Anda di halaman 1dari 23

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMK Hidayatul Mubtadi’in Kendal


Mata pelajaran : Bahasa Jawa
Tahun Pelajaran : 2019/ 2020
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Teks Eksposisi
Alokasi Waktu : 3 x pertemuan (6 x 45 menit)

A. Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

No. Kompetensi Dasar Indikator


3.4 Menelaah teks eksposisi tentang 3.4.1. Mengidentifikasi kaidah teks
gamelan eksposisi tentang gamelan
3.4.2. Menganalisis pokok-pokok
isi teks eksposisi tentang
gamelan
4.4 Menulis teks eksposisi tentang 4.1.1. Menyusun kerangka teks
gamelan. eksposisi tentang gamelan sesuai
dengan struktur
4.1.2. Membuat teks eksposisi gamelan

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran dengan metode diskusi dan menggali informasi:
a. Peserta didik mampu mengidentifikasi kaidah teks eksposisi tentang gamelan dengan teliti
b. Peserta didik mampu menganalisis pokok-pokok isi teks eksposisi tentang gamelan dengan
teliti
c. Peserta didik mampu menyusun kerangka teks eksposisi tentang gamelan sesuai dengan
struktur dengan sesuai
d. Peserta didik mampu membuat teks eksposisi gamelan sesuai dengan kerangkanya

Fokus Karakter
1. Mandiri
2. Tanggung jawab
3. Disiplin
4. Percaya diri
5. Kerjasama

D. Materi Pembelajaran
2. Materi pembelajaran regular
a. Fakta : teks eksposisi tertulis tentang gamelan
b. Konsep : kaidah teks eksposisi
c. Prinsip : karakteristik (ciri-ciri) teks eksposisi
d. Prosedur :
- langkah-langkah menelaah teks eksposisi
- langkah-langkah menyusun teks eksposisi
3. Materi pembelajaran remedial
4. Materi pembelajaran pengayaan

E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Pedagogic Genre
Model : Cooperative Learning
Metode pembelajaran : Diskusi, penugasan, tanya jawab, analisis kesalahan berbahasa.

F. Media/Alat dan Bahan Pembelajaran


a. Media : power point “Teks eksposisi tentang gamelan”
b. Alat : Laptop, LCD, speaker dll

G. Sumber Belajar
 Widaryatmo, Gandung. 2014. Buku Prigel Basa Jawa. Erlangga
 Bausastra Jawa
 http://yokimirantiyo.blogspot.co.id/2012/09/mengenal-seperangkat-gamelan-jawa.html
 http://marienthahera.blogspot.co.id/2013/12/gamelan.html

H. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan 1

No Kegiatan Pembelajaran Komponen 4C Level HOTS


1 Kegiatan Pendahuluan
 Peserta didik merespon salam dan
pertanyaan dari guru berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran sebelumnya
 Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
 Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
 Apersepsi: peserta didik dan guru
bertanya jawab tentang teks eksposisi
gamelan
Motivasi: guru memotivasi peserta didik
dengan mengaitkan materi di bidang
jurnalistik, wartawan, lsp.
2 Kegiatan Inti
 Peserta didik secara berkelompok Collaborative C2
mengamati teks eksposisi (dengaran) dari
segi kaidah.
 Peserta didik dan guru bertanya jawab Critical C5
berkaitan dengan teks eksposisi (dengaran) thinking
yang ditayangkan
 Peserta didik secara berkelompok
berdiskusi menemukan isi teks eksposisi Collaborative C5
(dengaran) tentang gamelan.
 Peserta didik mempresentasikan isi teks Communication C6
eksposisi hasil diskusi
 Peserta didik menanggapi presentasi dari Critical C5
kelompok yang lain thinking

3 Kegiatan Akhir
 Peserta didik bersama guru merefleksi
pembelajaran saat itu.
 Guru menyampaikan pertemuan
berikutnya yaitu unsur intrinsik teks
eksposisi

Pertemuan 2

No Kegiatan Pembelajaran Komponen 4C Level HOTS


1 Kegiatan Pendahuluan
 Peserta didik merespon salam dan
pertanyaan dari guru berhubungan dengan
kondisi dan pembelajaran sebelumnya
 Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya
dengan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
 Peserta didik menerima informasi
kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan
 Apersepsi: peserta didik dan guru
bertanya jawab tentang unsur intrinsik
Motivasi: guru memotivasi peserta didik
dengan mengaitkan materi di bidang
jurnalistik, wartawan, lsp.
2 Kegiatan Inti
 Peserta didik secara berkelompok Collaborative C2
mengamati teks eksposisi (tulisan)
 Peserta didik dan guru bertanya jawab
Critical C5
berkaitan dengan teks eksposisi (tulisan) thinking
yang diamati
 Peserta didik secara berkelompok
menganalisis teks eksposisi (tulisan) untuk Collaborative C5
menemukan unsur intrinsiknya
 Peserta didik mempresentasikan hasil
Communication C6
diskusi berkaitan dengan unsur intrinsik
yang ada dalam teks eksposisi
 Peserta didik menanggapi presentasi dari Critical C5
kelompok lain thinking

3 Kegiatan Akhir
 Guru bersama peserta didik merefleksi
pembelajaran saat itu.
 Guru menugasi peserta didik untuk
mencari contoh karya lain yang tergolong
teks eksposisi tentang gamelan Jawa.

Pertemuan 3

No Kegiatan Pembelajaran Komponen 4C Level HOTS


1 Kegiatan Pendahuluan
 Peserta didik merespon salam dan
dilanjutkan dengan pengondisian kelas
 Peserta didik dan guru bertanya jawab
tentang pembelajaran sebelumnya

2 Kegiatan Inti
 Peserta didik secara berkelompok Colaborative C2
menyusun kerangka teks eksposisi
dengan tema gamelan
 Peserta didik mengembangkan Critical C6
kerangka karangan menjadi teks Thinking
eksposisi yang utuh
 Peserta didik didampingi guru dalam Collaboration C2
mengembangkan kerangka karangan
 Peserta didik menulis teks eksposisi
Creative C6
sesuai kerangka yang telah dibuatnya
3 Kegiatan Akhir
 Peserta didik dengan guru tentang
menyimpulkan pembelajaran saat itu
tentang teks eksposisi gamelan Jawa.
 Peserta didik dan guru merefleksi
pembelajaran saat itu.
 Guru menugasi peserta didik untuk
menganalisis kesalahan berbahasa teks
eksposisi karya teman.

I. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Teknik Penilaian
a. Pengetahuan
KD IPK Teknik penilaian Waktu pelaksanaan
3.4 1.Mengidentifikasi struktur Tertulis Saat pembelajaran
dan kaidah kawruh
budaya gamelan
2.Menelaah struktur dan
kaidah teks eksposisi.
3.Menganalisis pokok-
pokok isi teks eksposisi
tentang gamelan
Contoh butir instrument lampiran 4

b. Keterampilan

KD IPK Teknik penilaian Waktu pelaksanaan


4.4 1. Menyusun kerangka Unjuk kerja Saat pembelajaran
teks eksposisi tentang
gamelan sesuai dengan
struktur
2. Membuat teks eksposisi
gamelan
3. Menyajikan paragraf
teks eksposisi tentang
gamelan

Contoh butir instrument lampiran 5

2. Pembelajaran Remidial
Pada kegiatan remidial guru memberikan pemahaman kepada peserta didik yang belum
mencapai kompetensi dasar. Berikut ini alternatif cara untuk memberikan remidial:
a. Meminta peserta didik untuk membuat rangkuman materi yang belum tuntas.
b. Meminta peserta didik untuk bertanya kepada teman yang sudah tuntas tentang materi yang
belum tuntas atau tutor sebaya.
c. Memberikan lembar kerja untuk dikerjakan oleh peserta didik
3. Pembelajaran Pengayaan
Pembelajaran pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah mencapai atau melampaui
KKM. Ada beberapa kegiatan yang dapat dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam
kaitannya pengayaan, diantaranya melakukan kegiatan berikut:
a. Belajar kelompok yaitu sekelompok peserta didik yang diberi tugas pengayaan untuk
dikerjakan bersama pada dan atau di luar jam pelajaran.
b. Belajar mandiri yaitu peserta didik diberi tugas pengayaan untuk dikerjakan sendiri.

Kendal, Mei 2019


Mengetahui,
Kepala Sekolah, Guru Mapel

Abdul Rochim, S.Pd.I NAFHATUL MISKIYAH, S.Pd.


NIP NIP.
LAMPIRAN I

MATERI AJAR

Wacana Eksposisi
Wacana eksposisi yaiku wacana kang njlentrehake utawa medharake sawijining bab kanggo
pamaos. Supaya pamaos pikoleh informasi kang genep babagan sawijining objek, sabanjure pangerten
pamaos bisa mundhak. Mula saka iku, karangan eksposisi asipat menehi ngerti, ngonceki, aweh
pamrayoga (saran), utawa ngandharake sawijining bab. Panulisane iki bisa ditindakake lumantar
sadhengah cara njlentrehake, ing antarane proses lan ilustrasi.
Bab kang dijlentrehake ing wacana eksposisi bisa awujud:
1. Data faktual, yaiku sawijining kahanan kang nyata, kedadeyan ana, lan bisa asipat historis (bisa
dicritakake kanthi cetha).
2. Sawijining analisis utawa panapsiran objektif marang saperangan pakta.
3. Pakta ngenani pawongan kang gondhelan kenceng marang sawijining keyakinan.
Eksposisi kudu ngemot perangan-perangan kaya andharan iki:
1. Jlentrehake panemu, gagasan, lan keyakinan
2. Mrelokake pakta kang dikuwatake utawa dicethakake kanthi angka, peta statistik, grafik,
organigram, gambar, lan sapiturute.
3. Mrelokake analisis lan sintesis nalika ngonceki bahan lan pakta.
4. Nggoleki sumber ide saka pangalaman, pengamatan, tumindak, lan keyakinan.
Pathokan panulise eksposisi:
1. Eksposisi mung ngupaya kanggo nyethakake utawa njlentrehake sawijining pokok
prastawa/persoalan.
2. Isi eksposisi ora duwe karep ngundang reaksi, ndayani tumindak lan panemune pamaos.
3. Gaya eksposisi kudu informatif lan ngyakinake.
4. Basa eksposisi minangka basa pawarta tanpa rasa subjektif lan emosional
5. Ing eksposisi, pakta-pakta mung digunakake dadi piranti konkritisasi, maksude gawe rumusan lan
kaidah kang dijlentrehake supaya tambah cetha (ora dadi pambuktine).
6. Eksposisi ngupaya kanggo njembarake pamawas lan pangretene pawongan marang objek kang
dirembug.
7. Panulis eksposisi kudu ngerti prastawa kang diandharake,
8. Panulis eksposisi kudu prigel nganalisis prastawa kanthi cetha lan konkret.

Materi Teks Eksposisi Gamelan Jawa

Gamelan iku salah sijiné seni musik tetabuhan tradhisional asli saka Indonésia utamané
ingpulo Jawa, Madura, Bali, lan Lombok. Tembung gamelan dhéwé iku asalé saka basa Jawayaiku
"gamel" kang duwé makna "tabuh". Isi gamelan iku saprangkat piranti musik sing dienggo
ngiringi tembang, utawa ditabuh tanpa tembang minangka klenèngan. Jinis musik iki kasebar nganti
tekan pulo-pulo ing saindenging tlatah Nusantara lan saiki malah wis kasebar rata
nganti Amérika, Éropah lan tlatah liyané. Jinis musik tradhisional liya sing mèmper karo gamelan uga
ana ing Filipina, Malaysia lan Suriname.
Gamelan duwéni melodhi kang magis utawa nduwé daya supranatural, mula swarané gamelan
diarani mélodi utawa wirama perkusi kang magis. Pagelaran gamelan uga ana kang
ngarani orkestra gamelan Jawa. Ing buku kang irah-irahané Music of Java, Jaap Kunst nerangaké yèn
gamelan iku kaya komparasi saka cahya rembulan lan miliné banyu, misterius kaya cahya rembulan lan
obah utawa dinamis kaya milining banyu.
Gamelan kalebu perangan ing kabudayan Jawa. Ing Jawa gamelan biyasané kanggo musik
pangiring pagelaran wayang kulit utawa ringgit, tari, uyon-uyon. Jinisé laras ing gamelan ana loro
yaiku laras pélog lan laras sléndra. Saben sèt gamelan nduwéni instrumén
kanggo laras pélog lan sléndro.
Ricikan/instrumèn gamelan sajroning karawitan sacara fungsional musikal digolongake dadi telung
klompok, yaiku :
 Klompok ricikan balungan, yaiku; ricikan-ricikan kang lagu dolanané kuwi cedhak banget karo
rangka gendhing (balungan gendhing). Ricikan utawa instrumèn gamelan ing kelompok iki, yaiku;
1. Saron
Saron iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Saron iku
diso'ake langsung ing wilah kayu ing loro sisi ngisore. Saron bentuké
kaya lèmpèngan emas kang disusun ing kayu.
Saben lèmpèngan nduwèni titilaras kang béda.
Ana 3 jinis saron yaiku:
· Saron panerus (ing laras slendro: Peking)
· Saron barung biasa disebut saron
· Saron demung biasa disebut demung
Wujud wilah saron iki meh padha karo wilah gambang, bedane nek wilah saron digawe saka logam
(umume sing apik perunggu), nek wilah gambang digawe saka kayu. Tabuh saron digawe saka kayu
sing rada empuk, wujude kaya palu. Wilah saron ana 7, masing-masing dawane sekitar 20 cm.

2. Demung
Saron demung utawa asring disebut demung iku salah sawijining piranti gamelan Jawa sing ditabuh lan
mlebu kelompok piranti saron.
Iki jinis saron paling gedhé ukuranè, sing paling cilik pekingsing
tengah-tengah saron barungtembè demung. Ana 2 jinis saron demung
yaiku pelog demung lanslendro demung. 2 jinis piranti panerus iki
ndhuwe laras beda-beda.
Wilah saron demung iki paling gedhè ing kelompok saron ukurane
kira-kira 35,5 cm dawa lan ambanè 9 cm.
Saron demung ndhuwé swara paling rendah ing kelompok saron.

