan
asma yang baik. Namun anjuran olahraga terhadap penderita asma masih menjadi kontroversi.
Disatu pihak olahraga dapat memicu gejala asma, namun di lain pihak olahraga dapat
meningkatkan kemampuan bernapas penderita asma sehingga sangat penting dilakukan dalam
upaya pengendalian asma.
Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibahas lebih lanjut tentang penyakit asm dan
pengendaliannya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab penyakit asma ?
2. Bagaimana gejala penyakit asma ?
3. Bagaimana cara/proses penyembuhannya?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Asma
Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti
sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang
disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan
atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan
kental yang berlebih (Prasetyo, 2010).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi
hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli
tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).
Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa kita
pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi faktor
keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di sini.
Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat
berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi
dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini
bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas
pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al, 2006).
Jenis Penyakit Asma
Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter
ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:
a. Asma Ekstrinsik
b. Asma Intrinsik
a. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi
penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa
terhadap mereka yang sehat.
Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja lepas kendali
dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh alergen. Alergen bisa tampil dalam
bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman, pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga
zat/bahan makanan. Ketika alergen memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya
memproduksi antibodi khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya
pada sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan
lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut
mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.
Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan/pengerutan saluran
pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam
saluran tersebut.
b. Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini
disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara,
polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan.
Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh,
terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya
karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia
juga mudah terkena asma intrinsik.
Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk
mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma yang akan
dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam prakteknya, asma adalah
penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas,
golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-
sama dideteksi ada pada satu orang.
B. GEJALA PENYAKIT ASMA
Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari
gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang
terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek)
serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah
terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan
timbulnya gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca
dingin.[2]
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi,
bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita
menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan
gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali
dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada.
Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam,
bahkan selama beberapa hari.
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Batuk kering di malam
hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-satunya gejala.
Selama serangan asma, sesak napas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas.
Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat
hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur
lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit
tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan
perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya
penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan menyebabkan udara
terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul di sekitar organ dada. Hal
ini akan memperburuk sesak yang dirasakan oleh penderita.
Terapi Penanganan Terhadap Gejala
Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada pasien yang
mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam kondisi yang darurat.
Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat
bronkodilator seperti: β2 -agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).
Penyebab Terjadinya Asma
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu:
1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan
kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut,
yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala
bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam
waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan
bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan.
Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti:
perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan
emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran
pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan
sekaligushiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh kebanyakan
kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis
ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang
umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan
pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma (inducer)
adalahalergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan
yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah
tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.
C. BAGAIMANA CARA / PROSES PENYEMBUHANNYA
Cara Mengatasi dan Menghilangkan Penyakit Asma - Di antara upaya menghilangkan
penyakit asma yang sekarang ini banyak dipakai penduduk pada umumnya yaitu penggunaan alat
bantu pernapasan atau inheler, namun di sini kami berikan langkah alami dalam menghilangkan
penyakit asma.
Sekilas perihal penyakit asma yang disebut juga penyakit bengek, asma merupakan masalah
pernafasan yang berbentuk alergis atau sensitif pada suatu hal yang masuk ke dalam tubuh
apakah debu atau hawa dingin. Pasien penyakit asma dapat mengalami kesulitan bernafas dan
merasa sesak di dada. Biasanynya disertai batuk saat bernafas dan bunyi tinggi tapi terdengar
menyempit.
Orang yang hidup dengan asma bisa merasakan bahwa kualitas hidup akan terpengaruh asma
apalagi sampai mengancam jiwa oleh karena itu harus diketahui hal-hal yang dibutuhkan untuk
menanganinya. Asma sesungguhnya dapat dikelola.
Berikut Cara Mengatasi dan Mengobati Penyakit Asma :
1. Alpukat
Alpukat telah diketahui memiliki kandungan konsentrasi paling tinggi l-glutathione ialah
makanan anti-asma yang mampu membuat perlindungan sel, melawan rusak disebabkan radikal
bebas, dan detoksifikasi tubuh dari polutan serta zat beresiko lain. l-glutathione dalam alpukat
juga bisa menolong peradangan quells sistemik dan melakukan perbaikan kesehatan usus yang
rusak. Suatu sistem yang pada gilirannya menolong menghindari penyebab asma.
2. Kubis
kubis adalah sumber alami vitamin c yang mempunyai kekuatan unik memblokir radikal bebas
dan bertanggung jawab pada kontraksi otot polos saluran napas sisi didalam. Kubis juga adalah
sumber fitokimia beta-karoten sebagai antioksidan kuat mengurangi tanda-tanda asma atau
mencegahnya.
3. Bayam
Suatu penelitian yang melibatkan 68.535 partisipan wanita menunjukkan bahwa konsumsi tinggi
bayam terkait segera dengan menyusutnya resiko asma. Hasil riset ini barangkali didukung oleh
fakta bahwa bayam tinggi kandungan vit. c, beta-karoten, vit. e, dan magnesium.
4. Pisang
Menurut studi yang dilakukan pada tahun 2011 oleh beberapa peneliti dari imperial college
london, makan pisang tiap-tiap hari bisa menghindari asma. penelitian tersebut mendapatkan
bahwa anak-anak yang makan satu buah pisang 1 hari, alami penurunan risiko tanda-tanda asma
layaknya mengi sampai lebih kurang 34 %.
5. Air
umumnya orang yang didiagnosis dengan asma, biasanya situasinya dikarenakan dikarenakan
dehidrasi. menurut beberapa pakar, tanda-tanda asma itu awalannya bermula sebagai peringatan
bahwa tubuh memerlukan air. hingga anda butuh memenuhi keperluan air tiap-tiap hari untuk
menghindar berkembangnya tanda-tanda asma.
6. Jahe
jahe yaitu ramuan anti-asma yang kuat, apalagi sebagian orang menyebutkan bahwa manfaatnya
tambah baik dibanding obat antihistamin layaknya benadryl saat membersihkan saluran hawa
serta menghentikan peradangan.
serat serta karakter antioksidannya bikin jahe bisa jadi obat yang ampuh tanpa menyebabkan
dampak samping yang beresiko, yang bermakna safe untuk anda untuk menambahkannya ke
didalam makanan sehari-hari serta minuman untuk kesehatan yang baik.
7. Kunyit
bahan aktif anti-inflamasi didalam kunyit juga bisa menangani peradangan yang bertanggung
jawab pada pembengkakan paru-paru serta konstriksi saluran pernapasan sepanjang serangan
asma. dikarenakan menolong melebarkan pembuluh darah serta mengendurkan otot, kunyit
adalah senjata ampuh saat mencegah kambuhnya tanda-tanda asma.
8. Apel
apel memiliki kandungan quersetin yang sudah dapat dibuktikan berikan perlindungan yang kuat
pada asma. sesuatu studi dari eropa mendapatkan bahwa wanita hamil yang konsumsi sekurang-
kurangnya empat apel per minggu, 53 % lebih rendah pada risiko melahirkan anak dengan asma.
Langkah Lain Cara Menyembuhkan Penyakit Asma :
1. Konsumsi kopi
seseorang yang konsumsi kopi hangat waktu asma kambuh, bisa menolong seseorang meredakan
rasa sesaknya. perihal ini dikarenakan kopi telah banyak diketahui, serta efisien untuk buka
saluran hawa yang terhimpit di dada.
2. Menghirup aroma minyak kaya putih
apabila anda telah rasakan tanda-tanda asma dapat nampak, cepatlah menghirup aroma minyak
kayu putih. pasalnya aroma minyak kaya putih bisa menenangkan saraf. hingga bisa menghindar
asma kembali kambuh, atau bisa melapangankan tarikan nafas anda waktu asma kambuh.
3. Meminum jus daun kemangi serta madu
langkah lain agar bisa menangani serangan asma, anda dapat konsumsi jus daun kemangi yang
digabung dengan madu. perihal ini sudah dapat dibuktikan menolong derita pasien asma serta
mengembalikan pernafasan kembali ke situasi normal.
4. Janganlah panik
janganlah panik apabila asma yang anda punyai terlanjur kambuh, pasalnya panik cuma dapat
memperburuk sirkulasi pernafasan anda. sebab itu, didalam kondisi layaknya itu, disarankan
terus tenang serta mulai perlahan menghirup oksigen dari hidung serta menghembuskan napas
melewati mulut. perihal ini butuh dikerjakan supaya situasi anda dapat jauh tambah baik. sesaat,
waktu situasi telah membaik, anda bisa segera menghubungi dokter atau menelpon seseorang
untuk menghendaki pertolongan.
5. Menjauhi area yang sesak serta berdebu
bila seseorang alami serangan asma, langkah paling baik yaitu untuk pergi ke tempat terbuka.
tujuannya supaya anda dapat bernafas dengan bebas, tak tahu sembari duduk atau berdiri.
6. Geser ke area yang hangat
terkadang, hawa dingin juga menyebabkan asma seseorang kambuh, lantas cepatlah geser ke area
hawa yang lebih hangat atau lembab. tujuannya supaya bisa meringankan sesak nafas anda
dikarenakan asma, atau menghindar asma kambuh lagi.
7. Kurangi serta mengelola stres.
stres yaitu factor lain yang bisa bikin asma lebih jelek. untuk menolong mengelola stres,
sebagian metode layaknya pijat, meditasi, olahraga teratur, serta yoga bisa dicoba.
8. Mendapatkan olahraga yang pas.
latihan aerobik baik dikerjakan oleh orang yang hidup dengan asma. latihan ini meliputi joging
atau jalan pada pagi hari.
tetapi, janganlah terlalu berlebih saat melakukan olahraga. olahraga terlalu berlebih dapat bikin
tubuh kelelahan yang bisa menyebabkan serangan asma. tanyakan dengan dokter tentang type
serta intensitas latihan yang pas.
9. Memelihara sanitasi yang baik di lebih kurang area tinggal.
orang yang hidup dengan asma mesti berusaha bikin lingkungan rumah sebersih barangkali.
yakinkan kamar mandi bersih, tidak lembab, atau ditumbuhi jamur. yakinkan juga semua
ruangan rumah memperoleh ventilasi yang cukup.
10. Jauhi semprotan insektisida.
seorang pasien asma mesti hindari semprotan insektisida serta pestisida yang bisa mengganggu
saluran pernapasan. bila pingin membasmi serangga di rumah, pakai langkah lain tak hanya
memakai racun serangga. semprotan racun serangga cuma dapat menyebabkan serangan asma
11. Imbuhkan penyaring hawa pada ac.
debu dapat jadi penyebab asma. debu yang beterbangan waktu ac dihidupkan dapat jadi problem
tersendiri untuk pasien asma. yakinkan untuk menempatkan filter hawa pada ac untuk
memperoleh hawa yang bersih dari debu.
12. Kerjakan latihan pernapasan.
studi bagaimana bernapas dalam-dalam juga bisa menolong menangani masalah asma.
kesusahan bernapas adalah di antara efek serangan asma serta studi bagaimana mengelola
problem ini dapat sangat menolong.
13. Menambah mengonsumsi makanan yang kaya vit. a, b6, b12, vit. c, e, serta omega-3.
membangun sistem kekebalan tubuh dengan makanan kaya nutrisi layaknya dijelaskan diatas
dapat menolong kurangi derita serta tingkat kekambuhan asma.
14. Berhenti merokok serta jauhi asap rokok.
asap rokok dapat jadi penyebab asma. lantas, berhentilah merokok serta jauhi asap rokok.
15. Hewan peliharaan.
bila menderita asma, seseorang barangkali pingin mengambil keputusan untuk tidak memelihara
hewan peliharaan di rumah. namun bila telah terlanjur memilikinya, yakinkan melindungi rumah
bersih terlebih dari bulu hewan peliharaan yang bisa menyebabkan asma
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Asma (Asthma) adalah suatu penyakit kronik (menahun) yang menyerang saluran
pernafasan (bronchiale) pada paru dimana terdapat peradangan (inflamasi) dinding rongga
bronchiale sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang akhirnya seseorang
mengalami sesak nafas. Adapun tanda dan gejala penyakit asma diantaranya :
Pernafasan berbunyi (wheezing/mengi/bengek) terutama saat mengeluarkan nafas (exhalation).
Tidak semua penderita asma memiliki pernafasan yang berbunyi, dan tidak semua orang yang
nafasnya terdegar wheezing adalah penderita asma Adanya sesak nafas sebagai akibat
penyempitan saluran bronki (bronchiale). Batuk berkepanjangan di waktu malam hari atau cuaca
dingin. Adanya keluhan penderita yang merasakan dada sempit. Serangan asma yang hebat
menyebabkan penderita tidak dapat berbicara karena kesulitannya dalam mengatur pernafasan.
Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari serangan asma adalah menjauhi faktor-
faktor penyebab yang memicu timbulnya serangan asma itu sendiri
B. SARAN
Agar terhindar dari penyakit-penyakit kita harus mengonsumsi makanan-makanan yg bergizi dan
olahraga yg cukup.

MAKALAH "PENYAKIT KANKER"


PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker sering dikenal oleh
masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua tumor adalah kanker. Tumor adalah segala
benjolan tidak normal atau abnormal. Tumor dibagi dalam 2 golongan, yaitu tumor jinak dan
tumor ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas Kanker dapat menimpa
semua orang, pada setiap bagian tubuh, dan pada semua gologan umur, namun lebih sering
menimpa orang yang berusia 40 tahun.
Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya, penderita tidak
merasakan adanya keluhan ataupun gejala. Bila sudah ada keluhan atau gejala, biasanya
penyakitnya sudah lanjut. Atas dasar itu penulis akan mencoba membahas lebih dalam mengenai
sistem kepercayaan romawi kuno.
2. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, masalah yang ingin dikaji adalah :
Pengertian Kanker ?
Gejala-gejala penyakit kanker ?
Faktor-faktor penyebab penyakit kanker ?
Faktor-faktor yang dapat meningkatan resiko terjadinya kanker ?
Cara pemeriksaan dan pengobatan kanker ?
Proses penyebaran kanker ke bagian lain tubuh ?
Jenis-Jenis Kanker ?
Cara pencegahan kanker ?
3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai adalah :
Mengetahui pengertian kanker.
Mengetahui gejala-gejala penyakit kanker.
Mengetahui faktor-faktor penyebab penyakit kanker.
Mengetahui Faktor-faktor yang dapat meningkatan resiko terjadinya kanker.
Mengetahui cara pemeriksaan dan pengobatan kanker.
Mengetahui Proses penyebaran kanker ke bagian lain tubuh.
Mengetrahui jenis-jenis kanker.
Mengetahui cara pencegahan kanker.
4. Manfaat
Manfaat teoritis :
Sebagai pembanding bagi para pembaca untuk membuat makalah.
Sebagai bahan penilaian bagi Bapak Guru Mata Pelajaran Sejarah.
Sebagai sumber referensi untuk para pembaca.
Manfaat Praktis :
Makalah ini dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat untuk lebih mengenal lebih
dalam lagi tentang penyakit kanker, beserta cara pencegahan dan faktor-faktor penyebab kanker.
Dan juga agar masyarakat dapat mengetahui betapa berbahayanya dan betapa mematikannya
penyakit kanker tersebut. Walaupun awalnya kanker itu hanya merupakan sesuatu yang sangat
kecil, tapi jika dibiarkan akan berkembang menjadi kanker yang besar (kanker ganas), sehingga
dapat menimbulkan kematian bagi manusia itu sendiri.
PEMBAHASAN

1. Pengertian penyakit kanker


Penyakit Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan
tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat
menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah istilah
yang mencakup sekelompok kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker . Kanker dapat
mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh manusia. Banyak orang terkejut ketika
mengetahui kanker yang dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti mata dan jantung.
Setiap jenis kanker khas dengan penyebab, gejala, dan metode pengobatan yang berbeda. Seperti
kelompok penyakit yang lain, beberapa jenis kanker ada yang lebih umum daripada yang lain.
2. Gejala-gejala penyakit kanker
Gejala penyakit kanker secara umum yang timbul tergantung dari jenis atau organ tubuh
yang terserang yaitu :
Perubahan kebiasaan buang air besar,
Luka yang tidak sembuh - sembuh.
Benjolan pada payudara .
Perubahan tahi lalat atau kulit yang mencolok.
Gangguan pencernaan, misalnya sukar menelan yang terus menerus.
Penurunan berat badan dengan cepat akibat kurang lemak dan protein (kaheksia)
Tuli, atau adanya suara - suara dalam telinga yang menetap.
Nyeri dapat terjadi akibat tumor yang meluas menekan syaraf dan pembuluh darah disekitarnya,
reaksi kekebalan dan peradangan terhadap kanker yang sedang tumbuh, dan nyeri juga
disebabkan karena ketakutan atau kecemasan.
3. Faktor-faktor penyebab penyakit kanker
Penyebab Penyakit Kanker sulit untuk mengetahui secara pasti karena merupakan
gabungan dari sekumpulan faktor genetik dan lingkungan. Namun sebenarnya ada faktor-faktor
yang diduga meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Kanker, antara lain adalah :
Faktor keturunan
Faktor genetik menyebabkan beberapa keluarga memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita kanker tertentu bila dibandingkan dengan keluarga lainnya.
Faktor kejiwaan, emosional
Stres yang berati dapat menyebabkan ganggguan keseimbangan seluler tubuh.
Faktor prilaku
Perilaku yang dimaksud adalah merokok dan mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung lemak dan daging yang diawetkan juga peminum minuman beralkohol.
Perilaku seksual yaitu melakukan hubungan intim diusia dini dan sering berganti ganti
pasangan.
Faktor makanan yang mengandung bahan kimia
Makanan juga dapat menjadi faktor risiko penting lain penyebab kanker, terutama kanker
pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan kanker adalah
Makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar) meningkatkan resiko terjadinya
kanker lambung.
Minuman yang mengandung alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker
kerongkongan.
Zat pewarna makanan
Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan laut yang tercemar seperti:
kerang, ikan, dsb.
Berbagai makanan (manis,tepung) yang diproses secara berlebihan.
4. Faktor-faktor yang dapat meningkatan resiko terjadinya kanker
Faktor-faktor yang dapat meningkatan resiko terjadinya kanker, antara lain :
Bahan Kimia
Zat-zat yang terdapat pada asap rokok dapat menyebabkan berbagai jenis kanker pada perokok
dan perokok pasif (orang bukan perokok yang tidak sengaja menghirup asap rokok orang lain)
dalam jangka waktu yang lama. Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung
senyawa karbon dapat meningkatkan kemungkinan seorang pekerja industri menderita kanker.
Penyinaran yang berlebihan
Sinar ultra violet yang berasal dari matahari dapat menimbulkan kanker kulit. Sinar radio aktif,
sinar X yang berlebihan atau sinar radiasi dapat menimbulkan kanker kulit dan leukemia.
Virus
Beberapa jenis virus berhubungan erat dengan perubahan sel normal menjadi sel kanker.
Jenis virus ini disebut virus penyebab kanker atau virus onkogenik.
Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan kelenjar tubuh yang fungsinya adalah mengatur kegiatan
alat-alat tubuh dari selaput tertentu. Pada beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian
hormon tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan terjadinya beberapa jenis
kanker seperti payudara, rahim, indung telur dan prostat (kelenjar kelamin pria).
Makanan
Zat atau bahan kimia yang terdapat pada makanan tertentu dapat menyebabkan timbulnya kanker
misalnya makanan yang lama tersimpan dan berjamur dapat tercemar oleh aflatoxin. Aflatoxin
adalah zat yang dihasilkan jamur Aspergillus Flavus yang dapat meningkatkan resiko terkena
kanker hati.
5. Cara pemeriksaan dan pengobatan kanker
Bagi yang ada kecurigaan, maka pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
Pemeriksaan sitologi dan patologi anatomi
Tes-tes pertanda kanker dalam darah
Rontgen
Mamografi (rontgen khusus untuk payudara)
Ultrasonografi / USG (memotret alat tubuh bagian dalam)
Endoskopi (peneropongan alat tubuh bagian dalam)
Kolposkopi (peneropongan leher rahim)
Laparoskopi (peneropongan rongga perut)
Pemotretan lapisan-lapisan tubuh dengan alat CT Scan, MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Pengobatan kanker terdiri dari salah satu atau kombinasi dari beberapa prosedur berikut:
Pembedahan (operasi)
Penyinaran (Radio-terapi)
Pemakaian obat-obat pembunuh sel kanker (sitostatika/kemoterapi)
Peningkatan daya tahan tubuh (imunoterapi)
Pengobatan dengan hormon
Transplantasi organ.
Stem Cell
Hasil pengobatan terutama tergantung pada stadium atau tingkatan kanker.
6. Proses penyebaran kanker ke bagian lain tubuh
Sel-sel dalam tumor ganas memiliki kemampuan untuk menyerang jaringan dan organ
disekitarnya, sehingga penyebaran penyakit. Hal ini juga mungkin bagi sel kanker untuk
memisahkan diri dari tumor dan memasuki aliran darah, sehingga terjadi penyebaran penyakit ke
organ lain. Proses penyebaran ini disebut metastasis. Bila kanker telah menyebar dan telah
mempengaruhi area lain dari tubuh, penyakit ini masih mengacu pada organ originasi. Sebagai
contoh, jika kanker serviks menyebar ke paru-paru, masih disebut kanker serviks, bukan kanker
paru-paru . Meskipun sebagian besar kanker berkembang dan menyebar dengan cara ini (melalui
organ), namun kanker darah seperti leukemia tidak. Mereka mempengaruhi darah dan organ-
organ yang membentuk darah dan kemudian menginvasi jaringan di dekatnya.
7. Jenis-jenis kanker
Adapun jenis-jenis kanker antara lain sebagai berikut :
Kanker leher rahim (kanker serviks)
Kanker payudara
Penyakit Trofoblas ganas
Kanker kulit
Kanker nasofaring
Kanker paru
Kanker hati
Kanker kelenjar getah bening (Limfoma Malignum)
Kanker usus besar
Kanker darah (Leukemia).
8. Cara pencegahan kanker
Sebagian besar jenis kanker dapat dicegah dengan kebiasaan hidup sehat sejak usia muda
dan menghindari faktor-faktor penyebab kanker. Meskipun penyebab kanker secara pasti belum
diketahui, setiap orang dapat melakukan upaya pencegahan dengan cara hidup sehat dan
menghindari penyebab kanker:
Mengenai makanan:
Mengurangi makanan berlemak yang berlebihan
Lebih banyak makan makanan berserat.
Lebih banyak makan sayur-sayuran berwarna serta buah-buahan, beberapa kali sehari
Lebih banyak makan makanan segar
Mengurangi makanan yang telah diawetkan atau disimpan terlalu lama
Membatasi minuman alcohol
Mengenai Perilaku
Hindari diri dari penyakit akibat hubungan seksual
Hindari kebiasaan merokok. Bagi perokok: berhenti merokok.
Upayakan kehidupan seimbang dan hindari stress
Periksakan kesehatan secara berkala dan teratur.
PENUTUP

1. Kesimpulan
Penyakit kanker merupakan penyakit yang sangat mematikan dan sangat berbahaya dan
juga sangat mematikan karena akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang
berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke
bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker adalah istilah yang
mencakup sekelompok kompleks lebih dari berbagai jenis penyakit kanker . Kanker dapat
mempengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh manusia. Banyak orang terkejut ketika
mengetahui kanker yang dapat mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti mata dan jantung.
Setiap jenis kanker khas dengan penyebab, gejala, dan metode pengobatan yang berbeda. Seperti
kelompok penyakit yang lain, beberapa jenis kanker ada yang lebih umum daripada yang lain.
2. Saran
Dalam makalah ini masih banyak yang belum Penulis bahas tentang Penyakit Kanker.
Oleh karna itu, diharapkan kepada Penulis lain yang ingin mengangkat tema yang sama, yaitu
tentang Penyakit Kanker, agar lebih baik dan lebih detail lagi dalam membuat makalah tentang
Penyakit, karena masih ada bahkan masih banyak pembahasan tentang makalah saya ini yang
penulis belum sampaikan dalam Makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

3.bp.blogspot.com. Pengetahuan lengkap tentang penyakit kanker (Minggu, 20-10-2013 pukul


20.00 on Warkop Nacana).
http://macammacamoenyakit.com. Gejala- Gejala penyakit kanker, Faktor penyebab kanker,
Jenis-Jenis Kanker, Proses penyebaran kanker. (Minggu, 20-10-2013 pukul 20.00 on Warkop
Nacana).
http://yayasankankerindonesia.org. Sistem Gejala- Gejala penyakit kanker, Faktor penyebab
kanker, Jenis-Jenis Kanker, Pengertian Kanker, Pencegahan Kanker . (Minggu, 20-10-2013
pukul 20.00 on Warkop Nacana).

Makalah Penyakit Kanker Kulit

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit
yangtidak terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian
tubuhyang lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-
macamsesuai dengan jenis sel yang terkena.Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah
karsinomasel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS) dan melanoma maligna (MM).
Karsinomasel basal dan karsinoma sel skuamosa seringkali digolongkan ke dalam kanker kulit
non melanoma.
Penyebab sebenarnya kanker kulit tidak diketahui secara pasti, namun faktor lingkungan
dan sinar UV serta kebersihan diri dan lingkungan merupakan faktor utama penyebab kanker
kulit.Angka kejadian kanker kulit lebih banyak terdapat pada orang dengan pola hidup yang
tidak bersih dan sering terpajan sinar matahari.
Kanker kulit nonmalenoma adalah kanker yang tersering ditemukan di Amerika Serikat,dengan
perkiraan insidensi setiap tahunnya lebih dari 600.000 kasus.Diantara beberapa jenis kanker di
Indonesia, saat ini kanker kulit merupakan salah satu jenis kanker yang menunjukkan angka
kejadian yang meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi kejadian kanker kulit pada tahun 2008
diperkirakan dibawah 5.000 kasus. Karsinoma Sel Basal (KSB) merupakan 70 ± 80% dari semua
kanker kulit non malenoma.Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) walaupun hanya merupakan 20%
dari semua kanker kulit non malenoma, namun lebih bermakna karena kemampuan metastasinya.
Australia memiliki rekor terburuk penyakit kanker, lebih buruk dari Selandia Baru, Amerika
Utara, dan Eropa Barat. Para ahli mengatakan bahwa biang keroknya adalah obesitas.
Data Dunia Australia memegang rekor tertinggi untuk penyakit kanker kulit dan prostat, dan
nomor tiga untuk kanker payudara.
Kepala Kelompok Onkologi Australia Prof Gary Richardson mengatakan bahwa salah satu faktor
penyebab kanker adalah obesitas. "Obesitas dengan skala epidemik adalah penyebab kanker
payudara, kanker kandungan, dan kanker indung telur. Orang-orang Australia sama sekali tak
sadar soal ini. Kami sudah maju dalam memerangi kanker kulit dan kebiasaan merokok. Musuh
berikutnya adalah obesitas."
Menurut data internasional, Australia mempunyai 314,1 kasus kanker untuk setiap 100.000
penduduknya, seperti dilaporkan oleh Access Economics. Angka ini masih lebih tinggi dari
Selandia Baru (309,2 kasus), Amerika Utara (299,9 kasus), dan Eropa Barat (287,7 kasus) per
100.000 penduduk.
Menurut WHO jumlah penderita kanker di dunia setiap tahun bertambah sekitar 7 juta orang,
dan dua per tiga diantaranya berada di negara-negara yang sedang berkembang. Jika tidak
dikendalikan, diperkirakan 26 juta orang akan menderita kanker dan 17 juta meninggal karena
kanker pada tahun 2030. Ironisnya, kejadian ini akan terjadi lebih cepat di negara miskin dan
berkembang.
B. Rumusan Masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan, maka penulis membatasi masalah
pada:
1. Apa yang dimaksud dengan kanker kulit?
2. Apa etiologi dari kanker kulit?
3. Bagaimana klasifikasi kanker kulit?
4. Bagaimana gejala kanker kulit?
5. Apa faktor risiko kanker kulit?
6. Cara pengobatan kanker kulit ?
7. Cara pencegahan kanker kulit?
8. Proses penyembuhan kanker kulit?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses pembelajaran mahasiswa
dalam memahami penyakit kulit khusunya kanker kulit serta prenatal ksanaannya. Tujuan khusus
dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami defenisi, etiologi, manifestasi klinis,
klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta asuhan keperawatan kanker kulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PENYAKIT KANKER KULIT


Secara umum, kanker kulit dibagi menjadi dua kelompok yaitu non-melanotik dan
melanotik (melanoma). Non-melanotik terbagi menjadi basalioma (karsinoma sel basal) dan
karsinoma sel skuamosa. Basalioma paling sering terjadi tetapi pertumbuhannya lambat.
1. DEFINISI KANKER KULIT
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk generasi dan
tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri secara teratur
untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali (tiro. 2010).
Kanker kulit adalah jenis kanker yang terletak dipermukaan kulit,sehingga mudah dikenali.
Namun karena gejala awal yang ditimbul dirasakan tidak begitu menganggu,sehingga penderita
terlambat melakukan pengobatan (Mangan,2005).
Kanker kulit dapat menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Daerah yang sering
terjadi seranganya biasanya permukaan yang sering terkena terpaparan sinar matahari, seperti
wajah,tangan dan tungkai bawah (Mangan,2005).
2. ETIOLOGI TENTANG PENYAKIT KANKER KULIT
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa factor
resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu:
1. Paparan Sinar Ultraviolet (UV)
Penyebab yang paling sering adalah paparan sinar UV baik dari matahari maupun dari
sumber yang lain. Lama paparan, intensitas sinar UV, serta ada tidaknya pelindung kulit baik
dengan pakaian atau krim anti matahari, semuanya berpengaruh terhadap terjadinya kanker
kulit.
2. Kulit Putih
Orang yang memiliki kulit putih lebih rentan terkena kanker kulit dari pada orang
yang memiliki kulit lebih gelap.Hal ini dikarenakan jumlah pigmen melanin pada orang kulit
putih lebih sedikit. Kadar melanin yang tinggi bisa melindungi kulit dari paparan berbahaya sinar
matahari, sehingga mengurangi risiko terkena kanker kulit. Namun, orang-orang yang memiliki
kulit gelap juga bisa terkena kanker kulit meskipun jumlahnya cenderung lebih kecil.
3. Paparan Karsinogen
Bahan kimia tertentu seperti arsenik, nikotin, tar, dan minyak diyakini dapat
meningkatkan risiko terkena kanker kulit. Namun, dalam banyak kasus paparan dalam jangka
panjanglah yang biasanya menyebabkan kanker kulit. Gen pembawa kanker atau tumor sudah
dimiliki hampir seluruh orang sejak lahir. Namun dengan ‘bantuan’ zat atau bahan karsinogen
terjadi mutasi sel dan menimbulkan kanker atau tumor. Akhir-akhir ini, para peneliti di
University of Pittsburg Cancer Institute di Amerika telah memukan virus-virus yang dapat
menyebabkan kanker kulit diantaranya adalah human papilloma virus/ HPV (Isselbacher, et al,
2002).
4. Genetik/Faktor Keturunan
Susunan genetik dalam keluarga bisa berpengaruh juga terhadap munculnya kanker
kulit. Jika ada salah satu anggota keluarga yang terkena kanker kulit, maka risiko
terkena kanker kulit pada anggota keluarga yang lain juga akan meningkat.
3. KLASIFIKASI KANKER KULIT
Kanker kulit secara umum dibagiatas dua golongan besar yaitu, malenoma maligna dan non
malenoma maligna. Non malenoma maligna terbagi menjadi dua yaitu karsinoma sel basal
(KSB) dan karsinoma sel skuamosa (KSS) (dalimartha,setiawan,2005).
a. Non malenoma maligna
1) Karsinoma sel basal (KSB)
a. Definisi
Basalioma atau karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan
sel basal epidermis atau folikel rambut.Kanker kulit jenis ini tidak mengalami penyebaran
(metastasis) ke bagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat berkembang dan menyebabkan
kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit yang paling
sering ditemukan (Brunner and Suddarth, 2002).
b. Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya diwajah) dan leher. Meskipun
jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, kaki dan kulit kepala (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu – abu mengkilat, meninggi di
atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah berdarah.Papula makin lama makin membesar
menjadi makula dan bagian tengah dapat timbul ulkus atau tidak ada ulkus (Siregar, 2005).
Menurut (Marwali, 2000) gambaran klinis Karsinoma Sel Basal ini bervariasi, yaitu:
a) Tipe Nodulo-ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai.Lesi biasanya tampak sebagai lesi
tunggal.Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipartan nasolabial, dahi dan tepi kelopak
mata.Pada awalnya tampak nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2
cm, dengan tepi meninggi. Kemudian lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian
tengah lesi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi dan keras.
b) Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan tipe nodule-ulseratf. Bedanya pada jenis ini berwarna
coklet atau hitam berbintik-bintik atau homogeny yang secara klinis dapat menyerupai
melanoma.
c) Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher.Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung,
berwarna putih kekuningan.
d) Tipe Superfisial
Lesi biasanya multiple, mengenai badan.Secara klinis tampak sebagai plak transparan,
eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk ovale sampai ireguler dengan tepi berbatas
tegas, sedikit meninggi, seperti kawat.
e) Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa nodul kecil yang tidak
bertangkai atau bertangkai pendek dengan permukaan halus atau noduler dengan warna yang
bervariasi.
2) Karsinoma sel skuamosa
a. Defnisi
Karsinoma sel skuamosa merupakan proliferasi maligna yang timbul dari dalam
epidermis.Meskipun biasanya muncul pada kulit yang rusak karena sinar matahari, karsinoma ini
dapat pula timbul dar kulit yang normal atau lesi yang sudah ada sebelumnya (Brunner and
Suddarth, 2002).
Kanker ini merupakan permasalahan yang lebih gawat karena sifatnya invasive dengan
mengadakan metastase lewat system limfatik atau darah.Metastase menyebabkan 75% kematian
akibat dari karsinoma sel skuamosa (Brunner and Suddarth, 2002).
b. Manifestasi klinis
Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Skuamosa biasanya pada daerah kulit yang
terpapar sinar matahari dan membran mukosa, namun dapat pula terjadi pada setiap bagian
tubuh.Pada orang kulit putih lebih sering dijumpai pada daerah muka dan ekstremitas, sedangkan
pada orang kulit berwarna gelap di daerah tropik lebih banyak pada ekstremitas bawah, badan
dan dapat pula dijumpai pada bibir bawah serta punggung tangan (Marwali, 2002).
Penyakit ini dimulai dengan nodula berwarna kulit normal, atau ulkus dengan tepi yang
tidak teratur. Permukaan nodula berbenjol menyerupai kembang kol, pada perabaan keras dan
mudah berdarah yang berasal dari ulkus, permukaan dan tepi meninggi, warna kekuningan.
Tumor menyebar melalui saluran getah bening ke ala-alat lain (Siregar, 2005).
Menurut Marwali (2002) gambaran klinis Karsinoma Sel Skuamosa bervariasi, dapat
berupa :
a) Nodul berwarna seperti kulit normal, permukaannya halus tanpa krusta atau ulkus dengan tepi
yang berbatas kurang jelas
b) Ulkus yang menyerupai kembang kol. Tumor ini menonjol diatas permukaan kulit, tidak rata,
berbenjol-benjol seperti kembang kol, berwarna merah atau pucat, membasah atau berdarah dan
berbau.
c) Ulkus dengan krusta pada permukaannya, tepi meninggi, berwarna kuning kemerahan. Dalam
perjalanan penyakitnya lesi akan meluas dan mengadakan metastasis ke kelnjar limfe regional
atau ke organ-organ dalam.
d) Karsinoma Sel Skuamosa yang timbul dari kulit normal lebih sering mengadakan invasi yang
cepat dan terjadi metastasi.
b. Melanoma maligna
1) Definisi Melanoma Maligna
Melanoma maligna merupakan neoplasma maligna dengan terdapatnya melanosit (sel-sel
pigmen) dalam lapisan epidermis maupun dermis (dan kadang-kadang sel subkutan) (Brunner
and Suddarth, 2002).
Melanoma Maligna merupakan suatu jenis sel kanker kulit yang paling ganas dan berasal
dari system melanositik kulit. Biasanya menyebabkan metastasis yang luas dalam waktu yang
singkat, tidak saja melalui aliran limfe ke kelenjar regional, tetapi juga menyebar melalui aliran
darah kealat-alat dalam serta dapat menyebakan kematian (Marwali, 2000).
Melanoma Maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari melanosit dengan
gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit (Siregar, 2005).
2) Manifestasi klinis
Kunci penyembuhan melanoma maligna adalah penemuan dini sehingga diagnosis
melanoma harus ditingkatkan bila penderita melaporkan adanya lesi berpigmen baru atau adanya
tahi lalat atau tanda lahir (tompel) yang berubah seperti:
1. Perubahan dalam warna
2. Perubahan dalam ukuran (terutama pertumbuhan yang cepat)
3. Timbulnya gejala (gatal, rasa terbakar atau sakit)
4. Terjadi peninggian pada lesi yang sebelumnya datar
5. Perubahan pada permukaan atau perubahan pada konsistensi lesi berpigmen
Tahi lalat walaupun hanya satu dan kecil kadang dapat juga berubah menjadi ganas, dan
dapat terjadi pada tahi lalat di bagian tubuh mana saja, walaupun yang sering adalah terutama di
telapak kaki, kepala/wajah, leher, pinggang. Selain itu pada tahi lalat, yang mulai sering terasa
gatal, mudah berdarah,ada borok atau luka yang sukar sembuh, harus juga lebih curiga.
Yang harus diwaspadai apabila suatu tahi lalat curiga menjadi ganas adalah bila pada tahi
lalat tersebut ditemukan tanda "ABCD" melanoma maligna, yaitu:
A= Asimetrik, bentuknya tak beraturan.
B= Border atau pinggirannya juga tidak rata.
C=Color atau warnanya yang bervariasi dari satu area ke area lainnya. Bisa kecoklatan sampai
hitam. Bahkan dalam kasus tertentu ditemukan berwarna putih, merah dan biru.
D=Diameternya lebih besar dari 6 mm
(Marwali, 2000).
3) Klasifikasi melanoma maligna
1) Melanoma superficial
Melanoma dengan penyebaran superfisial terjadi pada setiap bagian tubuh dan merupakan
bentuk melanoma yang paling sering ditemukan. Melanoma ini sering ditemukan serta
ektremitas bawah.
2) Melanoma lentigo-maligna
Melanoma lentigo-maligna merupakan lesi berpigment yang tumbuh dengan lambat pada
daerah kulit yang terbuka,khususnya permukaan dorsal tangan,kepala dan leher pada orang yang
berusia lanjut.
3) Melanoma noduler
Melanoma noduler merupakan noul yang berbentuk sferis yang menyerupai blueberry
dengan permukaan yang relatife licin seta berwarna biru hitam yang seragam. Melanoma
noduler akan menginvasi langsung kedalam lapisan dermis didekatnya (pertumbuhan vertikel)
dan dengan demikian memiliki prognosis yang buruk.
4) Melanoma akral-lentigonosa
Melanoma akral-lentigonosa merupakan bentuk melanoma yang terdapat didaerah yang
terlalu terpajan sinar mataharidan tidak terdapat difolikel rambut. Jenis melanoma ini sering
terdapat ditelapak kaki,telapak tangan, dasar kuku dan membrane mukosa yang berkulit gelap.
Berdasarkan tingkat penyebaran, Siregar (2005) membedakan melanoma maligna dalam 5
stadium yaitu:
1. Stadium I
Sel Melanoma hanya terdapat intraepidemal (Melanoma in situ)
2. Stadium II
Sel Melanoma sampai papilla dermis bagian atas
3. Stadium III
Sel Melanoma sampai mengisi papilla dermis
4. Stadium IV
Sel Melanoma sampai ke dalam jaringan ikat kolagen dermis
5. Stadium V
Sel Melanoma sampai jaringan lemak dan subkutan
6. Stadium VI
Sel Melanoma tampak berbentuk epiteloid atau kumparan, pleomorfi dengan kromatin
kasar.Setiap sel mengandung butir melanin.Sel berkelompok atau bergerombol. Pada dermis
ditemukan infiltrate limfosit atau makrofag yang mengandung melanin.
Selain itu sampai saat ini klasifikasi standar melanoma maligna yang digunakan dalam
stadium klinik (dengan beberapa modifikasi), yaitu sebagai berikut:
1. Stadium I
Melanoma maligna lokal terbatas pada kulit tanpa metastasis jauh atau ke kelenjar limfe
regional.
2. Stadium II
Sudah terjadi metastasis yang terbatas pada kelenjar limfe regional
3. Stadium III
Melanoma disseminata, dimana sudah terjadi metastasis jauh.
(Marwali, 2000).
4) Pengobatan melanoma maligna
Adapun pengobatan berdasarkan stadium Melanoma Maligna yaitu :
Tindakan yang dilakukan pada penderita kanker melanoma maligna ini adalah pengangkatan
secara komplit jaringan kanker dengan jalan pembedahan, apabila telah diketahui terjadi
penyebaran maka dibutuhkan operasi lanjutan untuk mengangkat jaringan di sekitarnya. Untuk
pengobatan secara medikomentosa dengan kemoterapi (obat-obat anti kanker) yang
dikelompokkan menjadi beberapa kategori yaitu: alkylating agents, antimetabolit, alkaloid
tanaman, antibiotik antitumor, enzim, hormon dan pengubah respon biologis. Dan pengobatan
secara nonmedikomentosa meliputi radioterapi, pembedahan dan terapi fisik.
Pembagian terapi berdasarkan stadium melanoma:
1. Stadium Klinik I Melanoma Malign.
Sampai saat ini metode pembedahan dengan eksisi luas masih tetap merupakan cara pengobatan
melanoma maligna yang terbaik.
2. Stadium Klinik II Melanoma Maligna
Eksisi luas disertai pengangkatan kelenjar limfe regional.
3. Stadium Klinik III Melanoma Maligna
a. Kemoterapeutik sistemik
Agen kemoterapeutik tradisional yang terbaik yaitu Dacarbazine/Dimetil Triazeno Imidazole
Carboxamide (DTIC).Dapat diberikan tersendiri atau dikombinasi dengan obat kemoterapeutik
sistemik lainnya.Respon pengobatan dengan DTIC terjadi pada 20-25% penderita.
Kemoterapeutik sistemik yang direkomendasikan adalah:
DTIC: 200-300 mg/m2 (intravena) selama 5 hari, diulang tiap 3-4 minggu.Nitrosourea: 200
mg/m2 dosis tunggal (oral), diulang tiap 6 minggu.Atau kombinasi DTIC dan nitrosourea
b. Imunoterapi
BCG' merupakan imunoterapi aktif non spesifik, terutama digunakan untuk pengobatan
melanoma maligna yang mengadakan metastasis ke kulit.Diberikan secara intralesi dan
memberikan pengaruh yang cukup bermanfaat. Hasilnya tidak menentu, tergantung pada sistem
imunitas penderita.Akhir-akhir ini dilakukan imunoterapi adoptif, dengan memakai leukaferesis
untuk mendapatkan limfosit dari kanker pasien, kemudian sel itu diinkubasi dengan interleukin-
2, untuk membentuk sel pembunuh yang mengaktifkan limfokin (LAK), dan kemudian sel-sel
LAK diinfuskan kembali bersama pemberian interleukin-2.
4. GEJALA PENYAKIT KANKER KULIT
Gejala kanker kulit yang pertama adalah adanya tumor atau tompel atau benjolan yang
dapat terlihat dari luar. Inilah yang menyebabkan kanker kulit cenderung memiliki risiko
kematian paling sedikit, sebab gejalanya bisa dikenali dengan mudah, sehingga pertolongan
medis pun bisa dilakukan lebih cepat. Selain itu, kulit juga merupakan organ yang letaknya
paling jauh dari organ vital utama manusia, sehingga kemungkinan penyebarannya
membutuhkan waktu yang lebih lama.
Jenis benjolan pada gejala kanker kulit merupakan tanda-tanda adanya kemungkinan kanker
kulit stadium awal. Bila Anda menemukan sebuah benjolan tidak wajar, artinya tiba-tiba muncul
dan belum pernah dirasakan sebelumnya, maka perhatikanlah beberapa hal berikut:
1. Bentuk benjolan yang kurang beraturan atau asimetris. Sehingga antara bentuk bagian kiri dan
kanannya terlihat berbeda.
2. Adanya batas pinggiran benjolan yang terlihat tidak rata dan cenderung memiliki tekstur yang
kasar.
3. Benjolan memiliki warna yang tidak rata atau bergradasi, misalnya warna gelap di tengah dan
warna cokelat muda di bagian pinggir hingga batas tepinya.
4. Besar diameter benjolan yang tidak wajar, bandingkan dengan diameter sebuah pensil.
5. Bentuknya yang berubah-ubah jika diamati secara teliti. Untuk membuktikan hal ini Anda bisa
mengambil foto benjolan atau tompel pada hari pertama Anda mengetahuinya. Kemudian
lakukan pengambilan foto pada minggu berikutnya, amati apakah ada perubahan bentuk, warna,
atau bahkan ukuran.
Sementara ciri-ciri kanker kulit yang lain adalah dengan adanya benjolan yang terasa gatal
atau bahkan sakit jika disentuh. Amati juga bila terdapat luka kecil pada kulit yang terus
mengeluarkan darah sehingga cenderung tidak sembuh.
5. FAKTOR RISIKO PENYAKIT KANKER KULIT
Sebelum mengenal kanker kulit, perlu diketahui lebih dahulu faktor risiko atau faktor yang
memudahkan timbulnya kanker kulit. Faktor risiko tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
Ø Sinar Ultraviolet B yang sebagian besar dipancarkan oleh sinar matahari
Ø Bahan kimiawi, misalnya tar, arsen, hidrokarbon aromatik, dll
Ø Radiasi Ionisasi (sinar radioaktif)
Ø Beberapa macam virus
6. PENGOBATAN PENYAKIT KANKER KULIT
a. Konvensiona
Pengobatan kanker kulit yang biasa dilakukan terdiri dari beberapa jenis yakni operasi yang
merupakan metode utama dan banyak dilakukan, terutama ketika kanker masih dalam stadium
awal. Kemudian, ada juga kemoterapi dan radioterapi yang biasanya digunakan untuk
mengobati kanker kulit yang terjadi pada orang yang sudah berusia lanjut.
Selain ketiga metode pengobatan tersebut, yang terbaru ialah pengobatan minimal invasif.
Pengobatan secara minimal invasif ini sifatnya melengkapi pengobatan konvensional lainnya.
Metode minimal invasif ini dapat secara efisien mencegah kekambuhan kanker di kemudian
hari. Keunggulan dari metode minimal invasif ini ialah tidak perlunya melakukan pembedahan
dan perdarahan yang bisa diminimalisir.
Apapun bentuk pengobatan kanker kulit yang Anda jalani, pastikan untuk meminimalisir
paparan sinar matahari secara langsung karena radiasi langsung dapat memengaruhi efektivitas
proses pengobatan.
c. Alternatif
Sarang Semut Papua merupakan herbal alami yang dapat digunakan untuk mengobati kanker
kulit karena mengandung sejumlah senyawa aktif berupa flavonoid yang sangat baik untuk
antioksidan di dalam tubuh.
Sebuah testimonial yang dikirimkan ke Deherba.com bercerita tentang Ibu Dewa Nyoman
Sumada yang sembuh dari kanker kulit dengan cepat berkat Sarang Semut.
Hal ini membuktikan bahwa herbal ini secara empiris dapat menyembuhkan kanker kulit.
Kalau Anda ingin membaca testimonial lengkapnya bisa dibaca dalam artikel Sarang Semut
Penumpas Kanker Kulit, Maag, dan Nyeri Tulang Punggung.
Mengonsumsi Sarang Semut secara konsisten dapat membantu Anda memberantas sel-sel
kanker tanpa mengganggu sel-sel yang masih sehat sehingga pengobatan dapat berjalan efektif
dan efisien. Dianjurkan supaya Anda juga mencoba menggunakan Sarang Semut ini untuk
membantu pengobatan kanker kulit.
Bila Anda ingin mendapatkan penjelasan lebih jauh tentang mengapa Sarang Semut sangat
membantu penyembuhan kanker.
7. PENCEGAHAN PENYAKIT KANKER KULIT
Beberapa langkah praktis bisa mencegah seseorang dari serangan kanker kulit. Pencegahan
dapat dilakukan dengan mengindari paparan sinar matahari secara langsung yang berlebihan
(gunakan tabir surya, topi, payung), menghindari bahan kimia yang bersifat karsinogen pada
kulit, dan hindari radiasi ionisasi seperti sinar X yang berlebihan.
8. REHABILITASI
Apabila diagnosa telah ditegakkan secara jelas bahwa penderita mengalami kanker kulit
berjenis sel basal, maka tindakan yang dilakukan umumnya adalah pembedahan atau
pengangkatan jaringan kulit (kanker) secara lengkap, atau dapat pula dengan tindakan
penyinaran. Metode lainnya yang juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik, laser,
fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun disuntikkan (kemoterapi).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker kulit adalah penyakit dimana kulit kehilangan kemampuannya untuk generasi dan
tumbuh secara normal.Sel-sel kulit yang sehat secara normal dapat membelah diri secara teratur
untuk menggantikan sel-sel kulit mati dan tumbuh kembali. Kanker kulit adalah jenis kanker
yang terletak dipermukaan kulit,sehingga mudah dikenali. Namun karena gejala awal yang
ditimbul dirasakan tidak begitu menganggu,sehingga penderita terlambat melakukan
pengobatan.
Penyebab pasti dari kanker kulit belum ditemukan secara pasti, namun ada beberapa factor
resiko yang dapat menyebabkan timbulnya kanker kulit yaitu: Paparan Sinar Ultraviolet (UV),
Kulit Putih, Paparan Karsinogen, Genetik/Faktor Keturunan.
Ada beberapa kelainan kulit yang harus dicurigai sebagai kanker kulit yaitu :Benjolan kecil
yang membesar , Benjolan yang permukaannya tidak rata dan mudah berdarah, Tahi lalat yang
berubah warna, Koreng atau borok dan luka yang tidak mau sembuh, Bercak kecoklatan pada
orang tua, Bercak hitam ysng menebal pada telapak kaki dan tangan.
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta
senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien.
2. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin. (2009). Anatomi fisiologi kulit. Diperoleh pada tanggal 6 April 2011
dari: http://www.docstoc.com/docs/58180799/ANATOMI-DAN-FISIOLOGI-SISTEM-
INTEGUMEN-(KULIT)
Baughman, Diane, C & Joann, C, Hackley. (2000). Keperawatan medical bedah : buku
saku dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC.
Corwin, E.J.(2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.
Engram, Barbara. (2004) Rencana asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Ganggaiswari, A. (2010). Kanker kulit Indonesia. Diperoleh pada tanggal 7 April 2011
dari http://www.yki.cakulit.com
Globocan. (2008). Karsinoma kulit. Diperoleh pada tanggal 7 April 2011
dari http://www.globocan.2008.com
Isselbacher, et al. (2000). Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed.13. Jakarta:EGC.
Marwali, H. (2000). Ilmu penyakit kulit. Jakarta : EGC.
Sherwood, Lauralee. (2001). Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
Siregar, R.S. (2005). Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C. & Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Ed.8. Vol 3. Jakarta : EGC
Suriadiredja, A. (2008). Mengenal kanker kulit diagnosa, pengobatan dan
pencegahannya. Diperoleh pada tanggal 6 April 2011 dari
http://www.dharmais.co.id/new/content.php?page=article&lang= en&id=15.
Wikipedia Indonesia. (2008). Kanker kulit. Diperoleh pada 6 April 2011
dari http://www.wikipedia.com

MAKALAH KANKER PAYUDARA

MAKALAH KOMUNITAS
Kanker Payudara dan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI)

Disusun Oleh :
Isatriola
Kelas : II C KEBIDANAN
Dosen Pengampu : Stella,SST.

POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU


JURUSAN D III KEBIDANAN
TA 2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari
mekanisme normalnya,sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan
tidak terkendali.Selain itu kanker paudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma
yang ganas yang berasal dari parenchymadan juga jenis kanker yang paling umum
diderita kaum wanita.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Kanker Payudara
2. Patofisiologi
3. Gejala Klinis Kanker Payudara
4. Faktor Penyebab Kanker Payudara
5. Pengobatan Kanker Payudara
6. Pencegahan Kanker Payudara
7. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
C. Tujuan
Makalah ini dibuat sebagai pedoman dalam pembelajaran dan diharapkan
mahasisiwi mengetahui apa itu Kanker Payudara,Patofisiologi,Gejala Klinis,Faktor
Penyebab,Pengobatan,Pencegahan,dan Pemeriksaan Payudraa Sendiri (SADARI ).

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kanker Payudara
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari
mekanisme normalnya,sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan
tidak terkendali.Selain itu kanker paudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma
yang ganas yang berasal dari parenchymadan dan juga kanker payudara ini yang paling
umum diderita kaum wanita.
B. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi.
a. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetic sel yang memicu sel
menjadi ganas.Perubahan dalam bahan genetic sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen yang bisa berupa bahan kimia,virus,radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari.Tetapi tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen.kelainan genetic sel atau bahan lainnya yang disebut promotor yang
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen.Bahkan gangguan fisik menahun
pun bisa menyebabkan sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
b. Fase promosi
Pada tahap promosi suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi ganas.
Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi.Karena itu
diperlukan beberapa factor untuk tertajidanya keganasan (gabungan dari sel yang peka
dan suatu karsinogen).
c. Fase metastatis
Metastatis menuju ketulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker
payudara,beberapa diantaranya disertai komplikasi lainseperti simtoma
hiperkalsemia,patologikal fractures atau spinal cord compression.Metastatis demikian
bersifat oestiolotik yang berarti bahwa oesteoklas hasil induksi sel kanker merupakan
mediator osteolisis dan mempengaruhi diferensial dan aktifitas osteoblas serta osteoklas
lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
C. Gejala Klinis
Gejala klinis kanker payudara dapat berupa :
 Benjolan pada payudara
Umumnya berapa benjolan payudara yang tidak nyeri pada payudara.Benjolan itu mula-
mula kecil,semakin lama akan semakin besar,lalu melekat pada kulit payudara atau pada
putting susu.
 Erosi atau eksema putting susu
Kulit atau putting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi),berwarna merah muda
atau kecoklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
,mengkerut,atau timbul borok (ulkus)pada payudara .Borok itu semakin lama akan
semakin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara ,sering
berbau busuk dan mudah berdarah.Ciri lain nya antara lain :
1. Perdarahan pada putting susu
2. Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar,sudah
timbul borok,atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
3. Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak,bengkak (edema) pada
lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh.Kanker payudara lanjut sangat mudah
dikenali dengan mengetahui criteria operbilitas heagensen sebagai berikut : terdapat
edema luas pada kulit payudara,adanya nodul pada kulit payudara,kanker payudara jenis
karsinimatosa,terdapat nodul supraklavikula,adanya edema lengan,adanya metastase
jauh,serta terdapat dua dari tanda-tanda local adcanced,yaitu ulserasi kulit edema kulit
kulit terfiksasi pada dinding toraks,kelenjar getah beningaksila berdiameter lebih 2,5cm
dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain.
4. Keluarnya cairan
Keluarnya cairan (nipple discharge) adalah keluarnya cairan dari putting susu secara
spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal apabila terjadi pada wanita
yang hamil,menyusui dan pemakai pil kontrasepsi.
Seorang wanita harus waspada apabila dari putting susu keluar caira berdarah cairan
encer dengan awarna merah atau coklat,keluar sendiri tanpa harus memijit putting
susu,berlangsung terus menerus,hanya pada satu payudara (unilateral) dan cairan selain
air susu.
D. Faktor penyebab terjadinya kanker payudara :
1. Factor resiko
a. Factor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan resiko terjadinya kanker payudara
adalah nuliparitas,menarche pada umur muda,menopause pada umur lebih tua dan
kehamilan pertama pada umur tua.Resiko utama kanker payudara adalah bertambanhya
umur.Diperkirakan periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan
pertama merupakan window of initation perkembangan kanker payudara.Secara anatomi
dan fungsional payudara akan mengalami autrofi dengan bertanbahanya umur.Kurang
dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause ssehingga diperkirakan
awal terjadinya tumor jauh sebelum terjadi perubahan klinis.
b. Penggunaan hormone
Hormone estrogen berhubungan terjadinya kanker payudara.Suatu analisis menyatakan
bahwa walaupun tidak terdapat resiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi
oral,wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai resiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause.Sel –sel yang sensitive terhadap
rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan degenerasi jinak atau menjadi
ganas.
c. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan adenosis,fibroadenoma,dan fibrosis tidak ada peningkatan resiko
terjadi kanker payudara.
Pada hiperplasis dan papiloma resikosedikit meningkat 1 sampai 2 kali.Sedangkan pada
hyperplasia atipik,resiko meningkat hingga 5 kali.
d. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker
payudara pada wanita paska menopause.Variasi terhadap kanker ini menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh diet terjadinya keganasan ini.
e. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya
resiko kanker payudara.
f. Riwayat keluarga dan factor genetic
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan
dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.Terdapat peningkata resiko keganasan
pada wanita yang keluargannya mmenderita kanker payudara.Pada studi genetic
ditemukan bahwa kanker payudara brhubungan dengan gen tertentu.Apabila terdapat
BRCA 1 yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara,probalitas untuk terjadi
kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan sebesar 85% ppada umur 70
yahun.Faktor usia sangat berpengaruh sekkitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60
tahun.Resiko terbesar usia 75 tahun.
2. Factor genetic
Kanker payudara dapat terjadi karena adanya beberapa factor genetic yang diturunkan
dari orang tua ke anaknya.Faktor genetic yang diamksud adalah adanya mutasi pada
beberapa gen yang bersifat onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.
E. Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak tergantung
pada stadium penyakit :
1. Masektomi
Masektomi adalah operasi pengangkatan payudara.Ada 3 jenis masektomi :
 Modified radical mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara ,jaringan
payudara di tulang dada,tulang selangka,tulang iga,serta benjolan disekitar ketiak.
 Total simple mastectomy yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja tetapi
tidak kelenjar di ketiak.
 Radical mastectomy yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.Biasanya
disebut lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada jaringan yang mengandung sel
kanker saja,bukan seuruh payudara.Operasi ini direkomendasikan pada pasien yang besar
tumornya kurang dari 2cm dan letaknya di pinggir payudara.
2. Radiasi
Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker
dengan menggunakan sinar x dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker
yang masih tersisa setelah operasi.Efek pengobatan ini tubuh menjadi lemah,nafsu makan
berkurang,warna kulit di sekitar payudara menjadi hitam,serta HB dan leukosit
cencerung menurun sebagai akibat radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat anti kanker atau sitokina dalam bentuk cair
atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis.Tidak hanya sel kankerpada payudara tapi juga di seluruh tubuh.Efek dari
kemoterapi adalah pasien mengalami mual muntah sera rambut rontokkarena pengaruh
obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
F. Strategi Pencegahan
Pada prinsipnya strategi pencegahan dikelompokkan tiga kelompok besar yaitu
pencegahan pada lingkungan pada milestone dan pejamu.Hampir setiap epidiomologi
sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular
adalah promosi kesehatan dan proteksi dini.Begitu pula pada kanker payudara dan
pencegahannya yang dilakukan antara lain :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindari diri dari
keterpaparan pada berbagai factor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat.Pencegahan
primer juga bisa melalui pemeriksaan sadari (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin untuk memperkecil factor resiko terkena kanker payudara.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko untuk terkena
kanker payudara .Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid yang normal
merupakan at risk dari kanker payudara.Pencegahan sekunder dengancara deteksi
dini.Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan .Skrining melalui
mammografi dikalim memiliki akurasi 90 %dari semua penderita kanker payudara tetapi
keterpaparan terus menerus pada
mamografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu factor resiko terjadinya kanker
payudara. Karena itu skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan
beberapa pertimbangan antara lain :
o Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahundianjurkan melakukan cancer risk.
o Pada wanita dengan factor resiko mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai
usia 50 tahun.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker payudara.Penanganan yang tepat pada penderita kanker payudara sesuai dengan
stadiumnnya akan dapat mengurangi kecacatan dan memperpanjang harapan hidup
penderita.Pencegahan tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita
serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan
dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup.Bila
kanker telah jauh bermetastatis dialkukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika.Pada
stadium tertentu pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan
untuk mencari pengobatan alternative dengan obat herbal kanker payudara.
G. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Kesehatan payudara tentu menjadi perhatian semua wanita.Disamping untuk
estetika kesehatan payudara juga berguna untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan
.Wanita mempunyai resiko yang besar untuk terkena tumor atau keaganaasan di organ
payudarannya .Oleh karena itu wanita disarankan agar bisa melakukan pemeriksaan
payudraa sendiri agar dapat deteksi dini.Pemeriksaan payudara sendiri (sadari)dapat
dilakukan oleh wanita siapapun setelah usia 20 tahun.Para wanita disarankan untuk
melakukannya sendiri karena mereka sendirilah yang tau struktur payudara nya secara
normal.Oleh karena itu jika ada benjolan akan langsung menyadarinya.
Saat yang paling tepat untuk melakukan pemeriksaan ini adalah pada hari ke 5-7 setelah
menstruasi dimana payudara tidak mengeras,membesara atau nyeri lagi.Untuk wanita
yang telah menopause atau tidak menstruasi lagi mereka dapat melakukannya kapan saja
dan disarankan untuk memeriksakannya sendiri setiap awal atau akhir bulan.
Langkah –langkah melakukan sadari :
1. Mulailah pemeriksaan dengan mengamati bentuk payudara anda di cermin.Pastikan
bahu anda lurus sejajar dan letakkan tangan anda di pinggang.Perhatikan bentuk ukuran
dan warnanya.Kelainan yang mungkin di temukan seperti kerutan ,benjolan,lekukan
,posisi putting yang tidak normal atau struktur kulit yang tidak normal (merah
,kasar,berkerut) atau bahkan nyeri
2. Angkat kedua lengan anda untuk melihat kelainan bentuk payudara .Lihat apa kedua
payudara terangakat bersama-sama.\
3. Dengan menggunakan ujung jari ,tekanlah perlahan permukaan payudara anda dan
rasakan apakah ada benjolan.Rabalah sesuai dengan pola berikut : melingkar,dari atas ke
bawah,dari tengan ke samping,sampai area ketiak.Lakukan langkah ini pada kedua
payudara.
4. Peraslah putting susu anda secara perlahan.Lihat apakah ada cairan berwarna
putih,kekuningan atau bahkan darah.
5. Selain dengan berdiri anda juga bisa memeriksa payudara dalam keadaan berbaring.
Ganjallah separuh punggung anda (sisi payudara yang hendak diperiksa)dengan
bantal.Tarulah tangan anda dibelakang kepala.Lalu gunakan ujung jari tangan anda yang
berlawanan untuk memeriksa payudara.
Jika dalam pemeriksaan kita menemukan benjolan,atau masalah lainnya pada payudara
anda pada saat melakukan sadari ,konsultasikan dengan dokter.Dan akan dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa mammografi atau ultrasonografi untuk pemeriksaan yang
lebih detail
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dari
mekanisme normalnya,sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,cepat dan
tidak terkendali.Selain itu kanker paudara didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma
yang ganas yang berasal dari parenchymadan juga jenis kanker yang paling umum
diderita kaum wanita.
B. Saran dan Kritik
Dari Makalah diatas penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kesalahan dan kekurangan .Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran ataupun
kritik demi perbaikan makalah selanjutnya.

MAKALAH

STRUKTUR ORGANISASI DI PUSKESMAS


KEMUMU
(PUSKESMAS RAWAT JALAN)
TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kotayang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatuwilayah kerja.
Konsep Puskesmas mulai diperkenalkan sejak tahun 1968,dilatarbelakangi oleh tujuan
bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalamPembukaan UUD 1945 alinea 4, yakni
untuk melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukankesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan
nasionaltersebut dituangkan dalam pembangunan kesehatan yang menjadi visi
dariPuskesmas, yakni mewujudkan Millenium Development Goals (MDGs) 2015.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada
visi pembangunan kesehatan Puskesmas, yakni terwujudnya Kecamatan Sehat
menujuMDGs 2015, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat
sertawilayah Kecamatan setempatUntuk mewujudkan visi MDGs tersebut, Puskesmas yang
merupakan unit pelayanan kesehatan primer tentunya harus memiliki struktur organisasi
yang baik. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat, struktur organisasi Puskesmas tergantung darikegiatan dan
beban tugas masing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di satu
kabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatankabupaten/kota, sedangkan penetapannya
dilakukan dengan Peraturan Daerah.Sesuai dengan visi pembangunan kesehatan melalui
Puskesmas yakniterwujudnya Kecamatan Sehat Menuju MDGs 2015, Puskesmas
bertanggung jawab untuk menyelenggarakan program-program yang berupaya
untuk meningkatkan kesehatan perorangan dan kesehatan masyarakat, yang
merupakan pelayanan tingkat pertama dari sistem kesehatan nasional.
Upaya kesehatantersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni upaya kesehatan wajib
dan upayakesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib meliputi upaya promos
kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan
gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan pengobatan.
Sementara itu, upaya kesehatan pengembangan ditetapkan berdasarkan permasalahan
kesehatan yang ditemukan di masyarakat setempatserta yang disesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas.
Puskesmas Kemumu Kecamatan Arma Jaya merupakan salah satu dari banyaknya
Puskesmas yang ada di Bengkulu Utara yang juga menerapkan struktur organisasi dan
program kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementrian Kesehatan.
Oleh sebab itu, penulis bermaksud untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi dan
program Puskesmas di Kemumu Kecamatan Arma Jaya tersebut.
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah pribadi ini antara lain sebagai berikut:
a. Tujuan Umum
Mengetahui struktur organisasi dan program puskesmas secara umum.
b. Tujuan Khusus
 Mengetahui struktur organisasi di Puskesmas Kemumu Kecamatan Arma Jaya.
 Mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis program kegiatan di Puskesmas
Kemumu Kecamatan Arma Jaya.
1.3. Batasan Penulisan
Makalah ini membahas tentang struktur organisasi dan program puskesmas secara umum,
dan secara khusus di Puskesmas Kemumu Kecamatan Arma Jaya.
1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini berupa tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur
BAB II
ANALISIS SITUASI
2.1. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Lubuk Kilangan didirikan di atas tanah wakaf yang diberikanKAN yang pada
tahun 1981 dengan luas tanah 270 m 2dan gedung Puskesmassendiri didirikan pada tahun
1983 dengan luas bangunan 140 m 2,dimana saat itu pimpinan Puskesmas yang pertama
adalah dr. Meiti Frida dan pada tahun itu jugaPuskesmas mempunyai satu buah Puskesmas
Pembantu (Pustu) Baringin.Pembangunan Puskesmas ini dibiayai dari APBN. Pelayanan
yangdiberikan saat itu meliputi BP, KIA dan Apotik. Dengan Jumlah pegawai yangada pada
saat itu sekitar 10 orang dan sampai saat ini telah mengalami pergantianPimpinan
Puskesmas sebanyak 11 kali.Pada Tahun 1997 telah dilakukan rehabilatasi Puskesmas secara
maksimal,karena adanya keterbatasan lahan, rumah dinas paramedis yang ada pada saat
itudijadikan kantor dan juga ada penambahan beberapa ruangan pelayanan lainnya.Saat
sekarang kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri dari
beberapa ruangan kantor seperti: Medical Record (MR),Balai Pengobatan (BP), Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana(KB), Gigi, Gizi, Labor, (Pertolongan Pertama
pada Kecelakaan) P3K, Apotik,dan Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 56
orang termasuk Pustu.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalahTujuh Pelayanan Dasar
yaitu: (1) Promosi Kesehatan (Promkes), (2) KesehatanIbu dan Anak, Keluarga Berencana
(KIA-KB), (3) Gizi, (4) KesehatanLingkungan (Kesling), (5) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular, (6)Pengobatan, dan (7) Perawatan Kesehatan Masyarakat
(Perkesmas).
2.2. Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh WilayahKecamatan Lubuk
Kilangan dengan luas Daerah 85,99 km yang terdiri dari 7kelurahan dengan luas:
a.Kelurahan Batu Gadang : 19,29 km
b.Kelurahan Indarung : 52,1 km
c.Kelurahan Padang Besi : 4,91 km
d.Kelurahan Bandar Buat : 2,87 km
e.Kelurahan Koto Lalang : 3,32 km
f.Kelurahan Baringin : 1,65 km
g.Kelurahan Tarantang : 1,85 km
Adapun batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan adalahsebagai berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pauh

b.Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok


c.Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Lubuk Begalung
d.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bungus Teluk Kabung
(Gambar 2.1 Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
2.3. Kondisi Demografi
Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032Jiwa yang terdiri dari 10.707
KK dengan perincian sebagai berikut:
a) Kelurahan Bandar Buat : 14.359 jiwa dan 2.743 KK
b) Kelurahan Padang Besi : 6.797 jiwa dan 1.610 KK
c) Kelurahan Indarung : 11.069 jiwa dan 2.632 KK
d) Kelurahan Koto Lalang : 6.563 jiwa dan 1.550 KK
e) Kelurahan Batu Gadang : 6.480 jiwa dan 1.489 KK
f) Kelurahan Baringin : 2.277 jiwa dan 244 KK
g) Kelurahan Tarantang : 2.460 jiwa dan 439 KK
Dengan jumlah 44 RW. Dan 171 RT dengan perincian sebagai berikut:
a) Kelurahan Batu Gadang : 5 RW/ 21 RT
b) Kelurahan Indarung : 12 RW/ 44 RT
c) Kelurahan Padang Besi : 4 RW/ 20RT
d) Kelurahan Bandar Buat : 11 RW/ 43 RT
e) Kelurahan Koto Lalang : 8 RW/ 31 RT
f) Kelurahan Baringin : 2 RW/ 5 RT
g) Kelurahan Tarantang : 2 RW/ 7 RT
2.4. Sarana dan Prasarana
a. Sarana Pendidikan
No Nama Desa TK/PAUD SD SMP SMA
1 Kel Kemumu
2 Tebing Kaning
3 Sidodadi
4 Sumber Agung
5 Pematang Sapang
6 Pagar Banyu
7 Dusun Kali 1
8 Dusun Kalai 2
9 Air Merah
10 Gardu
11 Gunung Besar
12 Pagar Ruyung

b. Sarana Kesehatan
Kondisi
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
Baik Rusak
A. Sarana Kesehatan : Ringan Sedang Berat
1. Puskesmas Induk 1 1 - - -
2. Pustu ;
a. Sb Agung 1 1 - - -
b. Pmt Sapang 1 - - - 1
c. Pgr Banyu 1 - - - 1
d. Ds Kali 1 1 - - - 1
e. Gn Besar 1 - - - 1
3. Poskesdes ;
a. Sidodadi 1 1 - - -
b. Gardu 1 1 - - -
4. Polindes ;
a. Tb Kaning 1 - - - 1
b. Pmt Sapang 1 - - - 1
c. Gardu 1 - - - 1
d. Air Merah 1 - - - 1
e. Pgr Ruyung 1 1 - - -
5. Rumah Dinas ;
a. Dokter 1 - - - -
b. Paramedis 4 - 1 - 3
6. Mobil Roda 4 ;
a. Pusling AVV 1 1 - - -
b. Pusling Sukoy 1 - - - 1
7. Sepeda Motor
B. Sarana Penunjang :
1. Komputer
2. Laptop
3. LCD/Infocus
4. Mesin Tik
5. Printer
6. Tiprecorder
7. Meja Staf
8. Kursi Lipat
9. Kursi Putar
10. UPS
11. Kipas Angin Tegak
12. Kipas Angin Dinding
13.

c. Prasarana Kesehatan ;
1. Posyandu Balita : 12 buah
2. Posyandu Lansia : buah
3. Kader Kesehatan : 60 orang
4. Praktek dokter swasta : buah
5. Praktek Bidan swasta : buah
6. Pos UKK : buah
7. Pengobatan tradisional : buah
8. Toga : buah
2.5. Ketenagaan dan Struktur Organisasi Puskesmas
1. Ketenagaan
No Jenis Ketenagaan PNS PTT Honor TKS Ket
1 Dokter Umum
2 Dokter Gigi
3 Sarjana Kes Masyarakat
4 Sarjana Keperawatan
5 Akper
6 D4 Akper
7 Akbid
8 D4 Akbid
9 Akzi
10 AKL
11 AAK
12 Rekam Medis
13 SPRG
14 SPG
15 SPK
16 Bidan D1
17 Asisten Apoteker
18 Pekarya Kesehatan
19 SMA
20 SMEA
Jumlah

