Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN DALAM KEPERAWATAN

“METODE PEMBELAJARAN DI KLINIK”

Dosen : Hasriani, S.Kep,Ns, M.Kep

KELOMPOK II

DEWI PURNAMA SARI 2110043


LA ODE FARDIANSYAH 2110045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2013

KATA PENGANTAR

‫ﷲالررححممحن ااررححيم‬
‫حبحســــــــــــــــحم ا ح‬
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subbhana Wa Ta’ala
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah sehingga kami dapat

i.
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang “Metode Pembelajaran Klinik”.

Dalam penyusunan makalah ini, saya selaku penulis banyak


mendapatkan tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
teman-teman kelompok tantangan itu bisa teratasi. Oleh dari itu, saya
sebagai penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada teman-teman kelompok yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Allah Subbhana Wa Ta’ala.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari bentuk


penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk penyusunan selanjutnya.

Akhir kata semoga makalh ini dapat memberikan manfaat kepada


kita semua.

Makassar, 17 Juli 2013

Kelompok II

DAFTAR ISI
Hal.
Kata pengantar............................................................................. i.
Daftar Isi...................................................................................... ii.

Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ......................................................... 1.
1.2. Tujuan .................................................................... 2.

Bab II Pembahasan
2.1. Defenisi ................................................................... 3.
2.2. Keunggulan pembelajaran Klink ................................ 3.
2.3. Tantangan Pembelajaran Klinik ................................. 3.
2.4. Masalah Pembelajaran Klinik ..................................... 4.
2.5. Metode-metode Pembelajaran Klinik ......................... 4.
2.6. Evaluasi Praktik Keperawatan ................................... 11.

ii.
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan............................................................... 13.

Daftar Pustaka.............................................................................. iii.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan tinggi keperawatan merupakan tingkatan
pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawatan professional.
Proses pendidikan ini dilaksanakan melalui dua tahap, yaitu tahap
akademik dan tahap profesi. Proses pendidikan tahap profesi di
Indonesia dikenal dengan pembelajaran klinik dan lapangan, yang
bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menerapkan ilmu yang dipelajari dikelas (pada tahap
akademik) ke praktik klinik. Program profesi (pengalaman belajar
klinik – PBK dan pengalaman belajar lapangan- PBL) merupakan
proses transformasi mahasiswa menjadi perawat professional.
Dengan kata lain, peserta didik dengan perilaku awal sebagai
mahasiswa keperawatan, setelah memperoleh PBK dan PBL dia
akan memiliki perilaku sebagai perawat professional. Dalam fase
ini, peserta didik mendapat kesempatan beradaptasi pada perannya
sebagai perawat professional dalam masyarakat keperawatan dan
lingkungan pelayanan atau askep.

Pada kesempatan kali ini akan dibahas tentang pemberian


metode pembelajaran di klinik atau bisa disebut dengan model

iii.
bimbingan praktik pada pendidikan keperawatan. Program Profesi
Pengalaman belajar klinik (PBK) dan pengalaman belajar lapangan
(PBL) adalah suatu proses transformasi mahasiswa menjadi
perawat professional yang memberikan kesempatan mahasiswa
untuk beradaptasi dengan perannya sebagai perawat professional
dalam melakasanakan praktik keperawatan professional di situasi
nyata pada pelayanan kesehatan klinik.

1.2. Tujuan
a) Mahasiswa mampu memahami tentang metode pembelajaran di
klinik.
b) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang tujuan, kesalahan dan
evaluasi dari satu metode.

BAB II
PEMBAHASAN

iv.
2.1. Definisi
Pembelajaran praktisi klinik adalah suatu bentuk pengalaman
belajar profesional yang menekankan pada pentingnya klien,
mahasiswa dan konteks situasional proses pembelajaran terjadi.

2.2. Keunggulan Pembelajaran Klinik


Belajar di lingkungan klinik memiliki banyak keunggulan.
Pembelajaran klinik berfokus pada masalah nyata dalam konteks
praktik profesional. Peserta didik termotivasi oleh kesesuaian
kompetensi yang di lakukan melalui partisipasi aktif pembelajaran
klinik; sedangkan, pemikiran, tindakan, dan sikap profesional di
perankan oleh pembimbing klinik (clinical instruction – CI).
Lingkungan klinik merupakan wadah bagi mahasiswa untuk belajar
pemeriksaan fisik, argumentasi klinik, pengambilan keputusan,
empati, serta profesionalisme yang di ajarkan dan di pelajari
sebagai satu kesatuan.