3. Saron Barung
Saron barung iku salahsiji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh lan mlebu kelompok piranti saron. Iki
jinis saron tengah-tengah yaiku antara peking lan demung. Ana 2 jinis saron panerus yaiku pelog
barung lan slendro barung. 2 jinis piranti panerus iki nduwe laras beda-beda. Wilah saron barung iki
luwih gedhe dibanding saron panerus ning luwih cilik dibanding saron demung. Wilah sing luwih
dhuwur swarane, ukurane luwih cilik. Wilah saron panerus uga ana 7. Saron barung nduwe swara luwih
dhuwur sakoktaf dibanding saron demung.

4. Saron Panerus
Saron panerus iku salahsiji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Saron
panerus iku diso'ake langsung ing wilah kayu ing loro sisi ngisore. Ing
laras slendro, saron panerus diarani Peking.
Iki jinis saron sing paling cilik saka bentuk balungan liyané yaikusaron lan demung. Ana 2 jinis saron
panerus yaiku pelog paneruslan slendro panerus. 2 jinis pirantipanerus iki nduwé laras béda-béda.
Penabuhé luwih cilik tinimbang penabuh saron liyané, sing apik digawe saka sungu kebo.
Wilah saron panerus iki luwih cilik tinimbang saron barung landemung nanging wilahé luwih kandel.
Wilah sing luwih dhuwur swarané, ukurané luwih cilik. Wilah saron panerus uga ana 7, sing paling
cilik dawané watara 18 cm lan amba 4 cm.
Saron panerus nduwé swara luwih dhuwur sak oktaf dibandingaké karo saron barung.
Cara nabuh saron panerus kuwi béda karo carané nabuh saron lan demung, yaiku tikel loro saka
tabuhan saron lan demung.

5. Slenthem
Slenthem iku salah siji piranti gamelan Jawa sing ditabuh. Slenthem
iku disokaké ing panggon sing fungsiné kaya ayunan lan ing ngisoré
ana tabung utawa silinder kanggo ngetokaké gema swarané.
Miturut konstruksiné, slenthem iku kalebu kaluwarga gendér; utawa
dijenengi gendér panembung. Nanging slenthemduweni bilah padha
karo bilahsaron; Slenthem oktafé paling ngisor yen ing klompok
instrumensaron. Kaya demung lan saron barung, slenthem mainake
lagu balungan karo wilah sing terbatas.
Wujud slenthem iki meh padha karo gendér. Ananging gedhe wilahé luwih gedhe tinimbang gendér.
Arupa lèmpèngan kuningan utawa wesikang nduwéni titilaras. Lémpéngan iki kabentuk
kanthi resonansi pringkanggo mbanteraké swara.

6. Rebab
Rebab iku piranti kang nyuwara saka ginèsèké senar lan senar. Rebab iku
salah sawijine racikan gamelan kang cara nabuhe utawa ngunekake kanthi
digesek. Rebab iku piranti musik sakaArab/Timur Tengah. Nanging, saiki
rebab wis ora asing ing tlatah Jawa. Saiki rebab wis asring digunakake
kanggo ngiringi gendhing-gendhing Jawa, nalika
pentas wayang, kethoprak, lan ing langgam-langgam.

7. Kendhang
Kendhang iku salah sijining piranti gamelan Jawa sing ditabuh
nganggo kombinasi antara tlapakan karo driji, dadi ora nganggo tabuh.
Ing musik modhèrn, piranti iki digolongaké piranti perkusi. Kendhang
disèlèhaké ing wadhah panyangga saka kayu sing wujudé mèmper
huruf Y. Kendhang ing musik gamelan fungsiné kanggo mimpin lan
ngarahaké musik. Kendhang nduwèni jinis lan ukuran kang werna-
werna. Ukurané kendhang antarané 20 cmnganti 45 cm. Kendhang
bentuké kaya drum lan dimainaké kanthi cara ditabuh.
Wujudé mèh silindher,simetris, ing salah siji sisih rada gedhé tinimbang sisih lawané. Bagéyan sing
luwih gedhé umumé disèlèhaké ing tengening panabuh. Kendhang iki ukurané luwih cilik
tinimbang bedhug.
Ana 4 jinis kendhang sing umum dienggo ing gamelan yaiku: (urutan saka sing paling gedhé ukurané)
· Kendhang gendhing utawa kendhang ageng, nduwé nadha swara paling cendhèk
· Kendhang wayangan
· Kendhang batangan utawa ciblon
· Kendhang ketipung, nduwé nadha swara paling dhuwur
Piranti gamelan iki fungsiné kanggo ngatur irama utamané yèn arep ngowahi irama uga kanggo ngatur
tempo musik supaya ajeg. Kendhang uga sok kanggo tengeran babak-babak ing reroncèn musik
gamelan lan ing pérangan akir utawa panutup swara suwukan.
Akèh jinis swara sing isa diasilaké saka piranti kendhang iki yaiku antarané:
· Dlong : swara iki metu saka tengah bagéyan kendhang sing gedhé (kejaba kendhang ketipung),
ditabuh nganggo kabèh driji lan sabagéyan tlapakan sing langsung diculaké. Swara iki nduwé nadha
paling cendhèk.
· Dhah : swara iki metu saka sisi utawa pinggir bagéyan kendhang sing gedhé (kejaba kendhang
ketipung), ditabuh nganggo kabeh driji lan sabagéyan tlapakan tangan sing langsung diculaké.
· Thung : swara iki metu saka tengah bagéyan kendhang sing gedhé, ditabuh nganggo driji sing
langsung diculaké. Yèn ing kendhang ketipung, swara iki metu saka bagéyan kendhang sing gedhé ning
ditabuh nganggo jempol utawa driji panuding sing langsung diculaké.
· Ket : swara iki metu saka pérangan tengah kendhang sing gedhé, ditabuh nganggo pucuk driji
utamané pucuk driji panuding, driji panunggul karo driji manis lan ora langsung diculaké (tetep
nempèl) utawa nutup.
· Tong : swara iki metu saka sisi utawa pinggir bagéyan kendhang sing cilik, ditabuh nganggo pucuk
driji panunggul lan driji manis lan langsung diculaké.
· Tak : swara iki metu saka bagéyan kendhang sing cilik, ditabuh nganggo kabeh driji lan sabagéyan
tlapakan tangan lan ora diculaké utawa tetep nempèl, déné tlapakan tangan tengen nempèl ing bagéyan
kendhang sing gedhé. Swara iki nduwé nadha paling dhuwur.
· Deng : swara iki metu saka bagéyan kendhang sing gedhé, ditabuh nganggo kabèh driji ono ing sisih
pinggir kendhang. Sumber : Hari Kendhang Kabupaten Madiun.
Notasi swara kendhang sing umum dienggo yaiku:
· Swara dlong diwakili simbol D
· Swara dhah diwakili simbol b
· Swara thung diwakili simbol p
· Swara ket diwakili simbol k
· Swara tong diwakili simbol o
· Swara tak diwakili simbol t
· Swara deng diwakili simbol B

