Anda di halaman 1dari 75

,

BUKU PRAKTIKUM II
KURIKULUM PERGURUAN TINGGI BERBASIS KKNI 2019
KEPERAWATAN ANAK

TIM PENYUSUN

Eka Santi, Ns, M.Kep


Emmelia Astika F.D., Ns, M.Kep

EDITOR
Eka Santi, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
KEPERAWATAN ANAK II

NAMA MAHASISWA :

N I M / SEMESTER :

PROGAM : REGULER

Tandatangan Mahasiswa

(....................................)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
ijin Nya, buku Praktikum Keperawatan Anak II untuk Reguler ini dapat kami
selesaikan. Buku ini sebagai pegangan mahasiswa, dosen dan asisten praktikum
untuk mengikuti kegiatan proses belajar mengajar selama 1 semester yang berisi
tentang beberapa keterampilan dalam mata kuliah Keperawatan Anak yang
dilaksanakan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unlam.
Semoga buku praktikum ini dapat digunakan dan sesuai dengan apa yang
diharapkan
Penyusun menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, sehingga
kami mengharapkan kritikan maupun saran-saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, semoga buku ini dapat membawa kemaslahatan dan memberikan
manfaat bagi semua pihak.

Banjarbaru, Juli 2019

Editor

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... 2


Daftar isi.................................................................................................... 3
Informasi Umum ....................................................................................... 4
Ketentuan Praktikum ................................................................................ 4
Tujuan dan Kegiatan Praktikum ............................................................... 5
Evaluasi ..................................................................................................... 5
Jadwal Praktikum ...................................................................................... 5
Perawatan inkubator.................................................................................. 6
Kemoterapi .............................................................................................. 18
Transfusi pada anak ............................................................................... 27
CHAT ...................................................................................................... 51
Terapi Kelasi Besi ................................................................................... 60
Absensi Mahasiswa................................................................................. 69
Rubrik Penilaian...................................................................................... 72

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


3
A. Informasi Umum
Praktikum Keperawatan Anak II merupakan rangkaian dari kegiatan pelaksanaan
pembelajaran pada mata kuliah Keperawatan Anak II. Mata kuliah ini diberikan pada
Program Reguler Program Studi Ilmu Keperawatan Semester V dengan beban 1 SKS . Fokus
mata kuliah ini membahas tentang pemahaman dan penerapan asuhan keperawatan pada bayi
dan anak sakit kronis dan terminal antara lain perawatan inkubator, kemoterapi,
transfusi/transfusi tukar, desferal/terapi kelasi besi, CHAT/GPPH, pendidikan kesehatan.
Praktikum Keperawatan Anak II ini akan berguna bagi mahasiswa pada saat
melaksanakan peran perawat sebagai pemberi asuhan dalam berbagai asuhan keperawatan
dan integrasi keperawatan pada bidang-bidang keperawatan lain yang memerlukan
keterampilan pada anak.

B. Ketentuan Praktikum
 Praktikan diharuskan datang tepat waktu, 15 menit sebelum praktikum dimulai. Jika
terlambat kurang dari 15 menit praktikan wajib melapor ke dosen koordinator dan
hanya dapat mengikuti praktikum atas izin dosen koordinator praktikum.
Keterlambatan lebih dari 15 menit dianggap praktikan tidak mengikuti kegiatan
praktikum pada hari itu.
 Segala bentuk pelanggaran atas ketentuan akan mendapatkan sanksi dari asisten
praktikum atau koordinator praktikum

Saat praktikum dilaksanakan, praktikan harus :


 Membawa Buku Panduan Praktikum
 Memakai jas praktik dan memakai identitas/ tanda pengenal
 Bekerja dengan tertib dan teliti, berpakaian dan berperilaku yang sopan sesuai
ketentuan, membawa literatur serta alat bantu pembelajaran yang diperlukan
 Jika menemukan kesulitan pada saat praktikum, praktikan diperkenankan untuk
bertanya kepada asisten/dosen praktikum dengan sopan
 Dilarang makan dan minum selama praktikum berlangsung
 Bagi mahasiswa putri yang tidak berjilbab, rambut harus diikat rapi ke belakang
 Praktikan harus dapat menyelesaikan praktikum tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Mahasiswa yang belum menyelesaikan praktikum pada waktunya
diharuskan mengulangnya pada waktu yang lain.
 Setiap selesai praktikum meminta tandatangan/ paraf dosen pembimbing praktikum

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


4
 Segala masalah yang mungkin timbul saat sebelum, selama dan sesudah praktikum
diselesaikan dengan mengutamakan dialog, keterbukaan dan suasana kekeluargaan
demi menjunjung kejujuran keilmuan dan profesionalisme keperawatan

C. Tujuan dan Kegiatan Praktikum


Tujuan umum kegiatan praktikum adalah mahasiswa mampu melakukan keterampilan
pada bayi/anak sehat/sakit dalam penerapan asuhan keperawatan anak dengan pendekatan
keluarga dan prinsip atraumatic care.
Tujuan khusus :
1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan kemoterapi pada anak
2. Mahasiswa mampu melakukan perawatan inkubator
3. Mahasiswa mampu melakukan transfusi/transfusi tukar
4. Mahasiswa mampu melakukan skrining perkembangan menggunakan CHAT/GPPH
5. Mahasiswa mampu melakukan pemberian terapi desferal/terapi kelasi besi
6. Mahasiswa mampu melakukan pendidikan kesehatan pada klien anak dan keluarga dengan
kondisi kronis, terminal dan kritis

Kegiatan mahasiswa selama praktikum adalah melakukan kegiatan praktikum sesuai format
penilaian individu setiap pertemuan (kecuali penkes) dan meminta tanda tangan kepada
asisten bahwa telah melakukan praktikum. Melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan
teman sesuai format penilaian. Laporan kelompok dikumpulkan 1 minggu setelah kegiatan
berlangsung. Kegiatan setiap pertemuan dilaksanakan secara berkelompok dan individu

D. Evaluasi
Pre test 15%, Penilaian praktikum 15%, Laporan kelompok 15%, Ujian praktikum
40%, Penilaian diri sendiri dan teman 15%
E. Jadwal Praktikum
No Pertemuan ke Kegiatan Praktikum Pengajar
1. I Perawatan inkubator Eka Santi, Ns, M.Kep
2. II Kemoterapi Windy Yuliana Budianto, Ns, M.Biomed
3. II Transfusi Windy Yuliana Budianto, Ns, M.Biomed
4. IV CHAT/GPPH Eka Santi, Ns, M.Kep
5. V Terapi kelasi besi Eka Santi, Ns, M.Kep
6. VI Pendidikan kesehatan Windy Yuliana Budianto, Ns, M.Biomed
7. VII Pendidikan kesehatan Eka Santi, Ns, M.Kep
8. VIII Ujian Praktikum TIM

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


5
Praktikum 1
PERAWATAN INKUBATOR

Oleh
Eka Santi, Ns., M.Kep.

Pendahuluan
Bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar menderita
sakit atau kematian daripada bayi lain. Istilah bayi risiko tinggi digunakan untuk
menyatakan bahwa bayi memerlukan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat
dilakukan dalam beberapa jam sampai be berapa hari. Pada umumnya bayi risiko tinggi
terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari yang disebut neonatus. Penilaian dan
tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah
terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yan g dapat menimbulkan cacat atau kematian.
Keadaan bayi selama periode neonatal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor secara bersamaan
misalnya bayi yang lahir prematur mungkin menderita asfiksia dan sindrom gawat napas. Bayi risiko
tinggi memerlukan perawatan dan pengawasan ketat (intensif) yang memerlukan fasilitas memadai
dan petugas yang terampil. Fasilitas yang diperlukan antara lain ruang khusus dengan ventilasi udara
yang baik dan bebas kuman. Dalam ruangan tersebut terdapat peralatan antara lain adalah ventilator,
respirator, oksigen, inkubator, alat penghisap lendir, alat fototerapi, infus pump, feeding tube,
penampung urine dan alat monitor tanda vital. Bayi yang dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan
lainnya diangkut dalam inkubator atau alat penghangat disertai petugas dan peralatan yang diperlukan.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


6
Standar pelayanan neonatus
Pelayanan kesehatan pada neonatus dibedakan dalam 3 (tiga) tingkat yaitu
Tingkat I : asuhan neonatus normal
Merupakan pelayanan keperawatan dasar pada neonatus normal meliputi :
a. Neonatus normal, stabil, cukup bulan berat dengan badan ≥ 2,5 kg,
b. Neonatus hampir cukup bulan (masa kehamilan 35-37 minggu).

Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat I, difokuskan pada :


a. Resusitasi neonatus,
b. Asuhan dan perawatan neonatus,
c. Evaluasi pasca lahir untuk neonatus yang sehat,
d. Stabilisasi dan pemberian asuhan untuk bayi yang lahir pada usia 35 sd 37 minggu yang
tetap dalam keadaan stabil secara fisiologis,
e. Perawatan neonatus dengan usia kehamilan ≤ 35 minggu atau sakit sampai neonarus
dipindahkan ke fasilitas yang menyediakan asuhan neonatal spesialistik,
f. Stabilisasi neonatus sakit sampai dipindahkan ke fasilitas yang menyediakan asuhan
neonatus spesialistik,
g. Terapi sinar,
h. Asuhan keperawatan neonatus pada tingkat I, minimal dilakukan oleh ibu.

Tingkat II : asuhan neonatus dengan ketergantungan tinggi


Merupakan pelayanan keperawatan neonatus dengan ketergantungan tinggi. Pelayanan
keperawatan pada tingkat II dibagi dalam 2 kategori yaitu II A dan II B yang dibedakan
berdasarkan kemampuan memberikan ventilasi dengan alat bantu termasuk CPAP (Continous
Positive Airway Pressure).
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II A
Difokuskan pada asuhan keperawatan khusus pada :
a. Bayi prematur dan atau sakit yang memerlukan resusitasi dan stabilisasi sebelum
dipindahkan ke fasilitas asuhan keperawatan intensif neonatus,
b. Bayi yang lahir dengan usia kehamilan > 32 minggu dan memiliki berat lahir ≥ 1500
gr yang tidak memiliki ketidakmatangan fisiologis seperti apneu, prematuritas,
ketidakmampuan menerima asupan oral atau menderita sakit yang tidak diantisipasi
sebelumnya,

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


7
c. Bayi yang memerlukan oksigen nasal dengan pemantauan saturasi oksigen,
d. Bayi yang memerlukan infus intravena perifer dan mungkin nutrisi parenteral untuk
jangka waktu terbatas,
e. Bayi yang sedang dalam penyembuhan setelah perawatan intensif.

Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat II B


Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat ini sama dengan pelayanan keperawatan
neonatus tingkat II A ditambah dengan pelayanan keperawatan pada bayi dengan penggunaan
ventilasi mekanik selama jangka waktu yang singkat (< 24 jam) atau CPAP (Continous
Positive Airway Pressure), infus intravena, nutrisi parenteral total dan mungkin memakai
jalur sentral menggunakan tali pusat dan jalur sentral memalui intravena perkutan.

Tingkat III : asuhan neonatus intensif.


Asuhan neonatus normal merupakan pelayanan neonatus dasar dan bayi risiko rendah, asuhan
neonatus dengan tingkat ketergantungan tinggi merupakan pelayanan terhadap bayi sakit
sedang yang diharapkan pulih secara cepat sedangkan asuhan neonatus intensif merupakan
pelayanan terhadap bayi sakit yang memerlukan dukungan kehidupan terus menerus dalam
jangka panjang. Merupakan pelayanan keperawatan neonatus intensif sub spesialis yang
memerlukan pengawasan yang terus menerus dari perawat dan dokter serta dukungan fasilitas
berteknologi tinggi. Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat III dibagi dalam 3 kategori
yaitu III A, III B dan III C.
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat III A
Difokuskan pada asuhan keperawatan menyeluruh untuk bayi yang lahir dengan usia
kehamilan ≥ 28 minggu dengan berat lahir ≥ 1000 gr, memberikan dukungan kehidupan terus
menerus yang terbatas pada ventilasi mekanik tetapi tidak menggunakan HFO (High
Frequency Oscilation) pada pembedahan minor.
Pelayanan keperawatan neonatus pada tingkat III B
Difokuskan pada asuhan keperawatan menyeluruh pada bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah (masa kehamilan ≤ 28 minggu dengan berat lahir ≤ 1000 gr), memerlukan dukungan
respirasi tingkat lanjut.
Pelayanan Keperawatan Neonatus Tingkat III C
Difokuskan pada asuhan keperawatan dalam oksigenasi membran ekstrakorporeal,
hemofiltrasi dan hemodialisis, atau perbaikan dengan pembedahan untuk malformasi jantung
bawaan serius yang memerlukan bypass kardiopulmonaris, pembedahan besar, tidak

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


8
melakukan pembedahan untuk kelainan jantung bawaan serius tetapi memerlukan bypass atau
pintas kardiopulmonalis dan atau ECMO (Extra Corporeal Membrane Oxygenation).

Pengertian inkubator
Inkubator bayi adalah box yang memiliki ukuran tertentu dan dilengkapi alat-alat
medis untuk membuat tubuh bayi selalu merasa hangat. Pada dasarnya ada 5 cara untuk
mencapai tujuan tersebut (menghangatkan tubuh bayi), yaitu skin to skin contact, kangaroo
mother care (KMC), pemancar panas dan ruangan dengan suhu hangat yang konstan. Pada
sebuah inkubator bayi, terdapat 2 bagian boks kontrol pada bagian atas dan bagian bawah.
Pada boks pertama di bagian atas, di sana diletakkan sensor, controller dan beberapa
rangkaian alat elektronik medis lainnya. Kemudian, boks di bagian bawah memiliki 3 bagian
utama, yakni heater, wadah air dan kipas.
Kedua bagian tersebut sangat berjasa bagi kekonstanan suhu di dalam inkubator.
Lengkapnya, suhu inkubator bayi berasal dari heater dan kipas pada box bagian bawah.
Heater mengeluarkan udara panas yang kemudian ditangkap oleh kipas dan disalurkan ke
wadah air. Dari wadah air, udara panas disalurkan melalui sebuah selang. Inkubator
digunakan pada bayi baru lahir kurang dari usia kehamilan 34 minggu. Hal itu dikarenakan
bayi baru mulai memproduksi jaringan adiposa di dalam rahim ibu ketika kandungan
mencapai 26-30 minggu. Pada bayi yang mengalami gangguan pernapasan, memiliki ukuran
tubuh kecil, berat badan yang tidak memenuhi berat bayi normal sekitar 1700 hingga 1800
gram, terjangkit infeksi, dilahirkan dari seorang ibu yang memiliki diabetes, membutuhkan
nutrisi lebih, tidak memiliki kemampuan untuk menjaga ataupun mengatur suhu tubuhnya
yang disebabkan jaringan adiposa belum terbentuk secara sempurna, dan pada bayi risiko
tinggi lainnya.

