Anda di halaman 1dari 72

BAB I

DATA UMUM PERUSAHAAN

1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan

1.1.1 Profil Perusahaan

CV. Al Fajar Kusen merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan

atau badan usaha yang bergerak dibidang usaha dagang dan memproduksi

berbagai macam jenis kusen, pitu, jendela dan lain lainnya yang berbahan dasar

kayu dan alumunium yang beroperasi di Kota Batam. CV. Al Fajar Kusen

menerima pemesanan segala jenis mebel, kusen dan semua perlengkapan

bangunan lainnya. Dalam proses pembuatan barang pesanan, perusahaan

mengambil bahan baku kayu dan alumunium yang tersedia.

CV. Alfajar Kusen mulai berdiri sejak 14 April 2005, yang pada awalnya

beralamat di Komplek Bumi Kencana Blok J No. 11 Batu Aji Batam, namun pada

tahun 2012 berpindah lokasi di Jalan Trans Barelang Kelurahan Tembesi Batam

hingga sampai saat ini. Nama CV. Al Fajar Kusen diadopsi dari nama pendiri CV.

Al Fajar Kusen itu sendiri yang bernama Fajar Al Fajar

Pada awalnya pemiliknya adalah seorang karyawan di perusahaan kusen,

setelah keluar dari perusahaan tersebut, dengan pengalaman dan cita-cita yang

dimiliki akhirnya pemilik bertekat untuk membuka usaha kusen. Pertama kali

membuka usaha hanya berbentuk usaha perorangan. Seiring berjalannya waktu

perusahaan semakin berkembang dan karena banyaknya permintaan dari

konsumen sehingga pemilik merubah menjadi usaha yang lebih besar agar mudah

dikenal oleh konsumen

1
2

CV. Al Fajar Kusen berusaha menjangkau para pelanggan diseluruh Kota

Batam maupun diluar Kota Batam, dengan memanfaatkan perkembangan

teknologi. CV. Al Fajar Kusen memperkenalkan produk yang dimiiki melalui

media online sehingga pelanggan dapat melihat produk tanpa harus datang

langsung ke lokasi. Selain itu CV. Al Fajar Kusen juga bekerja sama dengan

developer atau pemborong perumahan.

1.1.2 Deskripsi Umum Perusahaan

Nama Perusahaan : CV. Al-fajar Kusen

Tanggal Berdiri : 14 April 2005

Alamat Perusahaan : Jalan Trans Barelang, Tembesi – Batam.

Jenis Perusahaan : Usaha Dagang Kusen

Jumlah Karyawan : 8 Orang

Produk : Kusen, Pintu, Jendela, dll.

1.1.3 Visi Dan Misi Perusahaan

Sebagai perusahaan yang menyediakan jasa pembuatan kusen baik dari

kayu dan alumunium yang sering digunakan oleh masyarakat, CV. Al Fajar Kusen

memiliki visi dan misi sebagai berikut :

1. Visi CV. AL Fajar Kusen

“Menjadi UMKM yang dapat bersaing secara kualitas dengan

perusahaan meubel lainnya”.

2. Misi CV. Al Fajar Kusen

a. Memberikan produk dengan kualitasterbaik kepada konsumen


3

b. Peningkatan Kompetensi di era globalisasi lewat kerjasama dengan

perusahaan kontraktor.

c. Mengutamakan kepuasan pelanggan serta kepercayaan konsumen

melalui profesionalisme.

1.2 Hasil Produk Dan Pemasaran

1.2.1 Hasil Produk

CV. Al Fajar Kusen memiliki beberapa jenis produk utama, selain produk

utama yang disediakan oleh perusahaan, konsumen juga bisa meminta jenis

produk sesuai keinginan. Produk utama tersebut terbuat dari dua bahan baku yang

berbeda yaitu kayu dan alumunium. Adapun hasil dari produk tersebut ialah

sebagai berikut :

1. Kusen

Kusen merupakan rangka balok kayu atau alumunium yang dihubungkan

sesuai dengan kaidah konstruksi. Kusen berfungsi unuk meletakkan dan

duduknya daun pintu dan daun jendela.

Gambar 1.1 Kusen


4

2. Pintu

Pintu yang di produksi di CV. Al Fajar Kusen terbuat dari bahan kayu,

ukuran pintu bisa menyesuaikan permintaan konsumen, karena tidak semua

konsumen menginginkan ukuran yang sama.

Gambar 1.2 Pintu

3. Jendela

Selain Pintu CV. Al Fajar Kusen juga memproduksi jendela. Desain jendela

yang diproduksi tidak hanya memiliki satu desain. Desain jendela bisa

mengikuti selera masing-masing pelanggan.

Gambar 1.3 Jendela


5

1.2.2 Daerah Pemasaran

Secara luas daerah pemasaran CV. Al-fajar Kusen adalah diseluruh Kota

Batam dan luar Kota Batam. Namun kebanyakan pembeli berasal dari daerah

sekitar toko seperti Tembesi, Batu Aji, dan Batam Center. Selain itu produk juga

dipasarkan kepada developer-developer pengembang perumahan yang telah

memiliki kontrak dengan CV. Al Fajar Kusen, produk terkadang juga dipasarkan

melalui media online. Untuk lebih memudahkan konsumen CV. Al Fajar Kusen,

konsumen tidak harus datang langsung ke lokasi untuk mengambil barang

pesanan, pesanan bisa diantar sampai ke lokasi tujuan. Namun ada juga konsumen

yang mengambil sendiri pesananya sekaligus untuk melihat-lihat produk yang

lain.

1.3 Lokasi dan Tata Letak Pabrik

1.3.1 Lokasi Perusahaan

Lokasi kerja CV. Al Fajar Kusen sendiri berada di Jalan Trans Barelang

Kelurahan Tembesi. Alasan dipilihnya lokasi ini karena sesuai dengan letak

geografisnya yang berada di tepi jalan utama Trans Barelang pada titik koordinat

103° 53'26 " BT, dan 1° 5'32" BU yang memudahkan untuk sistem pemasaran

dimana calon pembeli mudah menemukan lokasi kerja CV. Al Fajar Kusen dan

juga memudahkan sistem logistic baik itu untuk pengiriman hasil produksi

maupun bongkar muat bahan baku utama.


6

Gambar 1.4 Lokasi CV. Al Fajar Kusen

Letak geografis CV. Al Fajar Kusen yaitu sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Tanah Kosong

 Sebelah Barat : RumahPenduduk

 Sebelah Timur : Tanah Kosong

 Sebelah Selatan: Jalan Trans Barelang

Penentuan pemilihan lokasi CV. Al Fajar Kusen tersebut dipertimbangkan

atas dasar hal-hal sebagai berikut :

a. Terletak di tepi jalan utama maka akan mempermudah transportasi dalam

pengadaan bahan mentah maupun untuk pemasaran hasil produksi.

b. Daerah yang masih sedikit jumlah penduduknya sehingga dampak yang

akan ditimbulkan dari proses produksi berupa kebisingan tidak terlalu besar

dan aktivitas produksi tidak menggangu ketenangan warga sekitar


7

1.3.2 Tata Letak Perusahaan

Tata letak perusahaan adalah bertujuan untuk memudahkan proses

produksi. Maka dari itu lokasi harus ditata dengan sebaik mungkin agar proses

produksi dapat berjalan dengan baik. Dengan lokasi yang tidak terlalu luas tata

letak ruangan di CV. Al Fajar Kusen disusun dengan sebaik mungkin seperti

tempat penyimpanan kayu gelondongan, tempat pemotongan kayu, tempat

penghalusan permukaan kayu, tempat pemahatan, tempat perakitan, tempat

pengecatan, tempat penyimpanan hasil produksi, dan toilet. Dibawah ini adalah

gambaran tata letak CV. Al Fajar Kusen.

Jl. Trans Barelang

Tempat Penyimpanan Gudang Penyimpanan


Kayu Gelondongan Hasil Produksi
Tempat Pemotongan Tempat Pengecatan
Kayu (Painting)
TempatPerakitan W
C
Tempat Pemahatan (Assembly) Tempat Penghalusan

Gambar 1.5 Tata Letak Perusahaan

Lokasi disusun secara berdekatan dan berurutan sesuai proses produksi,

dimana tempat penyimpanan kayu diletakkan berdampingan dengan tempat

pemotongan kayu sehingga ketika melakukan pemotongan tidak jauh untuk

mengambil kayu gelondongan. Begitu juga denga proses selanjutnya setelah

pemotongan kayu.
8

1.4 Struktur Organisasi

Dalam menjalakan roda organisasi yang mempunyai beberapa karyawan

diperlukan adanya peraturan mekanisme kerja yang jelas dan rapi. Struktur

organisasi perusahaan menetapkan garis otorisasi dan tanggung jawab serta

menyediakan kerangka umum untuk perencanaan, pengarahan, dan pengadilan

operasionalnya.

Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh organisasi.

Penbaguan tugas, kedudukan, wewenang, dan tanggung jawab serta penetapan

sistem koordinasi dan komunikasi yang baik dapat memperlancar strategi dan

perencanaan perusahaan sehingga dibutuhkan struktur organisasi yang jelas.

Organisasi adalah sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama dan

melakukan pembagian tugas untuk mencapai tujuan tertentu. Struktur organisasi

merupakan gambaran skema tentang hubungan kerjasama anggota-anggota

organisasi.

CV. Al Fajar Kusen sendiri memiliki 8 karyawan yang terdiri dari pemilik,

admin, pemasaran dan bagian produksi. Struktur organiasasi CV. Al Fajar Kusen

disusun dengan cukup baik, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melakukan

pekerjaan karena sudah memiliki bagian masing-masing. Berikut adalah struktuk

organisasi CV. Al Fajar Kusen.


9

STRUKTUR ORGANISASI
CV. AL FAJAR KUSEN

Fajar
Pimpinan

Wawan Ujang Efra Melda


Sales Senior Produksi Admin

Darjan Ade Cecen Kokoh


Perakitan Cutting Finishing Finishing

Gambar 1.6 Struktur Organisasi

Berikut adalah pembagian tugas yang dilakukan setiap jabatan dalam

struktur organisasi CV. Al Fajar Kusen adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan

Tanggung Jawab :

Pemimpin disini bertanggung jawab untuk mengawasi dan mengupaya cara

agar perusahaan terus berjalan dan berkembang.

