Proposal KTI Uun
Proposal KTI Uun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai penyakit gout
zaman Yunani kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai penyakit
kalangan sosial elite yang disebabkan karena terlalu banyak makan, minum
(hiperusisemia). Pada keasaman ini bisa terjadi oversekresi asam urat atau
keduanya (Smeltzer,2001).
Pengertian ini menerangkan bahwa tingginya angka penyakit asam
Serikat pada tahun 1986 dilaporkan adalah 13,6/1000 pria dan 6,4/1000
penduduk menderita asam urat. Dan untuk indonesia sendiri, asam urat
1
2
tertinggi terdapat pada penduduk pantai dan yang paling tinggi yaitu di
of Medicine pada tanggal 8 maret 2004 memuat artikel hasil karya dr Choi
dan rekannya, yang berjudul “Purine-Rich Foods, Dairy and protein Intake,
and risk of Gout in Men”. Dr Choi dan rekannya melakukan penelitian ini
pada tahun 1986 saat penelitian mulai dilakukan, didapatkan 730 kasus gout
baru atau sekitar 15/1000 penduduk (1,5%) (dr Juandy Jo, 2007,
http://usmanhungkul.wordpress.com).
Di Indonesia belum banyak publikasi epidemiologi tentang artritis
pirai. Pada tahun 1935 seorang dokter kebangsaan Belanda bernama Van
15-45 tahun yang diteliti, diperoleh 0,8% sampel menderita asam urat tinggi
(1,7% pria dan 0,05% wanita diantaranya sudah mencapai tahap Gout
Arthritis)
(http://www.bintangmawar.net.)
Salah satu penelitian dari Departemen IPD FKUI, menjelaskan
urat pada berbagai kelompok usia, jenis kelamin dan indeks masa tubuh
pada penduduk perkotaan, profil kadar asam urat dan hiperurisemia pada
tahun, keluhan saluran cerna bagian bawah, dan dispepsia pada penduduk
urat disetiap negara dan masing-masing wilayah tertentu, selain itu juga hal
nyeri dari setiap pasien asam urat untuk menggambarkan respon nyeri yang
dirasakan. Masalah yang paling banyak dikeluhkan pada pasien asam urat
adalah nyeri sendi ketika penyakit tersebut kambuh, nyeri sendi ini
sendi pasien asam urat adalah nyeri hebat pada malam atau pagi hari, nyeri
terasa tertusuk benda tajam, dan teraba panas di bagian tubuh yang terasa
nyeri.
Menurut Masslow, seorang pelopor psikologi mengatakan bahwa
distraksi, teknik nafas dalam, dan teknik imajinasi. Tinjauan lain selain lebih
ekonomis adalah control nyeri yang lebih adekuat dan tidak ada efek
ini lebih efektif dan efisien serta didapat hasil yang optimum dibandingkan
dengan teknik paliatif lainnya. Selain itu juga, pasien dapat mengerjakannya
ketegangan otot sehingga nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang
terhadap perubahan nyeri sendi untuk para pasien Asam urat. Selain obat
5
hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks,
aliran darah. Untuk itu peneliti ingin meneliti lebih lanjut tentang “Pengaruh
B. Rumusan Masalah
Dari permasalahan di atas maka perlu dibuat penelitian sebagai
berikut :
“Adakah Pengaruh Teknik Kompres Hangat Terhadap Perubahan Nyeri
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik
kompres hangat terhadap perubahan nyeri sendi pada pasien asam urat di
asam urat.
b. Gambaran Nyeri Sendi (Skala nyeri, Intensitas nyeri, dan Durasi
hangat.
f. Pengaruh umur terhadap nyeri setelah diberikan kompres hangat.
D. Manfaat Penelitian
- Bagi Institusi Keperawatan
6
sebagai literatur tambahan untuk materi yang telah didapat dan juga
tertentu dari tubuh (tophi) dan batu pada saluran kemih. (www.bintangmawar.net)
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal yang merupakan
hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah
satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara
alamiah, purin terdapat dalam tubuh dan dijumpai pada semua makanan sari sel
hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Jadi asam urat merupakan hasil metabolisme
di dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebihan. Setiap orang memiliki asal
urat di dalam tubuh, karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat.
kebutuhan setiap hari. Ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya
duga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal yang
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh (Perry & Potter, 2005).
b. Penyakit gout sekunder.