8. Gendèr
Gendèr iku salah siji pirantigamelan Jawa. Gendèr ing gamelan
sléndro nduwèni 11-12 wilah sing tipis lan digawé saka logam,
menawa ana ing gamelan pélognduwèni 12-13 wilah, nanging ana uga
gendèr sing mung nduwèni 7 wilah. Wilah-wilah iku ditata ana ing tali
kang dipasang ing kayu kang ana ing kiwa tengené. Ana ing sangisoré
wilah-wilah mau dipasang bumbung, kang gunané kanggo kothak
swara. Bumbung-bumbung iku dikethok kanthi ukuran manéka rupa.
Kanggo nadha sing paling ngisor, bumbungé utawa pringé dikethok sing paling ngisor rosé.
Kanggo nadha sing luwih dhuwur dikethokaké pring utawa bumbung sing luwih dhuwur.
Piranti sing kanggo nabuh utawa tabuh gendèr biasané luwih cendhèk ketimbang gambang sing digawé
saka kayu. Instrumèn gendèr ditabuh nganggo tabuh sing wujudé bundher (dilapisi nganggo kain)
kanthi cekelan sing cendhak.
Carané nyekel gendèr yaiku antarané driji tuding karo driji tengah. Driji-driji saka tangan tengen utawa
tangan kiwa dienggo mithet utawa ngemèk wilah kuwi, supaya swarané mandheg.
Ana ing pakeliran wayang, gendèr digunakaké kanggo ngiringi crita, dialog utawa gunem antarané
tokoh utawa paraga wayang. Gendèr yaiku salah siji ricikan gamelan sing fungsiné kanggo instrumén
mélodi. Anané gendèr ing péntas gamelan kalebu wigati. Ing pagelaran wayang kulitricikan gamelan
gendèr nduwèni fungsi kanggo nguripaké swasana, nuntun dhalang. Ing pagelaran wayang, panabuh
gendèr nduwèni peran kang utama, kudu nabuh instrumèn sing ora tau mandheg sawengi muput.
Jenise gendèr kapérang dadi telu, yaiku :
1. Gendèr penembung yaiku gendèr sing paling gedhé.
2. Gendèr barung, nduwèni wilah logam utawa métal sing ukurané sedhengan lan titi nadhané saoktaf
luwih cilik ketimbang gendèr penerus.
3. Gendèr penerus, nduwèni wilah sing paling cilik lan titi nadhané saoktaf luwih dhuwur ketimbang
gendèr barung.

Rumusé nabuh gendèr utawa kunciné ana 12 jenis tabuhan, yaiku :


1. Tabuhan gendèr gembyang mbukak
2. Tabuhan gendèr gembyang nutup
3. Tabuhan gendèr gembyang minggah
4. Tabuhan gendèr gembyang mandha
5. Tabuhan gendèr kempyung mbukak
6. Tabuhan gendèr kempyung nutup
7. Tabuhan gendèr kempyung minggah
8. Tabuhan gendèr kempyung mandhap
9. Tabuhan gendèr gantungan gembyang
10.Tabuhan gendèr gantungan kempyung
11.Tabuhan gendèr mipil
12.Tabuhan gendèr imbal (kanggo lancaran, srepeg, palaran)
Saliyané iku ana rumus liya kang khusus digunakaké kanggo ngiringi suluk (pedhalangan) wayang,
yaiku :
1. Tabuhan gendèr pathetan
2. Tabuhan gendèr ada-ada
3. Tabuhan gendèr grambyangan

9. Bonang
Bonang iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Bonang iku diso'ake langsung ing
wilah kayu lan diayun ing loro sisi ngisore.
Ana 2 jinis bonang yaiku:
· Bonang barung
· Bonang panerus
Wujud bonang iki meh padha kempyang ning tonjolan ing tengahe luwih dhuwur. Tabuh bonang
digawe saka kayu sing rada empuk, wujude dawa, ing salah siji pucuke rada gedhe tinimbang pucuk
liyane, lan ing pucuk kang gedhe iku diblebet tali. Ing grobogan utawa rancak, bonang iku ditata dadi
rong baris masing-masing ana 7, dadi cacahe kabeh ana 14 ning kadang uga ana sing 12.
Kethuk, kempyang, kenong lan bonang iki sejatine termasuk jinis gongning gong sing disokake kaya
ing ayunan, ora digantung kaya gong ageng, gong suwukan lan kempul.

10. Bonang Barung


Bonang Barung yaiku salah sawijiné bageyan
perangkat Gamelan Jawa kang duwèni bentuk
pencu banjur diarani bentuk Pencon. Bonang
Barung ing Gamelan Jawa duwé
laras Sléndro lan Pélog.
Laras Sléndro wilahé ana 12 cacahé, banjur kang
Laras Pélog wilahé ana 14 cacahé. Bonang Barung manggone ing Rancakan saka kayu kang bentuké
kaya ambèn. Pencon kuwi mau ditata ing rancakan ditumpangaké ing tali kang diarani Pluntur.
Bonang Barung ditabuh nganggo kayu kang cacahé 2, kayu kuwi mau sing bageyan dhuwur diblebet
nganggoKain lan pluntur. Cara nabuh bonang kuwi ana akèh pola tabuhané, yaiku pola
tabuhan Gembyang, Mipil, Imbal,Sekaran, Klénangan, lan liya-liyané.
Bonang Barung kuwi gunané kanggo mbukani Gendhing. Sakliyané kuwi, Bonang Barung uga bisa
kanggo nuntun alur Gendhing. Khusus ing pola Mipil, Bonang barung kuwi bisa kanggo
nuntun Instrumenliyané. Bonang Barung ora bisa dadi lagu penuntun, nanging kolaborasi karo Bonang
penerus gawé pola lagu lan ing aksèn-aksèn penting bonang gawé Sekaran kang biasané ana ing akhir
kalimat lagu.
Bonang kuwi ana sing kagawé saka wesi lan uga ana sing kagawé saka Tembaga (Perunggu). Kang
kagawé saka wesi kuwi biasané regané luwih murah tinimbang sing kagawé saka Tembaga. Kuwi mau
amarga yèn wesi kuwi ora nganggo campuran apa-apa. Nanging yèn Tembaga kuwi nganggo
campuran, campurané yaiku 7/3. 7/3 kuwi maksuté, 7 kanggo ukuran Tembaga lan 3 kanggo ukuran
wesi. Sakliyané kuwi uga cara gawéné kang luwih angèl tinimbang sing saka wesi murni.