2.3. Tantangan Pembelajaran Klinik


Tantangan dari pengajaran klinik adalah sebagai berikut :
 Di batasi oleh waktu.
 Berorientasi pada tuntutan klinik (jumlah klien dan mahasiswa).
 Meningkatnya jumlah mahasiswa.
 Jumlah klien yang sedikit (hari rawat inapnya pendek, ada klien
yang menolak inform consent).
 Lingkungan klinik terkadang kurang kondusif bagi pembelajaran
(sarana dan prasarana).
 Reward yang di terima oleh pembimbing klinik kurang
memenuhi standar.
2.4. Masalah Pembelajaran Klinik
Masalah utama dalam pembelajarn klinik adalah sebagai
berikut :
 Belum jelasnya tujuan yang ingin di capai.
 Lebih cenderung untuk fokus pada aspek pengetahuan
berdasar fakta daripada pengembangan sikap serta
keterampilan memecahkan masalah.
 Peserta didik lebih banyak melakukan observasi pasif di
bandingkan partisipasi aktif.

v.
 Supervisi yang belum adekuat dan kurangnya masukan dari
pembimbing klinik.
 Kesempatan untuk berdiskusi masih kurang.
 Kurangnya penghargaan terhadap privasi dan harga diri klien.

Berbagai prinsip mengajar yang baik dapat diintegrasikan ke


dalam pengajaran klinik, salah satu hal penting yang perlu di
lakukan adalah perencanaan. Fungsi perencanaan adalah
memberikan panduan pada pembimbing dan mahasiswa dalam
struktur dan konteks seperti kerangka kerja untuk refleksi dan
evaluasi.

2.5. Metode Pembelajaran Di Klinik


Metode pembelajaran merupakan salah satu metode mendidik
peserta didik di klinik, yang memungkinkan pendidik memilih dan
menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan tujuan dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep
pembelajaran.

Jenis metode pembelajaran klinik/lapangan yang biasanya


digunakan adalah eksperinsial, konferensi, observasi, ronde
keperawatan dan bed side teaching.

A. Experensial
 Pengertian Experensial
Suatu metode yang dipergunakan pembimbing
akademik dalam membatu peserta didik dalam
menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan
terhadap kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga
pasien.

 Kegunaan dari metode eksperinsial adalah sebagai berikut :


1. Membantu menganalisis situasi klinik melalui proses
identifikasi masalah.

vi.
2. Menentukan tindakan yang akan diambil.
3. Mengimplementasikan pengetahuan ke dalam masalah
klinik.
4. Menekankan hubungan antara pengalaman belajar lalu
dan pengalaman terhadap masalalu lalu.
5. Berasal dari teori kognitif yang dipadukan dengan teori
proses informasi dan teori pengambilan keputusan.
6. Kegiatan pada metode ini meliputi :
 situasi penyelesaian masalah.
 membantu peserta didik meningkatkan sikap
professional.
 mampu menerapkan masalah konseptual
keperawatan dalam kurikulum berdasarkan masalah
actual.
7. Menggambarkan secara tertulis kejadian atau peristiwa
dengan tujuan :
 menanggulangi masalah yang terdapat di klinik ;
 mengidentifikasi data relevan yang menunjang
masalah ;
 mengajukan hipotesis yang relevan ;
 merencanakan tindakan keperawatan yang tepat ;
 menerapkan teori ke dalam praktek.
8. Situasi pengambilan keputusan.
9. Merupakan situasi penyelesaian masalah yang
memerlukan pengambilan keputusan.
10. Peserta didik melakukan :
 Pengujian data yang ada.
 Pengidentifikasian alternatif tindakan.
 Penentuan prioritas tindakan.
 Pembuatan keputusan.

vii.
11. Melengkapi situasi pengambilan keputusan secara
indidvidual atau kelompok.
12. Berdiskusi dan menggali proses berpikir dalam
menanggapi situasi.

 Proses Insiden
Keguanaan dari proses insiden adalah sebagai berikut :
a. Membantu peserta didik mengembangkan keterampilan
reflektif berdasarkan kejadian klinik/insiden.
b. Insiden berasal dari pengalaman praktik aktual atau
dikembangkan secara hipotetikan.
c. Bisa dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan
praktik.

