BUKU PRAKTIKUM II
KURIKULUM PERGURUAN TINGGI BERBASIS KKNI 2019
KEPERAWATAN ANAK
TIM PENYUSUN
EDITOR
Eka Santi, Ns, M.Kep
NAMA MAHASISWA :
N I M / SEMESTER :
PROGAM : REGULER
Tandatangan Mahasiswa
(....................................)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
ijin Nya, buku Praktikum Keperawatan Anak II untuk Reguler ini dapat kami
selesaikan. Buku ini sebagai pegangan mahasiswa, dosen dan asisten praktikum
untuk mengikuti kegiatan proses belajar mengajar selama 1 semester yang berisi
tentang beberapa keterampilan dalam mata kuliah Keperawatan Anak yang
dilaksanakan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Unlam.
Semoga buku praktikum ini dapat digunakan dan sesuai dengan apa yang
diharapkan
Penyusun menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, sehingga
kami mengharapkan kritikan maupun saran-saran yang bersifat membangun.
Akhirnya, semoga buku ini dapat membawa kemaslahatan dan memberikan
manfaat bagi semua pihak.
Editor
B. Ketentuan Praktikum
Praktikan diharuskan datang tepat waktu, 15 menit sebelum praktikum dimulai. Jika
terlambat kurang dari 15 menit praktikan wajib melapor ke dosen koordinator dan
hanya dapat mengikuti praktikum atas izin dosen koordinator praktikum.
Keterlambatan lebih dari 15 menit dianggap praktikan tidak mengikuti kegiatan
praktikum pada hari itu.
Segala bentuk pelanggaran atas ketentuan akan mendapatkan sanksi dari asisten
praktikum atau koordinator praktikum
Kegiatan mahasiswa selama praktikum adalah melakukan kegiatan praktikum sesuai format
penilaian individu setiap pertemuan (kecuali penkes) dan meminta tanda tangan kepada
asisten bahwa telah melakukan praktikum. Melakukan penilaian terhadap diri sendiri dan
teman sesuai format penilaian. Laporan kelompok dikumpulkan 1 minggu setelah kegiatan
berlangsung. Kegiatan setiap pertemuan dilaksanakan secara berkelompok dan individu
D. Evaluasi
Pre test 15%, Penilaian praktikum 15%, Laporan kelompok 15%, Ujian praktikum
40%, Penilaian diri sendiri dan teman 15%
E. Jadwal Praktikum
No Pertemuan ke Kegiatan Praktikum Pengajar
1. I Perawatan inkubator Eka Santi, Ns, M.Kep
2. II Kemoterapi Windy Yuliana Budianto, Ns, M.Biomed
3. II Transfusi Windy Yuliana Budianto, Ns, M.Biomed
4. IV CHAT/GPPH Eka Santi, Ns, M.Kep
5. V Terapi kelasi besi Eka Santi, Ns, M.Kep
6. VI Pendidikan kesehatan Windy Yuliana Budianto, Ns, M.Biomed
7. VII Pendidikan kesehatan Eka Santi, Ns, M.Kep
8. VIII Ujian Praktikum TIM
Oleh
Eka Santi, Ns., M.Kep.
Pendahuluan
Bayi risiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar menderita
sakit atau kematian daripada bayi lain. Istilah bayi risiko tinggi digunakan untuk
menyatakan bahwa bayi memerlukan pengawasan yang ketat. Pengawasan dapat
dilakukan dalam beberapa jam sampai be berapa hari. Pada umumnya bayi risiko tinggi
terjadi pada bayi sejak lahir sampai usia 28 hari yang disebut neonatus. Penilaian dan
tindakan yang tepat pada bayi risiko tinggi sangat penting karena dapat mencegah
terjadinya gangguan kesehatan pada bayi yan g dapat menimbulkan cacat atau kematian.
Keadaan bayi selama periode neonatal dapat dipengaruhi oleh banyak faktor secara bersamaan
misalnya bayi yang lahir prematur mungkin menderita asfiksia dan sindrom gawat napas. Bayi risiko
tinggi memerlukan perawatan dan pengawasan ketat (intensif) yang memerlukan fasilitas memadai
dan petugas yang terampil. Fasilitas yang diperlukan antara lain ruang khusus dengan ventilasi udara
yang baik dan bebas kuman. Dalam ruangan tersebut terdapat peralatan antara lain adalah ventilator,
respirator, oksigen, inkubator, alat penghisap lendir, alat fototerapi, infus pump, feeding tube,
penampung urine dan alat monitor tanda vital. Bayi yang dipindahkan dari satu ruangan ke ruangan
lainnya diangkut dalam inkubator atau alat penghangat disertai petugas dan peralatan yang diperlukan.
Pengertian inkubator
Inkubator bayi adalah box yang memiliki ukuran tertentu dan dilengkapi alat-alat
medis untuk membuat tubuh bayi selalu merasa hangat. Pada dasarnya ada 5 cara untuk
mencapai tujuan tersebut (menghangatkan tubuh bayi), yaitu skin to skin contact, kangaroo
mother care (KMC), pemancar panas dan ruangan dengan suhu hangat yang konstan. Pada
sebuah inkubator bayi, terdapat 2 bagian boks kontrol pada bagian atas dan bagian bawah.
Pada boks pertama di bagian atas, di sana diletakkan sensor, controller dan beberapa
rangkaian alat elektronik medis lainnya. Kemudian, boks di bagian bawah memiliki 3 bagian
utama, yakni heater, wadah air dan kipas.
Kedua bagian tersebut sangat berjasa bagi kekonstanan suhu di dalam inkubator.
Lengkapnya, suhu inkubator bayi berasal dari heater dan kipas pada box bagian bawah.
