BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan
membran sel darah merah.Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis
karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut.
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Dalam proses
faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis Rhesus
yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
1
IMUNOSEROLOGI
ABO dengan menambahkan “+” bagi pemilik faktor rhesus atau “-“ bagi
yang tidak memiliki faktor rhesus dalam darahnya, sehingga kita mengenal
golongan darah A+ atau A-, B+ atau B-, AB+ atau AB-, dan O+ atau O-.
(Rh+) dalam darahnya, sementara 15% nya tidak memiliki faktor rhesus
B. Tujuan
2
IMUNOSEROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ahli Patologi Amerika kelahiran Austria yang bernama Karl Landsteiner, pada
tahun 1900an. Antigen utama dalam sistem ABO ini disebut dengan antigen A dan
antigen B dan antibodi utama adalah anti - A dan anti - B. Gen yang menentukan
ada tidaknya aktivitas A atau B terdapat pada kromosom nomor 9. Pada Orang
normal yang berumur di atas 6 bulan selalu mempunyai antibodi yang dapat
Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO ini dapat dibagi menjadi empat
3
IMUNOSEROLOGI
Meskipun anti - A dan anti - B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan
erytrosit yang relevan serta adanya rangsangan untuk pembentukan anti - A dan
golongan darah A hanya membentuk anti-B dan mereka dengan golongan darah B
O mempunyai baik anti-A maupun anti-B didalamnya, dan yang golongan darah
ABO
satunya cara erytrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk dalam sirkulasi
adalah melalui transfusi darh yang salah, kecuali pada beberapa kasus dimana
4
IMUNOSEROLOGI
erytrosit janin masuk kedalam sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau pada saat
melahirkan.
dalam identifikasi penderita atau kesalahan sampel darah penderita, donor dan
jenis aglutinin yang terdapat dalam serum (Reverse Grouping dan Serum
5
IMUNOSEROLOGI
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Alat : Bahan :
Mikroskop 1. aquades
5. Lugol
6. Alkohol 96%
7. Safranin 0,25%
B. Cara Kerja
6
IMUNOSEROLOGI
BAB II
7
IMUNOSEROLOGI
TINJAU PUSTAKA
Ciri-ciri yang dapat diamati (secara kolektif) suatu organisme dikenal oleh
eniti (wujud), mujarad (abstrak) yang disebut gen. pada organism diploid, setiap
sifat fenotipik dikendalikan oleh setidak-tidaknya satu pasang gen; jika anggota
pasang tadi berlainan dalam efeknya yang tepat terhadap fenotipnya maka disebut
alelik. Alel adalah bentuk alternatif suatu gen tunggal, seperti misalnya gen yang
mengendalikan warna biji pada ercis. Suatu organisme dengan sepasang alel yang
identik untuk sifat tertentu dikatakan bersifat homozigotik terhadap alelnya; satu
dapat dinyatakan dengan meniadakan yang lainnya (dominansi), atau kedua alel
Jumlah gen didalam suatu sel jauh lenih banyak daripada jumlah
gen. Gen-gen yang berada pada kromosom yang sama cenderung diwarisi
satu unit. Gen-gen tersebut dikatakan sebagai gen terpaut. Gen-gen terpaut tidak
yang sama dan cenderung bergerak bersama-sama selama meiosis dan fertilisasi
(Campbell, 2002).
Ada banyak contoh ifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal
yang ekspresinya dipengaruhi oleh seks. Sifat itu tampak pada kedua macam seks,
tetapi pada salah satu seks ekspresinya lebih besar daripada untuk seks lainnya.
8
IMUNOSEROLOGI
(Suryo, 2001)
dipengaruhi oleh seks:Kepala botak, kepala botak ini bukan akibat penyakit atau
lazimnya kepala botak terdapat pada laki-laki, namun sekali-kali dapat dilihat
adanya perempuan yang botak. Biasanya kepala botak baru akan tampak setelah
berambut normal. Mula-mula dikira bahwa kepala botak itu disebabkan oleh gen
terangkai kelamin seperti pada buta warna. Akan tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa seseorang ayah yang mempunyai kepala botak dapat mewariskan langsung
kepada anaknya laki-laki, suatu hal yang tidak mungkin terjadi apabila gen yang
kromososm-Y maka dugaan itu pun tidak dapat dibenarkan, bahwa ada
Panjang jari telunjuk, apabila kita meletakkan tangan pada suatu alas
dimana terdapat sebuah garis mendatar sedemikian rupa sehingga ujung jari manis
menyentuh garis tersebut, maka dapat diketahui apakah jari telunjuk kita lebih
panjang ataukah lebih pendek. Pada kebanyakan orang ujung jari telunjuk tidak
akan mencapai garis itu, berarti bahwa jari telunjuk lebih pendek dari pada jari
manis.
9
IMUNOSEROLOGI
manis dan jari telunjuk yang lebih panjang. Setelah pengukuran selesai, mereka
diberi pertanyaan seputar olahraga. Hasilnya, wanita dengan ukuran jari manis
lebih panjang dari jari telunjuknya lebih berprestasi dalam bidang olahraga. Studi
70% sudah diwariskan gen. Pengaruh hormon semasa kandungan sangat kecil
kedua jari ini tak bakal banyak berubah setelah kelahiran. Sejauh ini tak
ditemukan ras khusus yang umumnya memiliki jari manis lebih panjang
hal ukuran, bentuk, dan/atau kualitas pewarnaan. Fakta bahwa kedua kromosom
terpaut seks sebagian dan bisa berekombinasi melalui pindah silang pada kedua
dikromosom seks X, dan contoh yang sudah diketahui hanya sedikit. Gen-gen
pada segmen nonhomolog pada kromosom X disebut terpaut seks sempurna dan
10
IMUNOSEROLOGI
selusin gen yang aktif pada bagian tersebut. Pada kasus semacam itu, sifat-sifat
yang bersesuaian dengan gen-gen itu hanya akan diekspresikan pada laki-laki dan
11
IMUNOSEROLOGI
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Serum
No Nama Keterangan
anti-A anti-B
12
IMUNOSEROLOGI
13
IMUNOSEROLOGI
14
IMUNOSEROLOGI
GOLDA A GOLDA B
GOLDA O GOLDA AB
B. Pembahasan
15
IMUNOSEROLOGI
Pemeriksaan Golongan Darah sistem ABO ini dapat dibagi menjadi empat
BAB V
16
IMUNOSEROLOGI
PENUTUP
A. Kesimpulan
ahli Patologi Amerika kelahiran Austria yang bernama Karl Landsteiner, pada
tahun 1900an. Antigen utama dalam sistem ABO ini disebut dengan antigen A
dan antigen B dan antibodi utama adalah anti - A dan anti - B. Gen yang
Pada Orang normal yang berumur di atas 6 bulan selalu mempunyai antibodi yang
Meskipun anti - A dan anti - B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan
erytrosit yang relevan serta adanya rangsangan untuk pembentukan anti - A dan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
17
IMUNOSEROLOGI
http://id.wikipedia.org
http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=157#sthash.sRNX3LEV.dpuf
http://kumpulan-materi-bidan.blogspot.co
http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=157#sthash.sRNX3LEV.dpuf
m/2013/05/pemeriksaan-hb-sahli.html
http://www.rhesusnegatif.com/article_detail.php?id=157
http://sharing-analiskesehatan.blogspot.com/2013/06/pemeriksaan-golongan-
darah.html
BAB I
18
IMUNOSEROLOGI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zat anti terhadap antigen tersebut di sebut zat anti atau anti bodi yang
bila bereaksi akan menghancurkan anti gen yang bersangkutan di sebut aglitin
dalam plasma, suatu anti bodi alamiah yang secsra otomatis dalam tubuh
manusia.
serum darahnya.
b.) Golongan Darah B.
19
IMUNOSEROLOGI
darahnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
20
IMUNOSEROLOGI
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena
darah merah. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal
sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang
merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada
jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, golongan darah
21
IMUNOSEROLOGI
O-negatif.
golongan darah ini adalah jenis yang paling jarang dijumpai di dunia.Ilmuwan
22
IMUNOSEROLOGI
bidang Fisiologi dan Kedokteran pada tahun 1930 untuk jasanya menemukan cara
antigen, antigen ini muncul dipermukaan membran sel darah merah. Antigen ini,
2. Seseorang mungkin saja tidak mewarisi tipe A dan tipe B atau hanya
eritrosit dan aglutinin (antibodi) anti-A dan anti-B, yang ditemukan dalam
plasma.
anti-B.
anti-A.