Tugas:

a. Memimpin dan mengurus aspek kegiatan pabrik sesuai dengan visi, misi

perusahaan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi pabrik.

b. Bertanggung jawab penuh pada pabrik.

c. Menangani masalah financial pabrik.

d. Membawahi langsung setiap bagian – bagian departement.

e. Membina hubungan yang baik dengan seluruh pegawai pabrik dan seluruh

pihak yang diperlukan untuk kepentingan pabrik.


10

f. Mengusahakan terlaksananya usaha dan kegiatan pabrik sesuai dengan

tujuan dan lapangan usaha.

2. Admin

Tanggung Jawab :

Admin bertanggung jawab untuk melaporkan segala kegiatan keuangan atau

laporan keuangan kepada pimpinan perusahaan.

Tugas dan tanggung jawab :

a. Merekap data bukti transaksi keuangan yang telah dilakukan oleh pabrik

b. Menghitung berapa pengeluaran dan pemasukan pabrik dalam pembelian

kayu, alumunium dan berapa hasil penjualan setiap harinya.

c. Melakukan penjadwalan, misalnya ada kunjungan dari sekolah – sekolah

yang ingin mengetahui bagaimana proses pembuatan daun pintu, jendela

dll.

d. Menyusun laporan keuangan perusahaan.

e. Menyimpan dan mengarsip data perusahaan agar data terorganisir dengan

baik.

3. Senior Produksi

Tanggung Jawab :

Senior Produksi bertanggung jawab atas segala proses produksi dalam

perusahaan dan merencanakan produksi barang yang akan dijual.

Tugas :

a. Mengawasi para pekerja dalam suatu proses produksi

b. Memastikan semua kegiatan produksi sesuai dengan model dan jenis

pesanan yang di inginkan.


11

c. Memeriksa apakah hasil proses produksi sesuai dengan kriteria yang di

tentukan.

d. Menjadi penghubung antara pembeli dengan bagian pemasaran.

e. Bertanggung jawab untuk pemilihan dan pemeliharaan peralatan.

f. Menyusun skala waktu untuk pekerjaan.

4. Sales

Tugas Dan Tanggung Jawab :

a. Mencari target pasar yang banyak membutuhkan kusen, pintu, jendela dll.

b. Mencari mitra kerja untuk mempercepat proses penjualan, misalnya

mencari dimana lokasi proyek pengembang perumahan baru yang

membutuhkan kusen, pintu, dll.

c. Merekap data hasil penjualan untuk memudahkan dalam menganalisis.

d. Menjamin kepuasan pelanggan.

e. Menyusun strategi lanjutan untuk meningkatkan penjualan.

f. Menjaga hubungan kerja sama dengan klien

5. Bagian Cutting

Tugas dan tanggung jawab :

a. Memotong kayu balok menjadi bagian-bagian kecil sesuai kebutuhan

produksi.

b. Memastikan ukuran kayu yang di potong presisi dan sesuai dengan

kebutuhan produksi

c. Memastikan peralatan mesin cutting dalam kondisi prima

d. Menghaluskan bagian-bagian kayu yang masih kasar.

e. Membawa hasil pemotongan kayu ke tempat perakitan


12

6. Bagian Perakitan

Tugas dan tanggung jawab :

a. Merakit potongan-potongan kayu atau alumunium menjadi suatu produk

yang di inginkan.

b. Memotong dan memasang kaca pada rakitan jendela.

c. Memasang aksesoris.

d. Memastikan peralatan pendukung pada proses perakitan tetap dalam

kondisi prima.

7. Finishing

Tugas dan tanggung jawab :

a. Dua orang pekerja untuk melakukan proses pengecatan menggunkan jenis

cat plitur untuk jenis produk berbahan kayu.

b. Mengamplas permukaan kayu yang akan dilakukan pengecatan.

c. Melakukan finishing atau pengemasan hasil produksi menggunakan

plastik rapping.
BAB II
PROSES MANUFAKTUR

2.1 IPO ( Input Proces Output )

Sebelum membahas lebih lanjut tentang proses produksi, akan lebih baik

untuk memahami terlebih dahulu konsep dasar dari proses produksi. Proses

produksi merupakan suatu sistem yang didalamnya terkandung tiga unsur, yaitu

input, proses dan output. Input dalam proses produksi terdiri atas material baku,

energi yang digunakan dan informasi yang diperlukan. Proses merupakan kegiatan

yang mengolah material baku, energi dan informasi permaterial sehingga menjadi

barang jadi. Output merupakan barang jadi sebagai hasil yang dikehendaki.

Tiga unsur proses produksi ini saling berkaitan satu sama lain, dimana

apabila input dan proses dilakukan dengan baik maka output yang dihasilkan juga

akan baik pula

Menurut Assauri (2008) pengertian proses produksi adalah cara, metode

dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang dan jasa

dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana)

yang ada.

Menurut Yamit (2011) proses produksi pada hakekatnya adalah proses

pengubahan (transformasi) dari bahan atau komponen (input) menjadi produk lain

yang mempunyai nilai lebih tinggi atau dalam proses terjadi penambahan nilai.

Tiga unsur proses produksi ini saling berkaitan satu sama lain, dimana

apabila input dan proses dilakukan dengan baik maka output yang dihasilkan juga

akan baik pula.

13
14

Proses produksi pada CV. Al Fajar Kusen diawali dengan pemotongan kayu

balok menjadi bagian-bagian kecil sesuai kebutuhan produksi serta melakukan

pemeriksaan mesin-mesin pendukung proses produksi apakah mesin dalam

kondisi baik atau tidak. Proses produksi yang dilakukan meliputi proses

pemotongan, pemahatan, perakitan, penghalusan, dan pengecatan. Berikut

gambaran IPO pada CV. Al-fajar Kusen :

Input Process Output

a. Bahan Baku a. Pemotongan kayu / a. Kusen


b. Peralatan dan Alumunium b. Daun Pintu
Mesin Kerja b. Pemahatan kayu c. Jendela
pendukung c. Perakitan Kayu / d. Serbuk
Alumunium Kayu
d. Penghalusan Permukaan
Kayu
e. Pengecatan Menggunakan
Plitur

Gambar 2.1 Input Process Output

Menurut Assauri (2008) mengungkapkan bahwa proses produksi dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Proses produksi yang terus-menerus (Continous Processes)

Proses produksi yang terus menerus adalah proses produksi yang

dipersiapkan untuk memproduksi dalam jangka waktu yang lama atau

panjang, tanpa mengalami perubahan untuk jenis produk yang sama.

2. Proses produksi yang terputus-putus (Intermitten Processes)

Proses produksi yang terputus-putus adalah proses produksi yang

menggunakan waktu yang pendek dalam persiapan peralatan untuk


15

perubahan yang cepat guna dapat menghadapi variasi produk yang

berganti-ganti.

2.2 Detail Input

Sebelumnya sudah dijelaskan tentang proses produksi dan tiga unsur

proses produksi salah satunya adalah input.

Dalam proses produksi input merupakan semua masukan yang mendukung

jalannya proses produksi dan menghasilkan suatu produk. Input dalam sistem

produksi memiliki komponen atau elemen struktural dan fungsi yang berperan

penting untuk menunjang kelanjutan operasi produksi perusahaan.

Komponen yang membentuk sistem produksi ini terdiri dari : material atau

bahan baku, mesin atau peralatan, tenaga kerja, modal, informasi dll. Sedangkan

untuk fungsi sistem produksi terdiri dari : supervise, perecanaan, pengendalian,

koordinasi, dan kepemimpinan. Elemen fungsi ini berkaitan dengan manajemen

dan organisasi perusahaan.

Untuk dapat bersaing dengan kuat, perusahaan perlu mencari bahan baku

yang berkualitas dengan harga yang kompetitif, mencari peralatan yang efektif

dan tentu saja efisien, serca mencari tenaga kerja terbaik untuk menjalankan

strategi perusahaan.

Sebagai perusahaan yang memproduksi kusen CV. Al Fajar tidak

menggunakan input yang sulit untuk didapatkan, input yang digunakan untuk

proses produksi juga tidak terlalu banyak, dengan menggunkan input yang mudah

didapat yang tidak terlalu banyak dapat mempermudah dan mempercepat proses

produksi. Berikut adalah input yang ada pada CV Al Fajar Kusen :


16

2.2.1 Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan pokok yang digunakan untuk memproduksi

barang, bahan baku ini juga sangat pentng bagi semua perusahaan. Jika bahan

baku tidak tersedia maka proses produksi tidak bisa berjalan. Bahan baku pada

CV. Al Fajar Kusen antara lain:

1. Kayu Balok

Kayu balok adalah salah satu bahan baku yang bisa digunakan untuk

pembuatan kusen, daun pintu, dan jendela. Dimana terdapat beberapa jenis

kayu yang biasa di gunakan yaitu kayu meranti, kayu kamper, kayu jati, dan

kayu glugu. Namun kayu yang sering di gunakan oleh CV Al-fajar Kusen

dalam proses produksi adalah kayu meranti. Bahan baku kayu ini dikirim

dari Pulau Sambu.

Alasan lebih banyak menggunakan kayu meranti karena kayu ini

harganya leih murah dibandingkan dengan kayu yang lain sehingga cocok

untuk pelanggan yang menginginkan harga murah namun kualitas tetap

bagus.

Gambar 2.2 Kayu Balok


17

2. Alumunium

Alumunium adalah bahan baku alternatif dalam pembuatan produk

kusen, pintu, jendela dll untuk penganti kayu, dimana bahan baku

alumunium mudah didapatkan dengan harga yang ekonomis, dan tidak

memerlukan waktu proses produksi yang lama.

