Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TEORI ARSITEKTUR 2

Oleh :

Tanya Zakirah

17/413464/TK/45904

Program Studi Arsitektur

Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan

Universitas Gadjah Mada

2019
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 PROFIL RUMAH ADAT MBARU NIANG

Figure 1: Kampung Wae Rebo


Sumber : https://merahputih.com/media/2016/05/27/2MGFwDRUey1464324515.jpg

Rumah mbaru niang adalah rumah adat wae rebo yang berbentuk seperti kerucut

berjumlah 7 buah yang tersusun secara melingkar. Bagi masyarat Wae Rebo Mbaru Niang

bukan hanya sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai bagian dari diri mereka, setiap ruang

dan sudut rumah ini memiliki makna tersendiri. Masyarakat Wae Rebo secara keseluruhan

berjumlah 112 kepala kelurga, namun tidak semua tinggal di Kampung Wae Rebo, hanya 33

kepala keluarga saja yang tinggal disini, sisanya tinggal di kampong Denge dan Kombo,

dibawah Wae Rebo, da nada pula yang merantau ke luar Kabupaten Manggarai.
1.2 LOKASI DAN TOPOGRAFI WAE REBO

Figure 2 Peta Indonesia


Sumber :http://jackofftocock.blogspot.com/2017/08/peta-buta-indonesia-world-map-weltkarte.html

Rumah adat Mbaru Niang, Wae Rebo terletak di Desa Satarlenda, Kecamatan

Satarmese Barat, Kabupaten MAnggarai, Nusa Tenggara Timur. Terletak pada

koosdinat S 8○ 46’ 09.9” dan E 120○ 17’ 02,3” dengan ketinggian 1120 mdpl. Kondisi

alam di Kampung Wae Rebo ini sangat sejuk cenderung dingin karena lokasinya yang

terletak di tengah cekungan bukit dan dikelilingi oleh perbukitan. Kampung ini terletak

diantara pegunungan yang masih terdaapat hutan, yang juga dujadikan sebagai hutan

larangan, tidak ada masyarakat yang mengambil kayu dari hutan tesebut, sehingga

kelestariannya sangat terjaga. Gunung yang mengelilingi kampong ini antara lain;

disebelah utara terdapat Golo Rebah, Golo Mehe pada bagian timur laut, Golo Sunsa,

Golo Tengdang, Golo Pontomio sebelah timur, sebelah selatan terdapat Golo Wetok

Ruang, sebelah Barat Golo Tonggor Kina Golo Ponto, dan Golo Halu. Dan juga

dikelilingi oleh bebeapa Sungai besar disebelah Barat Wae Rebo, Wae LAsi, Wae Aveng,

dan Wae Regang disebelah Selatan.


1.3 SEJARAH RUMAH MBARU NIANG DAN WAE REBO

Masyarakat Wae Rebo mempercayai bahwa leluhur mereka berasal dari daerah

Minangkabau. Pada awalnya kehidupan mereka nomaden atau berpindah-pindah di

berbagai daerah di Kabupaten Manggarai, untuk mencari tempat yang paling sesuai

sebagai tempat tinggal. Ada beberapa kriteria yang di pertimbangakn dalam menetukan

tempat yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal bagi Masyarakat Wae Rebo, yaitu

tempat itu haru dekat dengann mata air, tanah yang subur, sanitasinya bagus, dan

terlindung secara alami dari serangan musuh (tertutup atau tersembunyi). Asal mula

penamaan Wae Rebo menurut cerita berasal dari leluhur mereka yang bernama Maro

dari Minagkabau, beliau bermimpi didatangi oleh roh penunggu mata air Wae Rebo dan

memberikan arahan untuk membangun tempat tinggal dekat dengan mata air, dan

menamakannya sesuai dengan nama mata air itu, yaitu Wae Rebo.

1.4 DENAH, TAMPAK, SPASIAL, SKETSA

Figure 3 Peta Situasi KAmpung Adet Wae Rebo


Niang atau yang berarti rumah pada kampong ini berjumlah 7 buah, dan ynag salah

satunya merupakan Mbaru Niang yang berbentuk kerucut sebagai tempat penyimpanan

benda pusaka milik kampug yang biasa digunkana dalam kegiatan upacara adat. Rumah

berbentuk kerucut, dengan bagian runcing diatasnya yang beratapkan ijuk yang menjuntai

hingga ke tanah.. Sedangkan 6 rumah sisanya biasa disebut Niang Gena atau rumah gena

yang merupakan rumah biasa. Mbaru Niang didihuni oleh 8 keluarga, perwakilan dari

masing-masing keturunan. Sedangakan 5 Niang Gena dihuni oleh 6-7 kepala keluarga

setiap rumahnya, dan satu Niang Gena digunakan sebagai tempat menginap bagi

wisatawan. Jumlah Mbaru Niang di Wae Rebo Hanya boleh 7 buah saja, karena

masyarakat disana bahwa aturan tersebut telah diatur oleh nenek moyang mereka.