1) Meningkatnya produksi asam urat karena pengaruh pola makan yang
purin tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk salam
salisilat).
3) Obesitas (kegemukan).
4) Intoksikasi (keracunan timbal).
Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik.
yang meninggi akan menyebabkan kadar asam urat juga ikut meninggi
dewasa kurang dari 7 mg/dL dan pada wanita kurang dari 6 mg/dL. Dan apabila
konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7,0 mg/dl dapat menyebabkan
dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam
serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon
dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan
imunologik (Long,2001).
pengobatan dalam waktu sekitar 5-7 hari. Bila dilakukan pengobatan maka akan
lebih cepat menghilang. Karena cepat menghilang maka penderita sering menduga
kakinya hanya keseleo atau terkena infeksi, sehingga tidak menduga terkena
penyakit gout arthritis dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pada
gout arthritis. Ini karena serangan pertama berlangsung sangat singkat dan dapat
tukang urut dan pada saat penderita sembuh, penderita menyangka hal itu
dikarenakan hasil urutan/pijatan. Namun jika dilihat dari teori, nyeri yang
diakibatkan asam urat tidak boleh dipijat ataupun diurut, tanpa diobati atau diurut
sekalipun serangan pertama kali ini akan hilang dengan sendirinya (Long 2001).
b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)
10
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu
tertentu. Rentang waktu setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1-10
tahun. Namun rata-rata rentang waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang
waktu pada tahap ini menyebabkan seseorang lupa bahwa dirinya pernah
menderita serangan gout Arthritis akut. Atau menyangka serangan pertama kali
yang dialami tidak ada hubungannya dengan penyakit Gout Arthritis (Long 2001).
c. Tahap 3 (Tahap Gout Arthritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa
gejala, maka penderita akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan
arthritis yang khas seperti diatas. Selanjutnya penderita akan sering mendapat
serangan (kambuh) yang jarak antara serangan yang satu dengan serangan
berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan makin lama makin
panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin banyak. Misalnya seseorang
yang semula hanya kambuh setiap setahun sekali, namun bila tidak berobat
dengan benar dan teratur, maka serangan akan makin sering terjadi biasanya tiap 6
bulan, tiap 3 bulan dan seterusnya, hingga pada suatu saat penderita akan
mendapat serangan setiap hari dan semakin banyak sendi yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Arthritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi
serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Thopi
ini akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila
ukuran thopi semakin besar dan banyak akan mengakibatkan penderita tidak dapat
(hiperuremia) akan menderita penyakit asam urat. Namun ada beberapa kondisi
(Noer 2001) :
a. Pola makan yang tidak terkontrol. Asupan makanan yang masuk ke
mengkonsumsi alkohol.
d. Peminum alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam
urat lewat urine ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan
di dalam darah.
e. Seseorang yang berumur ≥ 45 tahun biasanya pada laki-laki, dan
urat.
g. Seseorang kurang mengkonsumsi air putih.
h. Seseorang dengan gangguan ginjal dan hipertensi.
i. Seseorang yang menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu
lama.
j. Seseorang yang mempunyai penyakit diabetes mellitus.
5. Manifestasi Klinis
12
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
tenang dapat terjadi berulang kali dan makin lama makin berat.
c. Disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamakan thopi.
d. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis.
e. Berdasarkan diagnosis dari American Rheumatism Association
sendi.
2) Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam thopi, di
metatarsophalangeal.
g) Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
13
tanpa erosi.
l) Hasil kultur cairan sendi menunjukkan nilai negative.
Serangan asam urat biasanya timbul secara mendadak atau akut, dan
kebanyakan menyerang pada malam hari. Jika asam urat menyerang, sendi-sendi
yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit di atasnya terasa panas
disertai rasa nyeri yang sangat hebat, juga persendian yang sulit digerakkan
(Muhammad, 2010).
gout arthritis akan mengalami peradangan pada satu atau beberapa persendian.