B. Konferensi
Keguanaan dari metode konferensi adalah sebagai berikut :
1. Dirancang melalui diskusi kelompok
2. Meningkatkan pembelajaran penyelesaian masalah dalam
kelompok, melalui analisis kritikal, pemilihan alternatif
pemecahan masalah, dan pendekatan kreaktif.
3. Memberikan kesempatan mengemukakan pendapat dalam
menyelesaikan masalah.
4. Menerima umpan balik dari kelompok atau pengajar.
5. Memberi kesempatan terjadi peer review, diskusi
kepedulian, issue, dan penyelesaian masalah oleh disiplin
lain.
6. Berinteraksi dan menggunakan orang lain sebagai
narasumber.
7. Meningkatkan kemampuaan memformulasikan idea.
8. Adanya kemampuan konstribusi peserta didik.

viii.
9. Meningkatkan percaya diri dalam berinteraksi dengan
kelompok.
10. Kemampuan menggali perasaan, sikap dan nilai-nilai yang
mempengaruhi praktik.
11. Mengembangkan keterampilan beragumentasi.
12. Mengembangkan keterampilan kepemimpinan.

Jenis konferensi adalah sebagai berikut :


 pre dan post konferensi,
 peer review,
 issue dan
 multidisiplin.

C. Observasi (Ronde Keperawatan)


Manfaat dari observasi adalah sebagai berikut ;
 Mendapatkan pengalaman atau contohnya.
 Mengembangkan perilaku baru untuk pembelajaran masa
mendatang.
 Kegiatannya meliputi ; observasi lapangan, fieldrip,
demonstrasi dan ronde keperawatan.

 Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan merupakan suatu metode
pembelajaran klinik yang memungkinkan peserta didik
menstranfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis
kedalam praktik keperawatan langsung.

1. Tujuan
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis.
b. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan
keperawatan berasal dari masalah klien.

ix.
c. Meningkatkan pola pikir sistematis.
d. Meningkatkan validitas data klien.
e. Menilai kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan.
f. Meningkatkan kemampuan membuat jastifikasi,
menilai hasil kerja, dan memodifikasi Renpra.
2. Karakteristik
a. Klien dilibatkan langsung
b. Klien merupakan fokus kegiatan peserta didik
c. Peserta didik dan pembimbing melakukan diskusi
d. Pembimbing memfasilitasi kreaktifitas pesrta didik
adanya ide-ide baru.
e. Pembimbing klinik membantu mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengatasi masalah.

3. Kelemahan
Klien dan keluarga merasa kurang nyaman dan privacy
terganggu

4. Tujuan Ronde Keperawatan


a. Menumbuhkan cara berpikir kritis
b. Menumbuhkan pemikiran bahwa tindakan
keperawatan berasal dari masalah klien.
c. Meningkatkan pola pikir sistematis
d. Meningkatkan validitas data klien
e. Menilai kemampuan menentukan diagnosa
keperawatan.
f. Menilai kemampuan membuat justifikasi
g. Menilai kemampuan menilai hasil kerja

x.
h. Menilai kemampuan memodifikasi rencana
keperawatan.

5. Peran/tugas Peserta Didik


a. Menjelaskan data demografi
b. Menjelaskan masalah keperawatan utama
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menentukan tindakan selanjutnya
f. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang diambil

6. Peran Pembimbing
a. Membantu peserta didik untuk belajar.
b. Mendukung dalam proses pembelajaran
c. Memberikan justifikasi
d. Memberikan Reinforcement
e. Menilai kebenaran dari masalah dan intervensi
keperawatan serta rasional tindakan.
f. Mengarahkan dan mengoreksi.
g. Mengintegrasikan teori, dan konsep yang telah
dipelajari.

7. Masalah
a. Berorientasi pada prosedur keperawata
b. Persiapan sebelum praktik kurang memadai
c. Belum ada keseragaman tentang hasil ronde
keperawatan.
d. Belum ada kesepakatan tentang rmodel ronde
keperawartan.

D. Bed Side Teaching

xi.
1. Pengertian
Bed Side Teaching merupakan metode mengajar pada
peserta didik, dilakukan disamping tempat tidur klien meliputi
kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan
yang dibutuhkan oleh klien.

2. Manfaat
Agar pembimbing klinik dapat mengajarkan dan mendidik
peserta didik untuk menguasai keterampilan prosedural,
menumbuhkan sikap profesional, mempelajari
perkembangan biologis/fisik, melakukan komunikasi melalui
pengamatan langsung.