Denah

Figure 4 Denah Rumah Mbaru Niang


Potongan

Figure 5 Potongan Rumah Mbaru Niang

Tata Letak Ruang Vertikal pada Mbaru Niang

Figure 6 Pembagian Ruang Secara Vertikal Mbaru Niang


BAB 1I DASAR TEORI

Semiotika adalah sebuah pembelajaran mengenai “sign” atu bias diartikan sebagai

tanda, “tanda” dalam hal yang lebih umum. Ilmu semiotika berkaitan erat dengan

linguistic, pembelajaran mengenai bahasa, namun terbatas hanya pada “sign” atau symbol

yang menjadi bagian dari sebuah komunikasi.

Ferdinand de Saussure penemu semiotika, mendefinisikan “sign” sebagai unit dasar

yang memiliki makna, dia mengklasifikasikan sign menjadi 2, yaitu:

1. Signifier — The form of a sign. The form might be a sound, a word, a photograph, a

facial expression, a painting of a pipe, etc.

2. Signified — The concept or object that’s represented. The concept or object might be

an actual pipe, the command to stop, a warning of radioactivity


(http://vanseodesign.com/web-design/semiotics-signifier-signified/)

Yang kemudian dapat disimpulkan bahwa menurut Ferdinand de Saussure 2 bagian

dari sign adalah signifier yaitu sebagai bentuk dari sign. Dan signified yang berarti konsep

atau makna yang yang direpresentasikan oleh objek atau symbol tersebut.

Dalam buku Photographic Theory: An Historical Anthology oleh Andrew E

Hershberger di jelaskan juga mengenai sign:

“a sign, or representamen is something which stands to somebody for something in

some respect or capacity. It addresses somebody,that is, creates in the mind of that

person an equivalent sign, or perhaps more developed sign..

The sign stands for something. it's object. It stands for that object, not in all respects,

but in reference to a sort of idea... when a man recalls what he was thinking of at some
previous time, he recalls the same idea [...] that is to have a like content, it is the same

idea, and is not at each instant of the interval a new idea.”

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan kembali, bahwa “sign”selain

merepresentasikan suatu makna, juga harus mampu memiliki pemahaman/makna yang

sama setiap kali orang melihatnnya.

Charles S. Pierce(1839-19140), seorang filsuf menambahkan klasifikasi lebih lanjut

dari pengertian signifier, yang diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

 An Icon has physical resemblance to signified, the thing being represented.

 An Index shows evidence of what’s being represented.

 A Symbol has no resemblance between the signifier and the signified. The

connection between them must be culturally learned.


(https://vanseodesign.com/web-design/icon-index-symbol/)
Atau yang dapat diartikan menjadi:

 Ikon yang berarti tanda yang berhubungan antara enanda dan petandanya. Atua

dengan kata lain, ikon adalah suatu tanda fisik dua dimensi maupun tiga dimensi

yang menyerupai benda apa yang di representasikannya

 Index adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan

petanda, memiliki hubungan sebab-akibat atua tanda yang mengacu langsung

terhadap kenyataan. Atau hal yang paling mudah untuk dicontohkan adlah bila

terlihat ada asap, maka manusia akan meresponnya dengan pemikiran “ada benda

yang terbakar”.

 Simbol tanda yang memiliki arti hubungan alamiah antara penanda dengan

petandanya, hubungan terjadi berdasarkan pada perjanjian masyarakat, atua

budaya. Sehingga tidak semua orang akan paham secara langsung akan tanda

tersebut, bila tidak memahami kaidah dibaliknya, seperti penggunaan warna yang

merepresentasikan dewa/leluur suatu adat, dan lain-lain.


BAB 1II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
3.1 ANALISIS

Mbaru Niang merupakan arsitektur vernacular tradisional Indonesia yang kaya

akan keunikan budaya masyarakat Wae Rebo yang diterapkan pada arsitekturnya.

Sehingga setiap sudutnya memilki makna tersendiri.

1. Bentuk Denah yang Melingkar

Figure 7 Pembagian Ruang pada Mbaru Niang yang terinspirasi dari sarang laba-laba

 Indeks: Bentuk denah yang mengambil dari bentuk sarang laba-laba,

ruang-ruang yang terbentuk mengelilingi ruang tengah pada Mbaru Niang

ini. Sehingga bila digambar bentuk denah Mbaru Niang memang Lingkaran.