2. Sasaran Puskesmas
a. Jumlah Penduduk : 11.433 Jiwa
b. Bayi (0 – 11 bulan) : Jiwa
c. Bayi (6 – 11 bulan ) : Jiwa
d. Batita (24 – 60 bulan) : Jiwa
e. Baduta (0 – 60 bulan) : Jiwa
f. Bumil : Jiwa
g. Bufas : Jiwa
h. Bulin : Jiwa
i. Buteki : Jiwa
j. Lansia : Jiwa
k. WUS : Jiwa
2.6. Visi, Misi Puskesmas
a. Visi Puskesmas :
Visi Puskesmas adalah menuju Kemumu Kecamatan Arma Jaya Sehat Menuju MDGs
2015.
b. Misi Puskesmas :
 Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
 Mendorong kemandirian sehat bagikeluarga dan masyarakat.
 Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
 Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga danmasyarakat
serta lingkungan.
2.7. Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Penduduk
a. Kondisi Sosial dan Budaya
Suku terbesar yang ada di Kecamatan Lubuk Kilangan adalah SukuMinang, juga ada
beberapa suku lainnya yaitu Jawa dan Batak. Mayoritasagama yang dianut
masyarakatnya adalah :
Islam : 43.451 Jiwa
Katolik : 39 Jiwa
Kristen : 41 Jiwa
b. Kondisi Ekonomi
Mata Pencaharian Penduduk:
a. Pegawai Negeri
b. Swasta
c. Buruh
d. Tani
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Defenisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kotayang bertanggungjawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatuwilayah kerja. Puskesmas bertujuan untuk
mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dankemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerjaPuskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengandemikian,
Puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, menjadi
pusat pemberdayaan masyarakat dan sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
3.2ORGANISASI PUSKESMAS
3.1.1 Struktur Organisasi Puskesmas
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.128 Tahun 2004tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat, setiap Puskesmas diIndonesia memiliki struktur organisasi yang
seragam, namun dapat dimodifikasimenurut wilayah masing-masing tergantung dari kegiatan
dan beban tugasmasing-masing Puskesmas. Penyusunan struktur organisasi Puskesmas di
satukabupaten/kota dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, sedangkan penetapannya
dilakukan dengan Peraturan Daerah.Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi
Puskesmassebagai berikut:
1.Kepala Puskesmas
Kepala Puskesmas adalah penanggungjawab pembangunan kesehatan ditingkat kecamatan.
Sebagai unsur pimpinan, Kepala Puskesmas mempunyai tugas
pokok dan fungsi untuk memimpin, mengawasi dan mengoordinasi kegiatanPuskesmas yang
dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan fungsional.
2.Unit Tata Usaha
Unit Tata Usaha adalah unit yang bertanggungjawab membantu KepalaPuskesmas dalam
pengelolaan:
Data dan informasi
Perencanaan dan penilaian
Keuangan
Umum dan kepegawaian
3.Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas
Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas adalah unit yang berfungsidalam upaya kesehatan
masyarakat (termasuk pembinaan terhadap UKBM/UpayaKesehatan Bersumberdaya
Masyarakat) dan upaya kesehatan perorangan, yaituunit yang terdiri atas tenaga atau pegawai
dalam jabatan fungsional. Jumlah unittergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap
daerah. Terdiri atas unit I, II,III, IV, V, VI, VII.
Unit I, mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakankegiatan kesejahteraan ibu dan
anak, Keluarga Berencana dan perbaikan gizi.
Unit II, mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakankegiatan pencegahan dan
pemberantasan penyakit terutama imunisasi,kesehatan lingkungan dan laboratorium.
Unit III, mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakankegiatan kesehatan gigi dan
mulut, serta kesehatan tenaga kerja danlanjut usia (lansia).
Unit IV, mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakankegiatan perawatan
kesehatan masyarakat, kesehatan sekolah danolahraga, kesehatan jiwa, kesehatan mata dan
kesehatan khususlainnya
Unit V, mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakankegiatan di bidang
pembinaandan pengembangan upaya kesehatanmasyarakat dan penyuluhan kesehatan
masyarakat.
Unit VI, mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakankegiatan pengobatan rawat
jalan dan rawat inap (Puskesmas perawatan).
Unit VII, mempunyai tugas pokok dan fungsi untuk melaksanakan pengelolaan farmasi.
4.Jaringan pelayanan puskesmas
Jaringan pelayanan Puskesmas meliputi Unit Puskesmas Pembantu, UnitPuskesmas Keliling dan
Unit Bidan di Desa/Komunitas.
Puskesmas Pembantu, yaitu unit pelayanan kesehatan yang sederhanadan berfungsi
menunjang dan membantu melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam ruang lingkup wilayah yang
lebih kecil.
Puskesmas Keliling, yaitu unit pelayanan kesehatan keliling yangdilengkapi dengan kendaraan
bermotor roda 4 atau perahu bermotor dan peralatan kesehatan, peralatan komunikasi serta
sejumlah tenagayang berasal dari Puskesmas. Fungsinya menunjang dan
membantumelaksanakan kegiatan-kegiatan Puskesmas dalam wilayah kerjanyayang belum
terjangkau oleh pelayanan kesehatan. KegiatanPuskesmas Keliling adalah:
Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di daerahterpencil yang tidak terjangkau
oleh pelayanan Puskesmas atauPuskesmas Pembantu, 4 hari dalam satu minggu.
Melakukan penyelidikan tentang kejadian luar biasa.
Dipergunakan sebagai alat transpor penderita dalam rangkarujukan bagi kasus gawat darurat
Melakukan penyuluhan kesehatan dengan menggunakan alataudio-visual.
3.1.2Kriteria Personalia
Kriteria personalia yang mengisi struktur organisasi Puskesmasdisesuaikan dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing unit Puskesmas.Khusus untuk kepala puskesmas dipersyaratkan
harus seorang sarjana di bidangkesehatan yang kurikulum pendidikannya mencakup kesehatan
masyarakat.
3.1.3Eselon Kepala Puskesmas
Kepala puskesmas adalah penanggung jawab pembangunan kesehatan ditingkat kecamatan.
Sesuai dengan tanggung jawab tersebut dan besarnya perankepala Puskesmas dalam
peyelengaraan pembangunan kesehatan di tingkatkecamatan, maka jabatan kepala puskesmas
setingkat dengan eselon IV-A.Dalam keadaan tidak tersedia tenaga yang memenuhi syarat
untuk menjabat eselon IV-A , ditunjuk pejabat sementara yang sesuai dengan kriteriakepala
puskesmas yakni seorang sarjana di bidang kesehatan yang kurikulun pendidikannya mencakup
bidang kesehatan masyarakat.
3.3. PROGRAM PUSKESMAS
Puskesmas bertanggung jawab untuk menyelengarakan program kesehatan perorangan dan
masyarakat sebagai pelayanan kesehatan tingkat pertama.Program-program kegiatan pelayanan
kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmasdikelompokkan menjadi dua, yakni upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan pengembangan.
3.3.1Upaya Kesehatan Wajib
Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen
nasional, regional dan global serta yang mempunyai dayaungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatanwajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas
yang ada di wilayahIndonesia, yakni meliputi sebagai berikut:
Upaya Promosi Kesehatan,
yaitu program pelayanan kesehatan puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar
hidup sehatsecara optimal melalui kegiatan penyuluhan (induvidu, kelompok
maupunmasyarakat).
2.Upaya Kesehatan Lingkungan
, yaitu program pelayanan kesehatanlingkungan di Puskesmas untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan pemukiman melalui upaya sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungandan tempat
umum termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan peningkatan peran serta
masyarakat.
3.Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana(KB)
, yaitu program pelayanan kesehatan yang ditujuhkan untuk memberikan pelayanan kepada ibu
hamil, bersalin dan nifas, pelayanan bayi dan balita, dan pelayanan kepada PUS (Pasangan Usia
Subur) untuk ber KB.
4.Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
, yaitu program kegiatan pelayanankesehatan, perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yang
meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein,Anemia Gizi Besi,
Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY),Kurang Vitamin A, Keadaan zat gizi lebih,
Peningkatan Survailans Gizi,dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
5.Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular
, yaitu program pelayanan kesehatan Puskesmas untuk mencegahdan mengendalikan penular
penyakit menular/infeksi (misalnya TB, DBD,Kusta dll).
6.Upaya Pengobatan
,yaitu bentuk pelayanan kesehatan untuk mendiagnosa, melakukan tindakan pengobatan pada
seseorang pasiendilakukan oleh seorang dokter secara ilmiah berdasarkan temuan-temuanyang
diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan.
7.Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas),
yaitu bentuk pelayanankesehatan untuk mendatangi langsung masyarakat yang tidak
mampusecara fisik dan psikologis untuk datang berobat ke Puskesmas, sekaligu
dapat memberikan penyuluhan dan perawatan kesehatan kepadamasyarakat dibawah tanggung
jawab perawat.
3.3.2Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yangdisesuaikan dengan
kemampuan Puskesmas yang bersangkutan. Dalam struktur organisasi puskesmas program
pengembangan ini biasa disebut Program spesifik lokal yang ditetapkan sesuai dengan
permasalahan kesehatan yang ditemukan dimasyarakat serta disesuaikan dengam kemampuan
puskesmas. Meliputi:
1.Usaha Kesehatan Sekolah
, adalah pembinaan kesehatan masyarakatyang dilakukan petugas Puskesmas di sekolah-sekolah
(SD,SMP danSMP) diwilayah kerja Puskesmas
2.Kesehatan Olah Raga,
adalah semua bentuk kegiatan yang menerapkanilmu pengetahuan fisik untuk meningkatkan
kesegaran jasmanimasyarakat, naik atlet maupun masyarakat umum. Misalnya pembinaandan
pemeriksaan kesegaran jasmani anak sekolah dan kelompok masyarakat yang dilakukan
puskesmas di luar gedung
3.Perawatan Kesehatan Masyarakat
, adalah program pelayanan penanganan kasus tertentu dari kunjungan puskesmas akan ditindak
lanjutiatau dikunjungi ketempat tinggalnya untuk dilakukan asuhan keperawataninduvidu dan
asuhan keperawatan keluarganya. Misalnya kasus gizikurang penderita ISPA/Pneumonia
4.Kesehatan Kerja,
adalah program pelayanan kesehatan kerja puskesmasyang ditujuhkan untuk masyarakat pekerja
informal maupun formaldiwilayah kerja puskesmas dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan penyakit serta kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan danlingkungan kerja.
Misalnya pemeriksaan secara berkala di tempat kerjaoleh petugas puskesmas
Kesehatan Gigi dan Mulut,
adalah program pelayanan kesehatan gizi danmulut yang dilakukan Puskesmas kepada
masyarakat baik didalammaupun diluar gedung (mengatasi kelainan atau penyakit ronggo
mulutdan gizi yang merupakan salah satu penyakit yang terbanyak di jumpai diPuskesmas
6.Kesehatan Jiwa,
adalah program pelayanan kesehatan jiwa yangdilaksanakan oleh tenaga Puskesmas dengan
didukung oleh peran sertamasyarakat, dalam rangka mencapai derajat kesehatan jiwa
masyarakatyang optimal melalui kegiatan pengenalan/deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan
pertama gangguan jiwa dan konseling jiwa. Sehat jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta
mampu menghadapi tantangan hidup,dapat menerima orang lain sebagaimana adanya dan
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Misalnya ada konseling jiwa
diPuskesmas.
7.Kesehatan Mata,
adalah program pelayanan kesehatan mata terutama pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif)dibidang mata dan pencegahan kebutaan oleh tenaga
kesehatanPuskesmas dan didukung oleh peran serta aktif masyarakat. Misalnyaupaya
penanggulangan gangguan refraksi pada anak sekolah.
8.Kesehatan Usia Lanjut,
adalah program pelayanan kesehatan usialanjut atau upaya kesehatan khusus yang dilaksanakan
oleh tenagaPuskesmas dengan dukungan peran serta aktif masyarakat dalam
rangkameningkatkan derajat kesehatan masyarakat usia lanjut. Misalnya pemeriksaan kesehatan
untuk mendeteksi dini penyakit degeneratif,kardiovaskuler seperti : diabetes Melitus, Hipertensi
dan Osteoporosis pada kelompok masyarakat usia lanjut.
9.Pembinaan Pengobatan Tradisional
, adalah program pembinaanterhadap pelayanan pengobatan tradisional, pengobat tradisional dan
cara pengobatan tradisional. Yang dimaksud pengobatan tradisional adalah pengobatan yang
dilakukan secara turun temurun, baik yang menggunakan
herbal (jamu), alat (tusuk jarum, juru sunat) maupun keterampilan (pijat, patah tulang).
10.Kesehatan Haji ,
adalah program pelayanan kesehatan untuk calon dan jemaah haji yang meliputi pemeriksaan
kesehatan, pembinaan kebugarandan pemantauan kesehatan jemaah yang kembali (pulang) dari
menaikanibadah haji.Selain program di atas, upaya kesehatan pengembangan Puskesmas
dapat pula berupa upaya inovasi, yakni upaya lain diluar upaya Puskesmas di atas
yangditetapkan sesuai dengan kebutuhan, guna mempercepat tercapainya visiPuskesmas.
Pemilihan upaya kesehatan pengembangan ini dilakukan olehPuskesmas bersama dinas
kesehatan kabupaten/kota dengan mempertimbangkanmasukan dari BPP (Badan Perencanaan
dan Pengembangan). Upaya ini dilakukan jika upaya wajib telah terlaksana secara optimal,
dalam artian target cakupan dan peningkatan mutu pelayanan telah tercapai.
3.3.3Program Penunjang
 Medical record
Apotik
Laboratorium
131.
191)
PHBSTerdiri dari:a)
Linakes (Persalinan dengan Tenaga Kesehatan) b)
ASI Eksklusif c)
Menimbang Balitad)
Air Bersihe)
CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun)f)
Jambang)
Memberantas Jentik h)
Makan Buah dan Sayur i)
Aktifitas Fisik j)
Tidak Merokok 2)
UKBMTerdiri dari :a)
Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu ) b)
Pondok Bersalin Desa ( Polindes )c)
Pos Obat Desa ( POD )d)
Dana Sehate)
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)f)
Upaya Pengobatan Tradisional (Batra):
-Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
-Tanaman Dapur Keluarga (TADAGA)g)
Upaya Kesehatan Kerja (UKK)h)
Upaya Kesehatan Dasar Swastai)
Kemintraan LSM dan Dunia Usaha j)
Kader Kesehatan b.
Kesehatan Lingkungan
-Survey perumahan
-Survey tempat umum
-Survey tempat pengolahan makanan
Kesehatan Ibu dan Anak
– Keluarga Berencana (KIA
– KB)
-MTBS
-Kelas ibu balita
-K1-K4
-Fe1-Fe3d.
Gizi Masyarakat
-Penimbangan Massal (tiap bulan Februari)
-Bulan vitamin Ae.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
-Imunisasi
-DBD
-TB/Kusta
-Rabies
-Malaria
-Diare
-Campak
-Filariasis
-ISPAf.
Program Pengobatan Dasar g.
Perkesmas
2.Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan di Puskesmas Lubuk Kilanganantara lain:
-Usaha Kesehatan Sekolah
-Kesehatan Olah Raga
-Kesehatan Gigi dan Mulut
-Kesehatan Jiwa
-Kesehatan Mata
-Kesehatan Usia Lanjut
-Kesehatan Haji
.Program Penunjang
- Medical Record
-Apotek
-Gudang Obat
-Laboratorium rutin sederhana
-Pengambilan Sampel Sputum SPS
-Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)/ Unit GawatDarurat (UGD)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Struktur organisasi dan program Puskesmas di Indonesia diatur dalamKeputusan Menteri
Kesehatan RI No.128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat.
Puskesmas Kecamatan Lubuk Kilangan adalahsalah satu Puskesmas di Indonesia yang
menerapkan sistem yang telah ditetapkantersebut. Hal tersebut dapat disimpulkan menjadi
sebagai berikut:
1.Struktur organisasi di Puskesmas Kecamatan Lubuk Kilanganmeliputi Kepala Puskesmas yang
membawahi bagian Tata Usaha,Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas, dan Unit
JaringanPelayanan yang meliputi 3 Pustu dan 7 Poskeskel.
2.Jenis Program Puskesmas Kecamatan Lubuk Kilangan meliputi 7upaya kesehatan wajib yakni:
Promkes, Kesling, KIA
– KB, GiziMasyarakat, P2PM, Pengobatan dan Perkesmas, serta beberapa usaha pengembangan
kesehatan dan program penunjang.
5.2SARAN
1.Setiap subbagian harus menjalankan tugas dan fungsi masing-masingsesuai
job description
yang ada.
2.Diperlukan optimalisasi komunikasi yang efektif antara sub bagianuntuk pelayanan yang lebih
efektif.
3.Program pengembangan puskesmas sebaiknya lebih disesuaikandengan wilayah kerja
puskesmas masing-masing.
4.Tidak adanya perangkapan jabatan pada berbagai bidang sehinggakinerja masing-masing
bidang dapat berjalan dengan optimal

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2003. Kebijakan Dasar Puskesmas (Menuju Indonesia Sehat 2010).Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat, Depkes RI.Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004.Puskesmas
Lubuk Kilangan, 2012. Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangantahun 2012. Padang:
Puskesmas Lubuk Kilangan
Contoh Makalah Karies ( Gigi Berkarang )

KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas ini dengan Judul “Karies (Gigi
Berlubang)” Laporan ini dibuat atau diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan di SMK Kesehatan Yayasan Harapan Bunda Sukabumi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan ini jauh dari sempurna, baik dari
materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna untuk perbaikan. Akhirnya kami berharap Laporan ini dapat
bermanfaat baik bagi kami sendiri sebagai penyusun maupun bagi para pembaca.
Dengan tidak bermaksud membeda-bedakan, kami mengucapkan ungkapan terima kasih
yang sebanyak-banyaknya kepada Guru Managemen Kesehatan Anak Balita (MKAB). Yaitu
Ibu Nanda Oktora Melani yang telah membantu kami dalam penyusunan Laporan ini. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan semua.
Amien..
Sukabumi, Januari 2011

Penyusun,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar belakang....................................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................................2
1.2.1. Tujuan Umum..................................................................................................... 2
1.2.2. Tujuan Khusus....................................................................................................2
1.2.3. Manfaat...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3
2.1. Pengertian .........................................................................................................3
2.2. Penyebab 4
2.3. Identifikasi.........................................................................................................6
2.4. Penanganan........................................................................................................6
2.5. Pencegahan .......................................................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................8
4.1. Kesimpulan........................................................................................................8
4.2. Saran 8
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Diperkirakan bahwa 90% dari anak-anak usia sekolah di seluruh dunia dan sebagian besar
orang dewasa pernah menderita karies. Di Amerika Serikat, karies gigi merupakan penyakit
kronis anak-anak yang sering terjadi dan tingkatnya 5 kali lebih tinggi dari asma. Karies
merupakan penyebab patologi primer atas penanggalan gigi pada anak-anak.
Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa yang terlihat dapat
berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi
terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjadi lubang
coklat. Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang
diperlukan bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan
seberapa jauh penyakit itu merusak gigi.
Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat
merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Hal ini
menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.
Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat
dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan
estetika. Walaupun demikian, belum diketahui cara untuk meregenerasi secara besar-besaran
struktur gigi, sehingga organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk mencegah
kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
 Sebagai acuan untuk para orangtua agar dapat mendidik anaknya untuk menjaga kesehatan
mulut dan giginya agar terhindar dari segala gangguan atau penyakit pada mulut dan gigi.
1.2.2. Tujuan khusus
 Untuk memenuhi tugas mata pelajaran Manajemen Kesehatan Anak dan Balita.
1.2.3. Manfaat
 Supaya para orangtua dapat membimbing anak-anaknya menjaga kesehatan gigi dan mulut,
memberikan pencegahan ataupun perawatan jika anaknya mengalami karies (gigi berlubang).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Salah satu gangguan kesehatan yang sangat khas dan sering terjadi pada anak-anak adalah
penyakit gigi berlubang atau yang di kenal dengan istilah karies. Faktor penyebab utamanya
adalah sisa makanan yang tertinggal pada gigi dan oleh bakteri pada mulut yang akan
membentuk asam pada permukaan gigi sehingga dapat menghancurkan struktur gigi. Pada
permulaan akan tampak pada email yang berubah warna menjadi suram dan terasa kasar, sampai
akhirnya menjadi lubang.
Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat
merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Hal ini
menyebabkan lebih banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.
Secara umum, ada dua tipe karies gigi bila dibedakan letaknya, yaitu karies yang
ditemukan di permukaan halus dan karies di celah atau fisura gigi.
 Karies celah dan fisura
Celah dan fisura adalah tanda anatomis gigi. Fisura terbentuk saat perkembangan alur,
dan tidak sepenuhnya menyatu, dan membuat suatu turunan atau depresio yang khas pada
strutkur permukaan email. Tempat ini mudah sekali menjadi lokasi karies gigi. Celah yang ada
daerah pipi atau bukal ditemukan di gigi geraham.
Karies celah dan fisura kadang-kadang sulit dideteksi. Semakin berkembangnya proses
perlubangan akrena karies, email atau enamel terdekat berlubang semakin dalam. Ketika karies
telah mencapai dentin pada pertemuan enamel dengan dental, lubang akan menyebar secara
lateral. Di dentin, proses perlubangan akan mengikuti pola segitiga ke arah pulpa gigi.
 Karies permukaan halus
Ada tiga macam karies permukaan halus. Karies proksimal, atau dikenal juga sebagai
karies interproksimal, terbentuk pada permukaan halus antara batas gigi.
Karies proksimal adalah tipe yang paling sulit dideteksi. Tipe ini kadang tidak dapat
dideteksi secara visual atau manual dengan sebuah eksplorer gigi. Karies proksimal ini
memerlukan pemeriksaan radiografi.
Karies akar adalah tipe karies yang sering terjadi dan biasanya terbentuk ketika
permukaan akar telah terbuka karena resesi gusi. Bila gusi sehat, karies ini tidak akan
berkembang karena tidak dapat terpapar oleh plak bakteri. Gigi geraham atas merupakan lokasi
tersering dari karies akar.
2.2. Penyebab
 Gigi
Ada penyakit dan gangguan tertentu pada gigi yang dapat mempertinggi faktor risiko
terkena karies.
Anatomi gigi juga berpengaruh pada pembentukan karies. Celah atau alur yang dalam
pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat yang
sering terselip sisa makanan.
 Bakteri
Mulut merupakan tempat berkembanganya banyak bakteri, namun hanya sedikit bakteri
penyebab karies, yaitu Streptococcus mutans dan Lactobacilli di antaranya. Khusus untuk karies
akar, bakteri yang sering ditemukan adalah Lactobacillus acidophilus, Actinomyces viscosus,
Nocardia spp., dan Streptococcus mutans.
 Keseringan memberi minum anak dengan susu botol. Susu mengandung sukrosa atau gula
sehingga bisa merusak gigi anak bila tidak ditunjang dengan kebersihan dalam rongga mulutnya.
 Terlalu sering dan banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung gula dan karbohidrat
 Kebersihan mulut yang kurang terjaga
 Minum air dimana kandungan fluor tidak memenuhi standar air minuman.
 Sering mengkonsumsi makanan dan minuman terlalu panas, atau panas dan dingin secara
bergantian dalam satu waktu. Kebiasaan buruk semacam itu akan merangsang saraf pulpa untuk
berkontraksi dan juga membuat email (lapisan pelindungan gigi) rusak. Hal yang sama juga
terjadi jika mengonsumsi makanan dan minuman yang kelewat panas. Selain email gigi, jaringan
lunak gusi pun akan rusak karena suhu panas. Kerusakan ini akan merembet dengan
menimbulkan rasa perih dan warna memerah pada gusi.
 Mengemut makanan. anak – anak yang punya kebiasaan mengemut makanan berarti tingkat
keasaman dalam mulutnya lebih sering tinggi dan jarang kembali dengan cepat ke keadaan
normal. Makanan yang di emut yang tercampur dengan air liur dalam waktu lama karena tidak
kunjung ditelan akan menempel digigi yang kemudian mendatangkan bakteri perusak gigi.
 Minum susu sambil tidur.
Kebanyakan anak kecil punya kebiasaan buruk yaitu minum susu sambil tidur. Padahal susu
mengandung pemanis yang mudah menempel di gigi, dan bila dibiarkan makanan tersebut akan
mengundang bakteri perusak untuk mampirk ke sana. Keadaan ini makin parah bila terjadi saat
anak tidur, karena produksi liur sedang berhenti dan mikroba perusak pun jadi lebih aktif. Karies
botol susu atau karies kanak-kanak adalah pola lubang yang ditemukan di anak-anak pada gigi
susu. Gigi yang sering terkena adalah gigi depan di rahang atas, namun kesemua giginya dapat
terkena juga. Sebutan "karies botol susu" karena karies ini sering muncul pada anak-anak yang
tidur dengan cairan yang manis (misalnya susu) dengan botolnya.
2.3. Identifikasi
 Adanya tanda putih pada permukaan pada email gigi, mirip warna kapur pada permukaan gigi
dekat dengan garis gusi. Proses pengapuran ini disebabkan oleh asam bakteri yang langsung
menyebabkan hilangnya struktur gigi.
 Proses lubang gigi yang aktif ditandai dengan perubahan warna coklat keemasan.
 Dengan mengangkat bibir atau membuka mulut si anak, maka sudah bisa terlihat bagian mana
yang terkena karies.
2.4. Penanganan atau perawatan
Apabila ditemukan karies pada gigi anak Anda, segeralah periksakan ke dokter gigi, untuk
segera dioleskan fluor yang diharapkan dapat mencegah proses lubang gigi selanjutnya.
Fluor yang diulaskan pada gigi ini bisa mempertinggi daya tahan gigi terhadap asam yang
ditimbulkan kuman dalam mulut. Selain dengan pengulasan fluor pada gigi, dapat juga
dilakukan fluoridasi air minum.
2.5. Pencegahan
 Hindari makanan terlalu manis seperti sirup, minuman ringan yang bersoda, susu,
permen, obat dan suplemen yang mengandung gula. Hindari pula seperti coklat lantaran
mudah sekali menempel di gigi. Coklat bergula yang terus dibiarkan menempel di gigi
tanpa dibersihkan akan membuat gigi berlubang, bahkan patah. Cuka juga tidak baik
dikonsumsi balita lantaran asam cuka yang bersifat korosit bila menyatu dengan air liur
yang juga bersifat sama akhirnya akan mengikis gigi. Sebaiknya segera minum air putih
setelah mengonsumsi makanan asam atau yang mengandung cuka.
 Jangan biarkan anak tertidur dengan botol berisi minuman berasa manis atau
mengandung gula. Anak harus mulai dibiasakan untuk minum dengan cangkir.
 Berikan menu makanan yang seimbang, tidak terlalu manis, asam, pedas, masam dan
terlalu panas.
 Check-up ke dokter gigi 6 bulan sekali. Selain perawatan sehari-hari, penting
membiasakan anak control ke dokter gigi sejak dini. Tujuannya agar gigi terawatt dan
anak tidak takut menjalani pemeriksaan rutin maupun pengobatan bila ada masalah
seperti plak, karies atau lainnya. Disarankan, ajaklah anak ke dokter gigi sejak gigi
pertamanya erupsi.
 Biasakan anak menyikat gigi setiap habis makan atau sekurang-kurangnya dua kali
sehari terutama sehabis makan dan malam hari sebelum tidur agar gigi selalu bersih
dan bebas dari sisa makanan yang menempel.
 Bila anak tidak mau atau belum bisa gosok gigi, kumur dengan air atau obat kumur.

BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Jadi, karies merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sangat khas dan sering
terjadi pada anak - anak. Faktor penyebab utamanya adalah sisa makanan yang tertinggal pada
gigi dan oleh bakteri pada mulut yang akan membentuk asam pada permukaan gigi sehingga
dapat menghancurkan struktur gigi. Karies disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya
kebiasaan minum susu sambil tidur, mengemut makan, terlalu banyak memakan makanan dan
minuman yang manis, kurang menjaga kesehatan mulut dan gigi, minum air dimana kandungan
fluoridanya tidak memenuhi standar, dan sebagainya.
4.2. Saran
Kami menyarankan kepada para orangtua agar dapat membimbing anak-anaknya untuk
tidak lupa menggosok giginya setiap malam sebelum tidur dan menjaga asupan makanan yang
diberikan kepada si anak supaya makanan tersebut tidak dapat memicu terjadinya karies. Maka
dari itu, sebagai upaya pencegahan biasakan membawa anak Anda ke dokter gigi setiap 6 bulan
sekali dan jangan pernah membiarkan anak Anda minum susu dari botol sambil tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Djamaludin, Nanang dan eveline. 2010. Panduan Pintar Merawat Bayi Dan Balita. Ciganjur:
Kawah Media.
Maharani, desiana. 2009. Buku Serba Pintar Perawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta: Araska.
Nashih Ulwan, Abdullah. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam. Jilid 1. Semarang: CV.Asy-
syfa’.
Rositawati. 2007. Kesehatan balita. Jakarta
Sudarmoko, Arief dwi, 2011. Mengenal, Mencegah, Mengobati Gangguan Kesehatan pada
Balita. TITANO

CONTOH MAKALAH KESEHATAN TENTANG MULUT DAN GIGI | GIGI


BERLUBANG (CARIES )
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan,
kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan.
Namun sebagian besar orang masih mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara
keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat
vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007).
Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman, tetapi fungsi
mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang mengetahui. Mulut merupakan bagian yang
penting dari tubuh kita dan dapat dikatakan bahwa mulut adalah cermin dari kesehatan gigi
karena banyak penyakit umum. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi
Indonesia (PDGI), drg H Emmyr F Moeis, MARS mengatakan, kondisi gigi dan mulut bisa
mengungkapkan gejala-gejala awal penyakit berbahaya bahkan sampai memprediksi
kelahiran prematur.
Berdasarkan alasan-alasan diatas, penulis tertarik untuk meneliti suatu permasalahan
yaitu hubungan pengetahuan tentang penyakit gigi dan mulut terhadap gejala awal penyakit
yang berbahaya.
I.2. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, bisa dirumuskan permasalahan penulisan
ini sebagai berikut, yaitu:
“Adakah hubungan penyakit gigi dan mulut dengan gejala awal penyakit yang berbahaya
pada manusia ?”
1 I.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan penyakit gigi dan mulut dengan gejala awal penyakit yang
berbahaya pada manusia.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan tentang penyakit gigi dan mulut
b. Mengetahui gambaran kejadian penyebab, dan cara pencegahan penyakit gigi dan
mulut pada manusia.
c. Menemukan hubungan pengetahuan tentang penyakit gigi dan mulut dengan gejala
awal penyakit yang berbahaya pada manusia.
I.4. Manfaat penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Bagi institusi universitas
Dengan adanya penulisan makalah ini dapat dijadikan dasar untuk lebih meningkatkan
kesehatan gigi dan mulut para mahasiswa di lingkungan fakultas masing-masing.
2. Bagi populasi pembaca
Penulisan makalah ini dapat merupakan tambahan pengetahuan dan wawasan
terhadap masalah yang terkait dengan penyakit gigi dan mulut terutama cara
pencegahannya.
3. Bagi penulis
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit gigi dan mulut,
penulisan makalah ini juga untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat, termasuk keehatan gigi dan mulut bagi setiap orang agar terwujud derajat
2 kesehatan masyarakat yang optimal

BAB II.
PEMBAHASAN
1. Gigi berlubang (Caries)
Gigi yang berlubang bukanlah disebabkan ulat seperti anggapan orang pada zaman
dahulu. Teori ini bertahan hingga tahun 1700-an hingga Willoughby Miller seorang
dokter gigi Amerika yang bekerja di Universitas Berlin menemukan penyebab
pembusukan gigi. Ia menemukan bahwa lubang gigi disebabkan oleh pertemuan antara
bakteri dan gula. Bakteri akan mengubah gula dari sisa makanan menjadi asam yang
menyebabkan lingkungan gigi menjadi asam (lingkungan alami gigi seharusnya adalah
basa) dan asam inilah yang akhirnya membuat lubang kecil pada email gigi.
Saat lubang terjadi pada email gigi, kita belum merasakan sakit gigi. Tetapi, lubang
kecil pada email selanjutnya dapat menjadi celah sisa makanan dan adanya bakteri akan
membuat lubang semakin besar yang melubangi dentin. Pada saat ini kita akan
merasakan linu pada gigi saat makan. Bila dibiarkan, lubang akan sampai pada lubang
saraf sehingga kita akan mulai merasakan sakit gigi. Proses ini tidak akan berhenti
sampai akhirnya gigi menjadi habis dan hanya tersisa akar gigi.
Sakit gigi tidak dapat dipandang sebelah mata seperti anggapan beberapa orang,
karena bila didiamkan, dapat membuat gigimenjadi bengkak dan meradang. Selain itu
gigi berlubang dapat menjadi sarana saluran masuknya kuman penyakit menuju saluran
darah yang dapat menyebabkan penyakit ginjal, paru-paru, jantung maupun penyakit
lainnya.
Agar tidak semakin bertambah parah, maka bila Anda memiliki gigi berlubang
sebaiknya Anda segera mengunjungi dokter gigi untuk mengobatinya. Walaupun banyak
orang tidak suka pergi ke dokter gigi dengan alasan tidak peduli dengan keadaan gigi,
khawatir biayanya mahal, takut atau malu diejek karena gigi yang rusak, namun pergi ke
dokter gigi adalah solusi terbaik untuk mengatasi sakit gigi. Gigi berlubang tidak dapat
sembuh dengan sendirinya. Walaupun, mungkin setelah menderita sakit gigi, rasa
sakitnya dapat hilang tetapi tidak memperbaiki keadaan gigi. Gigi akan tetap berlubang,
bahkan lubangnya akan terus semakin membesar.
4 Untuk mencegah terjadinya lubang pada gigi, Anda dapat melakukan langkah-
langkah berikut:
Memeriksa gigi secara rutin
Menyikat gigi secara teratur dan pada waktu yang tepat
Menyikat gigi dengan cara yang benar.
Kumur setelah makan
Gunakan benang gigi untuk mengeluarkan sisa makanan
Pilih pasta gigi yang mengandung fluorida
Makan makanan yang berserat
Kurangi makanan yang mengandung gula dan tepung
Sumber :
www.kumpulaninfosehat.com ditulis pada Senin, 05 Januari 2009
2. Plak Gigi
Plak gigi adalah suatu lapisan bening, sangat tipis , terdiri dari mucus dan kumpulan
bakteri yang menyelimuti permukaan gigi. Plak gigi hanya dapat dilihat dengan
pewarnaan pada gigi. Perwarna yang digunakan juga khusus dikenal dengan nama
disclosing agent.
Gigi yang sudah disikat akan kembali berkontak dengan saliva (ludah). Mucin
(salah satu zat yang terkandung dalam saliva) akan melapisi gigi. Lapisan ini kemudian
dikenal dengan nama Acquired Pellicle (mucus). Acquired Pellicle ini sangat tipis,
berkisar 1 um. Selain mucin dan protein lainnya, saliva juga mengandung banyak bakteri.
Beberapa saat setelah Acquired Pellicle terbentuk bakteri juga akan singgah dan
berkoloni di lapisan tersebut. Keadaan inilah yang kemudian disebut dengan plak gigi
atau dental plaque.
Plak merupakan penyebab lokal dan utama terbentuknya penyakit gigidan mulut
yang lain seperti karies (lubang gigi), kalkulus (karang gigi), gingivitis (radang pada
5 gusi), periodontitis (radang pada jaringan penyangga gigi), dan lain sebagainya. Oleh
karena plak tidak dapat dihindari pembentukannya, maka mengurangi akumulasi plak
adalah hal yang sangat penting untuk mencegah terbentuknya panyakit gigi dan mulut.
Cara yang paling umum dan murah adalah sikat gigi. Dengan atau tanpa pasta gigi,
minimal 2 kali dalam sehari kita harus menyikat gigi. Pagi dan sebelum tidur malam.
Lebih ideal jika kita menggunakan bantuan disclosing agent untuk melihat apakah
penyikatan gigi yang kita lakukan sudah benar-benar sempurna. Gigi yang terbebas dari
plak ditandai dengan tidak adanya pewarnaan oleh disclosing pada gigi. Selain itu
perabaan dengan lidah mengidentifikasikan dalam bentuk gigi terasa kesat — bukan licin.
Jika masih terasa licin maka masih terdapat plak.
Sumber :
www.kumpulaninfosehat.com ditulis pada 22 Desember 2007 pukul 14.00
3. Karang gigi
Karang gigi merupakan kumpulan plak yang
termineralisasi yang sangat lengket di atas email gigi.
Lapisan ini terlihat keputihan dan seiring waktu
berubah kekuningan setelah berasimilasi dengan air
liur. Berdasarkan lokasinya, karang gigi ada di
supragingiva (permukaan gigi diatas gusi) dan
di subgingiva (permukaan gigi di bawah gusi).
Karang gigi terutama timbul pada daerah-daerah gigi yang sulit dibersihkan.
Pembersihan Karang gigi
Seringkali kita tidak mengetahui bahwa telah terdapat plak pada gigi . Karang gigi
berkembang dari plak gigi yang menempel pada tepi gusi. Bila ini terus dibiarkan akan
menyebabkan peradangan gusi, dan pada akhirnya membuat aroma mulut tidak sedap.
6 Pembersihan karang gigi memerlukan bantuan dokter atau perawat gigi.Jika dilakukan
dengan cara yang baik dan benar, pembersihan karang tidak akan merusak gigi. Yang
tidak jarang terjadi adalah gigi jadi ngilu karena bagian - bagian leher gigi yang tadinya
tertutup karang jadi terbuka. Gusi juga mungkin sedikit berdarah karena tepi gusi yang
tertutup karang memang lebih sensitif, tapi pendarahan akan berhenti setelah karang gigi
dibersihkan.
Pencegahan karang gigi :
1. Menjaga kebersihan oral dengan cara menyikat gigi dua kali sehari, dapat mencegah
pembentukan plak pada permukaan email gigi.
2. Bersihkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dengan menggunakan benang gigi
(dental floss) atau sikat interdental
3. Perbanyak minum air putih
4. Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula dan tepung.
5. Melakukan pemeriksaan gigi secara berkala, 6 bulan sekali.
Sumber :
Drg. Henny Susanty
7 4. Sakit gusi
Ada dua jenis utama penyakit gusi: gingivitis dan periodontitis.
Gingivitis Radang gusi
Pada radang gusi, gusi Anda menjadi terganggu oleh plak - campuran makanan,
bakteri dan produk-produk limbah bakteri yang terbentuk pada gigi Anda setelah makan.
Jika plak tidak dibersihkan dari gigi Anda secara teratur, gusi Anda akan menjadi merah,
bengkak dan mengkilat,
dan mereka. Jika plak
dihapus, gusi akan
sembuh. Jika plak tidak
dibersihkan dari gigi,
gingivitis akan tetap, dan
dapat berkembang
menjadi periodontitis.
The effects of gum disease Efek dari permen penyakit
Periodontitis
Jika tidak diobati gingivitis, gusi mulai menarik diri dari gigi Anda, meninggalkan
saku kecil di sekitar gigi. Saku ini perangkap plak bahwa Anda tidak dapat mencapai
dengan sikat gigi. Seiring waktu, plak mengeras untuk tartar (kalkulus). Plak dan tartar
membangun, menyebabkan iritasi lebih lanjut.
Iiritasi ini secara bertahap menyebar ke struktur tulang di sekitar gigi Anda. Dengan
berjalannya waktu, mendapatkan kantong lebih dalam dan lebih sulit dibersihkan, dan
gusi dan tulang dapat menyusut.. Hal ini disebut periodontitis. Gusi menyusut dapat
mengekspos beberapa akar gigi Anda, membuat mereka goyah dan sensitif.. Apabila
tidak diobati selama beberapa tahun, gigi Anda mungkin akan jatuh, atau harus diambil
8 oleh dokter gigi.
Ini jarang mungkin untuk membuat struktur tulang tumbuh kembali, sehingga
kantong periodontal tidak reversibel. Namun, jika Anda mendapatkan perawatan yang
tepat dan pastikan Anda floss dan sikat gigi Anda dengan baik, perkembangan penyakit
ini dapat dihentikan.
Gejala penyakit gusi :
Anda mungkin tidak tahu bahwa anda memiliki penyakit gusi. Terkadang itu tidak
menyakitkan dan beberapa orang dengan penyakit gusi tidak memiliki gejala. Ini adalah
salah satu alasan mengapa penting bahwa anda mengikuti pemeriksaan rutin dengan
dokter gigi Anda, sebagai dokter gigi Anda akan dapat melihat tanda-tanda awal penyakit
gusi. Biasanya tanda gingivitis pertama adalah pendarahan dari gusi saat Anda
menggosok gigi Anda.. gusi Anda mungkin juga merah dan bengkak. Jika gingivitis telah
berkembang menjadi periodontitis, gigi Anda mungkin goyah dan Anda mungkin
mendapatkan gusi abses (pengumpulan nanah di bawah gusi). Jika Anda memiliki gejala-
gejala tersebut, penyakit gusi Anda mungkin sudah cukup maju. Anda akan melihat
dokter gigi Anda segera.
Penyebab penyakit gusi :
. Penyakit gusi terjadi ketika plak terbentuk di sekitar gigi yang tidak dibersihkan
dengan sempurna.. Hal ini lebih cenderung terjadi jika Anda menemukan kesulitan untuk
membersihkan gigi dengan baik, misalnya jika Anda memakai kawat gigi atau gigi palsu,
atau penyimpangan dalam gigi Anda bahwa Anda tidak dapat mencapai dengan sikat
gigi.
Ada faktor lain yang dapat membuat Anda lebih cenderung mendapatkan penyakit
gusi. Ini termasuk:
• merokok
• diabetes
9 • perubahan hormonal, misalnya selama kehamilan atau pubertas
Dalam semua kasus ini meskipun, penyebab utama penyakit gusi adalah
membangun plak.
Pencegahan penyakit gusi :
Mencegah penyakit gusi melibatkan mengendalikan jumlah plak dan tartar yang
terbentuk pada gigi Anda. Kunjungan Reguler ke dokter gigi atau ahli kesehatan,
menyikat gigi dan flossing gigi Anda dengan benar dan berhenti merokok akan
membantu untuk melakukan hal ini.
. Dokter gigi atau ahli kesehatan dapat menunjukkan kepada Anda cara yang benar
untuk kuas, benang dan menggunakan sikat antar-gigi. sikat gigi antar-digunakan untuk
menghilangkan plak dan partikel makanan dari sela gigi dan di bawah garis gusi. Ini
adalah daerah yang sikat gigi tidak dapat mencapai.
. Bahkan menyeluruh menyikat gigi dan flossing tidak dapat menghapus setiap jejak
plak. Kebanyakan orang memiliki penyimpangan dalam plak gigi mereka di mana bisa
membangun di luar jangkauan dan mengeras menjadi tartar. Hal ini hanya dapat dihapus
oleh dokter gigi atau ahli kesehatan selama scaling.
Sumber :
http://hcd2.bupa.co.uk/fact_sheets/html/gum_disease.html
5. Xerostomia
Xerostomia adalah mulut kering akibat produksi kelenjar ludah yang berkurang.
Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat diakibatkan oleh gangguan / penyakit
pada pusat ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi
faali elektrolit ludah. Gangguan tersebut diatas dapat terjadi oleh karena rasa takut /
10 cemas, depresi, tumor otak, obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal
dan penyakit radang selaput otak.
Xerostomia yang berarti mulut kering berasal dari kata xeros = kering dan stoma =
mulut. Xerostomia merupakan karakteristik klinis dari suatu keadaan berkurangnya
produksi saliva. Produksi saliva yang berkurang dapal menimbulkan gejala-gejala klinis,
seperti : kering dan pecah-pecah pada Iidah dan bibir; pipi kering; lidah berlapis;
gingivitis; kandidiasis; dan merah pada mukosa bibir, lidah dan pipi; adanya karies
rampan. Keadaan mulut yang kering dapat terlihat berupa kesulitan mengunyah dan
menelan, atau kesulitan dalam mempergunakan gigi timan. Pada pemakaian gigi tiruan,
saliva mernpunyai peranan yang penting, yaitu sebagai faktor retensi dan faktor
stabilisasi, Pada pasien yang menderita xerostomia akan lebih sulit untuk memasang /
memakai gigi timan penuh karena sedikitnya / tidak adanya saliva yang membantu
memberikan retensi, stabilisasi dan dukungan pada gigi tiruan penuh tersebut
Sumber :
www.wikipedia.com Merry Chritie Ellora Lumban Toruan pada 13 Mei 2008
6. Sariawan
Sariawan merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang
timbul di rongga mulut. Namun biasanya jenis sariawan yang sering timbul sehari-hari
pada rongga mulut kita disebut (dalam istilah kedokteran gigi) Stomatitis Aftosa Rekuren
(SAR)
Gejalanya berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian
bisa timbul luka (ulser) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan ini
membuat kita susah makan dan minum. Sehingga kadang pasien dengan SAR datang ke
dokter gigi dalam keadaan lemas.
Ini sering menyerang siapa saja. Tidak mengenal umur maupun jenis kelamin.
11 Biasanya daerah yang paling sering timbul SAR ini adalah di mukosa pipi bagian dalam,
bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit.
Penyebabnya :
Sampai saat ini penyebab utama dari SAR belum diketahui. Namun para ahli telah
menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan ini, diantaranya adalah :
1. Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi.
2. Infeksi virus dan bakteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya SAR ini. Ada
pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal
pada rongga mulut.
3. Nah yang cukup sering terjadi pada kita, terutama warga kota yang sibuk,
adalah stress. Faktor psilkologis ini (stress) telah diselidiki berhubungan dengan
timbulnya SAR.
Pencegahan :
Dengan mengetahui penyebabnya, diharapkan kita dapat menghindari timbulnya
sariawan ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi
nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Juga selain itu,
jangan lupa untuk menghindari stress. Namun bila ternyata sariwan selalu hilang timbul,
anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan pergi ke dokter gigi
untuk meminta obat yang tepat untuk sariawannya.

BAB III.
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ada hubungan antara penyakit gigi dan mulut dengan gejala awal penyakit yang
berbahaya pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran, kemauan dan kemampuan
untuk mewujudkan hidup sehat, termasuk kesehatan gigi dan mulut bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
3.2. Saran
Alangkah baiknya menanamkan sejak kecil pada anak, tentang pentingnya
kesehatan gigi dan mulut beserta cara perawatan dan pemeliharaannya agar nantinya bisa
terhidar dari berbagai penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik. Terjemahan dari Handbook of


Clinical Endodontics. Sundoro, E.H. (Penterjemah). Jakarta: Universitas Indonesia Press.
2. Rahayu, Y.C. 2007. Infeksi Anaerob Dentofasial dan Nyeri Orofasial. Jember:
Laboratorium Biologi Mulut FKG Universitas Jember.
3. Sukandar, S.D. & Elisabeth, W. 1995. Efek Analgesik Akupuntur pada Periodontitis
Apikalis Akuta. Cermin Dunia Kedokteran. 105: 5-10.
4. Walton, R.E. & Torabinejad, M. 1997. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Terjemahan
dari Principles and Practice of Endodontics. Narlan Sumawinata (Ed). Jakarta: EGC.
5. www.kumpulaninfosehat.com
6. www.wikipedia.com
7. www.klikdokter.com
8. www.okezone.com

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara
jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya
bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka
sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga
kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut
merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan tubuh secara urnum.
Gigi merupakan bagian yang terpenting dalam mulut yang dapat berfungsi untuk
makan dan berbicara. Kerusakan gigi merupakan salah satu penyakit yang disebabkan
oleh kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Anak usia sekolah merupakan usia dimana
mereka lebih cenderung untuk memilih makanan yang manis seperti cokelat dan permen.
Hal ini menjadi faktor utama meningkatnya anak usia sekolah dengan masalah kerusakan
gigi. Oleh karena itu, kesehatan gigi dan mulut sangat penting karena gigi dan gusi yang
rusak dan tidak dirawat akan menyebabkan rasa sakit, gangguan pengunyahan dan dapat
mengganggu kesehatan tubuh lainnya. Hal ini dapat dicegah dengan memelihara
kesehatan gigi dan mulut, salah satunya dengan menggosok gigi.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian menggosok gigi?
b. Apa fungsi gigi dan tujuan menggosok gigi?
c. Apa akibat apabila tidak menggosok gigi?
d. Kapan waktu yang tepat menggosok gigi?
e. Bagaimana cara menyikat gigi yang benar?
1
1.3 BATASAN MASALAH
a. Pengertian menggosok gigi.
b. Fungsi gigi dan tujuan menggosok gigi.
c. Akibat apabila tidak menggosok gigi.
d. Waktu yang tepat menyikat gigi.
e. Cara menyikat gigi yang benar.
1.4 TUJUAN PENULISAN
a. Memenuhi tugas yang diberikan dan juga sebagai pembelajaran bagi kami
khususnya tentang materi “Kebersihan Mulut dan Gigi “.
b. Sebagai pelengkap bagi mahasiswa dan pengajar dalam melaksanakan proses
belajar mengajar untuk mata kuliah Promosi Kesehatan.
c. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih efektif dan efesien
1.5 METODE PENULISAN
Adapun metode penulisan kami mengunakan metode kepustakaan, dimana
mengambil reverensi dari buku-buku dan pencarian di internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut. Mereka memiliki
struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak
tugas. Gigi merupakan alat pencernaan makanan yang sangat penting karena dapat
membantu alat-alat pencernaan dalam yang lain untuk melumatkan makanan. Gigi
yang baik dan sehat berwarna putih dan tidak berlubang.
Menggosok gigi adalah rutinitas yang penting dalam menjaga dan memelihara
kesehatan gigi dari bakteri dan sisa makanan yang melekat dengan menggunakan
sikat gigi.
Menggosok gigi merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menjaga agar
gigi tetap dalam keadaan yang bersih dan sehat.
2.2 Fungsi Gigi dan Tujuan Menggosok Gigi
Gigi mempunyai peranan antara lain seperti berikut:
a. Estetika
Gigi dapat membentuk wajah kita, sehingga amat berpengaruh dalam
menentukan kecantikan dan ketampanan seseorang. Coba Anda perhatikan
seseorang yang memiliki gigi seri yang terlalu ke depan. Bagaimana kesan yang
Anda dapatkan dari orang tersebut? Gigi yang menjorok ke depan atau disebut
protruksi akan membuat kesan muka kurang indah sehingga bisa membuat
3
seseorang minder. Coba Anda lihat juga seorang nenek yang giginya sudah
habis karena tanggal semua. Bagaimana wajahnya? Nah, dari kenyataan inilah
kita mengetahui ternyata gigi penting sekali dalam memperindah wajah
seseorang dan secara tidak langsung dapat berpengaruh secara psikologis
sehingga kadang-kadang seseorang memasang gigi palsu untuk tampil lebih
sempurna.
b. Untuk Menghancur Makanan
Peranan ini dilakukan oleh macam-macam gigi, antara lain:
a) gigi seri berfungsi untuk memotong makanan;
b) gigi taring berfungsi untuk mengoyak makanan;
c) gigi geraham berfungsi untuk mengunyah makanan.
Dengan fungsi itu menyebabkan enzim pencernaan dapat bekerja dengan baik.
c. Membantu dalam Berbicara
Adanya tekanan gigi seri ke permukaan lidah dapat memperjelas suara yang
dihasilkan. Coba perhatikan seorang nenek yang sudah tua dan mengalami
ompong gigi, saat berbicara akan menghasilkan suara yang tidak jelas.
Sedangkan tujuan menggosok gigi itu sendiri yaitu :
a. Gigi menjadi bersih dan sehat sehingga gigi tampak putih
b. Mencegah timbulnya caries atau karang gigi, lubang gigi, dan penyakit lainnya.
c. Memberikan perasaan segar pada mulut.
2.3 Akibat Tidak Menggosok Gigi
Apabila kita malas menggosok gigi maka dampak yang ditimbulkan yaitu :
a. Gigi terlihat kotor dan berwarna kuning kecoklatan
b. Bau mulut bertambah
4
c. Kesehatan gigi dan mulut yang buruk dapat mempengaruhi penampilan,
sehingga terciptanya rasa rendah diri yang akan berpengaruh pada kehidupan social
mereka.
d. Caries gigi/ karang gigi, dan penyakit lainnya yang disebabkan oleh bakteri
yang akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman.
2.4 Waktu yang Tepat Menggosok Gigi
a. Minimal kita menggosok/menyikat gigi dua kali dalam sehari yaitu pagi
setelah sarapan dan kedua menjelang tidur.
b. Yang paling ideal sebaiknya menyikat gigi setelah makan dan menjelang tidur.
c. Apabila kita tidak mampu menggosok gigi setelah makan, dianjurkan untuk
kumur-kumur dengan air yang bersih untuk mengurangi sisa-sisa makanan
yang masih menempel di gigi.
2.5 Cara Menggosok Gigi yang Tepat
Dalam menggosok gigi, tehnik apapun yang dipergunakan, yang harus
diperhatikan adalah cara menyikat gigi tersebut jangan sampai merusak strukur
gigi. Karena kebanyakan di lingkyngan masyarakat banyak yang salah dalam
melakukan penyikatan terhadap gigi sehingga mengakibatkan gigi banyak yang
rusak. Berikut ini adalah tehnik menyikat gigi yang tepat.
5
1. Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut 45
0
di daerah
perbatasan antara gigi dengan gusi.
2. Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan
setiapgigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45
0
berlawanan dengan
garisgusi agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan.
3. Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.
4. Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk
mengunyah.Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi
dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan
bulu sikat membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering
mungkin.
5. Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi tegak
dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.
6. Sikat lidah untuk menyingkirkan bakteri dan agar napas lebih segar.
7. Pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut karena yang keras dapat
membuat gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan
struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi dapat membuat bakteri dan
asam menghabiskan gigi karena lapisan keras pelindung enamel gigi telah
terkikis.
8. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak dan simpan di tempat yang kering.
9. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi Anda kepada orang lain karena sikat
gigi mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke yang
lain meski sikat sudah dibersihkan.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gigi yang sehat adalah gigi yang rapih, bersih, bercahaya dan didukung
oleh gusi yang sehat, yaitu gusi yang kencang dan berwarna merah muda.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan
perawatan perawatan secara berkala, sehingga didapatkan kondisi gigi dan
jaringan rongga mulut yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai dengan
menggosok gigi. Karena dengan menggosok gigi, segala masalah yang
berhubungan dengan gigi dapat dicegah.
3.2 SARAN
a. Akademik
7
Dalam memberikan tugas kepada mahasiswa, diperlukannya referensi
seperti buku-buku. Alangkah baiknya buku-buku di perpustakaan lebih
dilengkapi lagi. Agar mahasiswa lebih mudah untuk mengerjakan tugas.
b. Tenaga Kesehatan
Untuk menuju Indonesia sehat, maka perlunya pendidikan kesehatan
kepada masyarakat yang lebih banyak lagi. Sehingga masyarakat memiliki
pengetahuan tentang kesehatan. Pendidikan dari hal-hal kecil yang
memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan contohnya seperti cara
merawat kesehatan gigi dan mulut

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Gigi
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/kesehatan_gigi_dan_mulut.pdf
http://sulandraamensambas.blogspot.com/2011/10/struktur-fungsi-gigi-dan-anatomi.html
http://www.healthlivings.info/2011/01/tips-perawatan-gigi-dan-mulut.html
http://www.scribd.com/doc/43975109/Satuan-Acara-Penyuluhan-Gosok-Gigi
http://dokternasir.web.id/2009/03/menjaga-kesehatan-gigi-dan-mulut.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Karies_gigi
8
MAKALAH CARA MENCUCI TANGAN YANG BENAR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi dalam dunia kebidanan masih menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia.
Selain itu dengan adanya berbagai penyakit yang dapat menular disebabkan oleh cara kerja
tenaga kesehatan yang kurang bersih atau bahkan petugas kesehatan tertular dari pasien yang
dirawatnya.
Ini artinya para pemberian pelayanan kebidanan harus melihat kembali upaya -upaya pencegahan
infeksi yang selama ini telah dilakukannya, upaya-upaya tersebut antara lain:
1.Cuci tangan.
2.Dekontaminasi.
3.Mencuci dan bilas bahan dan alat pakai ulang.
4.Desinfeksi.
5 Sterilisasi.
6. Penempatan alat dan bahan yang sudah diproses.
7. Bersih-bersih ruangan pelayanan.
8. Pembuangan limbah kebidanan dan teknik aseptik lainnya.
Kesempatan kali ini kita membahas tentang cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan. Cuci tangan secara benar masih merupakan cara yang paling penting untuk mencegah
infeksi silang. Memakai sabun biasa (kalau ada PH netral), tanpa zat tambahan apapun seperti
pewangi yang keras atau menggunakan alkohol yang cenderung mengeringkan kulit terutama
bagi mereka yang frekuensi mencuci tangan sering.
Mencuci tangan yang benar, tidak cukup hanya sekedar mencuci tangan saja tetapi harus disertai
dengan kapan cuci tangan itu sendiri diperlukan dan bagaimana cara mengeringkan tangan
setelah dicuci.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan mencuci tangan ?
2. Apa tujuan dari mencuci tangan ?
3. Kapan kita harus mencuci tangan ?
4. Apa saja prinsip dalam mencuci tangan ?
5. Bagaimana cara mencuci tangan yang baik dan benar?
6. Apa saja macam-macam mencuci tangan ?
7. Apa saja karakteristik responden yang berhubungan dengan mencuci tangan?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.Mengetahui pengertian dari mencuci tangan.
2. Mengetahui tujuan mencuci tangan.
3. Mengetahui kapan saja kita harus mencuci tangan.
4. Mengetahui prinsip dalam mencuci tangan
5. Mengetahui teknik mencuci tangan yang benar.
6. Mengetahui macam-macam tekhnik dalam mencuci tangan
7. Mengetahui karakteristik responden yang berhubungan dengan mencuci tangan.
1.4. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya
kepada mahasiswi untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai hal-hal yang
berhubungan dalam mencuci tangan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan kuat secara
bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir dengan
tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin. Ada dua prosedur pencucian tangan
yang dapat dilakukan.
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab
utama infeksi nosokomial yang menular di pelayanan kesehatan, penyebaran mikroorganisme
multiresisten dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah
(Boyce dan Pitter, 2002). Cuci tangan dianggap sebgai salah satu langkah paling efektif untuk
mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi.
Cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum memeriksa atau kontak langsung dengan
pasien,sebelum memakai sarung tangan bedah steril atau DTT setelah kedua tangan
terkontaminasi (memegang instrumen yang kotor dan alat lainnya ; menyentuh selaput
lendir,darah/duh tubuh lainnya;kontak yang lama dan intensif dengan pasien) setelah melepas
sarung tangan.
2.2 Tujuan Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan suatu teknik yang paling mendasar untuk menghindari
masuknya kuman kedalam tubuh dimana tindakan ini dilakuakn dengan tujuan :
 Menghilangkan kotoran yang melekat di tangan
 Menghilangkan bau yang melekat di tangan
 Mencegah penyebaran infeksi silang
 Menjaga kondisi tangan agar tetap steril
 Memberikan perasaan yang segar dan bersih
2.3 Indikasi Mencuci Tangan
Dalam kehidupan sehari-hari banyak penyebaran penyakit yang melalui tangan, oleh
karena itu berikut indikasi mencuci tangan :
1. Sebelum dan setelah kontak dengan kulit bayi atau cairan tubuh
2. Sebelum melakukan teknik aseptic
3. Sebelum memegang makanan
4. Bila terlihat kotor
5. Setelah dari toilet
6. Setelah kontak dengan peralatan yang kotor atau berpotensi terkontaminasi
7. Setelah melepaskan sarung tangan
2.4 Prinsip Mencuci Tangan
Dalam mencuci tangan terdapat beberapa prinsip, antara lain :
1. Anggap bahwa semua alat terkontaminasi : jangan terlalu sering memegang keran, tempat
sabun, wastafel, alat pengering, terutama setelah mencuci tangan : dianjurkan untuk
menggunakan tempat sampah yang dapat dibuka tutup menggunakan injakan kaki, keran yang
diputar dengan siku.
2. Jangan memakai perhiasan : cincin meningkatkan jumlah mikroorganisme yang ada
ditangan; perhiasan juga menimbulkan kesulitan dalam mencuci tangan secara seksama.
3. Gunakan air hangat yang mengalir, alirannya diatur sedemikian rupa demi kenyamanan; air
yang terlalu panas akan membuka pori-pori dan menyebabkan iritasi kulit; cegah terjadinya
percikan air, terutama kebaju, karena mikroorganisme akan berpindah dan berkembang biak di
tempat yang lembab.
4. Gunakan sabun yang tepat dan gunakan sampai muncul busa: sabun akan mengemulsikan
lemak dan minyak serta mengurangi tegangan permukaan, sehingga memudahkan pembersihan.
5. Gunakan gerakan memutar, menggosok dan bergeser: gerakan ini mengangkat dan
menghilangkan kotoran dan mikroorganisme.
6. Gunakan handuk atau tisu sekali pakai untuk mengeringkan tangan : handuk ini lebih sedikit
menyebarkan mikroorganisme dibandingkan pengering udara panas atau handuk.
2.5 Macam-macam cuci tangan & cara cuci tangan
Cara untuk melakukan cuci tangan dapat dibedakan dalam beberapamacam antara lain sebagai
berikut ini:
a. Cuci tangan biasa
Cuci tangan biasa adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air mengalir.
Ø Peralatan dan perlengkapan
1. sabun biasa/ antiseptik
2. handuk bersih atau tisu
3. wastafel atau air mengalir
Ø Prosedur pelaksanaan

1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan


2. Lepas cincin, jam tangan, dan gelang.
3. Basahi kedua tangan degan menggunakan air mengalir,
4. Tuangkan sabun secukupnya
5. Ratakan sabun pada kedua telapak tangan
6. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya
7. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari
8. Bersihkan punggung jari dengan gerakan mengunci
9. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan, lakukan sebaliknya
10. Bersihkan ujung jari tangan kanan dengan gerakan memutar pada telapak tangan kiri dan
lakukan sebaliknya

11. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan, dan lakukan sebaliknya
12. Bilas kedua tangan dengan air mengalir
13. Keringkan tangan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering
14.Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran
b. Cuci Tangan Bedah
Cuci tangan bedah adalah menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara secara
mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan. Tujuannya adalah mencegah
kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan. Cuci tangan dengan sabun biasa
dan air yang diikuti dengan panggunaan penggosok dengan bahan dasar alkohol tanpa air yang
mengandung klorheksidin menunjukkan pengurangna yang lebih besar pada jumlah mikrobial
pada tangan, meningkatkan kesehatan kulit dan mereduksi waktu dan sumber daya (Larson dkk
2001)
Peralatan Dan Perlengkapan
1. Sabun biasa/antiseptik
2. Bahan antiseptik
3. Sikat lembut DTT
4. Spon
5. Handuk steril / lap bersih dan kering
6. Wastafel atau air mengalir
Prosedur Pelaksanaan
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
Peralatan cuci tangan steril

2. Lepas cincin, jam tangan dan gelang.


3. Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir sampai siku. Gunakan sabun
kearah lengan bawah, lakukan hal yang sama pada sebelah tangan.
4. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atur sikat lembut kearah luar, kemudian bersihkan
jari hingga siku dengan gerakan sirkular dengan spon. Ulangi hal yang sama pada lengan yang
lain. Lakukan selama minimal 2 menit.
5. Membilas tangan dan lengan secara terpisah dengan air yang mengalir, setelah bersih tahan
kedua tangan mengarah ke atas sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area bersih.
6. Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah dengan antiseptik
minimal selama 2 menit.
7. Membilas setiap tangan dan lengan secara terpisah dengan air yang mengalir, setelah bersih
tahan kedua tangan mengarah ke atas sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area
tangan.
8. Menegakkan kedua tangan kea arah atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan
atau benda apapun.

9.Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-anginkan. Seka tangan dimulai
dari ujung jari hingga siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi handuk yang berbeda.
10. Pakai sarung tangan bedah yang steril atau DTT pada kedua tangan.
2.6 Karakteristik Responden Yang Berhubungan Dengan Mencuci Tangan ‘
a. Umur
Semakin bertambah umur seseorang maka semakin tinggi tingkatkesadaran seseorang akan
kebersihan dan mengetahui akan pentingnya melakukan cuci tangan yang baik dan benar sesuai
pengalaman hidupnya.
b. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin berbeda pula cara pandang seseorang
terhadap kesehatan, khusunya dalam hal mencuci tangan.
c. Sumber Informasi
Semakin banyak sumber informasi yang diperoleh tentang kesehatan,maka semakin bertambah
pengetahuan akan kebersihan, terutama dalam mencuci tangan.
d. Pengetahuan
Semakin luas pengetahuan seseorang semakin banyak ilmu yang didapat tentang pengetahuan
mencuci tangan maka semakin tinggi pula kesadarannya untuk mencuci tangan. Sehingga dalam
mencuci tangan, tingkat pengetahuan seseorang juga sangat berpengaruh.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mencuci tangan adalah menggosok kedua pergelangan tangan dengan kuat secara
bersamaan menggunakan zat pembersih yang sesuai dan dibilas dengan air mengalir dengan
tujuan menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin.
Mencuci tangan bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang melekat di
tangan,menghilangkan bau yang melekat di tangan,mencegah penyebaran infeksi silang,menjaga
kondisi tangan agar tetap steril,memberikan perasaan yang segar dan bersih.
Mencuci tangan dilakukan dengan dua cara yaitu mencuci tangan biasa dan mencuci
tangan bedah.
3.2 Saran
Di harapkan Makalah ini semoga bermanfaat dan dapat di jadikan Penambah Wawasan
dalam mengetahui cara mencuci tangan . dan bagi Mahasiswi juga dapat di Jadikan Sebagai
Bahan untuk Memberikan Penjelasan kepada Masyarakat .
MAKALAH PERSONAL HYGIENE

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat pentingdan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
itu sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan, ocial,keluarga, pendidikan. Persepsi
seseorang terhadap kesehatan,serta perkembangan ( dalam Tarwoto & Wartonah 2006).
Praktik hygiene sama dengan peningkatan kesehatan. Dengan implementasi tindakan
hygiene pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu dalam
lingkungan rumah sakit, perawat menambah tingkat kesembuhan pasien. Dengan mengajarkan
cara hygiene pada pasien, pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan
partisipan dalam perawatan diri ketika memungkinkan (dalam Perry & Potter, 2005).
Jika seseorang sakit,biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.Hal initerjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalahsepele,padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatansecara umum (dalam Tarwoto & Wartonah 2006).
1.2 Tujuan
1.2.1 Bagaimanakah konsep personal Hygiene
1.2.2 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
1.2.3 Apa macam-macam personal hygiene ?
1.2.4 Apa jenis-jenis personal hygiene ?
1.2.5 Apa tujuan personal hygiene ?
1.2.6 Apa dampak yang sering muncul ?
1.2.7 Bagaimana pengkajian personal hygiene ?
1.2.8 Bagaimana peengkajian status personal hygiene ?
1.2.9 Bagaimana Intervensi personal hygiene ?
1.2.10 Bagaimana Evaluasi personal hygiene ?

1.3 Rumusan Masalah


Untuk mempelajari dan memahami personal hygiene
1.4 Manfaat
a. Pembaca dapat memahami personal hygiene
b. Pembaca dapat memahami dan mengetahui jenis-jenis personal hygiene
c. Pembaca dapat mengetahui dan melaksanakan prosedur personal hygiene
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep personal Hygiene


2.1.1 Pengertian personal hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasaYunani yaitu personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihanseseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihandan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Menurut beberapa ahli :
a. Sjarifuddin
Personal hygiene adalah kesehatan pada seseorang atau perseorangan. Sjarifudin. 1979 (dalam
Basyar.2005)
b. Efendy
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan halyang sangat penting dan harus
diperhatikan karena kebersihanakan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihanitu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.Hal-hal yang sangat
berpengaruh itu di antaranya kebudayaan,sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang
terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. (dalam Astutiningsih, 2006)
c. Depkes
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi kebutuhannya guna
memepertahankan kehidupannya,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, kliendinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
d. Nurjannah
Defisit perawatan diri adalah gangguankemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
(mandi, berhias,makan, toileting)
e. Poter. Perry
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatutindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisidimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya
(dalam Tarwoto dan Wartonah 2006 )
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi
karena kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut
dibiarkan terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang
selalu berusaha supayapersonal hygiennya dipelihara dan ditingkatkan. Kebersihan dankerapian
sangat penting dan diperlukan agar seseorang disenangidan diterima dalam pergaulan, tetapi juga
karena kebersihan diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat.
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
a. Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang tersebut.
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini
dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang
klien rapi sekali maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan
keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana
memberikan peraatan hygienis. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan atau
penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
b. Praktik social.
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi
praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene
dari orang tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas
dan atau air mengalir hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan
kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi
sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan
yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang
penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika
penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh
kelompok social klien.
d. Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien
juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali, pembelajaran tentang
penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik
tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat
memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e. kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene.
Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda
pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa,
bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
f. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi,
bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda (mis. Sabun,
sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani
operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.
2.1.2 Tipe personal hygiene
2.1.2.1 Kesehatan Gigi dan Mulut
Mulut beserta lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencerna makanan. Mulut
berupa suatu rongga yangdibatasi oleh jaringan lunak, dibagian belakang berhubungandengan
tengggorokan dan didepan ditutup oleh bibir. Lidahterdapat didasar rongga mulut terdiri dari
jaringan yang lunakdan ujung-ujung syaraf pengecap. Gigi terdiri dari jaringan kerasyang
terdapat di rahang atas dan bawah yang tersusun rapidalam lengkungan (Depdikbud, 1986:33).
Makanan sebelum masuk ke dalam perut, perludihaluskan, maka makanan tersebut
dihaluskan oleh gigi dalam rongga mulut. Lidah berperan sebagai pencampur
makanan,penempatan makanan agar dapat dikunyah dengan baik danberperan sebagai indera
perasa dan pengecap. Penampilanwajah sebagian ditentukan oleh tata letak gigi. Disamping itu
juga sebagai pembantu pengucapan kata-kata dengan jelas danterang (Soenarko, 1984:
28).Seperti halnya dengan bagian tubuh yang lain, makamulut dan gigi juga perlu perawatan
yang teratur danseyogyanya sudah dilakukan sejak kecil. Untuk pertumbuhangigi yang sehat
diperlukan sayur-sayuran yang cukup mineralseperti zat kapur, makanan dalam bentuk buah-
buahan yangmengandung vitamin A atau C sangat baik untuk kesehatan gigidan mulut. Gosok
gigi merupakan upaya atau cara yang terbaikuntuk perawatan gigi dan dilakukan paling sedikit
dua kali dalamsehari yaitu pagi dan pada waktu akan tidur. Denganmenggosok gigi yang teratur
dan benar maka plak yang adapada gigi akan hilang. Hindari kebiasaan menggigit benda-benda
yang keras dan makan makanan yang dingin dan terlalupanas (Depdikbud, 1986: 30).Gigi yang
sehat adalah gigi yang rapi, bersih, bercahaya,gigi tidak berlubang dan didukung oleh gusi yang
kencang danberwarna merah muda. Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut
2.1.2.2 Kesehatan Rambut dan kulit rambut
Rambut berbentuk bulat panjang, makin ke ujung makinkecil dan ujungnya makin kecil.
Pada bagian dalam berlubangdan berisi zat warna. Warna rambut setiap orang tidak
samatergantung zat warna yang ada didalamnaya.
Rambut dapattumbuh dari pembuluh darah yang ada disekitar rambut(Depdikbud,
1986:23).
Rambut merupakan pelindung bagi kulit kepala dari sengatan matahari dan hawa dingin.
Dalam kehidupan sehari-hari sering nampak pemakaian alat perlindungan lain sepertitopi, kain
kerudung dan masih banyak lagi yang lain.Penampilan akan lebih rapi dan menarik apabila
rambutdalam keadaan bersih dan sehat. Sebaliknya rambut yangdalam keadaan kotor, kusam dan
tidak terawat akan terkesan jorok dan penampilan tidak menarik.
Rambut dan kulit kepala harus selalu sehat dan bersih,sehingga perlu perawatan yang
baik. Untuk perawatan rambutdapat ditempuh dengan berbagai cara namun demikian carayang
dilakukan adalah cara pencucian rambut.
Rambut adalah bagian tubuh yang paling banyak mengandung minyak. Karenaitu
kotoran, debu, asap mudah melekat dengan demikian makapencucian rambut adalah suatu
keharusan. Pencucian rambutdengan shampoo dipandang cukup apabila dilakukan dua kalidalam
seminggu (Depdikbud, 1986:12).
Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan patah,tidak terlalu berminyak dan
terlalu kering serta tidak berketombedan berkutu.
Tujuan bagi klien yang membutuhkan perawatan rambut dan kulit kepala meliputi sebagai
berikut:
1. Pola kebersihan diri klien normal
2. Klien akan memiliki rambut dan kulit kepala bersih yang sehat
3. Klien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri
4. Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
5. Klien akan berpartisipasi dalam praktik perawatan rambut.
2.1.2.3 Kesehatan kulit
Kulit terletak diseluruh permukaan luar tubuh. Secara garis besar kulit dibedakan menjadi
2 bagian yaitu bagian luar yang disebut kulit ari dan bagian dalam yang disebut kulit jangat.
Kulit ari berlapis-lapis dan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu
lapisan luar yangdisebut lapisan tanduk dan lapisan dalam yang disebut lapisanmalpighi. Kulit
jangat terletak disebelah bawah atau sebelahdalam dari kulit ari (Depdikbud, 1986:16).Kulit
merupakan pelindung bagi tubuh dan jaringan dibawahnya. Perlindungan kulit terhadap segala
rangsangan dariluar, dan perlindungan tubuh dari bahaya kuman penyakit. Sebagai pelindung
kulitpun sebagai pelindung cairan-cairantubuh sehingga tubuh tidak kekeringan dari cairan.
Melaluikulitlah rasa panas, dingin dan nyeri dapat dirasakan. Guna kulit yang lain sebagai alat
pengeluaran ampas-amps berupa zatyang tidak terpakai melalui keringat yang keluar lewat pori-
pori(Soenarko, 1984:4).Kulit yang baik akan dapat menjalankan fungsinyadengan baik sehingga
perlu dirawat. Pada masa yang modernsekarang ini tersedia berbagai cara modern pula berbagai
perawatan kulit. Namun cara paling utama bagi kulit, yaitupembersihan badan dengan cara
mandi. Perawatan kulitdilakukan dengan cara mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore.Tentu saja
dengan air yang bersih. Perawatan kulit merupakankeharusan yang mendasar (Depdikbud,
1986:23).Kulit yang sehat yaitu kulit yang selalu bersih, halus, tidakada bercak-bercak merah,
tidak kaku tetapi lentur (fleksibel)
2.1.2.4 Kesehatan Telinga
Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagianpaling luar, bagian tengah, dan daun
telinga. Telinga bagian luar terdiri dari lubang telinga dan daun telinga. Telinga bagiantengah
terdiri dari ruang yang terdiri dari tiga buah ruang tulangpendengaran. Ditelinga bagian dalam
terdapat alatkeseimbangan tubuh yang terletak dalam rumah siput(Depdikbud, 1986 : 30).Telinga
merupakan alat pendengaran, sehingga berbagaimacam bunyi- bunyi suara dapat didengar.
Disamping sebagai alat pendengaran telinga juga dapat berguna sebagai alatkeseimbangan tubuh.
Menjaga kesehatan telinga dapat dilakukan dengan pembersihan yang berguna untuk mencegah
kerusakan dan infeksi telinga. Telinga yang sehat yaitu lubang telinga selalu bersih,untuk
mendengar jelas dan telinga bagian luar selalu bersih.
2.1.2.5 Kesehatan Kuku
Kuku terdapat di ujung jari bagian yang melekat pada kulit yang terdiri dari sel-sel yang
masih hidup. Bentuk kuku bermacam-macam tergantung dari kegunaannya ada yangpipih, bulat
panjang, tebal dan tumpul (Depdikbud, 1986:21).Guna kuku adalah sebagai pelindung jari,
alatkecantikan, senjata , pengais dan pemegang (Depdikbud ,1986:22). Bila untuk keindahan
bagi wanita karena kuku harusrelatif panjang, maka harus dirawat terutama dalam
halkebersihannya. Kuku jari tangan maupun kuku jari kaki harus selalu terjaga kebersihannya
karena kuku yang kotor dapat menjadisarang kuman penyakit yang selanjutnya akan ditularkan
kebagian tubuh yang lain.
2.1.2.6 Kesehatan Mata
Perawatan Mata
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi dan melibatkan pembersihan
dengan washlap bersih yang dilembabkan kedalam air. Sabun yang menyebabkan panas dan
iritasi biasanya dihindari. Perawat menyeka dari dalam ke luar kantus mata untuk mencegah
sekresi dari pengeluaran ke dalam kantong lakrimal. Bagian yang terpisah dari washlap
digunakan sekali waktu untuk mencegah penyebaran infeksi. Jika klien memiliki sekresi kering
yang tidak dapat diangkat dengan mudah dengan menyeka, maka perawat dapat meletakkan kain
yang lembab atau kapas pada margin kelopak mata pertama kali untuk melunakkan sekresi.
Tekanan langsung jangan digunakan diatas bola mata karena dapat meyebabkan cedera serius.
Klien yang tidak sadar memerlukan perawatan mata yang lebih sering. Sekresi bisa
berkumpul sepanjang margin kelopak mata dan kantus sebelah dalam bila refleks berkedip tidak
ada atau ketika mata tidak dapat menutup total. Mata dapat dibersihkan dengan kapas steril yang
diberi pelembab normal salin steril. Air mata buatan bisa diperlukan, dan pesanan untuk itu harus
diperoleh dai dokter. Tindakan pencegahan harus digunakan jika potongan kecil digunakan pada
mata karena dapat meyebabkan cedera kornea.
2.1.2.7 Kesehatan Hidung
Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke dalam
dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan. Perawat mencegah klien
jangan mengeluarkan kotoran dengan kasar karena mengakibatkan tekanan yang dapat
mencenderai gendang telinga, mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif.
Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau
kekeringan.
Jika klien tidak dapat membuang sekresi nasal, perawat membantu dengan menggunakan
washlap basah atau aplikator kapas bertangkai yang dilembabkan dalam air atau salin. Aplikator
seharusnya jangan dimasukkan melebihi panjang ujung kapas. Sekresi nasal yang berlebihan
dapat juga dibuang dengan pengisap. Pengisap nasal merupakan kontraindikasi dalam
pembedahan nasal atau otak.

