Anda di halaman 1dari 3

syariat Islam secara kaffah dideklarasikan pada tahun 2001

Kata Qanun berasal dari bahasa Arab yang berarti Undang-undang. Qanun dapat juga
bermakna kumpulan materi hukum yang tersusun secara sistematis dalam suatu
lembaga yang dikenal dengan Undang-undang.
Qanun adalah peraturan daerah yang dibuat oleh pemerintah Aceh dan disahkan oleh
DPR yang di tanda tangani oleh Gubernur (tingkat provinsi) dan bupati atau walikota
pada daerah tingkat dua.
Dasar berlakunya Qanun adalah undang-undang tentang otonomi khusus Aceh. Dalam
undang-undang nomor 18 disebutkan bahwa mahkamah syar’iyyah akan melaksanakan
syariat Islam yang di tuangkan ke dalam Qanun terlebih dahulu.
Qanun merupakan peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah Aceh untuk
melaksanakan syariat islam bagi pemeluknya di Aceh.
arti syariat Islam secara harfiah adalah jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim,
syariat merupakan jalan hidup muslim, syariat memuat ketetapan Allah dan Rasulnya,
baik berupa larangan maupun suruhan yang meliputi seluruh aspek manusia.

disimpulkan bahwa syariat islam merupakan keseluruhan peraturan atau hukum yang
mengatur tata hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, manusia
dengan alam (lingkungannya), baik yang diterapkan dalam Al-Qur’an maupun hadis
dengan tujuan terciptanya kemashlahatan, kebaikan hidup umat manusia di dunia dan
di akhirat.
Adapun Qanun yang telah diberlakukan antara lain :

1. Qanun Nomor 11 Tahun 2002 tentang pelaksanaan syariat islam bidang Aqidah,
Ibadah dan Syir’ar Islam.
2. Qanun Nomor 12 Tahun 2003 tentang larangan Khamar (minuman keras), pelaku
yang mengkonsumsi khamar akan dijatuhi hukuman cambuk 40 kali. Hakim tidak di
beri izin untuk memilih (besar kecil atau tinggi rendah) hukuman. Bagi yang
memproduksi khamar dijatuhi hukuman ta’zir berupa kurungan paling lama satu
tahun, paling sedikit 3 bulan dan denda paling banyak Rp 75.000.000 (tujuh puluh
lima juta) dan paling sedikit Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah).
3. Qanun Nomor 13 Tahun 2003 tentang larangan Maysir (perjudian).
4. Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang larangan Khalwat (perbuatan mesum).
5. Qanun Nomor 7 Tahun 2004 tentang pengelolaan Zakat

Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah Peraturan Daerah sebagai


pelaksana undang-undang di wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dalam
penyelenggaraan otonomi khusus (pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 18 tahun
2001)

Qanun Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayah

Pemerintah Aceh segera menjalankan hukum jinayah atau pidana Islam yang mengatur
sanksi 100 kali cambuk bagi pelaku zina, dan homoseksual baik gay maupun lesbian,
aturan ini di cantum dalam Qanun Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayah, efektif
berlaku di provinsi itu mulai 23 Oktober 2015. “Qanun hukum jinayah ini dinyatakan
berlaku sejak satu tahun setelah diundangkan yaitu mulai 23 Oktober 2015
KHAMAR, dihukum cambuk 40 kali. Jika seseorang mengulangi perbuatan tersebut
maka diancam dengan ‘Uqubat Hudud cambuk 40 kali ditambah Uqubat Ta’zir cambuk
paling banyak kali atau denda paling banyak 400 gram emas murni atau penjara paling
lama 40 bulan.
MAISIR, dihukum cambuk 12 kali atau denda 120 gram emas murni atau penjara 12
bulan jika nilai taruhannya paling banyak dua gram emas murni.
KHALWAT, dihukum cambuk 10 kali atau denda 100 gram emas murni atau penjara 10
bulan.
IKHTILATH, dihukum cambuk paling banyak 30 kali atau denda paling banyak 300
gram emas murni atau penjara paling lama 30 bulan.
ZINA, diancam dengan ‘Uqubat Hudud cambuk 100 kali. Jika mengulangi
perbuatannya ‘Uqubat Hudud cambuk 100 kali dan dapat ditambah dengan ‘Uqubat
Ta’zir denda paling banyak 120 gram emas murni atau ‘Uqubat Ta’zir penjara paling
lama 12 bulan.
PELECEHAN SEKSUAL, diancam dengan ‘Uqubat Ta’zir cambuk paling banyak 45 kali
atau denda paling banyak 450 gram emas murni atau penjara paling lama 45 bulan.
PEMERKOSA, diancam dengan ‘Uqubat Ta’zir cambuk paling sedikit 125 kali, paling
banyak 175 kali atau denda paling sedikit 1.250 gram emas murni, paling banyak 1.750
gram emas murni atau penjara paling singkat 125 bulan, paling lama 175 bulan.
QATHZAF, diancam dengan ‘Uqubat Hudud cambuk 80 kali. Jika mengulangi
perbuatan diancam dengan ‘Uqubat Hudud cambuk 80 kali dan dapat ditambah
dengan ‘Uqubat Ta’zir denda paling banyak 400 gram emas murni atau ‘Uqubat Ta’zir
penjara paling lama 40 bulan.
LIWATH, diancam dengan ‘Uqubat Ta’zir paling banyak 100 kali cambuk atau denda
paling banyak 1.000 gram emas murni atau penjara paling lama 100 bulan.
MUSAHAQAH, diancam dengan ‘Uqubat Ta’zir paling banyak 100 kali cambuk atau
denda paling banyak 1.000 gram emas murni atau penjara paling lama 100 bulan.
Hukuman yang telah ditetapkan di atas tidak serta-merta dijatuhkan langsung kepada
terdakwa, tetapi akan melalui proses-proses pemeriksaan, termasuk adanya saksi
yang menguatkan terhadap pelaku kejahatan.
Adat bak Poteumourehom, Hukom bak Syiah Kuala Qanun bak Putro Phang, Reusam
bak Laksamana”, yang artinya “Hukum adat di tangan pemerintah dan hukum syariat
ada di tangan ulama”. Ungkapan ini merupakan pencerminan dari perwujudan syariat
Islam dalam praktek hidup sehari-hari bagi masyarakat Aceh
Undang-undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh, tercantum pada Bab.
XVII (SYARI’AT ISLAM DAN PELAKSANAANYA) pada Pasal : 125 Ayat (1) bahwa
Syari’at Islam yang dilaksanakan di Aceh meliputi Aqidah, Syar’iyah dan Akhlak,
yang seharusnya mampu menaikkan kredibilitas masyarakat Aceh bahwa penerapan
Syariat Islam ini adalah keinginan kita bersama untuk menjadikannya sebagai landasan
dan tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama.
Undang-Undang No. 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Daerah
Istimewa Aceh, bahwa provinsi Aceh telah diberikan Keistimewaan meliputi
penyelenggaraan kehidupan beragama, penyelenggaraan pendidikan dan peran ulama
dalam penetapan kebijakan Daerah Untuk menjadi motifasi bagi daerah-daerah lain
yang ingin dan sedang menerapkan syariat islam

Anda mungkin juga menyukai