23
IMUNOSEROLOGI
24
IMUNOSEROLOGI
A A b
B B a
AB A dan B -
O - a dan b
(penggumpalan).
(penggumpalan).
aglutinasi (penggumpalan)
A.
25
IMUNOSEROLOGI
pada Rh negatif..
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Tabung Centrifuge
2. Pipet pasteur
3. Objek glass
4. Lidi steril
26
IMUNOSEROLOGI
5. Centrifuge
Bahan
Sampel darah (golongan A dan golongan B)
B. Prosedur kerja
1) Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Diambil darah dimasukkan kedalam tabung, kemudian di
( sedimennya )
4) Buat masing-masing suspensi dengan perbandingan 1:9 ( Darah :
27
IMUNOSEROLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Interprestasi Hasil :
Golongan Darah A
- Plasma A + Sel.D.A (-) negatif
- Plasma B + Sel.D.A (+) positif
Golongan Darah B
- Plasma A + Sel.D.A (+) positif
- Plasma B + Sel.D.A (-) negatif
Hasil :
1. Plasma B + SDM A =
Aglutinasi
2. Plasma A + SDM B =
Aglutinasi
B. Pembahasan
Pada praktikum yang dilakukan untuk mengetahui deteksi antibodi,
sel darah merah antigen B dari individu golongan darah B didapatkan pula
28
IMUNOSEROLOGI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
darah tergantung pada tipe aglutinogen dan agglutinin yang terkandung didalam
yang terjadi pada saat ditetesi serum anti-A atau serum anti-B.Selain itu, jumlah
eritrosit dalam darah ditentukan oleh factor jenis kelamin, usia,dan berat
B. Saran
29
IMUNOSEROLOGI
Adapun saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini yaitu sampel
darah yang diteliti dilakukan dengan baik dan benar pada preparat agar
DAFTAR PUSTAKA
http://harumisujatmiko.wordpress.com/2012/08/27/untuk-rizkylia/
http://www.livestrong.com/article/88832-difference-between-pulse-heart.
http://ep.physoc.org/content/23/1/1.abstract.
30
IMUNOSEROLOGI
http://health
fieldmedicare.suite101.com/article.cfm/vital_signs_how_to_take_a_pulse
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
uji hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji
lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit
lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini
amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti
uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal
daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import).
31
IMUNOSEROLOGI
menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna
antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa
tifoid.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen
tersebut :
Antigen O
Antigen H
Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu
Antigen Vi
32
IMUNOSEROLOGI
akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan
adanya karier.
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan
protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein
OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk
difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan
denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,
masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP
diantara para ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer
agglutinin lebih atau sama dengan 4 kali terutama agglutinin O atau agglutinin H
bernilai diagnostic yang penting untuk demam typhoid. Kenaikan titer agglutinin
yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat membedakan apakah infeksi
tersebut merupakan infeksi baru atau lama. Begitu juga kenaikan titer agglutinin
33
IMUNOSEROLOGI
tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal dari daerah non
endemic atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada
dosis subinfeksi masih amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun
dalam dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat memberikan
ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic yang satu
dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula
antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji
ambang atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal
sebagai sarana penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak
factor yang mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H
bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya
reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an
ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
34
IMUNOSEROLOGI
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
(flagel) untuk menentukan tinggi rendahnya titer antibody. Titer antibody pada
penderita infeksi tifus akan meningkat pada minggu II. Titer antibody O, akan
menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibody H, akan menetap sampai
Sutedjo,SKM.2006).
kasus yang fatal dari 20% menjadi 1%. Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella
typhi merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan masih merupakan
komplikasi dapat dihindari. Diagnosis pasti demam tifoid dengan cara mengisolasi
kuman S. typhii, memerlukan waktu yang cukup lama (4–7 hari) dan tidak semua
ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan tes serologis saja (Verma, 2010).
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih
35
IMUNOSEROLOGI
widal dapat dilakukan dengan metode tabung atau dengan metode peluncuran
(slide). Uji widal dengan metode peluncuran dapat dikerjakan lebih cepat
dibandingkan dengan uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal
tabung lebih baik dibandingkan dengan uji widal peluncuran (Wardhani, 2005).
manusia untuk membentuk protein yang dapat berikatan dengannya dengan cara
Antibodi yang dihasilkan tadi hanya akan bereaksi dengan antigennya atau dengan
antigen lain yang mempunyai persamaan dekat dengan antigen pertama. Antibodi
yang terdapat dalam cairan tubuh biasanya disebut antibodi humoral dan beberapa
diantaranya dapat menghasilkan reaksi yang dapat dilihat dengan mata (visibel).
Antibodi spesifik dibentuk di dalam sel tertentu yang bereaksi secara spesifik dan
langsung terhadap antigen. Antibodi semacam ini dikenal sebagai antigen seluler
(Soenarjo, 1989).
suspensi sel oleh sebuah antibodi spesifik yang secara tidak langsung meyerang
spesifik antigen. Beberapa uji telah digunakan secara luas untuk mendeteksi
dalam waktu yang lama. Fase pertama aglutinasi adalah penyatuan antigen-
antibodi terjadi seperti pada presipitasi dan tergantung pada kekuatan ion, pH dan
36
IMUNOSEROLOGI
pada tubuh.
B. Tujuan praktikum
37
IMUNOSEROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mendeteksi antibodi yang sesuai pada serum pasien yang diduga menderita
dimana antibodi IgG flagela H biasanya berkembang lebih lambat tetapi tetap
memanjang.
masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau
produk hewan kepada manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan
demam enteric. Salmonella merupakan bakteri Gram (-) batang, tidak berkapsul
mudah tumbuh pada pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah meragikan
laktosa dan sukrosa. Bakteri ini termasuk asam dan kadang – kadang gas dari
glukosa dan maltosa, dan biasanya membentuk H 2S. Bakteri ini dapat hidup dalam
air beku untuk jangka waktu yang cukup lama. Salmonella resisten terhadap zat-
zat kimia tertentu (misalnya hijau brilliant, natrium tetratrionat, dan natrium
desoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lainnya. Oleh karena itu senyawa
38
IMUNOSEROLOGI
dan antigen H, tetapi beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen
ini dapat mengganggu aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan
virulensi. Bagian paling luar dari dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah
seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan
antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella (Jawetz et al., 1974).
penyakit ini sulit untuk didiagnosa secara akurat. Meskipun diagnosis definitife
tetapi, dapat dibuat isolasi SPA (serovar Paratyphi A (SPA), dari spesimen klinis
seperti darah, sumsum tulang, urin atau tinja atau dengan menunjukan
39
IMUNOSEROLOGI
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
Objek glass.
Stik pengaduk
Pipet tetes
tabung
Bahan
Nacl fisiologis
Serum thypoid
Antigen
B. kerja
1) Diletakkan 1 tetes control positif diatas lingkaran slide.
2) Diletakkan 50µ Nacl fisiologis dilingkaran yang lain pada slide.
3) Diletakkan 1 tetes serum paada setiap lingkaran (4) pada slide yang
lain.
4) Ditambahkan 1 tetes reagen tydal yang sesuai ke atas kontrol positif
40
IMUNOSEROLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Interprestasi Hasil :
Positif (+) : Terjadi Aglutinasi
Negatif (-) : Tidak terjadi Aglutinasi
Hasil :
Dari hasil praktikum yang dilakukan hasilnya adalah (-)
Negatif.
Gambar :
B. Pembahasan
Pada pemeriksaan ini diperoleh hasil Negatif(-) ini menunjukkan sampel
darah pasien tidak ditemukan adanya antibodi kuman salmonella pada tubuh.
