(Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di LQ45 di Bursa Efek Indonesia)
Heny Hendrayati
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
ABSTRAK
Dalam berinvestasi, ketersediaan dan kelengkapan informasi merupakan hal yang penting
diketahui oleh investor. Namun, terkadang informasi tersebut direspon berlebihan oleh investor yang
pada akhirnya mengakibatkan fenomena pembalikan harga saham terjadi. Faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi fenomena pembalikan harga saham yaitu ukuran perusahaan dan likuiditas saham.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling yang akhirnya menghasilkan 7 saham perusahaan kategori winner dan 4 perusahaan kategori
loser pada pada perusahaan-perusahaan yang terdapat di LQ45 periode analisis tahun 2008 hingga
2013. Analisis yang digunakan adalah analisis koefisien korelasi, regresi linier berganda, koefisien
determinasi serta analisis pengujian hipotesis menggunakan uji-t dan uji-F.
Hasil dari penelitian ini adalah pada kategori saham winner, ukuran perusahaan dan likuiditas
saham baik secara bersama-sama (simultan) maupun mandiri (parsial) tidak berpengaruh secara
signifikan pada pembalikan harga saham (price reversal). Ukuran perusahaan dan likuiditas saham
secara bersama-sama hanya dapat mempengaruhi pembalikan harga saham (price reversal) sebesar
3,6%,
Sedangkan pada kategori saham loser, secara bersama-sama (simultan) ukuran perusahaan
dan likuiditas saham berpengaruh secara signifikan terhadap pembalikan harga saham (price
reversal), namun secara parsial hanya ukuran perusahaan yang berpengaruh signifikan terhadap
pembalikan harga saham (price reversal). Ukuran perusahaan dan likuiditas saham berpengaruh
sebanyak 60,5% terhadap pembalikan harga saham (price reversal).
Kata kunci: Ukuran perusahaan (firm size), likuiditas saham, pembalikan harga (price
reversal), saham winner - loser
I. PENDAHULUAN yang diterima oleh pelaku pasar, sehingga para
Selama beberapa tahun, terdapat pelaku pasar melakukan reaksi. (Ari A dan
beberapa penelitian yang mengemukakan Abdullah T: 2013)
bahwa terdapat anomali (penyimpangan) pada Beberapa faktor lain yang diduga
pasar modal yang dapat mempengaruhi harga menyebabkan terjadinya pembalikan harga
saham, dimana anomali pasar merupakan saham (price reversal) selain overreaction
suatu teknik yang bertentangan dengan hypothesis adalah ukuran perusahaan (firm
hipotesis pasar efisien (Jogiyanto, 2007:431). size), dan likuiditas. Ukuran perusahaan
Penyimpangan (anomali) tersebut antara menunjukkan nilai pasar dari ekuitas
lain seperti fenomena January effect, perusahaan serta seberapa besar jumlah asset
fenomena size effect, dan day of the week serta yang dimiliki, likuiditas seringkali dikaitkan
overreaction (De Bond dan Thaler, 1985:550). dengan elastisitas harga yang ditunjukkan oleh
Salah satu penyimpangan yang akan dikaji volume perdagangan saham. Faktor-faktor
dalam penelitian ini yaitu tentang tersebut merupakan faktor yang dianggap
Overreaction. penting oleh para investor dalam melakukan
Implikasi anomali (penyimpangan) yang investasi, terutama berkaitan dengan informasi
terjadi di pasar modal adalah terjadinya good news atau bad news sehingga selanjutnya
pembalikan harga saham (Price Reversal) akan mendorong investor bereaksi berlebihan
sebagai respon atas adanya informasi yang yang pada akhirnya akan memicu fenomena
diterima investor, yang membuktikan bahwa pembalikan harga saham.
