Kekerasan PDF
Kekerasan PDF
PERILAKU KEKERASAN
Oleh :
DYA SUSTRAMI, S.Kep.,Ns
ANTONIUS CATUR SUKMONO, S.Kep.,Ns
PENGERTIAN
Respons Respons
Adaptif Maladap
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi,
artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut
dialami oleh individu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua sapek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
4. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
FAKTOR PRESPITASI
Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti ke
lemahan fisik (penyakit fisik), keputusan,
ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku
kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan
merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan
konflikdapat pula memicu perilaku kekerasan.
MASALAH KEPERAWATAN
1. Perilaku kekerasan
2. Resiko mencederai
3. Gangguan harga diri: harga diri rendah
POHON MASALAH
Resiko mencederai
Orang lain/ lingkungan
DIAGNOSA
2. Pembatasan Gerak
Pembatasan gerak adalah memisahkan klien di tempat yang aman dengan tujuan
melindungi klien, klien lain dan staf dari kemungkinan bahaya. Istilah yang biasa
digunakan dirumah sakit jiwa untuk tempat pembatasan gerak adalah kamar
isolasi. Klien dibatasi pergerakannya karena dapat mencederai orang lain atau
dicederai orang lain, membutuhkan interaksi dengan orang lain dan memerlukan
pengurangan stimulus dari lingkungan (Stuart dan Laraia, 1998).
Langkah-langkah pelaksanaan pembatasan gerak adalah sebagai berikut:
o Tunjuk ketua tim krisis
o Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada klien dan staf lain.
o Jelaskan kepada klien dan staf lain tentang perilaku yang diperlukan untuk
mengakhiri tindakan.
o Buat perjanjian dengan klien untuk mempertahankan mengontrol perilakunya
o Bantu klien menggunakan metoda kontrol diri yang diperlukan.
o Bantu klien memenuhi kebutuhan nutrisi, eliminasi, hidrasi, kebersihan diri,
dan kebersihan kamar.
o Lakukan supervisi secara periodik untuk membantu dan memberikan tindakan
keperawatan yang diperlukan.
o Libatkan klien dalam memutuskan pemindahan klien secara bertahap
o Dokumentasikan alasan pembatasan gerak, tindakan yang dilakukan, respon
klien dan alasan penghentian pembatasan gerak.
TUK 3: 3.1 Klien dapat mengungkapkan 3.1.1 Anjurkan klien untuk mengungkapkan yang
Klien dapat perasaan saat marah/ jengkel dialami dan rasakan saat jengkel/ kesal
mengindentifikasikan tanda- 3.1.2 Observasi tanda perilaku kekerasan pada
tanda perilaku kekerasan 3.2 Klien dapat menyimpulkan klien
tanda-tanda jengkel/ kesal 3.2.1 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/
yang dialami kesal yang dialami klien
TUK 4: Klien dapat mengungkapkan 4.1.1 Anjurkan klien untuk men gungkapkan
Klien dapat mengindentifikasi perilaku kekerasan yang biasa perilsku kekerasan yang biasa dilakukan
perilku kekerasan yang biasa dilakukan klein
dilakukan. Klien dapat bermain peran
dengan perilaku kekerasan 4.2.1 Bantu klien bermain peran sesu ai dengan
yang biasa dilakukan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Klien dapat dilakukan cara 4.3.1 Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara
yang biasa dapat yang klien lakukan masalahnya selesai
menyelesaikan masalah atau
tidak.
TUK 5: 5.1 Klien dapat menjelaskan akibat5.1.1 Bicarakan akibat/ kerug ian dari cara yang
Klien dapat mengidentifikasi dari cara yang digunakan klien dilakukan klien
akibat perilaku kekerasan 5.1.2 Bersama klien menyimpu lkan akibat dari
cara yang digunakan oleh klien
5.1.3 Tanyaka n pada klien “apakah ia ingin
mempelajari cara baru yang sehat?”