Heater mengeluarkan udara panas yang kemudian ditangkap oleh kipas dan disalurkan ke
wadah air. Dari wadah air, udara panas disalurkan melalui sebuah selang. Inkubator
digunakan pada bayi baru lahir kurang dari usia kehamilan 34 minggu. Hal itu dikarenakan
bayi baru mulai memproduksi jaringan adiposa di dalam rahim ibu ketika kandungan
mencapai 26-30 minggu. Pada bayi yang mengalami gangguan pernapasan, memiliki ukuran
tubuh kecil, berat badan yang tidak memenuhi berat bayi normal sekitar 1700 hingga 1800
gram, terjangkit infeksi, dilahirkan dari seorang ibu yang memiliki diabetes, membutuhkan
nutrisi lebih, tidak memiliki kemampuan untuk menjaga ataupun mengatur suhu tubuhnya
yang disebabkan jaringan adiposa belum terbentuk secara sempurna, dan pada bayi risiko
tinggi lainnya.
2. Memberikan oksigenasi
Fungsi inkubator bayi selanjutnya adalah sebagai oksigenasi. Tercatat penyebab kematian
terbanyak pada bayi yang lahir secara prematur adalah gangguan pernapasan. Bagian-bagian
inkubator bayi telah didesain sedemikian rupa untuk menjadi sistem pengantar oksigen yang
baik. Dengan ini, inkubator akan sangat membantu keberlangsungan hidup seorang bayi.
Perlu diingat bahwa proses oksigenasi itu sangat penting pada bayi prematur.
3. Memberikan kontrol terhadap bayi (sebagai monitor)
Inkubator memiliki bentuk layaknya boks. Seperti yang telah disebutkan, boks inkubator
memiliki 2 bagian diatas dan dibawah boks tidur bayi. Untuk sebuah inkubator yang sesuai
dengan peraturan medis, harusnya sudah dilengkapi dengan alat-alat medis monitoring untuk
memudahkan dokter atau perawat memonitor pergerakan, kerja jantung, otak, darah, organ
vital dan suhu bayi.Monitoring ini dilakukan hingga kondisi bayi sudah memenuhi syarat
normalitas agar bisa dibawa pulang.
Pada dasarnya cara kerja inkubator bayi di dalam pengertian sederhana hanya melibatkan 3
hal, yaitu suhu, kelembapan dan oksigen. Suhu, kelembapan dan jumlah oksigen yang
menyerupai keadaan di dalam kandungan ibu si bayi.
1. Heater, sebuah alat yang fungsinya adalah untuk menghasilkan suhu panas
2. Blower, sebuah alat yang difungsikan untuk pendistribusian panas ke seluruh bagian
boks
3. Kontrol, sebuah alat yang fungsinya untuk mengatur kelembapan dan suhu aliran
udara
4. Display, sebuah alat yang digunakan untuk menampilkan
5. Alarm, sebuah alat pada inkubator yang akan menyala saat hal-hal yang tidak
diinginkan terjadi,
6. Chamber, dimana bayi diletakkan atau disebut juga dengan boks tidur.
Ketika ke-6 alat tersebut lengkap dan sesuai dengan peraturan medis, maka sebuah inkubator
bayi akan dinyatakan layak untuk digunakan. Untuk menggunakan inkubator, berikut ini
disediakan petunjuk pemakaiannya :
Membersihkan inkubator setiap hari dengan memberikan desinfektan sebelum saat
akan digunakan
Kain yang bersih harus selalu digunakan sebagai penutup matras setiap kali inkubator
akan digunakan
Inkubator harus terhubung dengan catu daya
Untuk menyalakan inkubator, cukup dengan menekan atau memutar tombol on or off
Tidak lupa untuk melakukan pengecekan thermometer
Melakukan pemanasan secukupnya
Melakukan tindakan
Tidak lupa untuk mematikan mesin saat tidak digunakan
Tidak lupa juga untuk melepaskan inkubator bayi dari catu daya saat tidak digunakan
Peraturan pemakaian sudah tercantum di dalam sop penggunaan inkubator bayi rumah sakit
atau puskesmas. SOP tersebut dikeluarkan oleh dinas kesehatan daerah atau kota dibawahi
oleh peraturan Menteri Kesehatan. Di dalam SOP, selain langkah-langkah penggunaan
inkubator, ditemukan juga hal-hal lain yang perlu diperhatikan.
2. Infant Incubator
Tipe ini lebih menyerupai rahim sang ibu dibandingkan dengan tipe sebelumnya. Bayi dapat
terus terjaga kehangatannya, karena suhu panas dan kelembapan tersebar hanya pada ruangan
bayi (boks tidur). Hanya saja, kekurangan yang dimiliki inkubator ini adalah tutup boks tidur
yang sedikit mengganggu akses dokter atau perawat untuk menjangkau bayi. Akan tetapi,
kelebihan yang dimiliki Infant Incubator mampu menutupi kekurangan yang dimiliki Radiant
Warmer Incubator.
3. Transport Incubator
Pada umumnya, transport incubator memiliki bentuk dan tipe yang sama dengan infant
incubator dilengkapi dengan roda. Digunakan ketika bayi membutuhkan perawatan yang
lebih intensif dari rumah sakit lain yang memiliki peralatan yang lebih lengkap. Dikarenakan
fungsi transportasi tersebut, inkubator jenis ini memiliki sumber energi yang berbeda dari
inkubator jenis lainnya, yakni baterai.
Referensi
. 2010.Bayi Risiko Tinggi, EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan. 2011. Standar Pelayanan Keperawatan Neonatus di Rumah Sakit.
Jakarta.