Fungsi Inkubator Bayi


Dengan suhu yang stabil atau bisa juga konstan, inkubator bayi memiliki beberapa fungsi
bagi bayi di dalam boks tidurnya. Berikut ini adalah beberapa fungsi inkubator bayi :
1. Melindungi bayi
Bayi di awal kelahiran memiliki kondisi tubuh yang sangat rentan. Tetapi, ada beberapa
diantara mereka yang lahir ke dunia dengan kondisi lebih rentan dari bayi pada umumnya.
Dengan desainnya yang kotak dan dilengkapi dengan lingkaran yang mudah dikendalikan,
bayi yang diletakkan di dalam boks inkubator bisa dengan mudah dan nyaman untuk

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


9
beristirahat. Lebih pentingnya lagi, inkubator yang bertindak sebagai pelindung bayi mampu
melindungi bayi dari bakteri, kemungkinan terjadinya infeksi, iritasi dan allergen.

2. Memberikan oksigenasi
Fungsi inkubator bayi selanjutnya adalah sebagai oksigenasi. Tercatat penyebab kematian
terbanyak pada bayi yang lahir secara prematur adalah gangguan pernapasan. Bagian-bagian
inkubator bayi telah didesain sedemikian rupa untuk menjadi sistem pengantar oksigen yang
baik. Dengan ini, inkubator akan sangat membantu keberlangsungan hidup seorang bayi.
Perlu diingat bahwa proses oksigenasi itu sangat penting pada bayi prematur.
3. Memberikan kontrol terhadap bayi (sebagai monitor)
Inkubator memiliki bentuk layaknya boks. Seperti yang telah disebutkan, boks inkubator
memiliki 2 bagian diatas dan dibawah boks tidur bayi. Untuk sebuah inkubator yang sesuai
dengan peraturan medis, harusnya sudah dilengkapi dengan alat-alat medis monitoring untuk
memudahkan dokter atau perawat memonitor pergerakan, kerja jantung, otak, darah, organ
vital dan suhu bayi.Monitoring ini dilakukan hingga kondisi bayi sudah memenuhi syarat
normalitas agar bisa dibawa pulang.

Prinsip Kerja Inkubator Bayi

Pada dasarnya cara kerja inkubator bayi di dalam pengertian sederhana hanya melibatkan 3
hal, yaitu suhu, kelembapan dan oksigen. Suhu, kelembapan dan jumlah oksigen yang
menyerupai keadaan di dalam kandungan ibu si bayi.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


10
Bedanya, 3 hal tersebut dapat dimanipulasi oleh manusia melalui kontrol yang tersedia di
bagian atas maupun bawah inkubator. Untuk mencapai prinsip yang sempurna, sebuah
inkubator harus dilengkapi dengan beberapa bagian ini :

1. Heater, sebuah alat yang fungsinya adalah untuk menghasilkan suhu panas
2. Blower, sebuah alat yang difungsikan untuk pendistribusian panas ke seluruh bagian
boks
3. Kontrol, sebuah alat yang fungsinya untuk mengatur kelembapan dan suhu aliran
udara
4. Display, sebuah alat yang digunakan untuk menampilkan
5. Alarm, sebuah alat pada inkubator yang akan menyala saat hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi,
6. Chamber, dimana bayi diletakkan atau disebut juga dengan boks tidur.

Ketika ke-6 alat tersebut lengkap dan sesuai dengan peraturan medis, maka sebuah inkubator
bayi akan dinyatakan layak untuk digunakan. Untuk menggunakan inkubator, berikut ini
disediakan petunjuk pemakaiannya :
 Membersihkan inkubator setiap hari dengan memberikan desinfektan sebelum saat
akan digunakan
 Kain yang bersih harus selalu digunakan sebagai penutup matras setiap kali inkubator
akan digunakan
 Inkubator harus terhubung dengan catu daya
 Untuk menyalakan inkubator, cukup dengan menekan atau memutar tombol on or off
 Tidak lupa untuk melakukan pengecekan thermometer
 Melakukan pemanasan secukupnya
 Melakukan tindakan
 Tidak lupa untuk mematikan mesin saat tidak digunakan
 Tidak lupa juga untuk melepaskan inkubator bayi dari catu daya saat tidak digunakan

Peraturan pemakaian sudah tercantum di dalam sop penggunaan inkubator bayi rumah sakit
atau puskesmas. SOP tersebut dikeluarkan oleh dinas kesehatan daerah atau kota dibawahi
oleh peraturan Menteri Kesehatan. Di dalam SOP, selain langkah-langkah penggunaan
inkubator, ditemukan juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


11
Jenis-Jenis Inkubator Bayi

1. Radiant Warmer Incubator


Inkubator yang pertama ini bertipe radiant warmer. Ciri-ciri tipe ini adalah alat penghantar
panas yang terletak di bagian atas boks tidur bayi. Selain heater yang terletak tinggi diatas
bayi, bayi pun akan ditempel sensor-sensor panas langsung pada permukaan kulitnya.
Melalui sensor-sensor ini, panas akan dialirkan. Panas yang dialirkan oleh sensor tersebut
berfungsi untuk menjaga suhu tubuh bayi agar tetap stabil. Kelebihan yang dimiliki oleh
inkubator tipe ini adalah kemudahan jangkauan dokter atau perawat untuk membantu bayi,
karena tidak terdapat tutup boks. Akan tetapi, tidak adanya tutup menjadikan kemungkinan
infeksi, gangguan kenyamanan bayi dan allergen menjadi lebih tinggi. Selain itu, kelembapan
boks akan sulit diatur.

2. Infant Incubator
Tipe ini lebih menyerupai rahim sang ibu dibandingkan dengan tipe sebelumnya. Bayi dapat
terus terjaga kehangatannya, karena suhu panas dan kelembapan tersebar hanya pada ruangan
bayi (boks tidur). Hanya saja, kekurangan yang dimiliki inkubator ini adalah tutup boks tidur
yang sedikit mengganggu akses dokter atau perawat untuk menjangkau bayi. Akan tetapi,
kelebihan yang dimiliki Infant Incubator mampu menutupi kekurangan yang dimiliki Radiant
Warmer Incubator.

3. Transport Incubator
Pada umumnya, transport incubator memiliki bentuk dan tipe yang sama dengan infant
incubator dilengkapi dengan roda. Digunakan ketika bayi membutuhkan perawatan yang
lebih intensif dari rumah sakit lain yang memiliki peralatan yang lebih lengkap. Dikarenakan
fungsi transportasi tersebut, inkubator jenis ini memiliki sumber energi yang berbeda dari
inkubator jenis lainnya, yakni baterai.

Indikasi pasien (bayi) dirawat dalam inkubator antara lain:


Bayi kurang bulan, sehat atau sakit
Bayi kecil kurang dari 2000 gram, sehat atau sakit
Bayi lebih dari 2000 gram keadaan sakit terutama kesulitan bernafas
Bayi yang mengalami operasi (pasca operasi) sebelum pemulihan.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


12
Ditinjau dari sistem perawatan bayi, ruangan Inkubator dibedakan menjadi 2 (dua) macam
yaitu:
a. Inkubator Sistem Terbuka
Yang dimaksudkan dengan inkubator sistem perawatan terbuka adalah inkubator yang
memerlukan pembukaan ruangan jika akan melakukan perawatan bayi (perawatan tidak
dilakukan secara otomatis dari dalam ruangan inkubator). Peralatan ini biasanya
digunakan untuk bayi yang lahir prematur dengan kebutuhan perawatan normal.
b. Inkubator Sistem Tertutup
Inkubator bayi sistem tertutup adalah inkubator bayi yang selalu tertutup, hanya dibuka
dalam keadaan darurat untuk keperluan pernafasan. Perawatan dan pengobatan pada bayi
prematur dalam ruangan inkubator melalui lubang khusus untuk tangan perawat yang
tersedia pada inkubator sehingga kebersihan bayi dapat lebih dijaga. Inkubator jenis ini
dapat mengatur kestabilan suhu secara otomatis, menyediakan udara bersih karena
terdapat filter udara pada alat. Kemudian dilengkapi pula dengan sirkulasi dan konsentrasi
oksigen sehingga jenis inkubator ini paling sering digunakan untuk bayi prematur yang
lahir dengan kondisi kritis.

Referensi
. 2010.Bayi Risiko Tinggi, EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. 2011. Standar Pelayanan Keperawatan Neonatus di Rumah Sakit.
Jakarta.

Tugas :

 Lakukan kegiatan perawatan inkubator dalam kelompok


secara bergantian
 Catat kegiatan yang sudah dilakukan dan hal-hal yang
ditemukan saat kegiatan serta diskusikan dalam kelompok
dituliskan di dalam buku praktikum
 Buat simpulan kegiatan dalam bentuk laporan kelompok

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


13
FORMAT PENILAIAN
PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR

Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1. Persiapan Alat :
Inkubator
Termometer Ruang
Termometer Aksila
2. Bersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan
3. Tutup matras dengan kain bersih
4. Kosongkan air reservoir (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya
dan menyerang bayi)
5. Atur suhu inkubator sesuai dengan umur dan berat badan bayi :
a. BB kurang dari 1500 gram
Umur 1 – 10 hari : 35oC, umur 11 hari – 3 minggu 34oC, Umur 3 – 5
minggu : 33oC, Umur > 5 minggu : 32oC
b. BB 1500 – 2000 gram
Umur 1 – 10 hari : 34oC, Umur 11 hari – 4 minggu : 33oC, Umur > 4
minggu : 32oC
c. BB 2100 – 2500 gram
Umur 1 – 2 hari : 34oC, Umur 3 hari – 3 minggu : 33oC, Umur > 3
minggu : 32oC
d. BB > 2500 gram
Umur 1 – 2 hari : 33oC, Umur > 2 hari : 32oC

“Bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara ruang
dan suhu inkubator 7oC, maka naikkan suhu inkubator 1oC”
6. Hangatkan inkubator sebelum digunakan
7. Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, maka
lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah
pengamatan atau terapi selesai
8. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator
tetap hangat
9. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
10. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang dan ukur suhu bayi per
aksila setiap 8 jam pertama, kemudian setiap 3 jam.
Apabila suhu bayi kurang dari 36,5oC atau lebih dari 37,5oC, maka atur suhu

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


14
inkubator secepatnya. Apabila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang
sudah diatur, berarti inkubator tidak berfungsi dengan baik. Atur suhu
inkubator sampai tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara lain
untuk menghangatkan bayi
11. Apabila bayi tetap dingin walaupun suhu inkubator telah diatur, maka
lakukan manajemen penanganan suhu tubuh abnormal
12. Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi tidak menunjukkan tanda-
tanda sakit
13. Merapikan bayi
14. Membereskan alat-alat
15. Mencuci tangan

Banjarbaru,......................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai

(…………………………….) (……………………………………..)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


15
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


16
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


17
Praktikum 2

PEMBERIAN KEMOTERAPI

Pendahuluan
Kemoterapi adalah penggunaan obat sitotoksik dalam pengobatan kanker. Kemoterapi
dikenal sebagai salah satu dari empat modalitas pengobatan kanker (pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi, immunoterapi), yang memberikan penyembuhan, pengontrolan dan
peringanan sebagai tujuan terapi. Kemoterapi dapat digunakan secara terpisah atau bersama-
sama dengan modalitas lain. Pemberian kemoterapi dapat diberikan di RS ataupun klinik
dokter spesialis onkologi.
Keperawatan mempunyai tanggung jawab utama dalam perawatan pasien yang menerima
pengobatan dengan kemoterapi. Adalah penting bahwa para perawat mengetahui tujuan
pengobatan, klasifikasi obat dengan cara kerjanya, prinsip-prinsip pertumbuhan tumor dan
pembunuhan sel dan protokol serta prosedur pemberian obat kemoterapi. Obat-obat
kemoterapi harus diberikan hanya oleh perawat yang terdidik dan trampil dalam berbagai
prosedur.

Pemberian Kemoterapi
Obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
a. Oral
Tekankan pentingnya untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
b. Subcutan dan Intramuskular
Pastikan untuk merotasi tempat penyuntikan untuk setiap dosis.
c. Topikal
Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan setelah prosedur. Hati-hati agar
pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal. Anjurkan pasien untuk memakai
pakaian katun dan longgar.
a. Intra arterial.
Memerlukan penempatan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena adanya
tekanan arteri, berikan obat dalam larutan yang dicampur heparin dengan mengunakan
infus pump. Selama infus pantau tanda-tanda vital, warna dan suhu ektremitas, dan
kemungkinan perdarahan pada tempat penusukan .

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


18
b. Intrakavitas
Masukkan obat kedalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui selang dada
ke dalam rongga pleura. Ikuti dosis premedikasi yang telah ditentukan untuk
meminimalkan kemungkinan iritasi lokal yang disebabkan oleh obat-obat yang
diberikan secara intrakavitas.
c. Intraperitoneal.
Berikan obat dalam rongga abdomen melalui port yang ditanam (implantable) dan atau
kateter suprapubik eksternal. Pantau pasien terhadap tekanan abdomen, nyeri, demam
dan status elektrolit. Ukur dan catat lingkar perut selama 48 jam. Hangatkan larutan
infus (dengan penghangat kering) pada suhu 38 o C sebelum pemberian.
d. Intratekal.
Obat diberikan melalui prosedur pungsi lumbal. Volume obat yang dimasukkan adalah
15 cc atau kurang. Encerkan obat dengan saline normal yang bebas pengawet. Obat
harus disuntikkan pelan-pelan pantau tanda vital dan keadaan umum setelah tindakan.
Hanya dokter yang boleh memberikan obat intratekal.
e. Intravena
Paling banyak digunakan. Dapat diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena
perifer. Metode pemberian intravena meliputi sebagai berikut :
 Dorongan (bolus) – obat diberikan melalui spuit dengan metoda I V langsung
 Piggyback (set skunder) – obat diberikan menggunakan botol dan selang skunder;
infus primer secara bersamaan dipertahankan selama pemberian obat.
 Sisi lengan – obat diberikan melalui spuit dan jarum ke dalam port dari infus I V
yang berjalan (mengalir bebas).
 Infus – obat ditambahkan pada volume cairan infus yang telah ditentukan ; aliran
kontinyu atau intermiten.