TUK 6: 6.1 Klien dapat melakukan cara 6.1.1 Tanyakan pada klien “apakah ia ingin
Klien dapat medefisinisikan berespon terhadap kemarahan mempelajari cara baru yang sehat?”
cara konatruktif dalam berespon secara konstruktif 6.1.2 Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain
terhadap kemarahan yang sehat
6.1.3 Diskusikan dengn klien cara lain yang sehat:
a. Secara fisik: tarik napas dala m, jika
sedang kesal/ memukul bantal/ kasur
atau olah raga atau pekerjaan yang
memerlukan tenaga
b. Secara verbal: katakan bahwa a nda
sedang kesal/ tersinggung/ jengkel (saya
kesal anda berkata seperti itu , saya
marah karena mama tidak memenu hi
keinginan saya)
c. Secara sosial: lakukan dalam kelompok
cara-cara yang sehat, latihan asertif.
Latihan manajemen perilaku kekerasan
d. Secara spiritual: anjurkan kli en
sembahyang, berdoa/ ibadah lai n,
meminta pada Tuhan, untuk dibe ri
kesabaran, mengadu pada Tuhan
tentang kekerasan/ kejengkelan.
TUK 7: 7.1 Kien dapat mendemonstrasikan 7.1.1.
Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku 7.1.2. Bantu klien mengidentifikasi m anfaat cara
cara mengontrol perilaku kekerasan yang telah diplih
kekerasan Fisik: tarik napas dalam, 7.1.3. Bantu klien menstimulasikan tersebut (role
olah raga, pukul kasur dan play)
bantal. 7.1.4. Beri reinforcement positif atas keberhasilan
Verbal: mengatakan secara klien menstimulasi cara tersebut
langsung dengan tidak 7.1.5. Anjurkan klien untuk menggunak an cara
menyakiti yang telah dipelajari saat jengkel atau marah
Spiritual: sembahyang, 7.1.6. Susun jadual melakukan cara ya ng telah
berdoa atau ibadah klien dipelajari
TUK 8: 8.1 Klien dapat menyebutkan obat- 8.1.1 Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
Klien dapat menggunakan obat obat yang diminum dan 8.1.2 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
dengan benar (sesuai program kegunaannya (jenis, waktu, berhenti minum obat tanpa seizing dokter
pengobatan) dosis, dan efek) 8.1.3 Jelaskan prinsip benar minum obat (baca
nama yang tertera pada botol o bat, dosis
obat, waktu dan cara minum)
8.1.4 Jelaskan manfaat minum obat dan efek obta
yang perlu diperhatikan
8.2.1 Anjurkan klien minta ob at dan minum obat
tepat waktu
8.2 Klien dapat minum obat sesuai 8.2.2 Anjurkan klien melapork an pada
dengan program pengelolaan perawat/dokter jika merasakan efek yang
tidak menyenangkan
8.2.3 Beri pujian jika klien minum obatdengan
benar
TUK 9: 9.1 Keluarga klien dapat: 9.1.1 Identifikasikan kemampuan keluarga dalam
Klien mendapat dukungan Menyebutkan cara merawat merawat klien dari sikap apa y ang telah
keluarga mengontrol perilaku klien yang berperilaku dilakukan keluarga terhadap klien selama ini
kekerasan kekerasan 9.1.2 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
Mengungkapkan rasa puar klien
dalam merawat klien 9.1.3 Jelaskan cara-cara merawat klien:
Terkait dengan cara mengontrol perilaku
marah secara konstuktif
Sikap tenang, bicara tenang dan jelas
Membantu klien mengenal penyeb ab
marah
9.1.4 Bantu keluarga mendemo nstrasikan cara
merawat klien
9.1.5 Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi
TUK 10: 10.1 Bicara tenang, gerakan t idak terburu-buru,
Klien mendapat perlindungan nada suara rendah, tunjukkan kepedulian
dari lingkungan untuk 10.2 Lindungi agar klien tida k mencederai orang
mengontrol perilaku kekerasan lain dan lingkungan
10.3 Jika tidak dapat diatasi, lakukan:
Pembatasan gerak atau pengekan gan
(lihat prosedur)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah: Perilaku kekerasan
Pertemuan: Ke 1 (satu)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga karena di rumah marah-
marah dan memecahkan piring dan gelas.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebabkan penyebab marah.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 3. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
4. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
5. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah, cara marah yang
biasa dilakukan serta akibat yang terjadi.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. TUK : 6. Memilih satu cara marah yang konstruktif
7. Mendemonstrasikan satu cara marah yang konstruktif
DAFTAR BACAAN
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(5th ed). St louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(6th ed). St louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing.
(7th ed). St louis: Mosby Year Book.