Tugas :
Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1. Persiapan Alat :
Inkubator
Termometer Ruang
Termometer Aksila
2. Bersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara
keseluruhan setiap minggu atau setiap akan digunakan
3. Tutup matras dengan kain bersih
4. Kosongkan air reservoir (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya
dan menyerang bayi)
5. Atur suhu inkubator sesuai dengan umur dan berat badan bayi :
a. BB kurang dari 1500 gram
Umur 1 – 10 hari : 35oC, umur 11 hari – 3 minggu 34oC, Umur 3 – 5
minggu : 33oC, Umur > 5 minggu : 32oC
b. BB 1500 – 2000 gram
Umur 1 – 10 hari : 34oC, Umur 11 hari – 4 minggu : 33oC, Umur > 4
minggu : 32oC
c. BB 2100 – 2500 gram
Umur 1 – 2 hari : 34oC, Umur 3 hari – 3 minggu : 33oC, Umur > 3
minggu : 32oC
d. BB > 2500 gram
Umur 1 – 2 hari : 33oC, Umur > 2 hari : 32oC
“Bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara ruang
dan suhu inkubator 7oC, maka naikkan suhu inkubator 1oC”
6. Hangatkan inkubator sebelum digunakan
7. Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, maka
lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah
pengamatan atau terapi selesai
8. Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator
tetap hangat
9. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
10. Periksa suhu inkubator dengan termometer ruang dan ukur suhu bayi per
aksila setiap 8 jam pertama, kemudian setiap 3 jam.
Apabila suhu bayi kurang dari 36,5oC atau lebih dari 37,5oC, maka atur suhu
Banjarbaru,......................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai
(…………………………….) (……………………………………..)
PEMBERIAN KEMOTERAPI
Pendahuluan
Kemoterapi adalah penggunaan obat sitotoksik dalam pengobatan kanker. Kemoterapi
dikenal sebagai salah satu dari empat modalitas pengobatan kanker (pembedahan, terapi
radiasi, kemoterapi, immunoterapi), yang memberikan penyembuhan, pengontrolan dan
peringanan sebagai tujuan terapi. Kemoterapi dapat digunakan secara terpisah atau bersama-
sama dengan modalitas lain. Pemberian kemoterapi dapat diberikan di RS ataupun klinik
dokter spesialis onkologi.
Keperawatan mempunyai tanggung jawab utama dalam perawatan pasien yang menerima
pengobatan dengan kemoterapi. Adalah penting bahwa para perawat mengetahui tujuan
pengobatan, klasifikasi obat dengan cara kerjanya, prinsip-prinsip pertumbuhan tumor dan
pembunuhan sel dan protokol serta prosedur pemberian obat kemoterapi. Obat-obat
kemoterapi harus diberikan hanya oleh perawat yang terdidik dan trampil dalam berbagai
prosedur.
Pemberian Kemoterapi
Obat kemoterapi dapat diberikan dengan cara :
a. Oral
Tekankan pentingnya untuk mengikuti jadwal yang telah ditentukan.
b. Subcutan dan Intramuskular
Pastikan untuk merotasi tempat penyuntikan untuk setiap dosis.
c. Topikal
Pakai sarung tangan dan pastikan untuk mencuci tangan setelah prosedur. Hati-hati agar
pasien tidak menyentuh area pemberian salep topikal. Anjurkan pasien untuk memakai
pakaian katun dan longgar.
a. Intra arterial.
Memerlukan penempatan kateter pada arteri yang dekat dengan tumor, karena adanya
tekanan arteri, berikan obat dalam larutan yang dicampur heparin dengan mengunakan
infus pump. Selama infus pantau tanda-tanda vital, warna dan suhu ektremitas, dan
kemungkinan perdarahan pada tempat penusukan .
Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
1. Persiapan Pasien :
Ukur TB dan BB (Luas Permukaan Badan)
Hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya
Protokol obat
Inform consent
2. Persiapan alat
Obat sitostatika yang akan digunakan dalam bak spuit
NaCl 0,9% atau Dextrose 5%
Kertas absorbsi/pengalas penyerap/perlak
Kapas alkohol/alcohol swab
Kassa
Plester
Kontainer/piala ginjal/kontainer khusus obat kemoterapi
Infus set
Abocath sesuai ukuran
Alat pembendung vena
APD lengkap
Infus pump jika diperlukan
3. Pencampuran obat kemoterapi
Kirimkan permintaan pencampuran obat kepada bagian farmasi
4. Perawat menerima campuran obat kemoterapi dari bagian farmasi dalam
kontainer khusus
5. Periksa nama pasien, nomor rekam medik
6. Periksa jenis obat, dosis obat dan cara pemberian (cek adanya plastik
hitam jika ada obat sitostatika yang tidak tahan sinar)
7. Orientasi kepada pasien, jelaskan prosedur dan tujuan, kontrak
Pemberian kemoterapi dengan cara bolus
8. Periksa kembali nama pasien, jenis obat, dosis obat, cara pemberian,
waktu pemberian dan akhir pemberian
9. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
10. Gunakan APD lengkap
11. Pasang pengalas di bawah area penusukan
12. Cari vena, lakukan tindakan aseptik dan lakukan penusukan
13. Aspirasi vena dengan NaCl 0,9%
14. Masukkan obat anti emetik 15, 30, 60 menit, kemudian masukkan obat
kemoterapi dengan perlahan
15. Bilas kembali dengan NaCl 0,9%
16. Cabut abocath
Banjarbaru,......................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai
(…………………………….) (……………………………………..)
Pendahuluan
Transfusi darah telah mulai dicoba dilakukan sejak abad ke 15 dan hingga
pertengahan abad ke 17, namun berakhir dengan kegagalan, karena cara pemberiannya dan
pada waktu itu dipakai sebagai sumber donornya adalah darah hewan. Melalui berbagai
percobaan dan pengamatan kemudian disimpulkan bahwa manusia yang semestinya menjadi
sumber darah. Namun demikian pada masa ini, karena masih banyaknya kegagalan yang
berakibat kematian, transfusi darah sempat dilarang dilakukan. Pada masa ini, transfusi darah
telah dikerjakan langsung dari arteri donor ke dalam vena resipien. Pemikiran dasar pada
transfusi adalah cairan intravaskuler dapat diganti atau disegarkan dengan cairan pengganti
yang sesuai dari luar tubuh.3 Pada tahun 1901, Landsteiner menemukan golongan darah
sistem ABO dan kemudian system antigen Rh (rhesus) ditemukan oleh Levine dan Stetson di
tahun 1939. Kedua system ini menjadi dasar penting bagi transfusi darah modern. Meskipun
kemudian ditemukan berbagai system antigen lain seperti Duffy, Kell dan lain-lain, tetapi
sistem- sistem tersebut kurang berpengaruh. Tata cara transfusi darah semakin berkembang
dengan digunakannya antikoagulan pada tahun 1914 oleh Hustin (Belgia), Agote (Argentina),
dan Lewisohn (1915). Sekitar tahun 1937 dimulailah sistem pengorganisasian bank darah
Definisi Transfusi
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi
darah resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya untuk menyelamatkan
kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan transfusi dikenal: (1) Homologous
transfusi; berasal dari darah orang lain, (2) Autologous transfusi; berasal dari darah sendiri.