Pemilihan Vena Dan Tempat Penusukan.


Berbagai obat kemoterapi dapat mengiritasi vena dan jaringan lunak. Sehingga
diperlukan vena dan alat yang sesuai. Sesuai aturan yang umum, vena-vena distal pada
tangan dan lengan harus digunakan terlebih dahulu dan pungsi vena berikutnya harus
proksimal dari tempat sebelumnya.vena vena yang umumnya digunakan adalah vena basilika,
sefalika dan metakarpal. Ekstremitas harus diobservasi dan dipalpasi sebelum vena dipilih.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


19
Kekenyalan dan lokasi harus diperiksa. Vena yang ideal adalah vena yang belum digunakan
dan agak lurus. Pembuluh darah harus dipastikan sebagai vena bukan arteri.
Pemilihan dan pengkajian vena yang hati hati adalah penting untuk prosedur yang
berhasil. Amati pedoman berikut ini untuk pemilihan vena :
1. Gunakan vena- vena distal terlebih dahulu .
2. Gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin.
3. Pilih vena-vena di atas area fleksi.
4. Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat ke dalam
kateter.
5. Palpasi vena untuk menentukan kondisinya. Selalu pilih vena yang lunak, penuh dan
yang tidak tersumbat, jika ada.
6. Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak menganggu aktifitas pasien sehari-hari.

Tipe vena berikut ini harus dihindari jika mungkin :


1. Vena yang telah digunakan sebelumnya.
2. Vena yang telah mengalami infiltrasi atau flebitis.
3. Vena yang keras dan sklerotik.
4. Vena-vena dari ekstremitas yang lemah secara pembedahan.
misal : post mastectomi, atau penempatan akses dialisis.
5. Area-area fleksi, termasuk fossa antekubiti.
6. Vena-vena kaki, karena sirkulasi lambat dan komplikasi lebih sering terjadi.
7. Cabang-cabang vena lengan utama yang kecil dan berdinding tipis.
8. Ekstremitas yang lumpuh setelah serangan stroke.
9. Vena yang memar , merah dan bengkak.
10. Vena-vena yang dekat dengan area yang terinfeksi.

Prosedur Pemberian Obat Kemoterapi


Pencampuran obat kemoterapi mengunakan BSC ( Biological Safety Cabinet ) yang
dikelola oleh instalasi farmasi. Alat tersebut mempunyai prinsip kerja bahwa tekanan udara
didalam BSC lebih negatif dari tekanan udara di luar, sehingga jika ada percikan obat kanker
tidak kembali ke arah petugas.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


20
A. PERSIAPAN
Sebelum diputuskan untuk dilakukan kemoterapi harus dipastikan dulu :
1. Diagnose Histopatologik diketahui.
2. Keadaan umum memenuhi persyaratan.
3. Status Performance ( Karnofsky atau ECOG )
4. Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, gula darah, albumin, faal ginjal dan faal
hati serta EKG dalam batas normal.
5. Informed Concent
6. Ukur BB, TB. Luas Permukaan Badan (LPB)
7. Protokol pemberian obat (nama obat, dosis dan rute pemberian obat)
8. Kartu permintaan Obat
9. Form Pencampuran obat
10. Kirim kartu permintaan obat sitostatika yang sudah lengkap ke farmasi
11 Beritahu dokter apabila dokter belum tahu bahwa hari ini program kemoterapi.

B. PEMBERIAN OBAT KEMOTERAPI


1. Terima pasien dari rawat inap atau rawat jalan.
2. Lakukan prosedur transfer pasien.
3. Lakukan pengkajian keperawatan pada pasien untuk memastikan kondisi pasien.
4. Bila pasien dari rawat jalan, beritahu dokter, untuk dilakukan pengkajian medis.
5. Apabila kondisi pasien memenuhi syarat untuk dilakukan pemberian obat
kemoterapi, cek form pencampuran obat sitostatika yang telah dibuat oleh dokter,
pastikan semuanya terisi lengkap dan benar,
6. Serahkan Form pencampuran obat ke bagian handling obat sitostatika, dan lakukan
dobel cek.
7. Pasang infus dan alat medis yang diperlukan sesuai SPO.
8. Berikan obat anti emetik sesuai protocol.
9. Pakai APD lengkap (Gaun, Sepatu bot, Masker, Tutup Kepala, Kacamata/ Google,
sarung tangan )
10. Terima obat Sitostatika yang telah dilakukan pencampuran oleh petugas Farmasi.
Lakukan dobel cek.
11. Berikan obat kemoterapi sesuai protocol dan SPO.
12. Pastikan kepatenan aliran infus, dan ulang setiap 2 jam atau setiap pergantian obat.
13. Monitor keadaan umum pasien, reaksi alergi dan Ekstravasasi.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


21
14. Buka proteksi lengkap, buang alat yang disposibel pada tempat sampah sitostatika.
15. Cuci tangan memakai sabun dan bilas dengan air bersih.
16. Catat semua prosedur sesuai SPO. ( Tetap ingat prinsip 7 benar yaitu : Obat, Dosis,
Nama, Rute, Waktu, Pendokumentasian dan Edukasi. Validasi aliran infus setiap 2
jam)

Petunjuk Praktikum 2 (Kemoterapi)


 Lakukan kegiatan secara berkelompok
 Lakukan role play (peran sebagai perawat, apoteker dan
pasien)
 Lakukan kegiatan sesuai prosedur di cek list, minta
bantuan pada asisten untuk menilai prosedur
 Catat kegiatan yang dilakukan dalam lembar kerja
 Catat hal-hal yang ditemukan selama melakukan kegiatan
 Buat simpulan kegiatan dalam bentuk laporan kelompok

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


22
FORMAT PENILAIAN
PEMBERIAN KEMOTERAPI

Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1. Persiapan Pasien :
 Ukur TB dan BB (Luas Permukaan Badan)
 Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya
 Protokol obat
 Inform consent
2. Persiapan alat
 Obat sitostatika yang akan digunakan dalam bak spuit
 NaCl 0,9% atau Dextrose 5%
 Kertas absorbsi/pengalas penyerap/perlak
 Kapas alkohol/alcohol swab
 Kassa
 Plester
 Kontainer/piala ginjal/kontainer khusus obat kemoterapi
 Infus set
 Abocath sesuai ukuran
 Alat pembendung vena
 APD lengkap
 Infus pump jika diperlukan
3. Pencampuran obat kemoterapi
 Kirimkan permintaan pencampuran obat kepada bagian farmasi
4. Perawat menerima campuran obat kemoterapi dari bagian farmasi dalam
kontainer khusus
5. Periksa nama pasien, nomor rekam medik
6. Periksa jenis obat, dosis obat dan cara pemberian (cek adanya plastik
hitam jika ada obat sitostatika yang tidak tahan sinar)
7. Orientasi kepada pasien, jelaskan prosedur dan tujuan, kontrak
Pemberian kemoterapi dengan cara bolus
8. Periksa kembali nama pasien, jenis obat, dosis obat, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian
9. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
10. Gunakan APD lengkap
11. Pasang pengalas di bawah area penusukan
12. Cari vena, lakukan tindakan aseptik dan lakukan penusukan
13. Aspirasi vena dengan NaCl 0,9%
14. Masukkan obat anti emetik 15, 30, 60 menit, kemudian masukkan obat
kemoterapi dengan perlahan
15. Bilas kembali dengan NaCl 0,9%
16. Cabut abocath

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


23
17. Bekas spuit, jarum dan lainnya masukkan ke dalam kontainer khusus
18. Lepas APD, lakukan pengelolaan APD
19. Cuci tangan
20. Terminasi
21. Dokumentasi
Pemberian infus-drip
8. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
9. Pasang pengalas di bawah area penusukan
10. Pasang infus dengan NaCl 0,9%
11. Berikan anti emetik 15, 30 dan 60 menit sebelumnya
12. Berikan kemoterapi yang sudah ada dalam plabot
13. Atur tetesan sesuai dengan protokol
14. Bilas dengan NaCl 0,9%
15. Cabut infus
16. Masukkan sampah ke kantong plastik/kontainer khusus
17. Lepaskan APD, lakukan pengelolaan APD
18. Cuci tangan
19. Terminasi
20. Dokumentasi

Banjarbaru,......................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai

(…………………………….) (……………………………………..)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


24
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


25
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


26
Praktikum 3

PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH PADA ANAK

Pendahuluan
Transfusi darah telah mulai dicoba dilakukan sejak abad ke 15 dan hingga
pertengahan abad ke 17, namun berakhir dengan kegagalan, karena cara pemberiannya dan
pada waktu itu dipakai sebagai sumber donornya adalah darah hewan. Melalui berbagai
percobaan dan pengamatan kemudian disimpulkan bahwa manusia yang semestinya menjadi
sumber darah. Namun demikian pada masa ini, karena masih banyaknya kegagalan yang
berakibat kematian, transfusi darah sempat dilarang dilakukan. Pada masa ini, transfusi darah
telah dikerjakan langsung dari arteri donor ke dalam vena resipien. Pemikiran dasar pada
transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dengan cairan pengganti
yang sesuai dari luar tubuh.3 Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah
sistem ABO dan kemudian system antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di
tahun 1939. Kedua system ini menjadi dasar penting bagi transfusi darah modern. Meskipun
kemudian ditemukan berbagai system antigen lain seperti Duffy, Kell dan lain-lain, tetapi
sistem- sistem tersebut kurang berpengaruh. Tata cara transfusi darah semakin berkembang
dengan digunakannya antikoagulan pada tahun 1914 oleh Hustin (Belgia), Agote (Argentina),
dan Lewisohn (1915). Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem pengorganisasian bank darah

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


27
yang terus berkembang sampai kini. Transfusi darah memang merupakan upaya untuk
menyelamatkan kehidupan dalam banyak hal, dalam bidang pediatri misalnya dalam
perawatan neonatus prematur, anak dengan keganasan, anak dengan kelainan defisiensi atau
kelainan komponen darah, dan transplantasi organ.
Pemberian transfusi produk darah secara umum lebih jarang pada neonatus dan anak
dibandingkan dengan dewasa. Populasi pasien anak yang umumnya mendapatkan transfusi
adalah anak yang dirawat di ruang rawat intensif, yang akan menjalani prosedur pembedahan
jantung, dengan penyakit herediter yang membutuhkan transfusi rutin seperti thalassemia
mayor, dan yang sedang menjalani kemoterapi intensif untuk keganasan darah atau kanker
organ tertentu.3 Pada praktik klinik, pelayanan transfusi pada neonatus dan anak memiliki
banyak kesamaan dengan pelayanan transfusi pada dewasa. Kesesuaian golongan darah
antara resipien dan donor merupakan salah satu hal yang mutlak.
Sebelum pemberian transfusi darah seluruh produk darah, darah dari donor harus
dilakukan uji saring untuk mendeteksi adanya infeksi menular lewat transfusi darah
(IMLTD), yang mencakup human immunodeficency virus (HIV), hepatitis B, hepatitis C, dan
sifilis. Pemeriksaan terhadap penyakit tersebut dilakukan dengan metode nucleic acid test
(NAT). Selain itu, pemeriksaan golongan darah ABO dan rhesus serta uji kompatibilitas
harus juga dilakukan. Fasilitas yang menyediakan layanan transfusi darah harus mematuhi
tata cara penyimpanan, pemantauan suhu, dan transportasi komponen darah, untuk menjamin
pelayanan transfusi darah yang aman dan berkualitas.

Definisi Transfusi
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi
darah resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya untuk menyelamatkan
kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan transfusi dikenal: (1) Homologous
transfusi; berasal dari darah orang lain, (2) Autologous transfusi; berasal dari darah sendiri.
Tujuan transfusi darah adalah: (1) mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal
peredaran darah, (2)mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,
(3)meningkatkan oksigenasi jaringan, (4) memperbaiki fungsi homeostasis, (5)tindakan terapi
khusus. Pelaksaan transfusi secara rasional mencakup pemberian komponen darah tertentu
sesuai kebutuhan dan berdasarkan pedoman yang berlaku. Perbedaan pelaksaan transfusi
pada anak dan dewasa adalah pada berat badan dan usia anak yang digunakan menghitung
jumlah komponen darah yang dibutuhkan, serta kapasitas kardiopulmonal pada anak sesuai
tahapan pertumbuhannya.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


28
Indikasi Transfusi Darah
Secara garis besar Indikasi Transfusi Darah adalah :
1. Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal,
misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau luka bakar luas.
2. Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada anemia,
trombositopenia, hipoprotrombinemia, hipofibrinogenemia, dan lain-lain.

