Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

PSIKOLOGI
SDM
Teori – Teori Perkembangan,
tahap – tahap
perkembangan pada
individu
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

05
Ekonomi & Manajemen B M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM
Bisnis

Abstract Kompetensi
Memahami dalam teori – teori perkembangan, Mahasiswa mampu memahami
tahap – tahap perkembangan pada individu dalam teori – teori
perkembangan, tahap – tahap
perkembangan pada individu

Teori – teori perkembangan, tahap – tahap perkembangan pada


0 individu Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
M. Soelton Ibrahem S. Psi, MM
Tujuan Matakuliah

Tujuan Instruksional Khusus :


Mahasiswa dapat memahami dalam teori – teori perkembangan, tahap – tahap
perkembangan pada individu

Materi Bahasan :
1. Manusia dan Perkembangannya

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 2
Manusia dan Perkembangannya

Pengertian Perkembangan Manusia

Dalam buku Human Development, definisi perkembangan manusia adalah


proses perubahan dan kemantapan/kematangan yang dilalui sepanjang rentang
kehidupan seseorang. Tujuan ilmu perkembangan ini agar manusia lebih mengerti
tentang dirinya (Papalia et al,2007). Perubahan dan kemantapan mencakup pada
perkembangan fisik yang meliputi pertumbuhan tubuh dan otak, sensorik,
keterampilan, kesehatan. Perkembangan kognitif yang meliputi belajar, perhatian,
memori, bahasa, berfikir, berargumen dan kreativitas. Perkembangan psikososial
yang meliputi emosi, kepribadian dan hubungan sosial. Tapi tidak ada definisi
yang baku dalam tahapan perkembangan ini, tergantung pada konstruk sosial
yang dianut dimasing-masing negara atau budaya (Papalia et al, 2007).

Prinsip Perkembangan

Secara spesifik, prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau


patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan. Bisa
pula dikatakan, prinsip perkembangan adalah patokan generalisasi mengenai
sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia. Menurut
Hurlock (1991), prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami oleh seorang anak, prinsip tersebut adalah :

A. Adanya perubahan.
B. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan
selanjutnya.

Lingkungan tempat anak menghabiskan masa kecilnya akan sangat


berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiah telah
menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap
dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan
pendapat ini, yaitu:

1. Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam


perkembangan anak

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


3 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 3
2. Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ini tentunya akan
berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak
3. Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah
4. Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah
bagi seorng anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.

C. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar


D. Pola perkembangan dapat diramalkan

Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu


perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala sampai ke kaki. Hal
ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di
bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua adalah
proxmodistal yaitu perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-
jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.

E. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat


diramalkan

Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini


berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti
pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya.

F. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan

Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan
genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan
kontribusi terhadap perkembangan seorang anak.

G. Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial

Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia


mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Diantara
hal yang dapat menjadi bahaya adalah lingkungan dari anak itu sendiri. Bahaya ini
dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial.
Sehingga pola perkembangan anak tidak naik tapi datar artinya tidak ada
peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakanbahwa anak sedang mengalami
gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


4 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 4
Dalam rentang kehidupan manusia terdapat hal-hal yang dapat
mendukung atau malah sebaiknya menggangu proses perkembangan sesuai
dengan tahapannya. Hal ini yang disebut risk factors dan protective factors. Risk
factors adalah kondisi-kondisi yang meningkatkan kemungkinan perkembangan
yang negatif, misalnya kurangnya akses jaminan kesehatan, keluarga yang
berantakan, dan tekanan dari orang lain serta kemiskinan (Papalia et al, 2007).
Protective factors adalah segala sesuatu yang melindungi atau mengurangi
kemungkinan gangguan perkembangan, misalnya dukungan keluarga dan sosial.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan menurut para ahli,


diantaranya yaitu :

1) Menurut Papalia et al. (2007) dalam buku Human Development


adalah:
 Keturunan (nature), yaitu sifat bawaan dari orang tua biologis,
misalnya kecerdasan dan watak.
 Lingkungan (nurture), yaitu tempat dan kondisi sosial di mana
individu tumbuh dan berkembang.
 Kematangan, kesiapan individu untuk menguasai ketrampilan baru,
misalnya kematangan otak dan tubuh pada fase anak-anak awal,
sehinggga mempunyai kemampuan untuk berjalan dan berbicara.
Karakteristik diri dan pengalaman sangat berperan dalam beradaptasi
dengan lingkungan internal dan eksternal.
 Keluarga (cara mendidik, perhatian dan memperlakukan anak)
 Status sosial dan ekonomi (penghasilan, pendidikan, dan
pekerjaan, kemiskinan)
 Budaya (adat, tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, bahasa, perilaku
modeling dari orang tua)
 Ras/suku (leluhur, bangsa, agama, bahasa, yang membentuk
identitas diri).