Sendi metatarsophalangeal dengan jari kaki pertama. Tapi tidak jarang sendi lutut,
tarsal, dan pergelangan kaki juga ikut terlibat. Nyeri yang biasa dikeluhkan pasien
adalah tajam dan terkadang membuat pasien tidak bisa berjalan. Pada beberapa
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asam urat secara umum, dapat diatasi dengan
sebagai anti radang, penghilang rasa sakit (analgesik), membersihkan darah dari
menurunkan asam urat. Adapun jenis tanaman berkhasiat obat yang dapat
digunakan untuk mengatasi asam urat diantaranya yaitu (Saraswati, 2009 dalam
Muhammad, 2010) :
1) Mengkudu (Morinda Citrifolia). Buah ini dipercaya memiliki khasiat
penawar racun.
15
1) Kompres hangat
dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan
otot sehingga nyeri sendi yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Perry &
Potter,(2005).
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai metode yang
sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan
melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan
dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang ditempelkan
2) Olahraga
pada sendi menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Pelepasan
endorfin alami dapat meningkat dengan olah raga teratur yang akan menekan
pelepasan prostaglandin, selain itu mampu menguatkan kadar beta endorfin yaitu
suatu zat kimia otak yang berfungsi meredakan rasa sakit (Sadoso, 1998).
manusia, pada perokok berat dapat meningkatkan durasi terjadinya nyeri, hal ini
4) Pengaturan diet
1) Masase kutaneus
17
pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
2) Terapi panas
penyembuhan.
(non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan
nyeri. TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda
yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
4) Distraksi
5) Relaksasi
6) Imajinasi
7. Diagnosa
18
Setelah kita mengetahui faktor penyebab dan gejala asam urat, tugas kita
sekarang ialah bagaimana cara mengetahui atau mendiagnosa asam urat dan
komplikasinya. Hal inilah yang menjadi penanda dan penetapan apakah kita
benar-benar terserang penyakit asam urat ataukah tidak. Sebab dalam hal ini, kita
pemeriksaan radiologis, dan cairan sendi. Selain itu, kita juga bisa melakukan
laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas 7 mg/dL untuk
pria dan lebih dari 6 mg/dL untuk wanita. Selain itu, kadar asam urat dalam urin
lebih dari 760-1000 mg/24 jam dengan diet biasa. Disamping hal tersebut, sering
normal dan tidaknya fungsi ginjal. Sementara itu pemeriksaan profil lemak darah
dalam sendi dan tulang serta untuk melihat proses pengapuran di dalam tofus
(Kusyanti, 2006).
c. Pemeriksaan dengan Roentgen
Selain itu, kita juga bisa melakukannya dengan cara Roentgen.
Pemeriksaan ini baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan sendi. Dan,
19
jauh lebih efektif jika pemeriksaan roentgen ini dilakukan pada penyakit sendi
melihat kelainan baik pada sendi maupun pada tulang dan jaringan di sekitar sendi
(Ketria, 2009).
Seberapa sering penderita asam urat untuk melakukan pemeriksaan
jangan terlalu sering. Sebab, pemeriksaan roentgen yang terlalu sering mempunyai
risiko terkena radiasi semakin meningkat. Pengaruh radiasi yang berlebihan bisa
perempuan. Oleh karena itu, kita harus ekstra hati-hati dan harus bisa
(gout). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa, sifat kimia asam urat cenderung
merupakan faktor resiko timbulnya gout, namun hubungan secara ilmiah antara
hiperurisemia dengan serangan gout akut masih belum jelas. Athritis gout akut
dapat terjadi pada keadaan konsentrasi asam urat serum yang normal. Akan tetapi,
Keluhan utama serangan akut dari gout adalah nyeri sendi yang amat
sangat yang disertai tanda peradangan (bengkak, memerah, hangat dan nyeri
tekan). Adanya peradangan juga dapat disertai demam yang ringan. Serangan akut
biasanya puncaknya 1-2 hari sejak serangan pertama kali. Namun pada mereka
yang tidak diobati, serangan dapat berakhir setelah 7-10 hari. Serangan biasanya
berawal dari malam hari. Awalnya terasa nyeri yang sedang pada persendian.