11. Bonang Panerus

Bonang panerus utawa Bonang penerus yaiku salah


sawijining perangkatGamelan Jawa kang duwèni
bentuk pencu banjur diarani bentuk Pencon.
Bonang panerus ing Gamelan Jawa duwé
laras sléndra lan Pélog padha karo Bonang barung.
Laras sléndra wilahé ana 12 cacahé, banjur kang
laras pélog wilahé ana 14 cacahé. Bonang panerus
uga manggon ing Rancakan saka kayu kang
bentuké kaya ambèn. Kang mbédakaké antarané
Bonang panerus lan Bonang barung yaiku ukuran
gedhé lan ciliké pencon, yèn Bonang penerus kuwi penconé cilik banjur yèn barung kuwi luwih gedhé
saka Bonang panerus. Piranti kang dinggo nabuh uga padha karo Bonang barung, yaiku kayu kang
cacahé loro kang pucuké diblebet ngaggo kainlan Pluntur. Bonang panerus iki cara nabuhé padha karo
Bonang barung, yaiku nganggo cara Mipil, Imbal, Sekaran, Klénangan, Gembyang, lan liya-liyane.
Bonang iki nabuhé ngetutaké Bonang barung, lan nerusaké alurGendhing kang digawé Bonang Barung.
Lan uga nganggo sekaran kang témponé luwih cepet tinimbang Bonang Barung. Mung bédané yaiku
Bonang Penerus ora bisa kanggo mbukani gendhing.
Bonang kuwi ana sing kagawé saka wesi lan uga ana sing kagawé saka Tembaga (Perunggu). Kang
kagawé saka wesi kuwi biasané regané luwih murah tinimbang sing kagawé saka Tembaga. Kuwi mau
amarga yèn wesi kuwi ora nganggo campuran apa-apa. Nanging yèn Tembaga kuwi nganggo
campuran, campurané yaiku 7/3. 7/3 kuwi maksuté, 7 kanggo ukuran Tembaga lan 3 kanggo ukuran
wesi. Sakliyané kuwi uga cara gawéné kang luwih angèl tinimbang sing saka wesi murni.

12. Siter
Siter iku piranti gamelan sing dipetik kayagitar. Cacah senare ana 11 pasang utawa
kadang12 pasang. Siter iki fungsine pada karoCelempung.

13. Suling
Suling iku salah siji piranti musiksing disebul. Fungsiné
kanggo nambahswara-swara ing melodi. Ing musikgamelan
Jawa, suling iku nduwé 2 laras yaiku:Slendro lan Pélog.
Piranti musik suling iki uga lumrah dianggo inggamelan Sundha.
Digawé saka pring, dawané kira-kira setengah meter. Swara suling
dikasilaké amarga rongga angin digeteraké liwat sebulan
angin. Frekuénsi gelombangé gumantung karo ukuran dawa
rongga angin sing digeteraké.

14. Gambang
Gambang iku salah siji perangkat gamelan Jawa,
lan gamelan Bali uga ing instrumèn musik liya
kayadéné kulintang, sing digawé saka wilah-
wilah kayu sing umumé cacah 17 nganti 21 wilah.
Wilah-wilah kayu kasebut ditumpangaké ing
sadhuwuring kothak pesagi dawa sing gunané
kanggo résonansi (nggedhèkaké swara). Kanggo njaga supaya wilah-wilah mau ora nèmpèl siji lan
sijiné, wilah-wilah dipasang ing sadhuwuring kothak nganggo paku sing dilebokaké ing bolongan sing
cacahé loro saben wilah. Wujud gambang iki amèh padha saron ning luwih gede lan wilahedigawe saka
kayu sing atos banget. jaman mbiyen ana gambang gangsa, sing wilahe digawe
saka tosan utawa logam ning saiki wis ora ana maneh. Ukuran wilah gambang antara 29 Cm nganti 58
Cm, sing ukurane luwih gede iku nduwe nada swara luwih rendah, kabeh cacahe ana 19 utawa 20
wilah.
Tabuh gambang luwih dawa tinimbang piranti tabuh gamelan liyane yaiku kira-kira 35 Cm.

 Kelompok ricikan utawa instrumèn struktural, yaiku; ricikan-ricikan kang agawé


raketing dolanan kanthi mbentuk struktur adhedhasar (nentukaké) wujud gendhing. Ricikan utawa
instrumèn kang kalebu ing klompok kasebut, yaiku:

1. Kethuk

Kethuk iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Bedha
karo gong sing digantung, kenong iku diso'ake ing enggon sing
fungsine kaya ayunan, dadi cara ngeso'ake mirip karo kenong, bonang lankempyang. Kethuk iki
wujude meh padha karo kempyang.

2. Kempyang
Kempyang iku salahsiji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Kempyang iku disokake ing enggon sing
fungsine kaya ayunan, dadi cara ngeso'ake mirip karo kenong, bonang lan kethuk. Kempyang iki
wujude meh padha karo kethuk.
3. Kenong

Kenong iku salah siji perangkat gamelan Jawa sing ditabuh. Bedha
karo gong sing digantung, kenong iku diso'ake ing enggon sing
fungsine kaya ayunan, dadi cara ngeso'ake mirip
karo bonang, kempyang lan kethuk. Ing kelompok
perangkat gamelan sing cara ngeso'akene diayun iki, kenong nduwe ukuran sing paling gedhe. Ing
kelompok perangkat gamelan tabuhan iki, swara kenong iku paling dhuwur lan luwih cilik dadi rada
kewalik karo wujude sing gedhe. Swarane luwih ketara merga nduwe timbre sing rada unik.

4. Kempul
Kempul iku salah sijine perangkat gamelan Jawa sing ditabuh kanthi cara digantung kaya umume
perangkat gong. Kempul iki cacahé gumantung saka larasé (pelog lan slendro, nanging kadhang kala
ora komplit. Saben laras sléndro lan pelog nduwéni 6 utawa 10 kempul.
Bentuké kaya gong nanging ukuran luwih cilik,
rainé rata lan bagian tengah ana pêncuné, ukuran
diameter umum kira-kira 45 cm. Kempul ngetokake
swara sing luwih dhuwur tinimbang gong, kempul
sing ukurane luwih cilik swarane luwih dhuwur
maneh.

5. Gong
Gong iku salah siji piranti gamelan Jawa sing ditabuh, digawé sakatosan lan nduwé ukuran sing gedhé
dhéwé. Piranti iki biasané papané ing mburi dhéwé, digantung ing palang sing umum digawé
saka kayu ukuran gedhé. Ana loro jinis gong yaiku: gong ageng lan gong suwuk. Saben
laras sléndro lan pelog nduwéni telung sèt gong. Gong Gedhé kang cacahé loro lan siji gong suwukan.
Wujudé bunder, gedhé, rada cekung, kanthi garis tengah 1 méter, lan
permukaané rata ning ana tonjolan ing tengah-tengah. Gong nduwé
swara sing gedhé dhéwé lan nadhané paling asor tinimbang nadha
piranti gamelan liyané. Gong ditabuh kanggo awèh tekanan ing
bagéyan tinentu (umumé akir) iringan musik gamelan, dadi arang
banget ditabuh (ora terus-terusan) ning ditabuh ing selang wektu
tinentu. Piranti musik tradhisional iki saiki nduwé fungsi liya yaiki kanggo tandha paresmian utawa
pambuka acara.