2.1.3 Jenis personal hygiene


Berdasarkan waktu pelaksanaannya
Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannyadibagi menjadi
empat yaitu:
a. Perawatan dini hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktubangun tidur, untuk melakukan tindakan
untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau feses),
memberikan pertolongan seperti menawarkan bedpan atau urinal jika pasien tidak mampu
ambulasi, mempersiap kanpasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan
tindakan personal hygiene, seperti mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut,
b. Perawatan pagi hari
merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan atau makan pagi seperti
melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB / BAK), mandi atau
mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan
mulut, kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut sebagai
perawatan pagi yang lengkap.
c. Perawatan siang hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelahmelakukan berbagai tindakan pengobatan
atau pemeriksaan dan setelah makan siangdimana pasien yang dirawat di rumah sakit seringkali
menjalani banyak tes diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai tindakan
personal hygiene yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan,
membersihkanmulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan
lingkungankesehatan pasien.
d. Perawatan menjelang tidur
Merupakan personal hygiene yang dilakukanpada saat menjelang tidur agar pasien relaks
sehingga dapat tidur atau istirahat dengantenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara
lain pemenuhan kebutuhaneliminasi (BAB / BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan
mulut, danmemijat daerah punggung.
2.1.4 Tujuan Personal Hygiene
1. Tujuan perawatan personal hygiene adalah
a. Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang mati dan bakteri
b. Menghilangkan bau badan yang berlebihan
c. Memelihara integritas permukaan kulit
d. Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
e. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
f. Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien.
g. Meningkatkan percaya diri seseorang
h. Menciptakan keindahan
i. Meningkatkan derajat kesehatan sesorang
2.1.5 Dampak yang sering ditimbulkan
1. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yangsering terjadi adalah:Gangguan intergritas
kulit,gangguan membranemukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga,dan gangguan fisik
padakuku.
2.Dampak Psikososial
Masalah social yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri,dan gangguan
interaksisosial.
2.2 Askep personal hygiene
2.2.1 Pengkajian
1 Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Pola kebersihan tubuh
2) Perlengkapan personal hygiene yang dipakai
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
b. Pemeriksaan fisik
1) Rambut
a) Keadaan kesuburan rambut
b) Keadaan rambut yang mudah rontok
c) Keadaan rambut yang kusam
d) Keadaan tekstur
2) Kepala
a) Botak/alopesia
b) Ketombe
c) Berkutu
d) Adakah Eritema
e) Kebersihan
3) Mata
a) Apakah sklera ikterik
b) Apakah kunjungtiva pucat
c) Kebersihan mata
d) Apakah gatal/mata merah
4) Hidung
a) Adakah pilek
b) Adakah elergi
c) Adakah pendarahan
d) Adakah perubahan penciuman
e) Kebersihan hidung
f) Bagaimana membran mukosa
g) Adakah septum deviasi
5) Mulut
a) Keadaan mukosa mulut
b) Kelembapannya
c) Adakah lesi
d) Kebersihan
6) Gigi
a) Adakah karang gigi
b) Adakah karies
c) Kelengkapan gigi
d) Pertumbuhan
e) Kebersihan
7) Telinga
a) Adakah kotoran
b) Adakah lesi
c) Bagaimana bentuk telinga
d) Adakah infeksi
8) Kulit
a) Kebersihan
b) Adakah lesi
c) Keadaan turgor
d) Warna kulit
e) Suhu
f) Teksturnya
g) Pertumbuhan bulu
9) Kuku tangan dan kaki
a) Bentuknya bagaimana
b) Warnanya
c) Adakah lesi
d) Pertumbuhannya
10) Genetalia
a) Kebersihan
b) Pertumbuhan rambut pubis
c) Keadaan kulit
d) Keadaan lubang uretra
e) Keadaan skrotum, testis pada pria
f) Cairan yang dikeluarkan
11) Tubuh secara umum
a) Kebarsihan
b) Normal
c) Keadaan postur
2.2.2 Diagnosa keperawatan
a. Gangguan integritas kulit
Definisi : keadaan di mana kulit seseorang tidak utuh.Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Bagian tubuh yang lama tertekan
2) Imobilitasi
3) Terpapar zat kimia
Kemungkinan data yang ditemukan
1) Kerusakan jaringan kulit
2) Gangrene
3) Dekubitus
4) Kelemahan fisik
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1) Stroke
2) Fraktur femur
3) Koma
4) Trauma medulla spinalis
Tujuan yang diharapkan
1) Pola kebersihan diri pasien normal
2) Keadaan kulit, rambut kepala bersih
3) Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
b. Gangguan membrane mukosa mulut
Definisi : kondisi dimana mukosa mulut pasien mengalami luka
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Trauma oral
2) Pembatasan intake cairan
3) Pemberian kemoterapi dan radiasi pada kepala dan leher
Kemungkinan data yang ditemukan
1) Iritasi atau luka pada mukosa mulut
2) Peradangan atau infeksi
3) Kesulitan dalam makan dan menelan
4) Keadaan mulut yang kotor
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada
1) Stroke
2) Stomatitis
3) Koma
Tujuan yang diharapkan
1) Keadaan mukosa mulut, lidah dalam keadaan utuh, warnamerah muda
2) Inflamasi tidak terjadi
3) Klien mengatakan rasa nyaman
4) Keadaan mulut bersih
c. Kurangnya perawatan diri / kebersihan diri
Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran
Kemungkinan data yang ditemukan.
a. Badan kotor dan berbaub.
b. Rambut kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Bau mulut dan motor
2.3 Prosedur personal hygiene
2.3.1 Personal hygiene rambut sampai kaki
a. Perawatan kulit kepala dan rambut
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan
perawatan diri dengan cara mencuci dan menyisir rambut.Tujuannya adalah membersihkan
kuman kuman yang ada pada kulit kepala ,menambaha rsa nyaman,membasmi kutu atau
ketombe yang melekat pada kulit ,serta memperlancar system peredaran darah di bawah kulit.
Alat dan Bahan
1.Handuk secukupnya
2.Perlak atau pengalas
3.Baskom berisi air hanagt
4.Sampo atau sabun dalam tempatnya
5.Kasa dan kapas
6.Sisir
7.Bengkok/nierbekken
8.Gayung
9.Ember kosong
Menjaga kebersihan atau pemeliharaan rambut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Pencucian Rambut
Frekuensi pencucian rambut sangat tergantung pada hal – hal berikut:
a. Tebal atau tipisnya rambut, semakin tebal harus semakin sering
dicuci.
b. Lingkungan atau tempat tinggal seseorang, misalnya pada
lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering mencuci rambutnya.
c. Seseorang yang memakai minyak rambut harus sering mencuci
rambutnya.
Adapun cara – cara mencuci rambut adalah :
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Tutup jendela atau pasang sampiran
4. Kondisikan pasien dalam posisi tidur
5. Letakkan baskom di bawah tempat tidur tepat di bawah kepala pasien
6. Pasang perlak atau pengalas di bawah kepala dan sambungkan ke arah bagian baskom dengan
pinggir di gulung
7. Tutup telinga dengan kapas
8. Tutup dada dengan handuk sampai ke leher
9. Kemudian,sisir rambut dan lakukan pencucian dengan air hangat ,selanjutnya gunakan sampo
dan bilas dengan air hangat sambil di pijat
10. Setelah selesai keringkan
11. Cuci tangan
b. Perawatan kulit seluruh tubuh
Kulit memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan memelihara kesehatan
tubuh. Cara membersihkan kulit secara keseluruhan umumnya dengan mandi, karena mandi
berguna untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkan bau
keringat, merangsang peredaran darah dan syaraf dan mengembalikan kesegaran tubuh.
a. Cara merawat kulit
Alat dan Bahan :
a.Baskom cuci
b.Sabu
c.Air
d.Agen pembersih
e.Balutan
f.Pelindung kulit
g.Plester
h.Sarng tangan
Prosedur Kerja
1.Jelaskan prosedur pada pasien
2.Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3.Tutup pintu ruangan
4.Atur posisi pasien
5.Kaji ulang /kulit tertekan dengan memperhatikan warna ,kelembaban ,penampilan ,sekitar
kulit,ukur diameter kulit,ukur kedalaman.
6.Cuci kulit sekitar luka dengan air hangat atau sabun cuci secara menyeluruh dengan air.
7.Perlahan lahan keringkan kulit secara menyeluruh.
8.Bersihakan luka secara menyeluruh dengan cairan normal atau larutan pembersih ,gunakan
,semprit irigasi luka pada luka yang dalam.
9.Setelah selesai berikan obat atau agen topical.
10.Catat hasil
11.Cuci tangan
c. Memandikan Pasien di Tempat Tidur
Tindakann keperawatan di lakukan pada pasien yang tidak mampu mandi secara sendiri
dengan cara memandikan di tempat tidur.Tujuannya adalah menjaga kebersihan tubuh
,mengurangi infeksi akibat kulit kotor ,memperlancar sisitem peredaran darah , dan menambah
kenyamanan pasien.
Alat dan Bahan
1.Baskom mandi du buah,masing masing berisi air dingin dan hangat.
2.Pakaian pengganti
3.Kain penutup
4.Handuk,sarung tangan pengusap badan
5.Tempat untuk pakaian kotor
6.Sampiran
7.Sabun
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Lakukan tindakan memandikan pasien yang di awali dengan membentangkan handuk di bawah
kepala ,kmudian bersihkan muka ,telinga ,dan leher dengan sarung tangan pengusap.Kerngkan
dengan handuk.
5. Kain penutup di turunkan ,kedua tangan pasin di angkat dan di pindahkan handuk di atas dada
pasien ,lalu bentangkan.Kemudian ,kembalikan kedua tangan ke posisi awal di atas handuk,lalu
basahi kedua tangan dengan air bersih.Lalu keringkan dengan handuk.
6. Kedua tangan di angkat,handuk di pindahkan di sisi pasien,bersihkan daerah dada dan
perut,lalu keringkan dengan handuk.
7. Miringkan pasien ke kiri,handuk di bentangkan di bawah punggung sampai glutea dan basahi
punggung hingga glutea,lalu keringkan dengan handuk.Selanjutnya,miringkan pasien ke kanan
dan lakukan hal yang sama.Kemudian,kembalikan pasien pada posisi telentang dan pasangkan
pakaian dengan rapi.
8. Letakkan handuk di bawah lutut lalu bersihakan kaki .Kaki yang paling jauh di dahulukan dan
di keringkan dengan handuk
9. Ambil handuk dan letakkan di bawah glutea.Pakaian bawah perut di buka ,lalu bersihakan
daerah lipatan paha dan genetalia.Setelah selseai ,pasnag kembali pakaian dengan rapai
10. Cuci tangan.
a. Memelihara kebersihan dan kesehatan mata
Yang perlu dipersiapkan
a. Air hangat
b. Kapas
c. Kain
d. Sapu tangan yang bersih
Prosedurnya :
1. Mata sebaiknya dibersihkan setiap hari.
2. Sewaktu – waktu sebaiknya dibersihkan dengan boor water 3% atau air yang sudah dimasak.
Caranya ialah dengan menyapukan kapas mulai dari pinggir mata menuju ke arah tengah
( menuju hidung ). Lakukan hal ini berulang – ulang sampai mata terasa bersih
3. Jangan menggosok mata dengan tangan yang kotor, kain atau sapu tangan yang kotor atau sapu
tangan orang lain.
4. Periksakan mata ke setahun sekali ke dokter spesialis atau petugas kesehatan terdekat.
5. Biasakan membaca pada tempat yang cukup terang dengan jarak mata dan obyek yang dibaca
tidak kurang dari 30 cm.
Membersihkan kacamata
Membersihan Kacamata. Kacamata terbuat kaca yang diperkeras atau plastik yang tahan akan
pengaruh untuk mencegah pecah. Namun, karena biaya , perawat harus hati-hati bila
membersihkan kacamata dan harus melindungi dari kerusakan atau kehancuran lain ketika tidak
digunakan. Kacamata harus diletakkan pada tempatnya dan di laci meja sebelah tempat tidur
ketika tidak digunakan. Air hangat adalah cukup untuk membersihakn lensa kacamat. Kain yang
lembut paling baik untuk mengeringkan sehingga mencegah goresan. Lensa plastik dapat
tergores dengan mudah dan memerlukan larutan pembersih khusus dan tissue kering.
Perawatan Lensa Kontak. Lensa kontak adalah kecil, bulat, transparan dan kadang-kadang
berbentuk cakram berwarna yang pas diletakkan di atas kornea mata. Lensa mengambang pada
lapisan air mata yang meminyaki mata. Lensa kontak dibentuk khusus untuk mengoreksi
kesalahan rekraktif mata atau ketidaknormalan bentuk kornea. Lensa kontak relatif mudah
digunakan dan dilepaskan. Ada tiga tipe lensa kontak: keras, lembut dan dapat ditembus gas yang
kaku (RGP), juga dikenal sebagai lensa yang dapat ditembus oksigen.
Bila lensa kontak dipakai klien, lensa mengakumulasi sekresi dan benda asing. Material
ini memburuk dan kemudian mengiritasi mata, yang menyebabkan gangguan penglihatan dan
risiko infeksi. Setelah dilepas, lensa kontak harus dibersihkan dan didesinfeksi dengan teliti.
Lensa kontak memberikan beberapa keuntungan dibandingkan kacamata.
1. Meningkatkan kejelasan penglihatan
2. Lebih aman dari kacamata selama aktivitas tertentu
3. Memperhalus secara optik permukaan yang tidak rata dari mata
4. Memberikan penampilan yang lebih atraktif untuk pemakai.
b. Perawatan Lensa kontak
Prosedur perawatan lensa kontak
1. Inspeksi mata atau Tanya pada klien apakah kontak lensa di gunakan
2. Kaji kemampauan klien untuk memanipulasi dan memegang kontak lensa
3. Setelah lensa di lepas ,inspeksi mata terhadap tanda tanda iritasi kornea,air mata yang
berlebihan ,kemerahan,rasa perih terbakar.
4. Persiapakn peralatan dan bahan yang di perlukan untuk melepasklan lensa :
a.Tempatnya penyimpanan lensa kontak di beri label dengan nama klien
b.Mangkuk pengisap lensa
c.Lrutan saline steril
d.Handuk mandi
5. Persiapkan peralatan dan bahan untuk pembersihan dan insersi
a.Lensa di dalam tempat penyimpanna yang bersih,di beri label nama klien
b.Peralatan desinfektan termal
c.Pembersih sunfaktan
d.Larutan pembilas
e.Desinfektan lensa steril dan larutan enzim
f.Larutan pembasah steril untuk lensa keras
g.Bola kapas atau kapas bertangkai
h.Handuk mandi
i.Gelas berisi air hangat
6. Diskusikan prosedur dengan klien
7. Atur posisi klien yang telentang atau duduk di tempat tidur atau kursi
8.Melepas lensa lunak
a.Cuci tangan
b.Letakkan handuk di bawah wajah klien
c.Tanbahkan beberapa tetes salin steril ke mata klien
d.Minta klien untuk memandang lurus ke depan
e.Manggunakan jari tengah ,tarik kelopak mata bagian bawah
f.Dengan telapak jari telunjuk pada tanagn yang sama ,geser lensa keluar kornea ke arah bagian
putih mata
g.Tarik kelopak mata bagian atas ke bawah secara lembut dengan ibu jari pada tangan yang lain
dan tekan lensa sedikit di antara ibu jari dan jari telunjuk
h.Ambil lensa secara perlahan dan angkat keluar tanpa membuat ujung – ujung lensa berhimpitan
i.Jika ujung –ujung lensa menempel ,letakkan lensa di telapak tangan dan rendam keseluruhan
dengan salin steril .Secara lembut balikkan lensa dengan ibu jari telunjuk dengan gerakan ke
depan ke belakng.Jika gosokan tidak memisahkan ujung –ujung lensa maka lensa dapat di
rendam dalam larutan steril.
j.Bersihkan dan bilas lensa .Letakkan lensa ke dalam kontak tempat penyimpanan yang sesuai.R
untuk lena kanan L untuk lensa kiri .Pastikan lensa berada di tengah
k.Ulangi langakah 8c-8j untuk lensa yang lain.Amankan penutup pada penyimpanan.
l.Kembalikan handuk dan cuci tangan
9. Melepas lensa kaku
a.Cuci tangan
b.Letakkan handuk di bawah wajah klien
c.Pastikan lensa berada pada posisi tepat di atas kornea.Jika tidak ,minta klien tutup mata ,letakkan
jari telunjuk dan jari tengah dari satu tangan di belakang lensa ,secara perlahan tapi kuat pijat
lensa kembali ke tempatnya.
d.Letakkan jari telunjuk pada pojok luar mata dan tarik kulit secara lembut ke belakang arah
telinga
e.Minta klien berkedip .Jangan melepas tekanan pada kelopak sampai selesai.
f.Jika lensa gagal keluar ,secara lembut tarik kelopak mata melebihi ujung lensa .Tekan kelopak
mata ke bawah berlawanan dengan ujung bawah lensa.
g.Biarkan kelopak mata menutup sedikit dan pegang lensa saat naik dari mata.Mangkuk pengisap
dapat di gunakan untuk klien gelisah atau tidak sadar.
h.Letakkan lensa di tangan anda.
i.Bersihkan dan bilas lensa.Letakkan lensa di dalam kotak tempat penyimpanan yang sesuai . R
untuk lena kanan L untuk lensa kiri.Letakkan lensa di tengah tempat penyimpanan ,sisi konveks
di bawah.
j.Ulangi langkah 8c-8j untuk lensa yang lain.Amankan penutup atas kotak penyimpanan.
k.Kembalikan handuk dan cuci tangan
10.Membersihkan dan mendesenfeksi lensa kontak
a.Cuci tangan
b.Susun peralatan di samping tempat tidur
c.Letakkan handuk di atas area kerja
d.Buka tempat lensa hati –hati
e.Berikan 1 – 2 tetes larutan pembersih pada lensa.
f.Gosok lensa dengan lembut selama 20-30 detik .
g.Pegan lensa di ats mangkuk nirbekken lalu bilas dengan larutan pembilas.
h.Letakkan lensa di kotak penyimpanan.
11.Memasukaka lensa kaku
a.Cui tangan
b.Letakkan handuk di dada klien
c.Uahakan mengangkat lensa lurus ke atas
d.Bilas dengan air
e.Bashi lensa
f.Letakkan lensa pada tangan dominan
g.Melihat lurus ke depan dengan mata terbuka lebar ,lalu letakkan lensa secara lembut .
h.Ulangi langkah 10c-10i untuk mata kiri .
i.Bantu klien dalam possisi nyaman
j.Buang peralatan yang kotor.Cuci tangan
12. Memasukkan lensa lunak
a.Cuci tangan
b.letakkan handuk di atas dada klien
c.Angkat lensa kanan dan bilas
d.Gunakan jari tengah
e.Mata lurus ke depan ,lalu masukkan dengan lembut pad kornea
f.Berkedip beberapa kali
g.Ulangi langkah 12c-12k untuk mata yang lain
h.Bantu klien pada posisi nyaman
i.Buang peralatan yang kotor , lalu cuci tangan .
13.Tanya klien ,apakah lensa suadah nyaman
14.Catat laporan
c. Perawatan kuku kaki dan tangan
Merupakan tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku
sendiri.Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi
akibat garukan dari kuku.
Alat dan bahan
1. Alat pemotong kuku
2. Handuk
3. Baskom berisi air hangat
4. Bengkok/nierbekken
5. Sabun
6. Kapas
7. Sikat kuku
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur pada pasien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien dengan duduk atau tidur
4. Tentukan kuku yang akan di potong
5. Rendamlah kuku denga air hangat kurang lebih 2 menit dan lakukan sikat dengan beri sabun
bila kotor.
6. Keringkan dengan handuk
7. Letakkan tangan di atas bengkok /nierbekken dan lakukan pemotongan kuku.
8. Cuci tangan
d. Perawatan genetalia
1. Alat dan Bahan
a. Baskom
b. Sabun dan tempatnya
c. Dua atau tiga waslap
d. Handuk mandi
e. Selimut mandi
f. Alas tahan air atau bedpan
g. Tisu toilet
h. Sarung tangan pakai
2. Prosedur Kerja
1. Identifikasi pasien berisiko untuk perkembangan infeksi genitalia ,atau saluran slauran
reproduksi (misalnya keberdaan kateter yang tetap ,inkontensia fekal atau insisi bedah).
2. Jekaskan prosedur dan tujuan pada pasien
3. Persiapkan alat dan bahan
Bahan bahan tanbahan bila perawatan perinium di berikan selama waktu di luar mandi :
a. Bola kapas atau lidi kapas
b. Botol larutan atau tempat yang di isi air dengan air hangat atau larutan pembersih yang di
respkan
c. Kanting tahan air
4. Atur peralatan di sampinh tempat tidur
5. Cuci tangan
6. Tutup pintu kamar dan tutup jendela untuk menjaga privasi pasien.Tinggikan tempat tidur
sampai posisi kerja yang nyaman.
7. Turunkan penghalang tempat tidur dan bantu pasien pada posisis miring ,letakkan handuk
sepanjang sisi badan pasien dan pertahankan pasien agar tertutup dengan selimut mandi
semaksimal mungkin.
8. Kenakan sarung tangan sekali pakai
9. Jika ada feses ,ambil popok atau tisu toilet dan bersihkan dengan usapan sekali
buang.Bersihkan bokong dan anus depan ke belakang .Bersihkan dan bilas dengan
teliti.Keringkan secara lengkap.Pindahkan dan buang popok dag anti dengan yang baru.
10. Berikan perawatan genitilia
a. Perawatn pada wanita
1. Ganti sarung tangan jika sudah kotor
2. Letakkan popok tahan air di bawah bokong pasien dengan posisi pasien supine(tambahan
:letakkan pispot di bawah pasien.
3. Bantu pasien dengan posisi dorsal rekumben
4. Lipat linen tempat tidur paling atas ke arah kaki tempat tidur dan angkat baju pasien sampai
daerah genitalia
5. Bungkus pasien secara “DIAMOND” dengan menempatkan selimut mandi dengan satu ujung
di antara dua kaki ,satu ujung arah masing masing sisi tempat tidur ,dan satu ujung di atas dada.
6. Naikkan penghalang tempat tidur.Isi baskom dengan air hangat
7. Turunkan penghalang dan bantu pasien memfleksi lututnya dan pisahkan dua kaki terbuka.
8. Lipat ujung bawah selimut mandi di antara ke dua tungkai pasien ke arah abdomen
9. Bersihkan dan keringkan paha atas pasien .
10. Bersihaka labia mayora
11. Pisahkan labia dengan tangan tidak dominan untuk membuka meatus uretra dan orifisium
vagina.
12. Jika pasien di atas pispot,siram air hangat di atas daerah perineum.
13. Keringkan daerah perineum secara merata
14. Lipat ujung bawah selimut mandi kembali di antara kaki pasien dan di atas perineum.Minta
pasien untuk menurunkan kaki da memeproleh posisi nyaman.
b. Perawatan pada pria
a. Ganti sarung tangan jika sudah kotor
b. Turunkan penghalang ,turunkan ujung atas selimut mandi di bawah perineum pasien.Secara
lembut angkat penis dan letakkan handuk mandi di bawahnya.
c. Secara lenbut raih tungkai penis.Jika pasien ereksi tangguhakan prosedur
d. Cuci kepala penis pertama pada meatus urethra
e. Kembalikan kulit luar ke posisi semula
f. Cuci tangkai penis dengan usapan lembut tetapi tegas ke arah.Beri perhatian khusus pada
permukaan bawah penis.
g. Bilas dan keringkan secara erata instruksikan pasien untuk membuka kaki sedikit.
h. Secara lembut bersihkan skrotum.
i. Lipat kembali selimut mandi di atas perineum dan bantu pasien kembali ke posisis yang
nyaman
1. Jika pasien mengalami inkontensia feses atau uirn gunakan lapisan tipis pelindung kulit yang
berisi petrolatum atau oksida pada anus dsan pada kulit
2. Buka sarung tangan sekali pakai dan buang pada tempat sampah
3. Bantu pasien memperoleh posisi yan nyaman dan tutup dengan selimut
4. Angkat selimut andi dan buang semua linen tempat tidur yang kotor.
5. Tinggikan penghalang dan turunkan posisi ke tempat tidur pada ketinngia yang sesuai
6. Cuci tangan
7. Inspeksi permukaan genitalia eksternal dan kulit sekitar terhadap
kemerahan,bengkak,kotoran,atau iritasi setelah pembersihan
8. Jika kateter yang tetap berada pada tempatnya.
9. Catat prosedur dan segala temuan yang tidak normal
e. Perawatan hidung
Yang perlu dipersiapkan :
1. Cutton bath
2. Wash lap
3. Kapas
Prosedurnya :
1. Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan ke dalam
dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan. Perawat mencegah klien
jangan mengeluarkan kotoran dengan kasar karena mengakibatkan tekanan yang dapat
mencenderai gendang telinga, mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif.
Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau
kekeringan.
2. Jika klien tidak dapat membuang sekresi nasal, perawat membantu dengan menggunakan
washlap basah atau aplikator kapas bertangkai yang dilembabkan dalam air atau salin. Aplikator
seharusnya jangan dimasukkan melebihi panjang ujung kapas. Sekresi nasal yang berlebihan
dapat juga dibuang dengan pengisap. Pengisap nasal merupakan kontraindikasi dalam
pembedahan nasal atau otak.
f. Perawatan telinga
Yang perlu dipersiapkan :
1. Cutton Bath
2. Washlap
3. Water pik
4. Hidrogen proksida
Prosedurnya :
1. Perawat membersihkan telinga klien merupakan bagian rutin dalam kegiatan mandi di tempat
tidur. Pembersihan berakhir dengan washlap yang dilembabkan, dirotasikan ke kanal telinga
dengan lembut, kerja terbaik untuk pembersihan.
2. Ketika serumen tampak, penarikan kembali ke bawah secara lembutpada jalan masuk kanal
telinga dapat menyebabkan lilin melonggar dan keluar.
3. Perawat menginstruksi klien untuk tidak pernah menggunakan benda tajam seperti peniti dan
tusuk gigi untuk mengeluarkan lilin telinga. Penggunaan benda itu dapat menyebabkan trauma
pada kanal telinga dan ruptur membran timpani. Penggunaan aplikator kapas bertangkai juga
harus dihindari karena akan menyebabkan lilin terjepit dalam kanal.
4. Anak-anak dan lasia umumnya mempunyai serumen yang keras. Serumen yang berlebihan atau
terjepit biasanya dapat dipindahkan hanya dengan irigasi. Prosedur pertama yaitu pemasukan tiga
tetes gliserin pada waktu tidur untuk melembutkan lilin, dan tiga tetes hidrogen peroksida dua
kali sehari untuk melunakkan lilin (Phipps, dkk, 1995).
5. Kemdian pemasukan kira-kira 250 ml air hangat (37 o C) ke kanal telinga luar yang akan
membersihkan lilin yang telah lunak secara mekanis. Air dingin atau panas dapat menyebabkan
normal atau muntah.
6. Klien dapat duduk atau berbaring di samping telinga yang terkena menghadap ke sebelah atas.
Perawat meletakkan mangkok piala ginjal di bawah telinga yang terkena untuk menangkap
larutan irigasi. Water Pik atau pentolan spuit irigasi dapat digunakan mengirigasi ke dalam kanal
telinga. Ujung spuit atau Water Pik seharusnya tidak mengoklusi kanal telinga untuk
menghindari penggunaan tekanan terhadap membran timpani. Irigasi ringan diarahkan pada atas
kanal yang melunakkan serumen dari samping kanal telinga. Setelah kanal bersih, perawat
menyeka setiap pelembab dari telinga klien dan memeriksa kanal dari serumen yang masih
tertinggal
g. Oral hygiene
Hygiene mulut
Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai akibatnya
mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkanbau tidak enak. Masalah ini dapat
meningkat akibat penyakit atau medikasi yangdigunakan pasien. Perawatan mulut harus
dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan
bagian penting yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman
dapat masuk.
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, danbibir,
menggosok membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri,memasase gusi,
dan mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasayang tidak
nyaman.Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulutyang buruk
adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan.
Hygiene mulut yangbaik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu makan.
Tujuan perawatan hygiene
Mulut pasien adalah pasien akan memiliki mukosa mulut utuhyang terhidrasi baik serta
untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkanmelalui mulut (misalnya tifus, hepatitis),
mencegah penyakit mulut dan gigi,meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa nyaman,
memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut
dengan benar
b. Perawatan Gigi
Menggosok gigi adalah cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada
permukaan gigi dan gusi.
Alat dan bahan
1. Handuk dan kain pengalas
2. Gelas kumur berisi:
a. Air masak/NaCl
b. Obat kumur
c. Borax gliserin
3. Spatel lidah yang telah dibungkus dengan kain kasa
4. Kapas lidi
5. Bengkok
6. Kain kasa
7. Pinset atau arteri klem
8. Sikat gigi dan pasta gigi
D. Prosedur kerja
1. Untuk pasien tidak sadar
1. Jelaskan prosedur pada klien/keluarga klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan posisi tidur miring kanan/kiri
4. Pasang handuk dibawah dagu/pipi klien
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi dengan air hangat/masak
6. Gunakan tong spatel (sudip lidah) untuk membuka mulut pada saat membersihkan gigi/mulut
7. Lakukan pembersihan dimulai dari diding rogga mulut, gusi, gigi, dan lidah/
8. Keringkan dengan kasa steril yang kering
9. seeleh bersih, oleskan dengan Borax gliserin
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
Untuk pasien sadar, tetapi tidak mampu melakukan sendiri
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi dengan duduk
4. Pasang handuk dibawah dagu
5. Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang dibasahi dengan air hangat/masak
6. Kemudian bersihkan pada daerah mulut mulai rongga mulut, gisi, gigi dan lidah, lalu bilas
dengan larutan NaCl.
7. Setelah bersih oleskan dengan borax gliserin
8. Untuk perawatan gigi lakukan penyikatan dengan gerakan naik turun
9. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2. Pembersihan gigi palsu
a. Alat dan bahan
1. Sikat gigi bebulu lembut
2. Sikat gigi untuk gigi palsu
3. Nirbekken
4. Detrifikasi gigi palsu atau pasta gigi
5. Gelas air
6. Kasa tunggal 4x4
7. Waslap
8. Cangkir plastik gigi palsu
9. Sarung tanga sekali pakai
h. Prosedur perawatan gigi palsu
1. Jelaskan prosedur pada pasien yang akan di lakukan perawata gigi palsu
2. Cuci tangan
3. Isi mangkok piala ginjal setengah dengan air biasa atau letakkan waslap pada westafel dan
nyalakan air sampai terisi kurang lebih 2.5 cm
4. Kenakan sarung tangan sekali pakai
5. Minta pasien untuk membuka gigi palsunya.
6. Gunakan detrifikasi pada gigi palsu dan sikat permukaan gigi palsu.Pegang gigi palsu di dekat
air.Pegang sikat secara horizontal dan gunakan gerakan ke belakang dan ke depan untuk
membersihkn permukaan penggigit pada permukaan gigi sebelah luar.Pegang sikat secara
vertikal dan gunakan gosokan pendek untuk membersihkan permukaan dalam gigi. Pegang sikat
secara horizontal dan gunakan gerakan ke belakang dan ke depan untuk membersihkn
permukaan penggigit pada permukaan dalam gigi.
7. Bilas gigi palsu dengan air biasa
8. Kembalikan gigi paslu pada paisen atau simpan dalam air biasa di dalam cangkir plastik
9. Kosongkan mangkok nirbekken dan tambahkan air dingin.Berikan pasta gigi pasa sikat gigi
lembut,dan sikat gusi ,langit langit dan lidah dengan lembut
10. Minta pasien untuk berkumur
11. Masukan kembali gigi palsu jika pasien menginginkan.
12. Buang srung tangan pada tempat sampah.Bersihkan dan simpan baha bahan .Cuci tngan
13. Tanyakan pada pasien jika gigi palsu terasa nyaman
14. Catat prosedur pada flowsheet atau catatn perawat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Personal Hygiene berasal dari bahasaYunani yaitu personalyang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihanseseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihandan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri adalah
salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Macam personal
hygiene adalah perawatan yang mencakup seluruh bagian tubuh. Jenis-jenisnya yaitu, perawatan
pagi hari, siang hari, menjelang tidur, dan dini hari.

DAFTAR PUSTAKA

Bouwhuizen, M, 1999.Ilmu Keperawatan.EGC: Jakarta


Aziz Alimul Hidayat , 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. EGC : Jakarta
Dasaryandi, kikirizky.2012.kebersihan diri.http://kikirizkydasaryandi.blogspot.com/2011/06/sap-
kebersihan-diri.html. Diakses tanggal 7 Maret 2012, Pukul 12.45
Agus, Ahmad.2012. kebersihan diri.http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/09/sap-upaya-kebersihan-
diri.html. Diakses tanggal 6 Maret 2012, Pukul 12.00
Murti, Sari. 2012. http://www.scribd.com/doc/45033613/Kebersihan-Diri-Dan-Lingkungan. Diakses
tanggal 6 Maret 2012, Puku 12.15

MAKALAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (BIDAN)

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


OLEH

Disusun Oleh :
Nama : Mellyana Simarmata
STIKES SANTA ELISABETH-MEDAN
D-III KEBIDANAN
2015/2016
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah praktek klinik IV tentang
“ASUHAN PERSALINAN NORMAL”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul
“ASUHAN PERSALINAN NORMAL” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, Oktober 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan
oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya
pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada :
keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus
untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan
persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa
asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk
mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama
dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu
diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang
pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya
akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak
sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat
terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak.
Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan
karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin
untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud
membuat makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dan dapat membantu para ibu
dalam mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.
B. Tujuan penulisan
1. Agar mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan
prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu
atau lebih atau kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu,
letak memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24
jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja S,Persalinan
Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan
secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan
Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama
37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan
lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan
kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa
selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses
melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang
sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).
B. Bentuk – Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
Ø Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24
jam.
Ø Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan
bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam,
ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC).
Ø Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya
tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan
ketuban.
Ø Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa
teori yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang
dominan mempengaruhi kehamilan, yaitu :
v Estrogen
· Meningkatnya sensitipitas otot rahim
· Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanik.
v Progesteron
· Menurunnya sensitifitas otot rahim
· Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanik.
· Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:
v Teori keregangan
· otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
· Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.
· Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.
v Teori penurunan progesteron
· proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.
· Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oksitosin.
· Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
v Teori oksitosin internal
· Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas
otot rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.
· Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
v Teori prostaglandin
· Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan.
· Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
hasil konspsi dikeluarkan.
· Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
v Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
· Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).
· Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya
persalinan. (Manuaba, 2005).
D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
(1) Terjadinya His Persalinan
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His
persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur,
mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.
(2) Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa
pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan
karena kapiler pembulu darah pecah.
(3) Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsug dalam waktu 24 jam.
(4) Perubahan Serviks
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran
serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2005).

E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong
janin ke bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai
masuk ke dalam rongga panggul.
Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata,
ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam
sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga
terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu
atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan
pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun
besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
3. Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang
mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya
dagu.
5. Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan
dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam
posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme
persalinan fisiologis penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan
sehingga tindakan operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.
c) Dapat disertai pecah ketuban
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran
serviks, dan terjadi pembukaan serviks.
G. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
ü Power ( Kekuatan )
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus
dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan
menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian
syaraf simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah
adanya kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah
kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi
lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses
persalinan sampai anak dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim,
kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya
seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak
dapat diatur oleh parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan,
tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini
berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu
dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga
meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
ü Passanger (Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin
yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar,
90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan
bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak
muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak
sungsang.
ü Passage (Jalan Lahir)
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar
panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada
rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar,
sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica
tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran
muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm,
ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique
(ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-
10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan
apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti
corong, ada tumor dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan
mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada
jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua
primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar,
namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema
serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan
lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.
ü Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his
menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks
sehingga persalinan menjadi lama.

ü Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga
kesehatan yang terlatih.
ü Posisi Saat Bersalin
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
H. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV
I. Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga pasien dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6
-18 jam (rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam).
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan (Manuaba, 1998).
Ø Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
Ø Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm
tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam.
II. Persalinan Kala II
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his
dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
Ø 1 – 2 jam pada primigravida
Ø ½ - 1 jam pada multigravida
Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:
v Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
v Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
v Perineum terlihat menonjol
v Vulva vagina dan sfinger ani membuka
v Peningkatan pengeluaran lendir & darah
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk
memimpin, semua ini disebut dengan memimpin persalinan”Keseluruhan 60 standar dan langkah
asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang
bidan tersebut adalah :
1) Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
v Dor-an
v Tek-nus
v Per-jol
v Vul-ka
2) Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid
disposable sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan
dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6) Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan
teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas
normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum
dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak
terjadi defleksi.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas
untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua
lutut janin).
25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?.
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem
kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang
DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
III. Persalinan Kala III
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain
memegang tali pusat.
35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan
kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 –
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan
kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan
bila ada robekan.
IV. Persalinan Kala IV
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
43) Pastikan kandung kemih kosong.
44) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).
48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi
selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
49) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam
larutan clorin 0,5 %.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk
bersih.
55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan
tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan
anterolateral.
58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit
dalam larutan clorin 0,5 %.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk
bersih.
60) Lengkapih partograf.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa,
keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang
dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan
kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa
selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses
melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang
sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin
normal sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
2. Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA

Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar


http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html.
http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html.

Perawatan Bayi Baru Lahir

Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama kehidupan manusia. Pada masa ini
terjadi proses penyesuaian sistem tubuh bayi dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan di luar
rahim. Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian dan perawatan yang ekstra
karena pada masa ini terdapat mortalitas paling tinggi (Rudolf, 2006).
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menyatakan bahwa
angka kematian bayi dalam usia 28 hari pertama masih cukup tinggi yaitu sebesar 34 per 1000
kelahiran hidup. Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa.
Tingginya angka kematian bayi dapat menjadi petunjuk bahwa pelayanan maternal dan neonatal
kurang baik. Selain itu, penyebab tingginya kematian bayi dalam usia 28 hari pertama adalah
kurang baiknya penanganan dan perawatan bayi baru lahir.
Perawatan bayi baru lahir meliputi:
1. Pencegahan infeksi
2. Penilaian bayi baru lahir
3. Pencegahan kehilangan panas
4. Asuhan tali pusat
5. Inisiasi menyusu dini (IMD)
6. Pencegahan perdarahan
7. Pemberian imunisasi
8. Pemeriksaan bayi baru lahir
Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi mikroorganisme selama proses persalinan
berlangsung maupun beberapa saat segera setelah bayi lahir. Cara pencegahan infeksi adalah
sebagai berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan bayi; memakai sarung
tangan bersih pada saat menangani bayi; memastikan peralatan yang digunakan steril; dan
memastikan semua pakaian maupun perlengkapan bayi dalam keadaan bersih.
Penilaian Bayi Baru Lahir
Penilaian awal yang dilakukan segera setelah lahir adalah dengan menjawab 4 pertanyaan, yaitu:
1. Apakah bayi cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jenih dan tidak bercampur mekonium?
3. Apakah bayi menangis atau bernafas?
4. Apakah tonus otot bayi baik?
Pencegahan Kehilangan Panas
Sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu,
segera lakukan upaya pencegahan kehilangan panas agar bayi tidak mengalami hipotermi.
Hipotermi dapat menyebabkan bayi sakit berat bahkan kematian. Hipotermi mudah terjadi pada
bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan/diselimuti meskipun
berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Cara mencegah terjadinya kehilangan panas dengan
mengeringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks; meletakkan bayi di tubuh ibu;
menyelimuti dan memakaikan topi; dan tidak memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir.
Asuhan Tali Pusat
Asuhan tali pusat dilakukan setelah dua menit segera setelah bayi lahir, lakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat. Hal yang perlu diperhatikan dalam merawat tali pusat adalah sebagai
berikut: cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat; menjaga umbilikus tetap kering
dan bersih; tidak boleh membungkus tali pusat dan memberikan bahan apapun di umbilikus; dan
lipat popok di bawah umbilikus.
Inisiasi Menyusu Dini
Segera setelah bayi lahir dan telah dilakukan perawatan tali pusat, maka bayi diletakkan secara
tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu. Kontak kulit
dilakukan satu jam lebih, bahkan sampai bayi dapat menyusu sendiri. Dukungan ayah dan
keluarga sangat diperlukan oleh ibu dan bayi. Manfaat menyusu dini adalah: mengurangi 22%
kematian bayi umur 28 hari; meningkatkan keberhasilan menyusui secara eksklusif; merangsang
produksi ASI; dan memperkuat refleks menghisap bayi.
Pencegahan Perdarahan
Semua bayi baru lahir harus diberikan suntikan vitamin K1 1 mg secara intramuskuler setelah 1
jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir
akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami sebagian bayi baru lahir.
Pemberian Imunisasi
Imunisasi yang diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1 adalah imunisasi hepatitis B.
Manfaat pemberian imunisasi hapatitis B untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama yang ditularkan melalui ibu-bayi.
Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan bayi baru lahir dilakukan pada saat bayi berada di klinik (dalam 24 jam) dan saat
kunjungan tindak lanjut (KN) yaitu 1 kali pada umur 1-3 hari, 1 kali pada umur 4-7 hari dan 1
kali pada umur 8-28 hari.
Referensi
Anastasia, Ajeng. 2013. Perawatan Bayi Baru Lahir: Bayi Baru Lahir Juga Butuh Perawatan
Lho. health.detik.com/read/2013/05/08/080233/2240715/775/bayi-baru-lahir-juga-butuh-
perawatan-lho diunduh 3 Januari 2014 pukul 00.41 WIB.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Buku Acuan: Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.
Jakarta: Departemen Kesehatan. Hlm: 119-138.
Direktorat Kesehatan Anak Khusus. 2010. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hlm: 18-29.
Lissauer, Tom dan Fanaroff, Avroy. 2008. At Glance Neonatologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hlm: 44-45.
Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. 2001. Buku Asuhan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hlm: 22-26.
Rudolf, Abraham. 2006. Buku Ajar Pediatrik. Edisi 20. Jakarta: EGC.
Image, Koleksi pribadi lusa.web.id
makalah asuhan kebidana pada ibu hamil

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang
mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk mencegah
dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik penyakit komplikasi dan
lain-lain.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kehamilan
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care merupakan cara
penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi adanya
kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai deteksi dini adanya kehamilan
yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab kematian ibu hamil, sehingga antenatal care
diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu.
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan. Untuk itu
ibu hamil terutama trimester ini untuk lebih sering memeriksakan diri sejak dini dengan tujuan
untuk mengurangi penyulit saat inpartu.
Untuk itulah tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan obstetrik dan
neonatal, khususnya bidan harus mampu dan teerampil memeberikan pelayanan sesuai dengan
standart yang diterapkan.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan tugas makalah yang diberikan dan untuk melaksanakan asuhan
kebidanan langsung kepada pasien secara optimal dan mental ibu dan anak selama dalam
kehamilan, persalinan, sehingga didapat ibu dan anak yang sehat.
1.2.2. Tujuan Khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam proses asuhan
kebidanan serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan penulis
diharapkan mampu :
1. Melaksanakan pengkajian data.
2. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.
3. Menentukan antisispasi masalah potensial.
4. Mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas masalah.
6. Melaksanakan rencana asuhan dengan masalah.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan.
1.3. Manfaat Penulisan
1.3.1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai
berkas penulis didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
1.3.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada aasuhan kebidanan pada
ibu hamil fisiologis.
1.3.3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan
secara fisiologis maupun psikologis serta masalah pada kehamilan sehingga timbul kesadaran
bagi klien untuk memperhatikan kehamilannya.
1.3.4. Bagi lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan untuk lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan.
1.3.5. Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan fisiologi yang terjadi pada
kehamilan baik secara biologis dan psikologis serta masalah pada kehamilan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Pada umumnya kehamilan berkembang secara normal dan mengshasilkan kelahiran bayi
sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini tidak sesuai dengan yang diinginkan. Sulit
sekali diketahui sebelumnya bahwa kehamilan akan menjadi masalah, oleh karena itu asuhan
antenatal merupakan cara penting untuk memperhatikan ibu dan kehamilannya.
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan patologis.
Tetapi kondisi normal dapat menjadi patologis/abnormal. Masa hamil berlangsung 280 hari atau
40 minggu. Setiap perempuan berkepribadian unik dan kehamilan unik pula, dimana terdiri atas
Bio, Psikologis, Social, yang berbeda pula, sehingga dalam memperlakukan pasien satu dengan
yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh disamakan.
Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Kehamilan triwulan pertama (antara 0 sampai 12 minggu).
2. Kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu).
3. Kehamilan triwulan ketiga/terakhir (antara 28 sampai 40 minggu).
Dimana setiap trimester memiliki ciri khas tertentu. Dikatakan masa kehamilan dimulai
dari masa konsepsi, pertemuan sel sperma dan sel telur, pembuahan, nidasi, sampai membentuk
janin dan terbentuknya seluruh tubuh janin sehingga saatnya melahirkan.
Pada masa hamil lah terjadinya banyak perubahan pada tubuh ibu misalnya, rahim
membesar karna pertumbuhan janin yang semakin berkembang. Dinding perut semakin melebah
mengikuti pertumbuhan janin, payudara membesar dan tenggang karena produksi ASI.
Kehamilan yang sehat akan menghasilkan bayi yang sehat, dan ibu melahirkan selamat.
2.2. Diagnosa Kehamilan
Kehamilan ditegakkan berdasarkan : gejala dan tanda tertentu yang diperoleh melalui
riwayat dan ditemukan pada pemeriksaan serta hasil laboratorium.
2.2.1. Tanda Dugaan Hamil
a) Amenorea (tidak datng haid).
b) Payudara tegang
c) Mengidam (ingin makanan khusus)
d) Mual muntah pagi hari (morning sickness)
e) Hipersalivasi
f) Konstipasi
g) Pigmentasi kulit
2.2.2. Tanda Kemungkinan Hamil
a) Pembesaran rahim dan perut
b) Pada pemeriksaan dijumpai
− Tanda hegar
− Tanda chadwik
− Tanda discasek
− Teraba ballotement
c) Reaksi pemeriksaan kehamilan positif
2.2.3. Tanda Pasti Hamil
a) Gerakan janin dalam rahim terasa, dan teraba bagian janin.
b) Pemeriksaan USG
c) Terdenagr denyut jantung janin.
2.3. Tahap Perubahan dan Perkembangan Janin, Serta Perubahan Terhadap Maternal
2.3.1. Perubahan dan Perkembangan Janin
0-4 Minggu
Pada minggu-minggu awal ini, janin memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm.
Perkembangannya juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sum sum tulanh belakang
yang masih sederhana, dan tanda- tanda wajah yang akan terbentuk.
4-8 Minggu
Ketika usia kehamilan mulai mencapai usia 4 minggu, jantung janin mulai berdetak, dan
semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulangh-tulang belakang wajah, mata, kaki
dan tangan.
8-12 Minggu
Saat memasuki minggu-minggu ini, organ-organ tubuh utama janin telah terbentuk.
Kepalanya berukuran lebih besar daripada badannya, sehingga dapat menampung otak yang terus
berkembang dengan pesat. Dan memilliki dagu, hidung, dan kelopak mata yang jelas. Di dalam
rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan dapt melakukan aktifitas seperti menendang
dengan lembut. Organ-organ utama janin kini telah terbentuk.
12-16 Minggu
Paru-paru janin mulai berkembang dan detak jantungnya apat didengarkan melalui
ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat menunjukan ekspresi tertentu dan mulai tumbuh
alis dan bulu mata. Kemudia janin sudah mulai dapat memutar kepalanya dan membuka mulut.
Rambutnay muali tumbuh kasar dan berwarna.
16-20 Minggu
Janin mulai bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul dibelakang
gigi susu. Tubuhnya ditumbuhi rambut halus yang disebut lanugo. Janin bisa menghisap jempol
dan bereaksi terhadap suara ibunya. Ujung-ujung indra pengecap mulai berkembang dan bisa
membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jari mulai tampak.
20-24 Minggu
Pada sat ini ternyata besar tubuh janin mulai sebanding dengan badanya. Alat kelaminnya
mulai terbentuk, cuping hidungnya muli terbuka, dan mulai melakukan gerakan pernafassan.
Pusat-pusat tulangntya pun mulai mengeras. Selain itu, Kini ia mulai memiliki waktu-waktu
tertentu untuk tidur.
24-28 Minngu
Di bawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, sedangkan dikulit kepalanya rambut
mulai bertumbuhan, kelompok matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Janin dapat
mendengar, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Janin dapat menegnali suara
ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara. Atau boleh dikatakan pada
masa ini merupakan masa-mas bagi sang janin mempersiapkan dirinmenghadapi hari
kelahirannya.
28-36 Minggu
Walaupun gerakannya sudah mulai terbatas karna beratnya yang semakin bertambah,
namun matanya sudah mulai bisa berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya,
kepalanya sudah mulai mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna.
38 Minggu
Kepalanya sudah berada pada rongga panggul, seolah-olah mempersiapkan diri bagi
kelahirannya kedunia. Ia kerap berlatih bernapas, menghisap dan menelan. Rambut-rambut halus
di sekujur tubuhnya mulai menghilang. Ususnya terisi mekonium (tinja pada bayi baru lahir)
yang biasanya akan dikeluarkan dua hari setelah lahir. Sat ini persalinan sudah amat dekat dan
bisa terjaid kapan saja.
2.3.3. Perubahan Terhadap Maternal
Suatu kehamilan normal biasanya berlangsung 280 hari, selama ini terjadi perubahan
yang menakjubkan baik pada ibu maupun janin. Janin berkembang dari 2 sel ke satu bentuk yang
akan mampu hidup di luar uterus.
Adapun perubahan yang terjaid ada 3 bagian, yaitu :
a. Trimester pertama minggu ke 1-14/ bulan 1-3
Ibu terlambat menstruasi, payudara menbjadi nyeri dan membesar, kelelahan, dan ibu akan
mengalami dua gejala terakhir selama 3 bulan berikutnya yaitu morning sickness atau mual
muntah yang biasanya dimulai sekitar 8 minggu dan mungkin berkhir sampai 12 minggu.
b. Trimester kedua minggu 16-24/ bulan 4-6
Fundus berada ditengah antara simpisis dan pusat, sekris vagina meningkat tetapi tetap normal
juka tidak gatal, iritasi dan berbau, bulan ke 5 TFU 3 jari dibawah pusat, payudara melai sekresi
kolostrum, kantungketuban menampung 400 ml cairan. Bulan ke 6 fundus sudah diatas pusat,
sakit punggung dan kram pada kaki mungkin melai terjadi, mengalami gatal-gatal pada abdomen
karrena uterus dan kulit merenggang.
c. Trimester keiga minngu ke 28-36/ bulan 7-9
Fundus berada di pertengahan antara pusat dan PX, hemoroid mungkin terjadi, pernapasan dada
berganti menjadi npenapasan perut, mungkin ibu lelah menjalani kehamilannya dan ingin sekali
menjadi ibu, ibu juga sulit tidur. Bulan kesembilan, penurunan kepala ke panggul ibu/kepala
masuk PAP, sakit punggung dan sering kencing, barxton Hik meningkat karna serviks dan
segmen bawah rahim disiapkan.
2.4. Perubahan Psikologis Pada ibu hamil
1. Trimester Pertama
Segera setelah, konsepsi kadar hormon progesteron dan ertrogrn dalam tubuh akan meningkat
dan ini menyebabkan timbulkan mual muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan besarnya
payudara, bu merasa tiak sehat dan sering kali membenci kehamilannya, pada trimester pertama
seorang ibu akan selau mencari tanda-tanda untuk lebh meyakinkan bahwa dirinya memang
hamil.
2. Trimester Kedua
Pada trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat, ibu sudah terbiasa dengan kadar
hormon yang lebih tinng dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang, perut ibu belum
teralu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban, ibu sudah menerima kehamilannya dan
mulai dapat merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran bayinya, banyak
ibu terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada trimester
pertama.
3. Trimester ketiga
Trimester ketiga sering kali disebut periode menggu atau waspada sebab pada saat itu ibu merasa
tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan 2 hal
yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan
lahir sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu meninggkatkankewaspadaan akan timbulnya tanda
dan gejala akan terjadi persalinan, ibu sering kali mersa khawatir atau kalau bayi yang akan
dilahirkannya tidak normal.
2.5. Nasihat-nasihat Untuk Ibu Hamil
Diet dan Pengawasab Berat Badan
Wanita hamil dan menyusui harus betul-betul mendapat perhatian susunan dietnya, terutama
mengenai jumlah kalori, ptotein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, perdarahan pasca persalinan dan
sebagainya. Sedangkan makanan berlebihan karna dianggap untuk 2 orang (ibu dan janin), dapat
mengakibatkan komplikasi-komplikasi seperti gemuk, pre-eklamsi, janin besar dan sebagainya.
Anjurkan wanita tersebut makan seccukupnya saja. Bahan makanan tak perlu mahal, akan tetapi
cupup mengandung protein baik hewani maupun nabati. Seperti diketahui, kebutuhan akan gizi
selama kehaminan meningkat. Adapun kebutuhan ini dipergunakan untuk pertumbuhan plasenta,
perumbuhan voluma darah, mamae membesar dan metabolisme basal yang meningkat. Sebagi
pengawasan akan keculupan gizi ini dapat dipai kenaikan berat badan wanita himil tersebut.
Kenaiksn berat badan wanita hamil rata-rata 6.5 kg sampai b16 kg.
Merokok
Merokok adalah kebiasaan yang dilarang keras, baik pada saat hamil maupun tidak hamil dan
baik merokok secara katif maupun pasif. Adalah kenyataan bahwa wanita-wanita yang terlalu
banyak merokok melahirkan anak yang lebih kecil, atau mudah mengalami abortus dan partus
prematurus. Maka dari itu, sbeiknya wanita hamil dilarang merokok.
Obat-obatan
Jangan memberikan obat yang tidak perku benar, terutama pada trimesdter pertama dan kedua
kehamilan. Ada obat yang teratogenik sehingga dapat meenimbulkan kelainan teratogenig pada
janin, misalnya thalidomid, yang sekarang telah dicabut dalam peredaran.
Kebersihan dan Pakaian
Kebersihan harus selalu dijaga pada masa kehamilan. Mandi diperlukan untuk kebersihan atau
hygiene terutama perawwatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan
menggunakan sabun yang lembut/ringan. Mandi berendam tidak dianjurkan. Baju hendaknya
yang longgar dan mudah dipakai. Sepatu atau alas kaki lain dengan tumit tinggi hendaknya
jangan dipakai, oleh karena itu tempat titik berat wanita hamil berubah, sehingga mudah
tergelincir dan terjatuh.
Koitus
Bila dalam anamnesa ada abortus sebelum kehamilan yang sekarang, sebaiknya koitus ditunda
sampai kehamilan 16 minggu. Pada waktu itu plasenta sudah terbentuk, serta kemungkinan
abortus menjadi lebih kecil. Pada umumnya koitus memang diperbolehkan pada kehamilan jika
dilakukan dengan hati-hati. Pada akhir kehamilan, jika kepala sudah masuk PAP, koitus
sebaiknya dihentikan karena dapat menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan.
Perawatan Gigi
Pada trimester pertama wanita hamil mengalami enek dan muntah (morning sickness). Keadaan
ini menyebabkan perawwatan gigi tidak diperhatikan dengan baik, sehingga tumbuh karies,
ginggivitis, dan sebagainya. Bila kerusakan gigi ini tidak diperhatikan dengan baik, hal itu dapat
mengakibatkan komplikasi, seperti nefritis oleh karena rongga mulut. Misalnya, pulpitis, yang
telah menahun, dapat menjadi sarang infeksi yang dapat menyebar kemana-mana. Maka dari itu
bila keadaan memungkinkan, tiap hamil harus memeriksakan gignya secara teratur sewaktu
hamil.
Imunisasi
Tiap wanita hamil yang akan berpergian keluar negri dan di dalam negri dibolehkan mengambil
bvaksinasi ulangan terhadap cacar, colera dan tifus. Dahulu di indonesia pencacaran merupakan
suatu keharusan, maka untuk wanita hamil opencacaran merupakan pencacaran ulang yang tidak
membahayakan. Tapi bila ada wabah, maka pencacaran walaupun untuk pertama kali tetap
dilkukan untuk melindungi ibu dan janin. Virus vaksin dapat melewati plasenta dan dapat
menyebabkan kerusakan-kerusakan pada macam-macam alat dan plasenta. Biasanya infeksi
transplasenta hanya terjadi pada wanita hamil yang baru pertama kali dicacar. Maka dari itu
dianjurkan untuk pencacaran pertama sebaiknya dilakukan sebelum tua kehamilan melewati 20
minggu. Untuk melindungi janin yang akan dilahirkan terhadap tetanus neonatorium dewas ini
dianjurkan untuk diberikan toxoid tetanus pada ibu hamil.
Perawatan Payudara
Per4awatan payudara merupakan sumber air susu yang akan menjadi makanan utama bagi bayi,
karena itu, jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Kutang yang dipakai harus sesuai dengan
besarnya payudara, yang sifatnya harus menyokong payudara dari bawah, bukan menekan dari
depan. Dua bulan sekali dilakukan massage, kolostrum dikeluarkan untuk mencegah putingg
susu kering dan mudah pecah, maka putting susu dab aerola payudara dirawat baik-baik dengan
cara dibersihkan menggunakan air sabun atau biocream bila putingg sus masuk kedalam perbaiki
dengan cara menarik-narik keluar.
Posisi Meneran
Seorang bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin atau melahitkan memilih posisi melahirkan
yang diinginkan dan bukan berdasarkan keinginkan bidanya sendiri. Dengan kebebasan untuk
menentukan posisi yang dipilihnya, ibu akan merasa aman.
Berdasarkan penelitian pilihan posisi berdasarkan keinginan ibu :
 Memberi banyak manfaat
 Sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan
 Kala II persalinan dapat menjadi lebih sedikit
 Lebih membantu dalam meneran
 Nilai APGAR lebih baik.
Posisi untuk meneran :
 Posisi berjongkok, berlutut, merangkak
 Posisi jongkok/ setengah jongkok
 Posisi merangkak
 Posisi mereng ke samping
 Posisi berdiri
Cara Mengedan
Mengedan baru boleh dilakukan setelah pembukaan lengkap, yaitu mulut rahim sudah membuka
kira-kira 10 cm. Jika para calon ibu mengedan sebelum pembukaan lengkap, bisa-bisa mulut
rahim pembengkakan dan bisa menghambat proses pembukaan dan berujung pada lamanya
proses persalinan. Juga agar ibu tidak tidak kehabisan tenaga karena tidak kelelahan pada waktu
tiba sebenarnya untuk waktu para ibu harus menarik nafas panjang untuk menghindari rasa ingin
mengedan dan mengurangi rasa nyeri kontraksi.
2.6. Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
ANC adalah pemeriksaan / pengawasan antenatal adalah periksaan kehamilan untuk
mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil, sehingga, mampu menghadapi
persalinan, nifas, persiapkan pemberian ASI, dan kehamilan kesehatan reproduksi secara wajar.
Tujuan utama ANC adalah menurunkan/ mencegahan kesakitan dan kematian maternal
dan perinatal.
Sedang tujuan Khusus ANC adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tubuh kembang bayi
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental dan sosial ibu
3. Mengenal secara dini adanya, ketidak normalan, komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil termasuk riwayat penyakit secara, umum, kebidanan, dan pembedahan.
4. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayinya dengan
trauma semenimal mungkin
5. Mempersiapkan ibu agar semasa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima, kelahiran bayi agar dapat tumbuh
kembang secara optimal.
Kunjungan ANC sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu :
Satu kali pada trimester 1
Satu kali pada trimester II
Dua kali pada trimester III
Pemeriksaan pertama, dilakukan segera setelah ketahui terlambat haid, Kunjungan ANC
yang saint adalah:
- setiap bulan sampai kehamilan 28 munggu
- setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 32 minggu
- setiap 1 minggu sejak kehamiilan 32 minggu sampai terjadi kehamilan.
- pemeriksaan khusus jika ada keluhan tertentu
Pelayanan Asuhan Standar Minimal “7T”
Timbang berat badan
1. Tekanan darah
2. Tinggu fundus uteri (TFU)
3. TT lengkap imunisasi
4. Tablet Fe minimal 90 paper selama kehamilan
5. Tengok / periksa ibu hamil dari ujung rambut sampai ujung kaki
6. Tanya (temu wicara) dalam rangka persiapan rujukan
2.6.1 Standar Pelayanan Ante Natal Care (ANC)
Standar 1 : Metode Asuahan,
Asuahan kebidanan dilakukan dengan metode manajamen, kebidanan dengan langkah :
Pengumpulan data dan analisis data, penentuan diagnosa perencananevaluasi dan dokumentasi.
Standar 2: Pengkajian
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien di lakukan sacara sistematis
berkisinambungan. Data yang dioeroleh dicatat dan dianalisis.
Standar 3 : Identifikasi ibu hamil
Bidan memlakukan kunjungan rumah dan berintraksi dengan masyarakat secara berkala
untuk memberikan penyuluhan dan memotipasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar
mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan teratur.
Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Bidan memeberi sedikitnya 4x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah pembengkakan berlangsung
normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/ kelainan, khususnya anemia, kurang gizi,
hipertensi, PMS, (Penyakit Menular Seksual) / infeksi HIV (Human Imumuno Deficiency
Virus) ; memberikan pelayanan imunisasi , nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait
lainnya yang diberikan oleh puskesmas, mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap
kunjungan. Bila ditemukan kelainan, mereka harus mampu megambil tindakan yang diperlikan
dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya.
Standar 5 : Palpasi Abdomenal
Bidan melakukan pemeriksaan abdomenal secara seksama dan melakukan abdominal secara
seksama dan melakukan palpasi untuk pemeriksaan usia kehamilan; serta bila umur kehamilan
bertambah memeriksa posisi, bagian terendah janin kedalam rongga panggul, untuk mencari
kelainan, serta melakukan rujukan tetap waktu.
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau rujukan semua
khasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidana menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan
mengenali tanda serta gejala preeklamsi lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan
merujuknya.
Standar 8 : Pemeriksaan Persalinan
Bidan memberipat kepadakan saran yang tepat pada ibu hamil, suami serta keluarganya pada
trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman suasana
yang menyengkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya
untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat, Bidan hendaknya melakukan
kunjungan rumah untuk hal ini.
2.6.2 Penatalaksanaa Ante Natal Care (ANC)
Timbang berat badan
Ukuran berat badan kg tanpa sepatu dan memakai yang seringan-ringannya. Berat badan
kurang dari 45 kg pada trimester III dinyatakan ibu kurus kemungkinan melahirkan bayi dengan
berat badan lahir rendah. Ukur tekanan darah.
Ukur (Tinggi) Fundus Uteri
Pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia
kehamilan; serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan
masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan
rujukan tepat waktu.
Pemberian imunisasi TT lengkap
Untuk mencegah tetanus neonatorum,
2.6.3 Kunjungan Antenatal Care
Kunjungan antenatal sebauknya di lakukan 4 kali selama kehamilan (Saifuddin,2006) yaitu:
1. Satu kali trimester pertama
2. Satu kali trimester kedua
3. Dua kali trimester ke tiga
2.6.4 Kriteria Keteraturan ANC
a. Pemeriksaan kehamilan dilakukan berulang-ulang dengan ketentuan sebagai berikut:
 Pemeriksaan pertama kali yng ideal sedini mungkin ketika haid nya terlambat satu bulan
 Periksa ulang 1 x sebelum sampai kehamilan 7 bulan
 Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan
 Pemeriksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
 Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan
b. Berdasarkan keterangan di atas dapat di simpulkan bahwa, ibu hamil secara ideal
melaksanakan perawatan kehamilan maksimal 13-15 kali. Dan minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada
trimester 1, 1 kali pada trimester II dan dua kali pada trimester III, Namun jika terdapatt
kelainana dalam kehamilannya, maka frekuensi pemeriksaan di sesuaikan menurut kebutuhan
masing-masing sehingga dapat di simpulkan bahwa dikatakan teratur juka ibu hamil melakukan
pemeriksaan kehamilan >4 kali kunjungan, kurang teratur : pemeriksaan kehamilan 2-3 kali
kunjungan dan tidak teratur jika ibu hamil hanya melakukan pemeriksaan kehamilan < 2 kali
kinjungan.
2.6.5 Dampak Ibu Hamil Tidak ANC
2. Tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan
1. Meningkatkan angka mortalitas dan mortabilitas ibu
3. kelaianan fisik yang terjadi pada saat persalaman tidak dapat dideteksi secara dini.
Diposkan 7th June 2012 oleh Ida mahyuni
MAKALAH “KEKURANGAN ENERGI KRONIS ( KEK )”
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG


KEK adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein (KEP)
yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis.
Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Risiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA
<23,5 cm.
I.2. RUMUSAN MASAlAH
1. Apa Definisi KEK ?
2. Bagaimana Etiologi KEK ?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala KEK ?
4. Bagaimana Patogenesa KEK ?
5. Bagaimana Upaya Penanggulagan KEK ?
6. Apa Anjuran Diet Yang Baik Untuk KEK ?
I.3. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Definisi KEK
2. Untuk Mengetahui Etiologi KEK
3. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala KEK
4. Untuk Mengetahui Patogenesa KEK
5. Mengetahui upaya Penanggulangan KEK
6. Mengetahui Anjuran Diet Yang Baik Untuk KEK

BAB II
PEMBAHASAN

II.1. DEFINISI KEK


Menurut Depkes RI (2002) dalam Program Perbaikan Gizi Makro menyatakan bahwa
Kurang Energi Kronis merupakan keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
KEK dapat terjadi pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil (bumil). KEK adalah
penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan
pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein
(KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemak akibat kurang energi yang kronis.
Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita
mengalami kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Risiko
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai
kecenderungan menderita KEK. Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA
<23,5 cm.
II.2. ETIOLOGI
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi KEK
1. Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi ini terdiri dari:
a) Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan dapat menentukan pola makanan. Orang dengan tingkat ekonomi
rendah biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk makan, sedangkan
dengan tingkat ekonomi tinggi akan berkurang belanja untuk makanan. Pendapatan merupakan
faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai
uang berarti semakin baik makanan yang diperoleh, dengan kata lain semakin tinggi penghasilan,
semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan
beberapa jenis makanan lainnya
b) Pendidikan Ibu
Latar belakang pendidikan seseorang merupakan salah satu unsur penting yang dapat
mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan tinggi diharapkan
pengetahuan / informasi tentang gizi yang dimiliki menjadi lebih baik.
c) Faktor pola konsumsi
Pola makanan masyarakat Indonesia pada umumnya mengandung sumber besi heme
(hewani) yang rendah dan tinggi sumber besi non heme (nabati), menu makanan juga banyak
mengandung serat dan fitat yang merupakan faktor penghambat penyerapan besi (Departemen
Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007).
d) Factor perilaku
Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, pada umumnya wanita lebih
memberikan perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi kalori paling sedikit 3000 kalori / hari Jika ibu tidak punya kebiasaan buruk
seperti merokok, pecandu dsb, maka status gizi bayi yang kelak dilahirkannya juga baik dan
sebaliknya (Arisman, 2007).
2. Faktor Biologis
Faktor biologis ini diantaranya terdiri dari :
a) Usia Ibu Hamil
Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua mengakibatkan kualitas
janin/anak yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu (Baliwati, 2004: 3). Karena pada
ibu yang terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal yang
terjadi selama kehamilan (Soetjiningsih, 1995: 96). Sehingga usia yang paling baik adalah lebih
dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, sehingga diharapkan status gizi ibu hamil akan lebih baik
b) Jarak kehamilan
Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penelitian
menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2
tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat
dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. (Aguswilopo, 2004 : 5).
Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah
dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah
melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu
dan janin/bayi berikut yang dikandung. (Baliwati, 2004 : 3).
c) Paritas
Paritas adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable).
(Mochtar, 1998). Paritas diklasifikasikan sebagai berikut:

 Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah melahirkan satu kali dengan
janin yang telah mencapai batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati
pada waktu lahir.
 Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami dua atau lebih kehamilan
yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas viabilitas.
 Grande multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami lima atau lebih
kehamilan yang berakhir pada saat janin telah mencapai batas kehamilan.
Kehamilan dengan jarak pendek dengan kehamilan sebelumnya kurang dari 2 tahun /
kehamilan yang terlalu sering dapat menyebabkan gizi kurang karena dapat menguras
cadangan zat gizi tubuh serta organ reproduksi belum kembali sempurna seperti
sebelum masa kehamilan (Departemen Gizi dan KesmasFKMUI,2007).
d) Berat badan saat hamil
Berat badan yang lebih ataupun kurang dari pada berat badan rata-rata untuk umur
tertentu merupakan faktor untuk menentukan jumlah zat makanan yang harus diberikan agar
kehamilannya berjalan dengan lancar. Di Negara maju pertambahan berat badan selama
hamil.sekitar 12-14 kg. Jika ibu kekurangan gizi pertambahannya hanya 7-8 kg dengan akibat
akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah ( Erna, dkk, 2004 ).
Pertambahan berat badan selama hamil sekitar 10 – 12 kg, dimana pada trimester I pertambahan
kurang dari 1 kg, trimester II sekitar 3 kg, dan trimester III sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan
ini juga sekaligus bertujuan memantau pertumbuhan janin.
II.3. TANDA DAN GEJALA KEK
Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau beberapa
criteria sebagai berikut :
a. Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg
b. Tinggi badan ibu < 145 cm
c. Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg
d. Indeks masa tubuh ( IMT ) sebelum hamil < 17, 00
e. Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %)

II.4. PATOGENESA
Kurang energy pada ibu hamil akan terjadi jika kebutuhan tubuh akan energy tidak
tercukupi oleh diet. Ibu hamil membutuhkan energi yang lebih besar dari kebutuhan energy
individu normal.Hal ini dikarenakan pada saat hamil ibu, ibu tidak hanya memenuhi kebutuhan
energy untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk janin yang dikandungnya. Oleh sebab itu jika
pemenuhan kebutuhan energy pada ibu hamil kurang dari normal, maka hal itu tidak hanya akan
membahayakan ibu, tetapi juga janin yang ada di dalam kandungan ibu.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan
hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energy.Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein maupun lemak merupakan hal yang sangat penting dalam
usaha untuk mempertahankan kehidupan.
Karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar,
sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25
jam sudah dapat terjadi kekurangan. Sehingga jika keadaan ini berlanjut terus menerus, maka
tubuh akan menggunakan cadangan lemak dan protein amino yang digunakan untuk diubah
menjadi karbohidrat. Jika keadaan ini terus berlanjut maka tubuh akan mengalami kekurangan
zat gizi terutama energi yang akan berakibat buruk pada ibu hamil.

II.5. UPAYA PENANGGULANGAN KEK


a. KIE mengenai KEK dan faktor yang mempengaruhinya serta bagaimana
menanggulanginya.
b. PMT Bumil diharapkan agar diberikan kepada semua ibu hamil yang ada.
Kondisi KEK pada ibu hamil harus segera di tindak lanjuti sebelum usia kehamilan mencapai
16 minggu. Pemberian makanan tambahan yang Tinggi Kalori dan Tinggi Protein dan
dipadukan dengan penerapan Porsi Kecil tapi Sering, pada faktanya memang berhasil
menekan angka kejadian BBLR di Indonesia.Penambahan 200 – 450 Kalori dan 12 – 20
gram protein dari kebutuhan ibu adalah angka yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
gizi janin.
c. Konsumsi tablet Fe selama hamil
Kebutuhan bumil terhadap energi, vitamin maupun mineral meningkat sesuai dengan
perubahan fisiologis ibu terutama pada akhir trimester kedua dimana terjadi proses hemodelusi
yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume darah dan mempengaruhi konsentrasi
hemoglobin darah.
Pada keadaan normal hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian tablet besi, akan tetapi
pada keadaan gizi kurang bukan saja membutuhkan suplemen energi juga membutuhkan
suplemen vitamin dan zat besi. Keperluan yang meningkat pada masa kehamilan, rendahnya
asupan protein hewani serta tingginya konsumsi serat / kandungan fitat dari tumbuh-tumbuhan
serta protein nabati merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya anemia besi.
II.6. ANJURAN DIET
Masalah KEK pada ibu hamil dapat ditanggulangi dengan berbagai macam cara, yaitu
sebaga iberikut:

1) Pemantauan status gizi dan kesehatan melalui pemeriksaan di Posyandu atau Polindes
dengan menggunakan KMS ibu hamil dan pita LILA
2) PMT bagi ibu hamil (pemberian makanan tambahan kudapan atau makanan biasa dengan
komposisi energi 600-700 kkal dan protein 15-20 gram selama 90 hari makan) sasaran
keluarga miskin program JPS-BK untuk mengatasi masalah KEK.
3) Suplementasi tablet besi-folat, (kadar besi 60 mg, asamfolat 250 ug), dikonsumsi minimal
90 tablet selama kehamilan (Dr. Suparyanto, M.Kes. 2011).

Selain program-program di atas, masalah KEK pada ibu hamil dapat dibantu dengan cara
pengaturan diet yang benar pada penderita. KEK Seorang ibu hamil memerlukan tambahan
energy untuk pertumbuhan janin, plasenta dan jaringan-jaringan lainnya sebesar 300 kkal per
hari. Tambahan energy ibu hamil diperoleh dari karbohidrat.Selain tambahan energy ibu hamil
juga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung protein.Tambahan protein
yang dibutuhkanpada trimester pertama, kedua dan ketiga sebesar 17 gram per hari
(HardinsyahdanTambunan 2004).
Timbulnya KEK pada ibu hamil disebabkan oleh rendahnya konsumsi energy dan protein
serta zat gizilainnya selama kehamil.Oleh karena itu, jenis diet yang tepat untuk ibu hamil
penderita KEK adalah Diet Energi Tinggi Protein Tinggi.Diet Energi Tinggi Protein Tinggi
(ETPT) merupakan diet yang mengandung energy dan protein di atas kebutuhan individu
normal.Diet ini biasa diberikan pada pasien yang mengalami kekurangan energyi dan protein
contohnya KEK pada ibu hamil.
Tujuan pemberian diet ETPT adalah untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh dan juga menambah berat
badan hinga mencapai berat badan normal. Bahan makanan yang dianjurkan dalam pemberian
diet ETPT ini adalah semua bahan makanan sumber karbohidrat, meningkatkan konsumsi protein
baik hewani maupun nabati, sert ameningkatkan asupan sayuran dan buahan.

BAB III
PENUTUP

III.1. KESIMPULAN
KEK adalah penyebabnya dari ketidak seimbangan antara asupan untuk pemenuhan
kebutuhan dan pengeluaran energi (Departemen Gizi dan Kesmas FKMUI, 2007). Kekurangan
Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mengalami kekurangan gizi
(kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun.Risiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK.
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA <23,5 cm.
III.2. SARAN
Semoga hasil makalahini dapat lah kiranya menambah wawasan dan bahan masukan
khususnya bagi masyarakat dan institusi dalam dunia pendidikan serta menambah pengetahuan
bagi penulis agar pembuatan makalah kedepan nya dapat lebih baik lagi dan lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1996. Pedoman Penanggulangan Ibu
Hamil Kekurangan Enargi Kronis. Jakarta.
Depkes RI. 1997. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Saraswati, E. 1998. Resiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia untuk
melahirkan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Penelitian Gizi dan Makanan jilid
21.