Praktikum ini menggunakan Nacl yang bertujuan saat pengenceran. Antisera yang
typhii, terbentuk gumpalan pada serum 10 µl karena tejadi reaksi antara antigen
adanya reaksi antara antigen dengan antibodi. Hal ini menunjukkan bahwa serum
praktikan tidak terinfeksi oleh bakteri S. Typhii. Kontrol menunjukkan hasil positif
41
IMUNOSEROLOGI
setelah ditetesi dengan reagen, dimana terbentuknya gumpalan atau aglutinasi, hal
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih
Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum
somatik (O) dan flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga
menunjukkan titer antibodi dalam serum. Uji widal dapat dilakukan dengan
metode tabung atau dengan metode peluncuran (slide). Uji widal dengan metode
peluncuran dapat dikerjakan lebih cepat dibandingkan dengan uji widal tabung,
tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal tabung lebih baik dibandingkan dengan
kasus yang fatal dari 20% menjadi 1% (Verma, 2010). Demam tifoid disebabkan
oleh Salmonella typhi merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan
sangat diperlukan agar pengobatan yang tepat dapat segera diberikan, sehingga
komplikasi dapat dihindari. Diagnosis pasti demam tifoid dengan cara mengisolasi
kuman S. typhii, memerlukan waktu yang cukup lama (4–7 hari) dan tidak semua
ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan tes serologis saja. Uji widal
42
IMUNOSEROLOGI
merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih digunakan secara
dilakukan dengan metode tabung atau dengan metode peluncuran (slide). Uji
dengan uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal tabung lebih
penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif
infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di seluruh dunia,
manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan karena belum ada
kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Mencari standar titer uji
Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di
peningkatan titer antibodi O dan H pada anak-anak sehat (Jawetz et al., 1974).
berstruktur elips memanjang dengan dua atau lebih permukaan tempat reaksi atau
antibody-reaction site yang sama, yaitu satu pada tiap ujungnya dan mempunyai
kemampuan ikatan spesifik yang dikenal dengan bivalent atau monovalent (Volk,
43
IMUNOSEROLOGI
dan tersier. Interaksi primer atau interaksi awal antigen dengan antibodi
merupakan suatu kejadian dasar yang terdiri dari pengikatan molekul antigen
dengan molekul antibodi. Reaksi ini jarang terlihat, deteksi biasanya dikerjakan
struktur utama,yaitu :
dan bisa juga dengan alkohol dan asam. Antigen ini merupakan sediaan terbaik
untuk uji serologi dengan penambahan formalin pada kultur motil muda. Antigen
tunggal, antigen flagelar ini terbentuk dalam satu atau dua bentuk yang disebut
fase 1 dan fase 2. Organisme cenderung akan bermutasi dari satu fase ke fase lain
yang disebut dengan fase variasi. Antibodi yang berikatan dengan antigen H
adalah IgG.
bakteri baik dalam bentuk motil maupun non-motil dan resisten untuk
44
IMUNOSEROLOGI
2. Antigen “Vi” yang ada pada perifer ekstrim tubuh atau pada
kapsul. Antigen ini akan rusak oleh pemanasan selama 1 jam pada suhu
600C dan oleh asam dan fenol. Kultur yang mempunyai antigen Vi lebih
larutan salin disebut dengan antibodi salin atau komplet yang sebagian
besar terdiri atas antibodi IgM. Antibodi yang tidak mampu bereaksi
dalam suspensi salin meskipun telah terikat kuat pada antigen (sel darah
Menurut Olopoenia dan King (1999), ada beberapa hal yang akan
yang menyebabkan uji aglutinasi Widal menjadi negatif antara lain tidak
pada inang untuk menginduksi produksi antibodi, kesulitan teknis dan eror
45
IMUNOSEROLOGI
hasil aglutinasi Widal menjadi positif antara lain pasien yang dites
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan hasilnya adalah (-) Negatif.
kesimpulanbahwa:
46
IMUNOSEROLOGI
B. Saran
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. http://www.wido25.blogster.com
Akademi Analis
47
IMUNOSEROLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tekhnik pemeriksaan uji widal dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
uji hapusan/ peluncuran (slide test) dan uji tabung (tube test). Perbedaannya, uji
lebih rumit dan uji widal peluncuran hanya membutuhkan waktu inkubasi 1 menit
lebih banyak digunakan uji widal peluncuran. Sensitivitas dan spesifitas tes ini
amat dipengaruhi oleh jenis antigen yang digunakan. Menurut beberapa peneliti
uji widal yang menggunakan antigen yang dibuat dari jenis strain kuman asal
daerah endemis (local) memberikan sensitivitas dan spesifitas yang lebih tinggi
48
IMUNOSEROLOGI
daripada bila dipakai antigen yang berasal dari strain kuman asal luar daerah
enddemis (import).
menggunakan antigen import dan antigen local, terdapat korelasi yang bermakna
antara antigen local dengan antigen S.typhi O dan H import, sehingga bisa
tifoid.
Pada pemeriksaan uji widal dikenal beberapa antigen yang dipakai sebagai
parameter penilaian hasil uji Widal. Berikut ini penjelasan macam antigen
tersebut :
Antigen O
Antigen H
Salmonella lain. Antigen ini tidak aktif pada pemanasan di atas suhu
49
IMUNOSEROLOGI
Antigen Vi
akan rusak bila dipanaskan selama 1 jam pada suhu 60°C, dengan
adanya karier.
Antigen OMP S typhi merupakan bagian dinding sel yang terletak di luar
lingkungan sekitarnya. OMP ini terdiri dari 2 bagian yaitu protein porin dan
protein nonporin. Porin merupakan komponen utama OMP, terdiri atas protein
OMP C, OMP D, OMP F dan merupakan saluran hidrofilik yang berfungsi untuk
difusi solut dengan BM < 6000. Sifatnya resisten terhadap proteolisis dan
denaturasi pada suhu 85–100°C. Protein nonporin terdiri atas protein OMP A,
masih belum diketahui dengan jelas. Beberapa peneliti menemukan antigen OMP
diantara para ahli. Namun hampir semua ahli sepakat bahwa kenaikan titer
agglutinin lebih atau sama dengan 4 kali terutama agglutinin O atau agglutinin H
bernilai diagnostic yang penting untuk demam typhoid. Kenaikan titer agglutinin
yang tinggi pada specimen tunggal, tidak dapat membedakan apakah infeksi
50
IMUNOSEROLOGI
tersebut merupakan infeksi baru atau lama. Begitu juga kenaikan titer agglutinin
tersangka demam typhoid pada penderita dewasa yang berasal dari daerah non
endemic atau pada anak umur kurang dari 10 tahun di daerah endemic, sebab pada
dosis subinfeksi masih amat kecil. Pada orang dewasa atau anak di atas 10 tahun
dalam dosis subinfeksi masih lebih besar sehingga uji Widal dapat memberikan
ambang atas titer rujukan yang berbeda-beda antar daerah endemic yang satu
dengan yang lainnya, tergantung dari tingkat endemisitasnya dan berbeda pula
antara anak di bawah umur 10 tahun dan orang dewasa. Dengan demikian, bila uji
ambang atas titer rujukan, baik pada anak dan dewasa perlu ditentukan.
Salah satu kelemahan yang amat penting dari penggunaan uji widal
sebagai sarana penunjang diagnosis demam typhpid yaitu spesifitas yang agak
factor yang mempengaruhi kenaikan titer. Selain itu antibodi terhadap antigen H
bahkan mungkin dijumpai dengan titer yanglebih tinggi, yang disebabkan adanya
reaktifitas silang yang luas sehingga sukar untuk diinterpretasikan. Dengan alas an
ini maka pada daerah endemis tidak dianjurkan pemeriksaan antibodi H S.typhi,
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
51
IMUNOSEROLOGI
Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan
Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
(flagel) untuk menentukan tinggi rendahnya titer antibody. Titer antibody pada
penderita infeksi tifus akan meningkat pada minggu II. Titer antibody O, akan
menurun setelah beberapa bulan, dan titer antibody H, akan menetap sampai
Sutedjo,SKM.2006).
kasus yang fatal dari 20% menjadi 1%. Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella
typhi merupakan penyakit infeksi sistemik, bersifat endemis dan masih merupakan
komplikasi dapat dihindari. Diagnosis pasti demam tifoid dengan cara mengisolasi
kuman S. typhii, memerlukan waktu yang cukup lama (4–7 hari) dan tidak semua
ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan tes serologis saja (Verma, 2010).