Tujuan transfusi darah adalah: (1) mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal
peredaran darah, (2)mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah,
(3)meningkatkan oksigenasi jaringan, (4) memperbaiki fungsi homeostasis, (5)tindakan terapi
khusus. Pelaksaan transfusi secara rasional mencakup pemberian komponen darah tertentu
sesuai kebutuhan dan berdasarkan pedoman yang berlaku. Perbedaan pelaksaan transfusi
pada anak dan dewasa adalah pada berat badan dan usia anak yang digunakan menghitung
jumlah komponen darah yang dibutuhkan, serta kapasitas kardiopulmonal pada anak sesuai
tahapan pertumbuhannya.
Untuk menghindari berbagai kesalahan pemberian transfusi darah, maka perlu diperhatikan
hal- hal dibawah ini:
1. Identitas pasien harus dicocokkan secara lisan maupun tulisan (status dan papan nama).
2. Pemeriksaan identitas dilakukan di sisi pasien.
3. Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan formulir permintaan
darah.
4. Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suhu harus diperiksa sebelumnya, serta
diulang secara rutin.
5. Observasi ketat, terutama pada 15 menit pertama setelah transfusi darah dimulai.
Sebaiknya satu unit darah diberikan dalam waktu 1-2 jam tergantung status
kardiovaskuler dan dianjurkan tidak lebih dari 4 jam mengingat kemungkinan proliferasi
bakteri pada suhu kamar.
9. Cryoprecipitate
Presipitasi dari FFP saat thawing 4oC dan dicampur 10-20 ml plasma. Berisi setengah
faktor VIII dan fibrinogen darah utuh (faktor VIII 80 – 100 ui/kantong, fibrinogen 150-300
mg/kantong). Indikasi pemberian sebagai alternatif terapi faktor VIII konsentrat pada
defisiensi faktor von Willebrand (von Willebrand`s disease), faktor VIII (hemofilia A), faktor
XIII. Dapat diberikan juga pada kasus sumber fibrinogen pada gangguan koagulapati dapatan
misalnya DIC. Pemberian transfusi diberikan segera setelah thawing, dengan set transfusi
darah standar, maksimal 30 menit setelah thawing (pencairan). Penggunaan satu unit
kriopresipitat per 5 kg berat badan secara umum dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen
100 mg/dl, kecuali pada kasus DIC atau perdarahan masif. Secara umum, penghitungan
jumlah kantong dapat menggunakan rumus 0,2 x berat badan dalam kg untuk meningkatkan
konsentrasi fibrinogen 100 mg/dl. Dalam praktiknya dapat diberikan 10-20 unit/kgBB/12
jam, karena waktu paruh kriopresipitat 12 jam.
2
Reaksi Transfusi
Berdasarkan tipe, reaksi transfusi dapat dibagi menjadi 2 kategori :
1. Reaksi transfusi imunologis, dibagi menjadi reaksi cepat, yang mencakup reaksi
hemolitik akut, destruksi trombosit, demam non-hemolitik, reaksi alergi, reaksi anafilaktik
serta transfusion-related acute lung injury (TRALI). Reaksi lambat yang mencakup reaksi
hemolitik lambat, aloantibodi, purpura pasca-transfusi transfusion-associated graft versus
host disease (TAGvHD).
2. Reaksi transfusi non-imunologis, mencakup infeksi yang ditularkan melalui darah, sepsis,
transfusion-associated circulatory overload (TACO) dan gangguan metabolik.
Berdasarkan keluhan dan tanda, reaksi transfusi dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori
Pelaksanaan transfusi
Pemantauan
Idealnya dilakukan sebelum dimulai transfusi, 15 menit pertama setelah dimulai
transfusi, setiap jam setelah dimulai transfusi, saat selesai transfusi dan 4 jam setelah selesai
transfusi untuk pasien rawat inap. Observasi mencakup keadaan umum pasien, suhu tubuh,
frekuensi nadi, tekanan darah, frekuensi napas serta keluhan yang dirasakan oleh pasien.
Pemberian diuretik tidak dilakukan secara rutin dan hanya pada kasus yang diduga akan atau
sudah terdapat tanda dekompensasi jantung.
Pelaksaanaan
Transportasi komponen darah dilakukan menggunakan cool box khusus dengan
termometer untuk memantau suhu ideal, misalkan 2-6oC untuk sel darah merah, 14-22oC
untuk komponen plasma dan sebagainya. Urutan cara meletakkan es beku yang dilapisi oleh
alas di atasnya, lalu letakkan komponen darah yang akan dibawa. Pada pemberian transfusi
darah, darah/komponen tidak perlu dihangatkan terlebih dahulu, kecuali pada transfusi cepat,
transfusi masif, transfusi tukar atau terdapatnya cold aglutinin. Pemberian profilaksis untuk
mencegah reaksi transfusi dapat diberikan pada kasus yang pernah mengalami riwayat reaksi
transfusi sebelumnya, terutama saat pemberian produk darah yang mengandung plasma.
