Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

ANALISIS KARBOHIDRAT DENGAN UJI MOLISCH

OLEH:
DITHA FEBBY HANDAYANI
1703051006

PROGRAM STUDI D3 ANALIS KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2019
I. Tujuan
Untuk menguji atau mengidentifikasi senyawa-senyawa karbohidrat secara kualitatif
dengan Uji Molisch.
II. Reaksi
a. Pada pentosa
H O
│ ║
CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4 → ─C—H +

OH
(Pentosa) ( Furfural ) (α-naftol)

b. Pada heksosa

H

CH2OH—HCOH—HCOH—HCOH—HCOH—C=O + H2SO4
Heksosa
O

H2C─ ─C—H +
│ │
OH OH
(5-hidroksimetil furfural) ( α-naftol)
Rumus dari cincin ungu yang terbentuk adalah sebagai berikut:
O

║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH
(Cincin ungu senyawa kompleks)
III. Dasar Teori

Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi yang utama. Protein dan lemak berperan
juga sebagai sumber energi bagi tubuh kita, tetapi karena sebagian besar makanan terdiri atas
karbohidrat, maka karbohidratlah yang terutama merupakan sumber energi utama bagi tubuh.
Amilum atau pati, selulosa, glikogen, gula atau sukrosa dan glukosa merupakan beberapa senyawa
karbohidrat yang penting dalam kehidupan manusia. Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1
seperti pada molekul air. Dahulu orang berkesimpulan adanya air dalam karbohidrat. Karena hal
ini maka dipakai kata karbohidrat, yang berasal dari kata “karbon” dan “hidrat” atau air. Walaupun
pada kenyataannya senyawa karbohidrat tidak mengandung molekul air, kata karbohidrat tetap
digunakan. Senyawa karbohidrat tidak hanya ditinjau dari rumus empirisnya saja, tetapi yang
penting ialah rumus strukturnya. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat gugus fungsi yaitu gugus –OH, gugus aldehida
atau gugus keton. Struktur karbohidrat selain mempunyai hubungan dengan sifat kimia yang
ditentukan dengan sifat fisika, dalam hal ini juga aktivitas optik. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Jika kristal glukosa murni dilarutkan dalam air, maka larutannya akan memutar cahaya
terpolarisasi ke arah kanan. Namun bila larutan itu dibiarkan beberapa waktu dan diamati
putarannya, terlihat bahwa sudut putaran berubah menjadi semakin kecil, hingga lama-kelamaan
menjadi tetap. Peristiwa ini disebut mutarotasi, yang berarti perubahan rotasi atau perputaran.
(McGilvery & Goldstein, 1996)

Sir Walter Norman Haworth (1883-1950) seorang ahli kimia Inggris yang pada tahun 1937
memperoleh hadiah nobel untuk ilmu kimia, berpendapat bahwa pada molekul glukosa kelima
atom karbon yang pertama dengan atom oksigen dapat membentuk cincin segi enam. Oleh karena
itu, ia mengusulkan penulisan rumus struktur karbohidrat sebagai bentuk cincin furan atau piran.
Monosakarida
Monosakarida adalah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya hanya terdiri atas
beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis dalam kondisi lunak
menjado karbohidrat lain. Monosakarida yang paling sederhana adalah gliseraldehida dan
dihidroksiaseton. Gliseraldehida disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan
mempunyai gugus aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom
karbon dan mempunyai gugus keton. Monosakarida yang terdiri atas empat atom karbon disebut
tetrosa dengan rumus C4H8O4. Eritrosa adalah contoh aldotetrosa dan eritrulosa adalah suatu
ketotetrosa. Pentosa adalah monosakarida yang mempunyai lima atom karbon. Contoh pentosa
adalah ribosa dan ribulosa. Dari rumusnya kita dapat mengetahui bahwa suatu ketopentosa.
Pentosa dan heksosa (C6H12O6) merupakan monosakarida yang penting dalam kehidupan.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