Banyak faktor pendukung yang menyebabkan kusen aluminium

menjadi pilihan utama, seperti bahan ini adalah kuat ,ringan ,tahan cuaca,

bahan yang anti karat, anti rayap, dan anti air,. Desain dan pilihan nya pun

sudah mulai beragam. Warna nya pun bisa dipilih mulai dari hitam, coklat,

silver, putih,merah,biru,kuning,orange,cream dan juga warna urat kayu atau

serat kayu yang hampir menyerupai warna alami kayu.

Bahan alumunium juga lebih mudah untuk dikombinasikan dengan

bahan yang lainnya. Misalnya dikombinasi dengan papan gypsum, atau

dengan kaca ,atau dengan multipleks, atau dengan papan GRC , yang bisa

dilapis dengan wallpaper.

Gambar 2.3 Alumunium


18

2.2.2 Peralatan Kerja dan Pendukung

Selain bahan baku input untuk proses produksi tentunya juga

membutuhkan peralatan kerja, peralatan ini yang akan digunakan untuk mengolah

bahan baku produk. Adapun peralatan kerja dan pendukung yang digunakan

dalam proses pembuatan kusen, pintu, jendela, dll antra lain :

1. Gergaji Potong

Gergaji dengan mata pisau sedang & pendek, digunakan untuk memotong

kayu dengan ukuran pendek. Gergaji ini memiliki banyak jenis karena

menyesuaikan serat dari masing-masing kayu dan berdasarkan besar atau

kecilnya kayu yang dipotong.

Gambar 2.4 Gergaji potong

2. Ketam

Ketam kayu manual sudah sejak lama menjadi alat utama pada proses

pengerjaan kayu. Ketam berfungsi untuk menghaluskan, meratakan dan

menipiskan kayu sesuai dengan keinginan. Terdiri dari mata ketam yang

terbuat dari baja, tuas pengatur derajat kemiringan mata ketam, sekrup

pengatur untuk menaik-turunkan mata ketam, tuas & pelat penjepit mata
19

serta handle atau pegangan ketam. Ketam dibuat panjang agar kayu yang

panjang bisa diketam lurus. Ketam terdiri dari beberapa jenis diantaranya

ketam panjang, ketam pendek, kentam lengkung, ketam sponing dll.

Gambar 2.5 Ketam panjang

3. Mata Ketam

Mata ketam merupakan bagian utama dari ketam. Fungsinya sebagai

pemotong permukaan kayu agar lurus dan rata. Terdiri dari sepasang bilah

pisau baja. Pemasangannya harus berlawanan (ujung pisaunya) agar dapat

mengikis kayu. Tidak semua mata ketam memiliki bentuk yang sama,

bentuk mata ketam ini mengikuti jenis ketam itu sendiri. Namun ada

beberapa jebis ketam yang memiliki mata ketam yang sama.

Gambar 2.6 Mata ketam


20

4. Alat Pahat

Pahat merupakan bilah besi yang tajam pada ujungnya untuk melubangi

atau mengukir benda keras seperti kayu, batu, atau logam. Pegangannya

dibuat dari kayu atau logam. Dalam penggunaannya, pahat ditekan pada

bahan untuk memotong bahan tersebut. Dorongan dapat dilakukan sendiri

atau dengan bantuan tukul atau palu. Dalam industri, pelantak hidraulik atau

palu penempa digunakan untuk membantu pahat dalam memotong bahan.

Ada beberapa jenis pahat mulai dari yang ujungnya kecil sampai dengan

yang besar.

Gambar 2.7 Pahat

5. Palu Plastik

Palu merupaan alat perawatan/perbaikan yang digunakan untuk memukul,

memasang dan melepaskan komponen-komponen mesin seperti pada

pemasangan bearing, melepas sambungan pada propeller shaft dan

sebagainya, serta untuk membentuk benda kerja sesuai keinginan dan

disesuaikan dengan bentuk dasar dari palu. Palu ini merupakan alat

pelengkap untuk pahat yang berfungsi untuk memukul ujung pahat agar bisa

menekan dan memperkuat tekanan pada mata pahat sehingga dengan mudah

membersihkan lobang pada sambungan kayu.


21

Gambar 2.8 Palu plastik

6. Rol Siku

Rol siku merupakan salah satu alat yang sangat penting dalam pertukangan.

Siku ukur merupakan salah satu yang sering dipakai dalam dasar pekerjaan

dan juga saat penguran bagian bagian yang sangat berhubungan dalam

kesikuan bahan maupun ruang yang akan dikerjakan. Tidak hanya itu siku

ukur adalah alat tercepat dan termudah untuk menandai garis persegi untuk

pemotongan , tetapi dapat digunakan untuk dengan cepat menandai setiap

sudut hingga 45 derajat dan 90 derajat dan juga alat yang paling sering

dipergunakan untuk mengukur sampai enam inci (20 cm).

Gambar 2.9 Rol siku


22

7. Meteran Lipat

Meteran merupakan alat ukur yang sangat penting dipergunakan dalam

bangunan. Setiap pekerjaan akan sering berhubungan dengan alat ini karena

semua pekerjaan pasti berhubungan dengan ukuran.Meteran panjang yang

dapat dilipat sehingga berukuran pendek.Digunakan untuk mengukur bahan

yang akan digunakan/ diolah.

Gambar 2.10 Meter lipat

8. Klamer Panjang

Digunakan untuk mempress kayu sambungan pen dan lobang.

Gambar 2.11 Klamer panjang


23

9. Pengunci

Pengunci adalah alat yang terbuat dari baja dan memiliki sekrup untuk

menggeser batang pengunci. Berfungsi untuk menahan/ mengunci kayu

yang ingin dipotong agar tidak mudah lari.

Gambar 2.12 Pengunci

10. Bais

Bais adalah Alat yang berfungsi menjepit kayu agar mudah diolah. Bisa

juga untuk menjepit gergaji agar mudah dikikir dan diasah.

Gambar 2.13 Bais


24

11. Batu Asah

Batu asah adalah benda yang berfungsi menajamkan mata gergaji, mata

pahat dan mata ketam. Caranya dengan menggosokkan mata pisau ke

permukaan batu secara searah.

Gambar 2.14 Batu asah

12. Mesin Potong

Mesin ini digunakan untuk memotong kayu sesuai dengan ukuran yang

telah ditentukan, memiliki engsel putar untuk memotong kayu dengan

derajat kemiringan tertentu. Cara mengoperasikannya, tekan tombol pada

gagang lalu turunkan gergaji secara perlahan.

Gambar 2.15 Mesin potong


25

13. Mesin Belah

Digunakan untuk membelah kayu/triplek sesuai dengan ukuran dan

kemiringan tertentu. Cara mengoperasikannya, tekan tombol on pada

mesin, lalu dorong kayu/triplek yang ingin dibelah.

Gambar 2.16 Mesin belah

14. Mesin Ketam

Digunakan untuk mengetam dan menghaluskan permukaan kayu yang

akan di olah. Cara menggunakannya, masukkan sebagian kayu yang akan

diketam, atur ketinggian pada landasan agar kayu dapat masuk dan

mengenai pisau, lalu tekan tombol on pada mesin.

Gambar 2.17 Mesin Ketam


26

15. Mesin bor/alur

Mesin ini digunakan untuk membuat alur dan melubangi kayu untuk

memasukkan pen/baut. Cara mengoperasikannya adalah dengan mengatur

posisi kayu yang akan dilobangi, lalu atur ketinggian bor.

Gambar 2.18 Mesin bor/alur

2.2.3 Sumber Daya Manusia

Dalam sebuah perusahaan tenaga kerja atau sumber daya manusia juga

memegang peran pengting dalam melakukan proses produksi, baik yang

berhubungan langsung maupun yang tidak berhubungan langsung dengan

produksi. Tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi langsung.

Dalam faktor produksi tenaga kerja terkandung unsur fisik, pikiran, dan

kemampuan yang dimiliki.

Di CV. Al Fajar Kusen terdiri dari 5 tenaga kerja yang berhubungan

langsung dengan proses produksi mulai dari tahap awal produk sampai tahap

akhir, 1 bagian penjualan, 1 bagian admin dan 1 pimpinan perusahaan.


27

2.2.4 Modal

Modal merupakan komponen utama dalam semua perusahaan, karena

modal merupakan tahapan awal yang harus dimiliki oleh para pemdiri perusahaan.

Modal tidak hanya berupa uang tunai, bahan baku, peralatan, bangunan juga

merupakan modal bagi perusahaan. Modal merupakan hal yang sangat vital dalam

sebuah bisnis atau perusahaan. Tanpa modal bisnis tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Mulai dari bisnis yang besar maupun bisnis yang kecil pun

membutuhkan modal untuk menjalankan bisnisnya.

2.3 Detail Proses Aliran Produk

2.3.1 Operating Process Chart (OPC)

Proses aliran produk merupakan suatu sistem produksi mulai dari tenaga

kerja, bahan baku, mesin dan juga peralatan dalam suatu lingkungan yang berguna

untuk menghasilkan nilai tambah (value added) bagi produk. Salah satu flow

process yang sering dipakai dalam proses aliran produk adalah Operation Process

Chart (OPC).

Operation process chart (OPC) merupakan suatu diagram yang

menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai

urutan-urutan operasi dan pemeriksaan sejak dari awal sampai menjadi produk

jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi-informasi yang

diperlukan untuk analisa lebih lanjut. Jadi dalam suatu operation process chart,

yang dicatat hanyalah kegiatan-kegiatan operasi dan pemeriksaan saja, kadang-

kadang pada akhir proses dicatat tentang penyimpanan. (Sutalaksana, 2006).


28

Adapun informasi-informasi yang bias didapatkan dalam peta proses

operasi adalah sebagai berikut :

a. Bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan.

b. Operasi yang dibutuhkan pada masing-masing komponen atau bagian

dari bahan baku.

c. Waktu yang dibutuhkan dalam proses.

d. Mesin atau alat yang digunakan dalam proses.

Dalam memudahkan pemahaman proses pada OPC digunakan simbol-

simbol yang dikeluarkan oleh American Society of Mechanical Engineers (ASME)

dalam buku Sritomo Wignjosoebroto (2006) adalah sebagai berikut.