Keadaan Anemia yang Memerlukan Transfusi Darah


1. Anemia karena perdarahan biasanya digunakan batas Hb 7 – 8 g/dL. Bila Hb telah turun
hingga 4,5 g/dL, maka penderita tersebut telah sampai kepada fase yang membahayakan
dan transfusi harus dilakukan secara hati-hati.
2. Anemia hemolitik biasanya kadar Hb dipertahankan hingga penderita dapat
mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan 5 g/dL. Hal ini dipertimbangkan
untuk menghindari terlalu seringnya transfusi darah dilakukan.
3. Anemia aplastik
4. Leukemia dan anemia refrakter
5. Anemia karena sepsis
6. Anemia pada orang yang akan menjalani operasi

Untuk menghindari berbagai kesalahan pemberian transfusi darah, maka perlu diperhatikan
hal- hal dibawah ini:
1. Identitas pasien harus dicocokkan secara lisan maupun tulisan (status dan papan nama).
2. Pemeriksaan identitas dilakukan di sisi pasien.
3. Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan formulir permintaan
darah.
4. Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suhu harus diperiksa sebelumnya, serta
diulang secara rutin.
5. Observasi ketat, terutama pada 15 menit pertama setelah transfusi darah dimulai.
Sebaiknya satu unit darah diberikan dalam waktu 1-2 jam tergantung status
kardiovaskuler dan dianjurkan tidak lebih dari 4 jam mengingat kemungkinan proliferasi
bakteri pada suhu kamar.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


29
Komponen Darah

1. Darah Utuh ( WB = Whole Blood)


Volume 350 ml WB mengandung : 350 ml darah donor, 63 ml larutan pengawet
antikoagulan, Hb ± 12 g/dl; Hct 35-45%, Tidak terdapat faktor koagulasi labil (f. V dan VIII).
Indikasi : Perdarahan akut dengan hipovolemia, Transfusi Tukar (Exchange transfusion),
Pengganti darah merah endap (packed red cell) saat memerlukan transfusi sel darah merah
Kontraindikasi : Resiko overload cairan misalnya pada anemia kronik & gagal jantung. Dapat
menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma pemeriksaan rutin (HIV-1 dan HIV-2, hepatitis
B dan C, virus hepatitis lain, syphilis, malaria, TORCH dan Chagas disease). Suhu +2°
hingga +6°C, dapat terjadi perubahan komposisi akibat metabolisme sel darah merah.
Maksimal penyimpanan WB di Bank Darah 3 minggu. Harus segera ditransfusikan 30 menit
setelah keluar dari tempat penyimpanan. Golongan darah harus sesuai (ABO dan RhD
compatible). Dilarang memasukkan obat-obatan ke dalam kantong darah. Waktu transfusi
maksimal 4 jam 6.

2. Darah Endap ( PRC= Packed Red Cells)


Secara umum, transfusi PRC hampir selalu diindikasikan pada kadar Hb <7,0 g/dl,
terutama pada keadaan anemia akut. Volume 150-250 ml eritrosit dengan jumlah plasma
yang minimal, Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit), Hct 55-75%. Indikasi : Pengganti sel darah

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


30
merah pada anemia, anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau
koloid). Resiko infeksi dan cara penyimpanan sama dengan WB. Pemberian sama dengan
WB. Penambahan infus cairan NS 50-100 ml dengan infus set-Y memperbaiki aliran
transfusi. Waktu transfusi maksimal 4 jam kecuali pasien dengan Congestive Heart Failure,
AKI (Acute Kidney Injury dan Chronic Kidney Disease). Pada pasien anak yang
membutuhkan transfusi rutin, transfusi diberikan pada kadar Hb pra transfusi 9,0 – 10,0 g/dl,
untuk mempertahankan tumbuh kembang pada anak normal. Pada bayi prematur, transfusi
PRC diindikasikan apabila kadar Hb < 7,0 g/dl. Pada keadaan IRDS (Infant Respiratory
Distress Syndrome) transfusi diberikan pada kadar Hb < 12,0 g/dl untuk bayi yang
membutuhkan oksigen atau < 10,0 g/dl untuk bayi yang tidak membutuhkan oksigen. Pada
bayi prematur dengan tanda dan gejala anemia ringan seperti takikardia atau peningkatan
berat badan yang tidak adekuat, transfusi diberikan apabila kadar Hb <10,0 g/dl. Namun,
apabila terjadi tanda dan gejala anemia berat seperti apnea, hipotensi atau asidosis, transfusi
PRC dapat diberika pada kadar Hb<12,0 g/dl. Pada bayi aterm di bawah usia 4 bulan,
transfusi diberikan apabila terdapat manifestasi klinis anemia seperti apnea, takikardia atau
peningkatan berat badan yang tidak adekuat apabila kadar Hb <7,0 g/dl. Transfusi PRC juga
dapat diberikan pada bayi dengan anemia perioperatif yang memiliki kadar Hb < 10,0 g/dl
atau pada kondisi perdarahan akut yang melebihi 10% dari volume darah total yang tidak
menunjukkan respon terhadap terapi lain. Transfusi PRC juga dapat diberikan pada pasien
pasca operasi dengan tanda dan gejala anemia dan kadar Hb < 10,0 g/dl, serta pasien yang
menderita penyakit kardiopulmonal berat dengan kadar Hb < 12,0 g/dl.
Dosis yang digunakan untuk transfusi PRC pada anak adalah 10-15 ml/kgBB/hari
apabila Hb > 6,0 g/dl, sedangkan pada Hb < 5,0 g/dl, transfusi PRC dapat dilakukan dengan
dosis 5 ml/kgBB dalam 1 jam pertama. Pada keadaan darurat sisa darah yang masih ada pada
kantong dihabiskan dalam 2-3 jam selanjutnya, asalkan total darah yang diberikan tidak
melebihi 10-15 mikroliter/kgBB/hari. Namun, apabila jumlah transfusi yang dibutuhkan
hanya sedikit, dianjurkan untuk menggunakan kantong kecil/pediatrik. Dosis transfusi PRC
pada neonatus 20 ml/kgBB dan disarankan untuk menggunakan kantong pediatrik dengan
kapasitas kurang lebih 50 mikroliter per kantong. Pada anak, pemberian PRC 4 ml/kgBB
dapat meningkatkan kadar Hb sekitar 1 g/dl. Rumus untuk menghitung kebutuhan PRC
adalah [DHb (target Hb – Hb saat ini) x berat badan x 4], sementara kebutuhan per
hari adalah 10 -15 kg/BB/hari.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


31
3. Sel Darah Merah Miskin Leukosit/Leucodepleted Packed Red Cells (LD-PRC)
Menurut American Academy of Bloof Banks (AABD) LD-PRC sebagai komponen darah
PRC yang memiliki jumlah leukosit <5x106 per unit kantong darah. Istilah lain yang dapat
digunakan untuk mendeskripsikan LD-PRC adalah leucoreduced PRC atau leuco-poor PRC.
Indikasi mutlak diberikan pada pasien neonatus transfusi rutin, seperti pada thalasemia mayor
dan anemia aplastik dan pre-/pasca-transplantasi organ. Transfusi tipe ini dapat menurunkan
risiko penularan infeksi cytomegalovirus (CMV) dan mencegah febrile non-hemolytic
transfusion reactions (FNHTR) pada pasien yang sebelumnya pernah mengalami reaksi
berupa demam setelah transfusi dua kali atau lebih sebelumnya. Dosis pemberian transfusi
LD-PRC sama dengan dosis transfusi PRC secara umum.

4. Sel Darah Merah Teriradiasi/Irradiated Packed Red Cells (I-PRC)


Pembuatan produk I-PRC dilakukan dengan proses iradiasi gamma dari produk darah
selular. Penggunaan I-PRC secara umum ditujukan untuk mencegah transfusion-associated
graft-host disease (TAGvHD), yaitu sel lomfosit dari darah donor yang masuk ke dalam
sistem sirkulasi resipien menimbulkan tanda dan gejala berupa demam, ruam kulit, diare dan
pansitopenia. Pasien immunocompromised seperti pasien pasca-transplantasi dan sebagainya,
cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami (TAGvHD).

5. Sel Darah Merah Cuci/Washed Erythrocytes (WE)


Volume 260 ml ; Hct 0,57 L/L; leukosit < 1x108 ; plasma < 0,2 ml
Indikasi : Transfusi masif pada neonatus sampai usia < 1 tahun, Transfusi intrauterin,
Penderita dengan anti-IgA atau defisiensi IgA dengan riwayat alergi transfusi berat, Riwayat
reaksi transfusi berat yang tidak membaik dengan pemberian premedikasi. Dosis WE pada
anak untuk transfusi masif adalah 10 – 15 ml/kgBB, tergantung pada keadaan umum saat
pemeriksaan. Pada pasien anak secara umum pemberian WE 8 ml/kgBB dapat meningkatkan
kadar Hb sekitar 1 g/dl.
Kontraindikasi : Defisiensi IgA yang belum pernah mendapat transfusi komponen darah
(eritrosit, plasma, trombosit), Defisiensi IgA yang tidak pernah mengalami reaksi alergi
terhadap komponen darah sebelumnya. Belum diketahui mempunyai antibodi anti-IgA. Tidak
pernah mengalami reaksi transfusi berat terhadap eritrosit.
Perbedaan WE dan LD-PRC berdasarkan definisi yang dianut oleh PMI adalah jumlah
leukosit yang ada per unit kantong darah, sedangkan LD-PRC mengandung <106 per unit
kantong darah. Keuntungan penggunaan WE adalah komponen plasma/supernatant berkurang

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


32
yang umumnya merupakan salah satu penyebab reaksi transfusi. Kerugian penggunaannya
membutuhkan tenaga kerja yang intensif dan waktu yang lama sehingga tertunda. Selain itu
produk WE juga kadaluarsa dalam 24 setelah pembuatan.

6. Trombosit Konsentrat (Tc)


Setiap 50-60 ml plasma yang dipisahkan dari WB mengandung : Trombosit minimal 55
x 109, Eritrosit < 1,2 x 109, Leukosit < 0,12 x 109. Indikasi : Perdarahan akibat
trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit, Pencegahan perdarahan karena
trombositopenia (gangguan sumsum tulang) kurang dari 10.000 /micro liter, Profilaksis
perdarahan pada pre operatif dengan trombosit kurang atau sama dengan 50.000 /microliter,
kecuali operasi trepanasi dan cardiovaskuler kurang atau sama dengan 100.000 micro liter.
Pada pasien trombositopenia dengan perdarahan aktif, pemberian transfusi Tc dibenarkan
pada kadar trombosit berapapun. Pada pasien anak dengan kadar trombosit
<20.000/mikroliter, yang akan menjalani tindakan prosedur invasif sebaiknya diberikan
transfusi trombosit sebagai profilaksis walaupun tanpa perdarahan aktif. Kontraindikasi :
ITP tanpa perdarahan, TTP tanpa perdarahan, DIC yang tidak diterapi, Trombositopenia
terkait sepsis, hingga terapi definitif dimulai atau pada hipersplenisme. Dosis pada anak dan
neonatus adalah 10 – 20 ml/kgBB/hari
Komplikasi :FNHTR (febrile non haemolytic) dan reaksi alergi urtikaria jarang terjadi

7. Transfusi granulosit /buffy coat


Buffy coat adalah suspensi leukosit konsentrat, yang mengandung komponen sel darah
putih dan trombosit dari suatu sampel darah. Indikasi transfusi granulosit pada pasien dengan
neutropenia, leukemia, penyakit keganasan lain, serta anemia aplastik dengan jumlah hitung
leukosit < 2.000/mm3 dengan suhu > 39oC. Jumlah pemberian transfusi granulosit pada
umumnya 1 – 2 x109/kgBB setiap transfusi untuk neonatus, 1 – 2 x1010/kgBB untuk bayi dan
anak yang lebih besar, dan 2 – 3x1010/kgBB untuk remaja. Satu unit granulosit mengandung
1 x 1010 granulosit. Namun, saat ini transfusi granulosit sudah jarang digunakan.

8. Fresh Frozen Plasma (Ffp)


Plasma dipisahkan dari satu kantong WB (maksimal 6 jam) dibekukan pada 25oC atau
lebih. Terdiri dari faktor pembekuan stabil, albumin dan imunoglobulin, faktor VIII minimal
70% dari kadar plasma segar normal. Volume 60 – 180 ml. Indikasi pemberian pada kasus
defisiensi faktor koagulasi (penyakit hari, overdosis antikoagulan-warfarin, kehilangan faktor

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


33
koagulasi pada penerima transfusi dalam jumlah besar), DIC, TTP. Dosis awal 10 – 15
ml/kgBB. Reaksi alergi akut dapat terjadi dengan pemberian cepat, namun jarang terjadi
reaksi anafilaktik berat. Hipovolemia bukan suatu indikasi, ABO kompatibel untuk
menghindari resiko hemolisis. Diberikan segera setelah thawing dengan alat transfusi darah
standar. Faktor koagulasi labil, cepat terdegradasi, berikan maksimal 30 menit setelah
thawing. Dapat disimpan pada suhu -25oC atau lebih bertahan hingga 1 tahun. Sebelum
digunakan harus di thawing dalam air 30-37oC di bank darah, suhu lebih tinggi akan merusak
faktor pembekuan dan protein (sekali thawing harus disimpan pada suhu +2oC hingga +6oC.

9. Cryoprecipitate
Presipitasi dari FFP saat thawing 4oC dan dicampur 10-20 ml plasma. Berisi setengah
faktor VIII dan fibrinogen darah utuh (faktor VIII 80 – 100 ui/kantong, fibrinogen 150-300
mg/kantong). Indikasi pemberian sebagai alternatif terapi faktor VIII konsentrat pada
defisiensi faktor von Willebrand (von Willebrand`s disease), faktor VIII (hemofilia A), faktor
XIII. Dapat diberikan juga pada kasus sumber fibrinogen pada gangguan koagulapati dapatan
misalnya DIC. Pemberian transfusi diberikan segera setelah thawing, dengan set transfusi
darah standar, maksimal 30 menit setelah thawing (pencairan). Penggunaan satu unit
kriopresipitat per 5 kg berat badan secara umum dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen
100 mg/dl, kecuali pada kasus DIC atau perdarahan masif. Secara umum, penghitungan
jumlah kantong dapat menggunakan rumus 0,2 x berat badan dalam kg untuk meningkatkan
konsentrasi fibrinogen 100 mg/dl. Dalam praktiknya dapat diberikan 10-20 unit/kgBB/12
jam, karena waktu paruh kriopresipitat 12 jam.
2
Reaksi Transfusi
Berdasarkan tipe, reaksi transfusi dapat dibagi menjadi 2 kategori :
1. Reaksi transfusi imunologis, dibagi menjadi reaksi cepat, yang mencakup reaksi
hemolitik akut, destruksi trombosit, demam non-hemolitik, reaksi alergi, reaksi anafilaktik
serta transfusion-related acute lung injury (TRALI). Reaksi lambat yang mencakup reaksi
hemolitik lambat, aloantibodi, purpura pasca-transfusi transfusion-associated graft versus
host disease (TAGvHD).
2. Reaksi transfusi non-imunologis, mencakup infeksi yang ditularkan melalui darah, sepsis,
transfusion-associated circulatory overload (TACO) dan gangguan metabolik.