1. Glukosa
Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena mempunyai sifat
dapat memutar cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dalam buah-
buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam jumlah atau
konsentrasi yang tetap, yaitu antara 70-100 mg tiap 100 ml darah. Glukosa darah ini dapat
bertambah setelah kita makan makanan sumber karbohidrat, namun kira-kira 2 jam sesudah
itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada keadaan semula. Pada orang yang menderita
diabetes mellitus, jumlah glukosa darah lebih dari 130 mg per 100 ml darah
(McGilvery&Goldstein, 1996). D-glukosa memiliki sifat mereduksi reagen Benedict,
Haynes, Barfoed, gula pereduksi, memberi osazon dengan fenilhidrazina, difermentasikan
oleh ragi dan dengan HNO3 membentuk asan sakarat yang larut (Harper et al, 1979).
2. Fruktosa
Madu lebah selain mengandung glukosa juga mengandung fruktosa. Fruktosa adalah suatu
ketoheksosa yang mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan karenanya
disebut juga levulosa. Pada umumnya monosakarida dan disakarida mempunyai rasa
manis. Fruktosa mempunyai rasa lebih manis daripada glukosa, juga lebih manis daripada
gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan pereaksi seliwanoff,
yaitu larutan resorsinol (1,3 dihidroksi benzene) dalam asam HCl. Dengan pereaksi ini,
mula-mula fruktosa diubah menjadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya bereaksi
dengan resorsinol membentuk senyawa yang berwarna merah. pereaksi Seliwanoff ini khas
untuk menunjukkan adanya ketosa. Fruktosa berikatan dengan glukosa membentuk
sukrosa, yaitu gula yang biasa digunakan sehari-hari sebagai pemanis, dan berasal dari tebu
atau bit (McGilvery&Goldstein, 1996). D-fruktosa mempunyai sifat mereduksi reagen
Benedict, Haynes, Barfoed (gula pereduksi), membentuk osazon dengan fenilhidrazina
yang identik dengan osazon glukosa, difermentasi oleh ragi dan berwarna merah ceri
dengan reagen Seliwanoff resorsinol-HCl (Harper et al, 1979).
3. Galaktosa
Monosakarida ini jarang terdapat bebas dalam alam. Umumnya berikatan dengan glukosa
dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam susu. Galaktosa mempunyai rasa
kurang manis daripada glukosa dan kurang larut dalam air. Galaktosa mempunyai sifat
memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan. D-galaktosa mempunyai sifat mereduksi
reagen Benedict, Haynes dan Barfoed, membentuk osazon yang berbeda dengan dua
monosakarida sebelumnya (glukosa dan fruktosa), dengan reagen floroglusinol memberi
warna merah, dan dengan HNO3 membentuk asam musat (Harper et al, 1979).
Pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas, galaktosa
menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam
sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Pembentukan asam musat ini dapat
dijadikan cara identifikasi galaktosa, karena kristal asam musat mudah dimurnikan dan
diketahui bentuk kristal maupun titik leburnya. (McGilvery&Goldstein, 1996)
4. Pentosa
Beberapa pentosa yang penting diantaranya adalah arabinosa, xilosa, ribosa dan 2-
deoksiribosa. Keempat pentosa ini adalah aldopentosa dan tidak terdapat dalam keadaan
bebas di alam. Arabinosa diperoleh dari gum arab dengan jalan hidrolisis, sedangkan xilosa
diperoleh dari proses hidrolisis terhadap jerami atau kayu. Xilosa terdapat pada urine
seseorang yang disebabkan oleh suatu kelainan pada metabolisme karbohidrat. Kondisi
seseorang sedemikian itu disebut pentosuria. Ribosa dan deoksiribosa merupakan
komponen dari asam nukleat dan dapat diperoleh dengan cara hidrolisis. Dari rumusnya
tampak bahwa deoksiribosa kekurangan satu atom oksigen dibanding dengan ribosa.
(McGilvery&Goldstein, 1996)
Oligosakarida

Senyawa yang termasukoligosakarida mempunyai molekul yang terdiri atas beberapa


molekul monosakarida. Dua molekul monosakarida yang berikatan satu dengan yang lain,
membentuk satu molekul disakarida. Oligosakarida yang lain adalah trisakarida yaitu yang terdiri
atas tiga molekul monosakarida dan tetrasakarida yang terbentuk dari empat molekul
monosakarida. Oligosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah disakarida.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