Simbol Kegiatan

Operasi

Assembly

Transportasi

Inspkesi

Storage

Gambar 2.19 Simbol operation process chart


29

Keterangan dari simbol diatas adalah sebagai berikut:

1. Operasi yaitu suatu kegiatan proses yang terjadi apabila benda kerja

mengalami perubahan sifat fisik maupun kimiawinya.

2. Aktifitas gabungan atau assembly yaitu suatu kegiatan yang terjadi apabila

aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaan.

3. Transportasi yaitu proses pemindahan benda kerja yang memerlukan biaya,

jarak maupun waktu.

4. Pemeriksaan (Inspection) yaitu suatu kegiatan pemeriksaan terhadap benda

kerja atau peralatan,baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

5. Storage atau penyimpanan yaitu tahap akhir dari proses ketika suatu barang

sudah siap untuk dipasarkan.

CV. AL Fajar Kusen memiliki beberapa produk yang di produksi, namun

pada kesempatan ini proses aliran produk akan dijelaskan untuk satu jenis produk.

Karena setiap proses produksi produk pada tahap awal hingga tahap akhir

memiliki langkah yang sama, yang membedakan hanya pada jenis dan design dari

masing-masing produk tersebut. Berikut ini adalah operating process chart untuk

pembuatan daun pintu kayu.


30

PROSES PRODUKSI
Nama Proyek : Proses Pembuatan Pintu Kayu
Nomor Peta :
Dipetakan oleh : Mahadir
Tanggal Pemetaan : 27 September 2018

Kayu

15 mnt 0-1 Proses pemotongan

60 mnt 0-2 Proses penngetaman

60 mnt 0-3
Proses pembuatan propil

30 mnt 0-4 Proses pengukiran / pemahatan

A1
60 mnt Proses perakitan

1-1 Pengecekan hasil rakitan kayu


5 mnt

0-5 Proses pengamplasan


30 mnt

0-6
30 mnt Proses pengecatan

0-7
60 mnt Proses pengeringan

KETERANGAN
9 375mnt 0-8
10 mnt Proses packing
1 60 mnt

1 5 mnt
Storage
1
TOTAL 11 440 mnt

Gambar 2.20 Operating Process Chart


31

Dari operating process chart yang sudah digambarkan pada proses

produksi pembuatan daun pintu kayu, berikut ini adalah penjelasan dari masing-

masing proses :

1. Proses pemotongan

Proses pemotongan adalah proses memotong atau belah kayu-kayu balok

atau kayu gelondongan sesuai kebutuhan ukuran pintunya. Seperti untuk

slimar atau juga biasa di sebut Ram dan sunduk-sunduknya bagian atas dan

bawah. Biasa pada umumnya pintu itu berukuran 80cm untuk engkel. Jika

untuk pintu kupu tarung, itu berukuran lebar 60cm sampai 70cm.

Gambar 2.21 Pemotongan Kayu

2. Proses pengetaman

Mengetam atau menyerut kayu adalah sebuah proses pengolahan kayu

sebelum digunakan agar kayu memiliki permukaan yang lebih halus dan

rata serta dapat mengurangi ketebalan kayu yang dimaksudkan untuk

kebutuhan tertentu. Pengetaman ini biasanya dilakukan dengan 2 cara yaitu

dengan cara manual menggunakan alat serut manual dan satu lagi

menggunakan alat ketam otomatis sehingga prosesnya lebih cepat.


32

Gambar 2.22 Pengetaman Kayu

3. Proses pembuatan propil

Pembuatan tiap sudut atau tepi kayu dengan bentuk lengkung ataupun motif

lainnya. Hal ini dilakukan agar tepi kayu untuk pintu terlihat rapi dan lebih

bagus.

4. Proses pengukiran atau pemahatan

Peoses pengukiran atau pemahatan ini merupakan proses untuk membuat

motif pada kayu. Proses ini diawali dengan mengambar motif pada kayu

yang kemudian diukir atau dipahat, pengukiran atau pemahatan harus

benar-benar teliti agar hasilnya maksimal.

Gambar 2.23 Pengukiran atau Pemahatan


33

5. Proses perakitan

Proses perakitan merupakan pengabungan untuk masing-masing bagian

menjadi satu sesuai dengan urutan sehingga menjadi pintu. Setiap bagian

harus disusun sesuai dengan posisinya karena setiap posisi memiliki ukuran

masing-masing.

Gambar 2.24 Proses Perakitan

6. Proses pengecekan

Pintu yang sudah dirakit maka akan dicek ulang untuk memastikan kalau

pintu benar-benar tersusun dengan baik tidak ada kesalahan.

7. Proses pengamplasan

Pada langkah pengamplasan kayu kusen ini, hasil yang ingin didapatkan

adalah kayu kusen yang halus dan bersih dari serat. Pada proses ini, yang

benar-benar harus perhatikan adalah bagaimana mengamplas kayu tersebut.

Jangan gerakkan kertas atau mesin amplas dengan kasar dan sembarangan.

Gerakan yang secara sembarangan pada saat sedang mengamplas kayu

kusen hanya akan mengakibatkan warna kayu kusen tidak merata dan

semua serat kayu yang mungkin saja tertinggal tidak akan terangkat

seluruhnya.
34

Gambar 2.25 Proses Pengamplasan

8. Proses pengecatan

Proses pengecatan ini seperti proses memplitur, dimana pros es ini

berjutuan untuk membuat pintu agak terlihat lebih menkilap dan memiliki

warna, namun warna dari plitur ini cenderung transparan dari keemasan

hingga kecoklatan.

Gambar 2.26 Proses Pengecatan


35

9. Proses pengeringan

Pintu yang sudah dicat atau diplitur harus dikeringkan atau dicat di bawah

terik matahari agar cat atau plitur benar-benar kering dan menyatu engan

kayu.

10. Packing

Proses ini merupakan bagian paling akhir yaitu mengepack pintu yang

sudah siap diantar ke pelanggan.

2.3.2 Aliran Proses

Menurut Sritomo Wignjosoebroto (2006), peta aliran proses adalah suatu

peta yang menggambarkan semua aktivitas baik aktivitas produktif maupun tidak

produktif yang terlibat dalam proses pelaksanaan kerja. Secara terperinci dapat

dikatakan bahwa peta aliran proses pada umumnya terbagi dalam dua tipe, yaitu:

1. Peta aliran proses tipe bahan, ialah suatu peta yang menggambarkan

kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur operasi.

2. Peta aliran proses tipe orang, pada dasarnya dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja seorang

operator.

b. Peta aliran proses pekerja yang menggambarkan aliran kerja

sekelompok manusia, sering disebut Peta Proses Kelompok Kerja.

Metode penggambaran hampir sama dengan Peta Proses Operasi (Operation

Process Chart) hanya saja disini akan jauh lebih detail dan lengkap. Tidak seperti

Peta Proses Operasi yang hanya menggambarkan aktivitas yang produktif

(kegiatan operasi dan inspeksi), maka Peta Aliran Proses juga akan

menggambarkan aktivitas-aktivitas yang tidak produktif seperti transportasi


36

(material handling), delay/idle, dan penyimpanan. Cara penggambarannya akan

menggunakan semua simbol-simbol ASME. Demikian pula penggambaran akan

dilaksanakan secara vertikal dari atas ke bawah.

Kegunaan flow process chart antara lain :

1. Memberi informasi aliran bahan atau aktivitas orang mulai awal masuk

proses sampai aktivitas terakhir.

2. Memberi informasi mengenai waktu penyelesaian suatu proses.

3. Mengetahui jumlah kegiatan yang dialami bahan atau orang selama proses

berlangsung.

4. Alat untuk perbaikan proses atau metode kerja.

Peta aliran proses dapat menganalisa kondisi-kondisi kerja yang ada guna

memperoleh keuntungan atau perbaikan proses kerja seperti:

1. Mengeliminir operasi-operasi yang tidak perlu.

2. Mengurangi jarak perpindahan dari satu operasi ke operasi lainnya.

3. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia karena kegiatan menunggu.

4. Menunjukkan operasi-operasi mana yang seharusnya memiliki

kemungkinan untuk digabungkan.

5. Menunjukkan langkah-langkah operasi maupun pemeriksaan yang terlalu

berlebihan ataupun pengulangan (duplikasi).

6. Menunjukkan pekerjaan – pekerjaan dan lokasi dimana pekerjaan tersebut

dilaksanakan.

Beberapa prinsip yang bisa digunakan untuk membuat suatu peta aliran

proses yang lengkap. Prinsip-prinsip tersebut digunakan agar dalam pembuatan

peta menjadi baik, prinsip-prinsip itu sebagai berikut:


37

1. Seperti pada peta proses operasi, suatu peta aliran proses pun mempunyai
judul, dimana pada bagian paling atas dari kertas ditulis kepalanya “Peta
Aliran Proses”, yang kemudian diikuti dengan pencatatan beberapa
identifikasi, seperti: nomor/nama komponen yang dipetakan, nomor
gambar, peta orang atau peta bahan, cara sekarang atau yang diusulkan,
tanggal pembuatan, dan nama pembuat peta. Semua informasi ini dicatat
disebelah kanan atas kertas.
2. Disebelah kiri atas kertas, berdampingan dengan informasi yang dicatat
pada titik a diatas, dicatat mengenai ringkasan yang memuat, jumlah total
dan waktu total dari setiap kegiatan yang terjadi dan juga mengenai total
jarak perpindahan yang dialami bahan atau orang selama proses atau
prosedur berlangsung.
3. Setelah bagian kepala selesai dengan lengkap, kemudian di bagian badan
diuraikan proses yang terjadi lengkap beserta lambing-lambang dan
informasi-informasi mengenai jarak perpindahan, jumlah yang dilayani,
waktu yang dibutuhkan dan kecepatan produksi juga ditambahkan dengan
kolom Analisa, Catatan dan Tindakan yang diambil berdasarkan analisa
tersebut
Berikut ini adalah peta aliran proses pembuatan pintu kayu CV. AL Fajar Kusen :
38