MAKALAH TENTANG GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL

MAKALAH PENULISAN ILMIAH TENTANG GIZI SEIMBANG PADA IBU


HAMIAL
Disusun oleh :
SUSUILAWATI
NIM II.3.0.1.0090
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKes PAYUNG NEGERI
PEKANBARU
2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa ataas berkat dan rahmat-Nya saya
bisa menyelesaikan makalah penulisan ilmiah yang membahas tentang faktor yang terkait
dengan status gizi pada wanita hamil. Pada penulisan makalah ini, saya berusaha menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh semua orang, sehingga lebih mudah dipahami
oleh pembaca. Makalah penulisan ilmiah ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua,
terutama mahasiswa kesehatan.
Saya menyadari dalm penyusunan makalah ini tidaklah sempurna, masih banyak
kekurangan dan kelemahan didalam penulisan makalah saya, baik dalam segi bahasa dan
pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, kamisangat mengharapkan saran yang
sifatnya membangun demi mencapainya suatu kesempurnaan dalam makalah ini.
Pekanbaru, juni 2012
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
PENGESAHAAN...................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Ruang Lingkup................................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Gizi.................................................................................. 4
B. Makanan dan Gizi Seimbang bagi Ibu hamil.................................... 4
C. Nutrisi pada Ibu Hamil...................................................................... 8
D. Faktor yang mempengaruhi Gizi Ibu Hamil...................................... 10
E. Dampak kekurangan gizi pada ibu hamil.......................................... 12
F. Kebutuhan Gizi pada ibu hamil......................................................... 13
G. Tanda-tanda kecukupan gizi pada ibu hamil (Nadesul,2004)........... 17
H. Status Gizi Bagi Ibu Hamil............................................................... 18
Peran Perawat.............................................................................................. 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar perlunya gizi seimbang bagi ibu hamil pada masa kehamilan merupakan masa
terjadinya stress fisiologi pada ibu hamil. Ibu hamil sebenernya sama dengan ibu yang tidak
hamil, namun kualitas dan kuantiatasnya perlu ditingkatkan melalui pola makan yang baik
dengan memilih menu seimbang dengan jenis makanan yang bervariasi (Purwita Sari, 2009).
Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami dimana para calon
ibu harus sehat dan mempunyai kecukupan gizi sebelum dan setelah hamil, agar kehamilan
berjalan sukses, keadaan gizi ibu pada waktu konsepsi harus dalam keadaan yang baik dan
selama hamil harus mendapatkan tambahan energi dan zat gizi yang seimbang untuk
peertumbuhan dan perkembangan janin dengan tetap mempertahankan zat gizi ibu hamil seperti
tambahan protein minimal seperti zat besi, kalsium, vitamin, asam folat dan energi (Ramayulis,
2009).
Ibu memerlukan gizi, jika ibu mengalami kekurangan gizi akan menimbulkan masalah
baik pada ibu maupun janin yang dikandungnya serta kurang gizi dapat mempengaruhi
pertumbuhaan dan dapat meenimbulkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan berat janin bayi
menjadi rendah. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan pengawasan berat badan (BB)
selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam pengawasan kesehatan pada masa hamil
(Zulhaida. Com, 2005).
Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi daripada wanita yang tidak
hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin yang di kandungnya, bila
makan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi
kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain.
Demikian pula, bila makanan ibu kurang tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih
bila keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil teelah buruk pula. Keadaan ini dapat
mengakibatkan abrotus, BBLR, bayi baru lahir prematur atau bahkan bayi baru lahir mati.
Sebaliknya, jika makanan berlebih akan mengakibatkan kenaikan berat badan yang berlebihan,
bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya preeklamasi.
B. Ruang Lingkup
Pemenuhan gizi ibu hamil adalah yang terpenting pada masa kehamilan. Dengan
mendapatkan gizi yang seimbang dan baik, ibu hamil dapat mengurangi resiko ksehatan pada
janin dan sang ibu. Oleh karena itu, memperhatikan asupan makanan dan juga nutrisi sangat
penting dilakukan oleh ibu hamil maupun keluarganya.
Menjaga keseimbangan gizi pada ibu hamil sangat di perlukan agar kondisi ibu dan janin
tetap sehat dengan memberikan makanan yang cukup mengandung karbonhidrat dan lemak
sebagai sumber zat tenaga. Dan sebagai sumber zat pembangun protein mendapatkan tambahan
minimal zat besi, kalsium, vitamin, asam folat dan energi.
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah dan menambah pengetahuan mahasiswa tentang
pengetahuan ibu hamil tentang gizi seimbang pada saat kehamilan.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang gizi pada saat kehamilan
2. Untuk mengetahui pengetahuan pengetahuan ibu tentang gizi seimbang pada saat kehamilan
3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang faktor dan dampak kekurangan gizi pada ibu hamil
4. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang menu atau makanan yang harus dikonsumsi pada
saat hamil.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara
normal melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran
zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. Pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat
seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Olehkarena itu, setiap orang perlu
mengkonsumsi anekaragam makanan, kecuali bayi umur 1-4 bulan yang cukup mengkonsumsi
air susu ibu (ASI) saja. Bagi bayi umur 1-4 bulan, ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal
yang penting dalam proses tumbuh kembang bayi secara wajar dan sehat.
Makan maakanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan terutama pada
ibu hamil. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang banyak mengandung unsur-unsur
zat gizi yang diperlukan baik kualitas maupun kuantitasnya. Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan saah satu zat gizi pada jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari
makanan yang lain, sehingga makanan yang beranekaragam akan menjamin terpenuhinya
kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi ibu hamil serta janin yang
ada dalam kandungannya.
B. Makanan dan Gizi Seimbang bagi Ibu hamil
Makanan dan Gizi seimbang merupakan makan yang cukup mengandung karbonhidrat dan
lemak sebagai sumber zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan
mineral sebagai zat pengatur. Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama ibu hamil, namun tidak
smua kebutuhan nutrisi meningkat secara propesional.
Pada dasarnya menu makanan pada ibu hamil tidak banyak berbeda dari menu sebelum
hamil. Oleh karena itu, diharapkan tidak ada kesulitan dalm pengaturan menu selama hamil.
Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi pada wanita yang tidak hamil,
karena makanan ibu hamil di butuhkan untuk dirinya dan janin yang di kandungnya, bila
makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan ibu sehingga ibu menjadi
kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain (Purwita Sari, 2009).
Demikian pula bila makan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila
keadaan gizi ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula. Keadaan ini akan mengakibatkan
abortus, BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi yang lahir akan meninggal dunia. Pada saat
bersalin dapat mengakibatkan persalinan lama, pendarahan, infeksi, dan kesulitan lain yang
mungkin memerlukan pembedahan. Sebaliknya makanan yang berlebih akan mengakibatkan
kenaikan berat badan yang berlebihan, bayi besar, dan dapat pula mengakibatkan terjadinya
preeklampsi ( keeracunan kehamilan ). Dan bila makan ibu kurang, kemudian di perbaiki setelah
bayi lahir kekurangan yang di alami sewaktu dalam kandungan tidak dapat sepenuhnya di
perbaiki.
Makamam ibu sebelum dan selama kehamilan berperan penting dalam ketersediaan asam
lemak esensial pada simpanan jaringan lemak ibu. Jenis asam lemak seperti :
1. Asam lemak Omega 3, yaitu asam lemak linoleat, yang terdiri dari eikosapentaenoat (EPA) dan
asam dekosahektaenoat (DHA). Asm lemak Omega 3 pada ibu hamil dan menyusui ini berfungsi
mempengaruhi membran sel-sel syaraf, mempengaruhi fungsi otak untuk pertumbuhan dan
perkembangan plasenta dan fetus, mencegah asterosklerosis dan penyakait jantung koroner serta
penyembuahan penyakit nefritis dan arthritis.
2. Asam lemak omega 6, yaitu asam lemak linolat (LNA), yang didalam tubuh dikonversi menjadi
asam lemak arakidonat yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan dan janin bayi serta
kseehatan kulit ibu, janin dan bayi.
Dasar perlunya gizi seimbang bagi ibu hamil pada masa kehamilan merupakan masa
terjadinya stress fisiologi pada ibu hamil. Karena masa penyesuaian tubuh ibu terhadap
perubahan fungsi tubuh. Ibu hamil sebenernya sama dengan ibu yang tidak hamil, namun
kualitas dan kuantitasnya di tingkatkan melalui pola makan dengan kebiasaan makan yang baik,
pola makan dan kebiasaan makan yang baik disini adalah menu seimbang dengan jenis bevariasi.
WHO mengatakan kehamilan ibu harus menyediakan nutrisi yang penting bagi
pertumbuhan anak dan dirinya. Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil banyak mendapat perhatian
dari berbagai komite di seluruh negara. Di negara berkembang termasuk indonesia masalah gizi
masih merupakan masalah kesehatan yang utama dan merupakan penyebab kematian ibu tidak
dapat di pungkiri lagi dari masa kehamilan meenjadi saat yang paling berbahaya dalam hidupnya
(Derekam,2005)
Di daerah pedesaan banyak ibu hamil dengan malnutrisi atau kekurangan gizi sekitar 23%
secara umum penyebab kurang gizi pada ibu hamil tersebut adalah menkonsumsi makanan yang
tidak terpenuhi oleh syarat gizi yang di anjurkan, dengan adanya jarak kehamilan dan persalinan
yang berdekatan pada ibu hamil dengan tingkat pendidikan serta pengetahuan yang kurang akan
menyebabkan tingkat kematian pada ibu meenjadi tingggi (www.info, kes.com, 2007).
Untuk menjaga keseimbangan gizi pada ibu hamil dalam mengatur asupan atau menu
makanan ada hal-hal yang perlu di perhatikan selama hamil misalnya :
1. Menghindari mengkonsumsi makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, serta makanan
yang sudah tidak segar
2. Ibu hamil sebaiknya makan dengan teratur untuk menjaga tubuh agar janin yang ada dalam
kandung bisa menyerap makanan dari ibunya dengan baik
3. Hidangan yang tersusundari bahan makanan bergizi
4. Mengunakan anekaragam makanan yang mengandaug banyak nutrisi dengan membeli dan
memilih makanan yang segar dan bergizi
5. Mengurangi bahan makanan yang banyak mengandung gas seperti sawi, kool, kubis dan lain-
lain
6. Menghindari merokok dan minum-minuman keras seperti alkohol dan laiin-lain.
Menu makanan untuk ibu hamil
Pada dasarnya tidak banyak berbeda dari menu sebelum hamil. Jadi seharusnya tidak ada
kesulitan dalam pengaturan menu makanan selama hamil.
contoh menu sehari pada ibu hamil.
Bahan makanan Porsi hidangan sehari jenis hidangan
Nasi 5 + 1 porsi Makanan pagi : nasi 1,5 porsi (150 gram)
Sayuran 3 mangkuk dengan ikan/daging 1 potong sedang (40
gram), tempe 2 potong sedang (50gram),
Buah 4 potong
sayur 1 mangkuk
Tempe 3 potong dan buah 1 potong sedang.
Daging 3 potong Makan selingan : susu 1 gelas dan buah 1
Susu 2 gelas potong sedang
Makan siang : nasi 3 porsi (300 gram),
Minyak 5 sendok teh dengan lauk, sayur dan buah sama dengan
pagi.
Makan selingan : susu 1 gelas dan buah 1
potong
Makan malam : nasi 2,5 porsi (250 gram),
Gula D. sendok makan
dengan lauk, sayur dan buah sama dengan
pagi/siang.
Makan selingan : susu 1 gelas

C. Nutrisi Pada Ibu Hamil


Zat makanan sangat penting bagi ibu hamil karena berfungsi untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin. Oleh karena itu, kebutuhan akan zat makanan harus selalu terpenuhi didalam
tubuh ibu hamil karena janin memerlukan gizi untuk perkembangannya.
Menurut Dr. Tina Wardani Wisesa, kehamilan sangatlah memiliki arti yang sangat penting
bagi kehidupan perempuan karena dapat mempengaruhi kondisi fisiologis dan kejiwaan.
Dijelaskan, dalam masa kini akan terjadi penurunan nafsu makan akibat faktor fisik maupun
pisikis sering muncul diawal kehamilan. Untuk mengatasi hal tersebut, sebaiknya ibu makan
dalam jumlah kecil tetapi sering.
Makanan yang dimakan hendaknya tidak kekurangan dan juga kelebihan. Namun, yang
pasti haruslah banyak mengandung gizi dan cukup mengandung vitamin dan minralyang banyak
diperlukan didalam tubuh ibu hamil. Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah
memasuki kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin berlangsung
sangat cepat dan berat badan ibu pun naik turun denagan cepat. Pada dua bulan terakhir
kehamilan, otak bayi berkembang sangat cepat, karena pada periode ini bayi memerlukan gizi
untuk pengembangan otak dan jaringan syaraf.
Hal yang harus diperhatikan, meskipun nafsu makan meningkat yaitu tetap berpegang pada
pola makan dengan gizi seimbang dengan menghindari makanan yang berkalori tinggi. Ada
beberapa jenis makanan yang harus dihindari oleh ibu hamil, karena kemungkinan membawa
bibit penyakit atau parasit tertentu yangg bisa membahayakan janin.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemenuhan nutrisi ibu hamil yaitu:
1. Ibu harus makan teratur tiga kali sehari.
2. Hidangan harus tersusun dari bahan makanan bergizi yang terdiri : makanan pokok, lauk pauk,
sayuran dan buah-buahan dan diusahan minum susu 1 gelas setiap hari.
3. Menggunakan aneka ragam makanan yang ada.
4. Memilih berbagai macam bahan makanan yang segar.
Kegunaan makanan pada ibu hamil
a. Untuk pertumbuhan janin yang ada dalam kandungan
b. Untuk mempertahankan kesehatan dan kekuatan badan untuk sang ibu sendiri
c. Agar luka-luka persalinan cepat sembuh
d. Guna untuk mengadakan cadangan untuk masa laktasi.
D. Faktor yang mempengaruhi Gizi Ibu Hamil
1. Umur
Lebih muda umur ibu hamil, maka energi yang dibutuhkan akan lebih banyak
2. Berat badan
Berat badan lebih atau kurang dari berat badan rata-rata untuk umur terteentu, merupakan faktor
yang dapat menentukan jumlah zat makanan yang harus di cukupi selama hamil.
3. Suhu lingkungan
Suhu tubuh di pertahankan pada 36,5-37°c yang digunakan untuk metabolisme optimum. Lebih
besar perbedaan suhu tubuh dan lingkungan berarti lebih besar pula masukan energi yang di
perlukan.
4. Pengetahuan ibu hamil dan keluarga tentang zat Gizi dalam makanan
Perencanaan dan penyusunan makanan kaum ibu atau wanita dewasa mempunyai peranan yang
penting. Faktor yang mempengaruhi perencanan dan penyusunan makanan yang sehat dan
seimbang bagi ibu hamil yaitu kemampuan keluarga dalam membeli makanan serta pengetahuan
tentang gizi. Dengan demikain, tubuh ibu akan menjadi lebih efisien dalam menyerap zat gizi
dari makanan sehari-hari.
5. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan
Pada umumnya, kaum ibu atau wanita lebih memperhatikan keeluarga dari pada saat ibu hamil.
ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamiannya minimal empat kali selama kehamilan.
6. Aktivitas
Semakin banyak aktivitas yang dilakukan maka semakain banyak energi yang di butuhkan oleh
tubuh.
7. Status kessehatan
Pada saat kondisi tidak sehat maka asupan energi tetap harus diperhatiakn.
8. Status ekonomi
Status ekonomi maupuun sosial mempengaruhi terhadap pemilihan makanan
TRIMESTER PERTAMA PADA USIA KEHAMILAN -3 BULAN
a. Merupakan masa penyusunan ibu terhadap kehamilannya
b. Pertumbuhan janin masih berlangsung lambat sehingga kebutuhan gizi untuk pertumbuhan
janin belum banyak
c. Kebutuhan gizi ibu hamil pada masa ini masih sama dengan wanita dewasa biasa
d. Diketahui bahwa keluhan yang timbul pada trimester 1 adalh kurang nafsu makan, mual,
pusing, halusinasi, ingin makan yang aneh aneh, mual muntah dan lain-lain
e. Dalam batas tertentu hal ini masih wajar, yang perlu dianjurkan adalahh makan berupa makanan
yang mudah dicerna dalam porsi sedikit tetapi sering
f. Bahan makanan yang baik diberikan adalah makanan kering fdan segar seperti roti panggang,
biskuit dan sereal serta buah-buahan segar seperti sari buah.
TRIMESTER KEDUA PADA USIA 4-6 BULAN DAN KETIGA PADA USIA 7-9 BULAN
a. Pertumbuhan janin berlangsung cepat pada masa ini
b. 50% dari penambahan BB terjadi pada bulan keenam dan ketujuh
c. Nafsu makan meningkat
d. Pada masa ini penambahan zat gula diperlukan untukk memelihara kesehatan yang baik.
E. Dampak kekurangan gizi pada ibu hamil
Dampak yang akan terjadi jika ibu mengalami kekurangan gizi saat hamil bisa
menyebabkan seperti :
1. Anemia gizi besi
Kekurangn zat beesi banyak terdapat di indonesia sehingga ibu hamil di anjurkan agar
menkonsumsi tambahan zat besi atau makan yang mengandung zat besi seperti hati ayam dan
lain-lain
2. Kenaikan berat badan yangg rendah selama hamil
Di negara maju rata-rata kenaiakn berat badan selama hamil 12-14 kg. Bila ibu hamil
kurang gizi kenaikan berad badan hanya 7-8 kg berakibat melahirkan bayi BBLR. Tetapi,
bedasarkan perkembangan terkini juga disampaikan bahwa ternyata penambahan berat badan
selama kehamilan tidak terlalu mempengaruhi berat badan janin, kareena ada klanya ibu yaang
penambahan berat badannya cukup ternyata berar badan janinnya masih berkurang dan ada juga
ibu yang penambahan berat badannya kurang selama kehamilan tetapi janinnya sesuai.
3. Ngidam dan mual muntah selama kehamilan (hiperemisis garvidarum)
Hipermisis Garvidarum meruupakan komplikasi dari kehamilan yang menyyebabkan mual
dan muntah yang terjadi secara terus menerus sehingga menggangu kehidupan sehari-hari dan
menimbulkan kekurangan cairan, Ini juga bisa menyeebabkan ibu pingsan dan lemah sehingga
memerlukan penangan yang khusus. Namun, biasanya emisis hanya terjadi pada awal-awal
kehamilan saat kebutuhan gizi janin belum terlalau besar.
F. Kebutuhan Gizi pada ibu hamil
1. Kebutuhan energi
Kebutuhan energi pada ibu hamil tergantung pada BB seblum hamil dan pertambahan BB
selama kehamilan, karena adanya peningkatan basal metabolisme dan pertumbuhan janin yang
pesat terutama pada trimester II dan III. Direkomendasikan penambahan jumlah kalori sebesar
285-300 kalori perhari dibanding saat tidak hamil. berdasarkan perhitungan, pada akhir
kehamilan dibutuhkan sekitar 80.000 kalori lebih banyak dari kebutuhan kalori sebelum hamil.
Pada trimester I energi masih sedikit di butuhkan, pada trimester II energi di butuhkan
untuk penambahan darah, perkembangaan uterus, pertumbuhan massa mammae atau payudara,
dan penimbunan lemak. Sedangkan pada trumester III energi di butuhkan untuk pertumbuhan
janin dan plaseta.
2. Protein
Tambahan protein diperlukan untuk pertumbuhan janin, uterus, jaringan payudara, hormon,
penambahan cairan darah ibu serta persiapan laktasi. 2/3 dari protein yang dikonsumsi sebaiknya
berasal dari protein hewani seperti daging, ikan, unggas, telur, kerang yang banyak memiliki
nilai biologgi tinggi serta sumber energi nabati banyak terdapat pada kacang-kacangan.
Tambahan protein yang dipelukan selama kehamilan sebanyak12 gr/hari.
3. Karbonhidrat
Karbonhidrat merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan selama
kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan membutuhkan
karbonhidrat sebagai sumber kalori utama. Selain mengandung vitamin dan mineral,
karbonhidrat juga meningkatkan asupan serat serta untuk menceggah terjadinya konstipasi atau
sulit buang air besar dan wasir.
4. Vitamin dan Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak vitamin dan mineral dibanding sebelum
hamil. ini perlu untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses
diferensiasi sel. Tak Cuma itu, tambbahan zat gizi lain yang penting juga dibutuhkan untuk
mmembantu proses metabolisme energi seperti vitamin B1, vitamin B2, niasin, dan asam
patotenat. Vitamin B6 dan vitamin B12 diperlukaan untuk membentuk DNA dan sel-sel darah
merah, sedangkan vitamin B6 juga berperan penting dalam metabolissme asam amino.
Kebutuhhan vitamin A dan vitamin C juga meningkat selama hamil. begitu juga kebutuhan
mineral, terutama magnesium dan zat besi. Magnesium dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan dari jaringan lunak. Sedangkan zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah dan sangat penting untuk pertumbuhan metabolisme energi,disamping untuk
meminimalkan peluang terjadinya anemia, kebutuhan zat besi juga dua kali lipat dibandingkan
saat hamil.
Ada beberapa vitamin yang dibutuhkan selama kehamilan seperti :
1. Asam folat dan Vitamin B12 (Sinokobalamin) yang berfungsi untuk mencegah anemia
megaloblastik serta mengurangi resiko defek tabung neural jika dikonsumsi sebelum dan
seelama 6 minggu kehamian.
2. Vitamin B6 (Prtdoksin) yang penting untuk pembuatan asam amino dalam tubuh serta untuk
mengurangi keluhan mual-mual pada ibu hamil.
3. Vitamin C (Asam Askorbat), jika kekurangan vitamin C dapat mengakibatkan keracunan
kehamilan, ketuban pecah dini (KPD). Vitamin C berguna untuk mencegah terjadinya ruptur
membran, sebagai bahan semen jaringan ikat dan pembuluh darah serta kebutuhan yang
diperlukan 10 mg/harilebih tinggi dari ibu tidak hamil.
4. Vitamin A yang berfungsi untuk pertumbuhan sel jaringan, pertumbuhan gigi, dan pertumbuhan
tulang, penting untuk mata, kulit, rambut serta mencegah kelainan bawaan. Bila kelebihan dapat
mngakibatkan cacat tulang wajah, kepala dan otak serta jantung. Kebutuhan yang diperlukan 200
RE/hari lebbih tinggi dari pada ibu tidak hamil.
5. Vitamin D selama kehamilan dapat mencegah hipokalsemia, membantu penyerapan kalsium
dan fosfor serta mineralisasi tulang dan gigi. Banyak terdapat pada kuning telur dan susu.
6. Vitamin E yang berfungsi pada pertumbuhan sel dan jaringan dan integrasi sel darah merah, dan
dianjurkan mengkonsumsi melebihi 2 mg/hari.
7. Vvitamin K bila kekurangan dapat mengakibatkan gangguan pendarahan pada bayi.
8. Kalsium (Ca) sebagian besar digunakan untuk perkembangan tulang dan janin yang banyak
terdapat pada produk susu, ikan ,kacang-kacangan, tahu, tempe dan sayuran berdaun hijau
dengan jumlah konsumsi yang dianjurkanpada ibu hamil sebanyak 900-1200 mg/hari.
9. Fosfor berfunggsi pada pembentukan rangka dan gigi janin serta kennaikan metabolisme
kalsium ibu.
10. Zat besi (Fe) diperlukan untuk mencegah terjadinya anemia.
11. Seng (Zn) kadar Zn yang dibutuuhkan pada ibu hamil sebanyak 20 mg/hari.
12. Fluor dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi, bila kurang dari kebutuhan gigi tidak
terbentuk sempurna dan jika berlebih warna dan struktur gigi tidak normal.
13. Yodium dapat mengakibatkan kretinisme,jika kekurangan terjadi kemudian perumbuhan anak
akan terhambat dan dibutuhkan sebanyak 25 ug/hari.
14. Natrium memegang peranan penting dalam metabolisme air dan bersifat mengikat cairan dalam
jaringan sehingga mempengaruhi keseimbangan cairan pada ibu hamil. natrium pada ibbu hamil
bertambah sekitar 3,3 gr/minggu sehingga ibu hamil cenderung menderita edema.
Kebutuhan makanan ibu hamil perhari

Jenis makanan
Jumlah yang dibutuhkan Jenis zat gizi
10 porsi nasi/pengganti
Sumber zat tenaga
G. Sendok makangula karbonhidrat
(karbonhidrat)
4 sendok makan minyak goreng
7 porsi terdiri dari
Sumber zat
2 potong ikan/daging @50gr
pembangun dan Protein dan vitamin
H. potong tempe/tahu, @50-70 gr
mineral
1 porsi kacang hijau/merah
7 porsi terdiri dari :
Sumber zat pengatur I. porsi sayuran berwarna @ 100 gr Vitamin dan mineral
3 porsi buah-buhan @ 100 grm
Karbonhidrat, lemak, protein,
suhu 2-3 gelas
vitamin dan mineral

G. Tanda-tanda kecukupan gizi pada ibu hamil (Nadesul,2004)


1. Berat badan normal sesuai tinggi dan bentuk tubuh
2. Postur tegak, tungkai dan lengan lurus
3. Pencernaan nafsu makan baik
4. Jantung detak dan irama normal, tekanan darah normal sesuai dengan usia
5. Otot kenyal, kuat, sedikit lemak dibawah kulit
6. Syaraf perhatian baik, tidak mudah tersinggung, refleks normal serta mental stabil
7. Vitalitas umum, ketahanan baik, energik, cukup tidur dan penuh semangat
8. Tungkai kaki tidak bengkak, normal.
9. Keadaan umum Responsive dan gesit
10. Rambut menkilat, kuat, tidak mudah rontook, kulit kepala normal
11. Kulit liciin, lembab dan seegar
12. Muka dan leher warna sama, licin, tampak sehat, segar
13. Bibir licin, lembab, tidak pucat, tidak bengkak
14. Mulut tidak ada luka, selaput merah
15. Ggusi merah normal, tidak ada pendarahan
16. Lidah merah norrmal. Licin tidak ada luka
17. Gigi tidak berlubang, tidak nyeri, mengkilat, bersih, tidak ada pendarahan, lurus dagu normall
18. Mata bersinar, bersih, konjungttiva tidak pucat, tidak ada pendarahan
19. Kelenjar tidak ada pendarahan dan pembesaran
20. Kuku keras dan kemerahan
H. Status Gizi Bagi Ibu Hamil
Status gizi pada ibu hamil pada waktu pertumbuhan dan selama hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin. Berat badan ibu hamil harus memadai,
bertambah sesuai umur kehamilan. Hal ini di karenakan berat badan yang bertambah normal
akan menghasilkan bayi yang normal juga.
Kekurangan asupan pada trimester 1 dapat menyebabkan Hiperemisis garvidarum,
kelahiran prematur, kematian janin, kegugurandan kelainan pada sistem saraf pusat. Sedangkan
pada trismeter II dan III dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
Janin terganggu, berat badan bayi lahir rendah. Selain itu, juga akan berakibat terjadi
gangguan kekuatan rahim saat persalinan dan pendarahan post partum.

Penambahan berat badan status gizi ibu sebelum hamil


Penambahan berat
Katagori berat (BMI) Total kenaikan BB (kg)
TM 1 (kg) TM 11 (kg)

Normal (BMI 19,8-26) 12,5-3 2,3 0,49

Kurus (BMI <19,8) 11,5-16 1,6 0,44

Lebih 7-11,6 0,9 0,3

Obesitas(BMI >19,8) 6 - -

Peran Perawat
Ibu hamil sebaiknya mengonsumsi sedikitnya dua gelas susu sehari atau kalau tidak,
santaplah hasil produksi ternak lainnya. Ingat, keanekaragaman bahan makanan merupakan
kunci dari menu makanan bergizi seimbang. Kebutuhan kalori mudah didapat dari tambahan
porsi biji-bijian, sayuran, buah dan susu rendah lemak. Jika ibu baru mengonsumsi menu bergizi
setelah beberapa minggu kehamilan, diharapkan keterlambatannya tidak melampui masa
trimester II yang merupakan masa pertumbuhan janin terbesar.
Bagi ibu hamil sebenarnya tidak ada makanan yang benar-benar harus dihindari, kecuali
alkohol. Namun bila ibu mengalami keluhan mual-muntah, maka ia tidak dianjurkan untuk
mengonsumsi makanan yang dapat merangsang keluhan mual-muntahnya. Contohnya adalah
durian. Jika tidak ada keluhan, buah ini boleh dikonsumsi selama hamil asalkan jumlahnya
wajar, yaitu sekitar 35 gram dalam sehari.
Olahan apa pun seperti makanan yang dibakar boleh saja disantap asalkan benar-benar
matang dan tidak dikonsumsi bagian gosongnya. Selanjutnya, apabila ibu hamil telah
mengonsumsi menu makanan sesuai anjuran, maka camilan tanpa kalori boleh-boleh saja
dikonsumsi seperti agar-agar, gelatin dan sejenisnya.
Selain alkohol, kopi juga tidak dianjurkan diminum selama hamil karena kurang
mengandung zat gizi dan kemungkinan memberikan efek negatif walau hal ini masih
diperdebatkan. Merokok aktif maupun pasif juga harus dihentikan karena berkaitan dengan
tingginya risiko keguguran, bayi lahir meninggal, lahir prematur, ataupun lahir dengan berat
badan rendah (kurang dari 2.500 gram).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa makanan dan Gizi
seimbang merupakan makan yang cukup mengandung karbonhidrat dan lemak sebagai sumber
zat tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai zat
pengatur. Kebutuhan nutrisi akan meningkat selama ibu hamil, namun tidak semua kebutuhan
nutrisi meningkat secara propesional.
Ibu hamil membutuhkan tambahan energi dan zat gizi yang simbang untuk pertumbuhan
dan perkembangan janin dengan tetap mempertahankan kebutuhan zat gizi ibu. Jika ibu hamil
mengalami kekurangan gizi akan menimbulkan masalah baik pada ibu maupaun pada janin yang
dikandungnya. kekurangan gizi juga akan memgakibatkan keguguran, abortus, cacat bawaan dan
berat janin bayi rendah.
Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca untuk dapat memanfaatkan apa yang telah
disampaikan dalam makalah ini guna untuk meningkatkan makanan dan gizi seimbang untuk ibu
hamil agar dapat mengurangi tingkat kematian pada ibu dan janin yang dikandungnya.
B. Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa
penyuluhan bagi ibu hamil mengenai gizi seimbang pada masa kehamilan agar dapat mengurangi
kekurangan gizi pada ibu hamil.
2. Bagi ibu hamil agar rajin menmeriksakan kehamilannya secara rutin (minimal 1 bulan sekali)
untuk menjaga agar kenaikan berat badan tetap terjaga dengan cara menimbangs badan.
3. Ibu hamil sebaiknya selalu mengkonsumsi setidaknya dua gelas susu sehari atau santaplah hasil
produksi ternak lainnya.
4. Bagi ibu hamil sebaiknya makan makanan yang benar-benar bergizi agar ibu dan janinnya
selalu sehat.
5. Sebaiknya ibu hamil segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat jika terjadi tanda-tanda
komplikasi kehamilan agar dapat segera memperoleh penanganan.
DAFTAR PUSTAKA

Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta:2005.


Almatsier, S. Perinsip Dasar Ilmu Gizi. Penerbit: PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 2006.
Sediaoetama, Drs. Ahmad Djaeni. Ilmu Gizi. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006.
Kartasapoerta, Drs. G. Ilmu Gizi. Penerbit : Rineka Cipta. Jakarta : 2003.
http//www.google.com//gizi buruk//2008.
Sumber:www.indokini.com/kesehatan/kes1023.shtml
http : //www.ibu hamil. Com / lihat artikel
http://www.padusi.com/ani/files/article/gizi_seimbang_sesuai_dengan_keadaan_ekonomi. asp
Supariasa. et.al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

makalah asuhan masa nifas


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-
Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan
Masa Nifas dan Menyusui”
Dalam menyelesaikan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Karena itu
ucapan terima kasih saya sampaikan kepada keluarga tercinta atas dukungannya, orang-orang
terdekat atas pengertiannya, dan pihak-pihak lain yang telah membantu saya dalam penyelesaian
makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dimana sebagai
manusia biasa tidak pernah luput dari kekhilafan seperti pepatah yang mengatakan “tiada gading
yang tak retak, dan tak ada mawar yang tak berduri”, maka saran dan kritik yang sifatnya
membangun sangat saya harapkan. Dan saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya.

Tebing Tinggi, 16 september 2015

Penulis kelompok 8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………….1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….5
1.2 Tujuan………………………………………………………………………………..6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian masa nifas dan menyusui.....................................…………………………8
2.2 Tujuan asuhan masa nifas dan menyusui.........................………………...............…..9
2.3 Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas.......................………..….9
2.4 Tahapan masa nifas ...................................................................................…………..11
2.5 Kebijakan program nasional..........................................................................………...17
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………..23
3.2 Saran………………………………………………………………………………....23

DAFTARPUSTAKA
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya
berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu.
Payudara adalah organ yang sangat penting bagi wanita untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya karena ASI merupakan sumber makanan bayi yang penting
terutama pada bayi-bayi pada bulan-bulan pertamanya.
Sejak seorang wanita memasuki kehidupan berkeluarga, seharusnya ia harus menanamkan
suatu keyakinan bahwa ia harus menyusui, karena menyusui adalah realisasi dari tugas yang
wajar dan mulia dari seorang ibu.
Dewasa ini, di Indonesia sekitar 80-90 % ibu-ibu di perdesaan masih menuusui bayi nya
lebih dar 1 tahun, namun hal ini tidak sama dengan ibu-ibu di kota-kota. Para ibu mempunyai
berbagai alasan seperti ibu harus bekerja, pengaruh kosmetologi, pemakaian pil KB. Angka
kematian anak-anak di Indonesia semakin lama semakin meningkat, terlebih anak-anak yang
mengkonsumsi susu formula yang biasanya dapat mengakibatkan bayi diare.
1.2 Tujuan pembelajaran mahasiswa setelah mengikuti mata kuliah ini dapat :
1. Menjelaskan pengertian masa nifas dan menyusui
2. Menjelaskan tujuan asuhan masa nifas dan menyusui
3. Menjelaskan peran dan tanggungjawab bidan dalam masa nifas dan menyusui
4. Menjelaskan tahapan masa nifas
5. Mengetahui kebijakan program nasional

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 – 8 minggu. Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan
batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah
keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu 40 hari.
1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu
setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungankembali
seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).
3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi
minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan
tidak hamil yangnormal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim
C, 1998).
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama Islam +dianggap telah bersih dan boleh bekerjasetelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lama 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu, bulan atau tahunan.
Menyusui adalah memberikan makanan kepada bayi yang secara langsung dari payudara ibu
sendiri. Menyusui adalah proses alamiah, dimana berjuta-juta ibu melahirkan diseluruh dunia
berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang pemberian ASI. Walupun
demikian dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang sifatnya alamiah
tidaklah selalu mudah untuk dilakukan oleh para ibu-ibu menyusui. Menyusui merupakan cara
pemberian makan yang diberikan secra langsung oleh ibu kepada anaknya, namun seringkali ibu
menyusui kurang memahami dan kurang mendapatkan informasi, bahkan sering kali ibu-ibu
mendapatkan suatu informasi yang salah tentang manfaat ASI ekslusif itu sendiri, tentang
bagaimana cara menyusui ataupun langka-langkah menyusui yang benar kepada bayinya, dan
kurangnya informasi yang diberikan tentang dampak apabila Asi esklusif itu tidak diberikan dan
apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui secara ekslusif kepada bayinya
(Utami Roesli, 2000).
2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun
bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Tujuan asuhan masa nifas normal terbagi 2 yaitu:
Tujuan umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
Tujuan khusus Menurut Saifuddin, A. 2009 tujuan asuhan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bainya baik fisik maupun psikologik
2. Melakukan skiring, mendeteksi masalah, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan Diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana (KB)
2.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun
peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan
ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta
mempraktekkan kebersihan yangaman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan
rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegahkomplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional
2.4 Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila
ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas.
2.5 Kebijakan program nasional
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu:
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan
ibunifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun
bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jampost Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
partum Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan
rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegahperdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus
menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
Memastikan involusi uterus barjalan
dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahanabnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
6 haripost Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
II
partum
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-
tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
2 minggupost Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang
III
partum diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
6 minggupost Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
IV
partum Memberikan konseling KB secara dini.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir
ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya
berlangsung selama lebih kurang 6-8 minggu. Pada masa nifas ibu nharus diberikan asuhan agar
mencegas terjadinya masalah di masa nifas.

1.1 Saran
Pada masa nifas, kesehatan ibu harus sangat di perhatikan supaya bayi juga sehat dan
pertumbuhannya lancar atau seimbang. Kepada para ibu dianjurkan untuk memberikan bayi
mereka ASI, karena selain mengandung zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhan bayi,
ASI juga merupakan makanan bayi yang paling aman, hemat dan mengandung antibody.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, begitu juga dengan penulis. Bila
dalam pembuatan Makalah ini ada kekurangan, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari
pembaca guna penyempurnaan Makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan


Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata
Niaga Media Jakarta
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN, PERSALINAN, DAN NIFAS


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Dalam ruang lingkup kebidanan, seperti permasalahan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, keluarga berencana kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat
sangat diperlukan seorang bidan yang berkompeten untuk menangani masalah-masalah tersebut.
Maka dari itu, diperlukan pelayanan yang bersifat khusus berupa asuhan kebidanan.
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggungjawab bidan dalam
pelayanan yang di berikan kepada klien yang memiliki butuhan dan atau masalah kebidanan
(kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita,
dan pelayanan kesehatan masyarakat).
Di dalam penulisan makalah ini, penulis menjabarkan tentang asuhan kebidanan yang penulis
khususkan pada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas. Sehingga makalah ini dapat dijadikan
sebagai acuan belajar baik untuk penulis maupun orang lain.
B. TUJUAN
Mengetahui definisi asuhan kebidanan (ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas) dan macam-macam
asuhan kebidanan. Tujuan asuhan kebidanan yaitu:
1. Menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan bayinya sepanjang siklus reproduksi
2. Mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui pemberdayaan perempuan dan
keluarganya dengan menunjukkan rasa percaya diri.
C. MANFAAT
Mengerti definisi asuhan kebidanan secara umum dan asuhan kebidanan secara khusus beserta
tujuannya serta dapat dipelajari dan diterapkan

BAB II
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEBIDANAN
Asuhan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu, klien (Depkes, 1996:3).
Kebidanan adalah bentuk pelayanan kesehatan yang komperhensif dan karakteristik berdasarkan
ilmu dan seni kebidanan yang ditujukan pada wanita atau khususnya dalam masa prakonsepsi,
masa kehamilan, masa nifas dan bayi baru lahir, upaya masa interval dengan upaya promotif,
preventative dan rahabilitatif baik secara individu, keluarga, kelompok masyarakat sesuai
wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi bidan (Sumarto, 1995 : 16).
Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan berdasarkan ilmu kebidanan pada wanita
sesuai wewenang dan tanggung jawab seorang bidan.
B. MACAM MACAM ASUHAN KEBIDANAN
1. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
a. Definisi
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami
kehamilan. Selama pertumbuhan dan perkembangan kehamilan dari bulan ke bulan diperlukan
kemampuan seorang ibu hamil untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada
fisik dan mentalnya.
Semua perubahan fisik pada ibu mengakibatkan terjainya perubahan psikis berupa rasa tidak
percaya diri terhadap penampilan dirinya. Pada masa ini, ada ibu yang ,merasa enggan
berpergian, bahkan ada yang sampai menarik diri dari aktivitas kehidupan social sebagai seorang
ibu. Untuk mengantisipasi supaya dampak-dampak negative seperti yang dipaparkan di atas tidak
terjadi terlalu berat pada ibu, dan untuk mengantisipasi supaya persalinan berlangsung aman dan
tidak terjadi trauma terlalu berat, baik terhadap ibu maupun janin, ibu hamil perlu diberi asuhan
kehamilan.
Semakin bertambah usia kehamilan, akan mengakibatkan bentuk tubuh ibu berubah yang semula
langsing menjadi tidak langsing lagi. Buah dada mulai membesar, pembulih-pembuluh darah
pada perut tampak biru, perut semakin menonjol kedepan.
Asuhan ibu hamil oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data,menetapkan diagnosis
dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk menjamin keamanan dan kepuasan serta
kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan.
b. Tujuan
1. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan memberikan
pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2. Mendeteksi dan menatalaksana komplikasi medis, bedah ataupun obstetric selama kehamilan
3. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadapi komplikasi
4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan puer perium normal,
dan merawat anak secara fisik, psikologis, dan social.
c. Langkah langkah
Proses manajemen kebidanan menurut varney terdiri dari 7 langkah yang harus dilaksanakan
secara brurutan,dan secara periodic perlu di ulang-ulang sesuai dengan kondisi ibu hamil yang
diberi asuhan.Penerapan 7 langkah manajemen menurut varney dalam member asuhan kebidanan
pada ibu hamil secara sistematis adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data dasar
Jenis data yang dikumpulkan adalah :
a. Data Subjektif terdiri dari :
1) Biodata ibu dan suami
2) Alasan ibu memeriksakan diri
3) Riwayat kehamilan sekarang
4) Riwayat kebidanan yang lalu
5) Riwayat menstruasi
6) Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
7) Riwayat kesehatan
8) Riwayat bio-psikososial-spiritual
9. Pengatahuan ibu tentang tanda bahaya kehamilan
b. Data objektif terdiri dari :
1. Hasil pemeriksaan umum (tinggi badan,berat badan,lingkar lengan,suhu,nadi,tekanan
darah,pernafasan)
2. Hasil pemeriksaan kepala dan leher
3. Hasil pemeriksaan tangan dan kaki
4. Hasil pemeriksaan payudara
5. Hasil pemeriksaan abdomen
6. Hasil pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)
7. Hasil pemeriksaan darah dan urine
2. Menginterpretasikan atau menganalisis data
Pada langkah ini data subjektif dan data objektif yang dikaji di analisis menggunakan teiri
fisiologis dan patologis,sesuai dengan perkembangan kehamilan berdasarkan umur kehamilan itu
pada saat diberi asuhan,termasuk teori tatang kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil.Hasil
analisis dan interpretasi data menghasilkan rumusab diagnosis kehamilan.
Selanjutnya,rumuskan masalah yang terjadi sesuai dengan kondisi ibu saat diberi asuhan.
Masalah juga merupakan suatu kondisi yang tidak sesuai dengan perkembangan fisiologis
kehamilan, adaptasi ibu yang tidak positif terhadap kehamilan.
3. Merumuskan diagnosis atau masalah potensial, dan tindakan segera sebagai antisipasinya
Menetapkan perlunya tindakan segera dan melaksanakannya berdasarkan masalah potensial yang
dirumuskannya. Tindakan segera bisa meruapakan interfensi langsung oleh bidan maupun
kolaborasi dengan profesi lain.
4. Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi
manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah
lahir, distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Rencana asuhan yang menyeluruh mengacu pada diagnosis, masalah asuhan serta kebutuhan
yang telah sesuai dengan kondisi client.
Sebagai contoh memberikan penyuluhan kepada ibu terhadap kebutuhan ibu hamil.
6. Melaksanakan asuhan sesuai perencanaan secara efisien dan aman
Pelaksanaan rencana asuhan bias dilaksanakan oleh bidan langsung, bias juga dengan
memperdayakan ibu. Misalnya pada rencana asuhan. Diatas, setelah ibu mendapat layanan
konseling dari biadan tentang cara menghindarkan diri dari kontak dengan asap rokok, dibuat
kesepakatan tentang cara/tindakan yang digunakan. Setelah ibu melaksanakan hasilnya
dievaluasi oleh bidan.
7. Melaksanakan evaluasi terhadap rencana asuhan yang dilaksanakan.
Evaluasi ditunjukan terhadap efektifitas interfensi tentang kemuingkinan pemecahan masalah,
mengacu pada perbaikan kondisi, kesehatan ibu dan janin. Evaluasi mencangkup jangka pendek,
yaitu sesaat setelah interfensi dilakasanakan, dan jangka pendek, yaitu menungu proses sampai
kunjungan berikutnya/kunjungan ulang.
d. Konsep dasar
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan,
a. Satu kali pada triwulan pertama
b. Satu kali pada triwulan kedua
c. Dua kali pada triwulan ketiga
Pelayanan atau asuhan standar minimaltermasuk “7T”:
a. Timbang berat badan
b. Ukur (Tekanan) darah
c. Ukur (Tinggi) fundus uteri
d. Pembeian imunisaasi (Tetanus Tiksoid) TT lengkap
e. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Pelayanan atau asuhan antenatal inihanya dapat diberikanoleh tenaga kesehatan professional dan
tidak dapat diberikan oleh dukun bayi.
2. Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin
a. Definisi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa social bagi ibu dan keluarga. Dalam hal ini peranan
petugas kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibuagar
seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman dan baik bagi ibu maupun bagi
bayi yang dilahirkan.
b. Tujuan
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek saying ibu dan sayang bayi.
c. Langkah-langkah
Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu:
1) Kala I yaitu, dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini
terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
Tindakan yang dilakukan:
a) Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga atau teman dekat.
b) Mengatur aktivitas dan posisi ibu
c) Membumbing ibu untuk rileks saat ada his
d) Menjelaskan tenteng kemajuan persalinan
e) Menjaga kebersihan diri
f) Mengatasi rasa panas
g) Masase
h) Pemberian cukup minum
i) Mempertahankan kandung kemih tetap kosong
j) sentuhan
2) Kala II yaitu,dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Seorang bidan harus mendukung ibu atas
usahanya untuk melahirkan bayinya. Berikut adalah tindakan atau penanganan yang dilakukan
selama persalinan (kala II):
a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu
Menghadirkan seseorang untuk menyemangati, memberi minum, mengipasi atau memijat ibu
b) Menjaga kebersihan diri
Bersihkan cairan yang ada untuk menghindari infeksi pada ibu
c) Mengipasi dan masase
Menambah kenyamanan bagi ibu
d) Memberikan dukungan mental
Mngurangi kecemasan ibu dengan cara:
1) Menjaga privasi ibu
2) Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan
3) Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu
e) Mengatur posisi ibu
f) Menjaga kandung kemih tetap kosong
g) Memberikan cukup minum
h) Memimpin mengedan
i) Bernafas selama persalinan
j) Pemantauan denyut jantung janin
k) Membantu melahirkan bayi:
1) Menolong kelahiran kepala
2) Periksa tali pusat
3) Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya
l) Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh
m) Merangsang bayi
3) Kala III yaitu: Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit.
Tidakan:
a) Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin
b) Memberikan oksitosin
c) Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT (CTT/Centroled Cord Traction)
d) Masase fundus
4) Kala IV yaitu: dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Masa post
partum merupakan saat paling kritis untuk mencegah kematian ibu terutama kematian yang
diakibatkan karena pendarahan. Tindakan pemeriksaan:
a) Fundus: rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada di atau dibawah umbilicus.
· Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan
· Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
· Masase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi
b) Plasenta: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang tersisa
dalam uterus
c) Selaput ketuban: periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak ada bagian-bagian yang
tersisa dalam uterus
d) Perineum: periksa luka robekan pada perineum dan vaginayang membutuhkan jahitan
e) Memperkirakan pengeluaran darah
f) Lochia: periksa apakah ada darah keluar langsung. Jika lochia berkontraksi kuat, lochia
kemungkinan tidak lebih dari menstruasi.
g) Kandung kemih: pastikan kandung kemih tidak terisi penuh. Kandung kemih yang terisi
penuh akan membuat uterus naik keatas dan menyebabkan tidak berkontraksi kuat.
h) Kondisi ibu: apabila kondisi ibu tidak stabil, pantau terus kondisinya dan penuhi apa yang ibu
inginkan.
i) Kondisi bayi baru lahir: pastikan kondisi bayi sehat.
Asuhan bidan:
a) Ikat tali pusat
b) Pemeriksaan fundus dan masase
c) Nutrisi dan hidrasi
d) Bersihkan ibu
e) Istirahat
f) Peningkatan hubungan ibu dan bayi
Biarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dengan bayi.
g) Memulai menyusui
Bayi sangat siap segera saat dilahirkan. Hal ini sangat tepat untuk mulai memberikan asi.
Menyusui juga membantu uterus berkontraksi.
h) Menolong ibu ke kamar mandi
Pastikan ibu telah buang air kecil dalam 3 jam selama postpartum
i) Mengajari ibu dan anggota keluarga
Beri tahu pada ibudan keluarga bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi dan
tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
d. Konsep dasar
Kebijakan pelayanan asuhan ibu bersalin:
1. Semua persalinan harus dihadiri atau dipantau oleh petugas kesehatan terlatih
2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal harus tersedia 24 jam
3. Obat-obatan essensial, bahan dan perlengkapan harustersedia bagi seluruh petugas terlati
3. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
a. Definisi
Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis
dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan dan
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
Peran bidan pada hal ini:
1. Membantu menciptkan terjadinya ikatan antara ibu dan bayinya dalam jam pertama sesudah
kelahiran.
2. Memberikan dorongn pada ibu dan kelurga untuk memberikan respon positif terhadap
bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
b. Tujuan
Tujuan asuhan masa nifas merupakn semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang
kebidanan maupun dibidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan
diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran
darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan
memelihara bayi dengan bak, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal.
c. Langkah-langkah
Tidakan asuhan masa nifas pada ibu:
1. kebersihan diri:
· anjurkan kebersihan seluruh tubuh
· mengajarkan ibu bagaimana membersihkan darah kelamin dengan sabun dan air
· sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut minimal dua kali sehari
· jika ibu mempunyai luka episiotemi, sarankan ibu untuk menghindari menyentuh luka.
2. Istirahat:
· Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
· Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa dan tidur siang atau
beristirahan selagi bayi sedang tidur.
3. Latihan
4. Gizi
5. Perawatan payudara
6. Hubungan perkawinanatau rumah tangga
7. Keluarga berencana:
Jelaskan kepada ibu dan pasangan beberapa metoda KB seperti bagaimana kinerja dari metoda
KB, kelebihan dan kekurangannya, efek samping, penggunaan dan waktu efektif untuk
penggunaan metoda tersebut.
d. Konsep dasar
Standar pelayanan nifas:
1. Perawatan bayi baru lahir
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah
hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melekukan tindakan atau merujuk sesuai
kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.
2. Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan
Bidan melakukan pemantauan pada ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam
setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan.
3. Pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga,
minggu kedua, dan minggu keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu
dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemusn dini, penanganan, atau perujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang
kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir,
pemberian asi, imunisasi, dan KB.
Normalnya, ibu nifas akan mengalami beberapa tanda dan gejala berikut:
1. Lelah dan sulit tidur
2. Adanya tanda infeksi puerperalis(demam)
3. Nyeri atau panas saat berkemih, nyeri abdomen
4. Sembelit, hemoroid
5. Sakit kepala terus menerus, nyeri ulu hati, dan edema
6. Lokia berbau busuk yang sangat banyak (lebih dari 2 pembalut dalam satu jam) dan dibarengi
nyeri abdomen
7. Puting susu pecah dan mammae bengkak
8. Sulit menyusui
9. Rabun senja
10. Edema, sakit, danpanas pada tungkai
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pasca persalinan. Oleh karena itu, sangat
penting bagi ibu dan keluarganya mengenal tanda bahaya dan perlu mencari pertolongan
kesehatan. Beberapa gejala bahaya pada ibu nifas:
1. Perdarahan pervagina yang luar biasa banyak atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih banyak
dari perdarahan haid biasa atau bilamemerlukan penggantian pembalut dua kali dalam setengah
jam)
2. Pengeluaran pervagina yang baunya menusuk
3. Rasa sakit bagian bawah abdomen atau punggung
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
5. Pembengkakan diwajah atau tangan
6. Demam, muntah, rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan
7. Payudara yang berubah merah, panas, dan rasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Rasa sakit, merah, nyeri tekan, dan atau pembengkakan kaki
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau diri sendiri
11. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah
Kebutuhan dasar masa nifas:
1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi
Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada kontraindikasi, ambulasi ini akan
meningkatkan sirkulasi dan mencegah resiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja
peristaltic dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi abdominal dan konstipasi.pada
ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada saat ini ibu merasa pusing ketika pertama
kali bangun setelah melahirkan,.
3. Eliminasi
Bidan harus mengobservasi adanya distensi abdomen dengan memalpasi dan mengauskultasi
abdomen, terutama pada post-seksio sesaria. Berkemih harus terjadi dalam 4-8 jam pertama dan
minimal sebanyak 200cc. anjurkan ibu untuk minum banyak cairan dan ambulasi.
4. Higinie
Sering membersihkan area perineum akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi.
Tindakan ini paling sering menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat di tambah larutan
antiseptic) ke atas vulva perineum setelah berkemih atau dekfekasi, hindari penyemprotan
langsung. Ajarkan ibu untuk membersihkan sendiri.
5. Istirahat
Ibu nifas untuk istirahat dan tidur yang cukup. Instirahatt ini sangat penting untuk ibu yang
menyusui. Tindakan rutin di rumah sakit hendaknya tidak mengganggu istirahat dan tidur ibu.
Setelah selama 9 bulan ibu mengalami kehamilan dengan beban kandungan yang begitu berat
banyak keadaan yang mengganggu lainnya, dan proses persalinan yang melelahkan, ibu
membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihakan keadaannya.
6. Seksualitas masa nifas
Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat rupture perineum dan penurunan hormone steroid
setelah persalinan.
7. KB pada ibu menyusui
Salah satu usaha untuk mencapai kesejahteraan dengan jalan memberi nasehat perkawinan,
pengobatan kemandulan, dan penjarangan kehamilan. KB merupakan salah satu usaha membantu
keluarga atau individu merencanakan kehidupan berkeluarga dengan baik, sehingga dapat
membentuk keluarga yang berkualitas.
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita yang memiliki organ
reproduksi sehat, yang telah mengalami menstruasi, dan melakukan hubungan seksual dengan
seorang pria yang organ reproduksinya sehat sangat besar kemungkinannya akan mengalami
kehamilan.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa social bagi ibu dan keluarga
Asuhan ibu nifas oleh bidan dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis
dan rencana tindakan, serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan dan
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.

B. SARAN
Sebaiknya tenaga kesehatan melakukan asuhan kebidanan dengan benar, hati- hati dan teliti. Ini
dikarenakan kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan dampak bagi ibu dan anak.

DAFTAR PUSTAKA

Estiwidani, Dwiana. 2008. Konsep Kebidanan.Yogyakarta: Fitramaya


Runjati, M.Mid. 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Makalah mempengaruhi psikologis ibu nifas (puerperium)


BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat- alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Biasanya berlangsung
selama lebih kurang 6-8 minggu.
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan
adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran bila ibu mengalami sedikit perubahan
perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran
Dalam proses laktasi ibu sangat membutuhkan makanan yang bergizi untuk kesempurnaan
produksi ASI. Jika ASI yang diproduksi ibu banyak maka bayi ibu akan tumbuh dengan sehat
dan berkembang seperti seharusnya atau normal.
Menyusui sangat banyak manfaatnya bagi ibu untuk proses pengembalian atau pemulihan
kembali kesehatan dan organ-organ ibu. Maka dari itu ibu membutuhkan makanan yang bergizi.
Belakangan ini ibu banyak yang tidak menyusui bayinya, banyak alasan yang diajukan, padahal
menyusui sangatlah banyak untungnya.
1. RUMUSAN MASALAH
2. Apakah yang mempengaruhi psikologis ibu nifas ?
3. Apakah yang mempengaruhi dalam kebutuhan dasar ibu masa nifas ?
1. TUJUAN MAKALAH
2. Umtuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi psikologis ibu nifas.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi kebutuhan dasar ibu nifas.

BAB 2
PEMBAHASAN
1. PROSES ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU MASA NIFAS
Selama ibu hamil, peran dan hubungan baru mulai berkembang antara ibu, ayah, saudara
kandung, keluarga besar dan bayi tersebut. Sebelum dan selama masa hamil, orang tua akan
membayangkan akan seperti siapa bayinya, bagaimana kehidupan mereka akan berubah, dan
akan seperti apa pengalaman melahirkan itu. Walaupun demikian, kenyataan pengalaman
kelahiran anak jarang sekali seperti yang di impikan dan diharapkan orang tua. Memiliki anak
laki-laki sementara mereka menginkan anak perempuan, bayi yang dilahirkan cacat, ibu
meninggal, atau bayi meninggal. Seluruh situasi ini memiliki denominator yang sama, mereka
kehilang yang mereka harapkan, impikan atau rencanakan.
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada
dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keaadaan normal mampu
diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah terkuras oleh
tuntunan kehamilan serta persalinan. Keaadaan kuarang tidur, lingkungan yang kurang asing
baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau anak-anaknya yang lain. Tubuhnya mungkin
pula tidak memberikan respon yang baik terhadap obat-obatan yang asing baginya seperti
preparat analgesik narkotik yang diberikan pada ppersalinan.
Depresi ringan, yang dallam bahasa inggris dikenall dengan istila “ 4th day blues ( kemurungan
hari ke empat )” sering terjadi dan banyak ibu
Yang baru pertama kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, palin tidak satu kali,
hanya karena masalah yang sering sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam waktu yang
singkat, namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan
bayinya tumbuh.
1. Adaptasi Psikologis ibu masa nifas
Proses masa nifas merupakan waktu unruk terjadinya stress terutama bagi ibu primipara sehingga
dapat membuat perubahan psikologis yang berat.
Faktor yang berpengaruh ntuk sukses dan lancarnya masa transisi untuk menjadi orang tua
termasuk :
1. Respon dan support dari keluarga dan teman dekat.
2. Hubungan yang baik antara pengalaman hamil dan melahirkan dengan harapan,
keinginan dan aspirasi ibu.
3. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan yang lalu.
Periode ini dideskripsikan oleh REVA RUBIN yang terjadi dalam beberapa tahapan :
 Taking On
Pada pase ini disebut meniru, pada taking in fantasi wanita tidak hanya meniru tapi sudah
membayangkan peran yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Pengalaman yang berhubungan
dengan masa lalu dirinya ( sebelum proses ) yang menenyakan, serta harapan untuk masa yang
akan datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya pada masa lalu.
 Taking In
1. Terjadi pada hari 1-2 setelah persalinan, ibu umumnya menjadi pasif dan sangat
tergantung, dengan fokus perhatian terhadap tubuhnya.
2. Ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami.
3. Tidur yang terganngu sangat penting buat ibu untuk mencegah efek kurang baik yaitu
kurang tidur, kelemahan fisik, gelisah dan gangguan proses pemulihan kesehatan.
4. Tambahnya makanan kaya gizi sangat dibutuhkan, sebab nafsu makan biasanya
mengikat. Kurang nafsu makan akan memberi indikasi bahwa proses pemulihan
kesehatan tidak berlangsung normal.
 Taking Hold
1. Periode ini berlangsung pada hari ke 3-4 setelah persalinan, ibu menjadi lebih
berkonsentrasi pada kemampuannya, sebagai ibu yang sukses, dan menerima
tanggungjawab, sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
2. Fokus perhatiaanya pada kontrol fungsi tubuh misalnya, proses defekasi dan miksi,
kekuatan dan daya tahan ibu.
3. Ibu mulai merasa sanggup dan terampil merawat bayinya seperti menggendong,
memandikan, menyusui bayinya dan mengganti popok ibu menjadi sangat sensitif pada
masa ini sehingga mungkin membutuhan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu. Bidan sebaiknya memberikan penyuluhan dan
support emosional pada ibu.
 Letting Go
1. Periode ini umumnya dialami setelah ibu tiba dirumah dan secara penuh merupakan
waktu pengaturan bersama.
2. Ibu telah menerina tanggung jawab sebagai ibu dan ibu merasa dan menyadari kebutuhan
bayinya yang sangat tergantung dari kesiapannya sendiri sebgai ibu, ketergantungannya
pada orang lain,serta dipengaruhi oleh interaksi sosial budaya keluarga.
3. Post patuum blues bisaa terjadi pada saat ini.
 Post partum blues
wanita mengalami banyak perubahan emoso / psiologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi ringan beberapa
hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai postpartum blues. Post partum
blues sebagian besar merupakan perwujudan fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang
terpisah dari keluarga dan bayinya. Hal ini terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor :
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan
wanita selama kehamilan dan persalinan.
2. Rasa sakit masa nifas awal.
3. Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada kebanyakan rumah
sakit. Dirumah sakit itu biasanya diakibatkan oleh kebiijakan kunjungan yang kaku,
kebijakan kunjungan yang kaku, kebijakan perawatan yang tidak fleksibel dan tidak ada
ketetapan untuk berada diruang.
4. Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah
sakit.
5. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
Pada sebagian besar kasus tidak diperlukan terapi yang efektif kecuali antisipasi, pemahaman
dan rasa aman.
Robinson dan stewart ( 1986 ) menekankan bahwa gangguan ringan ini hilang sendiri dan
biasanya membaik setelah 2 atau 3 hari, meskipun kadang kala menetap sampai 10 hari.
Terdapat dasar fisiologis penyebab terjadinya postpartum blues yaitu : adanya perubahan
hormonal yang berlangsung cepat ketika tubuh kembali ke status nonpregnant, dan adanya
hormon yang berhubungan dengan siklus laktasi. Emosi yang labil ditingkatkan oleh
ketidaknyamanan fisik ( contoh : sakit setelah melahirkan, sakit karena jahitan dan oleh
kekurangan tidur ). Postpartum blues umumnya terjadi sekitar hari ketiga hingga kkelima
postpartum.
Karena masa inap di rumah sakit biasanya singkat, orang tua meninggalkan lingkungan yang
profektif dirumah sakit paa masa “ bulan madu” menjadi orang tua. Masa pemulihan dari
melahirkan dan peran menjadi perang orang tua segera harus dimulai, terutama bagi mereka yang
tidak mendapat bantuan di rumah. Ibu bisa salah duga tentang jumlah energi fisik dann emosi
yang sebenarnya ia miliki dan iya butuhkan untuk merawat bayi. Mereka mungkinn berharap
untuk segera mulai melakukan tugas dan kemudian merasa putus asa karena tidak mampu
melakukannya.
Banyak ibu yang mengalami postpartum blues merasa sedih dan depresi segera setelah
memasuki masa pascapartum. Gejala muncul 2 atau 3 hari setelah anak lahir dan biasanya
menghilang dalam satu atau dua minggu. Ibu merasa putus asa dan mudah marah. Kemungkinan
ibbu akan mudah marah,kehilangan nafsu makan, sukar tidur, dan merasa cemas. Ibu yang
memiliki bayi prematur ternyata lebih cepat cemas dan merasa depresi dan derajatnya lebih
tinggi psicosis depresi berat jarang terjadi.
2. Kesedihan Dan Duka Cita
Saat individu kehilangan suatu hubungan, harapan dan impian tentang masa depan hilang.
Pencapaian kembali kehidupan tanpa hubungan khusus itu melibatkan suatu proses yang disebut
proses kehilangan atau berkabung. Perasaan dan emosi selanjutnya disebut respon berduka.
Seorang wanita yang mengalami perasaan kehilangan fisik setelah melahirkan dapat
mengakibatkan proses duka cita. Duka cita ini merupakan suatu istilah yang dibuat oleh
lindeman. Duka cita bersifat normal. Tiga tahap dalam duka cita :
1. Tahap pertama dukacita adalah shock yang merupakan respon awal individual terhadap
kehilangan. Menifestasi perilaku dan perasaan termasuk diantaranya : ketidakpercayaan,
keputusasaan, marah, takut, kesepian, kebencian, keluhan kehilangan berat, tidur gelisah,
keletihan, kurang istirahat.
2. Tahap kedua duka cita adalah penekanan, fase realitas penerimaan fakta kehilangan.
3. Tahap ketiga dukacita adalah tahap membuat hubungan baru yang signifikant. Selama
periode ini orrang yang berduka cita menerima penyesuaian kehilangan dan individu
kembali kepada keadaan normal seperti biasanya.
Wonder ( 1991 ) mengidentifikasi empat tahap tugas individu yang berduka. Wanita dan keluarga
yang beradaptasi terhadap kehilangan seorang bayi atau orang yang dikasihi harus memenuhi
tugas-tugas berikut :
1. Menerima realitas kehilangan.
2. Menerima sakitnya rasa duka
3. Menyesuaikan diri ddengan lingkungan.
4. Melanjutkan kehidupan ( reorganisasi ).

1. KEBUTUHAN DASAR IBU NIFAS


2. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk :
1. Makan dengan diit berimbang,cukup karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.
2. Mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada 6 bulan pertama, 6 bulan
selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua selanjutnya 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut
adalah tambahan dari kebutuhan kalori per harinya. Misal pada ibu dengan kebutuhan per
hari 1800 kalori artinya saat nifas pada 6 bulan pertama di butuhkan1800 kalori plus
tambahan 800 kalori sehingga kalori yang di butuhkan sebanyak 2600 kalori. Demikian
pula pada 6 bulan selanjutnya di butuhkan rata-rata 2300 kalori dan tahun ke dua 2200
kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter didapat dari air minum dan satu liter dari kuah
cairan yang ada pada sayur, buah dan makanan yang lain. Mengkonsumsi tablet besi 1
tablet tiap hari selama 40 hari.
3. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi
dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan
kelangsungan hidup anak. Pada bulan-bulan pertama kehidupan bayi tergantung pada
vitamin A yang terkandung dalam ASI.
TABEL PENAMBAHAN MAKANAN PADA WANITA DEWASA, HAMIL DAN
MENYUSUI
Wanita Dewasa tidak Wanita hamil 20
Zat makanan Wanita menyusuii
hamil (BB 47 Kg) minggu terakhir
Kalori 2000 kalori 3000 kalori 800 kalori
Protein 47 gram 20 gram 40 gram
Calsium 0,6 gram 0,6 gram 0,6 gram
Ferrum 12 mg 5 mg 5 mg
Vitami A 4000 iu 1000 iu 2000 iu
Thamin 0,7 mg 0,2 mg 0,5 mg
Riboflavin 1,1 mg 0,2 mg 0.5 mg
Niacin 12,2 mg 2 mg 5 mg
Vitamin C 60 mg 30 mg 30 mg

2. KEBERSIHAN DIRI IBU NIFAS DAN BAYI


3. Kebersihan Diri Ibu Nifas
Ibu nifas di anjurkan untuk :
1. Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
3. Menyerahkan ibu menggantu pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam
waktu 3-4 jam supaya ganti pembalut.
4. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh
daerah kelamin.
5. Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomy dan laserasi.
6. Pada ibu post section caesaria (SC), luka tetap dijaga agar tetap bersih dan kering, tiap
hari diganti balutan.
7. Kebersihan Bayi
Hal-hal yang perlu dijelasan pada ibu nifas agar bayi tetap terjaga kebersihannya.
1. Memandikan bayi setelah 6 jam untuk menjaga hipotermi.
2. Memandikan bayi 2 kali sehari tiap pagi dan sore.
3. Mengganti pakaian bayi tiap habis mandi dan tiap kali basah atau kotor karena
BAB/BAK.
4. Menjaga pantat dan daerah kelamin bayi agar selalu bersih dan kering.
5. Menjaga tempat tidur bayi selalu bersih dan hangat karena ini adalah tempat tinggal bayi
6. Menjaga alat apa saja yang dipakai bayi agar selalu bersih.
3. ISTIRAHAT DAN TIDUR
Anjurkan ibu untuk :
1. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan.
2. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.
3. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.
4. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada
siang hari kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat :
1. Mengurangi jumlah ASI.
2. Memperlambat involusi, yang akhirnya bias menyebabkan perdarahan.
3. Depresi
4. SENAM NIFAS
Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut
menjadi kendor, longgarnya liang senggama dan otot dasar panggul. Untuk mengembalikan
kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik
dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak, karena
dengan ambulasi dini (bangun dan bergerak setelah beberapa jam melahirkan) dapat membantu
rahim untuk kembali kebentuk semula.
1. Pengertian Senam Nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari
yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat
pemulihan ibu.
Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam melakukan senam nifas adalah :
1. Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut dan panggul karena dapat mengurangi
sakit panggung.
2. Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini mungkin secara bertahap, misal latihan
duduk, jika tidak pusing baru boleh berjalan.
3. Melakukan latihan beberapa menit sangat membantu.
4. Tujuan Senam Nifas
Tujuan dilakukannya senam nifas pada ibu setelah melahirkan adalah :
1. Membantu mempercepat pemulihan keadaan ibu.
2. mempercepat proses involusi dan pemulihan fungsi alat kandungan.
3. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot panggul, perut dan
perineum terutama otot yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan.
4. Memperlancar pengeluaran lochea.
5. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah melahirkan.
6. Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan.
7. Meminimalisasi timbulnya kelainan dan komplikasi nifas, misalnya emboli. Trombosia
dan lain-lain.
1. Manfaat Senam Nifas
Senam nifas membantu memperbaiki sirkulasi darah, memperbaiki sikap tubuh dan punggung
setelah melahirkan, memperbaiki otot tonus, pelvis dan peregangan otot abdomen, memperbaiki
juga memperkuat otot panggul dan membantu ibu untuk lebih relaks dan segar pasca melahirkan.
1. Kapan Harus Dilakukan Senam Nifas?
Senam ini dilakukan pada saat sang ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi obstetric atau
penyulit masa nifas. Ibu yang keadaan umumnya tidak baik merupakan kontra indikasi
dilakukannya senam nifas misalnya hipertensi, pasca kejang demam. Untuk itu bila senam nifas
di damping oleh bidan/tenaga kesehatan sebelum dilakukan senam nifas sebaiknya diperiksa
dulu tanda-tanda vitalnya dan memastikan bahwa kondisi ibu baik dan bias melakukan gerakan-
gerakan senam nifas. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ibu melakukan sendiri gerakan
senam nifas di rumah setelah kondisi ibu puluh.
Senam nifas sebaiknya dilakukan diantara waktu makan. Melakukan senam nifas setelah makan
membuat ibu merasa tidak nyaman karena perut masih penuh. Sebaiknya jika dilakukan di saat
lapar, ibu tidak akan mempunyai tenaga dan lemas. Senam nifas bias dilakukan pagi atau sore
hari.
Ada berbagai versi gerakan senam nifas, meskipun demikian tujuan dan manfaatnya sama.
Perkembangan dunia olh tubuh sudah menciptakan berbagai pilihan bagi ibu untuk berolahraga
seperti pilates, yoga, body language (BL). Yang terpenting dalam melakukan senam nifas ini
adalah lakukan sesuai petunjuk dan secara terukur. Senam nifas ini dapat dilakukan pada semua
ibu nifas bahkan pada ibu yang tidak terbiasa berolahraga karena gerakannya cukup sederhana
tapi terbukti mampu memulihkan segera kondisi ibu setelah bersalin dan menjaga stamina ibu.
Gerakan senam nifas ini dilakukan dari gerakan yang paling sederhana hingga yang tersulit.
Sebaiknya lakukan secara bertahap dan terus menerus (continue). Setiap gerakan bias dilakukan
selama 8 kali setiap harinya dan boleh ditingkatkan setiap hari menurut kondisi ibu.
1. Persiapan Senam Nifas
Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu sebagai berikut.
1. Sebaiknya mengenakan baju yang nyaman untuk berolahraga.
2. Persiapkan minum, sebaiknya air putih.
3. Bisa dilakukan di matras atau tempat tidur.
4. Ibu yang melakukan senam nifas dirumah sebaiknya mengecek denyut nadi kemudian
hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60-90 kali per menit.
5. Boleh di iringi dengan music yang menyenangkan jika menginginkan.
6. Petunjuk untuk bidan/tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk melakukan senam
nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan-keluhan yang dirasakan, pastikan tidak
ada kontraindikasi dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya
kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu, pernafasan, dan nadi. Hal tersebut dilakukan
sebelum dan sesudah senam nifas. Perhatikan pula kondisi ibu selama dan sesudah senam
nifas. Tidak perlu memaksakan ibu jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk
minum air putih jika di perlukan.
Hari Pertama
Posisi tubuh telentang dan rileks, kemudian lakukan pernafasan perut diawali dengan mengambil
nafas melalui hidung, kemvbungkan perut dan tahan hingga hitungan ke-5 kemudian keluarkan
nafas pelan-pelan mealui mulut sambil mengkontrasikan otot perut. Ulangi sebanyak 8 kali.
Hari kedua
Sikap tubuh telentang kedua kaki lurus kedepan. Angkat kedua tangan lurus keatas sampai
kedua telapak tangan bertemu kemudian turunkan perlahan sampai kedua tangan terbuka lebar
hingga sejajar dengan bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa otot sekitar tangan
dan bahu terasa kencang. Ulangi sebanyak 8 kali.
Hari Ketiga
Berbaring relaks dengan posisi tangan di sampan badan dan lutut di tekuk. Angkat pantat
perlahan kemudian diturunkan kembali. Ingat jangan menghentak ketika menurunkan pantat.
Gerakan dilakukan 8 kali.
Hari Keempat
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri disamping badan, tangan kanan diatas perut dan
lutut ditekuk. Angakat kepala sampai dagu menyentuh dada sambil mengerutkan otot sekitar
anus dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk mengatur pernafasan. Ulangi gerakan 8
kali.
Hari Kelima
Tubuh tidur telentang, kaki lurus, bersama-sama dengan mengagkat kepalasampai dagu
menyentuh dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk, diulang sebaliknya. Kerutkan
otot sekitar anus dan kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan perlahan dan atur
pernafasan saat melakukan gerakan. Lakukan gerakan sebanyak 8 kali.
Hari Ketujuh
Tidur telentang kaki lurus kedua tangan disamping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan
dalam keadaan lurus sambil pernafasan. Lakukan sesuai kemampuan, tidak usah memaksakan
diri. Gerakan dapat dilakukan 8 kali.
Hari Kedelapan
Posisi nungging, nafas melalui pernafasan perut. Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus
dikerutkan ambil nafas kemudian keluarkan nafas pelan-pelan sambil mengundurkan anus.
Lakukan sebanyak 8 kali.
Hari Kesembilan
Posisi berbaring kaki lurus kedua tangan di samping badan, angkat ke dua kaki dalam keadaan
lurus Smpai 90 derajat kemudian turunkan kembali pelan-pelan. Jangan menghentak ketika
menurunkan kaki. Atur nafas saat mengangkat dan menurunkan kaki. Gerakan dapat diulangi
sebanyak 8 kali.
Hari kesepuluh
Tidur telentang kaki lurus, kedua telapak tangan diletakkan dibelakang kepala kemudian bangun
sampai posisi duduk kemudian perlahan-lahan posisi tidur kembali (sit up). Lakukan gerakan
sebanyak 8 kali.
Ingat, kekuatan bertumpuh pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang di tekuk di
belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan
nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksakan.
5. HUBUNGAN SEKS DAN KELUARGA BERENCANA
6. Hubungan Seks
7. Aman setelah darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan satu dua jari kedalam
vagina tanpa rasa nyeri.
8. Ada kepercayaan/kebudayaan yang memperbolehkan hubungan seks setelah 40 hari atau
6 minggu, oleh karena itu perlu di kompromikan oleh suami dan istri.
2. Keluarha Berencana
3. Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah dua tahun.
4. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui eklusif atau penuh selama 6
bulan dan ibu belum mendapatkan haid (metode amehorhe laktasi).
5. Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih
aman.
6. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama
menyusui, yang meliputi :
1) Cara penggunaan.
2) Efek samping.
3) Kelebihan dan kekurangan.
4) Indikasi dan kontraindikasi.
5) Efektifitas.
1. Metode hormonal, khususnya kombinasi oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan
pertama bagi ibu yang menyusui. Oleh karena itu janganlah menganjurkannya kurang
Dari 6 minggu pasca persalinan. Umumnya bagi ibu menyusui tidak perlu melakukan
sampai saat itu, karena dapat mempersingkat lamanya pemberian ASI, akibatnya
hormone steroid dalam jumlah kecil di temukan dalam ASI.
6. ELIMINASI : BAB DAN BAK
7. Buang Air Kecil
8. Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah bias BAK spontan, kebanyakan ibu nifas bias
berkemih dalam waktu 8 jam.
9. Urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah
melahirkan.
10. ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.
Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dieresis sebagai akibat :
1. Pengaruh volume darah ibu.
2. Autolisis serabut otot uterus.
2. Buang Air Besar
3. BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diit cairan, obat-obatan
analgetik, dan perineum yang sangat sakit.
4. Bila lebih dari 3 hari belum BAB bias di berikan obat laktansia.
5. Ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB.
6. Asupan cairan yang adekuat dan diit tinggi serat sangat dianjurkan.
7. PEMBERIAN ASI/LAKTASI
Hal-hal yang diberitahukan kepada pasien :
1. Menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan.
2. Ajarkan cara menyusui yang benar.
3. Memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI Eklusif).
4. Menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand).
5. Diluar menyusui jangan memberikan dot/empeng pada bayi, tapi berikan ASI dengan
sendok.
6. Penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI.
8. KEBIASAAN YANG TIDAK BERMANFAAT BAHKAN MEMBAHAYAKAN
9. Menghindari makanan yang berprotein seperti telur, ikan, karena menyusui
membutuhkan tambahan protein.
10. Penggunaan bebat perut setelah melahirkan.
11. Penggunaan kantong es atau pasir untuk menjaga uterus tetap berkontraksi.
12. Memisahkan ibu dengan bayi dengan masa yang lama dalam satu jam post partum.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga mengakibatkan
adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Tidak heran bila ibu mengalami sedikit perubahan
perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa rentan dan terbuka untuk
bimbingan dan pembelajaran.
Dalam teori Reva Rubin membagi peiode ini menjadi 3 bagian, yaitu : Periode taking in, periode
talking hold dan teori letting go. Adapun Factor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa
transisi ke masa menjadi orang tua pada saat post partum, antara lain : respon dan dukungan
keluarga dan teman, hubungan dari pengalaman melahirkan terhadap harapan dan aspirsasi,
pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lalu dan pengaruh budaya.
Berduka diartikan sebagai respon psikologis terhadap kehilangan Berduka dibagi menjadi 3
tahap, antara lain : tahap syok, tahap penderitaan (fase realitas), tahap resolusi (fase menentukan
hubungan yang bermakna).
2. SARAN
Masa nifas adalah masa yang sangat rentan bagi ibu, maka dari itu ibu harus sangat diperhatikan,
baik keluarga maupun bidan. Karena ibu pada masa ini akan banyak mengalami perubahan baik
fisik maupun pskologis.
Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, begitu juga dengan penulis. Bila dalam
pembuatan Makalah ini ada kekurangan, penulis mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca
guna penyempurnaan Makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Suherni S.pd, APP, M.Kes. DKK. 2009, Perawatan Masa Nifas, Fitramaya, Yogyakarta.
2. Ai Yeyeh Rukiyah, S.S1.T, MKM. DKK, 2013, Asuhan Kebidanan III (Nifas), Trans Info
Media, Jakarta.
3. Akademi Kebidanan Makassar, 2008, Asuhan kebidanan III (Nifas), Yayasan Pendidikan
Makassar, Makassar.
PROMOSI KESEHATAN IBU MENYUSUI (BUTEKI)
Dr. Suparyanto, M.Kes
PROMOSI KESEHATAN IBU MENYUSUI (BUTEKI)
PENGERTIAN MENYUSUI
 Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayiatau anak kecil dengan air susu ibu
(ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan susu.Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik
untuk bayi. Seorang bayi dapat disusui oleh ibunya sendiri atau oleh wanita lain. ASI juga
dapat diperah dan diberikan melalui alat menyusui lain seperti botol susu, cangkir,
sendok, atau pipet. Pemerintah dan organisasi internasional sepakat untuk
mempromosikan menyusui sebagai metode terbaik untuk pemberian gizi bayi setidaknya
tahun pertama dan bahkan lebih lama lagi, antara lain WHO, American Academy of
Pediatrics, dan Departemen Kesehatan.
ASI EKSKLUSIF
 ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi di lahirkan sampai usia 6 bulan.Air
susu ibu (ASI) sangat baik untuk kesehatan bayi, apalagi ASI juga mengandung antibiotik
yang bisa melindungi si kecil dari berbagai penyakit selama antibodinya berkembang.
Itulan mengapa pemberian ASI disarankan pada 6 bulan awal masa kelahiran (ASI
eksklusif).
POSISI YANG BENAR DALAM PEMBERIAN ASI
a.Melekat dengan benar :
 Dagu menempel pada payudara ibu
 Bibir bawah terbuka keluar
 Mulut terbuka lebar
 Bagian atas areola mamae lebih banyak berada dalam mulut bayi
b.Posisi tubuh
 Perut bayi menghadap badan ibu
 Telinga, bahu, tangan berada dalam satu garis lurus
 Bayi di dekatkan dengan ibu
 Ibu menyangga seluruh badan bayi
BEBERAPA CONTOH POSISI MENYUSUI
 Bagaimana posisi menyusui yang benar. Tentunya, posisi menyusui sangat menentukan
bagi kenyamanan bayi dan ibu sendiri. Apakah harus selalu menyusui dalam posisi
berbaring? Tidak. Kita harus membiasakan bayi bisa menyusu dalam keadaan apapun.
Baik kita tidur di rumah, berdiri, duduk, atau bahkan saat kita sedang berada di atas
kendaraan.
1.The cradle.
 Posisi ini sangat baik untuk bayi yang baru lahir. Bagaimana caranya? Pastikan punggung
Anda benar-benar mendukung untuk posisi ini. Jaga bayi di perut Anda, sampai kulitnya
dan kulit Anda saling bersentuhan. Biarkan tubuhnya menghadap ke arah Anda, dan
letakkan kepalanya pada siku Anda.
2.The cross cradle hold.
 Satu lengan mendukung tubuh bayi dan yang lain mendukung kepala, mirip dengan
posisi dudukan tetapi Anda akan memiliki kontrol lebih besar atas kepala bayi. Posisi
menyusui ini bagus untuk bayi prematur atau ibu dengan puting payudara kecil.
3.The football hold.
 Caranya, pegang bayi di samping Anda dengan kaki di belakang Anda dan bayi terselip di
bawah lengan Anda, seolah-olah Anda sedang memegang bola kaki. Ini adalah posisi
terbaik untuk ibu yang melahirkan dengan operasi caesar atau untuk ibu-ibu dengan
payudara besar. Tapi, Anda butuh bantal untuk menopang bayi.
4.Saddle hold.
 Ini merupakan cara yang menyenangkan untuk menyusui dalam posisi duduk. Ini juga
bekerja dengan baik jika bayi Anda memiliki pilek atau sakit telinga. Caranya, bayi Anda
duduk tegak dengan kaki mengangkangi Anda sendiri.
5.The lying position.
 Menyusui dengan berbaring akan memberi Anda lebih banyak kesempatan untuk
bersantai dan juga untuk tidur lebih banyak pada malam hari. Anda bisa tidur saat bayi
menyusu. Dukung punggung dan kepala bayi dengan bantal. Pastikan bahwa perut bayi
menyentuh Anda.
KEUNGGULAN DAN MANFAAT MENYUSUI
 Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu: aspek gizi,
aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis, ekonomis dan aspek
penundaan kehamilan.
1.Aspek Gizi.
Manfaat Kolostrum :
 Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi terutama diare.
 Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari
pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi.
 Kolostrum mengandung protein,vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan
lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama
kelahiran.
 Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam
kehijauan.
Komposisi ASI :
 ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung
enzim-enzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut.
 ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan bayi/anak.
 Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whei dan
Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whei dengan Casein merupakan salah satu
keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak
yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan
pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak
mudah diserap.
 Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI :
 Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi
sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Percobaan
pada binatang menunjukkan bahwa defisiensi taurin akan berakibat terjadinya gangguan
pada retina mata.
 Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh
rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel
otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat
dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor) yaitu masing-masing dari
Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
2.Aspek Imunologik
 ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi.
 Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori
Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus
pada saluran pencernaan.
 Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat
zat besi di saluran pencernaan.
 Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
 Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari
3 macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut
Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary
Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu.
 Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan
bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna
untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan.
3.Aspek Psikologis
 Rasa percaya diri ibu untuk menyusui : bahwa ibu mampu menyusui dengan produksi
ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih saying
terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada
akhirnya akan meningkatkan produksi ASI.
 Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada
kesatuan ibu-bayi tersebut.
 Pengaruh kontak langsung ibu-bayi : ikatan kasih sayang ibu-bayi terjadi karena berbagai
rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas
karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang
sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim.
4.Aspek Kecerdasan
 Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan
system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi.
 Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4.3 point
lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8.3 point
lebih tinggi pada usia 8.5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI.
5.Aspek Neurologis
 Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang
terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.
6.Aspek Ekonomis
 Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan
bayi sampai bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran
rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya.