3. Prinsip
a. Sikap fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik
peserta didik dan klien.
b. Jumlah peserta didik dibatasi (ideal 5-6 orang)
c. Diskusi pada awal dan paska demonstrasi didepan klien
dilakukan seminimal mungkin.
d. Lanjutkan dengan redemonstrasi
e. Kaji pemahaman peserta didik sesegera mungkin
terhadap apa yang didapatnya saat itu.
f. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang
belum pernah diperoleh peserta didik sebelumnya, atau
apabila peserta didik menghadapi kesulitan menerapkan.

4. Persiapan
a. Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan
keterampilan teknik prosedural dan interpersonal.

xii.
b. Koordinasi dengan staff diklinik agar tidak mengganggu
jalannya rutinitas perawatan klien.
c. Melengkapi peralatan atau fasilitas yang akan digunakan.

2.6. Evaluasi Praktik Keperawatan


Evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-
keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem
pembelajaran.

Evaluasi belajar mengajar merupakan bagian integral dalam


proses pendidikan. Karena itu harus dilakukan oleh setiap pendidik
sebagai bagian dari tugasnya dalam merancang sistem
pembelajaran. Setiap merancang sistem pembelajaran, sebaiknya
telah ditetapkan terlebih dahulu tujuan-tujuan yang ingin dicapai
yang akan dituangkan dalam rumusan rencana evaluasi. Evaluasi
10 atau penilaian tidak hanya dilakukan terhadap hasil belajar
tetapi juga dilakukan terhadap proses pengajaran itu sendiri.
Banyak keuntungan yang didapat apabila evaluasi telah
direncanakan sebelumnya dan dikelola dengan baik. Keuntungan-
keuntungan itu antara lain:
 Memberikan kemudahan dalam mengkaji ulang
model atau rancangan pembelajaran yang telah disusun.
 Membantu dalam mengumpulkan informasi
tentang pemahaman peserta didik terhadap suatu materi dan
memberikan waktu yang cukup untuk merancang tes sehingga
tes yang dilakukan tidak terkesan asal-asalan.

Pengelolaan evaluasi pembelajaran klinik adalah pelaksanaan


evaluasi terhadap pembelajaran di klinik. Pembelajaran di klinik
tidak sama dengan pembelajaran di kelas atau pun di laboratorium.
Mahasiswa yang melaksanakan praktik biasanya terbagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 8-12 mahasiswa untuk

xiii.
setiap bagian. Masing-masing bagian melaksanakan praktik klinik
selama tiga sampai dengan empat minggu, tergantung kompetensi
yang harus dicapai mahasiswa dan bobot SKS yang harus ditempuh
pada setiap bagian. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran klinik ada
kecenderungan dilaksanakan pada minggu terakhir di setiap
siklusnya.

Pengelolaan evaluasi pada setiap bagian bisa saja berbeda,


akan tetapi prinsip, syarat, alat dan model evaluasi sebaiknya
dipahami instruktur klinik. Sehingga evaluasi yang dilaksanakan
benar-benar mampu menilai pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Hasil evaluasi bukan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif
atau keberuntungan. Baik buruknya hasil evaluasi akan menjadi
indikator suatu institusi, bahkan turut menentukan apakah suatu
program masih layak dipertahankan seandainya berdasarkan hasil
evaluasi yang telah dilakukan adalah kurang memuaskan. Oleh
karena itu baik tidaknya pengeloaan evaluasi ikut menentukan
penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang harus
dicapainya dan berdampak pada mutu suatu institusi.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pengalaman belajar klinik dan lapangan merupakan proses
pembelajaran yang penting diberikan kepada peserta didik untuk
mempersiapkan mereka menjadi perawat profesional pemula.
Melalui pengalaman belajar klinik dan lapangan diharapkan dapat
membentuk kemampuan akademik dan profesional, mampu
mengembangkan ketrampilan dalam memberikan pelayanan atau
asuhan keperawatan profesional, serta dapat berorientasi dengan
peran profesionalnya.

xiv.
Untuk mencapai tujuan dari BK atau PBL, secara efektif,
diperlukan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan belajar dan fasilitas belajar serta komunikasi profesional
yang kondusif, baik di rumah sakit pendidikan maupun dikomunitas.

Daftar Pustaka

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan


Sistem. Bumi Aksara : Jakarta
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Keperawatan
Profesional. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Keperawatan
Profesional. Edisi ke-2. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam & Ferry E. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.

xv.

Anda mungkin juga menyukai