PETA ALIRAN PROSES


Simbol Sekarang Usulan Beda Pekerjaan : Proses Pembuatan
Kegiatan Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu Pintu Kayu
(menit) (menit) (menit)
Operasi 8 295 Orang Bahan
Pemeriksaan 1 5
Transportasi 3 5 Sekarang Usulan
Delay 1 60
Penyimpanan 1 Dipetakan oleh : Mahadir

Total
Tanggal Dipetakan : 27-09-
2018
Uraian Kegiatan Lambang Jarak Jumlah Waktu Keterangan
(meter) (menit)
Membawa kayu ke tempat
3 1
pemotongan
Proses pemotongan kayu
15
Membawa potongan kayu ke
1 1
tempat pengetaman
Proses pengetaman kayu 60
Proses pembuatan propil 1 60
Proses pengukiran / pemahatan 30
Proses pengamplasan 30
Proses perakitan bagian-bagian
kayu 60
Pemeriksaan Visual
5
Membawa kayu yang telah di rakit 2
ke tempat pengecatan 1
Proses pengecatan menggunakan
30
plitur
Pengeringan kayu yang telah di
60
cat
Membawa hasil pengecatan ke
tempat pengemasan 2 2
Proses pengemasan 10
Storage

Gambar 2.1 Peta Aliran Proses


39

2.4 Produk Jadi dan Produk Scap

2.4.1 Produk Jadi

Output merupakan hasil akhir dari sebuah produk yang telah melewati

bagian-bagian dari setiap proses. Dimana setiap produksi memiliki output yang

berbeda beda. Adapun output yang dihasilkan CV. Al Fajar Kusen sebagai

berikut:

1. Kusen

Kusen merupakan rangka balok kayu atau alumunium yang dihubungkan

sesuai dengan kaidah konstruksi. Kusen berfungsi unuk meletakkan dan

duduknya daun pintu dan daun jendela.

Gambar 2.24 Kusen

2. Pintu

Pintu yang di produksi di CV. Al Fajar Kusen terbuat dari bahan kayu,

ukuran pintu bisa menyesuaikan permintaan konsumen.

Gambar 2.29 Pintu


40

3. Jendela

Selain Pintu CV. Al Fajar Kusen juga memproduksi jendela. Desain jendela

yang diproduksi tidak hanya memiliki satu desain. Desain jendela bisa

mengikuti selera masing-masing pelanggan.

Gambar 2.30 Jendela

2.4.2 Produk Scrap

Adapun produk scrap yang dihasilkan pada proses pembuatan pintu kayu

adalah serbuk kayu dari hasil proses pengetaman.

Gambar 2.31 Serbuk Kayu


41

2.5 Jadwal Kerja Praktek

Kerja praktek dilakukan selama 3 bulan dari bulan Agustus 2018 –

Oktober 2018. Jadwal dan agenda selama kerja praktek terlampir pada skema

dibawah ini:

Tabel 2.1 Jadwal Kerja Praktek

Ags Sep Okt


No Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan tempat kerja praktek
Pengenalan perusahaan : Profil umum
2 perusahaan, struktur organisasi,
produk perusahaan, dll.
Pembelajaran proses pembuatan
3
produk
4 Membantu proses pembuatan produk
Membantu proses pengecatan dan
5
packing
6 Mengelola scrap
BAB III
SISTEM INDUSTRI DAN MANAJEMEN INDUSTRI

3.1 Sistem Industri

Sistem industri atau manufaktur adalah ssstem yang melakukan proses

informasi keinginan konsumen menjadi produk jadi yang berkualitas tinggi,

keinginan konsumen diketahui dari studi pasar.

3.1.1 Pengendalian Persediaan

Dalam perusahaan manufaktur, persediaan terdiri dari : persediaan produk

jadi, persediaan produk dalam proses, persediaan bahan baku, persediaan bahan

penolong, persediaan bahan habis pakai pabrik, persediaan suku cadang. Adapun

pengertian persediaan menurut beberapa ahli diantaranya:

Menurut Kieso (2012) menyatakan persediaan adalah asset yang dimiliki

perusahaan dan tersedia untuk dijual dalam kepentingan bisnis ataupun

merupakan barang yang akan digunakan untuk memproduksi barang yang tersedia

untuk dijual.

Rudianto (2008) menjelaskan perediaan adalah sejumlah barang jadi,

bahan baku, bahan dalam proses yang dimiliki perusahaan dagang dengan tujuan

untuk dijual dan diproses lebih lanjut. Kesimpulannya adalah persediaan

merupakan suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu dari sumber daya yang

ada dalam suatu proses yang bertujuan untuk mengantisipasi terhadap segala

42
43

kemungkinan yang terjadi baik karena adanya permintaan maupun ada masalah

lain.

Jadi dari pengertian yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli dapat

disimpilkan bahwa persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki untuk

dijual atau digunakan dalam proses produksi atau untuk keperluan non produksi

untuk kepentingan bisnis.

3.1.1.1 Jenis-jenis Persediaan

Persediaan memiliki berbagai fungsi yang berbeda, maka dari itu

persediaan dalam prusahaan harus dikelompokkan agar persediaan dapat

berfungsi dengan baik dan berfungsi sebagaimana mestinya. Persediaan

merupakan bgaian yang sangat penting hampir bagi semua kegiatan bisnis.

Dimana persediaan diklasifikasi menjadi 3 kategori, menurut Ari (2012) yaitu :

1. Raw material adalah persediaan bahan mentah yang digunakan perusahaan

sebagai langkah awal proses produksi.

2. Work in process adalah persediaan barang setengah jadi atau barang yang

masih proses menjadi barang jadi.

3. Finish good adalah persediaan barang jadi yang siap untuk dijual.

Pada dasarnya pengelompokkan jenis persediaan memiliki tujuan yang

sama bagi perusahaan. Antara persediaan satu dengan yang lain saling

berhubungan untuk mendukung kemajuan perusahaan.

3.1.1.2 Tujuan Pengelolaan Persediaan

Tujuan pengelolaan persediaan sangat penting bagi perusahaan, karena

jika pengelolaan dilakukan dengan baik makan akan berdampak baik juga untuk
44

perusahaan. Menurut Ristono (2009) tujuan pengelolaan persediaan adalah

sebagai berikut :

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat.

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang menyebabkan terhentinya proses

produksi.

3. Untuk mempertahankan dan mrningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena akan

menyebabkan ongkos pengiriman menjadi besar.

5. Menjaga agar penyimpanan dan emplacement tidak besar-besaran, karena

biaya menjadi besar.

Jadi tujuan pengelolaan persediaan sangat penting karena sangat

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan konsumen, namun semua itu tidak

terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan persediaan, dimana

tugas bagi manajemen perusahaan untuk mengatur sebaik mungkin agar biaya

yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

3.1.1.3 Biaya Persediaan Bahan Baku

Karena dalam sistem industri pembahas tentang pengendalian persediaan

bahan bakku maka dalam kesempatan ini hanya akan difokuskan pada biaya

persediaan bahan baku. Di dalam pengendalian persediaan tentunya tidak terlepas

dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelolah persediaan.

Biaya-biaya inilah yang nantinya akan digunakan sebagai dasar dalam

menentukan harga.
45

Tujuan dari manajemen persediaan adalah untuk menyediakan persediaan

yang diperlukan guna menjamin kelangsungan operasi perusahaan pada tingkat

biaya yang minimal. Untuk itu langkah pertama yang perlu dilakukan oleh pihak

manajemen adalah mengidentifikasi semua biaya yang berkaitan dengan

pembelian dan penyimpanan perusahaan.

Dalam pengelola persediaan ada dua jenis biaya yang dipertimbangkan

menurut Martono (2007) yaitu:

Biaya pemesanan (Ordering cost) yaitu biaya yang dikeluarkan dalam

proses pemesanan barang. Biasa pemesanan ini meliputi :

a. Biaya selama proses pemesanan

b. Biaya pengiriman permintaan

c. Biaya penerimaan bahan

d. Biaya penempatan bahan ke dalam gudang

e. Biaya proses pembayaran

2. Biaya penyimpanan (Carrying cost) yaitu biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam rangka proses penyimpanan suatu barang atau bahan yang

dibeli. Biaya penyimpanan ini meliputi :

a. Biaya sewa gudang

b. Biaya pemeliharaan bahan gudang

c. Biaya modal (bunga) yang diperlukan untuk investasi barang yang

disimpan

d. Biaya asuransi

e. Biaya keuangan barang (kadarluwarsa barang)


46

3.1.1.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persediaan

Faktor yang memperngaruhi persediaan ini digunakan untuk menentukan

berapa persediaan yang optimal. Menurut Ristono (2009) memaparkan bahwa

besar kecilnya persediaan bahan baku dan bahan penolong dipengaruhi oleh

faktor:

1. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yakni persediaan ditaksir

berdasarkan ramalan kebutuhan proses produksi per periode.

2. Kontinuitas produksi tidak terhenti, dibutuhkan tingkat persediaan bahan

baku yang tinggi begitu juga sebaliknya.

3. Sifat bahan baku atau penolong dapat diketahui apakah cepat rusak atau

tahan lama.

Ketika perusahaan menentukan besar atau kecilnya persediaan perlu

dilakukan pertimbangan. Pertimbangan akan dipengaruhi oleh volume jumlah

persediaan yang dibutuhka atau direncanakan, biaya persediaan yang dikeluarkan

yang dipengaruhi oleh kegiatan produksi, sifat bahan baku yang digunakan, dan

waktu pemesanan hingga barang tiba.

3.1.1.5 Jenis-jenis Pengendalian Persediaan

Dalam sistem produksi, terdapat 2 jenis kebutuhan berdasarkan hubungan

dengan komponen lainnya, yaitu kebutuhan tak tergantung (independent) dan

kebutuhan yang tergantung (dependent).

Adanya 2 jenis kebutuhan tersebut mengakibatkan pengendalian

persediaan untuk masing-masing jenis produk menjadi berbeda. Produk dengan

kebutuhan yang independen seperti pada sistem jasa pertokoan yang menjual

produk jadi atau menjual komponen akan menggunakan pengendalian persediaan


47

(Economic Order Quantity = EOQ). Sedangan produk dengan kebutuhan yang

bersifat dependent seperti pada sistem manufaktur perakitan yang memproduksi

produk jadi akan menggunakan metode pengendalian dan perencanaan komponen

dengan (Material Requirement Planning = MRP).