52
IMUNOSEROLOGI
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini masih
widal dapat dilakukan dengan metode tabung atau dengan metode peluncuran
(slide). Uji widal dengan metode peluncuran dapat dikerjakan lebih cepat
dibandingkan dengan uji widal tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal
tabung lebih baik dibandingkan dengan uji widal peluncuran (Wardhani, 2005).
manusia untuk membentuk protein yang dapat berikatan dengannya dengan cara
Antibodi yang dihasilkan tadi hanya akan bereaksi dengan antigennya atau dengan
antigen lain yang mempunyai persamaan dekat dengan antigen pertama. Antibodi
yang terdapat dalam cairan tubuh biasanya disebut antibodi humoral dan beberapa
diantaranya dapat menghasilkan reaksi yang dapat dilihat dengan mata (visibel).
Antibodi spesifik dibentuk di dalam sel tertentu yang bereaksi secara spesifik dan
langsung terhadap antigen. Antibodi semacam ini dikenal sebagai antigen seluler
(Soenarjo, 1989).
suspensi sel oleh sebuah antibodi spesifik yang secara tidak langsung meyerang
spesifik antigen. Beberapa uji telah digunakan secara luas untuk mendeteksi
dalam waktu yang lama. Fase pertama aglutinasi adalah penyatuan antigen-
antibodi terjadi seperti pada presipitasi dan tergantung pada kekuatan ion, pH dan
53
IMUNOSEROLOGI
a. Maksud Praktikum
b. Tujuan praktikum
Salmonella.
54
IMUNOSEROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mendeteksi antibodi yang sesuai pada serum pasien yang diduga menderita
dimana antibodi IgG flagela H biasanya berkembang lebih lambat tetapi tetap
memanjang.
masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Bakteri ni ditularkan dari hewan atau
produk hewan kepada manusia, dan menyebabkan enteris, infeksi sistemik dan
demam enteric. Salmonella merupakan bakteri Gram (-) batang, tidak berkapsul
bakteri ini mudah tumbuh pada pembenihan biasa, tetapi hampir tidak pernah
meragikan laktosa dan sukrosa. Bakteri ini termasuk asam dan kadang – kadang
Laporan Praktikum IMUNOSEROLOGI I.....
55
IMUNOSEROLOGI
gas dari glukosa dan maltosa, dan biasanya membentuk H 2S. Bakteri ini dapat
hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama. Salmonella resisten
terhadap zat-zat kimia tertentu (misalnya hijau brilliant, natrium tetratrionat, dan
natrium desoksikolat) yang menghambat bakteri enteric lainnya. Oleh karena itu
dan antigen H, tetapi beberapa diantaranya ada yang memiliki antigen Vi. Antigen
ini dapat mengganggu aglutinasi O atau anti serum O dan berhubungan dengan
virulensi. Bagian paling luar dari dinding sel lipopolisakarida salah satunya adalah
seharusnya menjadi kasar. Antigen H terletak pada flagel dan jika kehilangan
antigen ini dapat digunakan untuk identifikasi Salmonella (Jawetz et al., 1974).
penyakit ini sulit untuk didiagnosa secara akurat. Meskipun diagnosis definitife
56
IMUNOSEROLOGI
tetapi, dapat dibuat isolasi SPA (serovar Paratyphi A (SPA), dari spesimen klinis
seperti darah, sumsum tulang, urin atau tinja atau dengan menunjukan
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
Tabung han 8
Rak tabung
Pipet tetes
Mikro pipet
Bahan
Nacl fisiologis
Serum thypoid
Antigen
B. Prosedur kerja
1) Disiapkan 8 tabung khan dan beri label 1-8.
2) Dipipet Nacl fisiologis sebanyak 1,9 ml kedalam tabung nomor 1.
3) Dipipet Nacl fisiologis sebanyak 1ml kedalam tabung 2-8.
4) Untuk tabung no.1 ditambahkan 0,1 ml serum sampel dan
dihomogenkan.
5) Dipindahkan 1ml enceran serum dari tabung no.1 kedalm tabung
lain(dibuang).
8) Pengenceran yang terjadi dari tabung no.1-8 adalah
57
IMUNOSEROLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Interprestasi Hasil :
Positif (+) : Adanya Aglutinasi pada dasar tabung
Negatif (-) : Tidak terjadi Aglutinasi
Hasil :
Pada praktikum yang dilakukan dengan menggunakan 3
B. Pembahasan
Sampel yang diperiksa memperoleh hasil positif sampai
58
IMUNOSEROLOGI
salmonella.
antibodi. Hal ini menunjukkan bahwa serum praktikan tidak terinfeksi oleh
Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai saat ini
titer antibodi dalam serum. Uji widal dapat dilakukan dengan metode
tabung atau dengan metode peluncuran (slide). Uji widal dengan metode
59
IMUNOSEROLOGI
tabung, tetapi ketepatan dan spesifisitas uji widal tabung lebih baik
demam tifoid sering ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis dan tes
serologis saja. Uji widal merupakan salah satu uji serologis yang sampai
termasuk Indonesia. Uji widal dapat dilakukan dengan metode tabung atau
dapat dikerjakan lebih cepat dibandingkan dengan uji widal tabung, tetapi
ketepatan dan spesifisitas uji widal tabung lebih baik dibandingkan dengan
dalam penatalaksanaan penderita demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal
60
IMUNOSEROLOGI
tifoid (penanda infeksi). Saat ini walaupun telah digunakan secara luas di
pegangan karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-
off point). Mencari standar titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar
(baseline titer) pada anak sehat di populasi dimana pada daerah endemis
yaitu satu pada tiap ujungnya dan mempunyai kemampuan ikatan spesifik
61
IMUNOSEROLOGI
600C dan bisa juga dengan alkohol dan asam. Antigen ini merupakan
terbentuk dalam satu atau dua bentuk yang disebut fase 1 dan fase 2.
Organisme cenderung akan bermutasi dari satu fase ke fase lain yang
H adalah IgG.
3. Antigen “Vi” yang ada pada perifer ekstrim tubuh atau pada kapsul.
Antigen ini akan rusak oleh pemanasan selama 1 jam pada suhu 600C
Laporan Praktikum IMUNOSEROLOGI I.....
62
IMUNOSEROLOGI
dan oleh asam dan fenol. Kultur yang mempunyai antigen Vi lebih
larutan salin disebut dengan antibodi salin atau komplet yang sebagian
besar terdiri atas antibodi IgM. Antibodi yang tidak mampu bereaksi
dalam larutan salin disebut antibodi inkomplet atau antibodi blocking yang
termasuk di sini adalah antibodi IgG. Jenis antibodi 7S IgG tertentu tidak
dapat mengaglutinasi sel darah merah dalam suspensi salin meskipun telah
Menurut Olopoenia dan King (1999), ada beberapa hal yang akan
yang menyebabkan uji aglutinasi Widal menjadi negatif antara lain tidak
pada inang untuk menginduksi produksi antibodi, kesulitan teknis dan eror
hasil aglutinasi Widal menjadi positif antara lain pasien yang dites
63
IMUNOSEROLOGI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan hasilnya adalah (-) Negatif.
kesimpulanbahwa:
B. Saran
praktikan.
64
IMUNOSEROLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2010. http://www.wido25.blogster.com
Akademi Analis
65
IMUNOSEROLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arthritis, RA) merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat
peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian,
biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai dengan radang pada membran
sinovial dan struktur-struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
neuroindokrin.
66
IMUNOSEROLOGI
(nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya
1. Tes Aglutinasi.
67
IMUNOSEROLOGI
2. Tes Nephelometry.
jika memenuhi 4 dari 6 criteria dibawah ini:1) nyeri sendi pada pagi
hari,2) artristis pada 3 sendi atau lebih,3) artritis pada sendi tangan,4)
68
IMUNOSEROLOGI
b. Tujuan praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Factor rematoid (RF) petama kali ditemukan oleh Wolker (1940), dan
Rose et.al (1948), sebagai immunoglobulin dalam sera penderita dengan arthritis
69
IMUNOSEROLOGI
trematoid yang dapat mengaglutinasi sel darah merah domba yang di lapisi IgG
kelinci.
terhadap IgG (anti IgG), dan berbentuk dalam stadia yang agak lanjut daroi
penyakit arthritis rematoid; biasanya setelah penderita penyakit lebih dari stengah
tahun.
merupakan hipotensis).
oleh suatu kelainan pada proses regulasi imun (immune regulation) yang kelainan
fungsi imunitas mediasi seluler (cell mediated immunity) terhadap suatu antigen
di dalam sendi(intra-arthicular) yang berasal dari luar. Antigen penyakit ini sampai
sekarang belum diketahui dengan tepat, dan oleh karena itu sering di sebut antigen
x.