7.Aspek Penundaan Kehamilan


 Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode
Amenorea Laktasi (MAL).
BERBAGAI MASALAH DALAM MENYUSUI
1.Payudara bengkak
 Payudara bengkak biasanya terjadi 2 atau 3 hari pasca persalinan.Benakaa pada payudara
ini di sebabkan oleh penggumpalan air susu dalam kelenjar susu di payudara yang lama
kelamaan dapat menyebabkan tersumbatnya kelenjar susu sehingga pengeluaran volume
ASI berkurang.Desaka ASI yang tak lancer menimbulkan rasa nyeri pada payudara ibu
 Penggumpalan air susu bias terjadi karena bayi enggan menyusui pada I bu nya
kemungkinan karna derasnya aliran air susu yang keluar sehingga bayi tak nyaman saat
menyusui.Produksi Air susu yang melimpah tanpa di susukan atau di pompa lambat laun
akan menyebabkan penggumpalan yang pada akhirnya menyumbat kelenjar susu
 Jika ibu mengalami bengkak pada panyudara,atasilah dengan memijat daerah payudara
yang sakit sehari 2 kali kearah puting susu.Gunakan baby oil atau minyak kelapa murni
untuk melemaskan dan membuat daerah sekitar payudara tidak kaku.
2.Payudara meradang
 Gangguan ini bias di sebut sebagai mastitis.radang ini akan terjadi karena ibu tidak
menyusui atau puting payudara nya lecet karena mernyusui.kondisi ini bias terjadi pada 1
atau kedua payudara sekaligus.umumnya radang terjadi 2-6 minggu pasca persalinan
akibat adanya infeksi bakteri serta pemakaian BH yang terlalu ketat.
 Untuk mencegah mastitis,ibu harus menyusui bayi segera dab sesering mungkin,bila
payudara terasa penuh,segera keluarkan dengan cara menyusui langsung pada bayi
 Pengobatan yang tepat adalah dengan pemberian anti biotic yang baik dan aman untuk
ibu menyusui.
3.Puting datar atau tenggelam
 Kalainan ini terjadi karna pelekatan mengakibatkan saluran lebih pendek dan menarik
puting susu kedalam.tarik puting susu keluar dengan jari tangan,tahan selama beberapa
waktu.lakukan ini selama 2 hari sekali.
4.Puting lecet
 Puting lecet ini tidak tepatnya posisi mulut bayi saat menyusui.umumnya terjadi pada
hari pertama menyusui.bila tidak terlalu nyeri ,teruskan menyusui si kecil agar nyeri
berkurang oleskan sedikit ASI pada puting susu dan sekitarnya atau kompres payudara
dengan Air hangat sebelum menyusui.
5.Gangguan volume ASI
 Menyusui melibatkan proses menghasilkan dan mengeluarkan ASI. Biarkan pemberian
ASI lancar, kedua proses itu harus berjalan dengan seimbang. Jika tidak terjadi
keseimbangan maka proses menyusuipun tidak akan berjalan lancar.
6.Bingung puting
 Adalah masalah menyusui yang timbul karena bayi yang masih terlalu kecil mengalami
kebingungan antara meghisap puting dengan botol susu. Solusinya ibu harus memulai
membiasakan bayi diberi ASI perah dengan sendok, bukan botol susu. Berikan dengan
cara menyuapinya dengan sendok agar bayi tidak binggung puting.

SEPULUH LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI


1. Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI
2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya
3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah keberhasilan
menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV positif
4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (1/2 - 1 jam setelah lahir)
5. Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi dan
pelekatan mulut bayi pada payudara)
6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir
7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi
9. Tidak memberikan dot/ kempeng
10. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan

Makalah Gizi Ibu Menyusui


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa
berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia.
Dalam bahasa Inggris, food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan.
Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu :
1. Secara Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi,
membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh).
2. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena
gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja.
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita
baik yang sudah bersuami maupun belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu
(ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
susu (http://id.wikipedia.org).
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan
bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah
makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Namun harus tetap memperhatikan makanan yang menjadi
pantangan ibu menyusui.
B. Tujuan
1. Memberikan pengetahuan yang lebih pada mahasiswa dalam menetukan asupan gizi pada ibu
menyusui
2. Mahasiswa mampu melakukan secara mandiri dalm menyiapkan asupan gizi pada ibu
menyusui
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ibu Menyusui
Ibu adalah sebutan untuk orang perempuan yang telah melahirkan kita, wanita yang telah
bersuami, panggilan yang lazim pada wanita (Poerwodarminto, 2003).
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita
baik yang sudah bersuami maupun belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).
Menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu
(ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan
susu (http://id.wikipedia.org).
Menyusui adalah memberikan air susu untuk diminum kepada bayi, dan sebagainya dari
buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia.2001).
ASI menyediakan semua nutris yang dibutuhkan oleh bayi untuk kesehatan dan tumbuh-
kembangnya pada awal-awal kehidupan (0-6 bulan dianjurkan ASI ekslusif.
Sangat penting untuk mengkonsumsi bervariasi makanan termasuk :
a. Buah-buahan dan sayuran (dapat juga dibuat dalam bentuk jus), merupakan makanan yang
kaya serat. Umumnya ibu setelah melahirkan akan mengalami konstipasi (susah BAB) yang
kadang dapat sisertai nyeri. Makanan berserat dapat mengurangi keluhan ini
b. Makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, kentang sebagai sumber energi
c. Sumber protein seperti daging, dan ayam, telur, sebaiknya mengurangi ikan
d. Makanan tambahan seperti susu, keju, suplement calsium
Makan ikan baik untuk kesehatan dan pertumbuhan bayi, tetapi dianjurkan untuk tidak
lebih dari dua porsi dalam seminggu. Ini disebabkan zat-zat polutan yang ada pada ikan dapat
ikut melalui ASI dan dapat membahayakan bayi.
Kacang merupakan penyebab alergi yang paling sering, mengenai sekitar 1% dari
manusia, alergi kacang bisa menyebabkan reaksi yang berat. Bayi anda memiliki resiko tinggi
untuk terkena alergi kacang bila anda, suami anda, anak anda yang lain memiliki riwayat alergi
makanan atau alergi lain seperti rhinitis alergika, asma, ekzema.
Jika bayi anda memlikiki resiko tinggi, kacang harus dihindari dari bayi anda dengan cara
anda tidak mengkonsumsi kacang selama menyusui, dan setidaknya anak tidak boleh makan
kacang sampai usia 3 tahun.
Sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi suplement, terutama yang mengandung vit D
minimal 10 mcg perhari.
Tubuh ibu sangat efisien membentuk ASI jadi anda tidak perlu “makan untuk berdua”.
Yang penting makan dengan “diet menu seimbang”.
Kita seharusnya minum 6-8 gelas (1,2 liter) perhari. Jika anda menyusui anda
membutuhkan lebih banyak minum air dari 6-8 gelas. Jika anda haus, ini berarti anda sudah
dehidrasi, jika warna kencing anda pekat ini juga berarti anda kurang minum. Lebih baik jika
anda minum sesaat sebelum menyusui bayi. Air putih, susu dan jus merupakan pilihan yang baik.
Jangan minum alkohol dan kafein (kopi).
Bukan gagasan yang baik untuk menurunkan berat badan selama anda menusui, Ini
dikarenakkan anda membutuhkan energi dan anda dapat menghilangkan kebutuhan nutrisi yang
seharusnya didapat oleh bayi anda. Berita baik akan terjadi pengurangan komposisi lemak tubuh
dari ibu selama ia menyusui, jadi menyusui akan mempercepat mengembalikan berat badan anda
seperti sebelum melahirkan. Jika anda menggunakan “diet menu seimbang”, mengurangi lemak
dan gula, fisik yang aktif ini akan membantu anda untuk menurunkan berat badan.

B. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui


Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan
bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah
makanan yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam menyusun menu, penting untuk memperhatikan syarat-
syarat dalam menyusun menu ibu menyusui yaitu : seimbang, tidak ada pantangan makanan
(kecuali ibu memang alergi bahan makanan tertentu), mudah cerna dan tidak terlalu merangsang
pencernaan.
Gizi Seimbang Bagi Ibu Menyusui. Prinsipnya yaitu sama dengan makanan ibu hamil,
hanya jumlahnya lebih banyak dan mutu lebih baik. Syarat-syarat bagi ibu menyusui:
1. Susunan menu harus seimbang
2. Dianjurkan minum 8-12 gelas/hari
3. Menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu panas/dingin, tidak menggunakan alkohol,
guna kelancaran pencernaan ibu
4. Dianjurkan banyak makan sayuran berwarna
Bahan makanan yang dianjurkan untuk ibu menyusui:
1. Jumlah dan mutunya lebih banyak daripada saat hamil / keadaan biasa (tinggi kalori tinggi
protein)
2. Bahan makanan sumber kalori : beras, roti, mie, kentang, bihun dan sebagainya.
3. Bahan makanan sumber protein : daging, telur, hati, ayam, ikan, tahu, tempe, kacang-kacangan
sebagainya.
4. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral yang dapat meningkatkan produksi ASI yaitu
sayuran yang berwarna hijau/kuning, buah-buahan yang dagingnya berwarna merah/kuning,
misalnya : bayam daun singkong, daun katuk, lamtoro gung tanpa kulit, pepaya, pisang, jeruk,
jambu air, mangga sebagainya.
5. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan sumber zat besi dalam jumlah yang cukup setiap
harinya misalnya: bayam, daun pepaya, kangkung, kacang merah, kacang hijau dan kacang
tanah. sebagainya.
6. Mengkonsumsi aneka ragam bahan makanan yang mengandung zat kapur/kalsium misalnya
daun singkong, daun katuk, bayam, daun pepaya, singkong, keju, ikan teri dan susu. sebagainya.
7. Perlu lebih banyak minum air putih untuk membantu memperbanyak produksi ASI
Bahan makanan yang dibatasi :
1. Bahan makanan yang berbau merangsang : petai, bawang, jengkol.
2. Bahan makanan yang merangsang, misalnya cabe, merica, jahe, karena bisa menyebabkan bayi
mencret.
3. Bahan makanan yang manis dan berlemak, karena bisa menyebabkan ibu menjadi gemuk.

Selain makanan, produksi ASI sangat tergantung pada 3 hal penting, yaitu:
1. Permintaan bayi : hendaknya ibu sesering mungkin menyusui bayinya karena dengan demikian
produksi ASI akan bertambah banyak dan cukup untuk kebutuhan bayi.
2. Psikologis ibu : ibu menyusui perlu istirahat cukup, ketenangan jiwa dan pikiran
3. Perlu perawatan payudara untuk memberi rangsangan pada kelenjar susu agar produksi ASI
meningkat.
C. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Ibu Menyusui
1. Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.
2. Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram protein
sehari.
3. Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika
kekurangan satu atau lebih zat gizi.
4. Aktivitas.

D. Anjuran dan Pantangan Bagi Ibu Menyusui


Tidak ada makanan yang secara khusus disarankan bagi ibu menyusui. Mereka harus
makan seperti biasanya, dengan menu beragam sesuai pola makan yang seimbang. Porsinya saja
yang perlu ditambah, baik melalui makan besar maupun ‘ngemil’.
Beberapa tips berikut mungkin bermanfaat:
Anjuran:
a. Perbanyak minum. Ibu menyusui cenderung untuk merasa cepat haus karena sebagian air yang
diminum dipakai tubuh untuk memproduksi ASI (87% kandungan ASI adalah air). Tambahkan
frekuensi minum sebanyak 4- 5 gelas per hari agar tubuh tidak kekurangan cairan. Selain air
putih, susu dan buah juga dapat menjadi sumber cairan. Air seni ibu hamil yang cukup minum
berwarna kuning muda, kecuali bila sebelumnya mengkonsumsi vitamin B kompleks (menjadi
kuning keemasan).
b. Perbanyak frekuensi makan menjadi lima kali: makan pagi, makan siang, snack sore, makan
malam dan snack malam.
c. Perbanyak makanan yang kaya protein dan kalsium. Protein dan kalsium sangat diperlukan
untuk produksi ASI dan pertumbuhan bayi. Kebutuhan protein minimal adalah 1 gram per kg
berat badan. Konsumsi kalsium yang dianjurkan adalah 1.200 mg. Susu, yoghurt, keju, tahu dan
tempe adalah sumber protein dan kalsium yang bagus. Konsumsi makanan dan buah-buahan
yang mengandung Vitamin D, magnesium dan zinc juga diperlukan untuk memperlancar
penyerapan kalsium.
d. Perbanyak makan buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin. Suplemen vitamin A, C, B1,
B2, B12, niasin dan asam folat sangat diperlukan pada masa menyusui.
e. Pastikan kecukupan konsumsi zat besi agar ibu menyusui tidak anemia. Zat besi banyak
terdapat pada sayuran seperti kangkung, bayam dan katuk. Katuk merupakan sayuran spesial
bagi ibu menyusui, karena dalam 100 g daun katuk terdapat sekitar 2.7 mg zat besi dan 204 mg
kalsium.
Pantangan:
a. Jauhi makanan yang berkalori rendah agar tidak mengurangi selera makan.
b. Jauhi rokok dan alkohol karena dapat meracuni bayi dan membuat pertumbuhannya terhambat.
c. Kurangi kafein. Bila ibu menyusui sudah terbiasa minum kopi, batasi konsumsinya hingga
maksimum 2 cangkir per hari. Selain kopi, kafein juga terdapat pada coklat, teh, beberapa jenis
minuman ringan dan obat.
d. Bila bayi mengalami alergi, periksa makanan apa yang telah dikonsumsi ibu. Hentikan
konsumsi makanan yang menimbulkan alergi pada bayi.
e. Jangan minum obat selama masa menyusui, kecuali sudah dikonsultasikan dengan dokter.

E. Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui


Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah
nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal
yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.

F. Kebutuhan Zat Gizi Ibu Menyusui


Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang
dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori
ASI yang dihasilkan ibu dengan nurisi baik adalah 70 kal/ 100 ml, dan kira-kira 85 kal
diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640
kal/ hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/ hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan
jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2300-2700 kal ketika menyusui (Dudek,
2001).
Protein. Ibu memerlukan tambahan 20 gram diatas kebutuhan normal ketika menyusui.
Jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kal yang dianjurkan.
Cairan. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Dianjurkan ibu
menyusui minum 2-3 liter per hari, dalam bentuk air putih, susu dan jus buah.
Vitamin dan mineral. Kebutuhan vitamin dan mineral selama menyusui lebih tinggi
daripada selama hamil.

Kecukupan
Bahan Makanan URT Ibu Menyusui Bayi atau
Gizi Ibu
Anak
menyusui
0-6 7-12 13-24
bulan bulanIbu Menyusui
bulan Bayi/Anak
Nasi Piring +700
Wanita Dewasa +500 +400 Umur
Ikan Zat Gizi Potong +16 +12 0-6+11 7-12
Tidak Menyusui 13-24
Tempe Potong +350 +300bulan+250 bulan bulan
Sayuran Kalori 2100+0,3 +0,3+700+0,2+500 +400
Buah Protein (gr) 44+0,4 +0,3+16 +0,2+12 +11
Gula Vitamin A (RE) 500+3,1 +2,2+350+1,8+300 +250
Minyak Thalamin (mg) 0,9+0,3 +0,3+0,3 +0,3+0,3 +0,2
Susu Riboflapin (mg) 1,0+50 +40 +0,4 +25 +0,3 +0,2
Nlacin (mg) 9,3 +3,1 +0,2 +1,8
Vitamin B12 (mg) 1,0 +0,3 +0,3 +0,3
Asam Folat (mg) 150 +50 +40 +25
Vitamin C (mg) 30 +25 +10 +10
Calcium (mg) 500 +400 +400 +300
Fosfor (mg) 450 +300 +200 +200
Besi (mg) 26 +2 +2 +2
Seng (mg) 15 +10 +10 +5
Iodium (mg) 150 +50 +50 +25
sesuai Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi

G. Menu Makanan Ibu Menyusui


Contoh Menu Sehat Untuk Ibu Menyusui Telah diuji oleh Tim dapur NOVA
Pagi Susu 1 gelas (200cc)
Jam 08.00 Nasi (100gr), Pecel Sayuran (100gr), Semur Daging (30 gr), Tempe
Goreng atau Bacem (50gr).
Jam 11.00 Sup Kacang Merah Segar (25gr), Ayam (15gr), dan Wortel (50gr).
Jam 13.30 Nasi (200gr), Pepes Ikan (75 gr), Daun Singkong (25gr), Ayam
Panggang Kalasan (50gr), Tahu Bacem (50gr), Sayur Bening Daun
Katuk Oyong (150gr), dan Buah (100gr).
Jam 16.00 Slada Buah atau Rujak Buah (150gr), Minuman Air Kacang Hijau.
Jam 19.00 Nasi (200gr), Sate Ayam Ati (50gr), Daging Ayam (25gr), Tempe
(50gr), Aneka Sayuran (100gr), dan Buah.
Jam 22.00 Susu 1 gelas (200cc)

Nama Bahan Makanan Harga


Beras (kg) Rp.
Tempe (bungkus) Rp.
Kangkung Rp.
Daging Rp.
Kacang Merah Rp.
Ayam Rp.
Wortel Rp.
Ikan Rp.
Daun Singkong Rp.
Tahu Rp.
Buah Rp.
Slada Buah Rp.
Hati Ayam Rp.
Susu Rp.

H. Dampak Kekurangan Gizi Ibu Menyusui


Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan
bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena
infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tulang.

I. Pendidikan Gizi Bagi Ibu Menyusui


1. Buatlah setiap gigitan berarti – Makan makanan yang bermanfaat untuk menghasilkan susu
yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas dan mempercepat kondisi setelah melahirkan.
2. Semua kalori tidak diciptakan setara – Memilih makanan yang mengandung kalori sesuai
dengan kebutuhan.
3. Jika anda kelaparan, maka bayi juga – Jangan melewatkan makan jika saat menyusui karena
dapat memperpendek umur dan daya hidup.
4. Jadilah ahli efesiensi – Memilih makanan yang bergizi tidak harus mahal, yang terpenting
sesuai dengan kebutuhan nutrisi selama laktasi.
5. Karbohidrat adalah isu komplek – Karbohidrat komplek kaya akan vitamin dan mineral,
sehingga menghasilkan air susu yang baik dan cukup.
6. Yang manis tidak ada manfaatnya- bahkan menimbulkan masalah – Kalori yang berasal dari
gula, kurang bermanfaat, konsumsi makanan yang manis dikurangi.
7. Makanlah makanan yang alami – Makanan olahan biasanya banyak kehilangan nilai gizinya
sehingga akan mengurangi nilai gizi air susu.
8. Buatlah kebiasaan makan yang baik sebagai kebiasaan keluarga, hal ini akan bermanfaat untuk
kesehatan keluarga.
Jangan minum minuman beralkohol, obat-obatan, kopi atau merokok. Hal tersebut akan
mempengaruhi produksi air susu dan menimbulkan gangguan pada ibu dan bayi

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, panggilan yang lazim pada wanita
baik yang sudah bersuami maupun belum (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001). Sedangkan
menyusui adalah proses pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI)
dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu
(http://id.wikipedia.org). Tidak ada makanan yang secara khusus disarankan bagi ibu menyusui.
Mereka harus makan seperti biasanya, dengan menu beragam sesuai pola makan yang seimbang.
Porsinya saja yang perlu ditambah, baik melalui makan besar maupun ‘ngemil’.
B. Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca pada umumnya
serta menambah wawasan pembaca terutama dalam menentukan asupan gizi seimbang pada ibu
menyusui
PROMOSI KESEHATAN BUTEKI
KELOMPOK :

Diah Venty A /
Istighna / S.08.354
Norlaila / S.08.365
Rusmita Erniyati / S.08.376
Winda Setya N /

A. Latar Belakang
Promosi penggunaan air susu ibu adalah salah satu upaya untuk menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian bayi yang perlu ditangani secara intensif, mengingat ASI
merupakan sumber gizi utama bagi bayi yang sangat berkaitan dengan derajat kesehatan bayi dan
timgkat kelangsungan hidupnya Petugas KIA dalam hal ini bidan dan perawat wanita merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan program promosi penggunaan ASI.
Dengan makin bekembangnya jenis dan beban petugas KIA maka diperlukan identifikasi
kemampuan dan ketrampilan petugas dalam bidang tugasnya dalam hal ini promosi ASI melalui
suatu penelitian. Hasil penelitian yang ditemukan sebagai bahan pertimbangan Dinas Kesehatan
dalam rangka peningkatan dan pendayagunaan aparatur penyuluh kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. ASI sebagai bahan pangan bayi !
2. Mengapa harus di beri ASI !
3. Cara meneteki yang benar !
4. Keunggulan ASI dibanding PASI !
5. Manfaat ASI !
6. Gizi menyusui !
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, pelatihan ini mempunyai tujuan untuk :
a.Tujuan Umun
1. Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan ketrampilan
2. Membentuk kesadaran masyarakat akan pentingnya ASI
3. Tenaga Kesehatan lebih memahami konsep pemberian makan bayi dan anak dengan tepat.
4. Tersosialisasinya Kebijakan Nasional dan Internasional mengenai pemberian makanan untuk
bayi dan anak.

b.Tujuan Khusus
Dengan program pelatihan konselor dan fasilitator laktasi, lembaga penyelenggara dapat:
1. Memotivasi para tenaga pelayanan kesehatan ibu dan bayi.
2. Meningkatkan peserta tentang tatalaksana menyusui.
3. Meningkatkan kemampuan peserta dalam hal konseling menyusui.
4. Memiliki tenaga profesional pembantu ibu menyusui dengan kemampuan konseling.
5. Peserta yang telah dilatih menjadi konselor laktasi, berperan secara langsung dalam
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat
meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai ibu menyusui.

2. Bagi Institusi/bidan
Diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk perbandingan dalam peningkatan
pelayanan asuhan kebidanan.

PEMBAHASAN

Terkait dengan issu ketahanan pangan, maka pemberian ASI kepada bayi merupakan
aspek penting yang perlu diperkirakan dalam issu ketahanan pangan. Menurut World Alliance
for Breastfeeding Action (WABA), meneteki/memberi ASI kepada bayi merupakan jantung dari
ketahanan pangan, karena selain ekonomis, merupakan pangan alami, praktis , dan selalu
tersedia setiap saat dibutuhkan dan dengan suhu yang sesuai dan berkesinambungan demi masa
depan insan di bumi kita ini.
Ketahanan pangan mengandung arti memiliki pangan yang cukup untuk
mempertahankan kehidupan yang sehat dan produktif, baik hari ini maupun di masa mendatang.
Masyarakat dikatakan memiliki ketahanan pangan apabila semua anggota keluarga (termasuk
bayi) memiliki akses terhadap makanan dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik, dengan
harga terjangkau, dapat diterima dan selalu tersedia secara lokal/dalam negeri secara
berkelanjutan.
Pemberian ASI merupakan jaminan ketahanan pangan bagi bayi-bayi. Tidak ada bahan
makanan yang selalu sedia setiap saat, terjangkau dan bernilai gizi tinggi selain ASI, karena ASI
saja merupakan makanan lengkap untuk bayi hingga berumur 6 bulan. Oleh karena itu
disarankan untuk memberi ASI Eksklusif (hanya diberi ASI hingga berumur 6 bulan). Dengan
meneteki/memberi ASI kepada bayi berarti memberikan zat-zat gizi penting bagi bayi, guna
mencegah kekurangan gizi pada anak-anak berusia dibawah dua tahun (baduta) atau lebih. ASI
merupakan makanan pertama dan utama bagi bayi; dilain pihak, meneteki/memberi ASI juga
memberi manfaat yang besar bagi kelangsungan hidup bayi, ibu, keluarga, masyarakat dan bumi
kita.
Anjuran penggunaan ASI bukan hal yang baru, Poster dari Berlin (1918) menyatakan ;
kematian bayi yang diberi PASI melalui botol 7 x lebih tinggi dari bayi yang diberi ASI. Dalam
AL-Qur’an pun dikatakan : “ Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, susukanlah dia (anaknya)”
(QS.Al-Qashash ayat 7). “Para ibu hendaknya menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuannya” (QS. Al-Baqarah ayat 233).
Agar meneteki menjadi suatu hal yang menyenangkan bagi ibu dan bayi, maka meneteki
perlu dilakukan dengan baik. Adapun hal-hal perlu diperhatikan, yaitu :

a. Posisi meneteki yang benar :


● Perut bayi menghadap badan ibu
● Telinga-bahu-tangan dalam garis lurus
● Bayi didekatkan pada ibu
● Ibu menyangga seluruh badan bayi
b. Melekat dengan benar :
● Dagu menempel pada payudara ibu
● Bibir bawah terbuka ke luar
● Mulut terbuka lebar
● Bagian atas aerola mamae lebih banyak berada dalam mulut bayi
Menetek efektif :
1. Posisi yang benar

2. Melekat dengan benar

3. Menetek lambat dan dalam


4. Gerakan menelan
5. Sesudah menetek bayi tampak tenang

Langkah-langkah menuju keberhasilan menyusui :


- Rumah Sakit Sayang Bayi
- Rumah Sakit Sayang Ibu
- Relaktasi
- Induksi Laktasi
- ASI eksklusif sampai 4 bulan
- ASI sampai 2 tahun
- MP ASI
- Tepat Waktu Bentuk
- Yang perlu diingat ialah PASI harus terkontrol

Keunggulan ASI:
 Kuantitas dapat memenuhi kebutuhan bayi
 Kualitas sesuai untuk bayi
 Mengandung zat kekebalan tubuh yang diperlukan bayi
 Membina hubungan psikologis ibu-anak
 Ekonomis
 Mudah

Adapun manfaat dari ASI antara lain:


A. Untuk Bayi
Berikut manfaat ASI untuk bayi
1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik.
2. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama bayi.
3. Setelah umur 1 tahun, pemberian ASI tetap dianjurkan karena masih memberikan manfaat.
4. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia.
5. Komposisi ASI ideal untuk bayi
6. ASI mengurangi resiko infeksi, sembelit, dan alergi.
7. Bayi ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit
8. Bayi ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice).
9. ASI selalu siap sedia setiap saat bayi menginginkannya.
10. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan kedekatan antara
ibu dan anak.
11. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk .
12. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah.
13. Beberapa penyakit lebih jarang muncul pada bayi ASI.
14. IQ pada bayi ASI lebih tinggi 7-9 point daripada IQ bayi non-ASI. Kepandaian anak yang
minum ASI pada usia 9 1/2 tahun mencapai 12,9 poin lebih tinggi daripada anak-anak yang
minum susu formula.
15. Menyusui bukanlah sekadar memberi makan, tapi juga mendidik anakUntuk Ibu
Berikut manfaat ASI untuk ibu menyusui :
1. Hisapan bayi membantu rahim menciut.
2. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pindah ke dalam ASI.
3. Ibu menyusui memiliki resiko lebih rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.
4. ASI lebih hemat waktu.
5. ASI lebih praktis.
6. ASI lebih murah.
7. ASI selalu bebas kuman.
8. Wanita yang menyusui bayinya mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional.
9. ASI tak bakalan basi.
B. Untuk Keluarga
1. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula.
2. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit.
3. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi LAM dari ASI eksklusif.
4. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
5. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu
siap tersedia.
6. Lebih praktis saat akan bepergian.
C. Untuk Masyarakat dan Negara
1. Menghemat devisa Negara.
2. Bayi sehat membuat negara lebih sehat.
3. Terjadi penghematan pada sektor kesehatan.
4. Memperbaiki kelangsungan hidup anak.
5. ASI adalah sumber daya yang terus menerus diproduksi dan baru.

Menyusui berarti seorang ibu telah memberikan gizi kepada bayi nya. Seorang ibu
menyusui membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari untuk dapat menyusui bayinya
dengan sukses. 300 kalori yang dibutuhkan oleh si bayi datang dari lemak yang ditimbun selama
kehamilan. Proses menyusui itu sendiri membantu ibu mengurangi berat badan dan menjadi
langsing kembali. Ibu menyusui biasanya cepat merasa haus.
Penggunaan pil KB selama menyusui juga harus dihindari. Wanita sebaiknya
menggunakan metode KB alami, kondom, atau IUD daripada menggunakan KB hormonal (pil,
suntik, susuk). Gizi makanan saat tidak hamil dan 4 bln pertama kehamilan , 5 bulan terakhir
menyusui.
Susu(sapi atau kedelai) 600ml, 1200ml, 1200ml
Protein hewani: daging matang, ikan, atau unggas) atau Protein Nabati:(biji-bijian, kacang-
kacangan, produk susu, produk kedelai)
Telur
Buah dan Sayuran yang kaya Vit A (sayuran hijau atau kuning) brokoli, kailan, kangkung,
caisim, labu, wortel, tomat
Buah dan Sayuran yang kaya Vit C: jeruk-jerukan, tauge, tomat, melon, pepaya, mangga, jambu.
Biji-bijian (beras merah, roti wholemeal, havermut, mie
Mentega, margarine, minyak sayur gunakan secukupnya
Diposkan oleh istighna_Akbid SM di 17.50

Makalah Gizi pada Ibu Menyusui


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gizi ibu menyusui adalah makanan sehat selain obat yang mengandung protein,
lemak,mineral, air dan karbohidrat yang dibutuhkan oleh ibu menyusui dalam jumlah tertentu
selama menyusui. Masa postpartum merupakan masa pemulihan karena merupakan faktor
penunjang yang utama produksi ASI sehingga apabila gizi tidak terpenuhi akan menghambat
produksi ASI dan dapat mempengaruhi komposisi serta asupan nutrisi untuk bayi baru lahir. Ibu
menyusui memiliki kebutuhan yang banyak akan asupan gizi yang terkandung di dalam setiap
makanan yang di konsumsinya dengan memperhatikan kebutuhan yang di perlukan oleh
tubuhya. Pendidikan tentang gizi amat penting diberikan untuk memberikan pengetahuan yang
sebelumnya tidak diketahuinya, sehingga dengan demikian pola makannya akan lebih
diperhatikan melelui penyusunan menu seimbang yang di anjurkan dalam pemenuhan kecukupan
gizinya. Selain dengan pendidikan, advokasi bisa kita lakukan pada ibu menyusui. Agar
terciptanya suatu dorongan yang mendasar akan pentingnya gizi pada Ibu ataupun untuk
bayinya.
Dengan melihat pemaparan diatas, muncullah sebuah keinginan tentang pembuatan makalah
mengenai “Gizi Pada Ibu Menyusui” yang berisikan tentang status kebutuhan asupan gizi ibu
menyusui, pengaruh gizi pada sukses menyusui, dan cara memberikan pendidikan gizi. Selain
itu, makalah ini juga merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi.

2. Tujuan

Pembuatan makalah tentang Gizi Pada Ibu Menyusui ini, bertujuan untuk :
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui status kebutuhan asupan gizi yang harus diperhatikan untuk
ibu menyusui.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengaruh status gizi ibu pada kesuksesan pemberian ASI.
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara untuk memberikan pendidikan gizi pada ibu
menyusui.
BAB II
TINJAUAN MASALAH / ISI

1. Bagaimana status kebutuhan asupan gizi yang harus diperhatikan untuk ibu menyusui ?
2. Mengapa status gizi berpengaruh bagi ibu menyusui ?
3. Bagaimana cara untuk memberikan pendidikan gizi bagi ibu menyusui ?

BAB III
PEMBAHASAN

A. Status Gizi Ibu Menyusui

Status gizi ibu memberikan peranan yang penting terhadap kuantitas dan kualitas produksi
ASI. Misalnya jika ibu kekurangan kalsium akan menyebabkan kebutuhan kalsium bayi diambil
dari cabang kalsium pada jaringan ibu. Jika hal ini dibiarkan terus berlanjut maka akan
mengakibatkan ibu mengalami osteophorosis dan kerusakan gigi. Kuantitas produksi ASI di
pengaruhi oleh keadaan gizi ibu, ibu dengan gizi baik akan memproduksi ASI sekitar 600 - 800
ml pada bulan pertama, sedangkan ibu dengan gizi kurang hanya memproduksi ASI sekitar 500 -
700 ml.
Status gizi ibu menyusui di pengaruhi oleh prinsip, dan faktor yang mesti diperhatikan
dalam pemenuhannya.
1. Prinsip Gizi Bagi Ibu Menyusui
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan
bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan
yang menjamin pembentukan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayinya.
2. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI
 Pengaruh makanan erat kaitannya dengan volume ASI yang diproduksi per hari.
 Protein, dengan adanya variasi individu maka dianjurkan penambahan 15-20 gram protein
sehari.
 Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika
kekurangan satu atau lebih zat gizi.
 Aktivitas.
 Psikologi
 Kesehatan
 Pengetahuan dan Pendidikan tentang pantangan, kesukaan, kebutuhan
 Sosial ekonomi
 Bayi tidak mau menyusu
 Masalah pada payudara
3. Pengaruh Status Gizi Bagi Ibu Menyusui
Kebutuhan nutrisi selama laktasi didasarkan pada kandungan nutrisi air susu dan jumlah
nutrisi penghasil susu. Ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal
yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu sendiri.
a) Kebutuhan Gizi Pada Ibu Menyusui
Kebutuhan gizi pada ibu yang sedang menyusui sangatlah harus dipertimbangkan karena
menyangkut gizi anak sebelum lahir dan semasa bayi. Selain itu, ibu yang memiliki gizi yang
cukup juga dapat membantu pemulihan yang lebih cepat pasca persalinan. Selain itu, produksi
ASI juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu tidak di penuhi dengan baik semasa hamil dan
menyusui tentu akan menimbulkan dampak negative terhadap status gizi ibu, kesehatan ibu dan
anak karena ASI yang akan dihasilkan akan berkualitas rendah.
Zat gizi yang dibutuhkan antara lain:
 Energi
Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan masukan energi untuk
mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu dibutuhkan sebesar 700 kkal/jari (6 bulan
pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan sekitar rata-rata 500 kkal/ hari dan pada
tahun kedua dianjurkan tambahan sebanyak 400 kkal/hari.
 Protein
Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6 bulan kedua
dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan sebesar 11g/hari.
 Zat besi
Terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu perlu ditambahkan
dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi untuk 6 bulan pertama menyusui
adalah 1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat besi sebesar 5 mg/ hari.
 Kalsium
Diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sekitar 400 mg, karena dalam proses
produksi ASI, tubuh juga menjaga konsenterasi kalsiun dalam ASI relative konstan baik dalam
kondisi intake kalsium cukup atau kurang. Jika intake kalsium tidak mencukupi maka kebutuhan
kalsium dalam produksi ASI akan diambil dari deposit yang ada pada tubuh ibu, termasuk dalam
tulang.
 Vitamin D
Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang.
 Vitamin B-6
Memetabolisme lemak dan protein, memfasilitasi pertumbuhan sel, mendukung syaraf dan
sistem kekebalan. Vitamin B-6 sangat dibutuhkan bagi produksi sel darah merah dan putih.
 Folic Acid (Asam folat)
Mensintesis DNA dan membantu dalam pembelahan sel.
 Vitamin B-12
Mendukung sistem saraf dan produksi sel darah merah.
 Zinc (Seng)
Mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam penyembuhan luka.
Tabel Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui
Zat gizi 0-6 bulan 7-12 bulan
Energi (kkal) + 700 + 500
Protein (g) + 16 + 12
Vitamin (RE) + 350 + 300
Tiamin (mg) + 0,3 + 0,3
Riboflavin (mg) + 0,4 + 0,3
Niasin (mg) +3 +3
Vitamin B-12 (µg) + 0,3 + 0,3
Asam folat (µg) + 50 + 40
Vitamin C (mg) + 25 + 10
Kalsium (mg) + 400 + 400
Fosfor (mg) + 300 + 200
Magnesium (mg) + 40 + 30
Besi (mg) +2 +2
Seng (mg) + 10 +10
Iodium (µg) + 50 + 50
Selenium (µg) + 25 + 20

Kandungan vitamin dan mineral dapat memastikan bahwa ibu dan bayi memperoleh
nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Semua gizi
tersebut dapat didapatkan pada:
a) Sayur-sayuran
Sayuran merupakan sumber utama makanan yang kaya zat besi, serat, asam folat, beta-carotene,
vitamin C, lycopene, flavonoids dan beta-glucans. Makan-makanan kaya zat besi membantu
memelihara tingkat energi Anda sekaligus mampu mencegah anemia. Folate atau asam folat
sangat penting dalam pembentukan sel darah merah. Jika Anda suka sayuran mentah, coba
makan bayam, selada, tomat, ketimun, dan jamur. Jika Anda memilih sayuran yang telah
dimasak, pertimbangkan gambas, kacang polong, jagung, kentang, dan labu. sebaiknya makan 3-
5 hidangan sayuran setiap hari.
b) Buah-buahan
Buah yang sehat dan warnanya terang bagus dikonsumsi setelah makan. Kandungan vitamin A,
B, K, dan C dalam buah baik untuk membangun sistem kekebalan tubuh ibu dan bayi. Asupan
buah juga membantu tubuh penyerapan zat besi. Konsumsi buah-buahan seperti blueberry dan
strawberry sangat disarankan karena mengandung anti oksidan dan serat tinggi. Buah dapat
dimakan dalam keadaan alami, beku atau dijus. Usahakan makan 3-5 porsi buah setiap hari.
c) Kacang-kacangan
Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak sehat. Protein penting
memperbaiki sel-sel vital dalam tubuh. Banyak kacang-kacangan yang juga mengandung vitamin
B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Tingkat cukup kalsium diperlukan untuk
membangun tulang yang sehat dan gigi. Kacang juga baik untuk camilan termasuk kenari,
kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang Brasil dan pistachio.
d) Ikan
Ikan tinggi omega 3 yang penting bagi pertumbuhan bayi. Tapi ingat, menurut US Environmental
Protection Agency (EPA), ibu menyusui tidak boleh makan ikan hiu, ikan todak, makarel raja,
atau ikan ubin karena tingkat kandungan merkurinya sangat tinggi. Ikan salmon pollock tuna dan
ikan patin masih aman dikonsumsi 12 ons seminggu karena termasuk jenis ikan rendah merkuri.

Hal yang paling penting dalam memenuhi gizi adalah menjaga pola makanan bergizi
untuk ibu menyusui, terutama makanan yang banyak mengandung protein, vitamin, mineral, dan
cairan.
Berikut beberapa contoh makanan serta nilai gizi yang dikandungnya

Makanan Jumlah energi


175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
3/4 gelas nasi seberat 100 g
karbohidrat
2 buah kentang berukuran sedang seberat 175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
200 g karbohidrat
175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
2 iris roti seberat 80 g
karbohidrat
175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
5 biskuit kraker seberat 50 g
karbohidrat
1 potong daging ukuran sedang seberat 50 g 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak
1 butir telur ayam negeri seberat 60 g 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak
50 g udang basah 95 Kalori, 10 g protein, dan 6 g lemak
80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g
1 buah tahu ukuran besar seberat 100 g
karbohidrat
80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g
2 potong sedang tempe seberat 50 g
karbohidrat
80 Kalori, 6 g protein, 3 g lemak, dan 8 g
2 1/2 sdm kacang hijau seberat 25 g
karbohidrat
Syarat gizi seimbang untuk ibu menyusui
 Tinggi kalori dan protein
 Cukup vitamin dan mineral
 Mudah dicerna dan tidak merangsang
 Tinggi cairan : 800 – 1000 ml/hr
 Tinggi konsumsi cairan dan buah segar
 Susunan menu bervariasi dan seimbang
b) Dampak Kekurangan Gizi Ibu Menyusui
Kekurangan gizi pada ibu menyusui menimbulkan gangguan kesehatan pada ibu dan
bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses tumbang anak, bayi mudah sakit, mudah terkena
infeksi. Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata ataupun tu
B. Pengaruh Status Gizi Ibu Pada Sukses Menyusui

Bila kebutuhan energi wanita usia reproduksi sebesar 2100 kcal / hari, seorang ibu
menyusui memerlukan asupan rata-rata 2700 kcal dalam kesehariannya. Tambahan sebesar 500 –
700 kkal tersebut tak lain diperlukan untuk keperluan Biosintesis ASI. Ekstra energi tersebut
tidak semuanya harus di dapatkan dari intake makanan yang di konsumsi ibu menyusui sehari-
hari. 200 kcal ternyata telah tersedia di tubuh ibu berupa cadangan deposit yang telah di bentuk
sejak dimulainya proses masa kehamilan. Sisa 300 – 500 kcal / hari lah yang baru di harapkan
diperoleh dari intake makanan keseharian sang ibu. Jadi tidak tepat bila dikatakan seorang ibu
menyusui harus makan dengan porsi besar-besaran agar tidak kelaparan dan produksi ASI lancar.
Saat menyusui minuman keras sebisa mungkin dihindari. Selain itu merokok selama
menyusui dapat membahayakan bayi dan mengurangi produksi susu. Penggunaan pil KB selama
menyusui harus dihindari sebab dampak jangka panjang hormon dalam pil masih belum
diketahui. Pil KB juga diketahui mengurangi produksi susu. Namun, pil POP (Progesteron Only
Pil / low-dose) tidak mempengaruhi produksi susu, dan pada kasus khusus pil ini boleh di
gunakan (misalnya pada kasus ibu Diabetes yang tidak boleh hamil). Namun, kebanyakan wanita
sebaiknya menggunakan metode KB alamiah, kondom, atau IUD daripada menggunakan KB
hormonal.
C. Pendidikan Gizi Bagi Ibu Menyusui
1. Buat setiap gigitan berarti.
Makan makanan yang bermanfaat untuk menghasilkan susu yang baik dari segi kualitas
maupun kuantitas dan mempercepat kondisi setelah melahirkan.
2. Semua kalori tidak diciptakan setara.
Memilih makanan yang mengandung kalori sesuai dengan kebutuhan.
3. Jika ibu kelaparan, maka bayi juga kelaparan.
Jangan melewatkan makan jika saat menyusui karena dapat memperpendek umur dan
daya hidup.
4. Menjadi ahli efesiensi.
Memilih makanan yang bergizi tidak harus mahal, yang terpenting sesuai dengan
kebutuhan nutrisi selama laktasi.
5. Karbohidrat adalah isu komplek.
Karbohidrat komplek kaya akan vitamin dan mineral, sehingga menghasilkan air susu
yang baik dan cukup.
6. Makanan yang manis belum tentu bermanfaat, bahkan menimbulkan masalah.
Kalori yang berasal dari gula, kurang bermanfaat, konsumsi makanan yang manis
dikurangi.
7. Makanlah makanan yang alami.
makanan olahan biasanya banyak kehilangan nilai gizinya sehingga akan mengurangi
nilai gizi air susu.
8. Buatlah kebiasaan makan yang baik sebagai kebiasaan keluarga, hal ini akan bermanfaat
untuk kesehatan keluarga.
Makanan sehari-hari yang di konsumsi oleh ibu menyusui harus memenuhi syarat menu
seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi ibu. Dalam menyusun hidangan untuk ibu menyusui
perlu di perhatikan hal-hal berikut ini :
o Gunakan bahan makanan yang beraneka ragam
o Makanan mudah di cerna
o Bumbu tidak terlalu banyak merangsang
o Porsi kecil tapi sering
o Cukup cairan
o Ibu yang tidak mengalami penyakit tertentu tidak ada pantangan dalam hal makan
o Makanan yang seimbang, gerak badan, dan udara segar
o Menjaga kesehatan jasmani dan rohani
o Jika ibu terlalu gemuk, kurangi makanan sumber zat tenaga
o Jika ibu terlalu kurus, tambahkan porsi makan
o Hindari alkohol karena dapat berakibat bayi mengalami FAS (Fetal Alkohol Syndrome) dengan
tanda-tanda :pertumbuhan lambat, kepala kecil, bentuk wajah berubah, pertumbuhan sel, serta
jumlah produksi sel menurun.
Adapun kebutuhan tambahan makanan yang harus di konsumsi oleh ibu menyusui dapat di
lihat dari porsi makan yang harus dikonsumsi. Kebutuhan tersebut dapat dilihat dari tabel di
bawah ini yang dapat dijadikan sebagai indikasi dari jumlah makanan yang di butuhkan oleh
tubuh yang harus dikonsumsi oleh ibu.
Tabel Tambahan Makanan Untuk Ibu Menyusui

Bahan Tidak Menyusui Menyusui 0 – 6 Menyusui 7 – 12 Menyusui 13 – 24


Makanan (gr) bulan (gr) bulan (gr) bulan
Beras 250 = nasi 50050 = nasi 100 gr/ 150 50
gr/5 gelas gelas
Protein 100 (2 potong) 50 (1 potong) 50 50
hewani
Telur 50 (1 butir) 50 (1 potong) 50 50
Protein 100 (4 potong) 50 (2 potong) 50 50
nabati
Kacang 25 (2,5 sdm) 51 (5 sdm) - -
hijau
Sayuran 200 (2 gelas) 100 (1 gelas) 100 100
Buah 201 (2 potong) 100 (1 potong) 100 100
Minyak 25 (2,5 sdm) 25 (2,5 sdm) 25 25
Gula 25 (2,5 sdm) 25 (2,5 sdm) 25 25
Susu bubuk 25 (2,5 sdm) 50 (5 sdm) 50 25
Diposkan oleh lina reksani di 18.02

TUGAS MAKALAH PKK IV

ASUHAN PERSALINAN NORMAL

OLEH
KELOMPOK II
KELAS C 11

PROGRAM DIII KEBIDANAN


UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2013
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah praktek klinik IV tentang
“ASUHAN PERSALINAN NORMAL”.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah praktek klinik kebidanan yang berjudul
“ASUHAN PERSALINAN NORMAL” ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
Makassar, Oktober 2013

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak Negara berkembang terutama disebabkan
oleh perdarahan persalinan, eklamsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah melalui upaya
pencegahan yang efektif. Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus kepada :
keluarga berencana untuk lebih mensejahterakan anggota masyarakat. Asuhan neonatal terfokus
untuk memantau perkembangan kehamilan mengenai gejala dan tanda bahaya, menyediakan
persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah menunjukan bahwa
asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk
mencegah kesakitan dan kematian. Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama
dan setelah persalinan. Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu
diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanakan komplikasi pada jenjang
pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan ketersediaan sarana
pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya
akan selalu berada menurut derajat keadaan dan tempat terjadinya.
Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil. Tidak
sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawatdaruratan dan sampai pada akhirnya tak dapat
terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angak kematian ibu dan anak.
Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu selama persalinan
karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinan, membuat ibu lebih yakin
untuk menjalani proses persalinan serta untuk mendeteksi komplikasi yang mungkin terjadi
selama persalinan dan ketidaknormalan dalam proses persalinan. Untuk itu kami bermaksud
membuat makalah ini dengan tujuan menyelesaikan tugas PKK IV dan dapat membantu para ibu
dalam mempersiapkan proses persalinan yang lebih baik.
B. Tujuan penulisan
1. Agar mahasiswa dapat engetahui apa sebenarnya Asuhan Persalinan Normal.
2. Agar mahasiswa mampu melakukan Asuhan Persalinan Normal dengan baik sesuai dengan
prosedur.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang dapat hidup
kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar R ,1998).
Persalinan adalah suatu proses membuka dan menipisnya serviks dan janin serta ketuban di
dorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin AB ,2002).
Persalinan adalah proses kelahiran janin pada tua kehamilan sekurang-kurangnya 28 minggu
atau lebih atau kalau bayi yang di lahirkan beratnya 1000 gram lebih (sumapraja s)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro H,2002).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada umur aterm / 37 minggu - 42 minggu,
letak memanjang, PBK, disusul plasenta dengan tenaga ibu sendiri dalam waktu kurang dari 24
jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan, dan tanpa komplikasi (Sumapraja S,Persalinan
Normal, hal:47).
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan
secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu
lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan
Normal Paduan Peserta, hal:13)
Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama
37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan
lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan
kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa
selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses
melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang
sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).
B. Bentuk – Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
Ø Partus biasa (normal / spontan) adalah proses lahirnya bayi pada PBK dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung < 24
jam.
Ø Persalina buatan / persalinan abnormal atau distosia, bila persalinan berlangsung dengan
bantuan dari luar sehingga bayi dapat di lahirkan pervaginam (ekstraksi porceps / cunam,
ekstraksi vakum dll) dan perabdomen (SC).
Ø Persalinan anjuran atau induksi persalinan bila persalinan mulai tidak dengan sendirinya
tetapi berlangsung setelah pemberian oksitosin atau prostaglandin atau setelah pemecahan
ketuban.
Ø Persalinan lama bila persalinan berlangsung lebih dari 24 jam.
C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa
teori yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang
dominan mempengaruhi kehamilan, yaitu :
v Estrogen
· Meningkatnya sensitipitas otot rahim
· Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanik.
v Progesteron
· Menurunnya sensitifitas otot rahim
· Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan
prostaglandin, rangsangan mekanik.
· Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:
v Teori keregangan
· otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
· Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai.
· Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga
menimbulkan proses persalinan.
v Teori penurunan progesteron
· proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi, dimana terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan.
· Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap
oksitosin.
· Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron
tertentu.
v Teori oksitosin internal
· Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas
otot rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.
· Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
v Teori prostaglandin
· Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan.
· Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
hasil konspsi dikeluarkan.
· Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
v Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
· Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan
persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan (linggin tahun 1973).
· Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya
persalinan. (Manuaba, 2005).
D. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
(1) Terjadinya His Persalinan
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His
persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur,
mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.
(2) Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan serviks yang menimbulkan pendataran tanpa
pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan
karena kapiler pembulu darah pecah.
(3) Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan
persalinan berlangsug dalam waktu 24 jam.
(4) Perubahan Serviks
Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran
serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2005).

E. Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks membuka dan mendorong
janin ke bawah. Pada persentasi kepala, bila his sudah cukup kuat,kepala akan turun dan mulai
masuk ke dalam rongga panggul.
Mekanisme jalan lahir menurut (Ujiningtyh, 2009) di antaranya adalah :
1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium), sayap sacrum, linea inominata,
ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam
sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.dapat juga
terjadi keadaan :
Ø Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat sudut lancip kepan dengan pintu
atas panggul.
Ø Asinklitismus posterior adalah arah sumbu kepala membuat studut lancip kebelakang dengan
pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayio menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun
besar.kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
3. Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah
depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang
mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai
hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya
dagu.
5. Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung anak.
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan
dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam
posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme
persalinan fisiologis penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan
sehingga tindakan operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar,2002).
F. Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu:
a) Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah.
c) Dapat disertai pecah ketuban
d) Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran
serviks, dan terjadi pembukaan serviks.
G. Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
ü Power ( Kekuatan )
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus
dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang
dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan
menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian
syaraf simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah
adanya kontraksi.
His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah
kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi
lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses
persalinan sampai anak dilahirkan.
His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim,
kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya
seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula
sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak
dapat diatur oleh parturient.
Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan,
tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini
berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran memberikan kekuatan yang sangat membantu
dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul.
Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga
meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri.
ü Passanger (Muatan)
Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin
yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar,
90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan
bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak
muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak
sungsang.
ü Passage (Jalan Lahir)
Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar
panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada
rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar,
sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica
tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90-100), ukuran conjugata vera (ukuran
muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm,
ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique
(ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-
10,5 cm.
Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan
apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti
corong, ada tumor dalam panggul.
Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan
mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada
jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur.
Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua
primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar,
namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema
serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan
lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina.
ü Psyche (Psikologis)
Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his
menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar.
Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan
rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks
sehingga persalinan menjadi lama.

ü Penolong
Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga
kesehatan yang terlatih.
ü Posisi Saat Bersalin
Posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler.
H. Prosedur pelaksanaan Persalinan kala I, II, III dan IV
I. Persalinan Kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga pasien dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung selama 6
-18 jam (rata-rata 13 jam) sedangkan multigravida sekitar 2-10 jam (rata-rata 7 jam).
Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan
multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan (Manuaba, 1998).
Ø Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3 cm.
Ø Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi
menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat
dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 13 jam sedang pada multigravida 7 jam. Pembukaan primigravida 1 cm
tiap jam dan multigravida 2 cm tiap 2 jam.
II. Persalinan Kala II
Persalinan kala II adalah kala pengeluaran yang di mulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala pengeluaran terjadi berkat kekuatan his
dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung :
Ø 1 – 2 jam pada primigravida
Ø ½ - 1 jam pada multigravida
Tanda dan Gejala Kala II Persalinan:
v Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
v Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
v Perineum terlihat menonjol
v Vulva vagina dan sfinger ani membuka
v Peningkatan pengeluaran lendir & darah
Kepemimpinan, ada aturan main, ada hukumnya, ada tatakramanya dan ada waktu untuk
memimpin, semua ini disebut dengan memimpin persalinan”Keseluruhan 60 standar dan langkah
asuhan persalinan normal yang mempunyai arti, maksud dan tujuan, dan harus dikuasai seorang
bidan tersebut adalah :
1) Mendengar dan Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua
v Dor-an
v Tek-nus
v Per-jol
v Vul-ka
2) Memastikan kelengkapan alat, bahan, serta obatan-obatan esensial pertolongan persalinan
termasuk mematahkan ampul oksitosin & membuka spoid kemudian memasukan spoid
disposable sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3) Memakai celemek partus dari bahan yang tidak tembus cairan.
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang di pakai, kemudian mencuci tangan
dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih.
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan digunakan untuk
pemeriksaan dalam.
6) Mengambil spoid dengan tangan yang bersarung tangan,kemudian isap oksitosin dengan
teknik satu tangan dan letakan kembali kedalam bak partus.
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput
ketuban sudah pecah.
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai pastikan DJJ dalam batas
normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberi tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu
untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his,
bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14) menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu
belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16) Meletakan duk steril yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungilah perineum
dengan satu tangan yang di lapisi kain dan tangan yang lain menahan belakang kepala agar tidak
terjadi defleksi.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Dengan lembut
gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior kemudian gerakan ke arah atas
untuk melahirkan bahu posterior.
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai
bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua
lutut janin).
25) Melakukan penilaian sepintas : Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa
kesulitan? Dan Apakah bayi bergerak aktif?.
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian
tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu.
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem pertama kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat dengan klem
kedua kira-kira 2 cm dari klem pertama.
31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan
pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. Kemudian mengikat tali pusat dengan benang
DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
32) Meletakan bayi tengkurap di atas dada untuk melakukan IMD. Menyelimuti ibu dan bayi
dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi.
III. Persalinan Kala III
33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva.
34) Meletakan satu tangan diatas fundus untuk mendeteksi kontraksi dan tangan yang lain
memegang tali pusat.
35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan
kiri mendorong uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 –
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan
mengulangi prosedur.
36) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu
meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
37) Setelah plasenta muncul pada introitus vagina, jemput plasenta dengan kedua tangan
kemudian putar searah jarum jam hingga plasenta dan selaput ketuban terlepas.
38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga
kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
39) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan
bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong
plastik yang tersedia.
40) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum, dan lakukan penjahitan
bila ada robekan.
IV. Persalinan Kala IV
41) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
42) Celupkan tangan yang memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5 %.
43) Pastikan kandung kemih kosong.
44) Mengevaluasi dan mengestimasi jumlah kehilangan darah.
45) Mengajarkan ibu dan keluarga cara mesase dan menilai kontraksi.
46) Memeriksa TTV dan memastikan bahwa keadaan umum ibu baik.
47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bayi bernapas dengan baik (30-60 x/i).
48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi
selama 10 menit.cuci dan bilas alat setelah di dekontaminasi.
49) Buanglah bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat yang sesuai.
50) Bersihkan ibu dengan cairan DTT dan bantu ibu memakai pakaian yang bersih.
51) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk
memberikan makanan dan minuman yang di inginkan ibu.
52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan clorin 0,5 %.
53) Celupkan handscoon dan lepaskan secara terbalik kemudian rendam selam 10 menit dalam
larutan clorin 0,5 %.
54) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir,lalu keringkan dengan handuk
bersih.
55) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi.
56) Dalam waktu 1 jam pertama lakukan penimbangan dan pengukuran pada bayi, berikan
tetes/salep mata antibiotik profilaksis dan injeksi vit.k 1mg IM dipaha kiri anterolateral.
57) Setelah satu jam pemberian vit.k, berikan suntikan imunisasi hepatitis B dip aha kanan
anterolateral.
58) Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit
dalam larutan clorin 0,5 %.
59) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk
bersih.
60) Lengkapih partograf.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu,
presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa,
keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang
dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik.
Kelahiran bayi merupakan pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya.
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan
kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa
selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses
melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat
menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang
sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang bersalin
normal sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
2. Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar
http://aa-aamas.blogspot.com/2011/03/makalah-asuhan- persalinan.html.
http://anakamak07.blogspot.com/2010/07/bab-i-pendahuluan-i.html

Pengolahan Limbah Farmasi Rumah Sakit


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagai penunjang kesejahteraan masyarakat
banyak, rumah sakit menjadi salah satu tempat dalam mendukung kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari
balai pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti
ruang operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan
limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi
masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki
kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari
suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
Dalam pengolahan limbah Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah organik dan
anorganik, tetapi juga limbah infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dari
keseluruhan limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen di antaranya merupakan limbah
infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). Sekitar 40 % lainnya adalah
limbah organik yang berasal dari sisa makan, baik dari pasien dan keluarga pasien maupun dapur
gizi.Sisanya merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol bekas infus dan plastik.
Air limbah yang berasal dari rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemaran air yang
sangat potensial. Hal ini disebabkan karena air limbah rumah sakit mengandung senyawa organik
yang cukup tinggi, mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung
mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit (Said, 2003). Pengelolaan limbah
RS yang tidak baik akan memicu resiko terjadinya kecelakaan kerja dan penularan penyakit dari
pasien ke pekerja, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada
masyarakat pengunjung RS. Tentu saja RS sebagai institusi yang sosioekonomis karena tugasnya
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tidak terlepas dari tanggung jawab
pengelolaan limbah yang dihasilkan. Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan awak RS
maupun orang lain yang berada di lingkungan RS dan sekitarnya, Pemerintah (Depkes) telah
menyiapkan perangkat lunak berupa peraturan, pedoman dan kebijakan yang mengatur
pengelolaan dan peningkatan kesehatan di lingkungan RS, termasuk pengelolaan limbah RS.
Pada tahun 1999, WHO melaporkan di Perancis pernah terjadi 8 kasus pekerja kesehatan
terinfeksi HIV, 2 di antaranya menimpa petugas yang menangani limbah medis. Hal ini
menunjukkan bahwa perlunya pengelolaan limbah yang baik tidak hanya pada limbah medis
tajam tetapi meliputi limbah rumah sakit secara keseluruhan. Namun, berdasarkan hasil Rapid
Assessment tahun 2002 yang dilakukan oleh Ditjen P2MPL Direktorat Penyediaan Air dan
Sanitasi yang melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota, menyebutkan bahwa sebanyak
648 rumah sakit dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49% dan yang
memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebanyak 36%. Dari jumlah tersebut kualitas
limbah cair yang telah melalui proses pengolahan yang memenuhi syarat baru mencapai 52% 1.
Hasil dari kualitas pengolahan limbah cair tidak terlepas dari dukungan pengelolaan limbah
cairnya. Suatu pengelolaan limbah cair yang baik sangat dibutuhkan dalam mendukung hasil
kualitas effluent sehingga tidak melebihi syarat baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah dan
tidak menimbulkan pencemaran pada lingkungan sekitar.
Salah satu jenis limbah rumah sakit adalah limbah farmasi yaitu berasal dari obat-obat
kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau
kemasan yang terkontaminasi, obat- obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang
dihasilkan selama produksi obat- obatan. Limbah farmasi hendaknya dilakukan pengolahan
terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan, karena limbah ini merupakan sumber racun
yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Oleh karena pentingnya pengelolaan limbah
rumah sakit maka disusun proposal ini yang akan membahas mengenai pengolahan limbah
Rumah Sakit, meliputi antara lain klasifikasi limbah rumah sakit, sumber-sumbernya, serta
metode-metode pengolahan limbah tersebut terutama limbah rumah sakit farmasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan limbah farmasi pada rumah sakit ?
2. Apa saja jenis – jenis penanganan limbah medis pada suatu rumah sakit ?
3. Apa saja teknik pengolahan sampah farmasi. ?
Bagaimana penanganan dan metode pengolahan limbah rumah sakit pada farmasi yang paling
efektif dan aman diantara jenis – jenis penanganan limbah tersebut ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mengetaui jenis – jenis penanganan serta metode pengolahan limbah farmasi di suatu rumah
sakit.
2. Tujuan khusus
Mengetahui langkah – langkah pengolahan limbah farmasi pada rumah sakit yang paling efektif,
agar dapat dilakukan proses pembuangan limbah farmasi tanpa mencemari lingkungan sekitar.
D. Manfaat
1. Ilmu Pengetahuan
Menambah pengetahuan di bidang pengolahan limbah, khususnya mengenai penanganan serta
metode pengolahan limbah farmasi di suatu rumah sakit agar dapat dilakukan proses
pembuangan limbah farmasi tanpa mencemari lingkungan sekitar dan dapat menimbulkan
penyakit.
2. Kesehatan Lingkungan
Dapat mengendalikan limbah farmasi yang dihasilkan oleh rumah sakit agar tidak mencemari
lingkungan sekitar dengan melakukan pengolahan yang baik, efektif, dan aman sesuai dengan
metode pengolahan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian limbah secara umum
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk
limbah tersebut dapat berupa gas dan debu,cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini
ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (Limbah B3).
Definisi dari limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity,flammabi lity,reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
2. Pengertian limbah Rumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit
dan kegiatan penunjang lainnya. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua
kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.
3. Jenis-Jenis limbah Rumah Sakit
Jenis-jenis limbah rumah sakit meliputi bagian sebagai berikut ini :
a. Limbah klinik
Limbah klinik yaitu Limbah yang dihasilkan selama pelayanan pasien secara rutin pembedahan
dan di unit-unit resiko tinggi. Limbah ini mungkin berbahaya dan mengakibatkan resiko tinggi
infeksi kuman dan populasi umum dan staf Rumah Sakit. Oleh karena itu perlu diberi label yang
jelas sebagai resiko tinggi. Contoh limbah jenis tersebut ialah perban atau pembungkusyang
kotor, cairan badan, anggota badan yang diamputasi, jarum-jarum dan semprit bekas, kantung
urine dan produk darah.
b. Limbah Patologi
Limbah ini juga dianggap beresiko tinggi dan sebaiknya diautoclaf sebelum keluar dari unit
patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard.
c. Limbah bukan klinik
Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak
dengan cairan badan. Meskipun tidak menimbulkan resiko sakit, limbah tersebut cukup
merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan menbuangnya.
d. Limbah dapur
Mencakup sisa-sisa makanan dan air kotor. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan
pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di Rumah Sakit.
e. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari
penggunaan medis atau riset radio nukleida.
f. Limbah Farmasi
Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya
yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat –
obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi
dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun
uap.
BAB III
METODE PENGOLAHAN
A. Jenis Metode Pengolahan Limbah Farmasi
1. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Kecil
a. Pembuangan Landfill
b. Encapsulation
c. Pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit
d. Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan
f. Insenerasi
2. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Besar
a. Encapsulation
b. Insenerasi
B. Metode Pengolahan Limbah Farmasi yang Dipilih
Limbah medis termasuk dalam kategori limbah berbahaya dan beracun (LB3) sesuai
dengan PP 18 thn 1999 jo PP 85 thn 1999 lampiran I daftar limbah spesifik dengan kode limbah
D 227. Dalam kode limbah D227 tersebut disebutkan bahwa limbah rumah sakit dan limbah
klinis yang termasuk limbah B3 adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan
laboratorium terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, dan residu dari
proses insinerasi.
Metode insenerasi merupakan metode terbaik untuk pengolahan limbah medis seperti
produk farmasi. Insenerator dapat menghancurkan limbah B3 harus memiliki efisiensi
pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang
tinggi.
C. Objek Pengolahan
Objek dari pengolahan limbah medis disuatu rumah sakit dengan metode insenerasi adalah
produk – produk farmasi kadarluarsa serta kemasan produk farmasi yang berasal dari salah satu
jenis limbah rumah sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengertian Libah Farmasi pada Rumah Sakit
Limbah farmasi merupakan salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya
yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat –
obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu, dll.Limbah farmasi
dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun
uap.
B. Penanganan Limbah Medis pada Rumah Sakit
Ada beberapa cara yang dilakukan dalam penanganan limbah medis diantaranya adalah :
1. Chemical decontamination
2. Steam autoclaving
3. Inceneration
4. Landfill
C. Teknik Pengolahan limbah farmasi
Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Kecil
a. Pembuangan Landfill
b. Encapsulation
c. Pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit
d. Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan
f. Insenerasi
2. Pengolahan Limbah Farmasi Berjumlah Besar
a. Encapsulation
b. Insenerasi
D. Penanganan dan Metode Pengolahan Limbah Rumah Sakit pada Farmasi yang Paling
Efektif dan Aman
Dalam pengelolaan limbah padat baik medis maupun non medis, rumah sakit diwajibkan
melakukan pemilahan limbah dan menyimpannya dalam kantong plastik yang berbeda beda
berdasarkan karakteristik limbahnya. Limbah domestik di masukkan kedalam plastik berwarna
hitam, limbah infeksius kedalam kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksic kedalam
warna kuning, limbah kimia/farmasi kedalam kantong plastik berwarna coklat dan limbah radio
aktif kedalam kantong warna merah. Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat
penyimpanan sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Kepdal 01 tahun
1995.
Dalam hal ini banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah medis lebih
dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya lebih murah selain itu dapat
mengurangi massa dan volume sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih mudah.
Limbah dapat ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan secara
biologi maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil.
Pengelolaan limbah dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan
seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut
mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang
diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi
pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang
tinggi.

Gambar alat insenerator


PRINSIP KERJA INCENERATOR
Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Tahapan pertama adalah limbah atau sampah dalam sampah menjadi uap air, hasilnya
limbah menjadi kering dan siap terbakar.
2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperature
belum terlalu tinggi.
3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai
pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600 C. Ruang bakar kedua digunakan
sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara antara 600 C ~ 1200 C.
Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah
akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses pembakaran yg sempurna,
asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan.
Proses Insinerator :
Insinerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang dalam waktu relative singkat
mampu membakar habis semua sampah tersebut hingga menjadi abu. Pembakaran sampah ini
digunakan dengan sistem pembakaran bertingkat (double chamber), sehingga emisi yang melalui
cerobong tidak berasap dan tidak berbau, dan menggunakan sitem cyclon yang pada akhirnya
hasil pembakaran tidak memberikan pengaruh polusi pada lingkungan.
Keseluruhan kinerja incinerator yang saat ini diterapkan di beberapa negara maju dapat dibagi
pada beberapa tahapan proses yaitu :
1. Proses penyimpanan sampah dan pengumpanan sampah
2. Proses pembakaran;
3. Proses penanganan sisa pembakaran;
4. Proses pembersihan asap;
Skema Pengolahan Limbah Farmasi Rumah Sakit Dengan Insenerasi

Dalam ruang bakar utama proses karbonisasi dilakukan dengan “ defisiensi udara “ dimana
udara yang dimasukkan didistribusikan dengan merata kedasar ruang bakar untuk membakar
karbon sisa. Gas buang yang panas dari pembakaran, keluar dari sampah dan naik memanasinya
sehingga mengasilkan pengeringan dan kemudian membentuk gas-gas karbonisasi. Sisa padat
dari pembentukan gas ini yang sebagian besar terdiri atas karbon, dibakar selama pembakaran
normal dalam waktu pembakaran. Pada ruang bakar ini secara terkontrol dengan suhu 800 –
1.0000C dengan sistem close loop sehingga pembakaran optimal. Distribusi udara terdiri dari
sebuah blower radial digerakan langsung dengan impeller, dengan casing almunium dan motor
listrik, lubang masuk udara dari pipa udara utama didistribusikan ke koil.
Ruang Bakar Tingkat Kedua :
Ruang bakar tingkat kedua dipasang diatas ruang bakar utama dan terdiri dari ruang penyalaan
dan pembakaran, berfungsi membakar gas-gas karbonisasi yang dihasilkan dari dalam ruang
bakar utama. Gas karbonisasi yang mudah terbakar dari ruang bakar utama dinyalakan oleh
Burner Ruang Bakar Dua, kemudian dimasukan udara pembakar, maka gas-gas karbonisasi akan
terbakar habis. Ruang Bakar Dua bekerja seperti sebuah after burner, yaitu mencari, gas-gas
yang belum terbakar kemudian membawanya kedalam temperatur lebih tinggi sehingga terbakar
sampai habis, dimana suhunya mencapai 1.100 0C dengan sistem close loop sehingga optimal.
Pemasukan sampah ke ruang pembakaran dilakukan secara manual atau menggunakan lift
conveyor.
Panel Kontrol Digital :
Diperlukan suatu panel kontrol digital dalam operasionalnya untuk setting suhu minimum dan
maksimum didalam ruang pembakaran dan dapat dikontrol secara “ automatic “ dengan sistem
close loop. Pada panel digital dilengkapi dengan petunjuk suhu, pengatur waktu (digunakan
sesuai kebutuhan), dan dilengkapi dengan tombol pengendali “burner dan “blower” dengan
terdapatnya lampu isyarat yang memadai dan memudahkan operasi.
Cerobong Cyclon :
Cerobong cyclon dipasang setelah ruang bakar dua, yang bagian dalamnya dilengkapi water
spray berguna untuk menahan debu halus yang ikut terbang bersama gas buang, dengan cara gas
buang yang keluar dari Ruang Bakar Dua dimasukan melalui sisi dinding atas sehingga terjadi
aliran siklon di dalam cerobong. Gas buang yang berputar didalam cerobong siklon akan
menghasilkan gaya sentripetal, sehingga abu yang berat jenisnya lebih berat dari gas buang akan
terlempar kedinding cerobong siklon. Dengan cara menyemburkan butiran air yang halus
kedinding, maka butiran-butiran abu halus tersebut akan turun kebawah bersama air yang
disemburkan dan ditampung dalam bak penampung. Bak penampung dapat dirancang tiga sekat,
dimana pada sekat pertama berfungsi mengendapkan abu halus, pada bak selanjutnya air abu
akan disaring, dan air ditampung dan didinginkan pada sekat ketiga, siap untuk dipompakan ke
cerobong siklon kembali.
Dengan pembakaran sampah secara sempurna temperatur operasi relatif lebih tinggi, relatif lebih
kecil hidrokarbon yang lolos ke luar cerobong, dan asap berwana bening, sehingga emisi dari gas
buang tersebut ramah terhadap lingkungan.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rumah sakit merupakan salah satu upaya peningkatan kesehatan yang terdiri dari balai
pengobatan dan tempat praktik dokter yang juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang
operasi, laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah,
serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi
masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki
kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari
suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
Salah satu limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah limbah farmasi. Limbah farmasi yaitu
salah satu jenis sampah medis atau merupakan sampah berbahaya yang pengelolaannya harus
diperhatikan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat – obatan, vaksin, serum, yang tidak
digunakan lagi, botol obat yang beresidu, dll. Limbah farmasi dapat berupa senyawa kimia toksik
maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap.
Dari berbagai macam teknik pengolahan limbah farmasi, insenerasi merupakan teknik yang
paling baik karena dari segi biaya lebih murah selain itu dapat mengurangi massa dan volume
sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih mudah.
B. SARAN
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja maupun orang lain yang berada
dilingkungan rumah sakit dan sekitarnya perlu kebijakan sesuai manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja dengan melaksanakan kegiatan pengelolaan dan monitoring limbah rumah sakit
sebagai salah satu indikator penting yang perlu diperhatikan dengan menggunakan metode
pengolahan yang tepat, efektif, dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Rasyid, Muh Ilham. 2011
“http ://pengolahan limbah/Penanganan dan Pengolahan Limbah Rumah Sakit.htm : Penanganan
dan pengolahan Limbah Rumah Sakit”
Pruss A, dkk. Pengolahan Limbah Layanan Kesehatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2002
Sakinah, Fitria. 2001

“http : //Pengolahan Limbah Rumah Sakit « Blog Archive « dwioktavia.htm : Pengolahan


Limbah Rumah Sakit”
Pendahuluan : Makalah Keluarga Berencana (KB)
Kapevi Hatake | 10:45 PM | MAKALAH KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakng
Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang
paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu demikian. Untuk optimalisasi manfaat
kesehatan KB, pelayanan tersebut harus disediakan bagi wanita dengan cara menggabungkan dan
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi utama dan yang lain. Juga responsive
terhadap berbagai tahap kehidupan eproduksi wanita. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi. Tidak hanya karena terbatasnya
jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tersebut mungkin tidak dapat
diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual, dan seksualitas
wanita atau biaya untuk memperoleh menimbang berbagai faktor, termasuk status kesehatan
mereka, efek samping potensial suatu metode, konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak
diinginkan, yang diinginkan, kerjasama pasangan, dan norma budaya mengenai kemampuan
mempunyai anak.
Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian, meskipun
telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat
kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman, efektif, dengan metode yang dapat diterima,
baik secara perseorangan maupun budaya pada berbagai tingkat reproduksi. Tidaklah
mengejutkan apabila banyak wanita merasa bahwa penggunaan kontrasepsi terkadang
problematis dan mungkin terpaksa memilih metode yang tidak cocok dengan konsekuensi yang
merugikan atau tidak menggunakan metode KB sama sekali.
Terdapat beberapa cara atau metode kontrasepsi dengan kelebihan dan kekurangannya.
Kontrasepsi sendiri adalah metode untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Depkes RI, 2002).
Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara sederhana (coitus interuptus, pantang
berkala, kondom, diafragma, cream, jelli, dan vaginal tablet) dan metode efektif (pil, AKDR,
suntikan, implant, tubektomi dan vasektomi).
Di Jawa Barat tahun 2006 akseptor KB implant sebanyak 35.073 orang (5,5%), IUD
sebanyak 68.931 orang (10,5%), suntik sebanyak 357.803 orang (54,9%), dan pil sebanyak
190.166 orang (29,1%).
Untuk meningkatkan program tersebut dengan cara penyediaan sarana dan alat
kontrasepsi yang bermutu dengan jumlah yang cukup dan merata, meningkatkan mutu pelayanan
kontrasepsi agar sesuai dengan pelayanan mulai dari penjaringan calon akseptor baru, konseling,
pelayanan kontrasepsi, pelayanan rujukan, kunjungan ulang termasuk pelayanan efek samping,
komplikasi dan kegagalan, menumbuhkan kemandirian masyarakat dalam memdapatkan
pelayanan kontrasepsi maupun mengelola pelayanan kontrasepsi. Dengan makalah ini
diharapkan dapat memberi masukan dan pengetahuan bagi wanita untuk memilih alat kontrasepsi
yang tepat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
bagaimanakah asuhan keperawatan pada Ny.T dengan pemasangan alat kontrasepsi implant di
Poliklinik Kebidanan RSUD Kota Sukabumi.
C. Tujuan Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan laporan studi kasus ini adalah untuk mendapatkan gambaran
nyata mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan pemasangan alat kontrasepsi implant di
poli klinik kebidanan dan kandungan Rumah Sakit Umum Kota Banjar.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penulisan laporan ini adalah untuk mendapatkan gambaran nyata tentang:
a. Pengkajian data yang menunjang masalah keperawatan pada klien dengan pemasangan alat
kontrasepsi implant.
b. Diagnosa keperawatan pada klien dengan pemasangan alat kontrasepsi implant.
c. Rencana keperawatan untuk masing-masing diagnosa keperawatan pada klien dengan
pemasangan alat kontrasepsi implant.
d. Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan pemasangan alat kontrasepsi implant.
e. Pelaksanaan evaluasi pada klien dengan pemasangan alat kontrasepsi implant

D. Metode Penulisan
Dalam laporan studi kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu
metode yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa dan menarik kesimpulan dari kasus yang
diamati dengan apa adanya, bahan-bahan yang diperlukan didapat dengan menggunakan
berbagai teknik pengumpulan data yaitu:
1. Studi kepustakaan yaitu usaha memperoleh data secara teori yang berhubungan dengan
laporan ini.
2. Studi kasus secara langsung pada klien serta berpartisifasi aktif dalam memberikan
asuhan keperawatan.
3. Wawancara dengan klien dan keluarga, petugas kesehatan yang mengetahui tentang
keadaan klien memvalidasi melalui status.
4. Pemeriksaan fisik langsung kepada klien.