2) Tahap – tahap perkembangan Pribadi dan Sosial menurut


Erikson
 Tahap I : kepercayaan versus ketidakpercayaan (sejak lahir hingga
18 bulan)
Tahap masa bayi ialah mengembangkan kepercayaan terhadap dunia ini.
Pada tahap ini ibu memiliki peran yang secara kualitatif sangat
menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil.
 Tahap II : Otonomi versus keraguan (18 bulan hingga 3 tahun)
Pada usia 2 tahun kebanyakan bayi telah dapat berjalan dan telah cukup
bnyak belajar bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain.

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


5 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 5
 Tahap III isiatif versus kesalahan (3 hingga 6 tahun)
Tahap bermain. Tugas yang harus ditanggung seorang anak pada masa ini
ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu
melakukan kesalahan. Masa seorang anak mampu belajar terhadap
tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan baru.
 Tahap IV kerajinan versus Interioritas (6 hingga 12 tahun)
Dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari
perasaan rendah diri.pada saat ini perlu dorongan dari org tua dan guru
memberi perhatian,teman harus menerima kehadirannya.
 Tahap V Identitas vs Kekacauan Identitas (12 hingga 18 tahun)
Tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa puber dan
berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. merupakan masa yang mempunyai
peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat
identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti mengetahui
siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun ke tengah masyarakat.
 Tahap VI Keintiman vs Isolasi (dewasa awal 20 tahun)
 ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha
menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya
hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut pacaran.
 Tahap VII Generativitas vs Stagnasi (dewasa pertengahan sekitar
30 hungga 60 tahun)
dapat mengabdikan diri guna keseimbangan antara sifat melahirkan
sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat apa-apa (stagnasi).
Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini adalah
kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui generativitas
akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain.

 Tahap VIII Integritas vs Keputusasaan (dewasa akhir)


integritas dan berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan
sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari
lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak
dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna.

Periode atau Fase Perkembangan Manusia

Menurut beberapa para ahli, ada beberapa fase atau periodisasi psikologi
perkembangan individu, yaitu:

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


6 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 6
1. Periodisasi yang berdasar biologis

Periodisasi atau pembagian masa-masa perkembangan ini didasarkan


kepada keadaan atau proses biologis tertentu. Pembagian Aristoteles didasarkan
atas gejala pertumbuhan jasmani yaitu antara fase satu dan fase kedua dibatasi
oleh pergantian gigi, antara fase kedua dengan fase ketiga ditandai dengan mulai
bekerjanya kelenjar kelengkapan kelamin. Fase-fase tersebut yaitu; a) Fase anak
kecil: 0 – 6 th, b) Fase anak sekolah: 7 – 14 th yaitu masa mulai bekerjanya
kelenjar kelengkapan kelamin, dan c) Fase remaja: 14 – 21 th.

2. Periodisasi yang berdasar psikologis.

Tokoh utama yang mendasarkan periodisasi ini kepada keadaan


psikologis adalah Oswald Kroch. Beliau menjadikan masa-masa kegoncangan
(trotz) sebagai dasar pembagian masa-masa psikologi perkembangan, karena
beliau yakin bahwa masa kegoncangan inilah yang merupakan keadaan
psikologis yang khas dan dialami oleh setiap anak dalam masa
perkembangannya. Fase-fase tersebut yaitu: a) dari lahir sampai masa
“trotz”( kegoncangan) pertama: kanak-kanak awal, b) trotz pertama sampai trotz
kedua: masa bersekolah, c) trotz kedua sampai akhir remaja: masa kematangan.