6. Kecer
Kecèr iku salahsiji pirantigamelan Jawa sing digawe sakatosan. Akeh
piranti musik sing nduwe kemiripan karo kecèr uga ing piranti musik
modern. Ingmusik modern piranti iki biasa diarani cymbals. Ing kesenian Tionghoa, piranti iki dadi
piranti utama kanggo nggawe suasana rame lan meriah.
Carane ngeto'ake swara kecèr iki ana sing diadu uga ana sing ditabuh.
Kecèr iku kudu sepasang, siji ing ndhuwur, sijine maneh ing ngisor. sing ing ngisor biasane wis disoake
permanen, dadi sing diayun iku sing ing ndhuwur.
Sepasang kecèr iku disokake ing grobogan utawa rancak sing wujude meh pada karo
grobogan saron ning luwih cilik sithik. Katone iki piranti gamelan sing paling brisik ning yen ora ana
swara kecèr malah dadi kurang rame utamane ing babak-babak lakon wayang tinamtu.

SEJARAH
Musik gamelan duwé sajarah sing tuwa saumuran karo kasebaré budaya Hindu lan
Budha ing Nusantara. Utamané nalika kawanguné karajan-karajan gedhé kaya karajan Majapahit.
Jaman Majapahit iki piranti gamelan wiwit kawangun. Mula-mula, gamelan Jawa iku kasil
saka budaya Hindu kang banjur kagubah dening Sunan Bonang. Seni perkembangané musik Jawa iki
kira-kira ana pas anané kentongan, rebab, [tepukan tutuk] saka anané gèsèkan ana tali utawa pring tipis
nganti nuju prakembangané piranti musik saka bahan logam. Ngrembakané musik gamelan
diperkirakaké nalika anané kenthongan, rebab, tepukan, banjur gèsèkan ing tali utawa pring tipis nganti
tekan alat musik kang digawé saka logam. Gamelan Jawa kalebu musik kanthi nada pentatonis. Nalika
dituthuk kanggo ngiringi gendhing. Gamelan Jawa duwéni rong puteran yaiku sléndra lan pélog.
Sléndro nduwéni limang nada saben oktaf yaiku 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A]. Nadha slendro
duwéni interval kang kacèké mung sithik. Déné pélog nduwèni 7 nadha saben oktaf yaiku 1 2 3 4 5 6 7
[C+ D E- F# G# A B] kanhti interval kang bedané utawa kacèké akéh. Komposisi musik gamelan
digawé kanthi aturan-aturan kang gumahtok, yaiku gamelan ana rong puteran lan duwénipathet, ana
watesé sak gongan lan melodhiné digawé ing unit kang kasusun saka 4 nadha.
Zoetmulder ngandharaken bilih tembung gamel kaliyan alat musik perkusi yaiku alat musik
ingkang ditabuh. Miturut basa Bali wonten istilah gambèlan ingkang dadosgamelan. Konon, ing
mitologi Jawa, gamelan dipunriptakken dening Sang hyang GuruSang Hyang Guru ing warsa Saka,
dewa ingkang mandegani sedaya Tanah Jawa, kaliyan istana ing
Gunung Mahendra ing Medangkamulan (sapunika Gunung Lawu). Sang Hyang Guru punika
nyiptakaken 2 Gong kangge ngundang arwah dewa-dewa, lajeng saged kasusun set gamelan. Gamelan
ing jaman rumiyin dipundamel saking watu, wit-witan, tulang kewan. Nalika ing
jaman modern sapunika, piranti gamelan dipunriptakaken kanthi nglampahi proses industri, ingkang
bahanipun werni-werni. Gamelan saged dipundamel saking timah putih (Sn) lantembaga (Cu), ugi
saged dipundamel saking kuningan, singen, utawa Wesi. Gamelan biyasané kanggo ngiringi tarian,
utawa seni pertunjukkan kayata wayang kulit lan kethoprak. Gamelan biyasané kanggo ngiringi swara
penyanyi Jawa.Penyanyi kang lanang diarani wiraswara déné penyanyi kang wadon
jenengé waranggana. Seni gamelan kang kerep dipentasaké jaman saiki arupa gamelan klasik lan
kontemporèr. Salah sijiné gamelan kontemporèr yaiku jazz-gamelan kang nduwéni campuran musik
kang nadhané pentatonis lan diatonis.
Salah sijiné panggonan kanggo ndeleng seni gamelan yaiku ing Kraton Yogyakarta. Biyasané
dianakaké ing Bangsal Sri Maganti. Déné kanggo ndeleng perangkat gamelan kang umuré wis tuwa
yaiku ing panggonan bangsal liyané kang manggon rada memburi.
Nalika jaman Majapahit, instrument gamelan ngalami perkembangan kang apik banget kanthi ngraih
bentuk nganti saiki lan kasebar ing manéka dhaérah, kayata:
1. Bali.
2. Sunda utawa Jawa Barat.
Bukti otentik kang sepisanan babagan kahanan gamelan ditemokaké ing Candi
Borobudur, Magelang Jawa Tengah kang ngadeg awit abad kaping 8. Ing reliefé katon maneka piranti
kayata:
 suling bambu.
 lonceng.
 kendhang (ing maneka ukuran).
 kecapi.
 instrument kang ana dawai utawa senaré kang biasa digésék lan dipetik, kalebu sithik gambaran
babagan èlemèn instrumen logam. Perkembangan sawisé kuwi, gamelan digunakaké kanggo ngiringi
pagelaran wayang lan tarian. Kanthi akhiré ngadheg dhéwé minangka musik dhéwé lan dijangkepi
karo swara para sindhen.
Jinis gamelan werna-werna lan kapérang miturut laras lan tlatah panyebarané. Munculé gamelan
didhisiki karo budhaya Hindu-Budha kang ndominasi Indonèsia kanthi awal mangsa pencatatan
sejarah, kang uga makili seni asli Indonésia. Instrumené dikembangaké kanthi bentuké kaya mangkéné
iki ing jaman Kerajaan Majapahit. Ing pambedané karo musik India, siji-sijiné dampak ke-India-an
ing musik gamelan yaiku kepriyé cara nyanyikaké. Ingmitologi Jawa, gamelan diciptakaké déning Sang
Hyang Guru ing mangsa Saka, dewa kang nguasai kabèh tanah Jawa,
kanthi istana ing gunung Mahendra ing Medang kamulan (saiki Gunung Lawu). Sang Hyang
Guru pertamané nyiptakaké gong kanggo ngundhang paradewa. Kanggo pesen kang luwih mligi banjur
nyiptakaké rong gong, sawisé kuwi kabentuk set gamelan.

Miturut Larasé
1. Gamelan Laras Sléndro
Sléndra (ing Sundha disebut salendro) iku salah sijiné titilaras ing gamelan. Saliyane sléndra, ana
uga titilaras pélog. Ana 5 swara (nada). Titilaras Sléndra béda karo titilaras pélog. Ing slendra ora ana
angka 4 (papat) karo 7 (pitu). Laras sléndra duwé 5 nada ing saben gembyang utawa oktaf, yaiku 1 2 3
5 6 utawa C- D E+ G A siji lan sijiné nduwé béda interval swara sing cilik. Durung ana ahli kang bisa
mesthèkaké kapan slendra wiwit ana ing tanah Jawa. Ana kang ngira yèn ‘’sléndra’’ ana sesambungane
karo Wangsa Syailendrakang naté kawentar ing Jawa kuna. Ana sawetara ahli sing golèk
sesambungané sléndra karo andha swara tradhisional ing Indhia lan Cina.
Notasi.