E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan, laporan studi kasus ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN berisikan penjelasan mengenai latar belakang masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan laporan kasus.
BAB II TINJAUAN TEORITIS berisikan tentang konsep dasar terdiri dari pengertian, klasifikasi,
etiologi, gambaran klinis, komplikasi, patofisiologi, program terapi, pencegahan, pengkajian,
analisa data, diagnosa keperawatan dan intervensi.
BAB III TINJAUAN KASUS berisikan tentang pengkajian, riwayat penyakit, riwayat kehamilan dan
kelahiran, riwayat masa lalu, riwayat keluarga, riwayat sosial, kebutuhan dasar, keadaan
kesehatan saat ini, pemeriksaan fisik, pemeriksaan tingkat perkembangan, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP berisikan Kesimpulan.
Diposkan oleh Kapevi Hatake di 10:45 PM
Makalah Posyandu
Kapevi Hatake | 10:39 PM | Makalah Posyandu
POSYANDU

I. KONSEP DASAR POSYANDU


A. Pengertian

Posyandu ( Pos Pelayanan Terpadu ) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk , dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan
masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat ,yang dibentuk atas dasar kebutuhan
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama masyarakat , dengan bimbingan dari petugas
Puskesmas , lintas sektor dan lembaga terkait lainnya.
B. Tujuan
 Umum : Menunjang percepatan penurunan AKI,AKB,AKABA di Indonesia melalui
pemberdayaan masyarakat.
 Khusus:
 Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
 Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu
 Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar
C. Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat,utamanya : BBL , Bayi , Anak Balita , Bumil ,
Bufas , Ibu menyusui dan PUS
D. Fungsi
 Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas
kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat
 Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
E. Manfaat
1) Bagi masyarakat
 Memperoleh kemudahan mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar
 Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan
 Mendukung perbaikan prilaku ,keadaan gizi, dan kesehatan keluarga
 Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
 Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi
 Mendukung pelayanan Keluarga Berencana
 Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penganekaragaman pangan melalui
pemanfaatan pekarangan
2) Bagi Kader,Pengurus posyandu,dan Tomas
 Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan
 Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah
kesehatan
3) Bagi Puskesmas
 Optimalisasi Fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
 Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi
setempat
 Mendekatkan akses Yankesdas pada masyarakat
F. Lokasi
Posyandu berada di setiap desa / kelurahan .Bila diperlukan dan memiliki kemampuan ,
dimungkinkan untuk didirikan di RW , dusun .
G. Kedudukan
1) Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintah Desa / Kelurahan : Sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat dibidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang secara kelembagaan dibina oleh
pemerintahan desa / kelurahan
2) Kedudukan posyandu Terhadap Kelompok Keerja ( Pokja ) Posyandu : Sebagai satuan
organisasi yang mendapat binaan aspek administrative , keuangan , dan program dari Pokja
3) Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM : Sebagai Mitra
4) Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan Sebagai satuan organisasi
yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Forum Peduli Kesehatan kecamatan
5) Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas
H. Pelaksana
Pelaksana Posyandu adalah kader yang difasilitasi petugas.
Kader Posyandu diharapkan :
 Berasal dari anggota masyarakat setempat
 Dapat membaca dan menulis huruf latin
 Berminat dan bersedia menjadi kader
 Bersedia bekerja secara sukarela
 Memiliki kemampuan dan waktu luang

II. KEGIATAN POSYANDU


A. Kegiatan Utama
1. KIA
a. Ibu Hamil
 Pengukuran BB.TB,Tekanan Darah , LILA, Pemberian FE, Imunisasi TT, Pemeriksaan TFU,
Konseling termasuk Perencanaan persalinan dan Pencegahan Komplikasi serta KB Pasca
persalinan
 Kelas Ibu Hamil
b. Ibu Nifas dan Menyusui
 Penyuluhan / Konseling kesehatan
 Pemberian 2 Kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI ( 1 Kapsul segera setelah melahirkan dan
1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul pertama )
 Perawatan Payudara
 Pemeriksaan Kesehatan Umum,Pemeriksaan Payudara , Pemeriksaan TFU , dan Pemeriksaan
Lochia oleh Tenaga Kesehatan
c. Bayi dan Anak Balita
 Penimbangan BB
 Penentuan Status Pertumbuhan
 Penyuluhan dan Konseling
 Pemeriksaan Kesehatan , Imunisasi, dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang. Jika ditemukan kelainan
segera dirujuk ke Puskesmas
2. KB
a. Oleh Kader : Pemberian kondom dan pemberian pil ulangan
b. Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas : Pelayanan suntik KB dan Konseling KB.Jika tersedia
ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan pemasangan
IUD dan Implant.
3. Imunisasi
Pelayanan Imunisasi di posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas kesehatan.Jenis Imunisasi
yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi ( HBO,BCG,DPT/HB,Polio,Campak )
dan terhadap Ibu hamil (Tetanus Toxoid ).
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh Kader.Jenis pelayanan yang diberikan meliputi
Penimbangan BB,Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan,Penyuluhan dan konseling Gizi,
Pemberian Makanan Tambahan ( PMT ) Lokal,suplementasi Vitamin A dan Tablet Fe.Apabila
ditemukan Bumil KEK,balita yang BB tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis
merah ( BGM ), kader wajib segera merujuk ke Puskesmas atau Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Meliputi : Penyuluhan PHBS,Pemberian oralit,dan jika diperlukan penanganan lebih lanjut akan
diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.

B. Kegiatan pengembangan / Pilihan


Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan Utama telah dilaksanakan
dengan baik dalam arti cakupannya diatas 50%,serta tersedia sumber daya yang
mendukung.Beberapa kegiatan Tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain :
1. Bina Keluarga Balita ( BKB )
2. Kelas Ibu Hamil dan Balita
3. Penemuan Dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa ( KLB )
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD )
5. UKGMD
6. Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman ( PAB-PLP )
7. Pemanfaatan pekarangan melalui Tanaman Obat Keluarga ( TOGA )
8. Kegiatan ekonomi produktif
9. Tabulin ,Tabumas
10. Bina Keluarga Lansia ( BKL )
11. Kesehatan Reproduksi Remaja ( KRR )
12. Pemberdayaan Fakir miskin,komunitas adat terpencil dan penyandang masalah kesejahteraan
social

III. PENYELENGGARAAN POSYANDU


A. Waktu Penyelenggaraan
Posyandu buka satu kali dalam sebulan.Apabila diperlukan ,hari buka Posyandu dapat lebih dari
satu kali dalam sebulan
B. Tempat Penyelenggaraan
Sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan
tersebut dapat disalah satu rumah warga ,halaman rumah,balai desa/ kelurahan,balai
RW/RT/dusun,salah satu kios dipasar,atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat.
C. Penyelenggaraan kegiatan
Kegiatan Rutin diselenggarakan dan digerakkan oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis
dari Puskesmas dan sektor terkait.Kegiatan yang dilaksanakan meliputi 5 Langkah, yaitu :

Langkah Kegiatan Pelaksana


Pertama Pendaftaran Kader
Kedua Penimbangan Kader
Ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan Kader
Kelima Pelayanan Kader bersama Petugas Kesehatan
kesehatan

D. Tugas dan Tanggung jawab Para Pelaksana


1. Kader
 Sebelum hari buka Posyandu,antara lain :
 Menyebarluaskan hari buka Posyandu
 Mempersiapkan tempat dan sarana Posyandu
 Melakukan pembagian tugas antar kader
 Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya
 Mempersiapkan bahan PMT Penyuluhan
 Pada hari buka Posyandu,antara lain :
 Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu
 Melaksanakan penimbangan sasaran yang datang ke Posyandu
 Mencatat hasil penmbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku Register Posyandu
 Mengukur LILA pada BUmil dan WUS
 Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil
penimbangan serta memberikan PMT
 Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB sesuai kewenangannya
 Bersama petugas kesehatan melengkapai pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak
lanjut
 Diluar hari buka Posyandu,antara lain :
 Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu
 Membuat diagram batang ( Balok ) SKDN
 Melakukan tindak lanjut terhadap : Sasaran yang tidak datang dan sasaran yang memerlukan
penyuluhan lanjutan
 Memberitahukan sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka
 Melakukan kunjungan tatap muka ke Tokoh Masyarakat,dan menghadiri pertemuan rutin
kelompok masyarakat atau organisasi keagamaan
2. Petugas Puskesmas
a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu
b. Melaksanakan Pelayanan Kesehatan dan KB di Langkah ( Meja ) kelima
c. Melakukan Penyuluhan dan konseling kesehatan,KB, dan gizi kepada pengunjung Posyandu
dan Masyarakat luas
d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu,menyusun rencana kerja dan melakukan upaya
perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu
e. Melakukan Deteksi Dini tanda bahaya umum terhadap BUMil,Bayi,dan Balita serta
melakukan rujukan ke Puskesmas bila dibutuhkan
3. Stakeholder ( unsur Pembina dan Penggerak Terkait )
a. Camat,Selaku Penanggung jawab Pokjanal Posyandu Kecamatan:
 Mengkoordinasikan hasil dan tindak lanjut kegiatan posyandu
 Memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan kinerja Posyandu
 Melakukan Pembinaan agar kegiatan Posyandu berjalan secara teratur
b. Lurah / Kepala Desa,selaku penanggung jawab Pokja Posyandu:
 Memberikan Dukungan kebijakan,sarana dan dana
 Mengkoordinasikan penggerakan Masyarakat
 Mengkoordinasikan peran kader ,pengurus Posyandu dan Tomas untuk berperan aktif
 Bersama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM ) menindaklanjuti hasil kegiatan
PosyanduMelakukan pembinaan agar kegiatan Posyandu berjalan secara teratur
c. Instansi / lembaga terkait :
 Dinas Kesehatanàmembantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan serta
dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan
 SKPD KB àpenyuluhan,pergerakan peran serta masyarakat melalui BKB dan BKL
 BAPEDDAàKoordinasi perencanaan Umum,dukungan program dan anggaran serta evaluasi
 Kantor Kemenag,Dinas pendidikan,Pertanian,Perindustrian dan sebagainya berperan dalam
mendukung teknis operasional Posyandu sesuai peran dan fungsinya masing-masing
d. Kelompok kerja ( Pokja ) Posyandu
 Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan Posyandu
 Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber pendanaan
 Melakukan analisis masalah pelaksanaan program
 Melakukan bimbingan,pembinaan dan monev terhadap pengelolaan kegiatan dan kinerja kader
Posyandu secara berkesinambungan
e. Tim Penggerak PKK
 Berperan aktif dalam penyelenggaraan posyandu
 Pergerakan peran serta masyarakat dalam kegiatan posyandu
 Penyuluhan dan melengkapiu data sesuai dengan SIP / SIM
f. Tokoh Masyarakat / Forum Peduli Kesehatan Kecamatan ( apabila telah terbentuk )
 Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Posyandu
 Menaungi dan membina kegiatan posyandu
 Menggerakan masyarakat agar hadir dan berperan aktif dalam kegiatan Posyandu
g. Organisasi Kemasyarakatan / LSM
 Bersama petugas Puskesmas berperan aktif dalam kegiatan Posyandu
 Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pelaksaksanaan kegiatan posyandu

h. Swasta / Dunia Usaha


 Memberikan dukungan sarana dan dana,berperan aktif sebagai sukarelawan dalam pelaksanaan
kegiatan Posyandu
E. Pembiayaan
1. Sumber Biaya
a. Masyarakat :Iuran Pengunjung Posyandu,dana sehat,donator perorangan atau kelompok
masyarakat dan sumber dana sosial lainnya
b. Swasta/dunia Usaha : bantuan dapat berupa dana,sarana,prasarana,atau tenaga,yakni sebagai
sukarelawan Posyandu
c. Hasil Usaha : Hasil karya kader Posyandu (misalnya kerajinan ) dan Kelompok Usaha
Bersama ( KUB )
d. Pemerintah : terutama pada tahap awal pembentukan berupa dana stimulan atau dalam bentuk
sarana dan prasarana Posyandu yang bersumber dari dana APBN,APBD Provinsi,APBD
Kabupaten/Kota dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat
2. Pemanfaatan dan Pengelolaan Dana
Dana yang diperoleh Posyandu,digunakan untuk membiayai kegiatan Posyandu dan pengelolaan
dana dilakukan oleh pengurus Posyandu.Setiap pemasukan dan pengeluaran dicatat dan dikelola
secara bertanggung jawab.

F. Pencatatan dan Pelaporan


1) Pencatatan
Dilakukan oleh kader segera setelah kegiatan dilaksanakan,dengan menggunakan format baku
sesuai dengan Sistim Informasi Posyandu (SIP), Yaitu :
 Buku Register Kelahiran dan Kematian bayi,Ibu hamil,Ibu melahirkan dan Ibu nifas
 Buku Register WUS dan PUS.
 Buku Register Bayi dan Balita yang mencatat jumlah seluruh Bayi dan Balita di wilayah
Posyandu.
 Buku Catatan kegiatan pertemuan
 Buku catatan kegiatan usaha
 Buku pengelolaan keuangan
 Dan lain-lain sesuai kegiatan yang dilaksanakan oleh Posyandu

2) Pelaporan
Pada dasarnya kader Posyandu tidak wajib melaporkan kegiatannya kepada Puskesmas ataupun
kepada sektor terkait lainnya.
IV. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN POSYANDU
A. Bentuk pembinaan dan Pengawasan
 Pembinaan dan Pengawasan Posyandu dilakukan secara berjenjang dari / Pusat
,provinsi,Kabupaten / Kota,Kecamatan dan Desa / Kelurahan.
 Pembinaan dan Pengawasan dilakukan melalui : Sosialisasi,Rapar Koordinasi, Konsultasi ,
Workshop , Lomba , penghargaan , Orientasi dan Pelatihan.
B. Pengorganisasian Pembinaan Posyandu
 Pembinaan dari Pemerintah di koordinasikan dan diorganisasikan melalui wadah Kelompok Kerja
Operasional Posyandu ( Pokjanal Posyandu )
 Pokjanal Posyandu Pusat dibentuk dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri,didaerah Provinsi ( SK. Gubernur ) , di Kabupaten / Kota ( SK. Bupati /Walikota ) , di
Kecamatan (SK Camat ), dan Pokja Posyandu di Desa / Kelurahan ditetapkan melalui Keputusan
Kepala Desa / Lurah.
 Pembentukan organisasi Pokjanal /Pokja Posyandu diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah
Daerah masing-masing dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat.
 Mekanisme hubungan kerja Pokjanal Posyandu di Pusat dan Daerah didasarkan pada azas
konsultasi dan distribusi informasi ( bukan pelaporan), sedangkan mekanisme hubungan kerja
antar atau sesama Pokjanal Posyandu bersifat Koordinasi dan Kemitraan yang didasarkan pada
kepentingan inter dan antar daerah dalam penanganan maupun kelangsungan pembinaan
program
 Pembiayaan Pokjanal Posyandu berasal dari APBN, APBD Provinsi dan APBD Kab/Kota
C. Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama,sehingga pembinaan yang dilakukan pun
berbeda.Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu , dikenal suatu metode dan alat
telaah yang disebut Telaah Kemandirian Posyandu .Secara umum dibedakan atas 4 tingkat
sebagai berikut :
Tabel Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu
No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
1 Frekwensi Penimbangan < 8x > 8x > 8x > 8x
dalam 1 Tahun
2 Rerata Jumlah Kader < 5 org ≥5 org ≥5 org ≥5 org
3 Rerata cakupan D/S < 50% < 50% ≥50% ≥50%
4 Cakupan Kumulatif KIA < 50% < 50% ≥50% ≥50%
5 Cakupan Kumulatif KB < 50% < 50% ≥50% ≥50%
6 Cakupan Kumulatif < 50% < 50% ≥50% ≥50%
Imunisasi
7 Program tambahan - - + +
8 Cakupan dana sehat < 50% < 50% < 50% ≥50%

Intervensi yang dilakukan pada masing-masing tingkatan Posyandu,antara lain :


1. Posyandu Pratama
Memotivasi masyarakat serta menambah jumlah Kader
2. Posyandu Madya
Meningkatkan Cakupan dengan mengikutsertakan Tomas sebagai motivator serta lebih
menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.Contohnya :
 Pelatihan Tomas menggunakan Modul Posyandu dan metode simulasi
 menerapkan SMD dan MMD di Posyandu
3. Posyandu Purnama
Sosialisasi Program Dana Sehat dan Pelatihan Dana sehat
4. Posyandu Mandiri
 Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat,sehingga
terjamin kesinambungannya.
 Memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-
masing.

DAFTAR PUSTAKA

Pedoman umum Pengelolaan Posyandu, Kementrian Kesehatan RI. 2011


Buku Panduan Kader Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi, kementrian kesehatan Republik
Indonesia. 2011
Diposkan oleh Kapevi Hatake di 10:39 PM
Reaksi:

Makalah Diabetes Pada Anak


Kapevi Hatake | 4:43 PM | Makalah Diabetes Pada Anak

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELLITUS

MAKALAH

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,Karen berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Terlantun solawat serta
salam buat untuk imam besar kita semua Nabi Muhammad SAW.
Adapun makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Anak Diabetes Melitus membahas
tentang.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyusun makalah yang lebih baik
dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi
kita dalam memajukan ilmu keperawatan.

Bandung, April 2012


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan dengan
mikroskop elektron.
Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa
sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3
persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian
terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes.
Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah.
Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita
diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan.
Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu
memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya,
diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun
insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-
7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah
penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada,
diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena
sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi
dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai
mengakibatkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin.
World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada anak
dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar gula darah (GD)
tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air
kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing
manis.
Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan asimtomatik,
aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diinginkannya
serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat
dicapai oleh penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan
prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal tersebut diatas kami tertarik
untuk membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes
Melitus dengan metode masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.
II. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah :
A. Tujuan umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus.
B. Tujuan khusus
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus.
2. Mengetahui klasifikasi diabetes mellitus.
3. Mengetahui etiologi diabetes mellitus.
4. Mengetahui patofisiologi diabetes mellitus.
5. Mengetahui pathway/pathoflow diabetes mellitus.
6. Mengetahui manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus.
7. Mengetahui akibat / komplikasi diabetes mellitus.
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang diabetes mellitus.
9. Mengetahui penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes mellitus.
10. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus.

III. METODE
Metode yang kami gunakan dalam pembuatan makalah ini diantaranya melalui media literature,
perpustakaan dan elektonik.

BAB II
PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN DM

 Menurut American Diabetes Association (ADA) 2002, diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah.
 Penyakit diabetes melitus adalah penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan
gejala hiperglikemi yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin, gangguan kerja insulin, atau
keduanya (Darmono, 2007).
 Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
 Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme karbohidrat primer dan ditandai
dengan defisiensi (relatif/absolute) dari hormon insulin. (Dona L. Wong, 2003)
 Diabetes Melitus adalah suatu penyakit gangguan pada endokrin yang merupakan hasil dari proses
destruksi sel pankreas sehingga insulin mengalami kekurangan. (Suriadi. 2001).
 Diabetes Melitus Juvenilis adalah diabetes melitus yang bermanifestasi sebelum umur 15 tahun.
(FKUI, 1988)
II. KLASIFIKASI DIABETES MELITUS
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)


2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Menurut ADA (American Diabetes Association) tahun 2002 diabetes melitus dibagi menjadi :
1. Diabetes Melitus Tipe 1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut, baik melalui proses
imunologik atau idiopatik.
2. Diabetes Melitus Tipe 2
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang
predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
3. Diabetes Melitus Tipe Lain
a. Defek genetik fungsi sel beta
kromosom 12, kromosom 7, kromosom 20, deoxyribonucleid acid (DNA) Mitokondria.
b. Defek genetik kerja insulin
Resistance insulin type A, leprechaunism, sindrom Rabson-Mendenhall, diabetes lipoatrofik,
lainnya.
c. Penyakit Eksokrin Pankreas
Pankreatitis, trauma/pankreatektomi, Neoplasma, Cystic fibrosis, hemokromatosis, pankreatopati
fibro kalkulus.
d. Endokrinopati
Akromegali, sindroma cushing, feokromositoma, hipertiroidisme, somatostatinoma,
aldosteronoma.
e. Karena Obat/Zat kimia
Vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormon tiroid, tiazid, dilantin, interferon alfa,
diazoxide, agonis β-adrenergic.
f. Infeksi
Rubella kongenital dan cytomegalovirus (CMV).
g. Imunologi (jarang)
antibodi anti reseptor insulin, sindrom ”Stiff-man”.
h. Sindroma genetik lain
Sindrom Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Sindrom Prader Willi, ataksia
friedreich’s, sindrom laurence-Moon-Biedl.
4. Diabetes Melitus Gestasional (Kehamilan).
Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat
penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
III. ETIOLOGI
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) Sering terjadi pada usia sebelum 15 tahun.
Biasanya juga disebut Juvenille Diabetes ( DM Tipe I ), gangguan ini ditandai dengan adanya
hiperglikemia (meningkatnya kadar glukosa darah plasma >200mg/dl). Etiologi DM tipe I adalah
sebagai berikut :
1. Faktor genetic
Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya penyakit ini (Brunner &
Suddart, 2002). Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan
genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte
Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen
tranplantasi dan proses imun lainnya. Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat 3 hingga 5 kali
lipat pada individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA (DR3 atau DR4).
Diabetes melitus juvenilis merupakan suatu penyakit keturunan yang diturunkan secara
resesif, dengan kekerapan gen kira-kira 0,30 dan penetrasi umur kira-kira 70% untuk laki-laki
dan 90% untuk wanita.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh karena itu insiden lebih tinggi atau
adanya infeksi virus (dari lingkungan). Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human
coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan
destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans pankreas, yang membuat
kehilangan produksi insulin.
3. Faktor imunologi
Respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata pankreas.
IV. PATOFISIOLOGI
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster didalam ruang
retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai hilus limpa diarah kronio – dorsal dan
bagian atas kiri kaput pankreas dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu
bagian pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena mesentrika
superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput pankreas ini disebut processus
unsinatis pankreas. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :
1) Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan getahnya namun
sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau langerhans hanya
berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi pembuluh darah kapiler.
Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel utama, yakni sel-alfa, beta dan delta. Sel beta
yang mencakup kira-kira 60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin dalam sitoplasma sel. Tiap
bungkusan bervariasi antara spesies satu dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin
membentuk polimer yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan ini
mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng dari insulin. Insulin
disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B, kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia
dibungkus didalam granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh suatu
proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke daerah luar dengan eksositosis.
Kemudian insulin melintasi membran basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel
fenestrata kapiler untuk mencapai aliran darah (Ganong, 1995). Sel alfa yang mencakup kira-kira
25 % dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10 % dari seluruh sel
mensekresikan somatostatin (Pearce, 2000)
Kelenjar pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-
hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini dapat
diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah yaitu insulin dan
hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin :
Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau langerhans menyebabkan timbulnya
pengaturan secara langsung sekresi beberapa jenis hormone lainnya, contohnya insulin
menghambat sekresi glukagon, somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel beta pulau langerhans. Rangsangan
utama pelepasan insulin diatas kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar
glukosa darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja dengan cara
berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah berikatan, insulin bekerja melalui perantara kedua
untuk menyebabkan peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera digunakan
untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam hati (Guyton & Hall, 1999).
Insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang dibutuhkan untuk pemanfaatan glukosa
sebagai bahan energi seluler dan diperlukan untuk metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Pada Diabetes tipe I terdapat ketidak mampuan pankreas menghasilkan insulin karena hancurnya
sel-sel beta pulau langerhans. Dalam hal ini menimbulkan hiperglikemia puasa dan
hiperglikemia post prandial.
Apabila insulin tidak dihasilkan maka akan mengalami gangguan metabolisme,
karbohidrat, protein dan lemak yang mana bila tanpa insulin Glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel dan tetap dalam kompartemen vaskular yang kemudian terjadilah hiperglikemi dengan
demikian akan meningkatkan konsentrasi dalam darah. Terjadinya hiperglikemi akan
menyebabkan osmotik diuresis yang kemudian menimbulkan perpindahan cairan tubuh dari
rongga intraseluler ke dalam rongga interstisial kemudian ke ekstrasel. Terjadinya osmotik
diuretik menyebabkan banyaknya cairan yang hilang melalui urine (polyuria) sehingga sel akan
kekurangan cairan dan muncul gejala Polydipsia (kehausan).
Terjadinya polyuria mengakibatkan hilangnya secara berlebihan potasium dan sodium
dan terjadi ganggunag elektrolit. Dengan tidak adanya glukosa yang mencapai sel, maka sel akan
mengalami “starvation” (kekurangan makanan atau kelaparan) sehingga menimbulkan gejala
polyphagia, fatigue dan berat badan menurun.
Dengan adanya peningkatan glukosa dalam darah, glukosa tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus
karena melebihi ambang renal sehingga menyebabkan lolos dalam urine yang disebut glikosuria.
Akibat yang lain yaitu terjadinya proses glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukogeonesis tanpa hambatan sehingga efeknya berupa pemecahan lemak dan
terjadi peningkatan keton yangdapat mengganggu keseimbangan asam basa dan mangarah
terjadinya ketoasidosis (Corwin, 2000).
Pada DM tipe I terjadi suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal
merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin eksogen
untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia dan
peningkatan kadar glukosa darah.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang menyerang
orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu
respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor ekstrinsik yang
diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh virus, seperti virus
penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau
oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang disensitisasi. Suatu
kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi atau fungsi sel B
pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus.
Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus
diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun tertentu yang
menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel-
sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan istilah autoregresi.

V. MANIFESTASI KLINIS
Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak ( diabetes melitus juvenil)
mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin dengan kadar glukosa darah
yang labil. Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena keterlambatan diagnosis.
Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti:
a. Hiperglikemia ( Kadar glukosa darah plasma >200mg/dl ).
b. Poliuria
Poliuria nokturnal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1 pada anak.
c. Polidipsia
d. Poliphagia
e. Penurunan berat badan , Malaise atau kelemahan
f. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urine)
g. Ketonemia dan ketonuria
Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urine terjadi akibat katabolisme abnormal
lemak sebagai sumber energy. Ini dapat mengakibatkan asidosis dan koma.
h. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak.
i. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan
abdomen dan gangguan kesadaran ( koma )

Perjalanan klinis DM tipe 1 terbagi atas:


1. Fase Inisial
Dimulai saat timbulnya gejala sampai dengan ditegakkan diagnosis. Fase ini sering didahului
oleh infeksi, goncangan emosi maupun trauma fisik.
2. Fase Penyembuhan
Fase setelah beberapa hari diberikan pengobatan. Keadaan akut penyakit ini telah teratasi dan
sudah terdapat sensitivitas jaringan terhadap insulin.
3. Fase Remisi (Honeymoon period)
Fase ini khas pada penyandang DM tipe 1. Pada saat ini, kebutuhan insulin menurun sehingga
dapat terjadi hipoglikemia bila insulin tidak disesuaikan. Bila dengan dosis insulin 0.1 IU/kg BB
masih menyebabkan hipoglikemia maka pemberian insulin harus dihentikan. Pada fase ini perlu
observasi dan pemeriksaan urin reduksi secara teratur untuk memantau keadaan penyakitnya.
Fase ini berlangsung selama beberapa minggu sampai beberapa bulan. Diperlukan penyuluhan
pada penyandang DM atau orangtua bahwa fase ini bukan berarti penyembuhan penyakitnya.
4. Fase Intensifikasi
Fase ini timbul 16-18 bulan setelah diagnosis ditegakan. Pada fase ini terjadi kekurangan insulin
endogen.

VI. KOMPLIKASI
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang beberapa
organ dan yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi berbagai
organ secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006):
A. Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi :
1. Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan
tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu
kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah
marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu fungsi
organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang
diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena
latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari
600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah:
 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
 Minum banyak, kencing banyak
 Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta berbau
aseton
 Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus
segara dibawa ke rumah sakit
B. Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-5) berupa :
1. Mikroangiopati : retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik dijumpai pada 1 diantara 3
penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati : gangren, infark miokardium, dan angina.
Komplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988 ) :
 Gangguan pertumbuhan dan pubertas
 Katarak
 Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
 Hepatomegali
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM (mg/dl)4
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah Kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
Darah Kapiler <90 90-109 >110

b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok


c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e. Elektrolit :
· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun.
· Fosfor : lebih sering menurun
f. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis
metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
g. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis : hemokonsentrasi
;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal)
i. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau normal
sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap
pembentukan antibody . ( autoantibody)
j. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan glukosa
darah dan kebutuhan akan insulin.
k. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
VIII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi
keluhan/gejala DM. Sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya adalah mencegah komplikasi.
Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk
mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan
pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Tabel Kriteria pengendalian DM.
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah plasma vena (mg/dl)
- puasa 80-109 110-139 >140
-2 jam 110-159 160-199 >200
HbA1c (%) 4-6 6-8 >8
Kolesterol total (mg/dl) <200 200-239 >240
Kolesterol LDL
- tanpa PJK <130 130-159 >159
- dengan PJK <100 11-129 >129
Kolesterol HDL (mg/dl) >45 35-45 <35
Trigliserida (mg/dl)
- tanpa PJK <200 <200-249 >250
- dengan PJK <150 <150-199 >200
BMI/IMT
- perempuan 18,9-23,9 23-25 >25 atau <18,5
- laki-laki 20 -24,9 25-27 >27 atau <20
Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/90-95 >160/95

Akan tetapi, perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang mayoritas diderita anak
dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin. Terapi DM tipe 1 lebih tertuju pada
pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan asam basa,
elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilisasi penyakit
dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan kepada penyandang DM/keluarga mengenai
pentignya pemantauan penyakitnya secara teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin,
pemakaian insulin dan komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolik dalam batas
normal serta mencegah terjadinya komplikasi

Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam penatalaksanaan
penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya

Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu diusahakan supaya
anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah serendah mungkin tanpa
menimbulkan gejala hipoglikemia
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam kegiatan fisik
maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun oleh lingkungan
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk mengurus dirinya sendiri
sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya

Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai penyakit dan
diperlukan kerjasama semua pihak ditingkat pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan berbagai usaha dan akan diuraikan sebagai berikut:
a. Pemberian insulin
Diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin karena pankreas tidak dapat memproduksi
hormon insulin. Maka seumur hidupnya pasien harus mendapatkan terapi insulin untuk
mengatasi glukosa darah yang tinggi. Tujuan terapi insulin ini terutama untuk :
1. Mempertahankan glukosa darah dalam kadar yang normal atau mendekati normal.
2. Menghambat kemungkinan timbulnya komplikasi kronis pada diabetes.
Indikasi pengobatan dengan insulin adalah :
a) Semua penderita DM dari setiap umur (baik IDDM maupun NIDDM) dalam keadaan
ketoasidosis atau pernah masuk kedalam ketoasidosis.
b) DM dengan kehamilan/ DM gestasional yang tidak terkendali dengan diet (perencanaan
makanan).
c) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosif maksimal.

Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Glukosa terutama bersumber dari
karbohidrat walaupun protein dan lemak juga bisa menaikan glukosa. Secara terus menerus
pankreas melepaskan insulin pada saat makan atau tidak. Setelah makan, kadar insulin
meningkat dan membantu penimbunan glukosa di hati. Pada saat tidak makan, insulin turun.
Maka hati akan memecah glikogen menjadi glukosa dan masuk ke darah sehingga glukosa darah
dipertahankan tetap dalam kadar yang normal.
Struktur kimia hormon insulin bisa rusak oleh proses pencernaan sehingga insulin tidak bisa
diberikan melalui tablet atau pil. Satu-satunya jalan pemberian insulin adalah melalui suntikan,
bisa suntikan di bawah kulit (subcutan/sc), suntikan ke dalam otot (intramuscular/im), atau
suntukan ke dalam pembuluh vena (intravena/iv). Ada pula yang dipakai secara terus menerus
dengan pompa (insulin pump/CSII) atau sistem tembak (tekan semprot) ke dalam kulit (insulin
medijector).
Enam tipe insulin berdasarkan mulain kerja, puncak, dan lama kerja insulin tersebut, yakni :
1. Insulin Keja Cepat (Short-acting Insulin)
2. Insulin Kerja Sangat Cepat (Quick-Acting Insulin)
3. Insulin Kerja Sedang (Intermediate-Acting Insulin)
4. Mixed Insulin
5. Insulin Kerja Panjang (Long-Acting Insulin)
6. Insulin Kerja Sangat Panjang (Very Long Acting Insulin)

Insulin yang Tersedia di Indonesia


Tipe Insulin Mulai Kerja Puncak Lama Kerja
Ultra Short Acting (Quick-Acting, Rapid 15-30 min 60-90 min 3-5 hr
Acting) Insulin Analogues
Insulin Aspart (NovoRapid, Novolog)
Insulin Lispro (Humalog)
Short-Acting (Soluble, Neutral) 30-60 min 2-4 hr 6-8 hr
Insulin Reguler, Actrapid, Humulin R
Intermediate-Acting (Isophane) 1-2 hr 4-8 hr 16-24 hr
Insulatard, Humulin N, NPH
Long-Acting Insulin (Zinc-based) 1-3 hr 4-12 hr 16-24 hr
Monotard, Humulin Lente, Humulin Zn
Very Long Acting Insulin 2-4 hr 4-24hr 24-36 hr
Insulin Glargine (Lantus) (nopeak)
Insulin Detemir (Levemir)
Mixed Insulin (Short + Intermedidiate-Acting 30 min 2-8 hr 24 hr
Insulin)
Mixtard 30/70, NovoMix, Humulin 30/70

Terapi Pompa Insulin pada pasien Diabetes Melitus Tipe 1


Pompa insulin merupakan suatu alat yang tampak seperti pager yang digunakan untuk
mengelola masuknya insulin ke dalam tubuh pasien diabetes. Sebuah pompa insulin terdiri dari
sebuah tabung kecil (Syringe) yang berisikan insulin dan microcomputer yang membantu pasien
untuk menentukan berapa banyak insulin yang diperlukan. Insulin dipompakan melalui selang
infus yang terpasang dengan sebuah tube plastic ramping yang disebut cannula, yang dipasang
pada kulit subkutan perut pasien. Selang infus harus diganti secara teratur setiap minggunya. Di
Indonesia, alat ini masih jarang digunakan walaupun sudah ada distributornya. Akan tetapi di
negara lain seperti Amerika, penggunaan alat ini kini menjadi favorit pasien diabetes karena
keefektifan penggunaanya.
Indikasi penggunaan terapi insulin harus memenuhi kriteria di bawah ini :
- Menggunakan insulin lebih dari 3 kali sehari
- Kadar glukosa darah sering tidak teratur
- Lelah menggunakan terapi injeksi insulin
- Ingin mengurangi resiko hipoglikemi
- Ingin mengurangi resiko komplikasi yang berkelanjutan
- Ingin lebih bebas beraktifitas dan gaya hidup yang lebih fleksibel

Ketika seseorang memutuskan untuk menggunakan terapi pompa insulin, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan yakni :
1. Mengecek kadar glukosa darah ( setidaknya 4 hari sekali, sebelum makan) untuk mengetahui
berapa dosis insulin yang diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah tubuh
2. Mulai memahami makanan yang anda makan. Apakah makanan tersebut membuat kadar
glukosa darah tinggi atau tidak.
3. Perhatikan secara teratur ( setiap setelah makan) pompa insulin untuk meminimalisir
kerusakan.
Menurut studi yang dilakukan National Institute of Health selama 10 tahun terhadap 1000
penderita diabetes melitus tipe 1, didapatkan bahwa penggunaan terapi insulin yang intensif,
seperti contohnya menggunakan pompa insulin, dapat mengurangi komplikasi diabetes secara
efektif. Studi ini menunjukan bahwa terapi insulin intensif :
- Mengurangi komplikasi kebutaan 76 %
- Mengurangi komplikasi amputasi 60 %
- Mengurangi resiko terkena penyakit ginjal 54 %
Terapi pompa insulin atau yang dikenal dengan sebutan Continuous Subcutaneous Insulin
Infusion (CSII) merupakan terapi yang paling menyerupai metode fisiologi tranfer insulin ke
dalam tubuh. Insulin yang dipergunakan dalam pompa insulin adalah insulin “prandial” (short
atau rapid acting insulin), sehingga dosis basal akan tertutupi oleh dosis prandial “bolus” yang
diberikan secara intensif selama 24 jam.
Keuntungan penggunaan pompa insulin yakni :
1. Terbebas dari penggunan multiple daily injection insulin
2. Penurunan kadar HbA1C yang terkontrol
3. Mengurangi frekuensi terkena hipoglikemia
4. Mengurangi variasi kadar glukosa darah
5. Meningkatkan fleksibilitas dan manajemen diabetes
Kekurangan Penggunaan pompa insulin yakni :
1. Ada resiko infeksi jika tidak mengganti insertion site pada cannula secara eratur
2. Pemeriksaan gula darah yang lebih sering
3. Memiliki resiko terkena hiperglikemi yang dapat mengakibatkan diabetic ketoacidosis yang
lebih besar jika tidak mempergunakan pompa dalam jangka waktu yang lama.
Di Indonesia sendiri, insiden diabetes melitus tipe 1 sangat jarang. Walaupun alatnya sudah ada
di Indonesia, akan tetapi harganya relatif mahal.
b. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal
karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan kecukupan gizi baik yaitu :
1) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
2) Protein sebanyak 10 – 15 %
3) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut dan kegiatan
jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis, penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu
Barat Badan Ideal = (TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
1) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
2) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
3) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
4) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali kelebihan kalori basal yaitu untuk
laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita 25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori
aktivitas (10-30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus ditambah)
dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut diatas dibagi dalam beberapa
porsi yaitu :
1) Makanan pagi sebanyak 20%
2) Makanan siang sebanyak 30%
3) Makanan sore sebanyak 25%
4) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya.
c. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang
disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30 menit, olehraga sedang
berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga berat jogging.
d. Edukasi
Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Edukator bagi pasien diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai
pengetahuan dan keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan untuk mencapai keadaan
sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi
merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne, 2002)
IX. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa,dll.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Polifagi, Poliuria, Polidipsi, penurunan berat badan, frekuensi minum dan berkemih. Peningkatan
nafsu makan, penururan tingkat kesadaran, perubahan perilaku.
b. Riwayat penyakit sekarang.
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa,
bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk
menanggulangi penyakitnya.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan seperti oleh virus penyakit
gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksik, atau oleh
sitotoksin perusak dan antibodi.
d. Riwayat kesehatan keluarga.
Terutama yang berkaitan dengan anggota keluarga lain yang menderita diabetes melitus. Riwayat
kehamilan karena stress saat kehamilan dapat mencetuskan timbulnya diabetes melitus.
Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit diabetes melitus.
Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit diabetes melitus.
Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
Koping keluarga dan tingkat kecemasan.
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
Usia
Tingkat perkembangan
Toleransi / kemampuan memahami tindakan
Koping
Pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua
Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas / istrahat.
Lemah, letih, susah, bergerak / susah berjalan, kram otot, tonus otot menurun. Tachicardi,
tachipnea pada keadaan istrahat/daya aktivitas. Letargi / disorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi : infark miokard akut, kesemutan pada ekstremitas dan tachicardia.
Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun / tidak ada. Disritmia, krekel :
DVJ
ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
c. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
d. Neurosensori
Pusing / pening, gangguan penglihatan, disorientasi : mengantuk, lifargi, stuport / koma (tahap
lanjut). Sakit kepala, kesemutan, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan,
gangguan memori (baru, masa lalu) : kacau mental, refleks fendo dalam (RTD) menurun (koma),
aktifitas kejang.
e. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang / nyeri (sedang berat), wajah meringis dengan palpitasi : tampak
sangat berhati – hati.
f. Keamanan
Kulit kering, gatal : ulkus kulit, demam diaporesis.
g. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria / anuria jika terjadi
hipololemia barat). Abdomen keras, bising usus lemah dan menurun : hiperaktif (diare).
h. Integritas Ego
Stress, ansietas
i. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
4. Psikososial
Dapat menyelesaikan tugas – tugasnya sampai menghasilkan sesuatu
Belajar bersaing dan koperatif dengan orang lain
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah : meningkat 100 – 200 mg/dl atau lebih.
b. Aseton plasma : positif secara menyolok.
c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
d. Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 m osm/l.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat, hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi.
2 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan defisiensi insulin/penurunan intake
oral : anoreksia, mual, muntah, abnominal pain, gangguan kesadaran/hipermetabolik akibat
pelepasan hormone stress, epinefrin, cortisol, GH atau karena proses luka.
3 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka ( trauma ).
4 Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan perubahan fungsi
fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.
5 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi, hipermetabolik.
6 Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).
7 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.
8 Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interprestasi (Doengoes, 2001)
C. PERENCANAAN
1) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis meningkat, hiperglikemia, diare, muntah,
poliuria, evaporasi.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat
diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar
elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
 Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
 Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
 Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
 Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
 Pantau masukan dan pengeluaran
 Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung
 Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
 Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
 Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau
pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia,
mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
 Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
 Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
 Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
 Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan
makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
 Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera
jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
 Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
 Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit
lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
 Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
 Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
 Kolaborasi dengan ahli diet.
3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka ( trauma )
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
 Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
 Kaji tanda vital
 Kaji adanya nyeri
 Lakukan perawatan luka
 Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan fungsi leucosit/ gangguan sirkulasi
Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak adanya tanda “inteksi,
Criteria hasil :
a. Luka sembuh
b. Tidak ada edema sekitar luka.
c. Tidak terdapat pus, luka cepat mongering.
Intervensi :
 Kaji keadaan kulit yangrusak
 Kaji keadaan kulit yangrusak
 Bersihkan luka dengan teknik septic dan antiseptic
 Kompres luka dengan larutan Nacl
 Anjurkan pada klien agarmenjaga predisposisi terjadinya lesi
 Pemberian obat antibiotic.

5) Resiko gangguan persepsi sensoris : penglihatan berhubungan dengan perubahan fungsi


fisiologis akibat ketidakseimbangan glukosa/insulin atau karena ketidakseimbangan elektrolit.
Tujuan : Klien akan mempertahankan fungsi penglihatan
Intervensi :
 Kaji derajat dan tipe kerusakan
 Latih klien untuk membaca.
 Orientasi klien dengan lingkungan.
 Gunakan alat bantu penglihatan.
 Panggil klien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya tempat, orang
dan waktu.
 Pelihara aktifitas rutin.
 Lindungi klien dari cedera.
6) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan energi, perubahan kimia darah,
insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, infeksi, hipermetabolik.
Tujuan : Klien akan menunjukkan perbaikan kemampuan aktivitas
kriteria hasil :
a. mengungkapkan peningkatan energi
b. mampu melakukan aktivitas rutin biasanya
c. menunjukkan aktivitas yang adekuat
d. melaporkan aktivitas yang dapat dilakukan
Intervensi :
 Diskusikan dengan klien kebutuhan akan aktivitas
 Berikan aktivitas alternative
 Pantau tanda tanda vital
 Diskusikan cara menghemat kalori selama mandi, berpindah tempat dan sebagainya
 Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang dapat ditoleransi

7) Nyeri berhubungan dengan adanya ulcus (luka diabetes mellitus).


Tujuan : Klien akan menunjukkan nyeri berkurang / teratasi
kriteria hasil :
a. Klien tidak mengeluh nyeri
b. Ekspresi wajah ceria
Intervensi :
 Kaji tingkat nyeri
 Observasi tanda-tanda vital
 Ajarkan klien tekhnik relaksasi
 Ajarkan klien tekhnik Gate Control
 Pemberian analgetik

8) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan.


Tujuan : Klien akan mendemonstrasikan penurunan rawat diri
Criteria hasil :
a. Kuku pendek dan bersih
b. Kebutuhan dapat dioenuhi secara bertahap
c. Mandi sendiri tanpa bantuan
Intervensi :
 Kaji kemampuan klien dalam pemenuhan rawat diri
 Berikan aktivitas secara bertahap
 Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
 Bantu klien (memotong kuku)

9)
Kurang pengetahuan mengenai penyakitnya, prognosis penyakit dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kesalahan interprestasi
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
 Pilih berbagai strategi belajar
 Diskusikan tentang rencana diet
 Diskusikan tentang faktor-faktor yang memegang peranan dalam kontrol DM

D. IMPLEMENTASI
Merupakan tahap dimana rencana keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik
yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian
tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi
keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
1. Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
2. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
3. Infeksi tidak terjadi
4. Rasa lelah berkurang/Penurunan rasa lelah
5. Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta

Carpenito, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta

Corwin,. J. Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.

FKUI, 1979, Patologi, FKUI, Jakarta

Ganong, 1997, Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta

Guyton dan Hall, 1997, Fisiologi Kedokteran, (Edisi 9), EGC, Jakarta
Hinchliff, 1999, Kamus Keperawatan, EGC, Jakarta

Price, S. A dan Wilson, L. M, 1995, Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sherwood, 2001, Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, (edisi 21), EGC, Jakarta

Sobotta, 2003, Atlas Anatomi, (Edisi 21), EGC, Jakarta

Tandra, Hans. 2007. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Katzung. B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 2. Jakarta : Salemba Medika
Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Diposkan oleh Kapevi Hatake di 4:43 PM


Makalah PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)
Kapevi Hatake | 9:58 PM | Makalah PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja)

Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)


MAKALAH

STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,Karen berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Terlantun solawat serta
salam buat untuk imam besar kita semua Nabi Muhammad SAW.
Adapun makalah yang berjudul Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) membahas
tentang salah satu program puskesmas yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling
dan berbagai hal yang berhubungan dengan kesehatan remaja. Makalah ini dibuat untuk
menambah wawasan dalam ilmu kesehatan masyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat menyusun makalah yang lebih baik
dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi bagi
kita dalam memajukan ilmu keperawatan.
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Usia anak remaja merupakan masa yang rawan, bukan anak-anak lagi dan juga bukan
orang dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga menjadi perhatian
kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja dimana remaja pada masa
mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa pemerintah melalui departemen
kesehatan menggalakan program PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ).
Sejak tahun 2003, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang ditujukan dan
dapat dijangkau remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai
remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dan dijalankan di
puskesmas.
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR (Puskesmas
yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga kesehatan yang peduli dan siap
melayani semua kelompok usia remaja. Disini remaja dilayani dengan sikap menyenangkan,
dihargai dan diterima dengan tangan terbuka.
Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis maupun konseling oleh
pelaksana program, serta melatih konselor sebaya. Konselor sebaya yang dimaksud adalah kader
kesehatan remaja yang telah diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan konseling.
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas. Jumlah Puskesmas
PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember 2008 sebanyak 1611
puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sebanyak 2256 orang.
II. TUJUAN
1. Memahami pengertian PKPR
2. Memahami tujuan PKPR
3. Memahami sasaran PKPR
4. Memahami karakteristik PKPR
5. Memahami Strategi pelaksanan dan pengembangan PKPR
6. Memahami langkah – langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
7. Memahami jenis kegiatan PKPR
8. Mampu untuk menjadi Konselor PKPR.
BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA
Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi
dewasa. Secara fisik, remaja dapat dikatakan sudah matang tetapi secara psikis/kejiwaan belum
matang. Beberapa sifat remaja yang menyebabkan tingginya resiko antara lain: rasa
keingintahuan yang besar tetapi kurang mempertimbangkan akibat dan suka mencoba hal-hal
baru untuk mencari jati diri.
Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat dan benar, maka perilaku
remaja sering mengarah kepada perilaku yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), perilaku yang menyebabkan mudah terkena
infeksi HIV/AIDS, Infeksi menular seksual (IMS), masalah gizi (anemia/kurang darah, kurang
energi kronik (KEK), obesitas/kegemukan) dan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan
norma-norma yang berlaku.
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau
remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR)
I. PEGERTIAN
PKPR adalah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan remaja.
PKPR adalah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses semua golongan remaja,
dapat diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling, mendapatkan
informasi yang benar dan tepat untuk berbagai hal yang perlu diketahui remaja.
II. TUJUAN
 Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.
 Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan masalah kesehatan
khusus remaja,
 Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan
kesehatan remaja.
 Menambah wawasan dan teman melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, dialog interaktif, Focus
Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
 Konseling/curhat masalah kesehatan dan berbagai masalah remaja lainnya (dan kerahasiaannya
dijamin)
 Remaja dapat menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja agar dapat ikut membantu teman
yang sedang punya masalah
III. SASARAN
Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah seperti karang taruna,
remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok remaja lainnya.
A. Batasan remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak – kanak dan dewasa..
Menurut WHO, remaja adalah anak yang berusia antara 10-19 tahun. Terdiri dari :
1. Masa remaja awal yaitu 10 – 14 tahun.
2. Masa remaja pertengahan yaitu 14 – 17 tahun.
3. Masa remaja akhir yaitu 17 – 19 tahun.
Sedangkan menurut Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) remaja
adalah laki-laki dan perempuan yang belum kawin dengan batasan usia meliputi 15-24 tahun.
B. Citra diri seorang remaja
Tiap orang mempunyai pandangan tentang apa, siapa dan bagaimana dirinya sendiri. Ketiga hal
tersebut menyatu sehingga setiap orang memiliki gambaran tentag dirinya sendiri disebut citra
diri.
Pada usia remaja citra diri yang terbentuk selama masa kanak – kanak tidak cocok lagi dengan
masa remaja dikarenakan remaja mengalami perubahan jasmaniah yang cepat dan mendadak.
Citra diri pada masa remaja merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
remaja.
C. Perkembangan remaja
1. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3 ciri khas:
 Adanya dorongan tumbuh yang kuat.
 Adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar hormon seks
 Meningkatnya fungsi berbagai organ tubuh sehingga menghasilkan kekuatan fisik yang besar.
2. Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
a. Perkembangan psikososial remaja awal
 Cemas terhadap penampilan badan atau fisik
 Perubahan hormonal
 Menyatakan kebebasan dan merasa seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota
keluarga
 Perilaku memberontak dan melawan
 Kawan menjadi lebih penting
 Perasaan memiliki teman sebaya.
b. Perkembangan psikososial remaja pertengahan
 Lebih mampu berkompromi
 Belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri
 Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman
 Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman baru, mengujinya walaupun beresiko
 Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
 Membangun norma dan mengembangkan moralitas
 Mulai membutuhkan lebih banyak teman
 Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
 Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu tentang banyak hal
 Berkembang kemampuan intrlrktual khusus
 Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga
 Senang berpetualang dan ingin bepergian sevara mandiri
c. Perkembangan psikososial remaja akhir
 Ideal
 Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
 Harus belajar untuk mencapai kemandirian dalam bidang finansial dan emosional
 Lebih mampu membuat hubungan yang stabil dengan lawan jenis
 Merasa sebagai orang dewasa yang esetara dengan anggota keluarga lain
 Hampir siap untuk menjadi orang dewasa yang mandiri
D. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja
1. Lingkungan keluarga
 Pola asuh keluarga
 Kondisi keluarga
 Pendidikan moral dalam keluarga
Dalam mendidik orang tua harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah tegas
dan dapat memberi rasa aman.
2. Lingkungan sekolah
 Suasana sekolah
Kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri
 Bimbingan guru
3. Lingkungan teman sebaya
4. Lingkungan masyarakat
 Sosial budaya
 Media masa
IV. KARAKTERISTIK PKPR
Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1. Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk :
 Memenuhi hak remaja
 Tidak membatasi pelayanan karena kecacatan, etnik, usia dan status
 Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.
 Menjamin privasi dan kerahasiaan.
 Mempromosikan kemandirian remaja
 Menjamin biaya yang terjangkau / gratis.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
 Pendaptaran dan pengambilan kartu yang mudah dan dijamin kerahasiaanya.
 Waktu tunggu yang pendek
 Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3. Petugas khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau perawat yang
sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap menampung segala
permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria:
 Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat, memiliki kompetensi
teknis dalam memberikan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai ketrampilan komunikasi
interpersonal dan konseling.
 Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja.
 Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan.
 Dapat dipercaya dan dapat menjaga kerahasiaan.
 Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.
 Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang.
 Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-bedakan.
 Mau memberikan informasi dan dukungan yang cukup hingga remaja dapat memutuskan pilihan
yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi kebutuhannya.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja
 Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan.
 Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.
 Mempunyai motivasi untuk menolong dan memberikan dukungan pada remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
 Lingkungan yang aman berarti bebas dari ancaman dan tekanan sehingga menimbulkan rasa
tenang dan remaja tidak segan berkunjung kembali.
 Lokasi pelayanan yang nyaman dan mudah dicapai.
 Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.
 Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja
 Tidak ada stigma misalnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap pasti memiliki
masalah seksual atau penyalahgunaan NAPZA.
6. Partisifasi atau keterlibatan keluarga
 Remaja mendapat informasi yang jelas tentang adanya pelayanan, cara mendapatkan pelayanan,
kemudia memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya.
 Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pelayanan.
7. Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan dialog dengan masyarakat tentang PKPR sehingga masyarakat :
 Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
 Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan sebaya.
 Pelayanan sebaya adalah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh teman sebayanya yang
terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya ( peer counselor )
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
 Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social.
 Menyediakan paket komprehensif dan rujukan ke pelayanan terkait remaja lainya.
 Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan prosedur yang tidak penting.
10. Pelayanan yang efektif
 Dipandu oleh pedoman dan prosedur tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
 Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.
 Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya.
11. Pelayanan yang efisien
 Mempunyai system informasi manajemen termasuk informasi tentang biaya dan mempunyai
system agar informasi itu dapat dimanfaatkan.
V. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR
1. Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga PKPR di
puskesmas dapat pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal dan di dukung oleh
masyarakat.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3. Penyertaan remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja informasi pelayanan dapat cepat meluas.
4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan kalau mungkin gratis.
5. Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium dan
rujukan, dilaksanakan sejak awal dan bersamaan.
6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini misalnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik, PSK remaja
dan sebagainya.
7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan masalah dan kebutuhan setempat serta sesuai
dengan kemampuan puskesmas.
8. Pelembagaan monitoring dan evaluasi internal.
Monitoring dan evaluasi secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu puskesmas
merupakan bagian dari upaya peningkatan akses dan kualitas PKPR.
VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PKPR
1. Identifikasi masalah
a. Gambaran remaja di wilayah kerja
 Jumlah remaja, pendidikan , pekerjaan
 Perilaku beresiko: seks pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
 Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan NAPZA.
b. Identifikasi pandangan remaja tentang sikap dan tata nilai berhubungan dengan prilaku
beresiko, masalah kesehatan yang ingin diketahui dan pelayanan yang dikehendaki.
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku – buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari berbagai sumber, pemerintah dan swasta,
dan wawancara dengan sasaran langsung atau tidak langsung ( orang tua, guru, pengurus asrama,
dll ).
2. Advokasi kebijakan public
Kebijakan public adalah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan mengarahkan dan
mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan advokasi diharapkan mendapat
dukungan sehingga dapat mempercepat keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR.
Contoh :
 Dukungan pemerintah daerah dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR antara lain
pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan dirumah singgah dan
lain – lain.
 Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan
 Pembentukan jejaring khusus melalui peran politis unttuk memperkuat system rujukan berupa :
 Rujukan social antara lain penyaluran pelatihan keterampilan remaja pasca rehabilitasi NAPZA
atau mempersiapkan remaja pra nikah.
 Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan
 Rujukan pranata hokum diperlukan untuk kasus tindakan kekerasan.
3. Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas
 Sosialisasi internal
 Penunjukan petugas
 Pembentukan tim
Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas penyuluhan,
petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.
 Pelatihan formal petugas PKPR
 Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis dapat pula dilakukan perluasan
kegiatan seperti :
 Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas
 Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas
 Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan
 Pemenuhan sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana selain memberikan kenyamanan, menjaga privasi, serta
menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan.
 Penentuan prosedur pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan penyimpanan kartu,
register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan alur pelayanan.
4. Sosialisasi eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum resmi maupun tidak resmi,
ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah.. Perlibatan pers dapat
mempercepat sosialosasi.
5. Pelaksanaan PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana belum lengkap.

VII. ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR


Klien datang ( kiriman atau sendiri ) daftar melalui loket langsung diregister di rung konseling.
anamnesa
 Identitas
 Apa yang sudah diketahui
 Tentang KRR
Perubahan fisik dan fsikis, masalah yang mungkin timbul dan cara menghadapinya.
 Tentang prilaku hidup sehat pada remaja
Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal – hal yang perlu dihindari ( napza, seks
bebas ), pergaulan sehat antara laki – laki dan perempuan.
 Tentang persiapan berkeluarga
Kehamilan, KB, HIV / AIDS
Pemeriksaan fisik
 Tanda tanda anemi, KEK
 Tanda – tanda kekerasan terhadap perempuan.
Pelayanan konseling
Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan bila perlu.
Bila perlu pelayanan medis:
 Pemeriksaan infeksi saluran reproduksi
 Kehamilan, perkosaan
 Pasca keguguran, kontrasepsi
 konseling lanjutan bila perlu
VIII. JENIS KEGIATAN DALAM PKPR
1. Pemberian informasi dan edukasi
 Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok
 Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari puskesmas
 Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi interaktif
yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik.
 Menggunakan bahasa yang sesuai denga sasaran dan mudah di mengerti.
2. Pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan
3. Konseling
a. Pengertian
 Konseling adalah Suatu hubungan saling membantu antara dua orang: konselor dan klien (dalam
situasi saling tatap muka) memutuskan bekerja sama dalam upaya membantu klien menolong
dirinya sendiri untuk;
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih dapat mengerti dirinya
- Lebih dapat menyesuaikan dirinya
 Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan perasaan yang terlibat didalamnya dengan
didasari saling menghormati dan saling menghargai.
b. Ciri – ciri konseling
 Interaksi dinamis yang bersifat langsung dan timbal balik
 Menghargai kemampuan dan potensi yang ada pada klien
 Berorientasi pada pemecahan masalah, mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan kebutuhan
klien
 Bersifat pribadi namun profesional
c. Tujuan konseling
 Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada berbagai sumber daya
 Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien
d. Proses konseling
 Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, sebenarnya merupakan proses jangka panjang
 Konseling dapat diberikan secara individual,maupun kelompok
 Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk memilih /
menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e. 6 langkah kunci konseling
1. Great ( berikan salam )
2. Ask ( tanyakan )
3. Tell ( berikan informasi )
4. Help ( bantu )
5. Explaining ( jelaskan )
6. Return ( kunjungan )
f. Sifat – sifat yang diperlukan dari konselor
1. Menerima
2. Terbuka
3. Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain
4. Sabar dan adil, emosi stabil, tenang dan simpatik
5. Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain
6. Memiliki keberanian menghadapi masalah
7. Memahami batas – batas lkemampuan yang ada pada dirinya
8. Mampu mengenal dan memahami klien

4. Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS )


PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi
masalah dalam kehidupan sehari – hari secara efektif.
PKHS dapat diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah singgah,
sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS ) memiliki 10 aspek yaitu :
a. Pengambilan keputusan
b. Pemecahan masalah
c. Berfikir kreatif
d. Berfikir kritis
e. Komunikasi efektif
f. Hubungan interpersonal
g. Kesadaran diri
h. Empati
i. Mengendalikan emosi
j. Mengatasi stress
PKHS dapat dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll.

5. Pelatihan pendidik dan konselor sebaya


Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu pendidik
sebaya akan berperan sebagai agen perubah sebayanya untuk berprilaku sehat, sebagai agen
promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi PKPR. Pendidik sebaya dapat diberikan pelatihan tambahan untuk
memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling sehingga dapat berperan
sebagai konselor remaja.

6. Pelayanan rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, rujukan social, dan rujukan pranatta
hukum.
IX. MONITORING DAN EVALUASI
Melalui monitoring petugas akan dibantu menemukan masalah secara dini sehingga koreksi yang
akan dilakukan tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan mempercepat tercapainya PKPR
yang berkualitas. Tahapan melakukan monitoring adalah :
1) Memutuskan informasi apa yang akan dikumpulkan
2) Mengumpulkan data dan menganalisanya
3) Memberikan umpan balik hasil monitoring.
Standar dan indicator terpilih yang diperlukan untuk mengevaluasi kualitas dan akses PKPR:
1) Kualitas
 Kompetensi petugas
 Sarana institusi
 Kepuasan klien
 Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan
2) Akses
 Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus lama dan kasus baru, jumlah kunjungan klien,
didalam gedung dan di luar gedung.
 Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan remaja.
 Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas
 Jumlah rujukan masuk dari masyarakat

BAB III
PENUTUP
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan dan selera remaja, diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR).
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, termasuk Poskestren,
menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti kelompok anak
jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain, dilaksanakan oleh petugas
puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.
Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan
penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), peltihan pendidik sebaya
(yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja) dan konselor sebaya (pendidik sebaya
yang diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan konseling), serta pelayanan
rujukan.

DAFTAR PUSTAKA
Tim pembina UKS Propinsi Jawa Barat, 2007, Pedoman pelaksanaan UKS untuk guru di jawa barat.
Anthony Yeo, konseling suatu pendekatan pemecahan masalah, 1995
Depkes RI, direktorat kesga, materi pelatihan pelayanan kesehatan peduli remaja, 2003
Depkes RI dan Kesejahteraan Sosial, Direktorat Promosi Kesehatan, Konseling kesehatan dalam
pemberdayaan keluarga Panduaan pelatihan konseling bagi petugas kota / kabupaten, 2001
Humris W. Edith, Sp Kj, RSCM, Konseling Kesehatan remaja, 2004
Diposkan oleh Kapevi Hatake di 9:58 PM
Makalah : Keperawatan sebagai Profesi
Kapevi Hatake | 9:17 PM | Makalah : Keperawatan sebagai Profesi

BAB I
PENDAHULUAN
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang
bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi, kode etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu
profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti: bersifat
profesi, memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran
karena keahliannya itu. Seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala memiliki
dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya dan
pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya.
Keperawatan sebagai suatu profesi, di Indonesia disepakati pada Seminar Nasional
keperawatan pada tahun 1983 yang diinisiasi oleh kelompok kerja keperawatan Konsorsium
Ilmu Kesehatan Direktorat Pendidikan Tinggi. Berdasarkan kesepakatan tersebut pada tahun
1985 dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pada Program ini dasar-dasar keilmuan keperawatan dibekali kepada mahasiswa sehingga setiap
lulusan diharapkan mempunyai landasan keilmuan yang kokoh dalam memberi
pelayanankeperawatan. Sesuai dengan hakekat profesi khususnya yang terkait dengan
pendidikan dimana untuk dapat memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang berkualitas
dan pengembangan ilmu keperawatan diperlukan pendidikan keperawatan pada jenjang magister
keperawatan.

BAB II
KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI

A. Pengertian profesi
Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi menurut Schein EH
(1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang sangat
khusus yang berasal dari peranannya di masyarakat. Hughes (1963) mengungkapkan bahwa
profesi merupakan mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya. Dan Wilensky
(1964) berpendapat bahwa profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan
yang membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori yang
sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (alturism)
Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris “Profess”, yang
bermakna Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara
tetap/permanen. Profesi sendiri memiliki arti sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keahlian khusus. Suatu profesi biasanya memiliki
asosiasi profesi, kode etik, serta proses setrifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut.
Melihat pengertian tersebut, maka terdapat para tokoh yang memandang bahwa profesi
mempunyai beberapa kriteria :
1. Menurut Abraham Flexner (1915),Menyatakan bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan suatu
profesi apabila memenuhi syarat :
a. Aktivitas intelektual
b. Berdasarkan ilmu dan belajar
c. Untuk tujuan Praktek dan Pelayanan
d. Dapat diajarkan
e. Terorganisir secara internal
f. Altruistik (untuk kepentingan masyarakat)
2. Menurut Green Wood E (1957), Suatu Pekerjaan dikatakan profesi adalah adanya teori yang
sistemik, otoritas, wibawa (martabat) ,kode etik dan budaya profesional.
3. Menurut Hall (1968) Memberikan gambaran tentang suatu profesi yaitu suatu pekerjaan yang
harus melalui proses 4 tahapan antara lain :
a. Memperoleh badan pengetahuan dari institusi pendidikan tinggi
b. Menjadi pekerjaan utama
c. Adanya organisasi profesi
d. Terdapat kode etik
4. Menurut Moore dan Rosenblum 1970, Memandang kriteria sebagai profesi adalah apabila
dasar pekerjaan memiliki teori yang sistematis , otoritas, wibawa dan prestice, kode etik, budaya
profesional dan menjadi sumber utama dari penghasilan.
5. Menurut Edgar Schein (1974), Memberikan kriteria pekerjaan sebagai profesi apabila
pekerjaan tersebut :
a. Pekerjaan seumur hidup
b. Komitmen seumur hidup sebagai karier
c. Penghasilan utama
d. Motivasi kuat
e. Panggilan hidup
f. Pengetahuan dan keterampilan didapat melalui diklat
g. Pengetahuan dianggap khusus
h. Keputusan terhadap klien berdasarkan ilmu
i. Pelayanan berdasarkan keahlian dan obyektif
j. Mempertimbangkan otoritas
k. Ada batasan dalam profesi
l. Lebih tahu daripada klien yang dilayani
m. Perkumpulan profesi
n. Standart pendidikan
o. Uji kompetensi untuk masuk profesi
p. Tidak advertensi dalam mencari klien
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi, keran profesi
memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya, berikut adalah
karateristik profesi secara umum:
1. Keterampilan yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis : Professional dapat diasumsikan
mempunyai pengetahuan teoritis yang ekstensif dan memiliki keterampilan yang berdasarkan
pada pengetahuan tersebut dan bisa diterapkan dalam praktik
2. Asosiasi professional : Profesi biasanya memiliki badan yang diorganisasi oleh para
anggotanya, yang dimaksudkan untuk meningkatkan status para anggotanya. Organisasi tersebut
biasanya memiliki persyaratan khusus untuk menjadi anggotanya.
3. Pendidikan yang ekstensif : Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang
lama dalam jenjang pendidikan tinggi
4. Ujian kompetensi : Sebelum memasuki organisasi professional, biasanya ada persyaratan untuk
lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
5. Pelatihan institusional : Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan
istitusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota
penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga
dipersyaratkan.
6. Lisensi : Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka
yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi kerja : Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka
agar terhindar adanya intervensi dari luar.
8. Kode etik : Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan prosedur
pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan. Menurut UU NO. 8 (POKOK-POKOK
KEPEGAWAIAN), Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan Kode etik :
a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
f. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
h. Menentukan baku standarnya sendiri.
9. Mengatur Diri : Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati,
atau mereka yang berkualifikasi paling tinggi
10. Layanan publik dan altruisme : Diperolehnya penghasilan dari kerja profesinya dapat
dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi
terhadap kesehatan masyarakat
11. Status dan imbalan yang tinggi : Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi,
prestise, dan imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

B. Prinsip Etika Profesi


 Tanggung jawab
o Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
o Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.
 Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
 Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan
dalam menjalankan profesinya.

C. Profesionalisme
Dalam Kamus Kata-Kata Serapan Asing Dalam Bahasa Indonesia, karangan J.S. Badudu
(2003), definisi profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri
suatu profesi atau ciri orang yang profesional. Sementara kata profesional sendiri berarti: bersifat
profesi, memiliki keahlian dan keterampilan karena pendidikan dan latihan, beroleh bayaran
karena keahliannya itu.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme memiliki dua criteria
pokok, yaitu keahlian dan pendapatan (bayaran). Kedua hal itu merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan. Artinya seseorang dapat dikatakan memiliki profesionalisme manakala
memiliki dua hal pokok tersebut, yaitu keahlian (kompetensi) yang layak sesuai bidang tugasnya
dan pendapatan yang layak sesuai kebutuhan hidupnya.

D. Ciri ciri profesi.


Dari definisi profesi terdahulu , jelas bahwa profesi itu tidak sama dengan okupasi
(occupation) walaupun keduanya sama sama melakukan pekerjaan tertentu yang dapat
menghasilkan nafkah. Profesi mempunyai ciri ciri tersendiri yang menurut wilensky (1964)
adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan profesi didukung oleh pohon ilmu (body of knowledge) yang jelas wilayah
garapan keilmuannya (anto loger) yang jelas wilayah garapan keilmuan (epistomology) , serta
pemanfaatan keilmuannya (axlology)
2. Keahlian profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan profesi yang
terarah,terencana,terus-menerus dan berjenjang (life long education)
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-
undangan
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi standar pendidikan dan
pelatihan (standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-
peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.