Berdasarkan keluhan dan tanda, reaksi transfusi dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


34
1. Kategori I (reaksi ringan), berupa demam dengan suhu >38,0oC atau kenaikan suhu 1-2 oC
dari suhu tubuh pra-transfusi, pruritus, ruam ringan, transient urticaria atau flushing.
2. Kategori II (reaksi sedang), di samping demam dengan suhu tubuh >39oC atau kenaikan
suhu >2oC dari suhu tubuh pra-transfusi, disertai menggigil, rasa kaku, mual/muntah,
mialgia, angioedema, mengim urtikaria, serta ruam kulit, tanpa gangguan pada sirkulasi
dan pernapasan.
3. Kategori III (reaksi berat) terjadi hipotensi atau gangguan sirkulasi, sesak napas, mengi,
stridor berat serta anafilaksis.

Pelaksanaan transfusi
Pemantauan
Idealnya dilakukan sebelum dimulai transfusi, 15 menit pertama setelah dimulai
transfusi, setiap jam setelah dimulai transfusi, saat selesai transfusi dan 4 jam setelah selesai
transfusi untuk pasien rawat inap. Observasi mencakup keadaan umum pasien, suhu tubuh,
frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi napas serta keluhan yang dirasakan oleh pasien.
Pemberian diuretik tidak dilakukan secara rutin dan hanya pada kasus yang diduga akan atau
sudah terdapat tanda dekompensasi jantung.
Pelaksaanaan
Transportasi komponen darah dilakukan menggunakan cool box khusus dengan
termometer untuk memantau suhu ideal, misalkan 2-6oC untuk sel darah merah, 14-22oC
untuk komponen plasma dan sebagainya. Urutan cara meletakkan es beku yang dilapisi oleh
alas di atasnya, lalu letakkan komponen darah yang akan dibawa. Pada pemberian transfusi
darah, darah/komponen tidak perlu dihangatkan terlebih dahulu, kecuali pada transfusi cepat,
transfusi masif, transfusi tukar atau terdapatnya cold aglutinin. Pemberian profilaksis untuk
mencegah reaksi transfusi dapat diberikan pada kasus yang pernah mengalami riwayat reaksi
transfusi sebelumnya, terutama saat pemberian produk darah yang mengandung plasma.
Namun penggunaan profilaksis umumnya tidak dilakukan di negara yang sudah
menggunakan pre-storage filter untuk setiap produk darahnya. Apabila pada satu pasien
dibuthkan lebih dari satu jenis komponen darah, komponen darah dapat diberikan secara
berurutan, tetapi tidak melebihi jumlah kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam. Urutan
pemberian komponen juga disesuaikan dengan kondisi klinis. Sebagai contoh, pada kasus
perdarahan akibat trombositopenia, disarankan untuk diberikan komponen TC terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan komponen PRC. Penggunaan transfusi darah sebaiknya dimulai
maksimal 30 menit setelah produk darah tersebut dikeluarkan oleh Unit Pelayanan Transfusi

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


35
Darah (UPTD)/bank darah. Pemberian transfusi darah pekat/sel darah merah kepada resipien
harus selesai dalam waktu maksimal 4 jam/kantong terhitung dari keluarnya produk darah
dari UPTD, sedangkan untuk produk plasma darah dapat diberikan lebih cepat (dalam 1-2
jam), bergantung kebutuhan. Jarak pemberian antara 2 kantong PRC sebaiknya 24 jam.
Namun, pada penyakit kronik dengan kadar Hb <5 g/dl, jarak minimal yang masih
diperkenankan adalah antara 8-12 jam setelah kantong darah pertama selesai.

Transfusi Tukar
Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dari donor dengan cara mengeluarkan
darah neonatus dan memasukkan darah donor secara berulang dan bergantian melalui suatu
prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang dikeluarkan. Pergantian darah bisa
mencapai 75 – 85% dari jumlah darah neonatus. Pada hiperbilirubinemia, transfusi tukar
dilakukan untuk menghindari terjadinya kern icterus.

Tujuan transfusi tukar :


1. Menurunkan kadar bilirubin indirek
2. Mengganti eritrosit yang dapat dihemolisis
3. Membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis
4. Mengkoreksi anemia

Transfusi tukar akan dilakukan oleh dokter pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek
sama dengan atau lebih tinggi dari 20 mg% atau secara lebih awal sebelum bilirubin
mencapai kadar 20mg%. Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat lebih dari 4 mg%
dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 10 mg%, peningkatan kadar bilirubin 1 mg%
tiap jam. Darah yang digunakan sebagai darah pengganti (darah donor) ditetapkan
berdasarkan penyebab hiperbilirubinemia.

Indikasi Transfusi Tukar


Jika setelah menjalani fototerapi tak ada perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat
hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfusi darah.
Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern
ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami beberapa gangguan
perkembangan. Misalnya keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan motorik dan
bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi yang sudah

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


36
teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Berbagai klinik menganut indikasi
transfusi tukar yang berbeda-beda, tetapi pada garis besarnya dapat disimpulkan sebagai
berikut :

1. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg% dengan albumin
kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan darah ( Rh, ABO, MNS ),
sepsis, hepatitis, ikterus fisiologis yang berlebihan, kelainan enzim (defisiensi G6PD,
piruvat kinase, glukoronil transverase), penyakit anemia hemolitik auto imun (pada anak
besar)
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari pertama
bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam)
3. Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir): Biasanya terjadi pada bayi yang
sebelumnya telah terjadi malnutrisi atau mengalami hipoksia intrauterin kronis, pada
kembar identik dan pada bayi dengan ibu diabetes
4. Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis
5. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang positif
6. Semua kelainan yang membutuhkan komplemen, opsonin / gamma globulin
7. Pada prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat

Indikasi Transfusi Tukar pada penyakit hemolisis ( TT segera )


• Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 g/dl dan kadar Hb tali pusat < 11 g/dl
• Kadar bilirubin meningkat > 1 mg/dl/jam meskipun sudah difototerapi
• Kadar Hb antara 11-13 g/dl dan bilirubin meningkat > 0,5 g/dl/jam meskipun sudah
difototerapi
• Kadar bilirubin = 20 g/dl atau tampaknya akan mencapai 20 dalam peningkatannya
• Ada anemia yang progresif meskipun sudah difototerapi

Kontra Indikasi
1. Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis : Gagal memasang akses arteri atau
vena umbilikalis dengan tepat, Omfalitis, Omfalokel / Gastroskisis, Necrotizing
Enterocolitis
2. Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer : Gangguan perdarahan (Bleeding
Diathesis), Infeksi pada tempat tusukan, Aliran pembuluh darah kolateral dari arteri

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


37
Ulnaris / arteri Dorsalis Pedis kurang baik, Ketidakmampuan memasang akses arteri dan
vena perifer

Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum dilakukan transfusi tukar, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
 Darah tepi lengkap ( DTL ) dan hitung jenis
 Golongan darah ( ABO, Rhesus ) bayi dan donor
 Coombs test
 Bilirubin total Direk dan Indirek
 Elektrolit dan Gula Darah Sewaktu ( GDS )
 PT dan APTT
 Albumin

Penentuan Golongan Darah dan Cross Match


Sebaiknya dipakai darah segar dari donor dengan golongan darah yang sesuai dengan
menggunakan antikoagulan citrate phosphate dextrose (CPD) bila tidak ada darah segar,
maksimal yang berumur < 72 jam. Untuk gangguan-gangguan yang berhubungan dengan
hidrops fetalis/ asfiksia fetal, sebaiknya menggunakan darah segar atau maksimal yang
berumur < 24 jam. Hematokrit darah donor yang diinginkan sebaiknya minimal 45-50%
 Bayi-bayi dengan Rhesus inkompatibilitas: Darah harus golongan O, rhesus negatif,
dengan titer anti A dan anti B yang rendah. Harus di crossmatch dengan darah ibu.
 Bayi-bayi ABO inkompatibilitas harus tipe O, rhesus yang sesuai dengan ibu dan bayi
atau rhesus negatif, dengan titer anti A dan anti B yang rendah. Harus di cross match
baik dengan darah ibu maupun darah bayi.
 Group inkompatibilitas darah lainnya
 Untuk penyakit-penyakit hemolitik lainnya, darah harus di crossmatch dengan darah
ibu untuk menghindari antigen-antigen yang mengganggu
 Hiperbilirubinemia, gangguan keseimbangan metabolik atau hemolisis tidak
disebabkan oleh gangguan isoimun. Darah harus di cross match terhadap plasma dan
eritrosit bayi.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


38
Pelaksanaan Transfusi Tukar
Persiapan yang diperlukan
 Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang diperlukan. Volume darah
normal pada neonatus cukup bulan 80 ml/kg BB, sedangkan pada BBLR / BBLSR
bisa sampai 95 ml/kg BB
 Misalnya pada bayi dengan berat badan 3 kg, volume darah bayi tersebut 240 cc. Dua
kali dari volume tersebut di transfusi tukar pada prosedur 2 volume TT. Maka jumlah
darah yang diperlukan adalah 480 cc.
 Kompres kulit yang kering selama 30 menit dengan kasa yang dibasahkan dengan
Nacl 0,9% supaya lebih lunak dan memudahkan mencari vena serta memasukkan
kateter
 Pada polisitemia dilakukan Partial exchange dengan menggunakan Nacl 0,9% atau
untuk anemia yang sangat berat dengan Packed Red Cells (PRC)

Formula untuk menentukan jumlah volume transfusi tukar pada polisitemia :


Perkiraan vol darah (ml)/ BB (kg) X (Ht pasien – Ht yang diinginkan)
Menentukan jumlah volume setiap aliquots (jumlah darah yang akan dikeluarkan /
dimasukkan kedalam semprit setiap kali sewaktu melakukan TT). Aliquots yang biasanya
digunakan pada transfusi tukar pada neonatus Sebaiknya tidak melebihi 5 ml/kg,

BB Bayi Alquots (ml


> 3 kg 10
2-3 kg 15
1-2 kg 10
850 gr – 1 kg 5
< 850 gr 1-3
Metode Transfusi Tukar yang bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
1. Metoda yang paling disenangi adalah isovolumetric exchange yaitu mengeluarkan dan
memasukkan darah dilakukan bersamaan
2. Kateter Arteri Umbilikalis digunakan untuk mengeluarkan darah pasien dan keteter
Vena Umbilikalis dipakai untuk memasukkan darah donor.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


39
Teknik teknik alternatif
- Mengeluarkan melalui kateter A. Umbilikalis dan memasukkan melalui Arteri perifer
- Metode ” Push - Pull ” melalui kateter A. Umbilikalis
- Metode ” Push – Pull ” melalui kateter V. Umbilikalis. Bila tidak memungkinkan
memasukkan kateter ke dalam V.Umbilikalis, TT bisa dilakukan melalui vena sentral
pada fossa antecubiti atau ke dalam V.Femoralis melalui V. Saphenous. Lokasinya 1 cm
di bawah ligamentum inguinalis dan medial dari A.Femoralis masukkan kateter sedalam
5 cm
- Mengeluarkan melaui arteri perifer ( radialis/ tibialis posterior ) dengan memakai 24
angiocath dan memasukkannya melalui vena perifer pada ekstremitas sisi yang lain
- Jangan menggunakan A. Brachialis dan A. Femoralis karena adanya resiko kehilangan
sirkulasi ke ekstremitas.
- Membuat beberapa kolom pada selembar kertas untuk mencatat identitas pasien waktu
mulai dan setelah melakukan TT serta jumlah darah dan nomor nomor frekuensi Aliquot
darah yang dikeluarkan dan dimasukkan, serta waktu dan kapan rencana diberikan
larutan Ca glukonat dan heparin encer selama TT

Alat-alat yang diperlukan :


1. Radiant warmer
2. Peralatan untuk bantuan pernapasan dan resusitasi serta obat-obatan
3. peralatan monitor untuk denyut jantung, tekanan darah, kecepatan pernapasan, suhu,
PaO2, PaCo2, SaO2
4. Monitor EKG bila ada
5. Peralatan untuk pemasangan kateter arteri dan vena umbilikalis
6. Nampan ( sterille / disposeable ) untuk TT
7. Selang lambung 5F/6F untuk mengosongkan lambung sebelum memulai TT
8. Ca glukonat 10%
9. Heparin encer ( 5u/ml yaitu dengan mencampurkan 500 unit heparin ke dalam 100 cc
Nacl 0,9% )
10. Semprit steril 20 ml, dua buah ( untuk mengeluarkan dan memasukkan darah )
11. Three way stopcock yang steril dua buah
12. Sarung tangan steril 2 buah
13. Semprit 5 ml/10 ml dua buah untuk Ca glukonat 10% dan heparin encer

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


40
14. Kateter umbilikalis satu buah. Sediakan dua buah jika memakai teknik isovolumetric
2 volume exchange, satu dimasukkan vena dan satu lagi untuk arteri umbilikalis
15. “Nierbekken” dua buah, serta botol plastik bekas infuse untuk menampung darah
yang dibuang
16. Infus set, dua buah
17. Darah harus dihangatkan dulu ke suhu 37°C. Penggunaan pemanas air tidak
dianjurkan sebab darah yang terlalu hangat menjadi hemolisis
18. Polisitemia, diperlukan Nacl 0,9% 500 cc / 5% albumin dalam 0,9% Nacl sebagai
pengganti cairan untuk mengobati hiperviskositas

Cara melakukan transfusi tukar


 Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum TT
 Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus albumin 1 g/kg BB
 Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen
 Tubuh anak jangan sampai kedinginan
 Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut. Bila telah
kering, potong rata setinggi dinding perut
 Salah satu ujung kateter polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan ujung
yang satu lagi dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hati-hati sampai terasa tahanan
lalu tarik lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara tersebut biasanya darah sudah keluar
sendiri. Ambilah 20 cc untuk pemeriksaan laboratorium yang diperlukan.
 Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan
mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah akan naik setinggi 6 cm di
atas dinding perut ). Bila ada gangguan pernapasan biasanya terdapat tekanan negatif.
 Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor dan
seterusnya. Measukkan dan mengeluarkan darah dilakukan dalam waktu 20 detik.
Pada bayi prematuritas cukup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang dikeluarkan
adalah 190 ml/kg BB dan yang dimasukkan adalah 170 ml/kg BB.
 Semprit harus sering dibilas dengan heparin encer ( 2 ml heparin @ 1000 U dalam
250 ml Nacl fisiologis )
 Setelah 140-150 ml darah dimasukkan, kateter dibilas dengan 1 ml heparin encer dan
dimasukkan pula 1,5 ml glukonas kalsikus 10% dengan perlahan-lahan, kemudian
bilas lagi dengan 1 ml heparin encer. Bila bunyi jantung bayi kurang dari 100/menit,
waspada terjadinya henti jantung

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


41
 Jika tidak bisa pada vena umbilikalis maka bisa dipakai vena sefena, cabang vena
femoralis.

Prosedur Tambahan sesudah TT


• Pemeriksaan laboratorium
• Pasien dipuasakan minimal 24 jam untuk memonitor bayi yang mempunyai
kemungkinan ileus sesudah TT
• Fototerapi, untuk gangguan dengan kadar bilirubin yang tinggi
• Remedication
- Antibiotik dan antikonvulsan
- Antibiotik profilaksis : diberikan sesudah transfusi

Indikasi Transfusi Tukar Ulangan


 Setelah Transfusi tukar yang pertama selesai, kadar bilirubin masih juga menunjukkan
kecepatan kenaikan lebih dari 1 mg/dl/jam.
 Terdapat anemia hemolitik berat yang menetap
 Apabila kadar awal bilirubin melebihi 25 mg/dl, mungkin biasanya kadar bilirubin
setelah transfusi tukar pertama akan masih tinggi dan perlu dilakukan transfusi
ulangan dalam 8-12 jam berikutnya.