Namun penggunaan profilaksis umumnya tidak dilakukan di negara yang sudah
menggunakan pre-storage filter untuk setiap produk darahnya. Apabila pada satu pasien
dibuthkan lebih dari satu jenis komponen darah, komponen darah dapat diberikan secara
berurutan, tetapi tidak melebihi jumlah kebutuhan cairan pasien dalam 24 jam. Urutan
pemberian komponen juga disesuaikan dengan kondisi klinis. Sebagai contoh, pada kasus
perdarahan akibat trombositopenia, disarankan untuk diberikan komponen TC terlebih dahulu
kemudian dilanjutkan komponen PRC. Penggunaan transfusi darah sebaiknya dimulai
maksimal 30 menit setelah produk darah tersebut dikeluarkan oleh Unit Pelayanan Transfusi
Transfusi Tukar
Penggantian darah sirkulasi neonatus dengan darah dari donor dengan cara mengeluarkan
darah neonatus dan memasukkan darah donor secara berulang dan bergantian melalui suatu
prosedur. Jumlah darah yang diganti sama dengan yang dikeluarkan. Pergantian darah bisa
mencapai 75 – 85% dari jumlah darah neonatus. Pada hiperbilirubinemia, transfusi tukar
dilakukan untuk menghindari terjadinya kern icterus.
Transfusi tukar akan dilakukan oleh dokter pada neonatus dengan kadar bilirubin indirek
sama dengan atau lebih tinggi dari 20 mg% atau secara lebih awal sebelum bilirubin
mencapai kadar 20mg%. Pada neonatus dengan kadar bilirubin tali pusat lebih dari 4 mg%
dan kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 10 mg%, peningkatan kadar bilirubin 1 mg%
tiap jam. Darah yang digunakan sebagai darah pengganti (darah donor) ditetapkan
berdasarkan penyebab hiperbilirubinemia.
1. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg% dengan albumin
kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan darah ( Rh, ABO, MNS ),
sepsis, hepatitis, ikterus fisiologis yang berlebihan, kelainan enzim (defisiensi G6PD,
piruvat kinase, glukoronil transverase), penyakit anemia hemolitik auto imun (pada anak
besar)
2. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari pertama
bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam)
3. Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir): Biasanya terjadi pada bayi yang
sebelumnya telah terjadi malnutrisi atau mengalami hipoksia intrauterin kronis, pada
kembar identik dan pada bayi dengan ibu diabetes
4. Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis
5. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang positif
6. Semua kelainan yang membutuhkan komplemen, opsonin / gamma globulin
7. Pada prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat
Kontra Indikasi
1. Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis : Gagal memasang akses arteri atau
vena umbilikalis dengan tepat, Omfalitis, Omfalokel / Gastroskisis, Necrotizing
Enterocolitis
2. Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer : Gangguan perdarahan (Bleeding
Diathesis), Infeksi pada tempat tusukan, Aliran pembuluh darah kolateral dari arteri
Pemeriksaan Laboratorium
Sebelum dilakukan transfusi tukar, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
Darah tepi lengkap ( DTL ) dan hitung jenis
Golongan darah ( ABO, Rhesus ) bayi dan donor
Coombs test
Bilirubin total Direk dan Indirek
Elektrolit dan Gula Darah Sewaktu ( GDS )
PT dan APTT
Albumin
Komplikasi
1. Infeksi: Bakteriemia, hepatitis, CMV, malaria, AIDS
2. Komplikasi vaskular: Bekuan atau emboli udara, spasme arteri pada ekstremitas bawah,
thrombosis
3. Koagulopati: Hasil dari thrombositopenia, turun sampai > 50% sesudah 2 volume
exchange transfusion
4. Gangguan elektrolit: Hiperkalemia dan hipokalsemia aritmia dan tetani
5. Hipoglikemia: Pada bayi dengan ibu DM dan erythroblastosis fetalis
6. Metabolik asidosis: Dari darah donor yang disimpan
7. Metabolik alkalosis: Terlambatnya pembersihan pengawet sitrat dari darah donor oleh
hati
8. Hemolisis
9. Perdarahan intracranial
10. Hipovolemia
Tatalaksana ikterus pada neonatus cukup bulan berdasarkan kadar bilirubin indirek ( mg/dl )
Referensi
Wahudiyat, PA, dkk. 2016. Transfusi Rasional pada Anak. Sari Pediatri Volume 18 Nomor 4.
WHO, 2016. The Clinical Use of Blood, Handbook, Geneva
Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
Pra Interaksi
1. Verifikasi program terapi transfusi dan data klien (BB, usia,dll)
2. Penerimaan kantong darah
Periksa format permintaan dan label kantong darah dengan seorang
teknisi laboratorium atau sesuai kebijakan lembaga. Khususnya
periksa nama klien, nomor identitas, golongan darah (A, B, AB atau
O) dan kelompok Rh klien, nomor donor darah, dan tanggal
kadaluarsa darah. Periksa adanya ketidaknormalan warna, gumpalan
SDM, gelembung udara dan bahan asing lainnya. Kembalikan darah
yang sudah kadaluarsa atau yang tidak normal ke bank darah
Dengan perawat lain, bandingkan catatan darah laboratorium dengan
: nama, nomor identitas klien, nomor pada label kantong darah,
golongan darah (A, B, AB atau O dan tipe Rh) pada label kantong
darah
Jika ada informasi yang tidak begitu cocok, beritahu perawat yang
bertanggung jawab dan bank darah. Jangan memberikan darah
sampai ketidakcocokan diperbaiki atau diklarifikasi.
Tanda tangani format yang tepat dengan perawat lain sesuai dengan
kebijakan lembaga.