3. Periodisasi yang berdasar didaktis

Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang


dikemukakan oleh Harvey A. Tilker, PhD dalam Developmental Psycology to
day(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam Developmental Psycology(1980)
tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan
hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati
dengan pembagian periodisasinya. Berikut periodisasi berdasarkan didaktis
menurut Elizabeth B. Hurlock:

1. Masa sebelum lahir (pranatal): 9 bulan

2. Masa bayi baru lahir (new born): 0-2 minggu

3. Masa bayi (babyhood): 2 minggu- 2 th

4. Masa kanak-kanak awal (early childhood):2-6 th

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 7
5. Masa kanak-kanak akhir (later chilhood): 6-12 th

6. Masa puber (puberty) 11/12 – 15/16 th

7. Masa remaja ( adolesence) : 15/16 – 21 th

8. Masa dewasa awal (early adulthood) : 21-40 th

9. Masa dewasa madya(middle adulthood): 40-60 th

10. Masa usia lanjut (later adulthood) : 60-…..

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi periode/fase


perkembangan manusia yang paling luas digunakan:

 Periode prakelahiran (prenatal period)


Ialah saat dari pembuahan hingga kelahiran. Periode ini merupakan
masa pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel tunggal hingga menjadi
organisme yang sempurna dengan kemampuan otak dan perilaku, yang
dihasilkan kira-kira dalam periode 9 bulan.
 Masa bayi (infacy)
Ialah periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga
18 atau 24 bulan. Masa bayi adalah masa yang sangat bergantung pada
orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi hanya sebagai
permulaan seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor,
dan belajar sosial.
 Masa awal anak-anak (early chidhood)
yaitu periode pekembangan yang merentang dari masa bayi
hingga usia lima atau enam tahun, periode ini biasanya disebut dengan
periode prasekolah. Selama masa ini, anak anak kecil belajar semakin
mandiri dan menjaga diri mereka sendiri, mengembangkan keterampilan
kesiapan bersekolah (mengikuti perintah, mengidentifikasi huruf), dan
meluangkan waktu berjam jam untuk bermain dengan teman-teman
sebaya. Jika telah memasuki kelas satu sekolah dasar, maka secara
umum mengakhiri masa awal anak-anak.
 Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood)
ialah periode perkembangan yang merentang dari usia kira-kira
enam hingga sebelas tahun, yang kira-kira setara dengan tahun-tahun
sekolah dasar, periode ini biasanya disebut dengan tahun-tahun sekolah
dasar. Keterampilan-keterampilan fundamental seperti membaca, menulis,
dan berhitung telah dikuasai. Anak secara formal berhubungan dengan
Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 8
dunia yang lebih luas dan kebudayaan. Prestasi menjadi tema yang lebih
sentral dari dunia anak dan pengendalian diri mulai meningkat.
 Masa remaja (adolescence)
ialah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga
masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun
dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula
pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan
yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik
seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan
kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.
 Masa awal dewasa (early adulthood)
ialah periode perkembangan yang bermula pada akhir usia
belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir pada
usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi
dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa
pemilihan pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab,
memulai keluarga, dan mengasuh anak anak.
 Masa pertengahan dewasa (middle adulthood)
ialah periode perkembangan yang bermula pada usia kira-kira 35
hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enam puluhan tahun. Ini
adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung jawab pribadi
dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi individu yang
berkompeten, dewasa dan mencapai serta mempertahankan kepuasan
dalam berkarir.
 Masa akhir dewasa (late adulthood)
ialah periode perkembangan yang bermula pada usia enam
puluhan atau tujuh puluh tahun dan berakhir pada kematian. Ini adalah
masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan,
menatap kembali kehidupannya, pensiun, dan penyesuaian diri dengan
peran peran sosial baru.

Fase Perkembangan Psikoseksual Manusia dari Masa Anak hingga Remaja

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


9 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 9
Fase psikoseksual yaitu tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan
fungsi seksual yang dapat mempengaruhi perkembangan psikologis individu
tersebut. Tiap individu akan mengalami fase/tahap psikoseksual dalam tiap tahap
perkembangan umurnya (0-18 tahun). Bila individu tersebut gagal melewati suatu
masa yang harus dilaluinya sesuai dengan tahap perkembangannya maka akan
terjadi gangguan pada diri orang tersebut. Fase-fase tersebut adalah:

1. Fase oral/mulut (0-18 bulan)

Yaitu fase pertama yang harus dilalui oleh seorang anak sejak dilahirkan.
Pada bulan-bulan pertama kehidupan, bayi manusia lebih tidak berdaya
dibandingkan dengan bayi binatang menyusui lainnya, dan ketidakberdayaan ini
berlangsung lebih lama daripada spesies lain. Pada mulanya bayi tidak dapat
membedakan antara bibirnya dengan puting susu ibunya, yaitu asosiasi antara
rasa kenyang dengan pemberian ASI. Bayi hanya sadar akan kebutuhannya
sendiri dan pada waktu menunggu terpenuhi kebutuhannya, bayi menjadi
frustasidan baru sadar akan adanya obyek pemuas pada waktu kebutuhannya
terpenuhi. Inilah pengalaman pertama kesadaran akan adanya obyek diluar
dirinya. Jadi kelaparan menuntutnya untuk mengenal dunia luar. Reaksi primitif
pertama terhadap obyek yaitu bayi berusaha memasukkan semua benda yang
dipegangnya ke mulut. Bayi merasa bahwa mulut adalah tempat pemuasan (oral
gratification). Rasa lapar dan haus terpenuhi dengan menghisap puting susu
ibunya. Kebutuhan-kebutuhan, persepsi-persepsi dan cara ekspresi bayi secara
primer dipusatkan di mulut, bibir, lidah dan organ lain yang berhubungan dengan
daerah mulut.

Dorongan oral terdiri dari 2 komponen yaitu dorongan libido dan dorongan
agresif. Dorongan libido yaitu dorongan seksual pada anak, yang berbeda dengan
libido pada orang dewasa. Dorongan libido merupakan dorongan primer dalam
kehidupan yang merupakan sumber energi dari ego dalam mengadakan
hubungan dengan lingkungan, sehingga memungkinkan pertumbuhan ego.
Ketegangan oral akan membawa pada pencarian kepuasan oral yang ditandai
dengan diamnya bayi pada akhir menyusui. Sedangkan dorongan agresif dapat
terlihat dalam perilaku menggigit, mengunyah, meludah, dan menangis. Pada fase
oral ini, peran Ibu penting untuk memberikan kasih sayang dengan memenuhi
kebutuhan bayi secepatnya. Jika semua kebutuhannya terpenuhi, bayi akan
merasa aman, percaya pada dunia luar. Hal ini merupakan dasar perkembangan

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 10
selanjutnya dalam berhubungan dengan dunia luar. Jika pada fase oral ini bayi
merasakan kekecewaan yang mendalam, hal ini akan mempengaruhi
perkembangan selanjutnya. Pada waktu dewasa akan mengalami gangguan
tingkah laku seksual misalnya kepribadian oral sadistik yang dimanifestasikan
dalam penyimpangan seksual sadisme, yaitu kepuasan seks yang dicapai bila
didahului atau disertai tindakan yang menyakitkan. Sebaliknya, bila bayi mendapat
kepuasan yang berlebihan maka dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi
sangat optimis, narsistik (cinta diri sendiri), dan selalu menuntut.

2. Fase Anal (1 1/2 -3 tahun)

Fase ini ditandai dengan matangnya syaraf-syaraf otot sfingter anus


sehingga anak mulai dapat mengendalikan beraknya. Pada fase ini kepuasan dan
kenikmatan anak terletak pada anus. Kenikmatan didapatkan pada waktu
menahan berak. Kenikmatan lenyap setelah berak selesai. Jika kenikmatan yang
sebenarnya diperoleh anak dalam fase ini ternyata diganggu oleh orangtuanya
dengan mengatakan bahwa hasil produksinya kotor, jijik dan sebagainya, bahkan
jika disertai dengan kemarahan atau bahkan ancaman yang dapat menimbulkan
kecemasan, maka hal ini dapat mengganggu perkembangan kepribadian anak.
Dimana pada perkembangan seksualitas dewasa anak merasa jijik (kotor)
terhadap alat kelaminnya sendiri dan tidak dapat menikmati hubungan seksual
dengan partner-nya.