 Simbol : Bentuk sarang laba-laba diambil karena merupakan

perlambangan dari keutuhan budaya yang akan tetap dipertahakan oleh

masyarakat Wae Rebo.

2. Pembagian Ruang Secara Vertikal pada Mbaru Niang

Figure 8 Pembagian Ruang secara vertical pada Mbaru Niang


 Simbol : Mbaru Niang memiliki denah yang semakin keatas semakin

mengecil diameternya, sehingga secara keseluruhan bentuk Mbaru Niang

akan terlihat seperti kerucut. Bagian bawah Mbaru Niang digunakan

sebagai tempat aktivitas manusia, sedangkan semakin keatas semakin

sakral, lantai paling atas digunakan sebagai tempat menaruh persembahan

bagi paraleluhur. Hal ini karena kepercayaan masyarakat Wae Rebo yang

mempercayai bahwa bagian atas adalah dimana para leluhur berada,

semakin bawah semakin duniawi.

3. Penggunaan Material Alam

 Indeks : Karena lokasi Wae Rebo yang cukup dalam dan jauh dari peradaban

kota, sehingga material digunakan cenderung material yang dapat ditemukan di

alam. Seperti penggunaan atap yang terbuat dari ijuk dibandingkan dengan atap

seng, karena memang menemukan dan membangun dengan ijuk lebih mudah

dibandingkan dengan menggunakan atap seng.

 Simbol : Hal ini juga karena masyarakat Wae Rebo sepakat untuk tetap

mempertahankan cara tradisional layaknya leluhur mereka, dengan tetap

menggunakan material alam pada Mbaru Niang.

4. Mbaru Niang Bagai Seorang Ibu.

 Simbol : Rumah adat bagi masyarakat Wae Rebo merupakan simbolisasi dari

seorang ibu yang selalu mengayomi dan melindungi, dalam hal ini rumah berperan

sebagai yang melindungi dan menyayomi seperti sosok ibu. Hal ini juga dapat

dilihat pada makna dari struktur Mbaru Niang, yaitu:

o Sambungan pada konstruksi rumah ddilambangkan sebagai perkawinan

suami dan istir yang menjadi langkah awal membentuk sebuah keluarga.

o Dalam Mbaru Niang terdapat 9 tiang utama yang melambangkan lama/

jumlah bulan seorang ibu dalam mengandung anaknya (masa keamilan

seorang ibu)
o Sembilan tiang tersebut disusun secara berderet 3, yang melambangkan 3 fase

penting dalam perkembangan janin dalam kandungan.

o Diatas tungku perapian terdapat loteng dan terapat ruangan persegi empat

dengan hiasan bulatan di setiap ujungnya yang menyerupai bentuk kepala, hal

ini melambangkan bahwa persalinan secara normal harus didahului oleh

kepala. Ruangan ini pula digunakan sebagai tempat menyimpan makanan,

yang melambangkan bahwa seorang bayi harus selalu mendapatkan makanan

yang baik.
BAB IV KESIMPULAN

Rumah Adat Mbaru Niang merupakan Rumaha adat yang memilliki makna

pada setiap sudutnya, pada ruang-ruang dan tata letaknya banyak menggunakan

semiotika simbolis dalam pembentukannya. Hal ini karena nilai-nilai luhur yang

diturunkan antar generasi tetap dipertahankan. Membentuk suatu arsitektur vernacular

unik yang memiliki ciri khas tersendiri.


DAFTAR PUSTAKA

Bradley, Steven. 2016. An Introduction to Semiotics – Signifier And Siignified.[Internet].


[diakses pada 2019 Okt 10]. Tersedia pada: http://vanseodesign.com/web-
design/semiotics-signifier-signified/

Bradley, Steven. 2016. Icon, Index, and Symbol- Three Categories of Signs.[Internet].
[diakses pada 2019 Okt 10]. Tersedia pada: https://vanseodesign.com/web-design/icon-
index-symbol/

Hershberger, Andrew E. 2014. Photographic Theory: An Historical Anthology. New


Jersey: Wiley-Blackwell

Keling,. Gendro. 2016. Kearifan Budaya Masyarakat Kampung Tradisional Waer Rebo,
Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar

Louis. Monica. 2015. Fungsi dan Makna Ruang pada Rumah Adat Mbaru Niang Wae
Rebo. Jurnal Intra. Volume 3. Halaman : 580-585

Panjaitan, Toga. 2013. Philanthrophy and Culture-tourism Dependency: A Case of Wae


Rebo traditional Vernacular. Makalah. Dalam: Seminar The Past for Sale? The Economic
Entanglements of Cultural Heritage 15-17 Mei 2013.

Anda mungkin juga menyukai