1. Model Statis EOQ

Menurut Heizer (2011) economical order quantity (EOQ) adalah salah

satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan terkenal secara

luas, metode pengendalian persediaan ini menjawab dua pertanyaan penting

yakni kapan harus memesan dan berapa banyak harus memesan”.

Dengan memakai metode economical order quantity (EOQ), maka

perusahaan akan mampu memperkecil akan terjadinya out of stock,

sehingga hal tersebut tak akan mengganggu proses produksi pada suatu

perusahaan serta bisa menghemat biaya persediaan, oleh karena adanya

efisiensi persediaan bahan baku pada perusahaan tersebut.

A. Syarat Penerapan EOQ

Penerapan EOQ pada perusahaan akan lebih akurat apabila terlebih

dahulu perusahaan mengetahui apakah metode EOQ adalah metode yang

cocok diterapkan diperusahaan atau tidak. Penerapan EOQ harus

memperhatikan asumsi-asumsi yang dipakai.

Menurut Mursyidi (2008), model EOQ dapat diterapkan dengan

beberapa asumsi sebagai berikut:

a. Ada kuantitas yang tetap sama pada setiap pemesanan kembali (reorder

point).
48

b. Permintaan, biaya pemesanan, carrying cost dan purchase-lead time

diprediksi dengan baik dan tepat.

c. Biaya pembelian per unit tidak terhubung atau terpengaruh oleh jumlah

yang dipesan.

B. Perhitungan EOQ

Banyaknya faktor yang mempengaruhi persediaan akan menimbulkan

pemikiran untuk menentukan suatu pembelian persediaan yang optimal.

Yang harus dipertimbangkan dalam menentukan persediaan optimal yaitu:

a. Biaya pemesanan (Ordering cost)

b. Biaya penyimpanan (Carrying cost)

c. Biaya persediaan

Economic order quantity (EOQ)

Rumus Perhitungan Economic Order Quantity atau EOQ tersebut

adalah sebagai berikut: (Heizer, 2011 dalam Apriyani, 2017)

Dimana :

D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu


S = Biaya Pemesanan (Persiapan pesanan dan Penyimpanan mesin) per
pesanan
H = Biaya Penyimpanan per unit per tahun
49

Pemesanan ulang

Untuk mengetahui frekuensi pengiriman dengan jumlah kuantitas

pemesanan yang telah di tentukan maka dapat ditentukan dengan rumus:

𝐷
F=
𝑄
Dimana:
D = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhkan dalam satu periode tertentu.
Q = Economic Order Quantity (dalam unit)

Periode waktu pemesanan ulang


Periode waktu pemesanan ulang dapat ditentukan menggunakan rumus:

𝑊
Y =𝐹

Keterangan : W = Waktu Kerja


F = Pemesanan Ulang

Safety stock
Dalam menentukan safety stock perlu diketahui nilai dari standart deviasi
penggunaan bahan baku dasar. Rumus safety stock:

SS = Service level x std

Reorder point (ROP)


Reorder point atau titik pemesanan kembali merupakan saat yang dilakukan
untuk mengadakan pemesanan kembali produk atau bahan, sehingga pada
saat penerimaan bahan yang dipesan tepat waktu sesuai dengan kapasitas
yang diinginkan digudang. Untuk menentukan ROP dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
50

ROP = ( d x L ) + SS

Keterangan : d = Tingkat kebutuhan


L = Lead Time
SS = Safety Stock

Total biaya persediaan (TIC)

Hasil penjumlahan dari total biaya keseluruhan yang terkandung dalam


persediaan selama satu periode. Biaya persediaan tersebut yaitu biaya
penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pembelian. TIC minimum akan
terjadi pada tingkat pembelian yang ekonomis. TIC dapat dihitung dengan
rumus:

TIC = (Penggunaan rata-rata bahan baku) (h) + (s) (F)

2. Material Requirement Planning (MRP)

MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan, dan teknik pencatatan

terkomputerisasi yang dirancang untuk menerjemahkan Jadwal Induk

produksi atau MPS ( Master Production Schedulling) menjadi Kebutuhan

Bersih atau NR (Net Requirement) untuk semua item. MPS merupakan

pernyataan berapa unit dan kapan suatu produk dibuat.

Sistem MRP dikembangkan untuk membantu perusahaan

manufacturing mengatasi kebutuhan akan item-item dependent secara lebih

baik dan efisien. Selain itu system MRP didesain untuk melepaskan

pesanan-pesanan dalam produksi dan pembelian untuk mengatur aliran


51

bahan baku dan persediaan dalam proses sehingga sesuai dengan jadwal

produksi untuk produk akhir.

Menurut Nasution 2006) terdapat tiga input yang dibutuhkan oleh

sistem MRP, diantaranya:

1. Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi didasarkan pada peramalan atas permintaan

independen (independent emand) dari setiap produk akhir yang akan

dibuat.

2. Catatan Keadaan Persediaan

Menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Setiap

item persediaan harus didefinikan untuk menjaga agar perencanaan tidak

mengalami kekeliruan.

3. Struktur Produk

Struktur produk berisi informasi tentang hubungan antara komponen-

komponen dalam suatu perakitan.

Sedangkan output dari MRP antara lain:

1. Memberikan catatan tenang pesanan penjadwalan yang harus dilakukan

atau direncanakan, baik dari pabrik sendiri maupun dari supplier.

2. Memberikan indikasi untuk penjadwalan ulang.

3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan.

4. Memberikan indikasi untuk keadaan persediaan.

Output dari MRP juga dapat disebut sebagai suatu aksi yang

merupakan tindakan atas pengendalian persediaan dan penjadwalan

produksi.
52

Adapun langkah-langkah mendasar pada proses MRP adalah sebagai

berikut:

1. Netting (perhitungan kebutuhan berhasil)

2. Lotting (penentuan besarnya lot)

3. Offsetting (penetapan besarnya waktu ancang-ancang)

4. Explosion (perhitungan selanjutnya untuk item-item pada level

dibawahnya)

3.1.2 Aplikasi Di Perusahaan

CV. Al Fajar Kusen adalah perusahaan yang bergerak dalam industri

manufaktur yang menghasilkan kusen, pintu, jendela dll, dimana melakukan

kegiatan produksi ketika konsumen memesan dan perusahaan juga memiliki

persediaan kayu. Dari hasil wawancara dengan pihak CV. AL Fajar Kusen,

diketahui bahwa bahan baku untuk pembuatan produk jadi perusahaan terdiri dari

bahan kayu dan bahan alumunium. Untuk bahan baku kayu saat ini susah

didapatkan dan pembeliannya juga harus ke luar Kota Batam sehingga perusahaan

harus memiliki persediaan kayu sebelum kayu benar-benar habis. Berbeda dengan

bahan baku alumunium yang mudah untuk didapatkan dan bahannya juga banyak

dijual di Kota Batam sehingga tidak perlu menunggu jika ada pesanan dan

perusahaan hanya memiliki beberapa persediaan saja. Karena alasan tersebut

untuk pngendalian persediaan bahan bahan baku hanya difokuskan pada

persediaan bahan kayu. Dalam sebulan CV. AL Fajar Kusen mampu menjual

pintu sebanyak kurang lebih 40 buah, namun jumlah pesanan tidak setiap

bulannya sama. Berikut ini jumlah pembelian dan pemakaian kayu dari bulan

September 2017 – Agustus 2018 CV. Al Fajar Kusen:


53

Tabel 3.1 Pembelian dan Pemakaian Kayu September 2017- Agustus 2018

Pembelian Pemakaian
Bulan sisa (Kg)
(Kg) (Kg)
September 2,000 1,700 300
Oktober 2,000 1,850 150
November 2,000 2,000 0
Desember 2,000 1,950 50
Januari 2,000 1,650 350
Februari 2,000 1,600 400
Maret 2,000 1,750 250
April 2,000 2,000 0
Mei 2,000 1,900 100
Juni 2,000 1,950 50
Juli 2,000 1,600 400
Agustus 2,000 1,850 150
Total 24,000 21,800 2,200
Rata-Rata 2,000 1,817 183

Sumber: CV. Al Fajar Kusen

Keterangan: setiap 1 pintu membutuhkan sebanyak 50 Kg bahan baku kayu.

CV. Al Fajar Kusen melakukan pemesanan kayu sebanyak 1 kali dalam

sebulan yang diperkirakan perusahaan memesan sebanyak 2 ton kayu, pemesanan

kayu dilakukan jika persediaan kayu digudang masih tersedia kira-kira sebanyak

500 kg kayu atau pesenan dilakukan 3 minggu setelah barang yang sebelumnya

dipesan sudah datang. Dengan demikian perusahaan tidak mengalami kehabisan

persediaan dan kegiatan produksi tetap berjalan.

Dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku kayu CV. AL

Fajar Kusen belum menggunakan software atau motode apapun, perusahaan

masih menggunakan sistem manual atau perkiraan dalam mengendalikan

persediaan bahan baku.


54

Secara keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh CV. AL Fajar Kusen

sehubungan dengan pengendalian persediaan terdiri dari:

1. Biaya Persediaan

Biaya persediaan ini merupakan jumlah persediaan bahan baku

kayu di CV. Al Fajar Kusen.

Tabel 3.2 Biaya Persediaan

Jenis Biaya Rp per Bulan


Kayu 3.000.000
Plitur 195.000
Jumlah 3.195.000
Sumber: CV. Al Fajar Kusen 2018

2. Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan yaitu biaya pemesanan bahan baku kayu yang

dikeluarkan CV. Al Fajar Kusen yaitu biaya telephon atau pulsa dan biaya

transportasi.