Antigen x yang masuk kedalam sendi akan diproses oleh beberapa sel
terhadap antigen x tersebut. Antibody yang dibentuk dalam beberapa sendi ini
terutama dari kelas lgG walaupun kelas dari Ab yang lain juga terbentuk.
70
IMUNOSEROLOGI
dapat menekan sel limposit T-Helper. Dengan akibat timbulnya rangsangan yang
berlebihan pula. Dalam jangkka waktu yang lama hal ini akan menyebabkan
gangguan glikosilsi lgG sehingga terbentuk lgG yang abnormal, dan menimbulkan
lgM, dan anti lgG)lgG yang abnormal tersebu akan difagositosis oleh magrofag
atau APC yang lain. Didalam APC ,lgG tersebut akan diproses namun pada orang
normal tidak menimbulkan respon imun sebab bahan yang berasal dari tubuh
APC sehingga tidak dapat terikat pada molekul CD28. Pada penderita rematoid
B7-1 dan B7-2, sehingga dapat mengikat molekul CD-28 dan menimbulkan
respon imun CD4 Th 2 yang menghasilkan otoantibodi ,yaitu anti-lgG atau factor
rematoid.
penyakit lebih dari 6 bulan , tetapi dapat pula terjadi lebih awal atau sesudah
waktu yang lama. Dalam tahap selanjunya antibody tersebut (terutama lgG) akan
71
IMUNOSEROLOGI
mengalami kerusakan atau mati dengan akibat pengeluaran enzim lysozim yang
jaringan sinovia sendi (sel dendritik abnormal) yang mengalami artrutis rematoid
mengeluarkan enzim collagenase dalam jumlah yang cukup besar sehingga dapat
lagi(irreversible).
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
Mikropipet .
Kertas petakan slide.
Batang pengaduk.
Bahan
Reagen LR.
Reagen PC
Reagen NC
Sampel
B. Prosedur kerja
A. Kuantitatif (Tes Penyaring)
1. Dipipet kedalam petak-petak pada slide
72
IMUNOSEROLOGI
PC 1 tetes
NC 1 tetes
tabung kelima
73
IMUNOSEROLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
a. Kuantitatif
Interprestasi Hasil :
Jika tampak Aglutinasi berarti menunjukkan RF yang lebih
Gambar :
B. Pembahasan
74
IMUNOSEROLOGI
dijumpai pada penyakit non-imunologis dan orang tua (di atas 65 tahun).
tes sering dijumpai tetap positif, walaupun telah terjadi pemulihan klinis.
Selain itu, diperlukan waktu sekitar 6 bulan untuk peningkatan titer yang
dan ANA.
Nilai Rujukan
75
IMUNOSEROLOGI
Masalah Klinis
penyakit apapun.
76
IMUNOSEROLOGI
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
ditunjukan terhadap IgG (anti IgG), dan berbentuk dalam stadia yang agak
merupakan hipotensis).
77
IMUNOSEROLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
teknologi uji aglutinasi latex yang berwarna yaitu uji serologi yang telah
Arthritisrheumatoid.
(mikroskop kliorogens dan radio conts) untuk membacanya cukup hanya dengan
melihat adanya perubahan warna memakai mata telanjang sehingga jauh lebih
pratktis.
benjolan yang apat electro pada membran permukaan, struktur yang terbentuk
thrombospodin (TSP), dan beberapa reseptor sel endofel, termasuk CD 36, ICAM,
78
IMUNOSEROLOGI
yang menjadi target dari imunoasi untuk mendeteksi adanya infeksi dengan
parasit malaria, khususnya untuk uji diagnostic cepat (rapid diagnostic test) RDT
hanya ada beberapa saja, yaitu histidine-rich protein-1 (HRP-1) dari P.falsifarum,
b. Tujuan praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi Malaria
79
IMUNOSEROLOGI
karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal
b. Etiologi Malaria
dengan kematian).
anopheles betina.
80
IMUNOSEROLOGI
d. Gejala malaria
81
IMUNOSEROLOGI
Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan demam
keluhan prodromal berupa, malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang atau otot,
maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3, sedangkan malaria kuartana (P.
hari. Gejala klasik malaria biasanya terdiri atas 3 (tiga) stadium yang
berurutan, yaitu:
cepat dan lemah, sianosis, kulit kering, pucat, kadang muntah. Periode ini
temperatur.
Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat
dan panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, dapat terjadi
82
IMUNOSEROLOGI
(anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau
lebih,
terutama pada anak-anak dan ibu hamil. Derajat anemia tergantung pada
normal tidak dapat hidup lama ( reduced survival time ) dan gangguan
tubuh terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah 3 hari dari
serangan infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri dan hipere mis.
ikat bertambah .
83
IMUNOSEROLOGI
e. Diagnosis Malaria
seseorang itu positif malaria atau tidak yaitu pemeriksaan darah tepi
Interpretasi yang didapat dari hasil pemeriksaan darah tepi adalah jenis
memeriksa preparat darah tepi atau pada daerah yang sulit dijangkau dan
yang dikenal dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). Alat ini dapat
vivax .
84
IMUNOSEROLOGI
ini adalah hormone yang disekresi oleh sel-sel troboflas kedalam cairan
ibu Negara setelah nidasi terjadi. HCG dalam urin dapat digunakan untuk
menggunkan urin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara biologis dan
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
Tabung Serologi.
Strip.
Centrifuge.
Bahan
1. Darah lisis
B. Prosedur kerja
1. Dicelupkan ujung bawah I ( sampel pada I STRIP) ke dalam tabung
85
IMUNOSEROLOGI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil :
Dari praktikum yang dilakukan didapatkan hasil Negatif (-)
Gambar :
B. Pembahasan
Kata “malaria” berasal dari bahasa Itali “ Mal” yang artinya buruk dan
“Aria” yang artinya udara. Sehingga malaria berarti udara buruk (bad air). Hal ini
disebabkan karena malaria terjadi secara musiman di daerah yang kotor dan
dan genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles.
(Prabowo, 2004: 2)
86
IMUNOSEROLOGI
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa dan
genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau
disebabkan oleh infeksi protozoa dan genus plasmodium yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk anopheles yang masa inkubasi penyakit dapat beberapa hari
seperti adanya Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran
penyakit parasitik yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin
penular penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit,
1. Etiologi
membelah diri.
Laporan Praktikum IMUNOSEROLOGI I.....
87
IMUNOSEROLOGI
banyak ditemukan.
Indonesia.
1) Parasit.
88
IMUNOSEROLOGI
term relapse).
tidak dilakukan dengan baik. Setelah sel hati pecah akan keluar
89
IMUNOSEROLOGI
manusia.
Nyamuk Anopheles
90
IMUNOSEROLOGI
betina vektor menggigit manusia pada malam hari atau sejak senja
91
IMUNOSEROLOGI
kelembaban udara.
ada yang mudah dan ada yang tidak mudah terinfeksi malaria,
rentan terinfeksi.
Lingkungan
malaria.
Iklim
92
IMUNOSEROLOGI
pada musim hujan. Pada saat musim kemarau dengan sedikit hujan,
93
IMUNOSEROLOGI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu melakukan deteksi kualitatif cepat
merupakan cara yang sederhana dan cepat dalam diagnosis infeksi malaria.
Meskipun tes ini sangat bisa diandalkan dalam deteksi HRP2 dan/atau pLDH, ada
kemungkinan hasil yang salah walaupun jarang sekali. Karenanya, diperlukan uji
klinis lain jika hasil yang diperoleh meragukan dengan melakukan tes apusan
darah tebal dan tipis karena hal ini merupakan gold standar dalam mendiagnosis
malaria.
B. Saran
Saran yang bisa diberikan adalah bahwa perlu adanya melakukan tes apusan
darah tebal dan tipis karena hal ini merupakan gold standar dalam mendiagnosis
malaria.