Angka Pangucap Jeneng


1 ji (siji) barang
2 ro (loro) gulu
3 lu (telu) dhadha
5 ma (lima) lima
6 nem (enem) nenem
Ing Bali, sléndra digunakaké kanggo kahanan sing sedhih, amarga asring dianggo bareng
karo anglung kanggo acara ngobong mayit.
Ing Jawa, ana telung pathet. Pathet iku kapérang dadi ‘’nem, sanga,’’ lan ‘’manyura’’. Urutan iki
umumé kanggo pagelaran wayang.
 Pathet Nem
Umumé ditulis ‘’sléndro nem’’. Pathet iki dianggo ing swara kang cendhèk kanthi adhedasar 2 karo 3.
Pérangan swara ing pathet iki asring disilih déning pathet liyané. Sléndro pathet nem sareng pelog lima
dianggo kanggo pagelaran wayang watara jam 21.00-24.00, wiwit jejer tekan perang
prampogan utawa perang gagal.
 Pathet Sanga
Umume ditulis ‘’sléndro sanga’’. Ana kalané uga disebut ‘’barang miring’’. Pathet iki adhedhasar
swara angka 5 karo 1. Pathet iki dienggo selang-seling karo pélog pathet nem ing
pagelaran wayang nalika isih bukaning wengi nganti wengi. Ing pagelaran wayang purwa pathet sanga
iki digunakaké watara jam 24.00-03.00 wiwid jejer pandhita utawa wetune Bambang tekan perang
kembang.
 Pathet Manyura
Pathet iki nganggo swara angka 6, 2, lan 3 dadi dhasaré. Tinimbang sléndro liyané, pathet manyura
luwih dhuwur swarané lan luwih sigrag. Beberangen karo pelog barang, pathet iki ing pagelaran
wayang purwa dienggo ing wayah esuk, wiwitané wengi, pungkasané wengi watara jam 03.00-06.00
wiwit salebaré perang kembang tekan tancep kayon lan kanggo upacara-upacara khusus. Tembung
Manyura tegesé 'merak' maksude ing wektu iku wis prak-esuk.
2. Gamelan Laras Pélog
Gamelan laras pélog béda karo gamelan laras slendra. Laras pélog ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu).
Dadi titi laras ing laras pélog duwé 7 nada pepaka ya iku 1 2 3 4 5 6 7.
Pélog iku salah sijiné titilaras ing gamelan. Saliyane Pelog, ana uga Slendra. Pelog béda karo Slendra ,
ing Pelog ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu). Laras Pelog duwé 7 nada yaiku 1 2 3 4 5 6 7. Durung ana
ahli kang bisa mesthèkaké kapan laras Pelog wiwit ana ing tanah Jawa. Para empu Karawitan uga ora
ana sing ngerti babagan iki. Nanging sing jelas, laras Pelog kuwi kalebu ing larang anyar ing donya
karawitan ing Jawa. Amarga, asliné laras Gamelan ing Jawa kuwi biyèn mung slendra.
Notasi
Angka Pangucap Jeneng
1 ji (siji) Panunggul
2 ro (loro) Gulu
3 lu (telu) Dhadha
4 pat (papat) Pélog
5 ma (lima) Lima
6 nem (enem) Nem
7 pi (pitu) Barang
Ing Bali, Pélog digunakake kanggo kahanan sing seneng, amarga asring dienggo kanggo acara nikahan
lan kanggo iringan Tari. Ing Jawa, ana telung pathet. Pathet iku kapérang dadi Nem, Lima, lan Barang.
 Pathet Nem
Umume ditulis "Pelog Nem’’. Pathet iki dienggo ing swara kang cendhek kanthi adhedasar 2 karo 3.
Perangan swara ing pathet iki asring disilih dening pathet liyané. Ing pelog pathet 5 dienggo kanggo
pagelaran wayang sadurungé tengah wengi.
 Pathet Lima
Umume ditulis "Pelog Lima". Pathet iki adhedhasar swara angka 5 karo 1. Pathet iki dienggo selang-
seling karo pelog pathet nem ing pagelaran wayang nalika isih bukaning wengi nganti tengah wengi.
 Pathet Barang
Pathet iki nganggo swara angka 6, 2, lan 3 dadi dhasaré. Tinimbang Pelog liyané, pathet Barang luwih
dhuwur swarané lan luwih sigrag. Beberangen karo Sléndra Manyura, pathet iki dienggo ing wayah
ésuk, wiwitané wengi, pungkasané wengi, lan kanggo upacara-upacara khusus.
LAMPIRAN II

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKS)

A. Wangsulana pitakonan-pitakonan ing ngisor iki!


1. Sebutake titikane wacan eksposisi!
Wangsulan:
............................................................................................................................................
2. Sebutake jinis-jinise wacan eksposisi!
Wangsulan:
............................................................................................................................................
3. Wacan gamelan ing dhuwur kalebu jinis wacan eksposisi apa? Jlentrehake!
Wangsulan:
............................................................................................................................................
4. Larase gamelan iku ana pira? Jlentrehake!
Wangsulan:
............................................................................................................................................
5. Sebutake jinis gamelan miturut tlatah sumebaré!
Wangsulan:
............................................................................................................................................
B. Tugas Individu:

Golek gambar-gambar lan sebutake aran-arane piranti musik ing sak set gamelan!

Kunci Jawaban:
1. Pathokan wacana eksposisi:
a. Njlentrehake panemu, gagasan, lan keyakinan
b. Mrelokake fakta kang dikuatake utawa dicethakake kanthi ongko, peta statistik, grafik,
organigram, gambar, lsp
c. Mrelokake analisis lan sintesis nalika ngonceki bahan lan fakta
d. Nggoleki sumber ide saka pengalaman, pengamatan, sikap, lan keyakinan
2. Jenis Paragraf eksposisi:
a. Eksposisi definisi (njlentrehake pangerten), biasane nganggo tembung “yaiku” ing wiwitaning
wacan
b. Eksposisi proses (nuduhake proses)
c. Eksposisi klasifikasi (nuduhake panduman/jinis-jinis)
d. Eksposisi ilustrasi (nggambarake sawijining bab kanthi nuduhake tuladha)
e. Eksposisi Perbandingan/ pertentangan (mbanding-mbandingake sawijining bab karo bab liyane/
kewalikane)
f. Eksposisi Laporan (nuduhake laporan)
3. Eksposisi klasifikasi yaiku jenik wacan kang nuduhake panduman/jinis-jinis perangkat gamelan.
4. Miturut larasé gamelan kaperang dadi gamelan laras sléndro lan gamelan laras pélog. Gamelan laras
sléndro nduweni titi laras 1 2 3 5 6, dene gamelan laras pélog nduweni titi laras pepak yaiku 1 2 3 4
5 6 7. Dadi sing mbedakake yaiku ana ing titi laras 4 (papat) karo 7 (pitu), menawa pélog ana angka
4 (papat) karo 7 (pitu) dene sléndro ora ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu).
5. Miturut tlatah sumebaré, ana Gamelan Jawa, gamelan Bali, lan gamelan Sunda. Gamelan Jawa yaiku
musik kang cinipta saka paduan swara gong, kenong, lan alat musik Jawa liyané. Irama musik kang
alus nggambaraké kaselarasan urip wong Jawa kang nggawé tenang jiwa nalika dirungokaké.
Gamelan Jawa ngrembaka ing Yogyakarta. Gamelan Jawa beda karo Gamelan Bali lan Gamelan
Sunda. Gamelan Jawa duwéni nada kang luwih alus lan slow, beda karo gamelan Bali kang rancak
lan gamelan Sunda kang didominasi swara suling.
LAMPIRAN III

MEDIA AJAR
Wacanen kanthi patitis!