Komplikasi
1. Infeksi: Bakteriemia, hepatitis, CMV, malaria, AIDS
2. Komplikasi vaskular: Bekuan atau emboli udara, spasme arteri pada ekstremitas bawah,
thrombosis
3. Koagulopati: Hasil dari thrombositopenia, turun sampai > 50% sesudah 2 volume
exchange transfusion
4. Gangguan elektrolit: Hiperkalemia dan hipokalsemia  aritmia dan tetani
5. Hipoglikemia: Pada bayi dengan ibu DM dan erythroblastosis fetalis
6. Metabolik asidosis: Dari darah donor yang disimpan
7. Metabolik alkalosis: Terlambatnya pembersihan pengawet sitrat dari darah donor oleh
hati
8. Hemolisis
9. Perdarahan intracranial
10. Hipovolemia

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


42
11. Necrotizing Enterocolitis

Pedoman pengelolaan ikterus menurut waktu timbulnya dan kadar bilirubin

Pemberian fototerapi pada bayi prematur adalah sebagai berikut :


1. BB < 1000 gr ; dimulai dalam 24 jam dan transfusi tukar jika kadar bilirubin 10-12
mg/dl
2. BB 1000-1500 gr ; fototerapi jika kadar bilirubin 7 – 9 mg / dl dan transfusi tukar jika
kadar bilirubin 12 -15 mg/dl
3. BB 1500 – 2000 gr ; fototerapi jika kadar bilirubin 10 – 12 mg / dl dan transfusi tukar
jika kadar bilirubin 15 – 18 mg/dl
4. BB 2000 – 2500 gr ; fototerapi jika kadar bilirubin 13 – 15 mg / dl dan transfusi tukar
jika kadar bilirubin 18 – 20 mg/dl

Tatalaksana ikterus pada neonatus cukup bulan berdasarkan kadar bilirubin indirek ( mg/dl )

Referensi
Wahudiyat, PA, dkk. 2016. Transfusi Rasional pada Anak. Sari Pediatri Volume 18 Nomor 4.
WHO, 2016. The Clinical Use of Blood, Handbook, Geneva

Tugas Praktikum 3 (Transfusi)

Lakukan penghitungan kebutuhan transfusi anak sesuai dengan


kasus yang diberikan dosen pembimbing. Lakukan kegiatan sesuai
dengan lembar pelaksanaan kegiatan transfusi darah. Kerjakan
dalam
Panduan kelompok
Praktikum dan individu.
Anak 2 Reguler Buat laporan kegiatan per kelompok
Tahun 2019
43
FORMAT PENILAIAN
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH

Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
Pra Interaksi
1. Verifikasi program terapi transfusi dan data klien (BB, usia,dll)
2. Penerimaan kantong darah
 Periksa format permintaan dan label kantong darah dengan seorang
teknisi laboratorium atau sesuai kebijakan lembaga. Khususnya
periksa nama klien, nomor identitas, golongan darah (A, B, AB atau
O) dan kelompok Rh klien, nomor donor darah, dan tanggal
kadaluarsa darah. Periksa adanya ketidaknormalan warna, gumpalan
SDM, gelembung udara dan bahan asing lainnya. Kembalikan darah
yang sudah kadaluarsa atau yang tidak normal ke bank darah
 Dengan perawat lain, bandingkan catatan darah laboratorium dengan
: nama, nomor identitas klien, nomor pada label kantong darah,
golongan darah (A, B, AB atau O dan tipe Rh) pada label kantong
darah
 Jika ada informasi yang tidak begitu cocok, beritahu perawat yang
bertanggung jawab dan bank darah. Jangan memberikan darah
sampai ketidakcocokan diperbaiki atau diklarifikasi.
 Tanda tangani format yang tepat dengan perawat lain sesuai dengan
kebijakan lembaga.
 Pastikan bahwa darah ditinggalkan pada suhu ruangan tidak lebih
dari 30 menit sebelum memulai transfusi. SDM akan rusak dan
kehilangan keefektifannya setelah ditinggalkan selama 2 jam pada
suhu ruangan. SDM yang lisis melepaskan kalum ke aliran darah
yang menyebabkan hiperkalemia. Lembaga dapat menetapkan waktu
yang berbeda untuk mengembalikan darah ke bank darah jika
kantong darah tersebut tidak dipakai. Saat komponen darah
menghangat maka risiko pertumbuhan bakteri juga meningkat. Jika
pemberian transfusi darah ditunda tanpa terduga maka kembalikan
darah ke bank darah. Jangan menyimpan darah didalam kulkas. Suhu
kulkas tidak secara tepat diatur dan darah dapat menjadi rusak.
3. Lakukan penghitungan kebutuhan transfusi pada anak sesuai order
4. Persiapan alat :
 Unit darah lengkap/kantong transfusi sesuai order
 Transfusi set
 NaCl 0,9%
 IV kateter/punksi vena sesuai ukuran
 Swab alkohol/kapas alkohol
 Plester
 Sarung tangan bersih

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


44
 Pengalas/perlak
 Piala ginjal
 Label pemasangan infus
 Alat tulis dan lembar observasi
 Infus pump jika diperlukan
Fase Orientasi
5 Mengucapkan salam terapeutik dan memperkenalkan nama perawat
6 Tanyakan nama pasien dan periksa gelang tangan klien untuk melihat
nama dan nomor identitasnya
7 Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah tindakan
8 Melakukan kontrak (topik, waktu, dan tempat)
9 Menanyakan keluhan utama pasien
10 Memberikan kesempatan pasien bertanya
Fase Kerja
11 Menjaga privasi klien
12 Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan
13 Meletakkan alat kedekat pasien
14 Mengatur posisi pasien
15 Pertahankan teknik aseptik saat menyiapkan cairan infus
16 Gantungkan cairan infus (NaCl 0,9%) pada tiang infus dan lakukan
desinfeksi tutup botol cairan infus dengan kapas alkohol/swab antiseptik
17 Lepaskan selang transfusi set dari wadah dan tarik keluar
18 Geser klem selang disepanjang selang sampai berada tepat dibawah bilik
tetes untuk memfasilitasi aksesnya
19 Tutup klem selang transfusi set. Biarkan ujung selang transfusi set tetap
tertutup plastik sampai transfusi set dipasang (untuk mempertahankan
kesterilan ujung selang)
20 Lepaskan tutup botol/kantong cairan infus dan tusukan selang transfusi set
ke botol/kantong cairan infus
21 Isi “Chamber” dengan cairan infus 1/3-1/2 bagian dan alirkan cairan
sampai ke ujung selang. Jika didalam selang masih ada udara, maka buka
tutup jarum dan keluarkan udaranya hingga tidak ada, selanjutnya klem
selang infus dan tutup jarum kembali.
22 Memberikan label pada botol cairan infus NaCl 0,9% (tanggal dan jam
pemasangan, tanggal dan jam dilepaskan, terapi, tetesan)
23
12. Lakukan tindakan pemasangan kateter intravena sesuai prosedur (jika
kateter vena belum terpasang)
24 Balikkan kantong darah secara perlahan beberapa kali untuk mencampur
sel-sel darah dengan plasma. Membalikkan kantong darah dengan kasar
dapat merusak sel-sel darah.
25 Buka port kantong darah dengan menarik carikannya ke belakang.
Tusukan transfusi set kedalam kantong darah
26 Gantung kantong darah. Buka klem transfusi set secara perlahan
27 Darah akan mengalir kedalam bilik tetes yang sebelumnya telah berisi
cairan NaCl 0,9%
28 Ketuk-ketuk filter untuk mengeluarkan setiap residu udara didalam filter
29 Atur kembali kecepatan aliran darah dengan klem transfusi set. Pantau
klien secara ketat selama 5 sampai 10 menit pertama

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


45
30 Alirkan darah secara perlahan selama 15 menit pertama dengan tetesan 20
tetes per menit
31 Perhatikan adanya reaksi transfusi yang merugikan, seperti mengigil,
mual, muntah, takikardi. Mengidentifikasi reaksi tersebut dengan cepat
guna meminimalisir akibat dari reaksi transfusi.
32 Ingatkan klien atau keluarga untuk memanggil perawat jika gejala yang
tidak lazim dirasakan saat transfusi. Jika reaksi ini terjadi maka laporkan
pada perawat yang bertanggung jawab dan lakukan tindakan keperawatan
yang tepat
33 Periksa tanda vital klien setelah 15 menit.
34 Jika tidak ada tanda-tanda reaksi tetapkan kecepatan aliran yang
dibutuhkan.
35 Pantau kondisi klien setiap 1 jam
36 Lepas sarung tangan dan cuci tangan
Terminasi
37 Menanyakan pada anak apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan
38 Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan pada anak dan
keluarga
39 Memberikan reinforcement sesuai dengan kemampuan anak dan keluarga
40 Melakukan kontrak (waktu, tempat dan kegiatan selanjutnya)
Kontrak terkait pemantauan setiap jam selama pemberian, sesaat setelah
selesai dan 4 jam setelah transfusi (untuk pasien rawat inap)
41 Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam.
Dokumentasi
42 Catat waktu mulai pemberian darah, termasuk tanda-tanda vital, jenis
darah, nomor unit darah, nomor urut (mis, nomor 1 dan 3 unit darah yang
diprogramkan), tempat punksi vena, ukuran jarum, dan kecepatan aliran
darah. Hasil pemantauan/observasi

Banjarbaru,......................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai

(………………………………………) (……………………………………….)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


46
FORMAT PENILAIAN
PEMBERIAN TRANSFUSI TUKAR

Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
Pra Interaksi
1. Verifikasi program terapi transfusi dan data klien (BB, usia,dll)
2. Persiapan alat dan tim
Orientasi
3. Memberi salam, memperkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur dan indikasi transfusi tukar kepada orang tua atau
keluarga
5. Meminta persetujuan tertulis untuk meminta tindakan medis kepada orang
tua atau keluarga
Kerja
6. Melakukan pemeriksaan golongan anak dan kedua orang tua
7. Melakukan Coomb`s Test darah jika diperlukan
8. Memesan darah 200 cc/kgBB PRC cuci
9. Pindahkan pasien ke ruangan khusus
10. Mempersiapkan pasien dengan posisi tidur telentang
11. Menyalakan lampu pemanas dan diarahkan kepada pasien
12. Cuci tangan dan pasang APD
13. Dekatkan alat kepada pasien. Jika memungkinkan pasang saluran
umbilikus, jika tidak memungkinkan lakukan vena seksi
14. Lakukan tindakan antiseptik pada area pembuluh darah
15. Pasang sarung tangan (dokter)
16. Siapkan 2 buah blood transfusion set (perawat)
17. Pasang transfusi set ke dalam wadah darah untuk jalur pengisian darah
18. Pasang transfusi set ke wadah pembuangan darah (dokter)
19. Hubungkan kedua transfusi set dengan three way sedemikian rupa
sehingga terdapat jalur pengisian dan pembuangan darah
20. Awasi keadaan umum pasien
21. Lakukan pengisapan darah sebanyak 20 cc lalu dibuang
22. Masukkan darah sebanyak 20 cc, didiamkan selama + 5 menit, lalu
dihisap kembali sebanyak 20 cc untuk dibuang. Ulangi prosedur ini
sampai + 9 kali atau 180 cc
23. Setiap 160 cc darah ditukar, beri heparin sebanyak 0,5 cc/kgBB
24. Setiap 180 cc darah ditukar tambahkan Ca Glukonas 0,5 cc/kgBB
25. Ulangi prosedur 18–21 sampai dengan jumlah darah tertukar 200 cc/kgBB
26. Mencatat jumlah darah yang keluar dan yang masuk
27. Menyiapkan obat-obat yang diperlukan bila pelaksananan tindakan sudah
selesai
28. Merapikan pasien dan membawa kembali ke tempat semula
29. Membersihkan, merapihkan, mengembalikan peralatan ke tempat semula

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


47
30. Cuci tangan
31. Terminasi
32. Dokumentasi

Banjarbaru,......................................
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai

(……………………………………….) (…………………………………………)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


48
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


49
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


50
Praktikum 4

DETEKSI DINI AUTIS DAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN


HIPERAKTIVITAS (GPPH) PADA ANAK PRA SEKOLAH

Deteksi Dini Autis Anak Pra Sekolah


Autisme adalah kumpulan kondisi kelainan perkembangan yang ditandai dengan kesulitan
berinteraksi sosial, masalah komunikasi verbal dan nonverbal, disertai denganpengulangan
tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif. Penyebab autisme adalah
multifaktorial. ntuk mendiagnosis autism diperlukan kriteria tertentu menggunakan DSM IV
dan skiring menggunakan CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale), Checklist
for Autism in Toddlers (CHAT), dan Autism Screening Questionnaire. Perangkat diagnosis
untuk skreening (uji tapis) pada penyandang autism sejak usia 18 bulan sering dipakai di
adalah CHAT (Checklist Autism in Toddlers). CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000 balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi
aspek-aspek : imitation, pretend play, and joint attention.