Selanjutnya nyerinya makin bertambah dan terasa terus menerus sehingga sangat
mengganggu
Biasanya persendian ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah
bagian yang umumnya terkena karena temperaturnya lebih rendah dari suhu tubuh
bawah juga dapat memicu serangan. Trauma pada persendian yang menerima
beban berat tubuh sebagai hasil dari aktivitas rutin menyebabkan cairan masuk ke
sinovial pada siang hari. Pada malam hari, air direabsorbsi dari celah sendi dan
waktu. Sekitar 60% pasien mengalami serangan akut kedua dalam tahun pertama,
sekitar 78% mengalami serangan kedua dalam 2 tahun. Hanya sekitar 7% pasien
9. Pencegahan
Asam urat darah adalah hasil pemecahan dari protein yang secara khusus
disebut purin dan selanjutnya 75 persen asam urat dibuang oleh tubuh melalui
urine. Peningkatan kadar asam urat dapat terjadi akibat produksi lebih banyak dari
protein. Banyak penderita yang memiliki kelebihan berat badan, jika berat badan
mereka dikurangi, maka kadar asam urat dalam darah seringkali kembali ke
telah di celupkan pada air hangat, yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu.
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu
dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan. Tindakan ini selain untuk melancarkan sirkulasi darah
getah radang menjadi lancar, serta memberikan ketenangan dan kesenangan pada
dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan
otot sehingga nyeri sendi yang dirasakan pada pasien asam urat akan berkurang
atau hilang.
Menurut Bare & Smeltzer (2001), kompres hangat mempunyai keuntungan
meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan
kontraksi otot dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri
sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan
melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan
manfaat yang besar. Adapun manfaat efek panas adalah (Gabriel, 1996) :
a. Efek Fisik
Panas dapat menyebabkan zat cair, padat, gas mengalami pemuaian ke
segala arah.
b. Efek Kimia
Sesuai dengan pernyataan Van Hoff bahwa rata-rata kecepatan reaksi
kimia di dalam tubuh tergantung pada temperatur. Menurunnya reaksi kimia tubuh
darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak,
khususnya yang mengalami radang dan nyeri bertambah dan diharapkan akan
terjadi penurunan nyeri sendi pada jaringan yang meradang (Tamsuri, 2007).
3. Mekanisme Kerja Panas
Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit dengan
empat cara yaitu : secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Prinsip kerja
yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke
dalam sendi yang nyeri dan akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan
ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri sendi pada klien asam urat.
Kompres hangat dapat dilakukan dengan menempelkan kantong karet
yang diisi air hangat atau dengan buli-buli panas (WWZ) atau handuk yang telah
direndam di dalam air hangat ke bagian tubuh yang nyeri dengan suhu air sekitar
50°-60°C, karena pada suhu tersebut kulit dapat mentoleransi sehingga tidak
terjadi iritasi dan kemerahan pada kulit yang dikompres. Sebaiknya diikuti dengan
latihan pergerakan atau pemijatan. Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah
pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih rileks, menurunkan atau
yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat
bersifat individual. Stimulus yang dapat berupa stimulus yang bersifat fisik
dan/atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada
fungsi ego seorang individu (Mahon, 1994, dalam perry dan potter, 2005).
seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan
bahwa ia merasa nyeri’. Nahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung
syaraf bebas dalam kulit yang berespons hanya terhadap stimulus kuat yang secara
reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang bermielin dan ada juga yang tidak bermielin
bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatik dalam (depp somatic), dan pada
daerah viseral. Karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga
dari daerah ini biasanya mudah untuk dilokalisasi dan didefinisikan. Reseptor
yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apabila
yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan
sulit dilokalisasi. .
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral. Reseptor viseral.
reseptor ini meliputi organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal, dan
sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya difus (terus-menerus).
25
Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan
yang dapat timbul pada daerah yang berbeda/ jauh dari organ asal stimulus nyeri
tersebut. Nyeri pindah ini dapat terjadi karena adanya sinaps jaringan viseral pada
medulla spinalis dengan serabut yang berasal dari jaringan subkutan tubuh.
dipengaruhi oleh rangsangan mekanik dari pada rangsangan panas dan kimia,
sedang serabut nyeri jenis C lebih dipengaruhi oleh rangsangan suhu, kimia dan
mekanik kuat.