94
IMUNOSEROLOGI
DAFTAR PUSTAKA
Litbang Depkes
http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm.
http://rs-tamanhusada.com/admin/foto_berita/poster-demam-
berdarah.jpg
http://aa-dbd.blogspot.com/2009/12/waspada-demam-berdarah-
dengue.html
http://rahmanbudyono.wordpress.com/2009/01/28/makalah-
kesehatan_db/
http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah
95
IMUNOSEROLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh
lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini
dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang
pada kulit. 10-90 hari sesudah Treponema memasuki tubuh, terjadilah luka
pada kulit primer (chancre atau ulkus durum). Chancre ini kelihatan
selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Tes serologik
tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu atau 2-6 minggu
96
IMUNOSEROLOGI
Erupsi pada kulit dapat terjadi spontan dalam waktu 2-6 minggu.
seluruh positif selama fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat
terjadi sifilis laten yang dapat berlangsung seumur hidup, atau dapat
menjadi sifilis tersier. Pada sepertiga kasus yang tidak diobati, tampak
B. Tujuan praktikum
semi-kuantitatif.
97
IMUNOSEROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
organ tubuh termasuk sistem peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan
kelainan bawaan pada bayi tersebut. Sifilis sering disebut sebagai “Lues
Raja Singa”.
Gejala dan tanda-tanda sifilis Banyak dari para penderita sifilis
yang tidak menyadari jika mereka terkena sifilis dan karena itu mereka
ada kontak langsung dengan luka terbuka sifilis yang sedang aktif.
Sifilis mempunyai beberapa stadium infeksi. Setelah terinfeksi
dengan sifilis, ada masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya
gejala luka terbuka yang disebut ”chancre” sekitar 9-90 hari, umumnya
chancre di daerah genital, rektal, atau mulut. Luka terbuka ini tidak terasa
sakit. Pembesaran kelenjar limfe bisa saja muncul. Seorang penderita bisa
saja tidak merasakan sakitnya dan biasanya luka ini sembuh dengan
sendirinya dalam waktu 4-6 minggu, maka dari itu penderita biasanya
tidak akan datang ke dokter untuk berobat, tetapi bukan berarti sifilis ini
98
IMUNOSEROLOGI
menghilang, tapi tetap beredar di dalam tubuh. Jika tidak diatasi dengan
pada stadium kedua ini. Suatu ruam kemerahan bisa saja timbul tanpa
kaki, atau area lembab, seperti skrotum dan bibir vagina. Selain ruam ini,
bening, sakit tenggorokan, sakit kepala, kehilangan berat badan, nyeri otot,
dan perlu diketahui bahwa gejala dan tanda dari infeksi kedua sifilis ini
juga akan bisa hilang dengan sendirinya, tapi juga perlu diingat bahwa ini
bukan berarti sifilis hilang dari tubuh Anda, tapi infeksinya berlanjut
laboratorium, hasilnya positif, tetapi gejala dan tanda bisa ada ataupun
tidak. Stadium laten ini juga dibagi sebagai stadium awal dan akhir laten.
Dinyatakan sebagai sifilis laten awal ketika sifilis sudah berada di dalam
badan selama dua tahun atau kurang dari infeksi pertama dengan atau
tanpa gejala. Sedangkan sifilis laten akhir jika sudah menderita selama dua
tahun atau lebih dari infeksi pertama tanpa adanya bukti gejala klinis. Pada
praktiknya, sering kali tidak diketahui kapan mulai terkena sehingga sering
ditangani dengan baik. Biasanya timbul 1-10 tahun setelah infeksi awal,
tetapi pada beberapa kasus bisa sampai 50 tahun baru timbul, stadium ini
bisa dilihat dengan tanda-tanda timbul benjolan seperti tumor yang lunak.
99
IMUNOSEROLOGI
Pada stadium ini, banyak kerusakan organ yang bisa terjadi, mulai dari
kerusakan tulang, saraf, otak, otot, mata, jantung, dan organ lainnya.
Dari segi imunoassai, suatu infeksi dengan T.pallida yang dikenal
berikut :
penyakit infeksi yang lain. Antibodi ini baru terbentuk setelah penyakit
jaringan lain seperti misalnya dengan antigen lipoid dari ekstrak otot
jantung.
Antibodi treponemal yang bereaksi dengan T.pallida dan closely
antibody yaitu:
BAB II
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
Mikroskop
Pipet tetes
Slide
Stik pengaduk
rotator
Bahan
Serum
Antigen RPR
Kontrol positif
100
IMUNOSEROLOGI
B. Prosedur kerja
1. Diletakkan satu tetes sampai keatas lingkaran pada slide.
2. Ditambahkan 1 tetes antigen RPR Lateks (150 ml) keatas lingkaran slide.
3. Dilakukan hal yang sama pada kontrol positif.
4. Dilebarkan campuran menggunakan stik pengaduk sampai mengetahui
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil :
Pada praktikum yang dilakukan dihasilkan hasil (-) Negatif.
Gambar :
B. Pembahasan
Suspensi antigen dalam uji RPF mengandung partikel orang yang
Antigen yang digunakan siap pakaii segera tidak perlu lagi dilakukan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
101
IMUNOSEROLOGI
obatan ini tidak memperbaiki bagian yang rusak tetapi hanya pencegah
agar tidak terjadi kerusakan lebih lanjut Pencegahan sifilis dapat kita
B. Saran
kebiasaan sehari hari dan perilaku sex. Dan apabila sudah positif mengidap
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI
102
IMUNOSEROLOGI
http://onlinelibraryfree.com/http://arycomcum.blogspot.com/2009/06/sifili
s.html
BAB I
PENDAHULUAN
103
IMUNOSEROLOGI
A. Latar Belakang
Titer anti Streptolisin O (ASO/ASTO) merupakan pemeriksaan
diagnostik standar untuk demam rheumatik, sebagai salah satu bukti yang
orang dewasa atau 333 unit Todd pada anak-anak diatas usia 5 tahun, dan
“.
Sebagian besar dari strain-strain serologik dari Streptococcus Group A
dengan cara :
(http://bukankuygbiasa.blogspot.com/2010/12/uji-asto.html)
104
IMUNOSEROLOGI
pada beberapa bagian tubuh tersebut. Sebagian besar dari beberapa bagian
spesifik.
terjadinya infeksi. Bila infeksi kemudian mereda, maka titer ASO akan
kembali normal setelah sekitar 6 bulan. Bila titer tidak menurun, suatu
105
IMUNOSEROLOGI
(http://masselekang.blogspot.com/2009/06/imunologi.html).
1. Netralisasi/penghambat hemolisis
tidak terjadi pada pengencaran serum yang mengandung titer ASO yang
tinggi.
2. Aglutinasi pasif
106
IMUNOSEROLOGI
Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200 IU/ml,
maka sisa ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan
latex . Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml ,
maka tidak ada sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi
aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200
IU/ml. (http://bukankuygbiasa.blogspot.com/2010/12/uji-asto.html)
2. Tujuan praktikum
107
IMUNOSEROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponemal
walaupun frekuensi penyakit ini mulai menurun, tapi masih merupakan penyakit
yang berbahaya karena dapat menyerang seluruh organ tubuh termasuk sistem
peredaran darah, saraf dan dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayi yang di
108
IMUNOSEROLOGI
Gejala dan tanda-tanda sifilis Banyak dari para penderita sifilis yang tidak
menyadari jika mereka terkena sifilis dan karena itu mereka tidak mendapat
pengobatan yang baik. Infeksi terutama didapat apabila ada kontak langsung
sifilis, ada masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka
terbuka yang disebut ”chancre” sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari
sudah terlihat.
Stadium pertama sifilis bisa ada sebuah luka terbuka yang disebut chancre
di daerah genital, rektal, atau mulut. Luka terbuka ini tidak terasa sakit.
Pembesaran kelenjar limfe bisa saja muncul. Seorang penderita bisa saja tidak
merasakan sakitnya dan biasanya luka ini sembuh dengan sendirinya dalam waktu
4-6 minggu, maka dari itu penderita biasanya tidak akan datang ke dokter untuk
berobat, tetapi bukan berarti sifilis ini menghilang, tapi tetap beredar di dalam
tubuh. Jika tidak diatasi dengan baik, akan berlanjut hingga stadium selanjutnya.
