Dosen Pengampu :
Oktaria Ardika Putri, S.Si.,M.M
Oleh :
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini ditulis penulis sebagai tugas Mata Kuliah Pemasaran
Internasional. Dan tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pemasaran
dalam lingkup yang lebih luas yaitu dalam lingkup global dan lebih mengetahui
brand lokal.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca.Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Pasar Multi Domestik Versus Pasar Global …………………………….
B. Gambaran Umum Pasar Global ………………………………………..
C. Global Targeting ………………………………………………….…….
D. Global Positioning …………………………………………………..…..
E. Global Branding ………………………………………………………..
F. Local Brand Versus Global Brand …………………………………….
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Strategi utama dalam pemasaran global berkenaan dengan
proses segmentasi, penepan pasar sasaran, dan positioning produk sedemikian
rupa, sehingga produk peusahaan dipersepsikan unik dan unggul dibandingkan
produk para pesaing. Selain itu, penentuan merek global juga merupakan
keputusan kritis yang dalam banyak kasus pada kesuksesan perusahan global
dalam jangka panjang.
Dalam konteks pemasaran global, segmentasi pasar merupakan upaya
mengidentifikasi dan mengkategorisasi kelompok pelanggan dan negara
berdasarkan berbagai karakteristik yang berpengaruh pada reaksi kelompok
bersangkutan terhadap stimulus pemasaran. Targeting adalah proses pengevaluasi
segmen pasar dan memusatkan upaya pemasaran pada negara, kawasan atau
kelompok orang yang memiliki potensi signifikan untuk bereaksi secara positif
terhadap stimulus pemasaran dari perusahaan. Proses targeting mencerminkan
kenyataan bahwa perusahan harus mengidentifikasi pelanggan yang dapat diakses
dan dilayani secara efektif dan efisien. Dalam bab ini, pembahasan akan
dipusatkan pada aspek STP (Segmentation, Targeting, Positioning)
dan branding dalam konteks pemasaran global.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Agar dapat mengerti tentang penjelasan pasar Multidomestik versus Pasar Global
2. Agar dapat mengerti tentang penjelasan Gambaran Umum pasar global
3. Dapat mengetahui penjelasan tentang global targeting
4. Agar dapat mengerti tentang positioning
5. Agar dapat mengerti tentang Global Branding
6. Dapat mengetahui tentang Local brands versus Global brands
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu, preferensi dalam hal warna, rasa, bentuk, ukuran, dan sejenisnya juga
berbeda-beda antar budaya. Perbedaan dalam hal tradisi, budaya, dan fashion ini
melandasi konsep pasar multidomestik (multidomestic markets). Konsep yang
pertama kali dikemukakan oleh Hout, Porter dan Rudden (1982) ini dapat
didefinisikan sebagai “pasar-pasar produk yang memilki perbedaan signifikan dalam
hal pereferensi dan tuntutan fungsional konsumen lokal”. Kategori produk yang
umumnya termasuk dalam tipe pasar multidomestik meliputi makanan, minuman,
pakaian, dan hiburan. Dalam ketegori seperti ini, banyak konsumen yang lebih
menyukai variasi produk lokal (domestik).
Pasar multidomestik mencerminkan variasi faktor budaya, religius, sosial, sumber
daya alam, dan iklim. Implikasinya, perusahaan yang ingin memasarkan produknya di
pasar multidomestik harus mampu mengadaptasi produk dan jasanya sesuai dengan
tuntutan kebutuhan dan preferensi lokal di masing-masing negara yang dimasuki.
Adaptasi yang dilakukan bisa berupa perubahan kandungan gula dan garam (produk
makanan), corak warna dan bentuk kemasan (makanan dan minuman), ukuran
(pakaian), dan seterusnya.
Sementara itu, pasar global juga berkembang pada saat bersamaan. Banyak pasar
produk yang tidak bersifat multidomestik, terutama pada kategori produk yang
memilki kandungan teknologi tinggi, misalnya mobil, televisi, komputer personal, dan
telepon genggam. Preferensi konsumen pada kategori produk semacam itu
tidakdibentuk oleh tradisi, iklim, maupun nilai kultural dasar, namun lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor kebutuhan dan keinginan individual. Implikasinya,
segmentasi berdasarkan negara lebih cocok untuk pasar multidomestik, sementara
untuk pasar global hal itu cenderung tidak terlalu relevan.
Pasar global (global markets) bisa didefinisikan sebagai “pasar yang memiliki
kesamaan preferensi konsumen di antara berbagai negara”. Di dalam negara yang
sama, bisa jadi terdapat berbagai macam segmen konsumen yang memiliki preferensi
berbeda-beda, namun batas-batas antar negara bukanlah pemisah segmen yang
signifikan.