Pastikan bahwa darah ditinggalkan pada suhu ruangan tidak lebih
dari 30 menit sebelum memulai transfusi. SDM akan rusak dan
kehilangan keefektifannya setelah ditinggalkan selama 2 jam pada
suhu ruangan. SDM yang lisis melepaskan kalum ke aliran darah
yang menyebabkan hiperkalemia. Lembaga dapat menetapkan waktu
yang berbeda untuk mengembalikan darah ke bank darah jika
kantong darah tersebut tidak dipakai. Saat komponen darah
menghangat maka risiko pertumbuhan bakteri juga meningkat. Jika
pemberian transfusi darah ditunda tanpa terduga maka kembalikan
darah ke bank darah. Jangan menyimpan darah didalam kulkas. Suhu
kulkas tidak secara tepat diatur dan darah dapat menjadi rusak.
3. Lakukan penghitungan kebutuhan transfusi pada anak sesuai order
4. Persiapan alat :
Unit darah lengkap/kantong transfusi sesuai order
Transfusi set
NaCl 0,9%
IV kateter/punksi vena sesuai ukuran
Swab alkohol/kapas alkohol
Plester
Sarung tangan bersih
Banjarbaru,......................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai
(………………………………………) (……………………………………….)
Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
Pra Interaksi
1. Verifikasi program terapi transfusi dan data klien (BB, usia,dll)
2. Persiapan alat dan tim
Orientasi
3. Memberi salam, memperkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur dan indikasi transfusi tukar kepada orang tua atau
keluarga
5. Meminta persetujuan tertulis untuk meminta tindakan medis kepada orang
tua atau keluarga
Kerja
6. Melakukan pemeriksaan golongan anak dan kedua orang tua
7. Melakukan Coomb`s Test darah jika diperlukan
8. Memesan darah 200 cc/kgBB PRC cuci
9. Pindahkan pasien ke ruangan khusus
10. Mempersiapkan pasien dengan posisi tidur telentang
11. Menyalakan lampu pemanas dan diarahkan kepada pasien
12. Cuci tangan dan pasang APD
13. Dekatkan alat kepada pasien. Jika memungkinkan pasang saluran
umbilikus, jika tidak memungkinkan lakukan vena seksi
14. Lakukan tindakan antiseptik pada area pembuluh darah
15. Pasang sarung tangan (dokter)
16. Siapkan 2 buah blood transfusion set (perawat)
17. Pasang transfusi set ke dalam wadah darah untuk jalur pengisian darah
18. Pasang transfusi set ke wadah pembuangan darah (dokter)
19. Hubungkan kedua transfusi set dengan three way sedemikian rupa
sehingga terdapat jalur pengisian dan pembuangan darah
20. Awasi keadaan umum pasien
21. Lakukan pengisapan darah sebanyak 20 cc lalu dibuang
22. Masukkan darah sebanyak 20 cc, didiamkan selama + 5 menit, lalu
dihisap kembali sebanyak 20 cc untuk dibuang. Ulangi prosedur ini
sampai + 9 kali atau 180 cc
23. Setiap 160 cc darah ditukar, beri heparin sebanyak 0,5 cc/kgBB
24. Setiap 180 cc darah ditukar tambahkan Ca Glukonas 0,5 cc/kgBB
25. Ulangi prosedur 18–21 sampai dengan jumlah darah tertukar 200 cc/kgBB
26. Mencatat jumlah darah yang keluar dan yang masuk
27. Menyiapkan obat-obat yang diperlukan bila pelaksananan tindakan sudah
selesai
28. Merapikan pasien dan membawa kembali ke tempat semula
29. Membersihkan, merapihkan, mengembalikan peralatan ke tempat semula
Banjarbaru,......................................
Tanda Tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai
(……………………………………….) (…………………………………………)
Interpretasi
1. Risiko tinggi menderita autis : bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3, dan B4
2. Risiko kecil menderita autis : tidak bisa melakukan A7 dan B4
3. Kemungkinan gangguan perkembangan lain : tidak bisa melakukan >3
4. Dalam batas normal : tidak bisa melakukan <3
Keterangan :
Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua kemudian terdiagnosis sebagai autis ketika
berumur 20 - 42 bulan. Tetapi anak dengan keterlambatan perkembangan yang menyeluruh
juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu perlu menyingkirkan kemungkinan retardasi
mental
A. Alo Anamnesis
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncang naik turun
(bounched) dipaha anda ?
2 Apakah anak tertarik (memperhatikan) anak lain?
3 Apakah anak suka memanjat-manjat, seperti memanjat tangga ?
4 Apakah anak suka bermain “ciluk ba”, “petak umpet”?
5 Apakah anak suka bermain seolah-olah membuat secangkir teh
Menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, / permainan lain ?
6 Apakah anak pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan
menunjukkan jari ?
7 Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu
agar anda melihat ke sana ?
8 Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil atau
kubus) ?
9 Apakah anak pernah memberikan sesuatu benda untuk menunjukkan
Sesuatu ?
B. Pengamatan
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata) dengan
pemeriksa ?
2 Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjukan
sesuatu di rungan pemeriksaan sambil mengatakan “Lihat itu ada
bola (atau mainan lain)”!
Perhatikan mata anak, apakah ia melihat ke benda yang ditunjuk
bukan melihat tangan pemeriksa ?
3 Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir
dan teko. Katakan pada anak : “Buatkan secangkir susu buat mama”!
4 Tanyakan pada anak. “Tunjukan mama gelah”! (gelas dapat diganti
dengan nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar kita).
Apakah anak menunjukan benda tersebut dengan jari ? Atau
sambil menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda ?
5 Apakah anak dapat menumpuk beberapa kubus / balok menjadi suatu
menara ?
Interpretasi :
Beri nilai masing-masing jawaban sesuai dengan “bobot nilai” dan jumlahkan menjadi nilai
total :
Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak
Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak
Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak
Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak
Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH/ADHD
Intervensi :
Bila dengan kemungkinan GPPH perlu dirujuk ke Rumah Sakit.
Bila nilai total kurang dari 13 tetapi ada ragu-ragu, jadwalkan pemeriksaan ulang satu
bulan kemudian. Ajukan pertanyaan kepada orang-orang terdekat dengan anak. (orang
tua, pengasuh, nenek, guru dsb.)