1.Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang kita kenal sehari-hari, baik yang berasal dari tebu meupun dari
bit. Selain dari tebu dan bit, sukrosa terdapat pada tumbuhan lain, misalnya dalam buah
nanas dan dalamwortel. Dengan hidrolisis sukrosa akan terpecah dan menghasilkan
glukosa dan fruktosa. (McGilvery&Goldstein, 1996) Pada molekul sukrosa terdapat ikatan
antara molekul glukosa dan fruktosa, yaitu antara atom karbon nomor 1 pada glukosa
dengan atom karbon nomor 2 pada fruktosa melalui atom oksigen. Kedua atom karbon
tersebut adalah atom karbon yang mempunyai gugus –OH glikosidik atau atom karbon
yang merupakan gugus aldehida pada glukosa dan gugus keton pada fruktosa. . Oleh karena
itu molekul sukrosa tidak mempunyai sifat dapat mereduksi ion-ion Cu2+ atau Ag+ dan juga
tidak membentuk osazon. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan. Hasil yang diperoleh dari
reaksi hidrolisis adalah glukosa dan fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekuler. Glukosa
memutar cahaya terpolarisasi ke kanan, sedangkan fruktosa ke kira. Oleh karena fruktosa
memiliki rotasi spesifik lebih besar dari glukosa, maka campuran glukosa dan fruktosa
sebagai hasil hidrolisis itu memutar ke kiri. Proses ini disebut inverse. hasil hidrolisis
sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa disebut gula invert. Madu lebah sebagian
besar terdiri atas gula invert dan dengan demikian madu mempunyai rasa lebih manis
daripada gula. Apabila kita makan makanan yang mengandung gula, maka dalam usus
halus, sukrosa akan diubaha menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim sukrase atau
invertase. (McGilvery&Goldstein, 1996)
2.Laktosa
Dengan menghidrolisis laktosa akan menghasilkan D-galaktosa dan D-gluokosa, karena
itu laktosa adalah suatu disakarida. Ikatan galaktosa dan glukosa terjadi antara atom karbon
nomor 1 pada galaktosa dan atom karbon nomor 4 pada glukosa. Oleh karenanya molekul
laktosa mempunyai sifat mereduksi gugus –OH glikosidik. Dengan demikian laktosa
memiliki sifat mereduksi dan mutarotasi. Biasanya laktosa mengkristal dalam bentuk .
Dalam susu terdapat laktosa yang sering disebut gula susu. Pada wanita yang seadng dalam
masa laktasi atau masa menyusui, laktosa kadang-kadang terdapat dalam urine dengan
konsentrasi yang sangat rendah. Dibandingkan dengan glukosa, laktosa memiliki rasa yang
kurang manis. Apabila laktosa dihidrolisis kemudian dipanaskan dengan asam nitrat akan
terbetuk asam musat. (McGilvery&Goldstein, 1996)

3.Maltosa
Maltosa adalah suatu disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. ikatan yang
terjadi ialah antara atom karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa
masih mempunyai gugus –OH glikosidik dan dengan demikian masih mempunyai sifat
mereduksi. Maltosa merupakan hasil antara dalam proses hidrolisis amilum dengan asam
maupun dengan enzim. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Telah diketahui bahwa hidrolisis amilum akan memberikan hasil akhir glukosa. Dalam
tubuh kita amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amylase. maltosa ini
kemudian diuraikan oleh enzim maltase menjadi glukosa yang digunakan oleh tubuh.
Maltosa mudah larut dalam air dan mempunyai rasa yang lebih manis daripada laktosa,
tetapi kurang manis daripada sukrosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)
Urutan tingkat rasa manis pada beberapa mono dan disakarida

Polisakarida

Pada umumnya polisakarida mempunyai molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan
oligosakarida, Molekul polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang
terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan yang menagdung
senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida berupa senyawa berwarna putih
dan tidak berbentuk kristal, tidak memiliki rasa manis dan tidak memiliki sifat mereduksi. Berat
molekut polisakarida bervariasi dari beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang
dapat larut dalam air akan membentuk larutan koloid. beberapa polisakarida yang penting
diantaranya adalah amilim, glikogen, dekstrin dan selulosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