Tabel 3.3 Biaya Pemesanan Bahan Baku


Jenis Biaya Rp per Bulan
Biaya telephon/pulsa 50.000
Biaya transportasi 500.000
Biaya tak terduga 300.000
Jumlah 850.000
Sumber: CV. ALfajar Kusen 2018

Jumlah biaya dikeluarkan perusahaan untuk biaya telephon dalam

sebulan sejumlah Rp. 50.000, untuk biaya transportasi dalam sebulan

adalah sebesar Rp. 500.000, dan biaya tak terduga sebesar Rp. 300.000

biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan selama pemesanan barang

diluar biaya telepon dan transportasi seperti: biaya memilih kayu

dipelabuhan, penurunan kayu dari kendaraan dll.


55

3. Biaya Penyimpanan

Selain biaya pemesanan CV. Al Fajar Kusen juga mengeluarkan

biaya penyimpanan persediaan dalam jangka waktu tertentu yang terdiri

dari biaya listrik, biaya pemeliharaan, dan biaya lain-lain.

Tabel 3.4 Biaya Pemeliharaan Bahan Baku


Jenis Biaya Rp per Bulan
Biaya listrik 50.000
Biaya pemeliharaan 100.000
Biaya lain-lain 500.000
Jumlah 650.000
Sumber : CV. Al fajar Kusen 2018

Biaya penyimpanan yang dikeluarkan CV. Al Fajar Kusen yaitu biaya

listrik sebulan sebesar Rp. 50.000, biaya pemeliharaan sebesar Rp. 100.000

biaya pemeliharaan ini merupakan pembelian solar yang digunakan untuk

mengolesi kayu agar tidak mudah lapuk dan dimakan rayap, selain itu ada

juga biaya lain-lain atau kayu yang lapuk sebesar Rp. 500.000.

3.2 Manajemen Industri

Menurut Hasibuan (2006) manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien

untuk mencapai suatu tjuan tertentu.

Sedangkan industri menurut Kartasapoetra (2000) adalah kegiatan ekonmi

yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi atau barang jadi

menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi lagi penggunaannya, termasuk

kegiatan rancang bangun industri dan perekayasaan industry.

Secara luas manajemen industri adalah kemampuan manajemen dalam

pengembangan industri atas berbagai pengertiannya dengan prinsip perencanaan


56

hingga kontrol (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling atau POAC),

pemenuhan fungsi-fungsi manajerial untuk mencapai tujuan usaha, tingkatan

manajemen dengan dukungan keterampilan yang diperlukan menurut sarana

penggerak usaha seperti sumber daya manusia (SDM) hingga pasar.

Tujuan diterapkannya manajemen industri adalah bagaimana mengelola

manusia sumber daya dan teknologi yang dimiliki agar mampu optimal dalam

produksi. Manajemen industri ini merupakan bagian dari teknik industri. Dimana

antara sumberdaya, manusia, dan mesin dapat berjalan secara optimal dan

menghasilakan keuntungan pada industri.

3.2.1 Akuntansi Biaya

3.2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Dalam perusahaan manufaktur untuk melakukan kegiatan produksi

tentunya tidak terlepas dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Sebelum membahas

tentang akuntansi biaya kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu biaya.

Berikut ini adalah pengertian biaya menurut beberapa ahli:

Menurut Carter (2006), biaya didefinisikan sebagai : “Nilai tukar,

pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaat”

Adapun menurut Mursyidi (2008) mengemukakan bahwa biaya adalah:

“Pengorbanan sumber ekonomi baik yang berwujud maupun tidak berwujud yang

tidak dapat diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk mencapai tujuan

tertentu”.
57

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, biaya adalah pengorbanan yang

dikeluarkan baik berwujud maupun tidak berwujud yang diharapkan akan

memberikan keuntungan dimasa kini dan dimasa yang akan datang.

Akuntansi biaya secara luas dianggap sebagai perhitungan atas nilai

perhitungan persediaan dan harga pokok penjualan yang digunakan untuk

menentukan harga jual produk. Berikut ini adalah pengertian akuntansi biaya

menurut beberapa ahli:

Menurut Mulyadi (2010) “Akuntansi biaya adalah proses pencatatan,

penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk

atau jasa dengan cara-caran tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.

Menurut Bustami (2010) “Akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi

yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur, dan pelaporan informasi

biaya yang digunakan. Disamping itu akuntansi biaya juga membahas tentang

penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi dan dijual kepada

pemesan maupun untuk pasar, serta untuk persediaan produk yang akan dijual”.

Sedangkan menurut Carter (2009) “Akuntansi biaya melengkapi

manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan

pengendalian, serta pengambilan keputusan baik yang bersifat rutin maupun yang

bersifat strategik”.

2.2.1.2 Peranan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya merupakan perangkat yang dibutuhkan manajemen untuk

aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas, meningkatkan

efisiensi serta membuat keputusan – keputusan yang bersifat rutin maupun yang
58

bersifat strategis. Berkaitan dengan hal tersebut, maka akuntansi biaya dapat

membantu manajemen dalam menyelesaikan tugas-tugas. Peranan akuntansi biaya

menurut Carter (2009) adalah sebagai berikut:

1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggran untuk beroperasi dalam

kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksi sebelumnya.

2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian

aktivitas, mengurangi biaya, dan memperbaiki kualitas.

3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari

setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan

untuk evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau devisi.

4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun

atau untuk periode lain yang lebih pendek.

5. Memilih diantara dua atau lebih alternative jangka pendek atau jangka

panjang yang dapat mengubah pendapatan dan biaya.

2.2.1.3 Klarifikasi Biaya

Klarifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses

pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen baiya yang ada

kedalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan

informasi yang lebih ringkas dan penting. Buatami (2010) menyatakan biaya

produksi adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari

bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Berikut adalah penjelasan tentang biaya produksi :


59

1. Biaya bahan baku langsung

Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada

produk selesai.

Contohnya : kayu dalam pembuatan mebel, kain dalam pembuatan pakaian,

karet dalam pembuatan ban, dll.

2. Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang digunakan dalam merubah atau

mengorversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara

langsung kepada produk jadi.

Contohnya : upah tukang serut dan potong kayu dalam pembuatan meubel,

upah penjahit dalam pembuatan pakaian.

3. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga

kerja langsung tetapi membantu dalam mengubah bahan menjadi produk

jadi. Biaya ini tidak dapat ditelusuri langsung kepada produk jadi. Biaya

overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi :

a. Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong)

b. Tenaga kerja tidak langsung

c. Biaya tidak langsung lainnya.

Menurut Mulyadi (2010), klasifikasi biaya dapat digolongkan menjadi lima

golongan, yaitu sebagai berikut :


60

1. Obyek pengeluaran

Nama obyek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya

nama obyek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran

yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.

2. Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu:

a. Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengola

bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Secara gari besar biaya

produksi dibagi menjadi : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya pemasaran, merupakan biaya-biayan yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

c. Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk

mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya

biaya gaji karyawan bagian keuangan, biaya personalia dll.

3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam

hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dikelompokkan menjadi

dua golongan, yaitu:

a. Biaya langsung (Direct cost), biaya yang terjadi yang penyebab satu-

satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Dlam kaitanya

dengan produk, biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya

tenaga keja langsung.


61

b. Biaya tidak langsng (Indirect cost), biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dlam

hubungannya engan produksi disebut dengan istilah dengan biaya

produksi tidak langsung dan biaya overhead pabrik.

4. Prilaku biaya dalam hubungannya engan perubahan volume kegiatan, biaya

dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Biaya variabel (Variable cost), biaya yang jumlah totalnya berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja langsung.

b. Biaya semivariabel adalah biaya uang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung unsur

biaya tetap dan biaya variabel. Contohnya biaya listrik yang digunakan.

c. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan

tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi

tertentu.

d. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume

kegiatan tertentu. Contohnya biaya gaji.

5. Jangka waktu manfaatnya, biaya dibagi menjadi 2 bagian yaitu:

a. Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang mempunyai

manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contohnya pengeluaran untuk

pembelian aktiva tetap.

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya

mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran.


62

Contohnya pengeluaran pendapatan antara lain biaya iklan, biaya tenaga

kerja.

Keberhasilan dalam merencanakan dan pengendalikan biaya tergantung

pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dengan aktivitas

bisnis.

3.2.2 Aplikasi Di Perusahaan

Setiap perusahann tentunya akan mengeluarkan pergorbanan atau biaya,

pengorbanan atau biaya merupakan hal yang harus dikeluarkan oleh perusahaaan

guna memperoleh keuntungan. Antara perusahaan dibidang jasa atau dagang dan

perusahaan dibidang manufaktur memiliki biaya yang berbeda, dimana dalam

perusahaan manufaktur atau industri biaya yang dikeluarkan biasanya berupa

biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik, seperti yang dikeluarkan oleh CV. Al Fajar Kusen.

1. Biaya Bahan Baku Langsung

Biaya bahan baku langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk bahan-

bahan yang digunakan dalam membuat produk kusen dan pintu kayu.

Tabel 3.5 Biaya Bahan Baku Langsung


Jenis Biaya Rp per Bulan
Kayu 3.000.000
Plitur 195.000
Jumlah 3.195.000
Sumber: CV. ALfajar Kusen 2018

Jumlah biaya bahan baku langsung yang dikeluarkan perusahaan dalam

sebulan sekitar Rp. 3.195.000.


63

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Dalam proses produksi tentunya ada karyawan yang melakukan kegiatan

tersebut. Untuk karyawan yang berhubungan langsung dengan kegiatan

produksi di CV. Al Fajar Kusen terdapat 5 karyawan yang berhubungan

langsung dengan kegiatan produksi.

Tabel 3.6 Biaya Tenaga Kerja Langsung


Jenis Biaya Rp per Bulan
Gaji Karyawan 15.000.000
Jumlah 15.000.000
Sumber : CV. Al fajar Kusen 2018

3. Biaya Overhead Pabrik

Selain bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung juga terdapat

biaya tak terduga lainnya baik yang berhubungan dengan produksi maupun

yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Berikut adalah biaya

overhead yang dikeluarkan oleh CV. AL Fajar Kusen.