E. Wilayah kerja profesi


1. Pembinaan organisasi profesi
2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi
3. Pembinaan pelayanan profesi
4. Pembinaan ilmu pengetahuan

F. Keperawatan sebagai profesi


merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan tindakannya didasar pada ilmu
pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam keahliannya. Klasifikasi keperawatan
sebagai profesi adalah :
1. Scientific Nursing (Landasan ilmu pengetahuan), Mempunyai cabang ilmu yang terdiri dari :
a. Ilmu keperawatan dasar
b. Ilmu keperawatan klinik
c. Ilmu keperawatan komunitas
d. Ilmu keperawatan penunjang
2. Code of etik
Kode keperawatan pada tiap negara berbeda-beda akan tetapi pada prinsipnya adalah sama yaitu
berlandaskan etika keperawatan yang dimilikinya. Dalam hal ini terdapat 5 tanggung jawab
perawat, yaitu :
a. Perawat dan klien
b. Perawat dan praktik
c. Perawat dan masyarakat
d. Perawat dan teman sejawat
e. Perawat dan profesi
3. Lingkup dan wewenang / otonomi. Lingkup dan wewenang praktek keperawatan berdasarkan
standar praktek keperawatan yang bersifat dinamis antara lain terdiri dari
a. Falsafah keperawatan
b. Tujuan askep
c. Pegkajian keperawatan
d. Diagnosa keperawatan
e. Perencanaan keperawatan
f. Intervensi keperawatan
g. Evaluasi
h. Catatan asuhan keperawatan
4. Nursing organization
Saat ini di indonesia memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI, dengan
aggaran dasar dan anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi keperawatan di dunia dengan
nama internasional Council Of Nurse (ICN)

G. Ciri-ciri keperawatan sebagai profesi (prof Mc. Rifin Husin)


1. Memberi pelayanan / asuhan keperawatan serta penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan
keterampilan keperawatan profesi serta kode etik keperawatan
2. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) yang mapan demikian tenaga
tersebut dapat :
a. Bersikap profesi
b. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan professional
c. Mampu memberi pelayanan asuhan keperawatan professional
d. Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
3. Pengelolaan keperawatan oleh tenaga keperawatan (NERS) sesuai dengan kaidah-kaidah suatu
profesi dalam bidang kesehatan
a. Sistem pelayanan / asuhan keperawatan
b. Pendidikan keperawatan / pelatihan keperawatan yang berjenjang berlanjut
c. Perumusan standar keperawatan asuhan keperawatan , pendidikan keperawatan registrasi /
legislasi.
d. Riset keperawatan oleh Nersterlabsana secara terencana dan terarah sesuai dengan
pengembangan IPTEK dan dapat dikembangkan untuk peningkatan keperawatan.
H. Analisa keperawatan di Indonesia
Situasi keperawatan di indonesia saat ini dikaitkan dengan definisi , ciri dan kriteria profesi
adalah sebagai berikut :
1. Keperawatan di indonesia telah memiliki paham ilmu pohon ilmu (Body of Knowledge) dan
telah diakui secara undang-undang oleh pemerintah Indonesia melalui UU No. 23 Th.1992
tentang kesehatan.
2. Di indonesia telah ada institusi pendidikan jenjeng perguruan tinggi yakni AKPER / DIII
keperawatan , DIV keperawatan , fakultas ilmu kesehatan keperawatan (SI) , program pasca
sarjana keperawatan (S2)
3. Keperawatan di indonesia telah memiliki kode etik keperawatan , standar profesi , standar
praktek keperawatan , standar pendidikan keperawatan , standar asuhan keperawatan
4. Keperawatan di indonesia telah mempunyai legislasi keperawatan (sedang di proses menjadi
undang-undang)
5. Keperawatan di indonesia telah mempunyai organisasi profesi keperawatan yakni persatuan
perawat nasional indonesia (PPNI)
6. Telah memberikan asuhan keperawatan secara mandiri dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan
7. Telah melaksanakan riset keperawatan
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa pendapat pandangan terhadap pengertian suatu profesi menurut Schein EH
(1962) Profesi merupakan sekumpulan pekerjaan yang membangun suatu norma yang sangat
khusus yang berasal dari peranannya di masyarakat. Hughes (1963) mengungkapkan bahwa
profesi merupakan mengetahui yang lebih baik tentang sesuatu hal dari orang lain serta
mengetahui lebih baik dari kliennya tentang apa yang terjadi pada kliennya. Dan Wilensky
(1964) berpendapat bahwa profesi berasal dari perkataan profession yang berarti suatu pekerjaan
yang membutuhkan dukungan body of knowlegde sebagai dasar bagi perkembangan teori yang
sistematis meghadapi banyak tantangan baru ,dan karena itu membutuhkan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, memiliki kode etik orientasi utamanya adalah melayani (alturism)
Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi, karena profesi
memiliki karakteristik sendiri yang membedakannya dari pekerjaan lainnya yaitu Keterampilan
yang berdasarkan pada pengetahuan teoritis, Asosiasi professional, Pendidikan yang ekstensif,
Ujian kompetensi, Pelatihan institusional, lisensi, Otonomi kerja, kode etik, Mengatur Diri,
Layanan publik dan altruism, Status dan imbalan yang tinggi.
Profesi mempunyai ciri ciri tersendiri yang menurut wilensky (1964) yaitu : Pekerjaan
profesi didukung oleh pohon ilmu (body of knowledge) yang jelas wilayah garapan keilmuannya
(anto loger) yang jelas wilayah garapan keilmuan (epistomology) , serta pemanfaatan
keilmuannya (axiology), Keahlian profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan profesi
yang terarah,terencana,terus-menerus dan berjenjang (life long education), Pekerjaan profesi
diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara legal melalui perundang-undangan, Peraturan
dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi standar pendidikan dan pelatihan
(standar pelayanan dan kode etik) serta pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan-peraturan
tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi.
Keperawatan sebagai profesi merupakan salah satu pekerjaan dimana dalam menentukan
tindakannya didasar pada ilmu pengetahuan serta memiliki keterampilan yang jelas dalam
keahliannya
DAFTAR PUSTAKA
Ali,H. Ziadin.Pengantar keperawatan profesional.
Hidayat,Aziz Alimul.Konsep dasar keperawatan.
laskargaluh.blogspot.com/.../sejarah-perkembangan-keperawatan.htm
PROFESI http://www.scribd.com/doc/53424508/KEPERAWATAN-SEBAGAI-PROFESI
Diposkan oleh Kapevi Hatake di 9:17 PM
PROGRAM PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS
Kapevi Hatake | 8:50 PM | PROGRAM PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS
PROGRAM PENGOBATAN DASAR
DI PUSKESMAS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


DHARMA HUSADA BANDUNG
2012

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang dengan rahmat serta karunia Nya memberikan nikmat
Nya kepada kelompok kami sehingga dipermudah dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini, kami susun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Komunitas S1 Keperawatan di STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG.
Dalam penulisan, kami berupaya sesederhana mungkin karena kami mengerti dengan
keterbatasan yang ada pada kami. Sehingga diharapkan tidak mengurangi kualitas, tetapi tetap
dapat memudahkan rekan mahasiswa dan lainnya dalam memahami isi kandungan dalam
makalah ini
Tak lupa pula, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dosen, selaku
dosen Komunitas yang terus membimbing kami juga rekan – rekan dalam menyelesaikan tugas
ini.
Besar harapan kami, agar kiranya rekan sejawat memberikan saran dan kritiknya demi
perbaikan pembuatan makalah selanjutnya

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan mempunyai visi “Indonesia sehat“,diantaranya dilaksanakan
melalui pelayanan kesehatan oleh puskesmas dan rumah sakit. Selama ini pemerintah telah
membangun puskesmas dan jaringannya di seluruh Indonesia rata-rata setiap kecamatan
mempunyai 2 puskesmas, setiap 3 desa mempunyai 1 puskesmas pembantu. Puskesmas telah
melaksanakan kegiatan dengan hasil yang nyata, status kesehatan masyarakat makin meningkat,
ditandai dengan makin menurunnya angka kematian bayi, ibu, makin meningkatnya status gizi
masyarakat dan umur harapan hidup (Kepmenkes, 2004).
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian wilayah
kecamatan. Puskesmas berperan di dalam menyelenggarakan pelayanan publik yang berkualitas
kepada masyarakat dengan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi segala harapan,
keinginan, dan kebutuhan serta mampu memberikan kepuasan bagi masyarakat
Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan
kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan kegiatan yang dilakukan
puskesmas, selain dari intern sendiri tetapi juga perlu peran serta masyarakat dalam
pengembangan kesehatan terutama dilingkungan masyarakat yang sangat mendasar, sehingga
pelayanan kesehatan dapat lebih berkembang.
Upaya kesehatan wajib dalam puskesmas yang biasa dikenal dengan “basic six” yang
terakhir yaitu tentang upaya pengobatan dasar yang ditujukan kepada semua penduduk,
tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengobatan dasar?
2. Apa tujuan dan jenis-jenis pengobatan dasar?
3. Apa program kerja dan kegiatan pokok pengobatan dasar?
4. Siapa sasaran dan target pengobatan dasar?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian pengobatan dasar
2. Mengetahui tujuan dan jenis-jenis pengobatan dasar
3. Mengetahui program kerja dan kegiatan pokok pengobatan dasar
4. Mengetahui sasaran dan target pengobatan dasar
D. Manfaat
Makalah Program pengobatan ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk
mahasiswa, petugas kesehatan, dan masyarakat pada umumnya serta dapat diaplikasikan guna
meningkatkan pembangunan nasional di bidang kesehatan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin
bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional.
Pengobatan rasional menurut WHO 1987 yaitu pengobatan yang sesuai indikasi,
diagnosis, tepat dosis obat, cara dan waktu pemberian, tersedia setiap saat dan harga terjangkau.
Salah satu perangkat untuk tercapainya penggunaan obat rasional adalah tersedia suatu pedoman
atau standar pengobatan yang dipergunakan secara seragam pada pelayanan kesehatan dasar atau
puskesmas.
Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas pertama kali diterbitkan pada tahun 1985 dan
mendapat tanggapan yang sangat menggembirakan bagi pelaksana pelayanan kesehatan dasar.
Telah pula dicetak ulang beberapa kali dan terakhir tahun 2002 tanpa merubah isinya. Oleh
karena kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran maupun farmasi
menuntut tersedianya suatu pedoman yang mengikuti perkembangan, sehingga perlu merevisi
pedoman tersebut (Depkes, 2007).
B. Tujuan dan Manfaat Pengobatan
1. Tujuan Pengobatan
Meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat di Indonesia
- Terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita oleh seseorang
- Berkurangnya penderitaan karena sakit
- Tercegahnya dan berkurangnya kececetan
- Merujuk penderita ke fasilitas diagnosa dan pelayanan yang lebih canggih bila perlu
2. Tujuan Pedoman Pengobatan.
Tujuan Pedoman Pengobatan dikelompokkan dalam beberapa hal:
o Mutu Pelayanan Pengobatan. Oleh karena Pedoman Pengobatan hanya memuat obat yang terpilih
untuk masing-masing penyakit / diagnosis.
o Standar Profesi. Senantiasa menjadi standar profesi setinggi-tingginya karena disusun dan
diputuskan atas kesepakatan para ahli.
o Pengamanan Hukum. Merupakan landasan hukum dalam menjalankan profesi karena disusun dan
disepakati para ahli dan diterbitkan oleh pemerintah.
o Kebijakan dan Manajemen Obat. Perencanaan obat yang digunakan akan lebih tepat, secara
langsung dapat mengoptimalkan pembiayaan pengobatan
3. Manfaat Pedoman Pengobatan. Beberapa manfaat dengan adanya pedoman pengobatan:
o Untuk pasien. Pasien hanya memperoleh obat yang benar dibutuhkan.
o Untuk Pelaksana Pengobatan. Tingkat profesionalisme tinggi karena sesuai dengan standar.
o Untuk Pemegang Kebijakan Kesehatan dan Pengelolaan Obat. Pengendalian biaya obat dan suplai
obat dapat dilaksanakan dengan baik
C. Jenis-jenis Pengobatan Dasar
1. Pengobatan Dalam Gedung :
Ø Poli Umum
Ø Poli Gigi (Rawat Jalan)
Ø Apotek
Ø Unit Gawat Darurat (UGD)
Ø Perawatan Penyakit (Rawat Inap)
Ø Pertolongan Persalinan (Kebidanan)
2. Pengobatan Luar Gedung :
Ø Rujukan Kasus
Ø Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
3. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya
Ø Kegiatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) yang dilaksanakan dalam gedung meliputi
pelayanan: (Pendaftaran;Pemeriksaan dan konsultasi kesehatan; Pelayanan pengobatan dasar,
umum dan gigi; Tindakan medis sederhana; Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak termasuk
pemeriksaan Ibu Hamil dan Ibu Nifas; Imunisasi; Pelayanan KB; Pelayanan laboratorium
sederhana dan penunjang lainya)
Ø Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan, meliputi
pelayanan: (Pelayanan perawatan pasien; Persalinan normal dan perawatan Nifas; Tindakan
medis yang dibutuhkan; Pemberian obat-obatan (generik); Pemeriksaan Laboratorium dan
penunjang medis lainnya; Perawatan perbaikan gizi buruk)
Ø Pelayanan gawat darurat (emergency) merupakan bagian kegiatan puskesmas termasuk penangan
Obstetri-Neonatal
Ø Pelayanan kesehatan Luar Gedung yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan jaringanya, meliputi
kegiatan: (Pelayanan rawat jalan melalui Puskesmas Keliling roda empat, Pusling perairan
maupun roda dua; Pelayanan kesehatan di Posyandu, Polindes/Poskesdes dan Poskestren;
Pelayanan kesehatan melalui knjungan rumah bagi pasien pasca rawat inap (home care);
Penyuluh kesehatan; Imunisasi; Pelayanan ibu hamil melalui berbagai kegiatan/program;
Pelayanan Nifas; Surveilans penyakit dan surveilans gizi; Kegiatan sweeping; Fogging
(pengasapan), Pemberantasan sarang nyamuk (PSN); Pelayanan kesehatan lainnya yang menjadi
tugas dan fungsi Puskesmas)

D. Program kerja pengobatan


1. Melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui:
Ø Mendapatkan riwayat penyakit
Ø Mengadakan pemeriksaan fisik
Ø Mengadakan pemeriksaan laboratorium
Ø Menbuat diagnosa
2. Melaksanakan tindakan pengobatan
3. Melakukan upaya rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat berupa:
Ø Rujukan diagnostik
Ø Rujukan pengobatan atau rehabilitasi
Ø Rujukan lain, Program ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu,
keterjangkauan obat, perbekalan kesehatan rumah tangga dan kosmetika.
E. Kegiatan Pokok yang dilakukan antara lain:
a. Peningkatan ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan diseluruh puskesmas
dan jaringannya
b. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
c. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk
miskin
d. Peningkatan mutu pelayanan farmasi, komunitas dan rumah sakit.

F. Sasaran Pengobatan Dasar


Pengobatan merupakan suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan
temuan-temuan yang diperoleh selama anamnesis dan pemeriksaan. Dalam proses pengobatan
terkandung keputusan ilmiah yang dilandasi oleh pengetahuan dan keterampilan untuk
melakukan intervensi pengobatan yang memberi manfaat maksimal dan resiko sekecil mungkin
bagi pasien. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pengobatan yang rasional. Sehingga
sasaran dari pengobatan dasar adalah :
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah
kesehatan atau keperawatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal
dan sebab, maka akan dapat mempengaruih anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga
lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan
perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu
atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan atau keperawatan, maka akan
berpengaruh terhadap anggota-anggota keluarga yang lain dan keluarga-keluarga yang ada di
sekitarnya

G. Target Pengobatan Dasar


Pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui beberapa tahapan yang
mencakup dalam proses keperawatan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach) yang dinamis dalam memperbaiki dan memelihara kesehatan
individu, keluarga, kelompok, dan mesyarakat sampai ke tahap optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal masalah kesehatan dan keperawatan serta membantu
memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Target dari pengobatan dasar pada suatu puskesmas adalah memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat sesuai dengan program pemerintah dalam keputusan menteri
kesehatan republik Indonesia nomor : 296/menkes/sk/iii/2008 tentang pedoman pengobatan
dasar di puskesmas menteri kesehatan republik indonesia.
Untuk melaksanakan praktek perawatan kesehatan masyarakat dengan berhasil guna dan
berdaya guna, diperlukan berbagai strategi yang ditempuh, terutama yang menyangkut tenaga,
pengelolaan dan partisipasi masyarakat secara aktif melalui pengetahuan dan keterampilan,
kemampuan manajemen, kerja sama lintas program dan lintas sektoral, dan membantu
masyarakat mulai dari tahap indikasi masalah perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, serta
pembinaan keluarga binaan atau masyarakat binaan dan mengadakan kordinasi.

H. Alur Pelayanan Pengobatan Dasar


Secara umum alur pelayanan pasien di Puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Pasien berkunjung ke puskesmas, ada beberapa Puskesmas yang menyediakan nomer antrian
baik berupa kertas bertuliskan nomer urut atau yang sudah digital. Namun ada juga puskesmas
yang percaya pada kesadaran pasien sendiri untuk antri sehingga tidak perlu menyerobot urutan
Pasien lainnya.
2. Pasien dipanggil sesuai nomor urutan untuk didaftar di loket pendaftaran. Pada proses ini,
dicatat nomer Rekam Medis Pasien atau dibuatkan nomer rekam medis untuk Pasien yang baru
pertama kali berkunjung.
3. Pasien menunggu sementara petugas akan mencari Rekam Medis Pasien yang bersangkutan di
ruang catatan medis, untuk diberikan ke unit Pelayanan atau Poli dimana tempat Pasien ingin
berobat.
4. Pasien dipanggil oleh petugas bisa juga oleh perawat.
5. Pasien diperiksa, dicatat Anamnesis, Terapi, Diagnosa dan lain-lain, termasuk obat yang
diberikan dan tindakan medis kalau ada.
6. Pasien keluar, sementara dari unit pelayanan membuat resep untuk diberikan ke ruang obat.
7. Pasien dipanggil untuk membayar (di beberapa daerah sudah gratis), kemudian dipanggil lagi
untuk menerima obat.
8. Pasien pulang.

Berkunjung ke pusat pelayanan kesehatan masyarakat (puskesmas) terdekat, tentu ada


perbedaan alur pelayanan yang harus diikuti, khususnya antara puskesmas rawat jalan dan
puskesmas rawat inap (perawatan). Perbedaan utama alur pelayanan tergantung pada kasus yang
bersifat darurat (emergency) seperti: serangan penyakit akut, kecelakaan lalu lintas. Kondisi
seperti ini kemungkinan tidak mengikuti alur baku, bisa langsung menuju ruang gawat darurat
atau ruang tindakan yang terdapat di puskesmas. Bila keadaannya normal dan wajar saja, maka
pada umumnya, pengunjung puskesmas, harus mengikuti prosedur alur pelayanan standar rawat
jalan, seperti paparan ringkas berikut ini.
1. Mendaftarkan identitas pasien di ruang loket/kartu
Pengunjung harus mendaftarkan diri di loket/kartu agar tercatat dalam kartu kunjungan pasien,
dengan menunjukkan kartu identitas (KTP, askes, jamkesmas,jamkesmasda) yang masih berlaku
2. Menunggu giliran panggilan di ruang tunggu
Silahkan menuju ruang tunggu puskesmas, menanti giliran panggilan pelayanan yang diperlukan

3. Menuju ruang periksa pelayanan rawat jalan


Setelah mendapatkan giliran dipanggil oleh petugas, pasien diarahkan langsung menuju tempat
pemeriksaan dokter (poli umum,poli gigi atau poli KIA) sesuai keluhan yang dialaminya.
4. Mengambil resep obat di ruang apotek
Pengunjung yang mendapatkan resep obat, setelah diperiksa dokter, dimohon menunggu dengan
sabar, pelayanan obat yang bisa ditebus langsung di ruangan apotek puskesmas.
5. Meninggalkan ruangan puskesmas
Para pengunjung mengecek kembali perlengkapan yang dibawa dan diwajibkan selalu
berpartisipasi aktif menjaga kebersihan dan keasrian ruangan pelayanan dan halaman puskesmas.

I. Program Pengobatan Di Indonesia


Dalam Kebijaksanaan Obat Nasional (KONAS) tahun 1983 target kewajiban Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Kefarmasian pada tahun 2010 menyebutkan bahwa
“ketersediaan obat sesuai dengan kebutuhan sebesar 90 %, pengadaan obat essensial 100 % dan
pengadaan obat generik 100 %. Dasar perhitungan kebutuhan biaya obat yang ideal dan rasional
dalam satu tahun secara global adalah sebesar 60 % X jumlah penduduk X biaya obat per kapita.
Direktur Bina Obat dan Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada bulan Maret 2006 dalam Rapat
Konsolidasi (RAKON) tingkat Pusat di Pontianak mengemukakan bahwa standar biaya obat
publik rasional menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah US $ 2 per kapita,
sedangkan Standar Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) US $ 1 per kapita
atau diasumsikan sekira Rp 9.000,00 (sembilan ribu rupiah) per kapita. Selain itu hasil Rapat
Konsolidasi (RAKON) Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan tahun 2002 di Bandung
merekomendasikan bahwa alokasi dana obat publik untuk PKD dalam satu tahun minimal
sebesar Rp 5.000,00 (lima ribu rupiah) per kapita, artinya biaya penyediaan obat adalah sebesar
jumlah penduduk X Rp. 5.000,00, namun setiap daerah masih belum mampu memenuhi
kebutuhan obat sesuai dengan standar.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah diisebutkan bahwa Subsistem obat dan
perbekalan kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan, pemenuhan
kebutuhan serta pemanfaatan dan pengawasan obat dan perbekalan kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Tujuan subsistem obat dan perbekalan kesehatan adalah tersedianya obat dan
perbekalan kesehatan yang mencukupi, terdistribusi secara adil dan merata serta termanfaatkan
secara berdaya guna dan berhasil guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Unsur
utama subsistem obat dan perbekalan kesehatan terdiri dari :
1. Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya penetapan jenis, jumlah dan mutu
obat dan perbekalan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan
2. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemenuhan kebutuhan obat dan
perbekalan kesehatan sesuai dengan jenis, jumlah dan mutu yang telah direncanakan sesuai
kebutuhan pembangunan kesehatan
3. Pemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya pemerataan dan peningkatan
keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan.
4. Pengawasan obat dan perbekalan kesehatan adalah upaya menjamin ketersediaan,
keterjangkauan, keamanan serta kemanfaatan obat dan perbekalan kesehatan.

Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan Di Jawa Barat :


Tujuan program: menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan
perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan
kosmetika.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;
a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
di sector publik;
b. Melaksanakan pengadaan buffer stock obat dan perbekalan kesehatan essensial untuk
pelayanan kesehatan dasar, obat-obatan jangka panjang yang tidak terjangkau oleh daya
beli masyarakat dan orphan drugs (obat-obatan langka) serta obat dan perbekalan
kesehatan untuk keluarga miskin; (c) Memfasilitasi daerah dalam penyediaan obat-
obatan, alat-alat medis, peralatan terapi medis dan perbekalan kesehatan;
c. Melaksanakan monitoring ketersediaan obat dan perbekalan di sarana distribusi maupun
di sarana pelayanan kesehatan termasuk survey cepat ketersediaan obat dan perbekalan
kesehatan dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiapsiagaan dan penanggulangan serta
pasca KLB/bencana;
d. Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program obat dan perbekalan
kesehatan.
2. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan;
a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan;
b. Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan obat publik dan perbekalan
kesehatan di pelayanan kesehatan dasar;
c. Membina dan mengembangkan serta mengoptimalkan industri farmasi nasional berbasis
keanekaragaman sumberdaya alam dan keunggulan daya saing.
3. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan;
a. Menyusun kerangka kebijakan pembinaan produksi dan distribusi obat dan perbekalan
kesehatan;
b. Pengamanan bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan perbekalan kesehatan,
melalui kegiatan advokasi dengan pemerintah daerah, lintas sektor terkait, LSM,
perguruan tinggi dan ikatan profesi;
c. Membina, mengembangkan dan penerapan standar mutu obat dan perbekalan kesehatan;
d. Memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat dan perbekalan kesehatan, melalui
komunikasi, informasi dan edukasi terhadap risiko penggunaan produk yang tidak
memenuhi persyaratan;
e. Membina dan mengembangkan sarana produksi dan distribusi obat dan perbekalan
kesehatan.
4. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk
penduduk miskin;
a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan keterjangkauan serta pembinaan penggunaan
obat rasional dan perbekalan kesehatan;
b. Menerapkan penggunaan obat esensial melalui pengembangan monitoring dan evaluasi
daftar obat esensial nasional secara berkala;
c. Merevitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial generik pada fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah;
d. Meningkatkan penggunaan obat rasional antara lain mencakup pengembangn dan
penerapan pedoman pengobatan yang rasional di berbagai tingkat pelayanan,
pemberdayaan komite farmasi dan terapi di RS serta pendidikan dan pelatihan;
e. Pengendalian terhadap promosi/iklan obat dan perbekalan kesehatan serta pengembangan
system monitoring efek samping;
f. Penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan promosi penggunaan obat rasional melalui
mengembangkan sumberdaya kesehatan yang tersedia

5. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.


a. Menyusun kerangka kebijakan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di komunitas
dan rumah sakit;
b. Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi melalui pelaksanaan Jabatan Fungsional
Apoteker dan Asisten Apoteker;
c. Membina dan meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengobatan dasar adalah
suatu proses ilmiah yang dilakukan oleh dokter berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh
selama anamnesis dan pemeriksaan. Tujuan dari pengobatan dasar dibagi menjadi tujuan umum
dan tujuan khusus, tujuan umumnya meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat
di Indonesia, sedangkan tujuan khususnya terhentinya proses perjalanan penyakit yang diderita
oleh seseorang, berkurangnya penderitaan karena sakit, tercegahnya dan berkurangnya
kececetan, merujuk penderita ke fsilitas diagnosa dan pelayanan yang lebih canggih bila perlu.
Jenis-jenis pengobatan dasar antara lain pengobatan dalam gedung, pengobatan luar gedung,
pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya.
Program kerja pengobatan antara lain melaksanakan diagnosa sedini mungkin melalui (1)
mendapatkan riwayat penyakit, (2) mengadakan pemeriksaan fisik, (3) mengadakan pemeriksaan
laboratorium, (4) menbuat diagnosa, melakssanakan tindakan pengobatan, melakukan upaya
rujukan bila dipandang perlu, rujukan tersebut dapat berupa: (1) rujukan diagnostik, (2) rujukan
pengobatan atau rehabilitasi, (3) rujukan lain.
Kegiatan Pokok yang dilakukan antara lain: (1) Peningkatan ketersediaan dan pemerataan
obat dan perbekalan kesehatan diseluruh puskesmas dan jaringannya, (2) Peningkatan mutu
penggunaan obat dan perbekalan kesehatan, (3) peningkatan keterjangkauan harga obat dan
perbekalan kesehatan terutama untuk penduduk miskin, (4) peninkatan mutu pelayanan farmasi,
komunitas dan rumah sakit.
Sasaran Pengobatan Dasar adalah individu, keluarga. Target dari pengobatan dasar pada
suatu puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat sesuai dengan
program pemerintah dalam keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor :
296/menkes/sk/iii/2008 tentang pedoman pengobatan dasar di puskesmas menteri kesehatan
republik indonesia.

B. Saran
1. Puskesmas sebagai upaya pelayanan kesehatann strata pertama yang salah satu Basic Sixnya
yaitu pengobatan dasar, pelayanannya harus bisa mencangkup seluruh masyarakat di wilayah
kerjanya sehingga dapat memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan bermutu, merata
dan terjangkau.
2. Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat agar berperan aktif
dlm menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas Cetakan Tahun 2008.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
Kebijakan dasar puskesmas. Kepmenkes No. 128 Tahun 2004.

Diposkan oleh Kapevi Hatake di 8:50 PM

Makalah Program Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas


Jessica Angelina 8:12:00 PM Ilmu Gizi Ilmu Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kegiatan-kegiatan program yang akan dilakukan untuk perbaikan gizi masyarakat
puskesmas adalah kegiatan harian, kegiatan bulanan atau smesteran (6 bulan sekali) dan
kegiatan tahunan ( setahun sekali) serta beberapa kegiatan investigasi dan intervensi yang
dilakukan setiap saat jika ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.
Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan di dalam maupun di luar gedung
Puskesmas.

Program perbaikan gizi masyarakat di puskesmas, ditulis dengan tujuan untuk mengetahui
bentuk-bentuk kegiatannya, tenaga pelaksananya, jenis-jenis pelatihan untuk pelaksana,
pedoman pelaksanaan program gizi yang harus ada setiap saat termasuk standar operasional
prosedur. Dan pengawasan, evaluasi dan bimbingan tehnis dari Dinas Kesehatan kabupaten/kota
serta output dari pelaksanaan kegiatan program gizi Puskesmas.

B. TUJUAN
1. Untuk mencegah terjadinya penyakit kekurangan gizi di kalangan masyarakat
2. Untuk mencegah terjadinya penyakit kekurangan energy protein

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI/PENGERTIAN

Program Perbaikan Gizi Masyarakat adalah salah satu program pokok Puskesmas yaitu
program kegiatan yang meliputi peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi
Protein, Anemia Gizi Besi, Gangguan Akibat Kekurangan Yaodium (GAKY), Kurang Vitamin A,
Keadaan zat gizi lebih, Peningkatan Survailans Gizi, dan Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi
Keluarga/Masyarakat.

B. FUNGSI UTAMA PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DI PUSKESMAS


Salah atau fungsi utama program perbaikan gizi masyarakata di Puskesmas adalah
mempersiapkan,memelihara dan mempertahakan agar setiap orang mempunyai status gizi baik,
dapat hidup sehat dan produktif. Fungsi ini dapat terwujud kalau setiap petugas dalam
melaksanakan program gizi dilakukan dengan cara yang baik dan benar sesuai komponen-
kompoen yang harus ada dalam program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas.

C. KEGIATAN – KEGIATAN PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT


PUSKESMAS

Kegiatan Program Gizi Harian


Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah
1. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tampa makanan dan
minuman lain pada bayi berumur nol sampai dengan 6 bulan
2. Pemberian MP-ASI anak umur 6- 24 bulan adalah pemberian makanan pendamping ASI
pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin selama 90 hari.
3. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian tablet besi (90 tablet)
selama masa kehamilan.
4. Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita keluarga miskin yang
ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi di wilayah puskesmas
5. Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat jika ditemukan masalah
gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.
Kegiatan Program Gizi Bulanan
Kegiatan Progrogram Giai Bulanan yang dilakukan bulanan adalah
1. Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita ( Penimbangan Balita) adalah pengukuran
berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan berat badan
balita.
2. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan Perberdayaan
Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat.
3. Kegiatan yang dilakukan setiap smester ( 6 bulan sekali) adalah Pemberian Kapsul
Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita adalah pemberian kaspusl vitamin A dosis
tinggi kepada bayi dan anak balita secara periodik yaitu untuk bayi diberikan setahun
sekali pada bulan Februari dan Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali dan
secara serentak dalam bulan Februari dan Agustus.
Kegiatan Program Gizi Tahunan
Kegiatan yang dilakukan setiap tahun ( setahun sekali adalah)
1. Pemantauan Status Gizi balita
2. Pemantaun konsumsi gizi
3. Pemantauan penggunaan garam beryodium
4. Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi berpendidikan D1
(Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi) serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi) yang
khusus dipersiapkan atau mahir dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat atau
sebagai tenaga profesinal di bidang gizi. Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan
oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan program gizi puskesmas.
Kegiatan program gizi di dalam dan di luar negeri
Kegiatan program Perbaikan Gizi Masyarakat dapat dilakukan dalam maupun di luar
gedung Puskesmas.
tujuan :
 Mengadakan promosi dan mendorong terlaksananya ASI eksklusif.
 Memberi PMT pemulihan pada balita dengan gizi buruk.
 Melaksanakan pemantauan hasil penimbangan dengan SKDN
Memberi kapsul Vit. A dosis tinggi pada ibu nifas, juga pada anak balita dan bayi 6 – 11
bln ( 100.000 SI ).
 Memberikan tablet besi ( Fe 90 ) pada Ibu hamil
 Mengadakan pelayanan konsultasi gizi bagi penderita penyakit kronis atau metabolik
yang membutuhkan diet khusus
D. JENIS PELATIHAN TENAGA GIZI

Beberapa jenis pelatihan bagi petugas gizi puskesmas adalah


1. Pelatihan konseling ASI
2. Pelatihan Pemantauan Pertumbuhan Balita
3. Pelatihan Konseling MP-ASI
4. Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk
5. Pelatihan pengelolaan Program Gizi Puskesmas
6. Dan beberapa pelatihan gizi lainnya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan petugas
dalam melaksanakan program gizi di masyarakat
E. PEDOMAN PROGRAM GIZI

Pedoman-pedoman yang harus dimiliki oleh seorang petugas gizi Puskesmas adalah
1. Buku Surveilans Gizi
2. Buku Pegangan Kader Posyandu
3. Buku Manajemen pemberian Vitamin A
4. Buku Manajemen Pemberian Tablet Fe
5. Buku Pedoman Pemberian ASI
6. Buku Pedoman MP-ASI
7. Buku Pedoman Pemberian Garam Beryodium
8. Buku Standar Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita
9. Buku Pengelolaan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI untuk usia 6-24 bulan.

F. OUTPUT PROGRAM GIZI

Beberapa Output dari Program Gizi adalah


1. Jumlah anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin yang mendapat MP-ASI
2. Jumlah Balita yang memiliki KMS, jumlah balita yang ditimbang, Naik Berat Badannya
termasuk juga Balita dengen Berat Badan dibawah Garis Merah (BGM) pada KMS
3. Jumlah Balita mendapatkan Kapsul Vitamin A
4. Jumlah Balita mendapatkan tablet F3 dengan 90 tablet selama kehamilan.
5. Gambaran Status Gizi Balita
6. Gambaran Konsumsi Gizi
7. Gambaran penggunaan Garam Beryodium
8. Laporan hasil Investigas dan Intervensi Gizi buruk. Dan beberapa laporan lainnya.

G. PENGAWASAN,EVALUASI,DAN BIMBINGAN DARI DINAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA

Pengawasan, evaluasi dan bimbingan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/kota biasanya dilakukan
dalam bentuk sebagai berikut :
1. Kunjungan Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/kota untuk melakukan supervisi atau
bimbingan tehnis program gizi pada setiap tahunnya.
2. Umpan balik Laporan (feedbeck) laporan cakupan selama setahun dari Dinas Kesehatan
kabupaten /kota dari laporan rekapitulasi puskesmas yang dikirm setiap bulan di Dinas
Kabupaten/kota.
3. Pertemuan monitoring dan evaluasi program gzi ditingkat Kabupaten /kota.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi salah satu upaya yang harus di lakukan untuk menanggulangi penyakit kekuranaga gizi
yang terjadi di kalangan masyrakat yaitu dengan melakukan peningkatan pemberian ASI pada
balita berumur 0- 6 bulan, pemberian tablet besi pada ibu hamil,pemberian kapul vit. A (Dosis
200.000 SI) pada balita yang menderita gizi buruk, pemberian PMT pemulihan pada balita gizi
buruk.

B. Saran

Untuk mencega terjadinya peningkatan penyakit kekurangan gizi yang terjadi di alangan
masyarakat maka bai yang berumur 0 – 6 bulan sebaiknya di berikan ASI oleh ibu.

Daftar Pustaka

Alamsyah D. 2011. Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yokyakarta: Nuha


Medika
Depkes RI. 2006. Pedoman Penilaian Kinerja Puskesmas. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
Makalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Jessica Angelina 7:39:00 AM Ilmu Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup
sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku pembangunan kesehatan
dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri serta berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.Harapan tersebut dapat terwujud apabila masyarakat
diberdayakan sepenuhnya dengan sumber daya dimilikinya untuk dapat menerapkan PHBS
dalam kehidupannya sehari-hari, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja. Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) yang harus dilakukan oleh setiap individu/keluarga/kelompok sangat
banyak, dimulai dari bangun tidur sampai dengan tidur kembali.Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran
yang menjadikan individu/keluarga/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat.Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat merupakan salah satu pilar kesehatan yang menjadi salah satu program deri
puskesmas.

B. Tujuan
Dapat mengetahui tenntang PHBS dan program puskesmas di bidang PHBS tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat


PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.PHBS merupakan salah satu pilar utama dalam Indonesia Sehat dan merupakan salah
satu strategi untuk mengurangi beban negara dan masyarakat terhadap pembiayaan kesehatan.

B. Tujuan
Tujuan PHBS adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat agar hidup bersih dan sehat serta masyarakat berperan serta aktif mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

PHBS berada di lima tatanan :


1. tatanan rumah tangga,
2. tatanan sekolah,
3. tatanan tempat kerja,
4. tatanan tempat umum,
5. tatanan fasilitas kesehatan.

Sepuluh indikator PHBS di tatanan rumah tangga:


1. persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
2. memberi bayi ASI eksklusif,
3. menimbang bayi dan balita,
4. mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
5. menggunakan air bersih,
6. menggunakan jamban sehat,
7. memberantas jentik di rumah,
8. makan sayur dan buah setiap hari,
9. melakukan aktivitas fisik setiap hari,
10. tidak merokok di dalam rumah.

Indikator PHBS di sekolah antara lain:


1. mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun,
2. mengkonsumsi jajanan di warung /kantin sekolah,
3. menggunakan jamban yang bersih dan sehat,
4. olah raga yang teratur dan terukur,
5. memberantas jentik nyamuk,
6. tidak merokok,
7. menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan,
8. membuang sampah pada tempatnya.

Indikator PHBS di tempat kerja antara lain :


1. kawasan tanpa asap rokok,
2. bebas jentik,
3. jamban sehat,
4. kesehatan dan keselamatan kerja,
5. olah raga teratur.

Indikator PHBS di tempat umum antara lain :


1. menggunakan jamban sehat,
2. memberantas jentik nyamuk,
3. menggunakan air bersih.

Indikator PHBS di fasilitas kesehatan antara lain :


1. menggunakan air bersih,
2. menggunakan jamban yang bersih & sehat,
3. membuang sampah pada tempatnya,
4. tidak merokok,
5. tidak meludah sembarangan,
6. memberantas jentik nyamuk.

Untuk meningkatkan kesehatan individu maupun masyarakat kita perlu bersama–sama


menerapkan PHBS dalam hidup sehari-hari.

C. Program Kerja Puskesmas Di Bidang PHBS


1. Bidang gizi, misalnya:
a. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi dan mengobati mereka.
b. Mempelajari tenteang gizi masyarakat dan mengembangkan program perbaikan gizi.
c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
d. Melaksanakan program-program
 Program perbaikan gizi keluarga melalui kelompok-kelompok penimbangan pos
pelayanan terpadu.
 Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan kalori yang cukup
kepada anak-anak umur 5 tahun dan kepada ibu yang menyusui.
 Memberi vitamin A kepada anak-anak di bawah umur 5 tahun.
2. Bidang kesehatan lingkungan, misalnya:
a. penyehatan air bersih
b. penyehatan lingkungan perumahan
c. penyehatan air buangan/limbah
d. pengawasan sanitasi tempat umum
e. penyehatan makanan dan minuman

3. Bidang KIA, misalnya:


a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak
prasekolah.
b. Member nasehat tentang makanan guna mencegah gizi buruk.
c. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak.
d. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil.
e. Penyuluhan keehatan.
f. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan perhatian khusus kepada
mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu
berisiko tinggi.
g. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak prasekolah untuk macam-macam penyakit
ringan.
h. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan, memberikan
pendidikan tentang kesehatan.

4. Bidang Keluaga Berencana


a. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk para ibu dan calon ibu yang mengunjungi KIA.
b. Mengadakan pembicaraan-pembicaraan tentang keluarga berencana kapan saja ada
kesempatan, baik di puskesmas maupun sewaktu mengadakan kunjungan rumah.
c. Memesang IUD, cara penggunaan pil, kondom dan cara-cara lain dengan member sarananya.
d. Melanjutkan mengamati mereka yang menggunakan sarana pencegahan kehamilan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakat.Puskesmas memiliki program kerja di bidang PHBS yang mencakup lima sub
bidang, yaitu bidang gizi,bidang kesehatan lingkungan, bidang KIA dan bidang keluarga
berencana.

B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan di puskesmas, hendaknya menerapkan program-program kerja di
bidang PHBS yang telah direncanakan agar masyarakat dapat mewujudkan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.perdhaki.org/content/perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

Makalah Ketuban Pecah Dini (KPD)

BAB I
PENDAHULUAN

Selaput ketuban yang membatasi rongga amnion terdiri atas amnion dankorion yang sangat
erat kaitannya. Lapisan ini terdiri atas beberapa sel seperti selepitel, sel mesenkim dan sel
trofoblast yang terikat erat dalam metrics kolagen.Selaput ketuban berfungsi menghasilkan air
ketuban dan melindungi janin terhadapinfeksi.

Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah dalam proses persalinan. Ketuban pecah dini
adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.Bila ketuban pecah dini terjadi
sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban pecah dini.
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua
kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab
kelahiran prematur sebanyak 30%.
Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan perubahan proses biokimia yang terjadi dalam
kolagenmatriks eksta seluler amnion, korion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin
dan desidua bereaksi terhadap stimuli, seprti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan
memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin dan protein  hormone.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi/Pengertian

Pengertian Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu (Cunningham,
Mc. Donald, gant, 2002).
Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung
(Manuaba, 2002)
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang
memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Gambar: Ketuban Pecah

B. Penyebab

Penyebab Ketuban pecah dini adalah karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu
ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai
berikut :

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)


Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.Adalah serviks
dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi sebelumnya melalui ostium uteri
atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi
berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil
konsepsi (Manuaba, 2002).

2. Peninggian tekanan inta uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihandapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

b. Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi
distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara
berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung
(selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga
mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)

c. Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia
menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada
intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban
menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput
ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)

d. Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan
jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut
meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja

3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).

5. Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaranorganism vagina ke atas.
Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan
lama.

6. Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yangmeyebabkan infeksi
selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik)

8. Riwayat KPD sebelumya

9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

C. Tanda dan Gejala

Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air
ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes
atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala
janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara.
Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat
merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

D. Diagnosis
 Pastikan selaput ketuban pecah.
 Tanyakan waktu terjadi pecah ketuban.
 Cairan ketuban yang khas jika keluar cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang
keluar dan nilai 1 jam kemudian.
 Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau
meminta pasien batuk atau mengedan.
 Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintes), jika lakmus
merah berubah menjadi biru menunjukan adanya cairan ketuban (alkalis). pH normal dari
vagina adalah 4-4,7 sedangkan pH cairan ketuban adalah 7,1-7,3. Tes tersebut dapat
memiliki hasil positif yang salah apabila terdapat keterlibatan trikomonas, darah, semen,
lendir leher rahim, dan air seni.
 Tes Pakis, dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan kristal cairan amniom dan gambaran daun pakis.
 Tentuka usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG.
 Tentukan ada tidaknya infeksi.
 Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38OC serta cairan ketuban keruh dan
berbau.
 Leukosit darah lebih dari 15.000/mm3.
 Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi intrauterin.
 Tentukan tanda-tanda persalinan.
 Tentukan adanya kontraksi yang teratur
 Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif ( terminasi kehamilan )
Pemeriksaan Diagnostik
a. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengindentifikasikan kehamilan ganda, anormaly janin atau melokalisasi
kantong cairan amnion pada amniosintesis.

b. Amniosintesis
Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan paru janin.

c. Pemantauan janin
Membantu dalam mengevaluasi janin

d. Protein C-reaktif
Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan korioamnionitis

E. Patofisioogi

Banyak teori, mulai dari defect kromosom, kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada sebagian
besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%).
High virulensi : Bacteroides
Low virulensi : Lactobacillus
Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan
trofoblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi
interleukin -1 (iL-1) dan prostaglandin.
Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin, menghasilkan
kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen pada selaput korion/ amnion,
menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

F. Pengaruh KBD

1. Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi tetapi janin mungkin sudah terkena
infeksi, karena infeksi intrauterin lebih dahulu terjadi (amnionitis,vaskulitis) sebelum gejala pada
ibu dirasakan. Jadi akan meninggikan morrtalitas danmorbiditas perinatal.

2. Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi intrapartal, apalagi bila terlalu sering
diperiksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai infeksi puerpuralis atau nifas, peritonitis dan
septikemia, serta dry-labor. Ibu akan merasa lelah karena terbaring di tempat tidur, partus akan
menjadi lama, maka suhu badan naik, nadi cepat dan nampaklah gejala-gejala infeksi lainnya

G. Komplikasi KPD
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat
terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali
pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal.

Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada
kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi
Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding
dengan lamanya periode laten.

Hipoksia dan asfiksia


Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi
asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat
oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

Syndrom deformitas janin


Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,
kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal

H. Penanganan
1. Konservatif
 Rawat di rumah sakit
 Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusioplasenta
 Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau), berikanantibiotika sama
halnya jika terjadi amnionitosis
 Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
- Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin
- Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per oral 3x perhari selama 7
hari.
 Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi, beridexametason,
dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin.
 Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan
tokolitik dexametason, dan induksi setelah 24 jam.
2. Aktif
 Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin
 Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram – 50
mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.
 Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
 Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai berikut :
1. Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan waktuapakah 6, 12, atau
24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari 2000 gram.
2. Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c, dengan pengukuran
per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil pemeriksaanlaboratorium dan
pemeriksaan kultur air ketuban
Penatalaksanaan lanjutan
1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali didahului kondisi ibu
yang menggigil.
2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum persalinan adalah
tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan
alat pemantau janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk
melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi. Takikardia dapat
mengindikasikan infeksiuteri.
3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan, perhatikan juga hal-
hal berikut:
 Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
 Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
 Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh gambaranjelas dari
setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Pemeriksaan dalam dengan jari meningkatkan resiko infeksi dan tidak perlu dilakukan pada
wanita dengan pecah ketuban dini, karena ia akan diurussesuai kebutuhan persalinan sampai
persalinan terjadi atau timbul tanda dangejala korioamninitis. Jika timbul tanda dan gejala
korioamnionitis,diindikasikan untuk segera berkonsultasi dengan dokter yang menanganiwanita
guna menginduksi persalinan dan kelahiran. Pilihan metode persalinan(melalui vagina atau SC)
bergantung pada usia gestasi, presentasi dan beratkorioamnionitis.

B. Saran

Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya. Bidan harus
membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang menyertai perkiraan kelahiran janin premature
serta risiko tambahan korioamnionitis. Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan
periode tirah baring dan hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan
keluarganya. Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta. EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal . Jakarta: YBP-SP.
Varney, Hellen,dkk. 2008. Buku Ajar Asuha Kebidanan, Volume 2. . Jakarta: EGC.

Makalah Asuhan Bayi Baru Lahir (neonatus)


Jessica Angelina 5:14:00 PM ilmu kebidanan Ilmu Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir yaitu kondisi dimana bayi baru lahir (neonatus), lahir melalui jalan lahir
dengan presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan
dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.Neonatus (BBL) adalah masa kehidupan pertama
diluar rahim sampai dengan usia 28 hari,dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir
pada semua system.

Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature anak.Neonatus
mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang serba tergantung pada ibu
menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.Masa perubahan yang paling besar terjadi
selama jam ke 24-72 pertama.Transisi ini hampir meliputi semua system organ tapi yang
terpenting bagi anastesi adalah system pernafasan sirkulasi,ginjal dan hepar.Maka dari itu
sangatlah diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan suatu anastesi
terhadap neonates (BBL).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa defenisi BBL?


2. Apa bounding attachement BBL?
3. Bagaimana prinsip dasar penanganan bayi baru lahir?
4. Apa saja adaptasi BBL?
5. Bagaimana pemberian ASI pada BBL?
6. Apa saja kebutuhan BBL?
7. Apa pemeriksaan untuk BBL?
8. Apa saja pengobatan untuk BBL?
9. Bagaimana penatalaksanaan untuk BBL?
10. Bagaimana konsep keperawatan untuk BBL?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui defenisi BBL


2. Untuk mengetahui bounding attachement BBL
3. Untuk mengetahui prinsip dasar penanganan bayi baru lahir
4. Untuk mengetahui adaptasi BBL
5. Untuk mengetahui cara pemberian ASI pada BBL
6. Untuk mengetahui kebutuhan BBL
7. Untuk mengetahui pemeriksaan bagi BBL
8. Utuk mengetahui pengobatan bagi BBL
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan BBL
10. Untuk mengetahui konsep keperawatan dari BBL

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFENISI
Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara spontan tanpa
gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan antara 2500-4000 gram.

B. BOUNDING ATTACHEMENT
1. Suatu kondisi / tindakan agar terjadinya hubungan positif antara bayi,ibu, ayah dan
sibling serta keluarga yang lain
2. Bayi merasa dicintai, diperhatikan,aman dan nyaman sehingga terbentuk sosial dan dapat
bereksplorasi yang merupakan awal pembentukan konsep diri
3. Jika gagal,gangguan perkembangan tingkah laku (stereotipi) misalnya menghisap jari,
menyakiti diri, tidur dilantai atau ketakutan , apatis, kemunduran kognitif/verbal

C. PRINSIP DASAR PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


1. Tujuan: menjaga jalan napas, mempertahankan suhu tubuh, cegah infeksi &
identifikasi
2. Prinsip dasar: penanganan faktor2 risiko kematian perinatal( perdarahan, hipertensi
kelahiran preterm, asfiksia & hiportermi)
3. > 50% kematian by pd masa neonatal mis krn hipotermi/ cold stress→hipoglikemi→
hipoksia→kerusakan otak/perdarahan otak

D. ADAPTASI
1. Sistem Kardiovaskular
2. Sistem Pernapasan
3. Sistem Hematopoiesis
4. Sitem Gastrointestinal
5. Sistem Imunitas
6. Sistem Integumen
7. Sistem Termogenik
8. Sistem Reproduksi
9. Sistem Neuromuskular

E. PEMBERIAN ASI
1. Bayi normal dapat disusui segera setelah lahir dangan menghisap mencegah perdarahan,
perangsangan pembentukan ASI,terbina bonding
2. Ibu dijelaskan manfaat ASI termasuk kolostrum
3. Kontra indikasi ASI : mamae abses/ca, ibu sakit jantung berat/HIV/hevatitis dll

F. KEBUTUHAN BAYI BARU LAHIR


1. Merawat tali pusat : sesudah /sebelum plac lepas tak masalah
2. Menilai APGAR menit 1,5,10. normal7-10, asfiksia ringan 4-6 ,berat <3
3. Nutrisi: 12 jm I blm perlu,ini untuk memungkinkan bayi istirahat dan mengeluarkan
lendir namun tergantung kebijakan masing-masing RS,saat ini bayi disusui segera dengan
ASI
4. Stimulasi,melauil sentuhan/ belaian/ pandanga menyusui. Saat ini stimulasi untuk
merangsang pernafasan tak dianjurkan,kalau terpaksa isap lender
5. Identifikasi
6. Kebersihan
7. Profilaksis: tetes mata, vit K
8. Mempertahankan suhu
9. Antropometri
10. Menentukan gestasi
11. Pakaian dan selimut
12. Posisi dan lingkungan: miring dengan kepala sedikit rendah, lingkungan hangat /tenang

G. PEMERIKSAAN
LEB : Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi tertentu

H. PENGOBATAN
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata

I. PENATALAKSANAAN
1. mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup hangat
untuk mencegah hipotermi
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan kebutuhan.
3. Memotong dan mengikat tali pusat, memberi ntiseptik sesuai ketentuan setempat.
4. Bonding Attacment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya.
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi: Pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari ibu, pemasangan
gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi.
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu sampai
enam jam setelah lahir)
9. Menetesi obat mata bayi untuk mencegah opthalmia – neonatorum.
10. Pemerikksaan fisik dan antropometri.
11. Pemberian vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat.
12. Rooming in (rawat gabung): penuh atau partial.

J. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
 Posture : inspeksi dan riwayat persalinan
 TTV
 Pengukuran umum : berat,panjang badan,lingkar kepala,lingkar dada,lingkar abdomen
 Integument
 Kepala
 Mata
 Hidung
 Telinga
 Mulut
 Leher
 Dada
 Abdomen
 Genetalia
 Ekstremitas

2. Diagnosa Keperawatan
 Tidak efektif bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus berlebihan, posisi tidak
tepat
 Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur,
perubahan suhu lingkungan.
 Resiko tinggi infeksi atau inflamasi berhubungan dengan kurangnya pertahanan
imunologis, faktor lingkungan, penyakit ibu
 Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidakberdayaan fisik
 Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
imaturas, kurangnya pengetahuan orang tua
3. Intervensi

a. Dx 1
 Hisap mulut dan naso faring dengan spuit bulb sesuai kebutuhan.
 Tekan bulb sebelum memasukkan dan mengaspirasi faring, kemudian hidung untuk
mencegah aspirasi cairan dengan alat penghisap mekanis, batasi setiap upaya
penghisapan sampai lima detik dengan waktu yang cukup antara upaya tersebut
memungkinkan reoksigenisasi.
 Posisikan bayi miring ke kanan setelah memberikan makan untuk mencegah aspirasi.
 Posisikan bayi telungkup atau miring selama tidur.
 Lakukan sedikit mungkin prosedur pada bayi selama jam pertama dan sediakan oksigen
untuk digunakan bila terjadi distress pernapasan.
 Ukur tanda vital sesuai kebijakan institusional dan lebih sering bila perlu. Observasi
adanya tanda-tanda distres pernapasan dan laporkan adanya hal berikut dengan segera:
tacipnea, mengorok, stridor, bunyi napas abnormal, pernapasan cuping hidung, sianosis.
 Pertahankan popok, pakaian dan selimut cukup longgar untuk memungkinkan ekspansi
paru maksimum (abdomen) dan untuk menghindari terlalu panas.
 Bersihkan lubang hidung dari sekresi kering selama mandi atau bila perlu.
 Periksa kepatenan lubang hidung.

b. Dx 2
 Selimuti bayi dengan rapat dalam selimut hangat
 Tempatkan bayi dalam lingkungan yang dihangatkan sebelumnya di bawah penghangat
radian atau di dekat ibu
 Tempatkan bayi pada permukaan yang diberi bantalan dan penutup
 Ukur suhu bayi pada saat tiba di tempat perawatan atau kamar ibu: lakukan sesuai
kebijakan rumah sakit mengenai metode dan frekuensi pemantauan
 Pertahankan temperatur ruangan antara 24°C-25,5°C dan kelembaban sekitar 40%
sampai 50%
 Berikan mandi awal sesuai kebijakan rumah sakit, cegah menggigil pada bayi sebelum
mandi dan tunda mandi bila ada pertanyaan mengenai stabilisasi suhu tubuh
 Beri pakaian dan popok pada bayi dan bedong dalam selimut
 Berikan penutup kepala pada bayi bila kehilangan panas menjadi masalah karena area
permukaan besar dari kepala memungkinkan terjadinya kehilangan panas
 Buka hanya satu area tubuh untuk memeriksa atau prosedur
 Waspada terhadap tanda hipotermia atau hipertermia.

c. Dx 3
 Cuci tangan sebelum dan setelah merawat setiap bayi
 Pakai sarung tangan ketika kontak dengan sekresi tubuh
 Periksa mata setiap hari untuk melihat adanya tanda-tanda inflamasi
 Jaga bayi dari sumber potensial infeksi
 Bersihkan vulva pada arah posterior untuk mencegah kontaminasi fecal terhadap vagina
atau uretra

d. Dx 4
 Hindari penggunaan termometer rektal karena resiko perforasi rectal
 Jangan pernah meninggalkan bayi tanpa pengawasan di atas permukaan tinggi tanpa
pagar
 Jaga agar objek tajam atau runcing berada jauh dari tubuh bayi
 Jaga agar kuku jari sendiri tetap pendek dan tumpul, hindari perhiasan yang dapat
melukai bayi
 Lakukan metode yang tepat dalam penanganan dan pemindahan bayi
e. Dx 5
 Kaji kekuatan menghisap dan koordinasi dengan menelan untuk mengidentifikasi
kemungkinan masalah yang mempengaruhi makan
 Berikan masukan awal sesuai keinginan orang tua, kebijakan RS dan protokol praktisi
 Siapkan untuk pemberian makan yang dibutuhkan dari bayi yang minum ASI, pemberian
makan malam ditentukan oleh kondisi dan keinginan ibu
 Berikan yang makan dengan botol 2-3 formula setiap 3-4 jam atau sesuai kebutuhan
 Dukung dan bantu ibu menyusui selama pemberian makan awal dan lebih sering bila
perlu
 Hindari pemberian makan suplemen atau air rutin untuk bayi yang minum ASI
 Dorong ayah atau orang tua pendukung lain untuk tetap bersama ibu untuk membantu ibu
dan bayi dalam merubah posisi, relaksasi dll
 Dorong ayah atau orang pendukung lain untuk berpartisipasi dalam pemberian makan
dengan botol
 Tempatkan bayi miring ke kanan setelah makan untuk mencegah aspirasi
 Observasi pola feces

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
 Bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 38-40 minggu,lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara
spontan tanpa gangguan, menangis kuat, nafas secara spontan dan teratur,berat badan
antara 2500-4000 gram.
 Pada bayi lahir normal umumnya tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, namun
kadang-kadang dengan riwayat kehamilan dan kondisi tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi tertentu
Obat profilaksis yang rutin diberikan pada bayi baru lahir yaitu:
1. Vitamin K
2. Tetes / zalf mata

B. SARAN

Jika dalam penulisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat
makalah yang lebih baik di kemudian hari.Semoga bermanfaat! Baca juga Latihan Soal Asuhan
Neonatus Untuk Osca Knowledge Part 1

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,dkk.2000. Kapita selekta Kedokteran edisi III jilud 2.Jakarta. MediaAesculapius


Abdul atif,1993.Penatalaksanaan Anastesi pada Bedah Akut Bayi Baru Lahir.Jakarta
Warih BP,Abubakar M.1992.Fisiologi pada neonates.Surabaya
http://sis-doank27.blogspot.com/2010/06/askep-bayi-baru-lahir-normal.html

(Administrasi dan kebijakan kesehatan)


12/06/2012
EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DALAM
MENCAPAI VISI MISI INDONESIA SEHAT 2010 DI KOTA KENDARI TAHUN
2010
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan modal utama dalam kehidupan setiap orang, dimanapun dan siapapun
pasti membutukan badan yang sehat, baik jasmani maupun rohani guna menopang aktifitas
kehidupan sehari-hari. Begitu pentingnya nilai kesehatan ini, sehingga seseorang yang
menginginkan agar dirinya tetap sehat harus melakukan berbagai macam cara untuk
meningkatkan derajat kesehatannya, seperti melakukan penerapan pola hidup sehat dan pola
makan yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari (Mubarak, 2009).
Seseorang yang hidup ditengah masyarakat sebagai warga masyarakat luas tentu mempunyai
keterbatasan dalam hal kemampuan ekonomi, keterbatasan ilmu pengetahuan untuk memenuhi
kebutuhannya sehari-hari. Oleh karena itu tentu membutuhkan bantuan orang lain baik sesama
masyarakat maupun pemerintah terutama dalam hal penerapan pola hidup sehat dan pola makan
yang baik dan benar. Untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal tentu saja kedua hal
tersebut sangatlah penting bagi masyarakat, baik itu masyarakat perkotaan maupun masyarakat
pedesaan, namun dengan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh masyarakat maka kedua
hal tersebut sulit untuk diwujudkan oleh masyarakat itu sendiri.
Memasuki abad ke-21, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan strategis yang
harus diperhatikan dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Pembaharuan kebijakan
pembangunan telah dilakukan pada tahun 1999 dan berhasil merumuskan visi pembangunan
kesehatan Indonesia yang baru yaitu Indonesia Sehat 2010. Indonesia Sehat 2010 merupakan
strategi/kebijakan nasional yang berdasarkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang
ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI,
2002).
Berdasarkan Undang-Undang Repulik Indonesia No. 29 Tahun 2004 tetang praktek kedokteran
yang berbunyi “bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahtraan umum sebagaimana
dimaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945. Pasal kedua undang-undang
tersebut disebutkan bahwa “kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam
bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat”,
sebagai implementasi daripada Undang-Undang tersebut diatas, pemerintah telah menetapkan
matriks program pembangunan tahun 2006 dimana didalamnya terdapat 10 program kegiatan
pokok, dalam 10 program tersebut telah ditentukan sasaran dan instansi yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan program yakni 8 program dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan
dimana salah satunya adalah program perbaikan gizi masyarakat dan 2 program dilaksanakan
oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Yudi Iswanto, 2008).
Khusus untuk program perbaikan gizi masyarakat secara umum ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam mewujudkan kesehatan yang optimal
khususnya pada bidang gizi, terutama bagi golongan rawan dan masyarakat yang berpenghasilan
rendah baik di desa maupun di kota.
Kegiatan pokok Departemen Kesehatan dalam menginplementasikan Perbaikan Gizi Masyarakat
meliputi, peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia
gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, dan kekurangan zat gizi
lebih, peningkatan surveillance gizi, dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga
sadar gizi (Perpres, 2007).
Adapun sasaran pokok program Perbaikan Gizi Masyarakat yakni : Menurunnya Prevalensi
kurang gizi pada balita, terlaksananya penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP), anemia
gizi besi, Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), kurang Vitamin A, gizi lebih, dan
meningkatkan jumlah keluarga yang sadar akan gizi (Depkes RI, 2004).
Dalam pelaksanaan kegiatan ini Departemen Kesehatan melakukan beberapa kegiatan meliputi:
Penimbangan bulanan anak balita dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), pendidikan
gizi dan kesehatan bagi ibu-ibu dari anak-anak balita tersebut pada saat ke posyiandu atau
sebelum dan sesudah dilakukannnya posyiandu, demonstrasi memasak makanan yang memenuhi
pensyaratan gizi yang baik atau anak balita, terutama yang menderita gizi buruk, dan pemberian
paket pertolongan gizi untuk mereka yang memerlukan, yang terdiri dari pemberian vitamin A
dosis tinggi kepada anak balita, tablet besi, garam beryodium dan garam oralit (Depkes RI,
2004).
Berdasarkan Laporan Dinas Kesehatan Kota Kendari menurut seluruh data di Puskesmas, yakni
distribusi masalah gizi masih menjadi masalah di Kota Kendari untuk tahun 2008 masalah gizi
buruk ditemukan sebanyak 123 penderita, gizi kurang 514 penderita, gizi lebih 32 penderita,
untuk ibu hamil dan ibu pada masa nifasnya terdapat 157 kasus yang mengalami Kekurangan
Energi Kalori (KEK). Untuk tahun 2009 masalah gizi buruk sebanyak 142 penderita, masalah
gizi lebih berjumlah 40 penderita, gizi kurang sebanyak 535 penderita, untuk ibu hamil dan ibu
pada masa nifas yakni 163 kasus yang mengalami KEK (Dinkes, 2009).
Untuk mengetahui lebih jauh implementasi atau pelaksanaan program ini dilapangan perlu
adanya suatu penelitian yang akan mendiskripsikan sudah sejauh mana program ini
dilaksanakan?, bagaimana dengan dananya?, dan bagaimana hasil yang sudah dicapai, dan semua
itu memerlukan evaluasi kinerja dari pada pelaksanaan program yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian diatas, sehingga saya merasa terinspirasi untuk mengadakan penelitian
dengan mengambil judul yakni “Evaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dalam
mencapai Visi Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari tahun 2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah penelitian yakni :
Bagaimanakah gambaran pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat dalam mencapai Visi
Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat dalam mencapai
Visi Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengevaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dengan indikator pelaksanaan
di nilai dari aspek input yang terdiri dari tenaga, fasilitas dan dana.
b. Mengevaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat di nilai dari aspek proses yakni
perencanaan dan pelaksanaan program.
c. Mengevaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat di nilai dari aspek output yang
terdiri atas ketepatan sasaran dan tercapainya cakupan program.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis adalah sebagai sumber informasi tentang pelaksanaan program perbaikan gizi
masyarakat dalam mencapai Visi Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari tahun 2010.
2. Manfaat ilmiah adalah sebagai bahan untuk menambah pengetahuan atau dapat menjadi
tambahan asupan ilmu tentang pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dalam mencapai
Visi Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari tahun 2010.
3. Manfaat bagi peneliti adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi penulis
mengenai pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dalam mencapai Visi Misi Indonesia
Sehat 2010 di Kota Kendari tahun 2010.

II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Evaluasi
1. Ruang Lingkup Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran dan pengembangan
indikator; oleh karena itu dalam melakukan evaluasi harus berpedoman pada ukuran-ukuran dan
indikator yang telah disepakati dan ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu proses umpan
balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang,
sebagai suatu proses yang berkelanjutan, evaluasi menyediakan informasi mengenai kinerja
dalam hubungannya terhadap tujuan dan sasaran (Notoatmodjo, 2003).
Evaluasi adalah penilaian atas hasil (dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru
atau yang telah ditingkatkan) dan dampak (pada pemecahan atau pengurangan masalah
kesehatan dan pada keseatan masyarakat yang lebih baik) pelatihan dan proses yang melahirkan
hasil dan dampak tersebut (Mc Mahon, 1999).
Evaluasi program merupakan evaluasi terhadap kinerja program, sebagaimana diketahui bahwa
program dapat didefinisikan sebagai kumpulan kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu
yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa instansi instansi pemerintah ataupun dalam rangka
kerjasama dengan masyarakat, atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi program merupakan hasil komulatif dari
berbagai kegiatan (Mac Kenzie, 2007).
Evaluasi program adalah langkah awal dalam supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat
agar dapat dilanjutkan dengan pemberian pembinaan yang tepat pula. Evaluasi program sangat
penting dan bermanfaat terutama bagi pengambil keputusan. Alasannya adalah dengan masukan
hasil evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut dari
program yang sedang atau telah dilaksanakan (Antina Nevi, 2009).
Evaluasi program kesehatan merupakan bagian dari proses manajerial pembangunan kesehatan
nasional yang lebih luas. Dalam melakukan evaluasi kita sebenarnya menetapkan suatu nilai.
Kita dapat mengurangi unsur subyektif pada penilaian tersebut dengan mendasarkan penilaian
atas fakta-fakta yang ada. Penerapannya menghendaki pikiran yang terbuka dan mampu memberi
kritik yang membangun menuju kepada pemikiran pendapat yang sehat (Soekarwati, 1995).
2. Tujuan Evaluasi
Evaluasi memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Membantu perencanaan di masa yang akan datang.
b. Mengetahui apakah sarana yang tersedia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
c. Menentukan kelemahan dan kekuatan daripada program, baik dari segi teknis maupun
administratif yang selanjutnya diadakan perbaikan-perbaikan.
d. Membantu menentukan strategi, artinya mengevaluasi apakah cara yang telah dilaksanakan
selama ini masih bisa dilanjutkan, atau perlu diganti.
e. Mendapatkan dukunagn dari psonsor (pemerintah atau swasta), berupa dukungan moral
maupun material.
f. Motivator, jika program berhasil, maka akan memberikan kepuasan dan rasa bangga kepada
para staf, hingga mendorong mereka bekerja lebih giat lagi.
Tujuan pokok atau tujuan utama dari evaluasi atau melakukan penilaian di bidang kesehatan
adalah adanya perubahan perilaku, dalam teori dinyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi
oleh sikapnya. Kalau berhasil mengubah sikap seseorang, maka ia akan mengubah perilakunya
(Mubarak dkk., 2009).
Penilaian sebagai salah satu fungsi manajemen bartujuan untuk mempertanyakan efektivitas dan
efisiensi pelaksanaan dari suatu perencanaan, sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil
pelaksanaan itu dengan memakai ukuran-ukuran yang dapat diterima pihak-pihak yang terlibat
dalam suatu perencanaan. Penilaian adalah suatu upaya untuk mengukur member nilai secara
obyektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Tujuan utama dari
penilaian adalah agar hasil penilaian tersebut dapat dipakai sebagai umpan balik untuk
perencanaan sebelumnya (Muninjaya, 2004).
3. Dinamika Evaluasi
Salah satu ciri evaluasi adalah sebagai suatu proses yang berkesinambungan, maka dengan
sendirinya disamping mempunyai ciri-ciri yang khas juga mencerminkan sifat kedinamisannya
dengan cara membedakan: input, procces dan output. Pada sisi input, evaluasi pengembangan
personil sangat penting untuk melihat kebutuhan sesuai dengan keterampilan yang diharapkan,
sehingga dapat dikembangkan pengawasan yang mendukung pada organisasi logistik serta
mekanisme pendukung lainnya. Sebagai suatu langkah awal yang penting dalam sisi input adalah
evaluasi terhadap penetapan tujuan, dikaitkan dengan visi dan misi program atau organisasi, serta
penetapan sasaran program itu sendiri (Azwar, 1996).
Pada sisi proses adalah untuk mengarahkan sumber-sumber daya agar menghasilkan pelayanan
yang diinginkan yang juga harus dievaluasi. Aspek proses evaluasi dapat diikut sertakan sebagai
input sumber daya, atau dipandang sebagai proses output, akan tetapi harus di identifikasi secara
terpisah untuk membedakan kapasitas tindakan dari penggunaan nyata dari kapasitas tersebut.
Output adalah merupakan hasil pelayanan yang memberi dampak yang berbeda-beda terhadap
status kesehatan (Mubarak dkk., 2009).

4. Metode Evaluasi
Berdasarkan waktunya evaluasi/penilaian, maka penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Penilaian rutin (concurrent evaluation atau progress report). Dalam setiap program penilaian
rutin ini hendaknya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program tersebut. Dengan
demikian, penilaian akan berjalan berkesinambungan dan teratur, serta bersamaan dengan
pelaksanaan program itu sendiri. Penilaian dilakukan oleh staf program dalam bentuk progres
report, dengan cara ini perbaikan-perbaikan pun dilakukan sejak awal. Demikian pula kekuatan-
kekuatan dari program dapat segera didapatkan dan dapat diterapkan dalam melanjutkan
program tersebut. Penilaian meliputi semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap
program tersebut
b. Penilaian Berkala (periodical evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada setiap akhir
dari suatu bagian tertentu dari program, seperti tiap enam bulan, satu tahun, dua tahun, dan
sebagainya.
c. Penilaian khusus (ad-hoc evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan setiap saat yang
diperlukan.
d. Penilaian akhir (terminal evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada akhir suatu
program atau beberapa waktu sesudah akhir suatu program. Jadi ini merupakan penilaian
terhadap pencapaian tujuan akhirnya. (Mubarak dkk., 2009)
Menurut Mantra (1997) secara umum evaluasi dapat dibedakan atas beberapa tahap yaitu:
a. Evaluasi pada tahap awal program
Evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan program sebelum program dimulai. Evaluasi
ini akan menghasilkan informasi yang akan di pergunakan untuk mengembangkan program agar
program dapat lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sasaran.
b. Evaluasi pada tahap proses
Evaluasi yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang dilakasanakan. Tujuannya
adalah untuk mengukur apakah program yang sedang berjalan telah sesuai dengan rencana atau
tidak atau apakah telah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari
program.
c. Evaluasi pada akhir program
Evaluasi yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan dengan tujuan untuk
memberikan pernyataan efektifitas atau tidaknya suatu program selama kurun waktu tertentu.
Sehingga dapat dipergunakan dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan dan
mengalokasikan resources.
d. Evaluasi dampak program
Evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan perubahan sikap dan
perilaku pada target sasaran, evaluasi dampak merupakan kebalikan dari penilaian kebutuhan
program mana kalau evaluasi kebutuhan menentukan kebutuhan suatu program sedangkan
penilaian dampak akan menentukan tingkat kebutuhan yang nyata setelah diintervensi oleh
program kesehatan.
Sedangkan dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan adanya jenis
evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk
mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan untuk pengembangan atau perbaikan
program. Biasanya evaluasi formatif dilakukan pada proses program (program masih berjalan).
Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari
suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir
program). Meskipun demikian pada praktek evaluasi program sekaligus mencakup kedua tujuan
tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Langkah-langkah dalam evaluasi/penilaian adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan evaluasi
Tujuan dari evaluasi harus dimengerti, sebab hal ini mempengaruhi bagian apa dari program
yang perlu diamati, selanjutnya memengaruhi pula macam informasi yang akan dikumpulkan.
2. Menentukan bagian apa dari program yang akan dievaluasi
Apakah yang dievaluasi masukannya, proses, kelauaran, atau dampaknya, atau kombinasi dari
bagian-bagian tersebut.
3. Mengumpulkan data awal (base line data)
Data ini dapat dipergunakan sebagai pembanding, anatara sebelum diadakan suatu kegiatan
dengan situasi sesudah diadakan kegiatan. Data awal yang diperlukan bergantung pada apa yang
akan dinilai dan maksud penilaian.
4. Mempelajari tujuan program
Tujuan program merupakan syarat penting sutau program, agar penilaian dapat dilakukan dengan
baik. Tujuan harus dapat dikur dan jelas. Tujuan dapat dirumuskan menjadi tujuan jangka
pendek, menengah, dan panjang. Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang ingin dicapai dalam
waktu dekat, merupakan loncatan untuk bisa sampai pada tujuan jangkat menengah. Tujuan
jangka menengah untuk bisa samapi pada tujuan yang harus dicapai dulu, untuk bisa mencapai
tujuan jangak panjang. Tujuang jangka pangjang merupakan tujuan akhir dari sebuah program.
5. Menentukan tolok ukur (indikator)
Perlu ditetapkan patokan apa yang akan digunakan sebagai dasar pengukuran. Dengan kata lain,
harus ditentukan apa yang akan diukur. Contoh, jika tujuannya adalah meningkatakan kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya olahraga, harus ditentukan dahulu apa yang akan dipakai untuk
mengukur kesadaran masyarakat. Misalkan untuk mengukur berapa persen masyarakat yang
berolahraga pada pagi hari, maka mereka yang membiasakan olahraga pada pagi hari adalah
tolok ukurnya. Hal ini harus dibandingkan antara sebelum dan sesudah kegiatan.
6. Menentukan cara menilai, alat penilaian, dan sumber datanya
7. Mengumpulkan data
8. Mengolah dan menyimpulkan data yang didapat.
9. Feedback (umpan balik) dan saran-saran kepada program yang akan dinilai (Notoatmodjo,
2007).
5. Ukuran Evaluasi
Kegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus ditentukan dengan jelas, yaitu
meliputi ketepatan dan kesesuaian, efektifitas dan efisiensi, serta pertimbangan keadilan.
Ketepatan dan kesesuaian memandang kinerja dengan apakah tindakan-tindakan yang diambil
sudah sesuai dengan permasalahan yang ada, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya
yang terbatas tersebut. Dengan menggunakan asumsikan ketepatan, maka program yang
dipertimbangkan ukurannya dan cakupannya cukup untuk membuat suatu perbedaan yang
berarti.
Ukuran-ukuran efektifitas dan efisiensi merupakan alat utama dasar evaluasi program. Efektifitas
diartikan sebagai penyelesaian suatu program dalam kaitannya dengan kebutuhan atau perhatian.
Sedangkan efisiensi dan efektifitas biaya adalah sering kali berhubungan dengan hasil terhadap
input (rasio output terhadap input).
Ukuran keadilan, akan merupakan tambahan kepentingan dalam evaluasi program kesehatan.
Pendapat ini telah berkembang secara sejajar dengan ukuran efektifitas dan efisiensi. Secara
operasional ukuran keadilan menciptakan pertimbangan dalam efisiensi biaya dengan demikian
program kesehatan sedapat mungkin melakukan keadilan terhadap pelayanan bagi populasi yang
mampu secara ekonomi dengan populasi yang kurang mampu secara ekonomi (Asrun, 2004).
6. Prinsip-prinsip Evaluasi
a. Sebagai kunci pengambilan keputusan yang baik, evaluasi harus melihat ke depan dan
berorientasi pada tindakan.
b. Evaluasi bersifat menyeluruh dan bersifat dinamis, menaruh perhatian pada kebijakan
pengujian dan alternatif-alternatif rencana, mengawasi kemajuan dalam proses penerapan dan
memberi penilaian sumatif kepada hasil akhir.
c. Evaluasi dilandasi prinsip manajemen berdasarkan tujuan dan dimulai dengan pernyataan yang
jelas mengenai pengaruh-pengaruh yang harus dicapai pada populasi mana dan dalam jangka
waktu, berapa/kapan,
d. Strategi untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan harus diperiksa ketepatan dan
kesesuaiannya.
e. Menyesuaikan diri dengan prinsip manajemen berdasarkan tujuan dan dengan kejelasan
pengaruh yang harus dicapai pada populasi mana dan jangka waktu berapa/kapan.
f. Ketepatan waktu dan tempat laporan evaluatif harus disesuaikan dengan kebutuhan akan
keputusan yang tepat waktu.
g. Frekuensi pelaporan sangat banyak tergantung pada laju perubahan keadaan-keadaan yang
menuntut tindakan.
h. Karena evaluasi bersifat membandingkan, maka evaluasi tergantung pada indikator-indikator
yang menggambarkan tingkat dan rasio yang tepat dan pada tingkat-tingkat penyelesaian yang
tepat.
i. Penilaian harus membedakan antara hasil yang merupakan pusat perhatian pengendalian
keputusan dan keluaran yang timbul sebagai akibat ketidakpastian dan kesempatan.
j. Efisiensi, efektifitas, keadilan harus di definisikan dengan jelas dan perimbangan harus dibuat
eksplisit.
Evaluasi di bidang kesehatan adalah suatu kegiatan yang penting untuk menilai kualitas,
rasionalitas, efektifitas, efisiensi dan equitas pada pelayanan kesehatan. Evaluasi suatu program
kesehatan yang menyeluruh adalah eveluasi yang dilakukan terhadap 3 komponen yaitu masukan
(input), pelaksanaan (procces), dan keluaran (output) (Seokarwati, 1995).
Tipe-tipe evaluasi adalah :
a. Penilaian akan kebutuhan program. Penilaian ini di laksanakan pada tahap sebelum program
ini dilaksanakan disuatu daerah dengan maksud agar program yang direncanakan sesuai masalah
dan kebutuhan masyarakat setempat.
b. Penilaian perencanaan program. Penilaian ini dilaksanakan pada tahap untuk menilai
kelayakan dan menandainya rencana program dan kebutuhan masyarakat.
c. Penilaian penampilan kerja. Penilaian untuk melihat kesesuaian antara pelaksanaan nyata
program dan rencana dengan perhatian diarahkan pada hasilnya dalam segi kuantitas maupun
kualitas.
d. Penilaian efek. Penilaian terhadap pengaruh langsung dari hasil suatu program.
e. Penilaian dampak. Penilaian untuk mengetahui pengaruh dilaksanakannya suatu program baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap masyarakat (Farida, Y.T, 2000)
Evaluasi program kesehatan merupakan bagian dari proses manajerial pembangunan kesehatan
nasional yang lebih luas. Dalam melakukan evaluasi kita sebenarnya menetapkan suatu nilai.
Kita dapat mengurangi unsur subyektif pada penilaian tersebut dengan mendasarkan penilaian
atas fakta-fakta yang ada. Penerapannya menghendaki pikiran yang terbuka dan mampu memberi
kritik yang membangun menuju kepada pemikiran pendapat yang sehat (Rita, S., 1990).
B. Tinjauan Tentang Visi Misi Indonesia Sehat 2010
1. Ruang Lingkup Visi Misi Indonesia Sehat 2010
Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi
terwujudnya keadaan sehat, yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan
kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling
tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Perilaku masyarakat Indonesia
Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Selanjutnya kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan
adalah yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan,
baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi (Depkes RI, 1999).
Pelayanan kesehatan bermutu yang dimaksud di sini adalah pelayanan kesehatan yang
memuaskan pemakai jasa pelayanan serta yang diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika
pelayanan profesi. Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat serta
meningkatnya kemampuan masyarakat tersebut di atas, derajat kesehatan perorangan, keluarga
dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal. Visi Indonesia Sehat 2010 yang telah
dirumuskan menyatakan bahwa, gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku yang sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia
(Depkes RI, 1999).
Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani, serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas
dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masyarakat Indonesia yang dicita citakan adalah masyarakat
Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga
tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur dari pembangunan
sumber daya manusia Indonesia seutuhnya (Depkes RI, 2004).
Visi tersebut telah tiga tahun yang lalu berhasil dirumuskan oleh Departemen Kesehatan RI yang
mestinya telah dijabarkan kedalam program kerja yang lebih bersifat operasional untuk mencapai
visi itu. Beberapa tahun lagi kita akan mencapai tahun 2010, dan saat itu kita tentu akan
menyaksikan bersama apakah gambaran tersebut akan menjadi kenyataan?. Namun yang perlu
kita renungkan visi Indonesia sehat 2010 sebenarnya visi siapa? Bila itu merupakan visi
Departemen Kesehatan RI saja atau yang dirumuskan hanya oleh beberpa pejabat saja sedangkan
dalam cita citanya adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat (Depkes RI, 2004).
Pertanyaanya berikutnya adalah bagaimana masyarakat Indonesia ikut merasa memiliki terhadap
visi itu karena ia ditempatkan sebagai subyek yang harus berubah. Namun jika itu adalah
perwujudan dari visi bangsa Indonesia, pertanyaanya adalah sejauh mana keterlibatan
masyarakat/bangsa Indonesia ini terlibat dalam merumuskan visi itu sehingga mereka juga punya
komitment untuk merealisasikan visi tersebut. Bila kita lupakan saja itu visi siapa yang jelas
seperti yang saya uraikan sebelumnya bahwa status kesehatan bangsa Indonesia merupakan
kegiatan atau upaya bersama, maka yang harus kita upayakan adalah bagaimana visi Indonesia
2010 sehat, itu menjadi milik dan bagian dalam kehidupan bangsa Indonesia. Tanpa masyarakat
dan sektor lain merasakan itu, maka komitmennya untuk ikut mewujudkan visi tersebut juga
akan lemah, karena untuk mewujudkan visi dibutuhkan komitmen semua pihak-pihak yang ada
dalam lingkungan visi Indonesia Sehat yakni pemerintah dan masyarakat (stakeholder) (Depkes
RI, 2004).
Kita sebagai bangsa Indonesia perlulah merenung sejenak untuk membayangkan dapatkan visi
mulia “Indonesia Sehat 2010 ” itu akan terwujud. Tentunya kita tidak berharap bahwa pada
saatnya nanti visi itu akan menjadi sekedar jargon yang terlewatkan dan terlupakan begitu saja.
Sementara dunia telah metapkan status kesehatan masyarakat menjadi salah satu komponen
Human Development Index ( HDI ) yaitu indikator kemajuan kualitas SDM suatu bangsa (Yudi
Iswanto, 2008).