No
KEGIATAN 0 1 2 3
Nilai Total :
Referensi :
Erinta, Deyla dan Budiani, Meita Santi (Austus 2012). Efektivitas Penerapan Terapi
Permainan Sosialisasi Untuk Menurunkan Perilaku Impulsif Pada Anak Dengan
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal Psikologi:Teori dan Terapan.
03. 67-68
Hatiningsih, Nuligar (Agustus 2013). Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada
Anak Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan. 01, 325-326.
Maritalia, Dewi. 2009. “Analisis Pelaksanaan Program Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang (Sdidtk) Balita Dan Anak Pra Sekolah Di Puskesmas Kota
Semarang Tahun 2009”. Tesis . Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang
Pengertian
Kelebihan besi dapat menimbulkan komplikas jangka panjang di berbagai sistem organ.
Pemberian terapi kelasi besi dapat mencegah komplikasi kelebihan besi dan menurunkan
angka kematian pada pasien thalasemia.
Indikasi
Terapi kelasi besi bertujuan untuk detoksifikasi kelebihan besi yaitu mengikat besi yang tidak
terikat transferin di plasma dan mengeluarkan besi dari tubuh. Kelasi dimulai setelah
timbunan besi dalam tubuh pasien signifikan, yang dapat dinilai dari beberapa parameter
seperti jumlah darah yang telah ditransfusikan, kadar feritin serum, saturasi transferin dan
kadar besi hati/liver iron concentration – LIC (biopsi, MRI atau feritometer). LIC minimal
3000 ug/g berat kering hati merupakan batasan untuk memulai kelasi besi namun biopsi
adalah tindakan invasif sehingga beberapa parameter lain menjadi pilihan. Pemberian kelasi
besi dimulai bila kadar feritin serum darah sudah mencapai 1000 ng/mL atau saturasi
transferin ≥ 70% atau apabila transfusi sudah diberikan sebanyak 10-20 kali atau sekitar 3-5
liter.
Kelasi besi kombinasi diberikan jika kadar feritin serum >2500 ng/mL yang menetap
minimal 3 bulan, apabila sudah terjadi kardiomiopati atau telah terjadi hemosiderosis jantung
pada pemeriksaan MRI T2 (<20 ms).
Desferoksamin adalah kelator besi yang telah banyak diteliti dan terbukti menunjukkan
efek yang dramatis dalam morbiditas dan mortalitas pasien thalasemia. Bioavailabilitas
oralnya buruk sehingga harus diberikan secara subkutan, intravena atau terkadang
intramuskular. DFO juga memiliki waktu paruh yang pendek (30 menit) sehingga
diberikan dalam durasi 8-12 jam per hari, 5-7 kali per minggu. Sediaan yang banyak
beredar dalam bentuk vial @500 mg
Desferoksamin diberikan dengan dosis 30-60 mg/kg per kali, dengan kecepatan maksimal
15 mg/kg/jam dan total dosis per hari tidak melebihi 4-6 gram. Jarum dipasang di paha
atau perut hingga mencapai dermis dan dihubungkan dengan syringe pump. Jika pump
tidak tersedia makan DFO dapat diberikan secara drip intravena, dalam NaCl 0,9% 500
mL. Asam askorbat (vitamin C) dapat meningkatkan ekskresi besi jika diberikan
bersamaan dengan desferoksamin, sehingga vitamin C dikonsumsi per oral dengan dosis
2-4 mg/kg/hari (100-250 mg) segera setelah infus desferoksamin dimulai.
Desferoksamin tidak disarankan pada pasien anak di bawah usia 2 tahun karena risiko
toksisitas yang lebih tinggi pada usia lebih muda dan pada pasien dengan timbunan besi
Deferipon merupakan kelator oral yang telah banyak digunakan di dunia. Waktu paruhnya
sekitar 5-6 jam. Deferipon mampu menurunkan timbunan besi dalam tubuh, bahkan lebih
efektif menurunkan besi di jantung di bandingkan desferoksamin. Dosis yang diberikan
adalah 75-100 mg/kg per hari, dibagi dalam 3 dosis, diberikan per oral setelah makan.
Efek samping yang pernah dilaporkan adalah nyeri perut dan diare, neutropenia ringan
1200/uL dan atralgia, yang akan membaik secara spontan. Penelitian Makis, dkk (2013)
menyimpulkan sediaan sirup DFP aman dan memungkinkan konsumsi DFP pada anak
usia <6 tahun, yang belum mampu tablet DFP.
c. Deferasiroks (Exjade/DFX)
Deferasiroks adalah kelator oral berupa tablet dispersible. Bioavailabilitas oralnya baik
dan waktu paruhnya panjang (> 12 jam) sehingga sesuai untuk pemberian 1 kali per hari.
Dosis dimulai dari 20 hingga 40 mg/kg/hari. Tablet dicampurkan ke dalam air, jus apel
atau jus jeruk dan sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan perut kosong 30 menit sebelum
atau setelah makan. Penelitian Pennell, dkk (2010) dosis lebih dari 30 mg/kg/hari,
melebihi batas aman yang direkomendasikan untuk DFX.