3.2 Transmisi Nyeri
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana
nosiseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai
teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori
rongga sinaps antara dua serabut saraf, dan dapat bersifat sebagai penghambat
nyeri.
-Prostaglandin
1. Dibangkitkan dari pemecahan pospilipid di membrane sel.
2. Dipercaya dapat meningkatkan sensitivitas terhadap sel.
b. Neuromodular
1) Endorfin (morfin Endogen)
a) Merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh.
b) Diaktivasi oleh daya stres dan nyeri.
c) Terdapat pada otak, spinal, dan traktus gastrointestinal.
d) Memberi efek analgesik.
2) Bradikinin
a.Dilepaskan dari plasma dan pecah disekitar pembuluh darah pada daerah yang
mengalami cedera.
b.Bekerja pada reseptor saraf perifer, menyebabkan peningkatan stimulus nyeri.
c.Bekerja pada sel, menyebabkan reaksi berantai sehingga terjadi pelepasan
prostaglandin.
3.4 Konsep Nyeri
Menurut Mc. Caffery (1979), nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan
nyeri adalah suatu Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik secara actual maupun
yang nyata, ancaman dan fantasi luka. Mengacu pada teori dari Asosiasi Nyeri
kejadian fisik, yang tentu saja untuk penatalaksanaan nyeri menitikberatkan pada
akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari satu detik sampai dengan
kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam
pembedahan dengan awitan yang cepat dan tingkat keparahan yang bervariasi
(sedang sampai berat). Nyeri akut dapat dipandang sebagai nyeri yang terbatas
tubuh. Nyeri jenis ini biasanya hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa
nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral, nyeri alih, nyeri sebar, dan
pada laserasi, luka bakar dan sebagainya. Nyeri jenis ini memiliki durasi yang
28
pendek, terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam. Nyeri somatik dalam (deep
somatic pain) adalah nyeri yang terjadi pada otot dan tulang serta struktur
Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama. Sensasi yang timbul
biasanya tumpul.
Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal ke
jaringan sekitar. Nyeri jenis ini biasanya dirasakan oleh klien seperti
berjalan/bergerak dari daerah asal nyeri ke sekitar atau ke sepanjang bagian tubuh
mengalami amputasi. Nyeri oleh klien dipersepsikan berada pada organ yang telah
diamputasi seolah-olah organnya masih ada. Contohnya adalah pada klien yang
viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa
tempat atau lokasi. Nyeri jenis ini dapat timbul karena masuknya neuron sensori
dari organ yang mengalami nyeri ke dalam medula spinalis dan mengalami
sinapsis dengan serabut saraf yang berada pada bagian tubuh lainnya.
Berdasarkan pada organ tempat timbulnya, nyeri dapat dikelompokkan
atau potensial) organ. Penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat
adanya cedera, penyakit, atau pembedahan terhadap salah satu atau beberapa
organ.
Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat gangguan neuron, misalnya pada
ini lebih mengarah pada gangguan psikologis dari pada gangguan organ. Klien
ketika efek-efek psikogenik seperti cemas dan takut timbul pada klien.
3.6 Respons Tubuh Terhadap Nyeri
Respons fisik timbul karena pada saat impuls nyeri ditransmisikan oleh
medula spinalis menuju batang otak dan talamus, sistem saraf otonom
terhadap stress.
Pada nyeri skala ringan sampai moderat serta pada nyeri superfisial,
Flight, dengan merangsang sistem saraf simpatis. Sedangkan pada nyeri yang
berat dan tidak dapat ditoleransi serta nyeri yang berasal dari organ viseral, akan
Reaksi Efek
Simpatis
Dilatasi lumen bronkus, Memungkinkan penyediaan oksigen yang
nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Klien yang mengartikan nyeri sebagai
ketidakberdayaan, dan dapat berbalik menjadi rasa marah dan frustasi. Sebaliknya
dan pemberian arti bagi nyeri sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi,
pengalaman masa lalu, dan juga faktor sosial budaya.Respons perilaku yang
timbul pada klien yang mengalami nyeri dapat bermacam-macam. Meinhart dan
Mc. Caffery (1983) menggambarkan tiga fase perilaku terhadap nyeri yaitu :
berbagai alat pengukuran seperti Skala Visual Analog, Skala Nyeri Numerik,
Skala Nyeri Deskriptif atau skala nyeri Wong-Bakers untuk anak-anak. Namun,
pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002)
Keterangan :
0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
memukul.
sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda
bagi perawat dan klien. Dari waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk
merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak dengan karakter yang sama sepanjang garis. Pendeskripsian
ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan.”