Stadium kedua muncul sekitar 1-6 bulan (rata-rata sekitar 6-8 minggu)
setelah infeksi pertama, ada beberapa manifestasi yang berbeda pada stadium
kedua ini. Suatu ruam kemerahan bisa saja timbul tanpa disertai rasa gatal di
bagian-bagian tertentu,seperti telapak tangan dan kaki, atau area lembab, seperti
skrotum dan bibir vagina. Selain ruam ini, timbul gejala-gejala lainnya, seperti
kehilangan berat badan, nyeri otot, dan perlu diketahui bahwa gejala dan tanda
dari infeksi kedua sifilis ini juga akan bisa hilang dengan sendirinya, tapi juga
perlu diingat bahwa ini bukan berarti sifilis hilang dari tubuh Anda, tapi
109
IMUNOSEROLOGI
laboratorium, hasilnya positif, tetapi gejala dan tanda bisa ada ataupun tidak.
Stadium laten ini juga dibagi sebagai stadium awal dan akhir laten. Dinyatakan
sebagai sifilis laten awal ketika sifilis sudah berada di dalam badan selama dua
tahun atau kurang dari infeksi pertama dengan atau tanpa gejala. Sedangkan sifilis
laten akhir jika sudah menderita selama dua tahun atau lebih dari infeksi pertama
tanpa adanya bukti gejala klinis. Pada praktiknya, sering kali tidak diketahui
kapan mulai terkena sehingga sering kali harus diasumsikan bahwa penderita
dengan baik. Biasanya timbul 1-10 tahun setelah infeksi awal, tetapi pada
beberapa kasus bisa sampai 50 tahun baru timbul, stadium ini bisa dilihat dengan
tanda-tanda timbul benjolan seperti tumor yang lunak. Pada stadium ini, banyak
kerusakan organ yang bisa terjadi, mulai dari kerusakan tulang, saraf, otak, otot,
Antibodi nontreponemal atau regain sebagai akibat dari sifilis atau penyakit
infeksi yang lain. Antibodi ini baru terbentuk setelah penyakit menyebar
membrikan reaksi silang dengan beberapa antigen dari jaringan lain seperti
Strains. Dalam golongan antibody ini dapat dibedakan 2 jenis antibody yaitu:
110
IMUNOSEROLOGI
BAB II
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Slide hitam.
2. Dropper/ pipet tetes
Bahan.
1. Serum.
2. Reagen latex
B. Prosedur kerja
1. Kondisikan reagen dan sampel pada suhu ruangan
2. Meneteskan 1 tetes sampel, 1 tetes control (+), dan satu tetes control
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil :
Pada praktikum yang dilakukan dihasilkan hasil (-) Negatif.
Gambar :
111
IMUNOSEROLOGI
B. Pembahasan
Suatu infeksi oleh hemolitik streptococcus grup A akan
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
streptococcus.
112
IMUNOSEROLOGI
DAFTAR PUSTAKA
https://syafitrianispurbani.wordpress.com/2012/09/06/asto-anti-
http://veronica- nina-miyora-situmorang.blogspot.com/2013/05/laporan-
2015
:http://aaknasional.wordpress.com/2012/07/30/streptococcus-sp/ diakses
113
IMUNOSEROLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup
manusia jauh lebih banyak daripada jumlah manusia yang meninggal karena
nyamuk, perang terhadap nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
114
IMUNOSEROLOGI
air laut. .
Dokter dan tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam
Berdarah Dengue (DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini
dengan Agustus 2005 tercatat jumlah penderita sebanyak 1781 orang dengan
baru, namun tujuh tahun silam penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi
meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang bulan Januari sampai April 1998
b. Tujuan praktikum
115
IMUNOSEROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang disebabkan oleh virus dengue, terutama menyerang anak-anak dengan gejala
Penyebab penyakit ini ialah virus dengue yang sampai sekarang telah
dikenal ada 4 tipe (tipe 1,2,3 dan 4), termasuk dalam group B Arthropod Borne
Viruses (Arbovirosis).
Orang yang terinfeksi virus dengue, dalam tubuhnya akan terbentuk zat
anti (antibodi) yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk. Gejala
atau tanda yang timbul ditentukan oleh reaksi antara antibodi yang ada dalam
tubuh dengan antigen yang ada dalam virus dengue yang baru masuk. Orang yang
terinfeksi virus dengue untuk pertama kali, umumnya hanya menderita sakit
demam dengue atau demam yang ringan dengan gejala dan tanda yang tidak
116
IMUNOSEROLOGI
waktu 5 hari tanpa pengobatan. Akan tetapi apabila orang sebelumnya sudah
pernah terinfeksi virus dengue, kemudian terinfeksi lagi virus dengue dengan tipe
lain maka orang tersebut dapat terserang penyakit demam berdarah dengue
(infeksi sekunder).
2. Tanda-tanda perdarahan
3. Pembesaran hati
tes imunologi.
117
IMUNOSEROLOGI
BAB II
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
Kit Panbio Duo Rapid Strip IgM
Dan Kit Panbio Duo Rapid Strip IgD
Bahan
Serum
B. Prosedur kerja
12) Teteskan 75 µl buffer kedalam tabung.
13) Tambahkan 1 µl serum, aduk sebentar.
14) Masukkan strip test.
15) Baca hasil setelah 15-30 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil :
Pada praktikum yang dilakukan dihasilkan hasil (-) Negatif.
Gambar :
B. Pembahasan
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk dalam virus arbo. Manifestasi klinik dari penyakit ini amat
118
IMUNOSEROLOGI
bervariasi, mulai dari penyakit yang amat ringan, demam dengue (DF),
VIRUS dengue teridiri dari 4 serotipr yaitu DEN-1, DEN-2, DEN 3,DEN-
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue
yang termasuk dalam virus arbo. Manifestasi klinik dari penyakit ini amat
bervariasi, mulai dari penyakit yang amat ringan, demam dengue (DF),
VIRUS dengue teridiri dari 4 serotipr yaitu DEN-1, DEN-2, DEN 3,DEN-
119
IMUNOSEROLOGI
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indpretest.com/IVD_tests_kits_pic/Medical_diagnostics_samples/IVD
_HCT_tests
BAB I
120
IMUNOSEROLOGI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
melejit dikalangan kita karena benda tersebut merupakan benda yang dapat
dari benda ini adalah benda yang apabila di konsumsi secara salah oleh
merusak sistem saraf bagi para penggunanya sehingga kadang – kadang para
tanpa jiwa yang memiliki kekuatan dalam menolong mereka ketika mereka
membutuhkannya.
lebih parah lagi kasus pecandu Nakoba dari kalangan remajapun sudah ada.
Hal tersebut menjadi kekhawatiran para orang tua, guru dan pihak lainnya,
121
IMUNOSEROLOGI
mereka khawatir dengan hal tersebut karena jika para penerus bangsa ini
kebanyakan para pecandu Narkoba maka masa depan bangsa ini akan suram.
Maka dari itu perlu adanya sosialisasi yang benar mengenai Narkoba dan
upaya pencegahan pengguna Narkoba yang efektif agar hal tersebut tidak
merajalela.
b. Tujuan praktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
122
IMUNOSEROLOGI
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok
biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk
penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar
(http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba)
masyarakat juga mengenal istilah madat sebagai sebutan untuk candu atau opium,
suatu golongan narkotika yang berasal dari getah kuncup bunga tanaman Poppy
yang banyak tumbuh di sekitar Thailand, Myanmar dan Laos (The Golden
Zat adiktif lainnya. Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat
123
IMUNOSEROLOGI
yang umumnya mempunyai risiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu
kecanduan (adiksi).
(http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba)
Sample” atau narkoba yang telah dikonjugasi enzim “Antigen dalam Strip Test”
(ada dan terfiksir di zone T). Jika dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif
narkoba), maka IgG anti narkoba-substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-
jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba) atau hanya sebagian dijenuhi (sampel
kontrol validitas yang berupa IgG goat-substrat. Karena IgG goat bukan antibodi
Laporan Praktikum IMUNOSEROLOGI I.....
124
IMUNOSEROLOGI
spesifiknya narkoba, maka baik pada sampel urin yang ada, ada dalam jumlah di
bawah ambang batas pemeriksaan atau tidak ada sama sekali narkobanya,
semuanya tidak akan menjenuhi dan hanya akan mendifusikan IgG goat-substrat
dari zone S ke zone C untuk menemui dan mengikat IgG anti-IgG goat yang
di zone C.