Menurut American of Pediatrics, Committee on Children With Disabilities. Technical Report


: The Pediatrician's Role in Diagnosis and Management of Autistic Spectrum Disorder in
Children. Pediatrics !107 : 5, May 2001)
BAGIAN A.
Alo - anamnesis (keterangan yang ditanyakan dokter dan diberikan oleh orang tua atau orang
lain yang biasa mengasuhnya)
1. Senang diayun-ayun atau diguncang guncang naik-turun (bounced) di lutut ?
2. Tertarik (memperhatikan) anak lain ?
3. Suka memanjat benda-benda, seperti mamanjat tangga ?
4. Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
5. Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk
cangkir dan teko, atau permainan lain ?
6. Pernah menunjuk atau menerima sesuatu dengan menunjukkan jari ?
7. Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana ?
8. Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ?
9. Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


51
BAGIAN B. Pengamatan
1. Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa ?
2. Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di ruangan
pemeriksaan sambil mengatakan : "Lihat, itu. Ada bola (atau mainan lain)".
Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan melihat
tangan pemeriksa.
3. Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko. Katakan
pada anak anda : "Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu untuk mama ?"
Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk, menuang, meminum.
Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan, minuman,
bercocok tanam, menyapu, mengepel dll.
4. Tanyakan pada anak : " Coba tunjukkan mana 'anu' (nama benda yang dikenal anak
dan ada disekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya ? Atau sambil
menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda ?
5. Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu menara ?

Interpretasi
1. Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
2. Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan A7 dan B4
3. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >3
4. Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3

Keterangan :
Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika
berumur 20 - 42 bulan. Tetapi anak dengan keterlambatan perkembangan yang menyeluruh
juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi
mental

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


52
CEKLIST DETEKSI DINI AUTIS
CHAT (Checklist for Autism in Toddlers)
Untuk anak umur 18 – 36 bulan

A. Alo Anamnesis
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncang naik turun
(bounched) dipaha anda ?
2 Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain?
3 Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat tangga ?
4 Apakah anak suka bermain “ciluk ba”, “petak umpet”?
5 Apakah anak suka bermain seolah-olah membuat secangkir teh
Menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, / permainan lain ?
6 Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan
menunjukkan jari ?
7 Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu
agar anda melihat ke sana ?
8 Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau
kubus) ?
9 Apakah anak pernah memberikan sesuatu benda untuk menunjukkan
Sesuatu ?

B. Pengamatan
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata) dengan
pemeriksa ?
2 Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjukan
sesuatu di rungan pemeriksaan sambil mengatakan “Lihat itu ada
bola (atau mainan lain)”!
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk
bukan melihat tangan pemeriksa ?
3 Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir
dan teko. Katakan pada anak : “Buatkan secangkir susu buat mama”!
4 Tanyakan pada anak. “Tunjukan mama gelah”! (gelas dapat diganti
dengan nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar kita).
Apakah anak menunjukan benda tersebut dengan jari ? Atau
sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda ?
5 Apakah anak dapat menumpuk beberapa kubus / balok menjadi suatu
menara ?

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


53
Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas ( GPPH ) Pada Anak
Prasekolah
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif yang sering disebut sebagai Attention
Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) atau GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan
Hiperaktifitas) yaitu suatu sindrom neuropsikiatrik yang akhir-akhir ini banyak ditemukan
pada anak-anak, biasanya disertai dengan gejala hiperaktif dan tingkah laku yang implusif.
Perbedaan anak attention deficit hyperactive disorder (ADHD) dengan anak normal adalah
dengaan dalam hal berinteraksi dengan orang lain anak ADHD memiliki perilaku impulsif
yaitu tindakan yang memiliki dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak
terkendali. Anak ADHD memiliki cara komunikasi yang buruk, perilaku yang sangat aktif
seperti tidak bisa duduk diam, cara belajar sangat lamban, terutama untuk latihan-latihan
yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, ketidak mampuan dalam mengontrol prilaku, dan
cenderung lebih beresiko mengalami dangguan mood, kecemasan dan masalah dalam
hubungan dengan teman sebayanya. Perilaku impulsif sering kali menjadi sumber konflik
antara anak dengan teman, guru, bahkan dengan administrator sekolah.
Program Abbreviated Conner Ratting Scale memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui
secara dini pada anak tentang adanya ADHD pada anak usia 36 bulan keatas. Jadwal deteksi
dini ADHD pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua
atau pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas
PAUD, pengelola TPA dan guru TK.
Abbreviated Conner Ratting Scale memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui secara dini
pada anak adanya ADHD pada anak usia 36 bulan ke atas. Jadwal deteksi dini ADHD pada
anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari orang tua atau pengasuh
anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan, BKB, petugas PAUD, pengelola
TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
 Anak tidak bisa duduk tenang
 Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
 Perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsif
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini ADHD, formulir ini terdiri dari 10
pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atau guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


54
Cara menggunakan formulir deteksi dini ADHD :
1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu-persatu perilaku yang tertulis
pada formulir deteksi dini ADHD. Jelaskan kepada orang tua atau pengasuh anak untuk
tidak ragu-ragu atau takut menjawab.
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada formulir
deteksi dini ADHD.
3. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak berada,
misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dan lain-lain. Setiap saat dan ketika anak
dengan siapa saja.
4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan pemeriksaan.
Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi :
Beri nilai masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai” dan jumlahkan menjadi nilai
total :
 Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
 Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
 Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
 Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH/ADHD

Intervensi :
 Bila dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit.
 Bila nilai total kurang dari 13 tetapi ada ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang satu
bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak. (orang
tua, pengasuh, nenek, guru dsb.)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


55
FORMULIR DETEKSI DINI
GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
( Abbreviated Conners Ratting Scale )

No
KEGIATAN 0 1 2 3

1 Tidak kenal lelah, atau aktivitas yang berlebihan


2 Mudah menjadi gembira, impulsive
3 Mengganggu anak-anak lain
4 Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah dimulai, rentang
perhatian pendek.
5 Menggerak-gerakan anggota badan atau kepala secara terus-
menerus
6 Kurang perhatian, mudah teralihkan
7 Permintaannya harus segera dipenuhi, mudah menjadi
frustasi.
8 Sering dan mudah menangis
9 Suasana hatinya mudah berubah dengan cepat dan drastis
10 Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak terduga.
Jumlah :

Nilai Total :

Referensi :
Erinta, Deyla dan Budiani, Meita Santi (Austus 2012). Efektivitas Penerapan Terapi
Permainan Sosialisasi Untuk Menurunkan Perilaku Impulsif Pada Anak Dengan
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal Psikologi:Teori dan Terapan.
03. 67-68

Griadhi, Ratep, Westa. Diagnosis dan Penatalaksanaan Autisme. Bagian/SMF Ilmu


Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar

Hatiningsih, Nuligar (Agustus 2013). Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada
Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. 01, 325-326.

Maritalia, Dewi. 2009. “Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (Sdidtk) Balita Dan Anak Pra Sekolah Di Puskesmas Kota
Semarang Tahun 2009”. Tesis . Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


56
Petunjuk praktikum 4
- Lakukan secara berkelompok sesuai dengan kasus yang
diberikan asisten praktikum/dosen pembimbing praktikum
- Hasilnya didokumentasikan ke dalam format yang disediakan
sesuai dengan kasus yang diberikan
- Catat hal-hal penting dan buat laporan per kelompok

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


57
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


58
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


59
Praktikum 5

TERAPI KELASI BESI

Pengertian
Kelebihan besi dapat menimbulkan komplikas jangka panjang di berbagai sistem organ.
Pemberian terapi kelasi besi dapat mencegah komplikasi kelebihan besi dan menurunkan
angka kematian pada pasien thalasemia.

Indikasi
Terapi kelasi besi bertujuan untuk detoksifikasi kelebihan besi yaitu mengikat besi yang tidak
terikat transferin di plasma dan mengeluarkan besi dari tubuh. Kelasi dimulai setelah
timbunan besi dalam tubuh pasien signifikan, yang dapat dinilai dari beberapa parameter
seperti jumlah darah yang telah ditransfusikan, kadar feritin serum, saturasi transferin dan
kadar besi hati/liver iron concentration – LIC (biopsi, MRI atau feritometer). LIC minimal
3000 ug/g berat kering hati merupakan batasan untuk memulai kelasi besi namun biopsi
adalah tindakan invasif sehingga beberapa parameter lain menjadi pilihan. Pemberian kelasi
besi dimulai bila kadar feritin serum darah sudah mencapai 1000 ng/mL atau saturasi
transferin ≥ 70% atau apabila transfusi sudah diberikan sebanyak 10-20 kali atau sekitar 3-5
liter.
Kelasi besi kombinasi diberikan jika kadar feritin serum >2500 ng/mL yang menetap
minimal 3 bulan, apabila sudah terjadi kardiomiopati atau telah terjadi hemosiderosis jantung
pada pemeriksaan MRI T2 (<20 ms).

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


60
Jenis dan cara pemberian kelasi besi
Terapi kelasi besi memerlukan komitmen yang tinggi dan kepatuhan dari pasien dan
keluarga. Jenis kelasi besi yang terbaik adalah yang dapat digunakan pasien secara kontinu
dengan mempertimbangkan efektifitas, efek samping, ketersediaan obat, harga, dan kualitas
hidup pasien. Tiga jenis kelasi besi yang saat ini digunakan adalah deferipron atau
deferaksiroks dapat menjadi alternatif. Terapi kombinasi kelasi besi saat ini terbatas pada
kondisi kelebihan besi yang tidak dapat diatasi dengan monoterapi atau telah terdapat
komplikasi ke jantung. Pemilihan terapi dibuat berdasarkan kesepakatan dan kenyamanan
pasien, sehingga perlu diinformasikan tentang kelebihan dan kekurangan kelasi besi kepada
pasien dan orang tua.
a. Desferoksamin (Desferal, DFO)

Desferoksamin adalah kelator besi yang telah banyak diteliti dan terbukti menunjukkan
efek yang dramatis dalam morbiditas dan mortalitas pasien thalasemia. Bioavailabilitas
oralnya buruk sehingga harus diberikan secara subkutan, intravena atau terkadang
intramuskular. DFO juga memiliki waktu paruh yang pendek (30 menit) sehingga
diberikan dalam durasi 8-12 jam per hari, 5-7 kali per minggu. Sediaan yang banyak
beredar dalam bentuk vial @500 mg
Desferoksamin diberikan dengan dosis 30-60 mg/kg per kali, dengan kecepatan maksimal
15 mg/kg/jam dan total dosis per hari tidak melebihi 4-6 gram. Jarum dipasang di paha
atau perut hingga mencapai dermis dan dihubungkan dengan syringe pump. Jika pump
tidak tersedia makan DFO dapat diberikan secara drip intravena, dalam NaCl 0,9% 500
mL. Asam askorbat (vitamin C) dapat meningkatkan ekskresi besi jika diberikan
bersamaan dengan desferoksamin, sehingga vitamin C dikonsumsi per oral dengan dosis
2-4 mg/kg/hari (100-250 mg) segera setelah infus desferoksamin dimulai.
Desferoksamin tidak disarankan pada pasien anak di bawah usia 2 tahun karena risiko
toksisitas yang lebih tinggi pada usia lebih muda dan pada pasien dengan timbunan besi

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


61
minimal. Desferoksamin dengan dosis lebih tinggi yaitu 60-100 mg/kg berat badan per
hari, 24 jam per hari, 7 hari per minggu, secara intravena, diindikasikan pada pasien
dengan hemosiderosis berat dan disfungsi organ vital misalnya kardiomiopati atau gagal
jantung.

b. Deferipon (Ferriprox, DFP, L1)

Deferipon merupakan kelator oral yang telah banyak digunakan di dunia. Waktu paruhnya
sekitar 5-6 jam. Deferipon mampu menurunkan timbunan besi dalam tubuh, bahkan lebih
efektif menurunkan besi di jantung di bandingkan desferoksamin. Dosis yang diberikan
adalah 75-100 mg/kg per hari, dibagi dalam 3 dosis, diberikan per oral setelah makan.
Efek samping yang pernah dilaporkan adalah nyeri perut dan diare, neutropenia ringan
1200/uL dan atralgia, yang akan membaik secara spontan. Penelitian Makis, dkk (2013)
menyimpulkan sediaan sirup DFP aman dan memungkinkan konsumsi DFP pada anak
usia <6 tahun, yang belum mampu tablet DFP.

c. Deferasiroks (Exjade/DFX)

Deferasiroks adalah kelator oral berupa tablet dispersible. Bioavailabilitas oralnya baik
dan waktu paruhnya panjang (> 12 jam) sehingga sesuai untuk pemberian 1 kali per hari.
Dosis dimulai dari 20 hingga 40 mg/kg/hari. Tablet dicampurkan ke dalam air, jus apel
atau jus jeruk dan sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan perut kosong 30 menit sebelum
atau setelah makan. Penelitian Pennell, dkk (2010) dosis lebih dari 30 mg/kg/hari,
melebihi batas aman yang direkomendasikan untuk DFX.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


62
Terapi kelasi kombinasi
Desferoksamin (DFO) dan Deferipron (DFP)
Desferoksamin (DFO) dan Deferasiroks (DFX)
Deferipron (DFP) dan Deferasiroks (DFX)

Pemantauan respon terapi kelasi besi


Pemantauan timbunan besi dalam tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Pengukuran kadar besi bebas/labile plasma iron (LPI) atau non transferin bound iron
(NTBI) dan LIC melalui biopsi hati adalah cara yang paling aurat, namun saat ini
pemeriksaan MRI dapat mengukur konsentrasi besi di organ secara non-invasif. Berikut
adalah beberapa batasan target kelasi besi pada pasien thalasemia :
a. LIC dipertahankan <7000 ug/g berat kering hati
b. Feritin serum 1000-2500 ng/mL; namun feritin kurang mampu memperkirakan
timbunan besi dalam tubuh secara tepat, karena kadarnya banyak dipengaruhi faktor
eksternal seperti inflamasi dan infeksi.