Skala penilaian numerik (Numerical Rating Scales, NRS) lebih digunakan sebagai
pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan
33
menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas
nyeri sebelum dan setelah intervensi terpeutik. Apabila digunakan skala untuk
Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis
lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat
pendeskripsi verbal pasa setiap ujungnya. Skala ini memberikan klien kebebasan
keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik
pada rangkaian dari pada dipaksa memiliki satu kata atau satu angka
(McGuire;1984).
dan tidak mengkomsumsi banyak waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien
dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi nyeri akan lebih akurat.
Skala deskritif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat keparahan
menggunakan setelah terapi atau saat gejala menjadi lebih memburuk atau menilai
Pada penelitian ini digunakan skala wong yaitu dalam Skala analog
visual (Visual Analog Scale, VAS) dimana kita bisa melihat skala nyeri dengan
rawut wajah klien dan skala ini juga diikuti skala dengan penilaian numerik agar
sewaktu jatuh.
Skala 2 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya
BAB III
A. Landasan Teori
Penyakit asam urat atau dikenal sebagai penyakit gout merupakan suatu
tertentu dari tubuh (tophi) dan batu pada saluran kemih. (www.bintangmawar.net)
Gout atau asam urat adalah penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat
makanan kaya purin. Gout terjadi ketika cairan tubuh sangat jenuh akan asam urat
kebanyakan menyerang pada malam hari. Jika asam urat menyerang, sendi-sendi
yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit di atasnya terasa panas
disertai rasa nyeri yang sangat hebat, juga persendian yang sulit digerakkan
(Muhammad, 2010).
36
arthritis akan mengalami peradangan pada satu atau beberapa persendian. Sendi
metatarsophalangeal dengan jari kaki pertama. Tapi tidak jarang sendi lutut, tarsal,
dan pergelangan kaki juga ikut terlibat. Nyeri yang biasa dikeluhkan pasien adalah
tajam dan terkadang membuat pasien tidak bisa berjalan. Pada beberapa orang,
1) Kompres hangat
mempercepat penyembuhan.
dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang ditempelkan
kontraksi otot dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri
Menurut Price & wilson (2005), kompres hangat sebagai metode yang
sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan
melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan
Kompres air hangat dilakukan dengan tujuan membuat otot tubuh lebih
pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
penyembuhan.
(non-nesiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstramisikan
nyeri. TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda
yang di pasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
4).Distraksi
5)Relaksasi
39
6)Imajinasi
B. Kerangka Konsep
Variabel Independent
C.
Nyeri
Pre Sendi Nyeri Sendi
Post
Karakteristik :
- Umur
- Jenis Kelamin
ket : - Latar Belakang
: Diteliti Budaya
: Berhubungan
C. Hipotesis
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
pengaruh teknik kompres hangat terhadap perubahan nyeri sendi pada pasien
asam urat di Puskesmas Beringin Banjarbaru Tahun 2013. Jenis desain yang
merupakan bentuk desain eksperiment yang lebih baik validitas internalnya dari
pada rancangan pre eksperimental dan lebih lemah dari true eksperimental. Pada
41
sampel tersebut, dan diberikan perlakuan yang kemudian diukur dengan posttest
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang menderita nyeri
sendi akibat asam urat di Puskesmas Beringin Banjarbaru Tahun 2013, populasi
2. Sampel
Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik
adalah pasien asam urat dengan nyeri sendi yang berobat kepuskesmas beringin.
Besar sampel dihitung dari 3 bulan terakhir sebelum penelitian yaitu dengan
jumlah 18 orang. Adapun karakteristik sampel yang dapat dilakukan atau layak
diteliti, yakni :
a. Kriteria Inklusi:
populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam 2008). Kriteria inklusi
b. Kriteria Eksklusi :
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam 2008).