C. Global Targeting
Global targeting merupakan proses mengevaluasi dan membandingkan segmentasi
pasar global, serta memilih satu atau lebih diantaranya sebagai pasar sasaran yang
dinilai berpotensi paling besar untuk dilayani secara efektif dan efisien.
Penetapan pasar global bisa dilakukan dengan menggunakan dua kriteria utama,
yaitu potensi dan kapabilitas. Potensi menyangkut enam aspek krusial yang terdiri
atas:
1) Ukuran dan potensi pertumbuhan pasar ‘sesungguhnya’;
2) Kemungkinan akseptansi konsumen;
3) Struktur persaingan;
4) Situasi lingkungan politik/hukum, ekonomi, dan sosiokultural;
5) Akses ke jaringan yang sudah ada; dan
6) Ketersediaan mitra local yang kapabel dan bersedia bekerja sama,
D. Global Positioning
Pada prinsipnya, positioning berusaha menempatkan produk dalam benak
pelanggan sasaran sedemikian rupa, sehingga memperoleh posisi yang unik dan
unggul dibandingkan produk pesaing. Posisi yang unik dan unggul ini didapatkan dari
berbagai diferensiasi, seperti: produk (fitur, kinerja, kualitas, daya tahan, dan
seterusnya); layanan (pengantaran, instalasi, layanan purna jual, dan garansi); personil
(reliabilitas, empati, kapabilitas, dan kompetensi); saluran distribusi (coverage dan
jaringan); dan citra (simbolisme, merek, dan reputasi perusahaan).
Dalam konteks pemasaran global, muncul masalah berkenaan dengan sejauh mana
positioning nasional bisa diinternasionalisasikan. Hal ini karena merek yang sama
bisa saja memenuhi kebutuhan yang berbeda di pasar negara lain (untuk segmen pasar
yang berbeda), seperti halnya kebutuhan yang sama dapat dipenuhi dengan berbagai
macam cara. Dalam hal ini terdapat empat isu strategic utama:
1) Segmen sasaran;
2) Proporsi nilai;
3) Ruang positioning berdasarkan peta perseptual; dan
4) Standarisasi versus adaptasi. Keempat isu ini bisa dijabarkan menjadi beberapa
aspek kunci:
a. Merek dan produk yang sifatnya culture free versus culture bound. Pada
umumnya, barang konsumen tergolong culture bound, sedangkan barang
industrial termasuk culture free.
b. Segmentasi, menyangkut kluster manfaat dan karakteristik profil yang ada.
c. Prioritas manfaat yang ditetapkan.
d. Positioning pesaing dalam benak konsumen.
e. Status dan stereotyping tentang negara asal (country of origin).
E. Global Branding
Seperti halnya positioning, isu pokok dalam global branding menyangkut
standarisasi (menggunakan satu merek global) versus adaptasi (beberapa merek
nasional berbeda). Penggunaan satu merek global tidak mungkin dilakukan jika:
1) Namanya sudah digunakan oleh perusahaan lain. Contohnya, di Australia nama
Burger King telah lebih dulu digunakan oleh sebuah restoran siap saji di perth.
Akibatnya, sewaktu Burger King masuk Australia, nama yang dipakai adalah
Hungry Jack.
2) Nama (dan juga logo) yang dipakai bisa memiliki konotasi budaya yang berbeda.
Sebagai contoh, Carlsberg harus menambahkan gambar satu ekor gajah lagi pada
label birnya yang semula bergambar dua ekor gajah untuk keperluan iklan di
Afrika. Penyebabnya adalah kepercayaan setempat yang menganggap dua ekor
gajah merupakan symbol nasib buruk.
3) Ada tuntutan untuk menerjemahkan nama merek ke dalam bahasa local, misalnya
di RRC, jepang, dan negara-negara lainnya.
Secara garis besar, standarisasi merek global maupun adaptasi merek local
memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Isu lain tak kalah
menariknya adalah mengembangkan, mengelola, dan mengukur brand equity di
masing-masing pasar yang dimasuki. Brand equity dapat didefinisikan sebagai
“serangkaian memori dalam bentuk pelanggan, anggota saluran distribusi, perusahaan
induk, dan anggota utama lain dari jejaring bisnis merek tertentu yang bisa berdampak
pada aliran kas dan profitabilitas masa datang” (Ambler & Styles, 2000, p. 123).
Memori dalam definisi ini mencakup “procedural memory” (apa yang telah kita
pelajari tentang cara melakukan sesuatu, kebiasaan, dan perilaku) dan “declarative
memory” (apa yang kita ingat).
Oleh sebab itu, merek local (local brands) perlu diklasifikasikan secara lebih
sistematis dan akurat. Salah satu tipologi lain yang ditawarkan adalah klasifikasi
berdasarkan dua dimensi utama: asal (origin) dan kepemilikan (ownership). Empat
kategori utama perspektif merek local sebagai berikut:
PENUTUP
KESIMPULAN