Pemantauan efek samping kelasi besi


Gejala toksisitas kelasi besi perlu diperhatikan pada setiap pasien thalasemia yang
mendapatkan terapi kelasi. Beberapa hal berikut perlu dipantau secara rutin bergantung
pada jenis kelasi besi yang digunakan.
Kelasi besi dengan DFO
 Gangguan pendengaran dan tinitus setiap kunjungan. Audiogram dilakukan setiap
tahun. Audiologi baseline dilakukan sebelum memulai terapi. Jika terdapat tuli
atau tinitus awitan baru maka kelator dihentikan dan audiogram diulang dalam
waktu 1 bulan. Kelasi besi dapat dimulai kembali setelah pendengaran membaik.
 Gangguan penglihatan khususnya persepsi warna, perlu dipantau setiap kali
kunjungan (gejala paling dini dari over-chelation). Pemeriksaan rutin oleh dokter
spesialis mata dilakukan setiap tahun untuk menyingkirkan katarak, penurunan
tajam penglihatan, buta senja dan penyempitan lapang penglihatan
 Gangguan pertumbuhan perlu diperhatikan khususnya pada pasien yang
menggunakan DFO di usia <3 tahun. Gangguan pertumbuhan dapat diantisipasi
dengan pemeriksaan tinggi dan berat badan tiap bulan dan pengukuran kecepatan

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


63
pertumbuhan per tahun. Tinggi duduk dinilai setiap 6 bulan untuk mengetahui
pemendekan batang tubuh (truncal shortening)
 Reaksi alergi dan reaksi lokal. Injeksi subkutan desferoksamin dapat
menimbulkan urtikaria lokal dan reaksi alergi lain yang lebih berat. Urtikaria
biasanya dapat diatasi dengan pengenceran desferoksamin 25-30% atau
hidrokortison untuk kasus berat. Pada pasien dengan riwayat reaksi anafilaksis
dapat dilakukan desensitisasi atau penggantian regimen kelasi besi.

Kelasi besi dengan DFP


 Neutropenia, merupakan efek samping tersering. Pemeriksaan darah tepi dan
hitung jenia perlu dilakukan berkala setiap 5-10 hari sekali. Apabila pemeriksaan
ini tidak dapat dilakukan, maka perlu dilakukan edukasi kepada orang tua bahwa
anak akan mengalami infeksi, segera menghentikan pemberian kelasi besi
 Gangguan gastrointestinal, antara lain mual, muntah dan diare.

Kelasi besi dengan DFX


 Nefrologi, penurunan fungsi ginjal. Kreatinin serum perlu dipantau setiap bulan
pada pasien yang mendapatkan deferasiroks dan setiap 3 bulan untuk pasien
dengan desferoksamin atau deferipron. Jika kreatinin serum meningkat lebih dari
33% di atas baseline atau melebihi batas atas nilai normal 2 kali berturut-turut
maka dosis obat harus diturunkan.

Tabel Efek samping kelasi besi dan pemantauannya


Desferoksamin Deferasiroks Deferipron
Darah perifer lengkap, hitung
Setiap minggu
neutrofil absolut
SGOT, SGPT Setiap 3 bulan Setiap 3-4 mgg Setiap 3 bulan
Kreatinin serum Setiap 3 bulan Setiap 3-4 mgg Setiap 3 bulan
Glukosa urine Setiap 3-4 mgg
Elektrolit Setiap 3-4 mgg
Pemeriksaan mata Setiap tahun Setiap tahun Setiap tahun
Audiogram Setiap tahun Setiap tahun Setiap tahun
Tinggi duduk Setiap 6 bulan Setiap 6 bulan Setiap 6 bulan
BB/TB Setiap 3-4 mgg Setiap 3-4 mgg Setiap 3-4 mgg
Gejala klinis (mual, diare,
Setiap 3-4 mgg Setiap 3-4 mgg Setiap 3-4 mgg
gangguan penglihatan warna)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


64
PRAKTIKUM
PEMBERIAN TERAPI KELASI BESI (DESFERAL/DESFEROKSAMIN)

Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
Pra Interaksi
1. Verifikasi order program terapi
2. Persiapan alat
 Bak instrumen kecil
 Syringe 10 cc
 Wing needle
 Kasa steril
 Baki dengan alasnya
 Bengkok
 Kapas alkohol pada tempat tertutup
 Syringe pump/desferal pump/infus pump
 Obat yang diperlukan (desferal/desferoksamin)
 Aquadest steril
 Sarung tangan bersih
 Plester

Orientasi
3. Memberi salam, memperkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur dan efek samping obat (warna urine) kepada orang tua
atau keluarga
5. Meminta persetujuan tertulis untuk meminta tindakan medis kepada orang
tua atau keluarga
6. Berikan kesempatan klien/orang tua untuk bertanya
Kerja
7. Jaga privasi klien
8. Melakukan pengkajian kondisi klien meliputi : usia, tingkat hemocromatois
& hemosiderosis (kadar Fe)
9. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
10. Menerapkan prinsip 6 benar obat
11. Menghitung dosis sesuai dengan kebutuhan klien
- Usia > 5 tahun = 1 gram (2 vial)
- Usia < 5 tahun = 500 mg (1 vial)
12. Mengencerkan obat Desferal 1 vial dengan 4-5 ml Aquabidest (gunakan
prinsip pengenceran obat)
13. Mengecek ulang volume obat sesuai dengan order
14. Menyambungkan syringe dengan wing needle
15. Memeriksa kembali adanya udara di dalam syringe dan wing needle
16 Menyiapkan syringe pump
17 Dekatkan alat-alat ke pasien

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


65
18 Cuci tangan dan pasang sarung tangan
19. Siapkan plester untuk fiksasi
20. Bersihkan lokasi injeksi dengan alkohol dengan teknik sirkuler atau atas ke
bawah sekali hapus
21. Menyuntikan pada daerah yang telah dipilih dengan cara SC
(Deltoid/Rectus Abdominis)
22. Memfiksasi dengan plester secara adekuat
23. Meletakkan spuit pada Desferal Pump dan atur lama waktu yang dibutuhkan
24. Memfiksasi syringe pump dengan menggunakan perban gulung atau
kantong syringe pump
25. Mencuci tangan
26. Terminasi
27. Dokumentasi

Banjarbaru, ...................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai

(…………………………………….) (…………………………………………)

KASUS

Klien A, thalasemia mayor, BB 50 kg, kadar feritinnya 3000, dosis yang disarankan
adalah 40 mg/kgBB/hari (40x50 mg/hari = 2000 mg per hari atau 4 vial @500mg per hari,
sebulan perlu 4x20 hr=80 vial @500mg)

Thalasemia mayor, BB 40 kg, kadar feritin 3000, dosis yang disarankan 25 mg/kgBB/hari
(25x40 mg/hari atau 1000 mg/hari atau 4 tablet @250 mg per hari atau 120 tablet @250
mg per 30 hari

TUGAS

 MAHASISWA MELAKUKAN KEGIATAN PRAKTIKUM SECARA


BERKELOMPOK SESUAI KASUS DI ATAS
 CATAT HAL-HAL PENTING DI DALAM LEMBAR KERJA
 BUAT LAPORAN SECARA KELOMPOK

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


66
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


67
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


68
Praktikum 6 Pendidikan Kesehatan

Tugas :
1. Tentukan tema/topik yang berkaitan dengan kondisi kronis, terminal dan kritis
berdasarkan hasil konsultasi dengan dosen
2. Buat SAP dan media kegiatan pendidikan kesehatan
3. Buat skenario role play sesuai dengan tema
4. Kumpulkan H-2 sebelum tanggal pelaksanaan kegiatan praktikum
5. Melakukan role play pendidikan kesehatan dengan melibatkan kelompok lain/kelas lain
sebagai peserta
6. Penilaian dari dosen/asisten praktikum dan peserta penyuluhan
7. SAP dan skenario dijilid menjadi satu dengan sampul mika dan belakang buffalo warna
hijau, kertas A4, spasi 1,5

Format SAP (Satuan Acara Penyuluhan)


Pokok Bahasan :
Sub Pokok Bahasan :
Sasaran :
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Pemateri :
Fasilitator :

I. Tujuan Umum
II. Tujuan Khusus
III. Metode
IV. Media
V. Materi
VI. Strategi Pelaksanaan
VII. Evaluasi
VIII. Daftar Pustaka
IX. Lampiran Materi

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


69
LAPORAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Cover judul
Lembar Pengesahan
Persiapan
Pelaksanaan
Kelemahan
Kekuatan
Evaluasi (struktur, proses, hasil)
Dokumentasi
Daftar hadir (minimal 10 peserta)

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


70
ABSENSI KEGIATAN PRAKTIKUM

No Hari/Tanggal Praktikum Tanda tangan Tanda tangan


Mahasiswa Dosen/Asisten
Praktikum

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


71
FORMAT PENILAIAN DIRI

Nama :
Penilaian Sikap : Partisipasi/keaktifan dalam kelompok
Tanggal Pengisian :
No Pernyataan Skala
1 Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk 1 2 3 4
didiskusikan
2 Selama diskusi saya menjawab pertanyaan dari teman 1 2 3 4
3 Saya memberikan solusi atas masalah yang dibahas di 1 2 3 4
kelompok
4 Saya mengerjakan tugas kelompok yang menjadi bagian saya 1 2 3 4
5 Saya membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan 1 2 3 4
dalam menyelesaikan tugasnya

Keterangan : 4 = selalu; 3 = sering; 2 = kadang-kadang; 1 = tidak pernah

FORMAT TEMAN SEBAYA

Nama :
Penilaian Sikap : Partisipasi/keaktifan dalam kelompok
Tanggal Pengisian :
No Pernyataan Nilai dan Nama Teman
1 2 3 4 5 6
1 Selama diskusi teman saya mengusulkan ide kepada
kelompok untuk didiskusikan
2 Selama diskusi teman saya menjawab pertanyaan dari teman
lain
3 Teman saya memberikan solusi atas masalah yang dibahas
di kelompok
4 Teman saya mengerjakan tugas kelompok yang menjadi
bagian nya
5 Teman saya membantu teman kelompok yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya

Keterangan : 4 = selalu; 3 = sering; 2 = kadang-kadang; 1 = tidak pernah

Daftar nama teman yang di nilai :


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


72
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM

KELOMPOK :
JUDUL LAPORAN :
HARI/TANGGAL :

KRITERIA
ASPEK
4 3 2 1
Pendahuluan Sistematis, latar Tidak sistematis, Sistematis, latar Tidak sistematis,
belakang dan latar belakang belakang dan latar belakang
tujuan penulisan dan tujuan tujuan penulisan dan tujuan
sesuai penulisan sesuai tidak sesuai penulisan tidak
sesuai
Isi Lengkap dan Hanya ada Lengkap dan Tidak lengkap
sesuai daftar sebagian tidak sesuai dan tidak sesuai
pustaka. Lengkap kelengkapan daftar pustaka daftar pustaka
terdiri dari : role yang dipenuhi,
play, kegiatan namun sesuai
yang dilakukan, daftar pustaka
hal-hal yang
ditemukan
selama praktikum
Penutup Terdiri dari Terdiri dari Hanya ada Hanya ada
simpulan dan simpulan dan simpulan, tidak simpulan, tidak
saran, sesuai saran, tidak sesuai dan sesuai dan
dengan tujuan sesuai dengan tujuan, namun tujuan, tidak
dan konsep tujuan dan sesuai dengan sesuai konsep
konsep konsep
Cover Lengkap terdiri Lengkap, namun Hanya ada 2 dari Hanya ada
dari judul, nama judul tidak sesuai penilaian 4 lembar judul
anggota dengan isi
kelompok,
lembar
pengesahan
dosen atau
asisten

RUBRIK PENILAIAN PENDIDIKAN KESEHATAN


KELOMPOK :
JUDUL PENKES :
HARI/TANGGAL :

KRITERIA
ASPEK
4 3 2 1
Pengajuan tema Mengajukan Mengajukan Mengajukan Tema tidak
/topik tema/topik 2 tema/topik 1 tema/topik 2 hari diajukan atau
minggu sebelum minggu sebelum sebelum kegiatan dikonsulkan
kegiatan lengkap kegiatan lengkap dan SAP tidak
dengan SAP dengan SAP lengkap
Sistematika Materi yang Materi yang Materi yang Materi yang
pendidikan disampaikan disampaikan sesuai disampaikan disampaikan
kesehatan sesuai dengan dengan topik, kurang sesuai tidak sesuai

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


73
topik, Bahasa Bahasa menarik, dengan topik, dengan topik,
menarik, mampu namun kurang jelas Bahasa menarik, Bahasa kurang
melakukan tanya dalam melakukan kurang dalam menarik, ada
jawab dengan baik tanya jawab diskusi (tanya tanya jawab
jawab)
Kesesuaian Pelaksanaan tepat Pelaksanaan tepat Pelaksanaan Pelaksanaan
rencana waktu sesuai waktu sesuai terlambat dari terlambat
kegiatan kontrak dan SAP, kontrak dan SAP, rencana, namun sangat lama,
dengan serta persiapan namun persiapan persiapan cukup persiapan
pelaksanaan sangat baik kurang bagus sangat kurang
Organisasi Kelompok Kelompok lengkap, Kelompok tidak Kelompok
lengkap, tampak namun kegiatan lengkap, kegiatan tidak lengkap,
terorganisir tampak tidak cukup terorganisir kegiatan sangat
dengan baik terorganisir tidak
terorganisir
Media Media dan alat Media dan alat Media dan alat Media dan alat
bantu sesuai, tidak bantu sesuai, bantu tidak sesuai, bantu tidak
ada kendala namun kegiatan kegiatan dapat sesuai,
selama terhambat karena berlangsung cukup kegiatan
pelaksanaan media baik berlangsung
karena media kurang
menarik
Laporan Laporan Laporan Laporan Laporan tidak
pelaksanaan dikumpulkan 1 dikumpulkan 5 hari dikumpulkan 5 dikumpulkan,
kegiatan minggu setelah setelah pelaksanaan hari setelah hanya
pelaksanaan dan dan evaluasi pelaksanaan, mengumpulkan
evaluasi lengkap lengkap namun evaluasi hasil evaluasi
kurang lengkap

Panduan Praktikum Anak 2 Reguler Tahun 2019


74

Anda mungkin juga menyukai