Oleh karena itu sikap orangtua yang benar yaitu mengusahakan agar anak
merasa bahwa alat kelamin dan anus serta kotoran yang dikeluarkannya adalah
sesuatu yang biasa (wajar) dan bukan sesuatu yang menjijikkan. Hal ini penting,
karena akan mempengaruhi pandangannya terhadap seks nantinya. Jika terjadi
hambatan pada fase anal, anak dapat mengembangkan sifat-sifat tidak konsisten,
kerapian, keras kepala, kesengajaan, kekikiran yang merupakan karakter anal
yang berasal dari sisa-sisa fungsi anal. Jika pertahanan terhadap sifat-sifat anal
kurang efektif, karakter anal menjadi ambivalensi (ragu-ragu) berlebihan, kurang
rapi, suka menentang, kasar dan cenderung sadomsokistik (dorongan untuk
menyakiti dan disakiti). Karakter anal yang khas terlihat pada penderita obsesif
kompulsif. Penyelesaian fase anal yang berhasil, menyiapkan dasar untuk
perkembangan kemandirian, kebebasan, kemampuan untuk menentukan perilaku
sendiri tanpa rasa malu dan ragu-ragu, kemampuan untuk menginginkan
kerjasama yang baik tanpa perasaan rendah diri.

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


11 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 11
3. Fase Uretral

Pada fase ini merupakan perpindahan dari fase anal ke fase phallus. Erotik
uretral mengacu pada kenikmatan dalam pengeluaran dan penahanan air seni
seperti pada fase anal. Jika fase uretral tidak dapat diselesaikan dengan baik,
anak akan mengembangkan sifat uretral yang menonjol yaitu persaingan dan
ambisi sebagai akibat timbulnya rasa malu karena kehilangan kontrol terhadap
uretra. Jika fase ini dapat diselesaikan dengan baik, maka anak akan
mengembangkan persaingan sehat, yang menimbulkan rasa bangga akan
kemampuan diri. Anak laki-laki meniru dan membandingkan dengan ayahnya.
Penyelesaian konflik uretra merupakan awal dari identitas gender dan identifikasi
selanjutnya.

4. Fase Phallus (3-5 tahun)

Pada fase ini anak mulai mengerti bahwa kelaminnya berbeda dengan
kakak, adik atau temannya. Anak mulai merasakan bahwa kelaminnya merupakan
tempat yang memberikan kenikmatan ketika ia mempermainkan bagian tersebut.
Tetapi orangtua sering marah bahkan mengeluarkan ancaman bila melihat
anaknya memegang atau mempermainkan kelaminnya. Pada fase ini, anak laki-
laki dapat timbul rasa takut bahwa penisnya akan dipotong (dikebiri). Ketakutan
yang berlebihan tersebut dapat menjadi dasar penyebab gangguan seksual
seperti impotensi primer dan homoseksual.

Pada fase ini muncul rasa erotik anak terhadap orangtua dari jenis kelamin
yang berbeda. Rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang berhubungan dengan seks
tampak dalam tingkah laku anak, misalnya membuka rok ibunya, meraba buah
dada atau alat kelamin orangtuanya. Daya erotik anak laki-laki terhadap ibunya,
disertai rasa cemburu terhadap ayahnya, dan keinginan untuk mengganti posisi
ayah disamping ibu, disebut ‘kompleks Oedipus’. Untuk anak wanita disebut
‘kompleks Elektra’. Kompleks elektra biasanya disertai rasa rendah diri karena
tidak mempunyai kelamin seperti anak laki-laki dan merasa takut jika terjadi
kerusakan pada alat kelaminnya. Bila kompleks oedipus/elektra tidak dapat
diselesaikan dengan baik, dapat menyebabkan gangguan emosi pada kemudian
hari.

5. Fase Latensi (5/6 tahun-11/13 tahun)

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 12
Pada fase ini semua aktifitas dan fantasi seksual seakan-akan tertekan,
karena perhatian anak lebih tertuju pada hal-hal di luar rumah. Tetapi keingin-
tahuan tentang seksualitas tetap berlanjut. Dari teman-teman sejenisnya anak-
anak juga menerima informasi tentang seksualitas yang sering menyesatkan.
Keterbukaan dengan orangtua dapat meluruskan informasi yang salah dan
menyesatkan itu. Pada fase ini dapat terjadi gangguan hubungan homoseksual
pada laki-laki maupun wanita. Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan kurang
berkembangnya kontrol diri sehingga anak gagal mengalihkan energinya secara
efisien pada minat belajar dan pengembangan ketrampilan.