1.Amilum
Polisakarida ini terdapat banyak di alam, yaitu pada sebagian besar tumbuhan. Amilum
atau dalam bahasa sehari-hari disebut pati terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Amilum terdiri atas dua macam polisakarida yang kedua-duanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin. Amilosa terdiri atas
250-300 unit D-glukosa yang terikat dengan ikatan  1,4-glikosidik, jadi molekulnya
merupakan rantai terbuka. Amilopektin juga terdiri atas molekul D-glukosa yang sebagian
besar mempunyai ikatan 1,4-glikosidik dan sebagian lagi ikatan 1,6-glikosidik. Adanya
ikatan 1,6-glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang, sehingga molekul amilopektin
berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Molekul amilopektin lebih besar daripada molekul
amilosa karena terdiri atas lebih dari 1.000 unit glukosa. Butir-butir pati tidak larut dalam
air dingin tetapi apabila suspensi dalam air dipanaskan, akan terbentuk suatu larutan koloid
yang kental. larutan koloid ini apabila diberi larutan iodium akan berwarna biru. Warna
biru tersebut disebabkan oleh molekul amilosa yang membentuk senyawa. Amilopektin
dengan iodium akan memberikan warna ungu atau merah lembayung.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan


glukosa. hidrolisis juga dapat dilakukan dengan bantuan enzim amylase. Dalam ludah dan
dalam cairan yang dikeluarkan oleh pankreas terdapat amylase yang bekerja terhadap
amilum yang terdapat dalam makanan kita. Oleh enzim amylase, amilum diubah menjadi
maltosa dalam bentuk  maltosa. (McGilvery&Goldstein, 1996)

2.Glikogen
Seperti amilum, glikogen juga menghasilkan D-glukosa pada proses hidrolisis. Pada tubuh
kita glikogen terdapat dalam hati dan otot. hati berfungsi sebagai tempat pembentukan
glikogen dari glukosa. Apabila kadar glukosa dalam darah bertambah, sebagian diubah
menjadi glikogen sehingga kadar glukosa dalam darah normal kembali. Sebaliknya apabila
kadar glukosa dalam darah menurun, glikogen dalam hati diuraikan menjadi glukosa
kembalu, sehingga kadar glukosa darah normal kembali. Glikogen yang ada di dalam otot
digunakan sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dari alam
glikogen terdapat pada kerang dan pada alga rumput laut. (McGilvery&Goldstein, 1996)

Glikogen yang terlarut dalam air dapat diendapkan dengan jalan menambahkan etanol.
Endapan yang terbentuk apabila dikeringkan berbentuk serbuk putih. Dengan iodium,
glikogen menghasilkan warna merah. Struktur glikogen serupa dengan struktur
amilopektin yaitu merupakan rantai glukosa yang mempunyai cabang.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

3.Dekstrin
Pada reaksi hidrolisis parsial, amilum terpecah menjadi molekul-molekul yang lebih kecil
yang dikenal dengan nama dekstrin. jadi dekstrin adalah hasil antara proses hidrolisis
amilum sebelum terbentuk maltosa. tahap-tahap dalam proses hidrolisis amilum serta
warna yang terjadi pada reaksi dengan iodium adalah sebagai berikut :

4.Selulosa
Selulosa terdapat dalam tumbuhan sebagai bahan penbentuk dinding sel. Serat kapas boleh
dikatakan seluruhnya adalah selulosa. Dalam tubuh kita selulosa tidak dapat dicernakan
karena kita tidak mempunyai enzin yang dapat menguraikan selulosa. Dengan asam encer
tidak dapat terhidrolisis, tetapi oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis
menjadi selobiosa dan D-glukosa. Selobiosa adalah suatu disakarida yang terdiri atas dua
molekul glukosa yang berikatan glikosidik antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4.
(McGilvery&Goldstein, 1996)