2. Dasar-Dasar Pembangunan Kesehatan


Pada hakekatnya adalah nilai kebenaran dan aturan pokok sebagai landasan untuk berfikir atau
bertindak dalam pembangunan kesehatan. Dasar ini merupakan landasan dalam penyusunan visi,
misi, dan strategi kesehatan secara nasional yang meliputi: perikemanusiaan, pemberdayaan dan
kemandirian, adil dan merata dan pengutamaan dan manfaat (Depkes RI, 1999).
3. Visi
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam
lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999).
4. Misi
Untuk mewujudkan visi INDONESIA SEHAT 2010, ditetapkan empat misi pembangunan
kesehatan sebagai berikut:
a. Menggerakan pembangunan nasional berwawasan kesehatan
b. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat berserta
lingkungannya (Depkes RI, 1999).
5. Arah
Arah pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 sesuai dengan arah pembangunan
nasional selama ini, yakni:
a. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
b. Pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara
bermutu, adil dan merata dengan memberikan pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-
anak, dan para lanjut usia yang terlantar, baik di perkotaan mapun di pedesaan.
c. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan profesionalisme,
desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) dengan memperhatikan
berbagai tantangan yang ada saat ini.
d. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan melalui program
peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan sehat, pelayanan kesehatan dan
didukung oleh sistem pengamatan, Informasi dan manajemen yang handal.
e. Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus dilanjutkan.
f. Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki semangat
pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin, kreatif, berilmu dan terampil,
berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika profesi (Depkes RI, 1999).
6. Tujuan
Tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan
sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik
Indonesia (Depkes RI, 1999).
7. Sasaran
a. Kerjasama lintas sektoral
b. Kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
c. Perilaku hidup sehat
d. Lingkungan sehat
e. Upaya kesehatan
f. Manajemen pembangunan kesehatan
g. Derajat kesehatan (Depkes RI, 1999).
8. Kebijakan
a. Peningkatan perilaku, kemandirian masyarakat dan kemitraan swasta
b. Peningkatan kesehatan lingkungan
c. Peningkatan upaya kesehatan
d. Peningkatan sumber daya kesehatan
e. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan
f. Peningkatan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penggunaan sediaan farmasi,
makanan dan alat kesehatan yang tidak absah/ilegal
g. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan (Depkes RI, 1999).
9. Strategi
a. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
b. Profesionalisme
c. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat
d. Desentralisasi (Depkes RI, 1999).
10. Program Kesehatan Unggulan
Menyadari keterbatasan sumber daya yang tersedia serta disesuaikan dengan prioritas masalah
kesehatan yang ditemukan dalam masyarakat dan kecendrungannya pada masa mendatang, maka
untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting
untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional, ditetapkan 10 program
kesehatan, sebagai berikut:
a. Program Kebijakan Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan dan Hukum Kesehatan
b. Program Perbaikan Gizi
c. Program Pencegahan Penyakit Menular
d. Program Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Mental
e. Program Lingkungan Pemukiman, Air dan Udara Sehat
f. Program Kesehatan Keluarga, Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
g. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
h. Program Anti Tembakau, Alkohol dan Madat
i. Program Pengawasan Obat, Bahan Berbahaya, Makanan, dan
j. Program Pencegahan Kecelakaan Keselamatan Lalu Lintas
(Depkes, 2004).
C. Tinjauan Umum Tentang Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energy (Achmad Djaeni, 2000).
Dalam definisi gizi dikemukakan bahwa akhir dari suatu proses gizi yang diharapkan adala
terciptanya suatu keadaan yang menyehatkan jasmani dan rohani. WHO-1995 mendefinisikan
sehat adalah suatu keadaan sehat secara prima baik fisik maupun mental yang komplet, sehat
sosial dan produktif, tidak semata-mata hanya terhidar dari rasa sakit/penyakit dan kelemahan
(Syahbudin, 2001).
Dikatakan bahwa mempelajarai gizi berarti mempelajari makanan. Bila demikian halnya
hubugan gizi dengan kesehatan, berarti juga mempelajari hubungan makanan dengan kesehatan.
Jadi untuk memperoleh keadaan sehat diatas, berbagai cara yang perlu ditempuh namun satu
yang perlu dilakukan ialah memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrient atau zat gizi sehari-hari
dengan cara mengkonsumsi berbagai makanan dan minuman yang dianjurkan (Khomsam, 2004).
Persoalan timbul pada makanan adalah bukan semata makanan apa dan makanan apa yang dapat
mengenyangkan tubuh, tapi makanan juga hendaknya dapat menyehatkan tubuh. Bagi sebagian
masyarakat yang telah mengetahui akan pentingnya gizi, umumnya mereka akan selalu berusaha
untuk mencapai makanan jenis apa dan berapa jumlah yang harus dimakan agar dapat
menyehatkan tubuh. Persoalan lain muncul dimana sering orang mengira bahwa untuk
mendapatkan nilai kesehatan tubuh yang optimal, harus makan yang banyak tanpa melihat jenis
dan jumlah makanan tersebut sesuai yang dianjurkan. Tidak jarang orang merasa masih ingin
makan tapi perut suda kenyang atau sebaliknya sudah merasa puas/kenyang tapi kebutuhan akan
gizi belum terpenuhi. Ini merupakan salah satu akibat dari salah makan, yang pada gilirannya
akan timbul gizi salah atau malnutrition, yang banyak diderita oleh masyarakat (Syahbudin,
2001).

D. Tinjauan Tentang Program Perbaikan Gizi Masyarakat


Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status anak balita dan wanita hamil.
Oleh karena itu sasaran dari program perbaikan gizi masyarakat ini berdasarkan siklus kehidupan
yaitu dimulai dari wanita usia subur, dewasa, ibu hamil, bayi baru lahir, balita, dan anak sekolah.
1. Masalah Gizi Masyarakat Indonesia
a. Berat Bayi lahir Rendah (BBLR)
b. Gizi Kurang pada Balita
c. Gangguan Pertumbuhan
d. Kurang Energi Kronis (KEP) pada Wanita Usia Subur (WUS)
e. Ibu Hamil (Bumil)
Pokok masalah di masyarakat yakni kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya
pemanfaatan sumber daya masyarakat berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak
langsung dan yang menjadi akar masalah yakni kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga
serta kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat terkait dengan meningkatnya
pengangguran, inflasi dan kemiskinan yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan
keresahan sosial yang menimpa Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu
munculnya kasus-kasus gizi buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak
memadai (Depkes, 1999).
2. Tujuan Program
Program perbaikan gizi masyarakat diarahkan pada kelompok wanita usia subur, pria/wanita
dewasa, bayi dengan berat lahir rendah, ibu hamil, ibu menyusui, ibu yang mempunyai balita,
balita dan anak sekolah.
a. Tujuan Umum:
Menurunkan masalah gizi masyarakat utamanya masalah kurang energi kalori terutama di daerah
miskin baik di pedesaan maupun di perkotaan.
b. Tujuan Khusus:
1. Program pemberdayaan keluarga, melalui Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat secara
terintegrasi dengan upaya peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan
2. Pemantauan dan promosi pertumbuhan balita, pokok program ini dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan keluarga melakukan deteksi dini gangguan pertumbuhan pada anak.
3. Program Pendidikan gizi, untuk mendukung tercapainya keluarga sadar gizi.
4. Program supplementasi gizi, bertujuan untuk memberikan tambahan gizi kepada kelompok
rawan utamanya untuk keluarga miskin dalam jangka pendek. Jenis suplementasi gizi yang
diberikan berupa :
a. Makanan Pendamping ASI untuk anak usia 6-11 bulan pada keluarga miskin
b. Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil.
c. Supplementasi kapsul Vitamin A untuk anak balita dan ibu nifas.
d. Supplementansi zat besi untuk ibu hamil.
e. Suppplementasi kapsul Yodium terutama pada daerah endemis sedang dan berat.
5. Program Fortifikasi bahan makanan, bertujuan meningkatkan mutu gizi pada bahan makanan
yang sering dan banyak dikonsumsi masyarakat utamanya pada keluarga miskin dan rawan gizi.
6. Program pelayanan gizi, mencakup pengembangan tatalaksana kasus salah gizi, konsultasi gizi
dan pelayanan gizi di institusi kesehatan dan non kesehatan.
7. Program gizi klinik, bertujuan menyediakan sistem informasi untuk mendukung strategi dan
kebijakan program gizi. Terdiri dari: pemantauan status gizi, masalah gizi, jejaring informasi
pangan dan gizi (Perpres RI, 2007).
3. Sasaran Program
Untuk mencapai tujuan tersebut, telah ditetapkan sasaran nasional pembangunan di bidang
pangan dan gizi tahun 2005-2010. Sedangkan sasaran di tingkat daerah harus direncanakan
sesuai dengan potensi daerah. Sasaran tingkat nasional adalah:
a. Sekurang-kurangnya 80% keluarga telah mandiri sadar gizi
b. Menurunnya prevalensi kurang energi kronis (KEK) ibu hamil menjadi 20 %
c. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi 20 % (2005)
dan sasaran akhir untuk tahun 2010 menjadi 8 % dan gizi buruk dari 8,1% (1999) menjadi 5%
(2005) dan sasaran akhir untuk tahun 2010 menjadi 3 %
d. Pemantauan pertumbuha balita: Balita yang naik berat badannya (80 %), Balita Bawah Garis
Merah (< 15 %).
e. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa setinggi-tingginya
berturut-turut 3 % dan 10%
f. Meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapatkan yang mendapatkan tablet Fe mencakup
90 %
g. Meningkatnya persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif mencakup 60 %.
h. Meningkatnya persentase balita yang mendaptkan Vitamin A 2 kali pertahun mencapai 90 %.
i. Meningkatkan konsumsi garam beryodium dari 73,2 % menjadi 80 %.
(Perpres RI, 2007).
4. Strategi Program dalam Penanggulangan Masalah Gizi
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas, akan ditempuh strategi pokok sebagai acuan
penanggulangan masalah gizi masyarakat, sebagai berikut :
a. Pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan dan gizi
Pemberdayaan keluarga adalah proses dimana keluarga-keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan gizi bekerja bersama-sama menanggulangi masalah yang mereka hadapi. Cara
terbaik untuk membantu mereka adalah ikut berpartisipasi dalam memecahkan masalah yang
mereka hadapi. Upaya perbaikan gizi yang dilakukan adalah dengan meningkatkan kemandirian
dengan fokus keluarga mandiri sadar gizi dengan harapan mereka dapat mengenal dan mencari
pemecahan masalah yang dihadapi. Kegiatan operasional yang dilaksanakan adalah:
1. Pemetaan keluarga mandiri sadar gizi oleh dasawisma dalam rangka survey mawas diri
masalah gizi keluarga.
2. Asuhan dan konseling gizi Pada akhir tahun 2005, 50% institusi pelayanan kesehatan telah
melaksanakan asuhan dan konseling gizi bagi keluarga dengan tenaga profesional dengan
menggunakan tatalaksana asuhan dan konseling gizi.
b. Pelaksanaan intervensi harus dilakukan secara fokus pada upaya menurunkan kematian bayi,
ibu, anak dan gizi kurang, dengan pendekatan pada daur kehidupan dan multi-
program/pelayanan kepada masyarakat secara terpadu.
c. Mengkaji semua komponen yang berakibat pada tingginya angka kematian. Komponen
tersebut antara lain angka harapan hidup, angka melek huruf, pendapatan perkapita, presentase
penduduk tanpa akses air bersih, fasilitas kesehatan dan persentase balita kurang gizi.
d. Menggunakan peluang desentralisasi, yaitu pendelegasian wewenang yang lebih besar kepada
pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintah sendiri dan menyelenggarakan upaya
penanganan masalah gizi harus mulai dari masalah dan potensi masing-masing daerah.
e. Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Pada dasarnya kemampuan daya beli
pangan dan akses pelayanan sosial sangat mempengaruhi keadaan gizi masyarakat
f. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dengan meningkatkan cakupan pelayanan serta
profesionalisme petugas.
g. Melaksanakan Program Perbaikan Gizi masyarakat sesuai dengan standart program perbaikan
gizi masyarakat yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
h. Mengalokasikan anggaran secara efektif sesuai skala prioritas (wilayah dan sasaran) (Depkes,
1999).
5. Tinjauan Tentang Input, Proses dan Ouput dari Program Perbaikan Gizi Masyarakat
a. Input
1. Tenaga
Ketersediaan input untuk program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas yakni petugas gizi.
Pelatihan petugas gizi dipakai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas dan penanganan kasus gizi di Masyarakat. Pelatihan
seharusya merupakan fungsi yang terus menerus seperti pelatihan peningkatan manajemen
Program Perbaikan Gizi Masyarakat (PPGM) (Depkes, 2003).
Dalam Kepmenkes No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tanggal 21 Agustus tentang Indikator
Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota
Sehat, indikator tenaga kesehatan yang masuk dalam indikator sumber daya kesehatan adalah
untuk jenis tenaga gizi memiliki standart pensyaratan tiap 100.000 penduduk memiliki 22 tenaga
gizi yang berlatar belakang pendidikan dari gizi. Indikator diterjemahkan dalam bentuk angka
kebutuhan tenaga dengan mengalihkannya terhadap proyeksi jumlah penduduk tahun 2010 untuk
Kabupaten Kendari sebesar 256.975 jiwa (Depkes, 2003).
2. Sarana
Sarana pemeriksaan adalah sarana standar kebutuhan untuk pemeriksaan masalah gizi di
masyarakat seperti timbangan seca, microtoice, leghtboard, pita lila, pita circumference, caliper,
timbangan biasa, buku-buku pedoman khususnya yang menyangkut masalah gizi di masyarakat
maupun bahan penyuluhan Perbaikan Gizi Masyarakat. Sarana obat-obatan di simpan digudang,
obat harus tertata rapih dan telah dikelompokkan berdasarkan jenisnya, gudang obat diurus oleh
petugas yang telah ditunjuk (Depkes, 2003).
3. Dana
Sumber dana untuk pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas berasal dari
Dana Alokasi Umum (DAU) dan didistribusikan melalui Dinas Kesehatan berwujud dana
operasional. Besar dana operasional yang diberikan tidak sama menurut jumlah desa/kelurahan
yang menjadi tanggung jawab Puskesmas masing-masing (Depkes RI, 2002b).
b. Proses
1. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses analisis dan pemahaman sistem, penyusunan
konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan
yang baik (Notoatmodjo, 2007).
Perencanaan pada Puskesmas harus disesuaikan dengan analisa situasi yang ada pada program
tersebut, dan perencanaan terhadap suatu kegiatan harus dilakukan tiap tahunnya, dengan
menyusun waktu, dana, jadwal kegiatan, penanggung jawab tiap kegiatan, sasaran, dan target
kedepan yang mesti diikuti pada kegiatan nantinya (Depkes, 2003).
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan fungsi penggerak dari semua kegiatan program yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan program. Pelaksanaan untuk program perbaikan gizi masyarakat, terbagi
atas 2 ada yang ditetapkan skala nasional, ada juga untuk skala lokalnya tergantung dari provinsi
itu masing-masing. Untuk pelaksanaan secara Nasional meliputi kegiatan peningkatan
kapasitas/kemampuan sumber daya manusia tenaga gizi dan masyarakat menuju keluarga sadar
gizi, penanggulangan Kurang Energi Protein (KEP) dilaksanakan tiap bulan, penaggulangan
anemia gizi besi dilaksanakan tiap bulan, penanggulangan kurang vitamin A dilaksanakan 2 kali
dalam setahun yakni bulan Februari dan September, penanggulangan gizi lebih dilaksanakan tiap
ditemukannya kasus, peningkatan surveillance gizi, dan pemberdayaan masyarakat untuk
mencapai keluarga sadar gizi (Perpres RI, 2007).
Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat di Kota Kendari yakni meliputi peningkatan
kapasitas/kemampuan sumber daya manusia tenaga gizi untuk menuju keluarga sadar gizi
dilaksanakan tiap tahun sekali, penanggulangan Kurang Energi Kalori (KEK) dilaksanakan tiap
bulan, penanggulangan anemia gizi besi denga memberikan tablet Fe dilaksanakan tiap bulan,
pemberian Vitamin A dilaksanakan 2 kali dalam setahun yakni bulan Februari dan September dan
untuk Ibu Nifas pemberian Vitamin A dilaksanakan tiap bulan, pemantauan dan
pemeriksaan/penimbangan status gizi dilaksanakan tiap bulan di posyiandu, penaggulangan gizi
buruk, gizi lebih dan gizi kurang dilaksanakan tiap ada kasus yang ditemukan dan Pemberian
Makanan Pendamping ASI umur 6-11 bulan dilaksanakan pada bulan Maret tiap tahun (Dinkes,
2007).
Program perbaikan gizi masyarakat terhadap Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan
Kabupaten/Kota Sehat, pada saat melakukan pelaksanaan program, harus disesuaikan dengan
standart pensyaratan pelaksanaan program yang telah ditetapkan tetapi dengan menyesuaikan
keadaan atau wilayah yang akan dinilai (Depkes, 2003).
c. Output
1. Ketepatan sasaran
Sasaran utama dari program perbaikan gizi masyarakat di seluruh Puskesmas dalam mencapai
visi misi Indonesia Sehat 2010 yakni bayi, balita, ibu hamil dan ibu masa nifas serta penderita
gizi buruk, gizi kurang, dan gizi lebih. (Perpres RI, 2007).
2. Tercapainya cakupan program
Cakupan program adalah hasil pencapaian langsung dari kegiatan Program Perbaikan Gizi
Masyarakat. Sasaran akhir tahun 2010 dalam mencapai visi misi Kabupaten Sehat 2010 yakni
meningkatnya persentase ibu hamil yang mendapatkan yang mendapatkan tablet Fe mencakup
90 %, menurunnya prevalensi kurang energi kronis (KEK) ibu hamil dan ibu nifas mencakup 10
%, menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi 20 % (2005)
dan sasaran akhir untuk tahun 2010 menjadi 8 % dan prevalensi gizi buruk dari 8,1% (1999)
menjadi 5% (2005) dan sasaran akhir untuk tahun 2010 menjadi 3 %, mencegah meningkatnya
prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa setinggi-tingginya berturut-turut mencakup 3
% dan 10%, meningkatnya persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif mencakup 60 %,
Pemberian Makanan Pendamping ASI umur 6-11 bulan dilaksanakan pada bulan Maret tiap
tahun mencakup 100 %, meningkatnya persentase balita yang mendaptkan Vitamin A 2 kali
pertain mencakup 90 % dan sekali sebulan untuk ibu pada masa nifas dengan cakupan sebesar 90
%, meningkatkan konsumsi garam beryodium dari 73,2 % menjadi 80 % serta pemantauan
pertumbuha balita: balita yang naik berat badannya (80 %), Balita Bawah Garis Merah (< 15 %)
(Perpres RI, 2007).
Tiap tahunnya peningkatan cakupan Puskesmas harus meningkat dari tahun sebelumnya yakni
sebesar 10 % tiap tahunnya samapai mencapai target atau cakupan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah dalam program perbaikan gizi masyarakat menuju target Indonesia Sehat tahun 2010
(Depkes, 2003).
E. Kerangka Konseptual
Sasaran program pelaksanaan Perbaikan Gizi Masyarakat di Kota Kendari tahun 2010 belum
mencapai target yang ingin di capai. Banyak kendala yang menghambat pencapaian program
tersebut. Dilihat dari aspek Input sangat erat kaitannya dengan tenaga yakni orang yang
mengabdikan diri dan bertanggung jawab atas program, fasilitas atau alat yang digunakan untuk
menunjang Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang digunakan dan ketepatan penggunaan dana
yang telah di anggarkan. Dari aspek process erat kaitannya dengan pelaksanaan dari kegiatan
program dan juga perencanaan yang telah dibuat oleh Puskesmas terhadap Program Peraikan
Gizi Masyarakat. Sedangkan dari aspek output erat kaitannya dengan ketepatan sasaran program,
dan cakupan program atau hasil peningkatan derajat kesehatan masyarakat terhadap Program
Perbaiakan Gizi Masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka disusun kerangka konsep evaluasi pelaksanaan Program
Perbaikan Gizi Masyarakat di Kota Kendari tahun 2010 seperti yang digambarkan sebagai
berikut:

Keterangan:
Variabel yang diteliti
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

III METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada seluruh Puskesmas di Kota Kendari tahun 2010 yang berjumlah
12 Puskesmas.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun 2010.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survei, untuk mendapatkan informasi
tentang gambaran pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat dalam mencapai Visi Misi
Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari tahun 2010 (Notoatmodjo, 2002).
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga gizi pada seluruh Puskesmas di Kota Kendari
yang berjumlah 45 petugas tenaga gizi.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling yaitu semua tenaga Gizi Masyarakat
pada Wilayah Kerja Puskesmas di Kota Kendari tahun 2010.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Input
Input adalah faktor-faktor pendukung dalam mencapai keberhasilan suatu usaha atau pekerjaan
yang menyangkut berbagai pemanfaatan sumber daya atau sarana suatu program atau kegiatan,
diantaranya yaitu:
1. Tenaga yakni orang yang mengabdikan diri dan memiliki kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan di bidang pelayanan dan penanggulangan penyakit akibat malnutrisi meliputi petugas
kesehatan yang memegang program Perbaikan Gizi Masyarakat.
Kriteria penilaian didasarkan atas skala Guttman dengan jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 3
pertanyaan yang diberi skor atau bobot nilai 1 (satu) jika menjawab benar atau “Ya” dan nilai 0
(nol) jika menjawab salah atau “Tidak”. Interval kelas dihitung berdasarkan rumus menurut
Sudjana (2002) yaitu :

Kriteria obyektifnya adalah :


Baik : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria = 50 % dari total skor (2-3)
Kurang : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 50 % dari total skor (0-1)
2. Fasilitas yakni alat yang dapat digunakan untuk pelaksanaan suatu program dan dapat
menunjang kelancaran suatu program yang meliputi kendaraan operasional, dan alat-alat lainnya.
Kriteria penilaian didasarkan atas skala Guttman dengan jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 12
pertanyaan yang diberi skor atau bobot nilai 1 jika menjawab benar atau “Ya” dan nilai 0 jika
menjawab salah atau “Tidak”. Interval kelas dihitung berdasarkan rumus menurut Sudjana
(2002) yaitu :

Kriteria obyektifnya adalah :


Baik : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria = 50 % dari total skor (7-12)
Kurang : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 50 % dari total skor (0-6)
3. Dana yakni sejumlah uang yang disediakan atau dihimpun untuk sesuatu maksud meliputi
biaya yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang
bersumber dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan didistribusikan melalui Dinas Kesehatan
berwujud dana operasional.
Kriteria penilaian didasarkan atas skala Guttman dengan jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 6
pertanyaan yang diberi skor atau bobot nilai 1 (satu) jika menjawab benar atau “Ya” dan nilai 0
(nol) jika menjawab salah atau “Tidak”. Interval kelas dihitung berdasarkan rumus menurut
Sudjana (2002) yaitu :

Kriteria obyektifnya adalah :


Baik : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria = 50 % dari total skor (4-6)
Kurang : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 50 % dari total skor (0-3)

Proses
Proses adalah adanya pelaksanaan program dimana komponen yang satu saling mempengaruhi
komponen sistem ke komponen sistem yang lain, yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan
yang meliputi :
1. Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses analisis dan pemahaman sistem, penyusunan
konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan
yang baik.
Kriteria penilaian didasarkan atas skala Guttman dengan jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 3
pertanyaan yang diberi skor atau bobot nilai 1 (satu) jika menjawab benar atau “Ya” dan nilai 0
(nol) jika menjawab salah atau “Tidak”. Interval kelas dihitung berdasarkan rumus menurut
Sudjana (2002) yaitu :

Kriteria obyektifnya adalah :


Baik : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria = 50 % dari total skor (2-3)
Kurang : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria < 50 % dari total skor (0-1)
2. Pelaksanaan merupakan fungsi penggerak dari semua kegiatan program yang telah
direncanakan untuk mencapai tujuan program.
Kriteria penilaian didasarkan atas skala Guttman dengan jumlah pertanyaan yaitu sebanyak 12
pertanyaan yang diberi skor atau bobot nilai 1 (satu) jika menjawab benar atau “Ya” dan nilai 0
(nol) jika menjawab salah atau “Tidak”. Interval kelas dihitung berdasarkan rumus menurut
Sudjana (2002) yaitu :

Kriteria obyektifnya adalah :


Baik : Bila skor jawaban responden memenuhi kriteria = 50 % dari total skor (7-12)
Kurang : Bila skor jawaban memenuhi kriteria < 50 % dari total skor (0-6)
Output
Output adalah hasil atau performance program dan kegiatan pelayanan yang dihasilkan oleh
suatu program, yang meliputi :
1. Ketepatan sasaran yaitu apakah semua sasaran dalam program perbaikan gizi masyarakat
sudah dijangkau.
Kriteria Objektif :

Baik : Apabila memenuhi standart untuk “Ketepatan Sasaran”.


Bila skor akhir memenuhi standart = 50 % dari total penilaian untuk
tercapainya cakupan program kriteria penilaian hasilnya “Ya
(memenuhi standart)” antara 4-7 pertanyaan.
Kurang: Apabila memenuhi standart untuk “Ketepatan Sasaran”
Bila skor akhir memenuhi standart < 50 % dari total penilaian untuk
tercapainya cakupan program kriteria penilaian hasilnya “Ya
(memenuhi standart)” antara 0-3 pertanyaan.
2. Tercapainya cakupan program dengan melihat apakah terjadi peningkatan masyarakat yang
mengalami peningkatan derajat kesehatan khususnya mengenai gizi pada masyarakat dan juga
penurunan jumlah masyarakat yang mengalami masalah gizi.
Kriteria Objektif :

Baik : Apabila memenuhi standart untuk “Tercapainya Cakupan”.


Bila skor akhir memenuhi standart = 50 % dari total penilaian untuk tercapainya
cakupan program kriteria penilaian hasilnya “Ya (memenuhi standart)” antara 7-12
pertanyaan.
Kurang: Apabila memenuhi standart untuk “Tercapainya Cakupan”.
Bila skor akhir memenuhi standart < 50 % dari total penilaian untuk tercapainya
cakupan program kriteria penilaian hasilnya “Ya (memenuhi standart)” antara 7-12
pertanyaan.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen atau alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner dan wawancara
langsung, yang berisi daftar pertanyaan mengenai penilaian atau evaluasi pelaksanaan program
perbaikan gizi masyarakat dalam mencapai Visi Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari
tahun 2010, dimana akan ditanyakan langsung kepada responden yang dalam hal ini petugas
kesehatan gizi Puskesmas di Kota Kendari tahun 2010 berdasarkan kuesioner yang telah dibuat.
(Riduwan, 2008).
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner
serta melakukan observasi langsung dan juga melihat data administrasi pada tiap puskesmas.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari administrasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Kendari yang
ada hubungannya dengan penelitian ini.
G. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan secara manual dengan menggunakan kalkulator.
2. Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, persentase disertai dengan
penjelasan.
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Kota Kendari terdiri atas 10 Kecamatan dan 54 Kelurahan, selain keberadaan Rumah Sakit baik
milik pemerintah maupun swasta, pelayanan kesehatan di Kota Kendari juga didukung oleh 12
Puskesmas di bawah naungan Dinas Kesehatan Kota Kendari dengan rincian sebagai berikut:
1. Puskesmas Mata terletak di Kecamatan Kendari
2. Puskesma Benu-benua terletak di Kecamatan Kendari barat.
3. Puskesmas Kemaraya terletak di Kecamatan Kendari barat
4. Puskesmas Lepo-lepo terletak di Kecamatan Baruga.
5. Puskesmas Puuwatu terletak di Kecamatan Puuwatu.
6. Puskesmas Poasia terletak di Kecamata Poasia.
7. Puskesmas Abeli terletak di Kecamatan Abeli.
8. Puskesmas Labibia terletak di Kecamatan Mandonga.
9. Puskesmas Perumnas terletak di Kecamatan Kadia.
10. Puskesmas Mekar terletak di Kecamatan Wua-wua.
11. Puskesmas Mokoau terletak di Kecamatan Kambu.
12. Puskesmas Jatiraya terletak di Kecamatan Kadia

Puskesmas mempunyai kegiatan pokok yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Pemberantasan
Penyakit Menular (P2M), Kesehatan Gigi dan Mulut (Gimul), Promosi Kesehatan Masyarakat
(PKM), pelayanan rawat jalan/inap dan kefarmasian dan juga Perbaikan Gizi Masyarakat.
Jumlah tenaga gizi yang menjadi Pegawai Negri Sipil (PNS) tercatat yang menempati seluruh
Puskesmas yang ada di Kota Kendari, jumlah penduduk dan distribusi tenaga gizi pada masing-
masing Puskesmas disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Puskesmas, jumlah penduduk dan tenaga gizi di Puskesmas Kota
Kendari Tahun 2010

No Kecamatan Nama Puskesmas Jumlah Jumlah Tenaga


Penduduk Gizi
1. Kendari Puskesmas Mata22.608 jiwa5 orang

2. Kendari BaratPuskesmas Benu-benua21.724 jiwa4 orang

3. Kendari BaratPuskesmas Kemaraya24.581 Jiwa2 orang

4. Puuwatu Puskesmas Puuwatu21.919 jiwa7 orang

5. Mandonga Puskesmas Labibia10.147 jiwa4 orang

6. Baruga Puskesmas Lepo-lepo15.477 jiwa2 orang

7. Kadia Puskesmas Perumnas29.345 Jiwa3 orang

8. Wua-wua Puskesmas Mekar35.832 Jiwa2 orang

9 Poasia Puskesmas Poasia17.740 Jiwa5 orang

10 Kambu Puskesmas Mokoau12.964 Jiwa3 orang

11 Abeli Puskesmas Abeli19.214 Jiwa5 orang

12 Kadia Puskesmas Jatiraya 25.345 Jiwa 3 orang


Jumlah 12 256.975 Jiwa 45 orang
Sumber : Data Sekunder, 2010
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data di lokasi penelitian mengenai “Evaluasi
pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dalam mencapai Visi Misi Indonesia Sehat 2010
di Kota Kendari tahun 2010” yang dilaksanakan pada bulan maret tahun 2010 dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Karakteristik Responden
a. Umur
Umur adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan suatu mahluk, baik yang masih hidup
maupun yang mati, yang diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung (Philip, 2003).
Distribusi responden berdasarkan kelompok umur disajikan pada tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Puskesmas Kota Kendari Tahun
2010

No. Kelompok Umur Jumlah (n) Persentase (%)


1. 20-24 1 2,2%
2. 25-29 15 33,3%
3. 30-34 13 28,9%
4. 35-39 6 13,3%
5. 40-44 8 17,8%
6. 45-49 2 4,4%
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa tenaga gizi di Puskesmas Kota Kendari, dari 45
responden, responden yang paling banyak adalah kelompok umur 25-29 tahun yaitu 15
responden (33,3%), sedangkan yang paling sedikit adalah 20-24 tahun yakni 1 respoden (2,2%),
selanjutnya kelompok umur 30-34 tahun yakni 13 responden (28,9%), kelompok umur 45-49
tahun (4,4 %) kelompok umur 35-39 tahun yaitu 6 responden (13,3%), dan kelompok umur 40-
44 tahun yaitu 8 responden (17,8%).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi
nilai dan tingkah laku. Jenis kelamin adalah kata yang umunya digunakan untuk membedakan
seks seseorang (laki-laki dan perempuan) (Rush, 2001).
Distribusi responden berdasarkan menurut jenis kelamin disajikan pada tabel 3.
Tabel.3. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Puskesmas Kota Kendari Tahun 2010

No Jenis kelamin Jumlah (n) %


1. Laki-laki 4 8,90

2. Perempuan 41 91,10
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 45 responden, responden yang banyak adalah
perempuan yaitu 41 responden (91,10%), sedangkan jumlah tenaga gizi yang sedikit adalah laki-
laki yaitu 4 responden (8,90%).
c. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya (Rush,
2001). Distribusi responden menurut tingkat pendidikan disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Puskesmas Kota Kendari Tahun
2010

No Pendidikan Jumlah (n) %


1. D1 GIZI5 11,1

2. D3 GIZI32 71,1

3. S1 GIZI2 4,4

4. SKM 1 2,2

5. SE 1 2,2

6. STP 4 8,9
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa dari 45 responden, tingkat pendidikan responden yang
banyak adalah D3 Gizi yaitu (71,1%), sedangkan yang paling sedikit adalah SKM dan SE yaitu 1
responden (2,2%), selebihnya yaitu D1 GIZI 5 responden (11,1%), S1 GIZI 2 responden (4,4%),
dan STP 4 responden (8,9%).
d. Masa kerja Tenaga Gizi
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu instansi, kantor dan sebagainya.
Distribusi responden berdasarkan masa kerja tenaga gizi di sajikan pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Tenaga Gizi di Puskesmas Kota Kendari
Tahun 2010

No Masa kerja(thn) Jumlah (n) %


1. 1-10 31 68,9

2. 11-20 12 26,7
3. 21-30 2 4,4
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa dari 45 responden, responden dengan masa kerja 0-10
tahun sebanyak 28 responden (68,9%), masa kerja 11-20 tahun sebanyak 14 responden (26,7%)
dan masa kerja 21-30 tahun sebanyak 3 responden (4,4%).
2. Karakteristik Variabel Yang Diteliti
a. Input
Variabel input yakni faktor-faktor pendukung dalam mencapai keberhasilan suatu usaha atau
pekerjaan yang menyangkut berbagai pemanfaatan sumber daya atau sarana suatu program atau
kegiatan yang meliputi tenaga gizi untuk dapat melaksanakan tugasnya yang ditinjau oleh biaya
dimana biaya yang dimaksud adalah biaya yang bersumber dari subsidi oleh pemerintah, standar
biaya tidak menentu karena tergantung dari program yang direncanakan dan fasilitas yang
memadai berupa kendaraan khusus (roda 2) dan komputer untuk dapat melaksanakan kegiatan
gizi di masyarakat serta kecukupan Sumber Daya Manusianya atau tenaga (Azwar, 1999).
Berdasarkan variabel input yang terdiri dari ketersediaan tenaga, fasilitas dan dana dalam
program perbaikan gizi masyarakat maka dapat diketahui ketersediaan input secara keseluruhan
menunjukkan bahwa ketersediaan input untuk program perbaikan gizi masyarakat dilihat dari
aspek :
1) Tenaga
Tenaga yakni orang yang mengabdikan diri dan memiliki kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan di bidang pelayanan dan penanggulangan penyakit akibat malnutrisi meliputi petugas
kesehatan yang memegang program Perbaikan Gizi Masyarakat. Petugas penanggung jawab gizi
masyarakat kerjanya merangkap semua program atau kegiatan gizi di Puskesmas tempat mereka
bertugas. Petugas penanggung jawab gizi masyarakat tidak hanya bekerja dilapangan saja tetapi
juga bekerja diintansi puskesmas untuk siap siaga mencari dan menemukan kasus malnutrisi tiap
bulannya. Petugas gizi masyarakat harus selalu fokus terhadap masalah gizi dan perbaikan gizi
sehingga kegiatan yang dilakukan dapat lebih berjalan efektif dan efisien.
Distribusi responden berdasarkan input tenaga gizi disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Input Tenaga Gizi di Puskesmas Kota Kendari Tahun
2010

No Evaluasi Tenaga Gizi N %


1. Baik 20 44,4

2. Kurang 25 55,6
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 6, menunjukkan bahwa untuk variabel tenaga gizi yang meliputi pelatihan,
jumlah dan latar belakang pendididkan petugas gizi yakni dari 45 responden (100%), 20
responden (44,4%) yang memiliki kriteria baik dan 25 responden (55,6%) yang memiliki kriteria
kurang. Rendahnya pelayanan/perbaikan gizi kepada masyarakat disebabkan oleh beberapa
faktor salah satu diantaranya adalah kecukupan tenaga gizi untuk Puskesmas di Kota Kendari
secara keseluruhan belum memenuhi standart kesehatan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga gizi masih sangat kurang yaitu 25
responden (55,6%). Hal ini diakibatkan karena kecukupan untuk tenaga gizi di Puskesmas kota
Kendari belum memenuhi standart kesehatan yang telah ditetapkan yakni dalam Kepmenkes No.
1202/MENKES/SK/VIII/2003 tanggal 21 Agustus tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan
Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, indikator tenaga
kesehatan yang masuk dalam indikator sumber daya kesehatan adalah untuk jenis tenaga gizi
memiliki standart pensyaratan tiap 100.000 penduduk memiliki 22 tenaga gizi yang berlatar
belakang pendidikan dari gizi.
Indikator ini diterjemahkan dalam bentuk angka kebutuhan tenaga dengan mengalihkannya
terhadap proyeksi jumlah penduduk tahun 2010 untuk Kabupaten Kendari sebesar 256.975 jiwa
(Depkes, 2003). Oleh sebab itu dengan jumlah tenaga gizi masyarakat di Puskesmas kota
Kendari saat ini yakni berjumlah 45 petugas gizi maka kebutuhan akan tenaga gizi di seluruh
Puskesmas kota Kendari masih sangat kurang dengan pensyaratan tenaga puskesmas pada
kabupaten atau kota yang telah ditetapkan pada peraturan Kepmenkes No.
1202/MENKES/SK/VIII/2003 tanggal 21 Agustus tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan
Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, karena dilihat dari
besarnya jumlah penduduk tahun 2010 untuk Kabupaten Kendari sebesar 256.975 jiwa maka
kebutuhan akan tenaga gizi yang memenuhi standart untuk tahun 2010 yakni 55 petugas gizi
yang ada di Puskesmas Kota Kendari.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tenaga gizi masyarakat masih sangat kurang dan yang pernah
mengikuti pelatihan sebanyak 20 responden (44,4%) dan yang tidak pernah mengikuti pelatihan
tenaga gizi yaitu sebanyak 25 responden (55,6%) dan semua tenaga gizi yang pernah mengikuti
pelatihan rata-rata hanya 1 kali dengan alasan kurang ketersediaannya dana dari pemerintah
khususnya pengembangan atau kualifikasi untuk tenaga gizi, oleh sebab itu pelatihan terhadap
tenaga gizi umumnya untuk tiap puskesmas yang ada di kota kendari hanya dilakukan atau
diwakili oleh koordinator gizi saja yang melakukan pelatihan gizi, padahal semestinya semua
petugas gizi harus melakukan pelatihan tiap tahunnya, agar dapat lebih memahami program serta
manajemen mengenai gizi masyarakat yang baik.
Pelatihan petugas gizi dipakai salah satu metode pendidikan khusus untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petugas dan penanganan kasus gizi di Masyarakat. Pelatihan
seharusya dilakukan secara terus terus-menerus seperti misalnya pelatihan peningkatan
manajemen Program Perbaikan Gizi Masyarakat (PPGM) bagi petugas gizi agar dapat
memanajem Program Perbaikan Gizi Masyarakat dengan baik (Depkes, 2003).
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, dan sering mengikuti pelatihan maka akan tercipta
tenaga gizi yang terampil dan dapat diandalkan dalam memberikan\informasi mengenai masalah
dan pebaikan gizi di masyarakat. Pendidikan itu sendiri sangat berhubungan dengan peningkatan
pengetahuan umum dan pemahaman atas lingkungan kita secara menyeluruh. Pendidikan adalah
suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat mengerjakan suatu
tugas/jabatan, selain itu pendidikan merupakan hasil yang fantasis dari kemamapuan manusia
yang dimaksudkan untuk memberi pandangan yang lebih luas yang memungkinkan manusia
untuk dapat memperbaiki taraf hidupnya (Hasibuan, 2000).
2) Fasilitas
Segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk dapat mencapai tujuan dan sesuatu yang
merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses pelayanan kesehatan dengan semakin
lengkapnya fasilitas yang dimiliki diharapkan dapat menunjang pelayanan kesehatan tersebut
(Dainur, 2003).
Fasilitas yakni alat yang dapat digunakan untuk pelaksanaan suatu program dan dapat menunjang
kelancaran suatu program yang meliputi kendaraan operasional, dan alat-alat lainnya. Fasilitas
harus ada pada setiap Puskesmas dan harus dalam kondisi yang baik (ukurannya pasti) atau tidak
rusak, fasilitas harus ada pada setiap Puskesmas untuk membantu para petugas gizi dalam
menemukan, menanggulangi dan memperbaiki keadaan gizi di masyarakat.
Distribusi responden berdasarkan input fasilitas gizi disajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Input Fasilitas Gizi di Puskesmas Kota Kendari
Tahun 2010

No Evaluasi Fasilitas Gizi Jumlah (n) %


1. Baik 33 73,3

2. Kurang 12 26,7
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 7. menunjukkan untuk fasilitas gizi pada Puskesmas di Kota Kendari, dari 45
responden ada 33 responden (73,3%) yang setiap wilayah binaan yang dimana mereka sebagai
penanggung jawab untuk perbaikan gizi masyarakatnya menyatakan baik dan 12 responden
(26,7%) menyatakan masih kurang untuk fasilitas perbaikan gizi masyarakatnya. Baiknya
fasilitas pada program perbaikan gizi masyarakat yang ada di Puskesmas Kota Kendari untuk
tiap wilayah binaan para petugas gizi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yakni
kebutuhan untuk fasilitas perbaikan gizi masyarakat selalu diberikan secara lancar oleh Dinas
Kesehatan Kota Kendari tiap tiga bulannya.
Berdasarkan hasil penelitian berupa obeservasi langsung dengan melihat langsung fasilitas yang
ada pada tiap wilayah binaan dan juga di Puskesmas yang ada di Kota Kendari ada 33 responden
(73,3%) yang memang memiliki hampir semua fasilitas perbaikan gizi masyarakatnya dalam
kondisi yang baik (tidak rusak, tidak kadaluarsa, ukurannya pasti) dan memiliki jumlah yang
cukup pada setiap wilayah binaan mereka terkecuali caliper yang tidak dimiliki oleh seluruh
puskesmas dan MP-ASI yang 2 tahun terakhir ini belum ada masukan atau pemberian dari Dinas
Kesehatan untuk MP-ASI umur 6-11 bulan.
Bedasarkan hasil penelitian 12 responden (26,7%) memiliki fasilitas perbaikan gizi masyarakat
pada wilayah binaan mereka tetapi masih belum memenuhi standart fasilitas perbaikan gizi
masyarakat yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk tiap puskesmas dalam mencapai
indikator Kabupaten atau Kota Sehat tahun 2010, hal ini disebabkan karena fasilitas yang mereka
punya itu sudah diberikan sangat lama oleh Dinas Kesehatan, maka untuk sekarang ini fasilitas
gizi tersebut tidak layak untuk digunakan lagi karena alatnya rata-rata sudah rusak dan tidak
layak pakai lagi, jadi sebagai gantinya biasanya mereka meminjam alat atau fasilitas di
Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan gizi tiap bulannya.
Fasilitas gizi adalah fasilitas standar kebutuhan untuk pemeriksaan masalah gizi di masyarakat
seperti timbangan seca, microtoice, leghtboard, pita lila, pita circumference, caliper, timbangan
biasa (lacin), buku-buku pedoman khususnya yang menyangkut masalah gizi di masyarakat
maupun bahan penyuluhan Perbaikan Gizi Masyarakat untuk kasus gizi lebih dan juga
masyarakat umum, Pembeian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak balita yang kekurangan
gizi serta Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk anak bayi umur 6-11 bulan. Sarana obat-
obatan di simpan ditempat yang aman, obat harus tertata rapih seperti tablet Fe untuk ibu hamil
dan juga tablet Vitamin A untuk anak balita dan ibu pada masa nifasnya dan telah dikelompokkan
berdasarkan jenisnya, gudang obat diurus oleh petugas yang telah ditunjuk (Depkes, 2003).
Oleh sebab itu, dengan fasilitas gizi yang ada di Puskesmas Kota Kendari sudah baik dan hampir
semua wilayah binaan pada Puskesmas Kota Kendari telah memenuhi standart fasilitas gizi
masyarakat tetapi masih ada yang perlu ditambahkan fasilitasnya seperti misalnya caliper untuk
mengukur lemak seseorang, di Puskesmas Kota Kendari, fasilitas berupa caliper itu sama sekali
tidak ada, pada hal untuk fasilitas caliper ini masuk dalam standart fasilitas yang harus dimiliki
oleh setiap puskesmas untuk mencapai Indikator Kabupaten/Kota Sehat dan juga MP-ASI yang
sekarang ini belum juga diberikan oleh Dinas Kesehatan untuk tiap Puskesmas yang ada di Kota
Kendari tahun 2010.
3) Dana
Dana yakni sejumlah uang yang disediakan atau dihimpun untuk sesuatu maksud meliputi biaya
yang dibutuhkan dalam proses pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat merupakan
Dana Alokasi Umum (DAU) yang bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah) dan didistribusikan melalui Dinas Kesehatan berwujud dana operasional.
Besar dana operasional yang diberikan tidak sama menurut jumlah desa/kelurahan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas masing-masing. Penggunaan dana untuk kegiatan program perbaikan
gizi masyarakat ditingkat Puskesmas dialokasikan untuk kegiatan dalam gedung seperti
pengadaan formulir, biaya perjalanan petugas dan pemberian sarana yang tidak mahal harganya
(Depkes RI, 2002b).
Semakin besar dana yang dikeluarkan untuk memperbaiki sebuah program, maka hasilnya pun
akan semakin efektif, apabila dana yang diberikan digunakan seefisien mungkin, dan semakin
kecilnya dana yang digunakan untuk sebuah program, maka program hanya akan berjalan
lambat, dan hasilnya pun tidak akan efektif (Aziah, 2007)
Program-program kesehatan yang menjadi prioritas mendapat pembiayaan adalah program-
program yang mempunyai dampak langsung di masyarakat seperti penyakit-penyakit yang dapat
menimbulkan kematian yang cepat serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa di masyarakat
seperti misalnya masalah gizi masyarakat (Depkes RI, 2002b).
Distribusi responden berdasarkan input fasilitas gizi disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Input Dana Gizi di Puskesmas Kota Kendari Tahun
2010

No Evaluasi Dana Gizi Jumlah (n) %


1. Kurang 45 100
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Berdasarkan Tabel 8. menunjukkan untuk dana program perbaikan gizi masyarakat pada
Puskesmas di Kota Kendari, dari 45 responden (100%), semua responden menyatakan
kurang/kekurangan dana untuk program perbaikan gizi masyarakat. Kurangnya dana yang
dimiliki oleh tiap Puskesmas di Kota Kendari, hal ini dapat menyebabkan berbagai dampak
negatif bagi program perbaikan gizi masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian untuk dana seperti pembuatan dan pengiriman laporan gizi
masyarakat yang dilakukan tiap bulannya, dana transportasi, pemberian intensif atau honor
terhadap petugas gizi untuk memotivasi dan memudahkan petugas gizi dalam memperbaiki
masalah gizi dimasyarakat, sarana perbaikan gizi berupa komputer dan buku-buku pedoman bagi
petugas gizi, yang oleh responden yang dianggap dananya masih sangat kurang, seperti dana
transportasi, menurut beberapa petugas gizi, untuk dana yang diberikan masih sangat kurang,
apalagi para petugas gizi yang memiliki wilayah binaan yang jauh dari Puskesmas tempat
mereka bertugas, tentu saja dalam pengawasan, pencarian, perbaikan serta penanggulangan
masalah gizi membutuhkan dana yang lebih dari apa yang mereka dapatkan sekarang ini, serta
intensif atau honor bagi para petugas gizi, hampir rata-rata setiap petugas gizi tidak pernah
menerima intensif atau honor lain selain dari gaji mereka tiap bulannya.
Oleh sebab itu, dengan dana yang minim atau kurang tersebut, para responden tetap melakukan
tugasnya sesuai tanggung jawab mereka, walaupun terkadang mereka juga harus mengeluarkan
dana dari kantong mereka sendiri untuk mengawasi dan memperbaiki masalah gizi masyarakat
pada wilayah binaan mereka.
b. Proses
Proses adalah adanya pelaksanaan program dimana komponen yang satu saling mempengaruhi
komponen sistem ke komponen sistem yang lain, yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan
(Notoatmodjo, 2007) yang meliputi :
1) Perencanaan
Perencanaan adalah sebagai suatu proses penganalisaan da pemahaman tentang suatu sistem,
perumusan tujuan umum dan tujuan khusus, perkiraan segala kemampuan yang dimiliki,
penguaian segala kemungkinan rencana kerja yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan
umum serta khusus tersebut, menganalisa efektifitas dan berbagai alternatif rencana dan memilih
diantaranya yang dipandang baik serta menyusun, melaksanakan dan mengikutinya dalam suatu
system pengawasan yang terus menerus sehingga tercapai hubungan yang optimal antara rencana
tersebut dengan sistem yang ada.
Perencanaan sangat dibutuhkan oleh para petugas gizi untuk menjalankan tugas dan fungsi
mereka, karena dalam perencanaan gizi, dari sini dapat dilihat kegiatan mereka serta
pemanfaatan seluruh ilmu pengetahuan yang modern serta pengalaman yang dimiliki,
sedemikian rupa sehingga terpenuhi kebutuhan kesehata masyarakat berdasarkan sumber-sumber
yang tersedia, perencaan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu proses yang terdiri dari
langkah-langkah yang berkesinambungan, artinya sesuatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum
langkah yang mendahuluinya terlaksana.
Distribusi responden berdasarkan proses perencanaan program perbaikan gizi disajikan pada
tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Responden Berdasarkan Proses Perencanaan Gizi di Puskesmas Kota Kendari
Tahun 2010

No Evaluasi Perencanaan Gizi N %


1. Baik 45 100
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 45 responden yang terdapat di Puskesmas Kota Kendari dan
dengan melihat langsung perencanaan yang ada pada tiap puskesmas, semua responden 45
(100%) menyatakan perencanaan yang ada pada puskesmas mereka masing-masing sudah sangat
sangat baik.
Selanjutnya dari 45 responden yang menganggap bahwa perencanaan akan program perbaikan
gizi itu baik, yakni berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa para petugas gizi sebelum
mereka melaksanakan sebuah tugas dan kewajiban mereka, para petugas gizi yang dipimpin oleh
koordinator gizi pada masing-masing Puskesmas yang diketahui oleh Kepala Puskesmas, pada
awal bulan Januari, para petugas gizi melakukan rapat untuk membuat sebuah perencanaan
sesuai dengan kebutuhan atau sumber daya yang ada berupa fasilitas seperti obat-obatan yakni
Tablet Fe dan Vitamin A serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT), Makanan Pendamping-
ASI (MP-ASI), jadwal tugas, target untuk tahun demi tahun dan lain-lain sebagainya yang
nantinya akan dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota Kendari pada awal tahun.
Sebagai umpan balik dari Dinas Kesehatan Kota Kendari dengan memberikan kebutuhan atau
sumber daya yang dibutuhkan oleh Puskesmas sesuai dengan kebutuhan yang tertera pada
laporan perencanaan tiap puskesmas baik dalam bentuk barang ataupun dana kepada Puskesmas.
Para petugas gizi membuat perencanaan akan kebutuhan gizi dimasyarakat dengan selalu
memprioritaskan masalah yang lebih penting dahulu yang meyebabkan masalah dimasyarakat,
hanya saja seluruh responden 45 (100%) agak kecewa dengan kinerja yang telah dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Kota Kendari, karena menurut mereka, perencanaan yang telah mereka buat
yang sesuai kebutuhan atau sumber daya, terkadang fasilitas atau dana yang dikirim ke
Puskesmas tidak sesuai dengan permintaan yang petugas gizi telah buat diperencanaannya,
terkadang kurang dari perencanaan atau kurang dari permintaan Puskesmas.
Oleh sebab itu, para petugas gizi ,mesti membuat perencaan kembali secara intern, untuk dapat
mengoptimalkan dan memanfaatkan dana dengan fasilitas yang kurang tersebut dimaksudkan
agar masyarakat dapat memdapatkan pelayanan akan gizi yang lebih baik.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan fungsi penggerak dari semua kegiatan program yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan program. Pelaksanaan untuk Program Perbaikan Gizi Masyarakat
dilakukan para petugas gizi yang ada pada wilayah kerja atau Puskesmas masing-masing.
Distribusi responden berdasarkan proses pelaksanaan program disajikan di Puskesmas Kota
Kendari pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Responden Berdasarkan Proses Pelaksanaan Program di Puskesmas Kota
Kendari Tahun 2010

No. Evaluasi Proses PelaksanaanJumlah (n) %


Program
1. Baik 45 100
Total 45 100
Sumber: Data Primer, 2010
Tabel 10, menunjukkan bahwa yang melakukan proses terhadap pelaksanaan program perbaikan
gizi masyarakat di Puskesmas yakni petugas gizi, dari 45 responden (100%), semua responden
atau petugas gizi telah melakukan pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dengan baik
serta laporan akan gizi dilaporkan kepada Dinas Kesehatan tiap bulannya.
Berdasarkan standart yang telah ditetapkan oleh pemerintah kegiatan gizi meliputi penyuluhan
akan gizi kepada masyarakat; penyebaran poster-poster, leaflet, dan brosur pada posyandu yang
terdapat pada wilayah kerja masing-masing; pemantauan dan penimbangan IMT yang dilakukan
tiap bulannya; pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI); melaksanakan penanggulangan
terhadap gizi lebih berupa penyuluhan kepada penderita; penanggulangan terhadap gizi kurang
dan gizi buruk berupa pemberian makanan tambahan; melaksanakan penanggulangan dan
pemantauan terhadap Kurang Energi Kalori (KEK) terhadap Bumil dan Bufas tiap bulannya;
melaksaakan pemberian tablet Fe tiap bulannya pada Bumil; melaksanakan pemberian Vitamin A
kepada ibu pada masa nifas untuk tiap bulannya dan juga kepada bayi dan anak balita yang
dilaksanakan tiap 2 kali dalam setahun yakni bulan Februari dan Agustus dan pembuatan laporan
tiap bulannya.
Berdasarkan hasil penelitian dari 12 kegiatan pada Program Perbaikan Gizi Masyarakat yang
dilaksanakan oleh responden semuanya telah dilakukan dengan baik, hanya saja ada beberapa
kegiatan yang sebelum-sebelumnya dilakukan tetapi untuk tiga tahun terakhir ini tidak dilakukan
lagi seperti misalnya pemberian Makanan Pendamping-ASI (MP-ASI), karena Dinas Kesehatan
Kota Kendari tidak mendistribusikan lagi MP-ASI ke Puskesmas yang ada di Kota Kendari.
Kemudian dari kegiatan tersebut, ada beberapa kegiatan lagi yang tidak dilakukan oleh
responden di Puskesmas Kota Kendari, seperti pelaksanaan penyuluhan akan gizi kecuali ada
kasus gizi lebih saja dan juga melakukan penyebaran atau pemberian poster-poster, leaflet,
brosur pada posyandu yang terdapat pada wilayah kerja masing-masing mengenai kegiatan
program perbaikan gizi masyarakat, hal ini disebabkan karena menurut responden, tugas
penyuluan tersebut dilakukan oleh bagian Promosi Kesehatan yang ada di Puskesmas, jadi
petugas gizi hanya melaksanakan tugas pada pelayanan gizi saja.
Walaupun tugas penyuluhan gizi tersebut dilakukan oleh petugas di bagian promosi kesehatan,
petugas gizi juga mesti dilibatatkan dalam melakukan penyuluhan dan pembuatan materi akan
gizi karena melihat dari professional latar belakang pendidikan, petugas gizi jelas mengetahui
lebih banyak akan kegiatan dan juga permasalahan program perbaikan gizi di masyarakat dan
juga untuk kegiatan penyebaran poster, leaflet dan brosur para petugas gizi tidak melakukan lagi
hal ini disebabkan karena kekurangan dana akan kegiatan tersebut.
c. Output
Variabel output merupakan hasil langsung dari suatu program. Variabel output meliputi ketepatan
sasaran yakni apakah semua sasaran dari program perbaikan gizi masyarakat sudah tercapai atau
tidak dan juga tercapainya cakupan program dengan melihat apakah terjadi peningkatan
masyarakat yang mengalami peningkatan derajat kesehatan khususnya mengenai gizi pada
masyarakat dan juga penurunan jumlah masyarakat yang mengalami masalah gizi, dapat dilihat
dari hasil pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat dari aspek :
1. Ketepatan Sasaran
Sasaran utama dari program perbaikan gizi masyarakat di seluruh Puskesmas terdapat dalam
Peraturan Presiden No. 19 tahun 2007 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007-2010
terhadap Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan
Kabupaten/Kota Sehat yakni bayi, balita, ibu hamil dan ibu masa nifas serta penderita gizi buruk,
gizi kurang, dan gizi lebih (Perpres RI, 2007).
Distribusi data puskesmas berdasarkan output ketepatan sasaran disajikan pada tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Data Puskesmas Berdasarkan Output Ketepatan Sasaran di Puskesmas Kota
Kendari Tahun 2010

No. Evaluasi Output Ketepatan Sasaran Jumlah (n) %


1. Baik 12 100
Total 12 100
Sumber: Data Sekunder, 2009
Tabel 11 menyatakan bahwa, semua sasaran yang terdapat dalam pogram perbaikan gizi pada
puskesmas yang ada di Kota Kendari sudah sangat tepat sasaran yakni dari 12 puskesmas (100%)
yang ada semuanya sudah tepat sasaran dalam pelaksanaan kegiatan program perbaikan gizi
masyarakatnya.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan melihat data yang ada di Puskesmas, ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe; ibu pada nifas dilakukan pemberian Vitamin A dan dilakukan
pemantauan dan pengukuran KEK; anak bayi (0-11 bulan) dilakukan pemberian makanan
pendamping ASI dan dilakukan penanggulangan terhadap masalah gizi; anak balita usia
dilakukan pemberian Vitamin A dalam 2 kali setahun yakni pada bulan Februari dan Agustus,
pemantauan pertumbuhan balita dan juga dilakukan penanggulangan terhadap masalah gizi;
penderita gizi buruk, gizi lebih dan gizi kurang.
Berdasarkan hasil penelitian semua sasaran sudah dijangkau, karena menurut responden, sasaran
dengan fasilitas yang ada berupa suplemen seperti Vitamin A, tablet Fe dan juga fasilitas lain
untuk pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat sudah pasti dan sudah tentu akan
diberikan pada sasaran yang tepat, untuk kegiatan penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang
terhadap kasus yang terdapat pada wilayah kerja puskesmas di Kota Kendari, apabila terdapat
kasus, yang menjadi sasaran terhadap kegiatan program gizi, harus diberikan bantuan makanan
tambahan agar produktifitas pada anak tersebut kembali lagi.
Menurut salah satu responden yang ada pada puskesmas di Kota Kendari yakni pernah suatu
waktu untuk pemberian makanan tambahan, berupa makanan tambahan yang didistribusikan
langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Kendari, tidak tepat sasaran karena kasus yang didapat
untuk yang menderita terhadap masalah gizi yakni pada usia balita, hanya saja Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) yang datang tidak sesuai dengan umur si penderita, jadi terkadang
PMT hanya disimpan begitu saja, dan tidak digunakan sama sekali, dan untuk menanggulanginya
pihak puskesmas melakukan pemberian makanan bukan secara produk tetapi para petugas gizi
membuat makanan jadi berupa bubur kacang ijo untuk anak balita di posyandu dan pemberian
kacang ijo yang akan diberikan kepada anak balita yang menderita kasus gizi buruk dan gizi
kurang.
2. Cakupan Program
Tercapainya cakupan program dengan melihat apakah terjadi peningkatan masyarakat yang
mengalami peningkatan derajat kesehatan khususnya mengenai gizi pada masyarakat dan juga
penurunan jumlah masyarakat yang mengalami masalah gizi. Cakupan program adalah hasil
langsung dari kegiatan program perbaikan gizi masyarakat. Hasil penelitian menunjukan
cakupan program perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas Kota Kendari belum tercapai. Hal ini
terlihat dari capaian kegiatan dalam program perbaikan gizi masyarakat dan juga target nasional
belum tercapai.
Untuk mencapai cakupan program tersebut perlu adanya peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia, penyediaan sarana dan prasarana gizi, dana yang cukup, perencanaan dan pelaksanaan
yang baik serta sosialisasi ke masyarakat terhadap sasaran pada Program Perbaikan Gizi
Masyarakat untuk tiap Puskesmas di Kota Kendari.
Distribusi data puskesmas berdasarkan output cakupan program disajikan pada tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Data Puskesmas Berdasarkan Output Cakupan Program di Puskesmas Kota
Kendari Tahun 2010

No. Evaluasi Output CakupanJumlah (n) %


Program
1. Baik 5 41,7

2. Kurang 7 58,3
Total 12 100
Sumber: Data Sekunder, 2009
Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 12 puskesmas di Kota Kendari ada 5 Puskesmas (41,7%)
yang memiliki cakupan program yang baik, dan 7 Puskesmas (58,3%) yang memiliki cakupan
program kurang. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh petugas gizi dalam rangka
memperbaiki gizi masyarakat pada wilayah kerja puskesmas masing-masing, dari kegiatan
tersebut sudah ditetapkan sasaran dan target tiap tahunnya dan target nasional dalam pencapaian
visi dan misi Indonesia Sehat 2010 khususnya untuk program perbaikan gizi masyarakat.
Sasaran akhir tahun 2010 dalam mencapai visi misi Kabupaten Sehat 2010 yakni meningkatnya
persentase ibu hamil yang mendapatkan yang mendapatkan tablet Fe mencakup 90 %,
menurunnya prevalensi kurang energi kronis (KEK) ibu hamil dan ibu nifas mencakup 10 %,
menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita dari 26,4 % (1999) menjadi 20 % (2005)
dan sasaran akhir untuk tahun 2010 menjadi 8 % dan prevalensi gizi buruk dari 8,1% (1999)
menjadi 5% (2005) dan sasaran akhir untuk tahun 2010 menjadi 3 %, mencegah meningkatnya
prevalensi gizi lebih pada anak balita dan dewasa setinggi-tingginya berturut-turut mencakup 3
% dan 10%, meningkatnya persentase bayi yang mendapatkan ASI Ekslusif mencakup 60 %,
Pemberian Makanan Pendamping ASI umur 6-11 bulan dilaksanakan pada bulan Maret tiap
tahun mencakup 100 %, meningkatnya persentase balita yang mendaptkan Vitamin A 2 kali
pertain mencakup 90 % dan sekali sebulan untuk ibu pada masa nifas dengan cakupan sebesar 90
%, meningkatkan konsumsi garam beryodium dari 73,2 % menjadi 80 % serta pemantauan
pertumbuha balita: balita yang naik berat badannya (80 %), Balita Bawah Garis Merah (< 15 %)
(Perpres RI, 2007).
Tiap tahunnya peningkatan cakupan Puskesmas harus meningkat dari tahun sebelumnya yakni
sebesar 10 % tiap tahunnya samapai mencapai target atau cakupan yang telah ditetapkan oleh
Pemerintah dalam program perbaikan gizi masyarakat menuju target Indonesia Sehat tahun 2010
(Depkes, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian dari 12 kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas di Kota Kendari
dengan target atau cakupan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, ada 5 puskesmas yang masuk
dalam kategori baik (41,7%), tetapi masih ada juga kegiatan yang belum memenuhi standart atau
target tehadap cakupan program kegiatan.
Sebagai contoh, kegiatan pemberian Vitamin A kepada balita 2 kali setahun dan ibu pada masa
nifasnya diberikan sebulan sekali, pemberian tablet Fe, pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) hanya saja untuk semua puskesmas di Kota Kendari cakupan programmnya masih
kurang dan masih jauh dari target nasional dalam pencapaian visi Indonesia Sehat tahun 2010
dan juga untuk kegiatan kepemilikan kartu terhadap yang menjadi sasaran program perbaikan
gizi masyarakat unuk tergetnya akhir untuk tahun 2010 ini yakni yang memiliki kartu mesti
mencapai 95 %, hanya saja sebagian puskesmas saja yang bisa mencapai target tersebut dan juga
cakupan sasaran pada program perbaikan gizi masyarakat yang datang untuk memeriksakan
kesehatannya di Puskesmas Kota Kendari, semua puskesmas tidak memenuhi target akhir atau
target nasional yang telah ditetapkan yakni 95% dari sasaran harus memiliki kesadaran untuk
memeriksakan kesehatan di Puskesmas.

V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini tentang evaluasi pelaksanaan program perbaikan gizi masyarakat
di Puskesmas Kota Kendari tahun 2010 dapat disimpulkan bahwa:
1. Pelaksanaan evaluasi program perbaikan gizi masyarakat dalam upaya perbaikan gizi
masyarakat dinilai dari aspek input yang meliputi tenaga, biaya atau dana dan fasilitas di
Puskesmas Kota Kendari Tahun 2010 dikategorikan masih kurang untuk program perbaikan gizi
masyarakatnya..
2. Pelaksanaan evaluasi program perbaikan gizi masyarakat dalam upaya perbaikan gizi
masyarakat dinilai dari aspek proses yang meliputi perencanan dan pelaksanaan di Puskesmas
Kota Kendari Tahun 2010 dikategorikan baik untuk program perbaikan gizi masyarakatnya.
3. Pelaksanaan evaluasi program perbaikan gizi masyarakat dalam upaya perbaikan gizi
masyarakat dinilai dari aspek output yang meliputi ketepatan sasaran dan cakupan program di
Puskesmas Kota Kendari Tahun 2010 dikategorikan masih kurang untuk program perbaikan gizi
masyarakatnya.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakuakan maka disarankan hal-hal sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah Kota Kendari agar anggaran alokasi dana untuk Program Perbaikan Gizi
Masyarakat di berikan sesuai kebutuhan masing-masing puskesmas dan pemberian dana ini
diharapkan tidak tertunda lagi agar pelaksanaan pelaksanaan Program Perbaikan Gizi
Masyarakat dapat berjalan dengan baik.
2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota agar dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) tenaga gizi melalui pelatihan-pelatihan.
3. Bagi Pemerintah Provinsi sebaiknya jumlah untuk tenaga gizi khususnya Kota Kendari masih
sangat kurang oleh sebab itu kecukupan untuk tenaga gizi perlu diperhatikan lagi.
4. Bagi Puskesmas diharapkan kiranya dalam kegiatan pelaksanaan program perbikan gizi
masyarakat lebih diaktifkan koordinasi dan kerjasama lintas program di Puskesmas untuk
mengurangi terjadinya kasus atau masalah gizi di Masyarakat.
5. Agar Puskesmas Kota Kendari lebih meningkatkan keluarannya atau 0utput yang meliputi
ketepatan sasaran dan juga cakupan program agar pelaksanaan program perbaikan gizi
masyarakat dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Achmad Djaeni, 2000, Ilmu Gizi (Untuk Mahasiswa dan Profesi), Dian Rakyat, Jakarta.
Antina Nevi, 2009, Evaluasi Program, http://www. Google.com, diakses tanggal 18 Desember
2009.
Athur Hilman, 2001, Community Organization and Planning, The Mac Millan Company, New
York.
Azwar A., 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta.
Depkes, 1992, Mutu Pelayanan Kesehatan Puskesmas, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
______, 1999a, Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
______, 1999b, Status Gizi dan Imunisasi Ibu dan Anak di Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
______, 2002, Pengembangan Puskesmas Era Globalisasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pelayanan dan Teknologi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
______, 2004, Indonesia Sehat 2010, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Dinkes, 2007, Kabupaten/Kota Sehat 2010, Dinas Kesehatan Kota Kendari, Kendari.
Farida, Y.,T, 2000, Model Evaluasi, Agkasa, Bandung.
Khomsam, A, 2004, Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup, PT. Gramedia, Jakarta.
Mac Kenzie, James, 2007, Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar, EGC, Jakarta.
Mc Mahon, R., 1999, Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer, EGC, Jakarta.
Mubarak, dkk., 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan Aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.
Muninjaya, A.A.Gde., 2004, Manajemen Kesehatan, EGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
__________, 2003, Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
__________, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta.
Peraturan Presiden RI. No. 19, 2007, Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2007-2010, CV Eka
Jaya, Jakarta.
Rita, S., 1990, Teknik Evaluasi, Angkasa, Bandung.
Soegianto, Benny, 2007, Kebijakan Dasar Puskesmas (Kepmenkes No. 128 Tahun 2004),
http://www. Google.com, diakses tanggal 19 Oktober 2009.
Soekarwati, 1995, Monitoring dan Evaluasi Proyek Pemikon, Pustaka Jaya, Jakarta.
Syahbudin S, 2001, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, Kumpulan Naskah, Pemayun,
UNDIP Semarang.
Yudi Iswanto, 2008, Visi Indonesia Sehat 2010, http://www. Google.com, diakses tanggal 18
Desember 2009.

Lampiran 1.1 Kuesioner


Evaluasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Dalam Mencapai Visi Misi
Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari Tahun 2010
I. Identitas

1. Nama Responden :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Tingkat Pendidikan :
5. Tempat Tugas :
6. Lama Bertugas :
7. Wilayah Binaan :
II. Daftar Pertanyaan
Input
A. Tenaga
1. Apakah ada yang bertanggung jawab mengenai gizi di Puskesmas ini?
a. ya b. Tidak
Jumlah Tenaga Gizi:

1. Ibu/Bapak pernah mengikuti pelatihan khusus mengenai Program Perbaikan Gizi


Masyarakat ?
a. ya (Lihat sertifikat ada/tidak) b. Tidak
Berapa kali:
3. Apakah latar belakang pendidikan anda dari gizi ?
a. Ya b. Tidak
B. Fasilitas

No Terdapatnya Fasilitas Perbaikan GiziYa Tidak (tidak


Masyarakat ada)
(ada)
1. Timbangan seca
2. Microtoice
3. Lenghtboard
4. Pita Lila
5. Pita Circumference
6. Caliper
7. Timbangan biasa
8. Buku-buku Pedoman
9. Tablet Fe
10. Vitamin A
11. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
12. Makanan Pendamping-ASI (MP-ASI)
Ket : Apabila jawabannya ya (lakukan observasi langsung)
C. Dana
Apakah ada tersedia dana untuk operasional program, seperti :
1. Fasilitas Perbaikan Gizi Masyarakat?
a. Ya b. Tidak
2. Pembuatan/pengiriman Laporan?
a. Ya b. Tidak
3. Transportasi ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah dana mencukupi?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah penerimaan dana yang diberikan lancar?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah ada intensif/honor tenaga gizi?
a. Ya b. Tidak
Proses
A. Perencanaan
1. Apakah kegiatan pelaksanaan program Perbaikan Gizi Masyarakat merupakan perencanaan
kegiatan tahunan?
a. Ya b. Tidak
1. Apakah dalam pelaksanaan program Perbaikan Gizi Masyarakat dilakukan penyusunan
jadwal kegiatan?
a. Ya b. Tidak
1. Apakah semua fasilitas dan kebutuhan di Puskesmas yang ada sekarang ini, sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat ?
a. Ya b. Tidak
B. Pelaksanaan
1. Apakah ada kegiatann penyuluhan akan gizi masyarakat di wilayah kerja puskesmas untuk
program Perbaikan Gizi Masyarakat?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah ada penyebaran poster-poster, leaflet, dan brosur di wilayah kerja puskesmas untuk
program Perbaikan Gizi Masyarakat?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah pemeriksaan indeks massa tubuh telah dilakukan sebulan sekali?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah Bapak/Ibu di Puskesmas ini melakukan Kegiatan Makanan Pendamping ASI untuk
anak 6-11 bulan pada bulan Maret ini?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah Bapak/Ibu pada Puskesmas ini melaksanakan penanggulangan terhadap gizi lebih tiap
ada kasus yang didapatkan?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah Bapak/Ibu pada Puskesmas ini melaksanakan penanggulangan terhadap gizi kurang
tiap ada kasus yang didapatkan?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah Bapak/Ibu pada Puskesmas ini melaksanakan penanggulangan terhadap gizi buruk
tiap ada kasus yang didapatkan?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan penanggulangan dan pemantauan terhadap Kurang Energi
Kalori (KEK) untuk ibu hamil dan ibu pada masa nifas tiap bulannya?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan pemberian trablet Fe tiap bulannya pada ibu hamil?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah untuk pelaksanaan pemberian Vitamin A kepada Ibu pada masa Nifas dilaksanakan
tiap bulannya ?
a. Ya b. Tidak
11. Apakah untuk pelaksanaan pemberian Vitamin A kepada bayi dan anak balita dilaksanakan
tiap 2 bulan sekali yakni bulan februari dan september?
a. Ya b. Tidak
12. Apakah pelaporan telah dilaksanakan setiap bulan?
a. Ya b. Tidak
Output
A. Ketetapan sasaran
Dengan Melihat Data Administrasi Kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas
Kota Kendari Tahun 2010.

No. Sasaran Kegiatan Ya Tidak


1. Ibu Hamil mendapatkan 90 tablet Fe dan dilakukan pengukuran
KEK
2. Ibu pada masa nifas dilakukan pemberian Vitamin A dosis tinggi
dan dilakukan pengukuran KEK
3. Anak Bayi (0-11 bulan) dilakukan pemberian makanan
pendamping ASI dan dilakukan penanggulangan terhadap masalah
gizi
4. Anak Balita (1-5 tahun) dilakukan pemberian Vitamin A dosis
tinggi 2 kali setahun, pemantauan pertumbuhan balita, dan
dilakukan penanggulangan terhadap masalah gizi
5. Penderita Gizi Lebih
6. Penderita Gizi Kurang
7. Penderita Gizi Buruk
B. Tercapainya Cakupan Program
Dengan Melihat Data Administrasi Kegiatan Program Perbaikan Gizi Masyarakat di Puskesmas
Kota Kendari Tahun 2010.

No. Tercapainya Cakupan KegiatanStandart Persyaratan


Program Perbaikan Gizi Masyarakat Keberhasilan
Ya Tidak
(Perpres, 2007)

Target Tahun 2010


1. Cakupan Ibu Hamil mendapatkan 9090 %
tablet Fe
2. Cakupan Balita mendapatkan kapsul90 %
vitamin A 2 kali pertahun
3. Cakupan pemberian makanan100 %
pendamping ASI umur 6-11 bulan
4. Cakupan penanggulangan Gizi Buruk 95 %
5. Cakupan penanggulangan Gizi Kurang 95 %
6. Cakupan penanggulangan Gizi Lebih 95 %
7. Cakupan Balita yang naik berat80 %
badannya
8. Cakupan Balita Bawah Garis Merah < 15 %
9. Cakupan Vitamin A dilaksanakan tiap90 %
bulan untuk ibu pada masa nifas
10. Cakupan Kekurangan Energi Kalori ibu10 %
hamil dan ibu nifas (KEK)
11. Cakupan sasaran yang datang95 %
memeriksakan kesehatannya
12. Cakupan bayi dan balita yang memiliki95 %
kartu
Keterangan :
Ya (Memenuhi Standart)
Tidak (Tidak Memenuhi Standart)
Diposkan oleh Tizoon franco di 12.33.00

Anda mungkin juga menyukai