Tabel 3.7 Biaya Overhead Pabrik

Jenis Biaya Rp per Bulan


Gaji admin 3.000.000
Biaya listrik 700.000
Biaya air 300.000
Biaya transportasi 1.500.000
Biaya lain-lain 3.000.000
Jumlah 8.500.000
Sumber: CV. AL Fajar Kusen 2018
BAB IV
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAYU
MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
(EOQ) DI CV. AL FAJAR KUSEN

4.1 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kayu

Persediaan bahan baku merupakan bagian yang sangat penting bagi

perusahaan sebagai bahan utama dalam proses produksi pintu, tanpa adanya bahan

baku perusahaan tidak dapat beroperasi, oleh sebab itu persediaan bahan baku

perlu dikendalikan. Pengendalian persediaan juga memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan

cepat.

2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak

mengalami kehabisan persediaan yang menyebabkan terhentinya proses

produksi.

3. Untuk mempertahankan dan mrningkatkan penjualan dan laba perusahaan.

4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena akan

menyebabkan ongkos pengiriman menjadi besar.

Dengan adanya pengendaliaan persediaan perusahaan dapat mengetahui

bahan baku yang dibutuhkan. Akan tetapi pada CV. Al Fajar Kusen dalam

melakukan pengendaliaan persediaan tidak menggunakan metode apapun hanya

menggunakan perkiraan, sehingga kemungkinan kehabisan bahan baku dapat

terjadi.

64
65

4.2 Data Persediaan Bahan Baku Kayu

1. Pembelian dan Pemakaian Bahan Baku Kayu

Sebagai perusahaan manufaktur tentunya CV. Al Fajar Kusen

memiliki persediaan bahan baku kayu. Berikut ini adalah jumlah

pembelian dan penggunaan bahan baku kayu pada bulan September 2017

– Agustus 2018.

Tabel 4.1 Pembelian dan Penggunaan Bahan Baku Kayu

Pembelian Pemakaian
Bulan sisa (Kg)
(Kg) (Kg)
September 2,000 1,700 300
Oktober 2,000 1,850 150
November 2,000 2,000 0
Desember 2,000 1,950 50
Januari 2,000 1,650 350
Februari 2,000 1,600 400
Maret 2,000 1,750 250
April 2,000 2,000 0
Mei 2,000 1,900 100
Juni 2,000 1,950 50
Juli 2,000 1,600 400
Agustus 2,000 1,850 150
Total 24,000 21,800 2,200
Rata-Rata 2,000 1,817 183
Sumber: CV. Al Fajar Kusen 2018

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pembelian bahan baku kayu

setiap bulannya tetap yaitu sebesar 2.000 kg. Sedangkan jumlah

pemakaian terbesar terjadi pada bulan Noverber 2017 dan April 2018

sebesar 2.000 kg. Untuk rata-rata pembelian bahan baku kayu selama

setahun sebesar 2.000 kg , dibandingkan dengan pemakaian bahan baku

kayu yang rata-rata dalam per bulannya mencapai 1.817 kg. Hal ini
66

menunjukkan bahwa tingakt pembelian lebih tinggi dibandingkan tingkat

pemakaian bahan baku kayu.

2. Biaya Pemesanan

Tabel 4.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku

Jenis Biaya Rp per Bulan


Biaya telephon/pulsa 50,000
Biaya transportasi 500,000
Biaya tak terduga 300,000
Jumlah 850,000
Sumber: CV. AL Fajar Kusen

Setiap kali pemesanan bahan baku perusahaan mengeluarkan biaya

sebanyak Rp. 850.000. Dalam setahun perusahaan melakukan pemesanan

bahan baku kayu sebanyak 12 kali, dengan demikian biaya pemesanan

bahan baku kayu adalah sebesar Rp. 10.200.000.

3. Biaya Penyimpanan

Tabel 4.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku

Jenis Biaya Rp per Bulan


Biaya listrik 50,000
Biaya pemeliharaan 100,000
Biaya lain-lain 500,000
Jumlah 650,000
Sumner: CV. Al Fajar Kusen

Biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan dalam setahun

adalah Rp. 7,800,000. Jadi biaya yang dikeluarkan perusahaan adalah

sebesar Rp. 3,900. Biaya ini didapat dari pembagian antara total biaya

penyimpanan dalam setahun dengan hasil rata-rata pembelian bahan baku

kayu dalam setahun sebesar 2,000 kg.


67

4.3 Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan EOQ

Model EOQ (Economic Order Quantity) merupakan model yang

menentukan jumlah barang yang harus dipesan untuk memenuhi permintaan

barang konsumen dengan biaya yang dimaksimalkan. Jumlah penggunaan bahan

baku kayu, biaya setiap kali pemesanan, dan biaya penyimpanan per unit adalah

seagai berikut:

Tabel 4.4 Penggunaan bahan baku kayu, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan

Uraian Pemakaian
Kuantitas (Kg) 21,800
Biaya pemesanan (Rp) 850,000
Biaya penyimpanan )Rp) 3,900

Tabel 4.5 Pemakaian Bahan Baku

Bulan Pemakaian
Sep-17 1,700.00
Oct-17 1,850.00
Nov-17 2,000.00
Dec-17 1,950.00
Jan-18 1,650.00
Feb-18 1,600.00
Mar-18 1,750.00
Apr-18 2,000.00
May-18 1,900.00
Jun-18 1,950.00
Jul-18 1,600.00
Aug-18 1,850.00
Jumlah 21,800.00
Rata-Rata 1,816.67
Standart deviasi 151.26
Service level 0.75
Servive faktor 0.67
Sumber: Data diolah sendiri
68

Berdasarkan tabel diatas selama bulan September 2017 – Agustus 2018

didapatkan perincian sebagai berikut:

a. Kuantitas (kg) didapatkan dari jumlah pemakaian bahan baku kayu sebesar

21,800 kg selama setahun.

b. Biaya pemesanan didapat dari jumlah total biaya pemesanan sebesar Rp.

850,000.

c. Biaya penyimpanan didapat dari jumlah total biaya penyimpanan sebesar

Rp. 3,900

1. Economic Order Quantity (EOQ)

Diketahui nilai masing-masing adalah :

S = Rp. 850,000

D = 21,800 kg

H = Rp. 3,900

Jadi nilai dari EOQ adalah sebagai berikut:

2𝐷𝑆
EOQ = √
𝐻

2 𝑥 21,800 𝑥 850,000
=√
3,900

37,060,000,000
=√
3.900

= √9,502,564.102

= 3,083 kg
69

2. Perhitungan Pemesanan Ulang

Dengan nilai masing-masing:

D = 21,800 kg

Q/EOQ = 3,083 kg

Perhitungan pemesanan ulang adalah sebagai berikut:

𝐷
F =
𝑄

21,800
=
3,083

= 7 kali

3. Periode Waktu Setiap Kali Pemesanan Ulang

Diketahui : W (waktu kerja) = 317 hari

F = 7 kali

Perhitungan:

𝑊
Y =
𝐹

317
=
7

= 45.3 dibulatkan 45 hari

4. Menentukan Jumlah Safety Stock

Dalam menentukan safety stock perlu diketahui nilai dari standart deviasi

penggunaan bahan baku. Perusahaan telah mengasumsikan service level

75% atau 0.67, dan untuk standart deviasi 151.26.

SS = Service level x standart deviasi

= 0.67 x 151.26

= 101.34 kg
70

5. Menentukan Pemesanan Kembali (Reorder Point)

Untuk mengetahui reorder point harus mengetahui terlebih dahulu nilai (d)

Tingkat kebutuhan dalam satuan waktu, yang diperoleh dengan rumus:

Diketahui : D = 21,800

Waktu kerja = 317 hari

𝐷
d =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

21,800
=
317

= 69 kg

Sehingga dapat dicari nilai dari ROP adalah sebagai berikut:

Nilai lead time (LT) = 7 hari

Safety stock (SS) = 101,34 kg

ROP = ( d x LT ) + SS

= ( 69 x 7 ) + 101.34

= 483 + 101.34

= 584,34 kg

6. Perhitungan Total Biaya Persediaan (TIC)

Untuk mengetahui total biaya persediaan bahan baku kayu minimal yang

diperlukan perusahaan menggunakan EOQ. Hal ini dilakukan untuk

penghematan biaya persediaan perusahaan. Perhitungan TIC adalah

sebagai berikut :

Diketahui : D = 21,800 kg

Q = 3,083
71

S = Rp. 850.000

h = Rp. 3,900

Perhitungan:

TIC = (D/Q)s + (Q/2)h

= (21,800/3,083) Rp. 850,000 + (3,083/2) Rp. 3,900

= Rp. 6,010,379 + 6,011,850

= Rp. 12,022,229

Total biaya persediaan yang dikeluar CV. AL Fajar Kusen menurut

metode EOQ selama September 2017 – Agustus 2018 adalah Rp.

12,022,229. Sedangkan perhitungan total biaya persediaan pada kebijakan

perusahaan adalah sebagai berikut:

TIC = (Penggunaan rata-rata bahan baku) (h) + (s) (F)

= ( 1,817 x Rp. 3,900 ) + ( Rp. 850,00 x 12 )

= Rp. 7,086,300 + Rp. 10,200,00

= Rp. 17,286,300

Total biaya persediaan yang dikelurkan CV. Al Fajar Kusen menurut

kebijakan perusahaan adalah sebesar Rp. 17,286,300. Dari semua hasil

hasil perhitungan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Tabel 4.6 Rekapitulasi Perhitungan

Uraian Jumlah
EOQ (kg) 3,083.00
Pemesanan Uang (kali) 7.00
Periode Waktu Pemesanan (hari) 45.00
Reorder point 584.34
Biaya Total Persediaan (Rp) 12,022,229.00
72

Dari tabel 4.6 Dapat disimpulkan bahwa pemesanan bahan baku kayu yang

ekonomis adalah 3,083 kg dengan frekuensi pemesanan bahan baku kau sebanyak

7 kali dengan periode waktu pemesanan ulang adalah 45 hari dan waktu

pemesanan ulang (reorder point) pada saat persediaan tersisa sebanyak 584,34 kg

dengan biaya total persediaan ekonomis sebesar Rp. 12,022,229.

Anda mungkin juga menyukai