Jinising Gamelan
Jinis gamelan werna-werna lan kapérang miturut laras lan tlatah panyebarané. Munculé gamelan
didhisiki karo budaya Hindu-Budha kang ndominasi Indonèsia kanthi awal mangsa pencatatan sejarah,
kang uga makili seni asli Indonésia. Instrumené dikembangaké kanthi bentuké kaya mangkéné iki ing
jaman Kerajaan Majapahit. Ing mitologi Jawa, gamelan diciptakaké déning Sang Hyang Guru, dewa
kang nguasai kabèh tanah Jawa, kanthi istana ing gunung Mahendra ing Medangkamulan (saiki
Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertamané nyiptakaké gong kanggo ngundhang para dewa. Kanggo
pesen kang luwih mligi banjur nyiptakaké rong gong, sawisé kuwi kabentuk set gamelan.
Miturut larasé gamelan kaperang dadi gamelan laras sléndro lan gamelan laras pélog. Gamelan laras
sléndro nduweni titi laras 1 2 3 5 6, dene gamelan laras pélog nduweni titi laras pepak yaiku 1 2 3 4 5 6
7. Dadi sing mbedakake yaiku ana ing titi laras 4 (papat) karo 7 (pitu), menawa pélog ana angka 4
(papat) karo 7 (pitu) dene sléndro ora ana angka 4 (papat) karo 7 (pitu).

Saben dhaérah ing nuswantara nduwé gamelan sing béda-béda. Bedane iku disebabake kahanan alam
lan budaya ing tlatahe dhewe-dhewe. Miturut tlatah sumebaré, ana Gamelan Jawa, gamelan Bali, lan
gamelan Sunda. Gamelan Jawa yaiku musik kang cinipta saka paduan swara gong, kenong, lan alat
musik Jawa liyané. Irama musik kang alus nggambaraké kaselarasan urip wong Jawa kang nggawé
tenang jiwa nalika dirungokaké. Gamelan Jawa ngrembaka ing Yogyakarta. Gamelan Jawa beda karo
Gamelan Bali lan Gamelan Sunda. Gamelan Jawa duwéni nada kang luwih alus lan slow, beda karo
gamelan Bali kang rancak lan gamelan Sunda kang didominasi swara suling.
LAMPIRAN IV
a. Instrumen Penilaian pengetahuan

Kisi-Kisi Penilaian pengetahuan

Teknik
No. KD Materi Indikator Instrumen
Penilaian
1. Menelaah teks 1. Struktur Mengidentifika Tulis 1. Sawise maca teks
eksposisi dan kaidah si dan eksposisi gamelan
gamelan Jawa teks menganalisis Jawa iku, coba
eksposisi teks eksposisi sebutna isi teks
2. Nilai-nilai gamelan Jawa kasebut!
yang 2. Sebutna nilai-nilai
terkandung apa bae sing bisa
dalam teks kajupuk saka crita
eksposisi kasebut!
gamelan
Jawa

No. Unsur yang ditelaah Hasil telaah


1. Unsur Pembangun teks eksposisi
gamelan Jawa
2. Nilai yang terkandung dalam teks
eksposisi gamelan Jawa
Rubrik Penilaian
Skor Jumlah
No. Aspek yang Dinilai
1 2 3 4 skor
1. Mengidentifikasi struktur dan kaidah teks eksposisi
2. Menganalisis nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
teks eksposisi gamelan Jawa
Jumlah :
Keterangan :
1. Bisa mengidentifikasi 6 struktur dan kaidah teks eksposisi = Nilai 4
2. Bisa mengidentifikasi 4-5 struktur dan kaidah teks eksposisi = Nilai 3
3. Bisa mengidentifikasi 2-3 struktur dan kaidah teks eksposisi = Nilai 2
4. Bisa mengidentifikasi 1 struktur dan kaidah teks eksposisi = Nilai 1
5. Tidak bisa menyebutkan struktur dan kaidah teks eksposisi = Nilai 0
6. Menganalisis nilai-nilai luhur teks eksposisi dengan benar = Nilai 4
7. Menganalisis nilai-nilai luhur teks eksposisi kurang tepat = Nilai 3
8. Menganalisis nilai-nilai luhur teks eksposisi tidak benar = Nilai 2

b. Instrumen Penilaian Keterampilan

Kisi-Kisi Penilaian Kinerja


No. KD Materi Indikator Teknik Instrumen
Penilaian
1. Menulis dan Teks Menjelaskan Kinerja 1. Critakna maneh
menyajikan teks eksposisi secara runtut isi teks eksposisi
eksposisi yang gamelan isi teks nganggo basamu
dibacanya Jawa dhewe!
eksposisi
gamelan Jawa

Rubrik Penilaian Kinerja


No. Aspek yang Dinilai Deskripsi Skor yang Skor Maksimal
Dicapai
1. Kelengkapan Menjelaskan isi teks 5
Unsur pembangun secara lengkap
sesuai dengan
struktur dan kaidah
teks eksposisi.
a.
2. Penggunaan Menggunakan 5
Bahasa bahasa yang tepat
sesuai unggah
ungguh basa
3. Demonstrasi isi
teks eksposisi
- suara Suara terdengar ke 5
seluruh ruang kelas
- keruntutan Keruntutan 5
penyampaian
- kelancaran Kelancaran 5
penyampaian

Jumlah 25
Keterangan :
1. Peserta didik menceritakan isi cerita secara lengkap unsur-unsur pembangunnya =5
2. Peserta didik menceritakan isi cerita kurang lengkap unsur-unsur pembangunnya =3
3. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan menggunakan bahasa krama =5
4. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan menggunakan bahasa ngoko =3
5. Peserta didik menceritakan isi cerita terdengar di seluruh ruangan kelas =5
6. Peserta didik menceritakan isi cerita kurang terdengar di seluruh ruangan kelas =4
7. Peserta didik menceritakan isi cerita tidak terdengar di seluruh ruangan kelas =3
8. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan runtut =5
9. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan kurang runtut =4
10. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan tidak runtut =3
11. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan lancar =5
12. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan kurang lancar =4
13. Peserta didik menceritakan isi cerita dengan tidak lancar =3

Pedoman Peskoran:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
Penghitungan nilai = × 100 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥

Anda mungkin juga menyukai