 Uji molisch
Uji molisch merupakan uji kualitatif untuk menentukan adanya kabohidrat dalam suatu
sampel. Untuk melakukan Uji molisch digunakan reagen kimia yang berupa larutan naftol
dalam alkohol. Apabila suatu sampel tersebut mengandung kabohidrat maka larutan
tersebut akan berubah menjadi warna merah unggu. Prinsip dari uji adalah asam sulfat
(H2SO4) pekat akan mengdehidrasi senyawa yang ada dalam karbohidrat menghasilkan
furfural dan derivat karbohidrat. Kondensasi dari hidroksi metal furfural (heksosa) atau
furfural (pentosa) yang telah terbentuk akan bereaksi dengan alfa-naftol membentuk suatu
cincin berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di
purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Alfa-naftol berfungsi sebagai indikator
warna, sedangkan H₂SO₄ berfungsi untuk menghidrolisis glukosa (heksosa) menjadi
hidroksimetil fufural atau arabinosa (pentosa). Reaksi Molisch ini positif untuk semua
karbohidrat ( Kusnawidjaya, 1983).
 Pembentukan furfural
Dalam larutan asam yang encer, walaupun dipanaskan, monosakarida umumnya stabil.
Tetapi apabila dipanaskan dengan kuat yang pekat, monosakarida menghasilkan furfural
atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan
molekul air dari seatu senyawa. (McGilvery&Goldstein, 1996) Pentosa-pentosa hampir
secara kuantitatif semua terdrhidrasi menjadi furfural. Dengan dehidrasi heksosa-heksosa
menghasilkan hidroksimetilfurfural. Oleh karena furfural dan derivatnya dapat membentuk
senyawa yang berwarna apabila direaksikan dengan  naftol atau timol, reaksi ini dapat
digunakan sebagai reaksi pengenal karbohidrat. Pereaksi Molisch terdiri atas larutan 
naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan glukosa misalnya,
kemudian secara hati-hati ditambahkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat
cair. Pada batas antara kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi
kondensasi antara furfural dengan  naftol. Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk
karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif
karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu bukti bahwa tidak ada karbohidrat.
(McGilvery&Goldstein, 1996). Tes ini berguna untuk mengetahui pengaruh asam terhadap
sakarida. Satu cincin merah-ungu menunjukkan adanya karbohidrat (Harper et al, 1979).
IV. Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini adapun alat-alat yang digunakan yaitu labu ukur 100 mL, gelas
ukur, gelas beaker, pipet tetes, neraca analitik, tabung reaksi dan rak tabung reaksi,
spatula, batang pengaduk, dan kaca arloji. Adapun bahan-bahan yang digunakan yaitu
-naftol, 96% etil alcohol, H2SO4 pekat, dan karbohidrat 1% (glukosa, fruktosa, dan
amilum).
V. Prosedur Kerja
Pada praktikum kali ini disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu.
Kemudian dibuat reagen Molisch dengan cara melarutkan 1 g -naftol di dalam 10 mL
96% etil alcohol. Selanjutnya di buat larutan karbohidrat 1%. Sampel karbohidrat yang
digunakan ada tiga yaitu glukosa, fruktosa, dan amilum. Larutan karbohidrat dibuat
dengan cara 0,5 g sampel dilarutkan dalam 50 mL aquades panas. Kemudian dilakukan
analisis karbohidrat dengan reagen Molisch. Dimasukkan 2 mL masing-masing sampel
kedalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2 tetes reagen Molisch dan di kocok
perlahan. Ditambahkan 5 mL H2SO4 pekat kedalam sampel secara perlahan melalui
dinding tabung reaksi. Setelah itu dilihat warna cincin yang terbentuk. Dicatat hasil
pengamatan di dalam sebuah kertas.
VI. Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil pengamatan seperti
dibawah ini :

No Sampel Warna Hasil


Sebelum penambahan Sesudah penambahan
H2SO4 pekat H2SO4 pekat
1. Blanko Bening Sedikit cincin hijau -
2. Glukosa Keruh Cincin ungu terbentuk +
3. Fruktosa Keruh Cincin ungu terbentuk +
4. Amilum Keruh Cincin hijau sedikit -
kebiru-biruan