Nama Mahasiswa :
NIM :
Dilakukan
No Kegiatan
Ya Tidak
Pra Interaksi
1. Verifikasi order program terapi
2. Persiapan alat
Bak instrumen kecil
Syringe 10 cc
Wing needle
Kasa steril
Baki dengan alasnya
Bengkok
Kapas alkohol pada tempat tertutup
Syringe pump/desferal pump/infus pump
Obat yang diperlukan (desferal/desferoksamin)
Aquadest steril
Sarung tangan bersih
Plester
Orientasi
3. Memberi salam, memperkenalkan nama perawat
4. Jelaskan prosedur dan efek samping obat (warna urine) kepada orang tua
atau keluarga
5. Meminta persetujuan tertulis untuk meminta tindakan medis kepada orang
tua atau keluarga
6. Berikan kesempatan klien/orang tua untuk bertanya
Kerja
7. Jaga privasi klien
8. Melakukan pengkajian kondisi klien meliputi : usia, tingkat hemocromatois
& hemosiderosis (kadar Fe)
9. Cuci tangan dan pasang sarung tangan
10. Menerapkan prinsip 6 benar obat
11. Menghitung dosis sesuai dengan kebutuhan klien
- Usia > 5 tahun = 1 gram (2 vial)
- Usia < 5 tahun = 500 mg (1 vial)
12. Mengencerkan obat Desferal 1 vial dengan 4-5 ml Aquabidest (gunakan
prinsip pengenceran obat)
13. Mengecek ulang volume obat sesuai dengan order
14. Menyambungkan syringe dengan wing needle
15. Memeriksa kembali adanya udara di dalam syringe dan wing needle
16 Menyiapkan syringe pump
17 Dekatkan alat-alat ke pasien
Banjarbaru, ...................................
Tanda tangan Mahasiswa Tanda tangan Penilai
(…………………………………….) (…………………………………………)
KASUS
Klien A, thalasemia mayor, BB 50 kg, kadar feritinnya 3000, dosis yang disarankan
adalah 40 mg/kgBB/hari (40x50 mg/hari = 2000 mg per hari atau 4 vial @500mg per hari,
sebulan perlu 4x20 hr=80 vial @500mg)
Thalasemia mayor, BB 40 kg, kadar feritin 3000, dosis yang disarankan 25 mg/kgBB/hari
(25x40 mg/hari atau 1000 mg/hari atau 4 tablet @250 mg per hari atau 120 tablet @250
mg per 30 hari
TUGAS
Tugas :
1. Tentukan tema/topik yang berkaitan dengan kondisi kronis, terminal dan kritis
berdasarkan hasil konsultasi dengan dosen
2. Buat SAP dan media kegiatan pendidikan kesehatan
3. Buat skenario role play sesuai dengan tema
4. Kumpulkan H-2 sebelum tanggal pelaksanaan kegiatan praktikum
5. Melakukan role play pendidikan kesehatan dengan melibatkan kelompok lain/kelas lain
sebagai peserta
6. Penilaian dari dosen/asisten praktikum dan peserta penyuluhan
7. SAP dan skenario dijilid menjadi satu dengan sampul mika dan belakang buffalo warna
hijau, kertas A4, spasi 1,5
I. Tujuan Umum
II. Tujuan Khusus
III. Metode
IV. Media
V. Materi
VI. Strategi Pelaksanaan
VII. Evaluasi
VIII. Daftar Pustaka
IX. Lampiran Materi
Nama :
Penilaian Sikap : Partisipasi/keaktifan dalam kelompok
Tanggal Pengisian :
No Pernyataan Skala
1 Selama diskusi saya mengusulkan ide kepada kelompok untuk 1 2 3 4
didiskusikan
2 Selama diskusi saya menjawab pertanyaan dari teman 1 2 3 4
3 Saya memberikan solusi atas masalah yang dibahas di 1 2 3 4
kelompok
4 Saya mengerjakan tugas kelompok yang menjadi bagian saya 1 2 3 4
5 Saya membantu teman kelompok yang mengalami kesulitan 1 2 3 4
dalam menyelesaikan tugasnya
Nama :
Penilaian Sikap : Partisipasi/keaktifan dalam kelompok
Tanggal Pengisian :
No Pernyataan Nilai dan Nama Teman
1 2 3 4 5 6
1 Selama diskusi teman saya mengusulkan ide kepada
kelompok untuk didiskusikan
2 Selama diskusi teman saya menjawab pertanyaan dari teman
lain
3 Teman saya memberikan solusi atas masalah yang dibahas
di kelompok
4 Teman saya mengerjakan tugas kelompok yang menjadi
bagian nya
5 Teman saya membantu teman kelompok yang mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugasnya
KELOMPOK :
JUDUL LAPORAN :
HARI/TANGGAL :
KRITERIA
ASPEK
4 3 2 1
Pendahuluan Sistematis, latar Tidak sistematis, Sistematis, latar Tidak sistematis,
belakang dan latar belakang belakang dan latar belakang
tujuan penulisan dan tujuan tujuan penulisan dan tujuan
sesuai penulisan sesuai tidak sesuai penulisan tidak
sesuai
Isi Lengkap dan Hanya ada Lengkap dan Tidak lengkap
sesuai daftar sebagian tidak sesuai dan tidak sesuai
pustaka. Lengkap kelengkapan daftar pustaka daftar pustaka
terdiri dari : role yang dipenuhi,
play, kegiatan namun sesuai
yang dilakukan, daftar pustaka
hal-hal yang
ditemukan
selama praktikum
Penutup Terdiri dari Terdiri dari Hanya ada Hanya ada
simpulan dan simpulan dan simpulan, tidak simpulan, tidak
saran, sesuai saran, tidak sesuai dan sesuai dan
dengan tujuan sesuai dengan tujuan, namun tujuan, tidak
dan konsep tujuan dan sesuai dengan sesuai konsep
konsep konsep
Cover Lengkap terdiri Lengkap, namun Hanya ada 2 dari Hanya ada
dari judul, nama judul tidak sesuai penilaian 4 lembar judul
anggota dengan isi
kelompok,
lembar
pengesahan
dosen atau
asisten
KRITERIA
ASPEK
4 3 2 1
Pengajuan tema Mengajukan Mengajukan Mengajukan Tema tidak
/topik tema/topik 2 tema/topik 1 tema/topik 2 hari diajukan atau
minggu sebelum minggu sebelum sebelum kegiatan dikonsulkan
kegiatan lengkap kegiatan lengkap dan SAP tidak
dengan SAP dengan SAP lengkap
Sistematika Materi yang Materi yang Materi yang Materi yang
pendidikan disampaikan disampaikan sesuai disampaikan disampaikan
kesehatan sesuai dengan dengan topik, kurang sesuai tidak sesuai