Sendi.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat ukur berupa
lembar observasi yang berisi data pribadi responden yaitu nama, umur, jenis
kelamin, dan latar belakang budaya, untuk mengukur gambaran nyeri sendi
digunakan respon fisiologis yang ditampilkan oleh pasien dilihat dari Visual
analisis scale (VAS) dimana skala ini memperlihatkan gambaran raut wajah klien
dan skala ini diikuti dengan penilaian numerik agar mempermudah peneliti
mengobservasi skala nyeri yang dirasakan pasien secara objektif. Penelitian ini
juga dilengkapi dengan skala pre dan post intervensi agar peneliti mengetahui
43
pengaruh perlakuan (teknik kompres hangat) yang diberikan oleh pasien terhadap
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pengaruh Teknik Kompres
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri sendi pada
3. Variabel pengganggu
Variable pengganggu dalam penelitian ini adalah bukan penderita asam urat.
4. Variabel terkontrol
Variabel terkontrol dalam penelitian ini adalah umur, dan jenis kelamin.
5. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri sendi.
D. Definisi Operasional
Penyakit asam urat atau dikenal sebagai penyakit gout merupakan suatu
tertentu dari tubuh (tophi) dan batu pada saluran kemih. (www.bintangmawar.net)
Serangan asam urat biasanya timbul secara mendadak atau akut, dan
kebanyakan menyerang pada malam hari. Jika asam urat menyerang, sendi-sendi
yang terserang tampak merah, mengkilat, bengkak, kulit di atasnya terasa panas
44
disertai rasa nyeri yang sangat hebat, juga persendian yang sulit digerakkan
(Muhammad, 2010).
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
tidur.
- Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan teraba
dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi
berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila berlanjut akan
berikut :
1). Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam cairan
sendi.
2). Terdapat kristal MSO (monosodium urat) di dalam thopi,
serangan datang.
- Merupakan arthritis monoartikuler (hanya terjadi di satu sisi
persendian).
- Sendi yang terserang berwarna kemerahan.
- Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak.
45
metatarsophalangeal.
- Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
- Adanya thopi (Deposit besar dan tidak teratur yang berasal dari
sendi.
- Terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih dari
7,5mg/dL).
- Pada gambaran radiologis tampak pembengkakan sendi secara
dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang ditempelkan
kontraksi otot dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan nyeri
Menurut Price & wilson (2005), kompres hangat sebagai metode yang
sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat disalurkan
melalui konduksi (botol air panas). Panas dapat melebarkan pembuluh darah dan
Kompres air hangat dilakukan dengan tujuan membuat otot tubuh lebih
E. Prosedur Penelitian
Banjarbaru
inform concern.
mengalami nyeri sendi akibat asam urat. Perlakuan yang dilakukan kepada
responden adalah dengan memberikan teknik kompres hangat kepada pasien asam
komputerisasi.
G. Analisis Data
bivariat.
1. Analisis Univariat
yang dikehendaki dari table distribusi. Variabel umur menjadi kelompok < 45
tahun dan ≥ 45 tahun dan variable jenis kelamin menjadi pria dan wanita dan
beberapa gambaran nyeri sendi yaitu durasi perubahan nyeri, intensitas nyeri, dan
2. Analisis Bivariat
48
hangat, tingkat nyeri sebelum dilakukan tindakan (pre-test), dan tingkat nyeri
setelah tindakan (post-test). Tahapan yang harus dilakukan terlebih dahulu uji
uji T dependen. Jika hasilnya tidak normal maka dilakukan pengujian non
hangat terhadap penurunan nyeri sendi pada pasien asam urat, yaitu menggunakan
Uji T (T-Test) dengan batas kemaknaan (nilai alpha) 5%. Untuk melihat hasil
terhadap hipotesis apabila Pvalue ≤ 0,05 berarti ada pengaruh atau ada perbedaan
bermakna, sedangkan gagal penolakan terhadap hipotesa apabila Pvalue > 0,05
berarti tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan yang bermakna antara
keduanya.
49
DAFTAR PUSTAKA
Hastono, Sutarito Priyo. Analisis Data Kesehatan. Depok : FKM UI, 2007.
Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran UI,
2007.
Utami, Prapti. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat.
Jakarta : Agro Media Pustaka, 2005.