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dalukakan identifikasi karbohidrat dengan uji Molisch. Uji
Molisch adalah uji yang didasarkan pada prinsip hidrolisis karbohidrat menjadi
monosakarida. Selanjutnya monosakarida jenis pentosa akan mengalami dehidrasi
dengan asam pekat menjadi furfural, sementara golongan heksosa menjadi
hidroksi-metilfurfural menggunakan asam organik pekat. Pereaksi Molisch yang
terdiri dari α-naftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (Sumardjo, 2006).
Pertama-tama yang dilakukan adalah menyiapkan semua tabung untuk diisi dengan
berbagai macam larutan, yaitu larutan karbohidrat 1%, semua komponen ini
diambil 2 mL. Setelah itu ditetesi oleh pereaksi Molisch sebanyak 2 tetes, dimana
tabung yang berisi glukosa dan fruktosa menghasilkan warna yang sama yaitu
bening keruh, sedangkan tabung yang berisi amilum 1% berwarna putih keruh.
Selanjutnya pada masing-masing tabung ditetesi larutan H2SO4 melalui dinding
tabung. Di sini H2SO4 berfungsi untuk menghidrolisis ikatan pada sakarida untuk
menghasilkan furfural. Furfural ini kemudian bereaksi dengan reagen Molisch, α-
naphtol membentuk cincin yang berwarna ungu kemerah-merahan.
Dari hasil pengamatan glukosa dan fruktosa menunjukan uji positif yaitu
membentuk cincin berwarna ungu kemerah-merahan. Hasil uji yang positif ini
berdasar prinsip kerja dalam uji molisch yaitu apabila suatu bahan mengandung
karbohidrat bahan tersebut akan membentuk cincin ungu karena ikatan sakarida
yang ada pada karbohidrat akan mengalami dehidrasi oleh H2SO4 pekat yang akan
menghasilkan furfural dan derivat (turunan) dari karbohidrat. Furfural inilah yang
bereaksi dengan larutan α-naftol yang kemudian akan membentuk cincing
berwarna ungu. Oleh karena itulah uji molisch akan menunjukkan uji positif jika
larutan yang diuji membentuk cicin berwarna ungu.
Kemudian pada amilum menunjukan hasil uji negative karena terbentuk cincin
hijau sedikit kebiru-biruan. Berdasarkan literature seharusnya amilum menunjukan
uji positif. Namun, pada percobaan yang dilakukan hasil yang didapatkan
menunjukan hasil uji negative. Uji negatif terjadi jika tidak terbentuk cincin
berwarna ungu pada larutan uji karena tidak terjadi dehidrasi pada larutan uji oleh
H₂SO₄ sehingga tidak menghasilkan furfural dan derivat karbohidrat. Oleh karena
tidak adanya furfural dan derivat karbohidrat yang terbentuk maka larutan α-naftol
pun tidak akan memberikan reaksi terbentuknya cincin ungu.
VIII. Pertanyaan dan Jawaban
1. Apa warna cincin yang terbentuk?
Jawab : pada hasil uji positif cincin yang terbentuk adalah cincin ungu dan pada
hasil uji negative cincin yang terbentuk adalah cincin hijau sedikit kebiru-biruan.
2. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan uji Molisch yang positif?
Jawab :
O

║ __SO3H
H2C ─────C───── ─OH
3. Mengapa banyak protein juga memberikan uji Molisch yang positif?
Jawab : karena protein memiliki senyawa-senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam
pekat menjadi senyawa furtural atau senyawa furtural yang tersubsitusi seperti
hidroksimetil furtural.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa karbohidrat dapat di analisis
menggunakan uji molisch. Dimana pada praktikum ini yang menunjukan uji positif
adalah glukosa dan fruktosa karena terbentuk cincin ungu. Sedangkan yang
menunjukan uji negative adalah amilum karena terbentuk cincin hijau sedikit kebiru-
biruan.
X. Daftar Pustaka
- Hala, Yusminah dan hartono. 2011. Penuntun Biokimia Umum. Makassar:
Jurusan Biologi FMIPA UNM.
- Harper, et al. 1979. Biokimia Harper. Jakarta : EGC
- Hart,Harold.1983. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
- Hermanto, S.2012.Petunjuk Praktikum Biokimia 1. Jakarta : UIN Syahid.
- Kuchel, Philip. 2006. Biokimia. Jakarta: Erlangga
- Lehninger.1982.Dasar-dasar Biokimia.Jakarta : Erlangga
- McGilvery&Goldstein. 1996. Biokimia : Suatu Pendekatan Fungsional.
Surabaya : Airlangga University Press
- Murray, Robert. 1999. Biokimia Harper. Jakarta: EGC
- Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
- Sumardjo.2006.Pengantar Kimia.Jakarta: EGC
- Yazid, Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
LAMPIRAN

Hasil uji seluruh sampel blanko Hasil uji Hasil uji Hasil uji
fruktosa glukosa amilum

Anda mungkin juga menyukai