6. Fase Genital (11/13 tahun-18 tahun)

Pada fase ini, proses perkembangan psikoseksual mencapai “titik akhir”.


Organ-organ seksual mulai aktif sejalan denga mulai berfungsinya hormon-
hormon seksual, sehingga pada saat ini terjadi perubahan fisik dan psikis. Secara
fisik, perubahan yang paling nyata adalah pertumbuhan tulang dan perkembangan
organ seks serta tanda-tanda seks sekunder. Remaja putri mencapai kecepatan
pertumbuhan maksimal pada usia sekitar 12-13 tahun, sedangkan remaja putra
sekitar 14-15 tahun. Akibat perbedaan waktu ini, biasanya para gadis tampak lebih
tinggi daripada anak laki-laki seusia pada periode umur 11-14 tahun
Perkembangan tanda seksual sekunder pada gadis adalah pertumbuhan
payudara, tumbuhnya rambut pubes dan terjadinya menstruasi, pantat mulai
membesar, pinggang ramping dan suara feminin. Sedangkan pada anak laki-laki
terlihat buah pelir dan penis mulai membesar, tumbuhnya rambut pubes, rambut
kumis, suara mulai membesar. Terjadi mimpi basah, yaitu keluarnya air mani
ketika tidur (mimpi basah).

Bersamaan dengan perkembangan itu, muncullah gelombang nafsu birahi


baik pada laki-laki maupun wanita. Secara psikis, remaja mulai mengalami rasa
cinta dan tertarik pada lawan jenisnya. Kegagalan dalam fase ini mengakibatkan
kekacauan identitas. Itulah fase-fase psikoseksesual yang harus dialami oleh tiap-
tiap individu. Dengan mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan bila gagal
ataupun berhasil dalam melewati tiap fase, maka hendaknya orangtua dan para
pendidik dapat mengambil manfaatnya, sehingga kita dapat memberikan
kesehatan mental putra-putri kita sedini mungkin.

Tugas-Tugas Perkembangan Manusia

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 13
Tahapan perkembangan manusia mempunyai 3 dimensi tahapan
perkembangan, yaitu perkembangan fisik, perkembangan kognisi dan
perkembangan psikososial. Perkembangan fisik terdiri dari pertumbuhan fisik dan
otak, kapasitas sensori, ketrampilan motorik dan perkembangan kesehatan.
Sedangkan untuk perkembangan kognisi adalah berupa perubahan dalam
kemampuan mental, contohya pembelajaran, perhatian, memori, bahasa,
pemikiran, penalaran dan kreatifitas. Untuk perkembangan psikososial perubahan
dalam emosi, kepribadian, dan hubungan sosial.

Ada lima tahapan perkembangan yang dilalui dan masih diingat oleh subyek, yaitu
masa toddler, masa anak awal, masa anak petengahan,masa remaja dan masa
dewasa awal.

a) Bayi dan Toodler

Pada tahapan ini dialami seorang individu dimulai pada saat bayi sampai
mencapai umur 3 tahun. Perkembangan fisik meliputi beroperasinya semua
sistem rasa dan tubuh dengan tingkatan yang bervariasi, perkembangan otak
yang kompleks dan tingginya pengaruh lingkungan, pertumbuhan dan
perkembangan fisik (ketrampilan) berlangsung dengan cepat. Perkembangan
kognitif meliputi kemampuan untuk belajar dan mengingat peristiwa yang saat ini
terjadi, pengunaan simbol dan kemampuan untuk memecahkan masalah diakhir
tahun ke-2, dan berkembangnya pemahaman dan bahasa dengan cepat.
Perkembangan psikososial meliputi terbentuk hubungan kelekatan dengan orang
tua, caregiver dan orang lain dengan kuat, berkembangnya sistem kewaspadaan
diri, adanya perubahan dari ketergantungan menjadi mandiri. Meningkatkan
ketertarikan dengan anak-anak yang lain yang seumuran (Papalia et al, 2007).

b) Anak-Anak Awal (Early Childhood)

Rentang umur dalam tahap ini adalah 3-6 tahun. Perkembangan fisik
meliputi mengalami pertumbuhan fisik yang stabil, penampilan fisik menjadi lebih
ramping dan proporsional seperti orang dewasa, biasanya terjadi berkurangnya
nafsu makan dan kurang tidur, meningkatnya ketrampilan dan kekuatan gerakan.
Perkembangan kognitif meliputi pemahaman mengenai perspektif orang lain
berkembang, ketidakmatangan kognitif karena memiliki beberapa ide yang tidak
logis mengenai dunia, berkembangnya memori dan bahasa, kecerdasan dapat
diprediksi, mempunyai pengalaman belajar di preschooldan kindergarten.