(http://abiluvummi.wordpress.com/2011/01/31/laporan-immunologi-p-narkoba/)
BAB II
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Strip test Narkoba
2. Urine
3. Timer
4. Wadah penampung Urine
Bahan
Sampel
B. Prosedur kerja
1. Simpan sampel pada suhu kamar, lalu buka bungkus strip dan
125
IMUNOSEROLOGI
3. Tunggu terbentuknya garis. Baca hasil pada 5 menit, jangan lebih dari
10 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Interprestasi Hasil :
1. Positif : Hanya terbentuk pita pink pada
Control (C).
2. Negative : Terbentuk dua pita pink pada Control
Control (C) dan pada Test (T). atau terbentuk pita pink pada
pink.
Hasil :
Gambar :
B. Pembahasan
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan
126
IMUNOSEROLOGI
memerlukan tenaga trampil dan cepat (hasil dapat diperoleh dalam 3-10
menit). Dengan sampel urin teknik ini memiliki sensitivitas sesuai dengan
hanya 1 garis yaitu pada area control, dan hasil negative dengan terbentuk
2 garis yaitu pada area control dan test, dan invalid apabila terbentuk garis
saat 5 menit dan tidak boleh melebihi 10 menit karena akan terbentuk hasil
127
IMUNOSEROLOGI
perolah hasil yang negative yaitu di tandai dengan terbentuk 2 garis yaitu
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
ditandai ndengan terbentuk 2 garis yaitu pada area control dan test
128
IMUNOSEROLOGI
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Widal
http://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba
http://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_C
(http://id.wikipedia.org/wiki/HIV)
http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/pengertian-test-widal-atau-uji-
widal.html
http://id.wikipedia.org/wiki/hepatitis_B
http://digilib.unimus.ac.id
http://prodia.co.id/imuno-serologi/tpha
129
IMUNOSEROLOGI
http://www.djamilah-najmuddin.com/sifilis-pada-wanita
http://bomberpipitpipit.wordpress.com/jenis-jenis-narkoba
http://abiluvummi.wordpress.com/2011/01/31/laporan-immunologi-p-narkoba/
(http://caldoknotes.blogspot.com/2011/03/salah-satu-metode-tes-kehamilan.html)
(http://djjars.blogspot.com/2012/04/tes-kehamilan-dengan-deteksi-
hormon_07.html#.UOu8JGfdJLU
http://www.news-medical.net/health/What-is-the-Hepatitis-C-Virus-
%28Indonesian%29.aspx)
http://gardamd.blogspot.com/2011/10/jenis-jenis-pemeriksaan-hivaids.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perjalanan penyalit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Angka sifilis di
Amerika Serikat pada tahun 1999 merupakan rekor angka terendah yaitu 2, 3
kasus per 100. 000 orang dan centers for disease control and prevention
( COC) telah menciptakan national paln for syphilis elimination. Factor resiko
yang berkaitan dengan sifilis antara lain adalah penyalahgunaan zat , terutama
130
IMUNOSEROLOGI
mengalami masa laten tanpa manifestasi klinis, dan menjadi sumber penularan
kelahiran prematur, kecacatan, serta lahir mati. Sifilis yang tidak diterapi dapat
sangat penting, tidak hanya untuk pencegahan sifilis lanjut, tetapi juga
B. Tujuan
Untuk mengetahui adanya treponema phalidium dalam serum.
131
IMUNOSEROLOGI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Treponema pallidum
1. Klasifikasi
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Spirochaetes
Class : Spirochaetes
Ordo : Spirochaetales
Familia : Treponemataceae
132
IMUNOSEROLOGI
Genus : Treponema
hubungan seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung
treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada
kulit. 10-90 hari sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada
Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara
spontan. Tes serologik untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai
timbulnya chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6
pallidium diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit sebagai
Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada
positif selama fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis
laten yang dapat berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier.
Pada sepertiga kasus yang tidak diobati, tampak manifestasi yang nyata dari
sifilis tersier.
C. GAMBARAN KLINIK
Sifilis primer
133
IMUNOSEROLOGI
10-90 hari setelah terjadinya infeksi. Chancre berupa papula atau ulkus dengan
pinggir-pinggri yang meninggi, padat, dan tidak sakit. Luka tersebut paa alat
genital biasanya terdapat vulva dan terutama pada labia, tetapi bisa juga pada
serviks. Luka primer kadang-kadang terjadi pada selaput lendir atau kulit
ditempat lain (hidung, dada, perineum, dan lain-lain), dan pemeriksaan medan
pallidium disemua luka yang dicurigai. Tes serologik harus dibuat setiap
Sifilis sekunder
minggu) setelah hilangnya luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat
kepala yang tidak rata (month eaten) pada daerah oksipital. Alis mata dapat
menghilang pada sepertiga bagian lateral. Papula yang basah dapat dilihat
pada daerah anogenital dan pada mulut. Papula ini dekenal dengan nama
dijumpai pada luka ini dan tes srologik biasanya positif. Limfadeno patia
dengan jarum dari kelenjer limfe yang bengkak pada biasanya menemukan
134
IMUNOSEROLOGI
Sifilis laten
serum yang reaktif, dan kadang-kadang cairan spinal juga reaktif. Jika fase
laten berlangsung sampai 4 tahun, maka penyakit ini tidak menular lagi,
Sifilis tersier
Paling sedikit dua sepertiga dari wanita hamil dengan sifilis berumur
20-30 tahun. Efek sifilis pada kehamilan dan janin terutama tergantung pada
dengan baik, ia akan melahirkan bayi yang sehat. Jika ia tidak diobati, ia akan
tanda-tanda kongenital.
Apabila infeksi dengan sifilis terjadi pada hamil tua, maka plasenta
135
IMUNOSEROLOGI
segera, infeksi pada janin mungkin dapat dicegah. Pada tiap pemeriksaan
Pada sifilis kongenital dini tanda dan gejala yang khas muncul sebelum
prognosisnya.
berlanjut menjadi erosi yang tertutup kusta. Lesi kulit yang terjadi pada
simetris
Lesi pada selaput lendir. Selaput lendir hidung, faring dapat terkena serta
mengeluarkan sekresi. Sekresi hidung disertai darah pada bayi baru lahir
dipenuhi “T.Pallidum”.
Tulang. Terjadi osteokondritis tulang panjang.walaupun hanya sebagian
radiologis.
Anemia hemolitik
Sistem syaraf pusat,dijumpai kelainan sumsum tulang belakang.
Sifilis Kongenotal Lanju
Tanda-tanda sifilis lanjut
Keratitis interstitialis
Biasanya terjadi pada umur pubertas dan bilateral.Pada kornea timbul
136
IMUNOSEROLOGI
Tulang
nasi.
Kulit
137
IMUNOSEROLOGI
BAB III
METODELOGI
Alat Bahan
( Miropipet Serum
( Tip Isi KIT :
( Mikroplate TC : mengandung antigen TP yang dilekatkan pada
C. Prosedur Kerja
1) Diisi W1 dengan Diluents sebanyak 190 ul.
2) Ditambahkan 10 ul serum pada W1 (neceran 1:20).
3) Dicampur isi W1 dengan menggunakan mikropipet,dan dipindahkan 25 ul
ke W2 dan W3.
138
IMUNOSEROLOGI
1: 80).
5) Ketuk-ketuk plate.
6) Diinkubasi 45-60 menit pada suhu ruangan (15°-30°C).
7) Selama diinkubasi hindarkan plate dari panas cahaya matahari langsung
dan getaran.
8) Dibaca hasil,hasil akan stabil selama 24 jam jika plate ditutup dan
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
139
IMUNOSEROLOGI
B. Pembahasan
kualitatif prinsip yang terjadi ialah adanya antibody spesifik dalam serum
penderita akan bereaksi dengan antigen T.palidium yang dilapiskan pada sel
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
140
IMUNOSEROLOGI
digunakan diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
http:www.academia.edu/10445317/MAKALAH_IMUNOLOGI_PEMERIKSAA
N _TPHA_Treponema_pallidum_ Haemaglunation_Assay_Disusun-
Oleh_at_BULLET_Charimastul_Faoziah
http://www.scrib.com/doc/146022484/PEMERIKSAAN-TPHA-makalah#scribd
http://analiskesehatankendariangkatan5.blogspot.oc.id/2013/01/uji-tpha.html
141