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 14
Perkembangan psikososial meliputi konsep diri dan pemahaman emosi menjadi
lebih kompleks, meningkatnya kemandirian, inisiatif, dan kontrol diri,
berkembangnya identitas gender, permainan menjadi lebih imajinatif, elaboratif
dan melibatkan orang lain (sosial), berkembangnya sifat menolong, agresif dan
ketakutan (Papalia et al, 2007).

c) Anak-Anak Pertengahan (Middle Childhood)

Tahapan ini dialami individu dimulai dari umur 6 sampai 11 tahun.


Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan fisik lambat, meningkatnya kekuatan
dan ketrampilan atletis, mengalami masalah pada sistem pernafasan, tetapi
umumnya kesehatan lebih baik di rentang kehidupan. Perkembangan kognitif
meliputi menurunnya egosentris, anak mulai berfikir secara logis, tapi nyata,
meningkatkan kemampuan memori dan bahasa, memasuki sekolah dasar, karena
secara kognitif mengizinkan. Perkembangan psikososial meliputi konsep diri lebih
kompleks, yang mempengaruhi sistem perhargaan dirinya, kontrol yang berubah
dari orang tua ke anak (agak kurang diperhatikan kebutuhannya), pentingnya
hubungan dengan teman sebaya. (Papalia et al, 2007)

d) Remaja (Adolescence)

Tahapan perkembangan ini dimulai sejak individu berumur 11 tahun


sampai 20 tahun. Perkembangan fisik meliputi perubahan fisik dengan cepat,
terjadinya kematangan alat reproduksi, meningkatnya gangguan makan (eating
disorder) dan pengunaan narkoba dan obat-obatan terlarang dalam rangka
pencapaian identitas diri. Perkembangan kognitif meliputi kemampuan berfikir
abstrak, dan berkembangnya pengunaan alasan yang ilmiah, ketidakdewasaan
berfikir dalam beberapa perilaku dan kebiasaan, pendidikan difokuskan untuk
persiapan ke pendidikan yang lebih tinggi dan universitas. Perkembangan
psikososial meliputi pencarian identitas termasuk identitas seksual, hubungan
dengan orang tua baik, pergaulan dengan teman sebaya berdampak positif atau
negatif. (Papalia et al, 2007).

e) Dewasa Awal (Young Adulthood)

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 15
Dewasa awal ini merupakan masa transisi masa remaja menuju dewasa.
Masa ini disebut dengan masa muda (Kenniston dalam Santrock, 1995). Transisi
ini ditunjukan dengan kemandirian ekonomi dan kemandirian membuat keputusan
(karir, nilai-nilai, keluarga, hubungan, dan gaya hidup) dan merupakan transisi dari
sekolah menengah menuju universitas. Tahapan perkembangan ini dimulai ketika
individu berumur 20 tahun sampai 40 tahun (Papalia et al, 2007).

Di masa ini, pemuda berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi dan


daya tahan, serta dipuncak fungsi sensoris dan motoris, semua fungsi tubuh
berkembang sempurna, ketajaman visual, intensitas rasa, bau, sensitif terhadap
rasa sakit dan temperatur. Dan akan mengalami penurunan pada usia 45 tahun
(Santrock, 1995).

Menurut Piaget, pemuda mengalami pergeseran ke pemikiran post-formal.


Pemikiran pada masa dewasa cenderung tampak fleksibel, terbuka, adaptif, dan
individualistis. Tahap kognisi orang dewasa ini sering kali disebut pemikiran post-
formal yang bersifat relatif. Pemikiran post-formal melihat bayangan abu-abu.
Pemikiran tersebut sering kali muncul sebagai respon terhadap peristiwa dan
interaksi membuka cara pandang tidak biasa terhadap sesuatu dan menantang
pandanan sederhana terpolarisasi terhadap dunia. Pemikiran tersebut
memungkinkan orang dewasa melampaui sistem logika tunggal dan
mendamaikan atau memilih diantara beberapa ide yang saling berlawanan
(Papalia et al, 2007).

Dalam teori Kohlberg, penilaian moral dalam masa dewasa seringkali


menjadi lebih kompleks. Pengalaman mengarahkan orang dewasa untuk
mengevaluasi kembali kriteria mereka tentang benar dan salah.

Bagi pemuda, keterbukaannya terhadap pendidikan atau lingkungan kerja


baru menawarkan peluang untuk mengasah kemampuannya, mempertanyakan
asumsi yang sudah dipegang sejak lama, dan mencoba cara baru memandang
dunia. Ketika memasuki dunia kerja, penyesuaian pertama adalah memilih bidang
yang cocok dengan bakat, minat dan faktor psikologis lainnya yang secara hakiki
sulit dipungkiri agar kesehatan mental dan fisiknya sebagai orang dewasa dapat
terjaga. Penyesuaian kedua adalah pilihan jurusan harus dilakukan dengan
mantap. Literasi merupakan persyaratan fundamental untuk berpartisipasi bukan
hanya di tempat kerja tapi juga dalam segala segi masyarakat informasi modern.
Orang dewasa terpelajar adalah mereka yang dapat menggunakan informasi
Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 16
cetak dan tertulis untuk beraktivitas dalam masyarakat, mencapai target mereka,
dan mengembangkan pengetahuandan potensi mereka (Papalia et al, 2007).

Tahap perkembangan psikososial masa dewasa awal ini berada pada tahap ke-6
yaitu intimidasi versus isolasi. Jika seorang dewasa awal tidak dapat membuat
komitmen personal yang dalam terhadap orang lain, maka mereka akan terisolasi
dan terpaku pada kegiatan dan pikiran sendiri (self absorb). Akan tetapi, mereka
juga butuh kesendirian sebagai upaya merefleksikan kehidupan meraka. Ketika
mereka berusaha menyelesaikan tuntutan saling berlawanan dari intimidasi,
kompetisi dan jarak, mereka mengembangkan pemahaman etis, yang dianggap
Erikson sebagai tanda kedewasaan (Papalia et al, 2007).

Daftar Pustaka

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 17
1. Azhari, Akyas, Psikologi Umum & Perkembangan, Jakarta: Seri
buku daras, 2004.
2. Sobur, Alex, Psikologi umum, Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
3. Walgito, Bimo, Psikologi Umum,Yogyakarta:Yayasan penerbitan
fakultas psikologi UGM, 1983.
4. Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi
Offset, 2003
5. Diane E. Papalia, Sally Wendkos Old dan Ruth Duskin Feldman.
(2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Edisi
Kesembilan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
6. A.M. Heru Basuki. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Gunadarma.
7. Vasta, R; Miller, S. A; Ellis, S. 2004, introduction to Psychology :
Gateways to Mind and Behavior, UK: Willey & Sons
8. Hoyer, W.J., Roodin, P.A. 2005. understanding Psychology.
Massachussets : Mc-Graw Hill
9. Cascio, Wayne F.;Aguinis, Herman, 2005, Applied Psychology in
Human Resource Management, 6 th edition, Prentice Hall
10. Sahlan, Asnawi, 1999, Aplikasi Psikologi dalam Manajemen
Sumber Daya Manusia Perusahaan. Pusgrafin
11. Kartono, Kartini, 2002, Psikologi Sosial & Industri, PT.
Rajagrafindo Persada
12. Ivancevich, John M., Konopaske, Robert and Matteson, Michael,
2008, Organizational Behavior and Management, 8 th edition, McGraw-hill
13. Miftah, Thoha, 1993, Perilaku Organisasi, Konsep dasar &
aplikasi, Rajagrafindo Persada
14. http://www.academia.edu/7847265/MAKALAH_PERKEMBANGAN
_ANAK_YANG_BERSIFAT_NORMATIF_DAN_NON_NORMATIF
15. Pristiadi Utomo. “Piaget dan Teorinya”.
Online.http://ilmuwanmuda.wordpress.com/piaget-dan-teorinya/. Diakses
16 September 2014.

Psikologi SDM Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18 M. Soelton ibrahem S.Psi, MM http://www.mercubuana.ac.id 18

Anda mungkin juga menyukai