pasar telah bereaksi secara berlebihan Berdasarkan latar belakang dan
(overreact). Penelitian mengenai keberadaan fenomena tersebut, maka penulis akan
reaksi berlebihan (overreaction) seringkali membahas lebih jauh tentang pembalikan
menggunakan data saham yang harga (price reversal) serta faktor-faktor yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok mempengaruhinya dengan memfokuskan
saham (portofolio) loser dan kelompok saham pengamatan hanya pada perusahaan yang
(portofolio) winner. dalam Indeks LQ45 selama tahun 2008 hingga
Kelompok saham yang disebut loser tahun 2013 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
yaitu kelompok saham yang konsisten Masalah dalam penelitian ini adalah
mengalami penurunan besar harga, sedangkan apakah faktor-faktor seperti ukuran
kelompok saham yang masuk kedalam perusahaan dan likuiditas mempengaruhi
kelompok winner yaitu kelompok saham yang fenomena price reversal atau tidak, bagaimana
konsisten mengalami kenaikan besar harga. pengaruhnya serta bagaimana gambaran
Penyebab perubahan besar harga pada masing-masing faktor tersebut.
kelompok saham loser dan winner antara lain Tujuan penelitian ini adalah untuk
disebabkan karena adanya informasi buruk mengetahui pengaruh dari overreaction
(bad news) dan informasi baik (good news) investor, firm size dan likuiditas perusahaan
dalam fenomena price reversal yang terjadi di justru dihipotesiskan akibat ketidakrasionalan
BEI. investor. Salah satu anomali yang banyak
diteliti adalah market overreaction dan size
II. TINJAUAN PUSTAKA effect.
Pasar Efisien Fenomena Reaksi Berlebihan (Overreaction)
Effcient Market Hypothesis (Fama, Fenomena berlebihan (overreact)
1970) adalah teori yang sangat terkenal yang merupakan suatu manifestasi dari
menjadi dasar untuk menjelaskan bagaimana ketidakefisienan pasar (Susiyanto, 1997).
harga suatu aset terbentuk akibat masuknya Menurut De Bond and Thaler (1990),
informasi baru yang direspon oleh investor. Overreaction Hypotesis pada dasarnya
Pada teori ini diasumsikan bahwa investor menyatakan bahwa pasar telah bereaksi
adalah mahluk rasional sehingga dalam berlebihan terhadap suatu informasi. Para
pengambilan keputusannya selalu berdasarkan pelaku pasar cenderung menetapkan harga
rational expectation. Teori ini menjelaskan saham terlalu tinggi terhadap informasi yang
harga sekuritas sudah mencerminkan seluruh dianggap bagus oleh para pelaku pasar dan
informasi yang sudah ada. Secara lebih sebaliknya, para pelaku pasar cenderung
spesifk, pergerakan harga saham akan menetapkan harga terlalu rendah terhadap
mengalami pola random yang pergerakan informasi buruk.
harga bersifat acak dan tidak dapat diprediksi. Overreaction hypothesis mengacu
Secara umum Fama (1970) pada hasil penelitian aplikasi psikologi, yaitu
menyajikan 3 macam bentuk utama dari manusia cenderung bereaksi secara berlebihan
efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam (overreact) terhadap berita atau event yang
bentuk dari informasi, yaitu: (1) Efisiensi bersifat dramatik. De Bondt dan Thaler (1985)
pasar bentuk kuat; (2) Efisiensi pasar bentuk membagi portofolio dalam kelompok
lemah (weak form); (3) Efisiensi pasar bentuk portofolio yang konsisten mendapatkan
setengah kuat (semi strong form). Informasi earning (winner) dan portofolio yang konsisten
yang tidak dipublikasikan adalah informasi tidak mendapat earning (loser). Koreksi
yang bersifat khusus, dalam artian diketahui terhadap informasi tersebut pada periode
oleh orang dalam dan bersifat rahasia karena berikutnya jika dalam jangka pendek, koreksi
alasan strategi. Pada pasar bentuk kuat berarti dilakukan secara berlebihan, signifikan dan
sudah mencapai efisiensi bentuk yang berulang. Inilah yang dikatakan overreaction.
sempurna. Reaksi berlebihan menjadi penting
Karena informasi bersifat tidak untuk dibahas, karena ketika para pelaku pasar
berbiaya (costless) maka return yang didapat berekasi berlebihan terhadap informasi tak
investor tidak akan mengalahkan besaran terduga sebelumnya, maka saham-saham yang
return pasar. Akan tetapi, pada kenyataannya, golongan loser akan mengungguli winner.
terdapat anomali-anomali yang terjadi, yang Akibat dari adanya reaksi berlebihan ini
mendorong orang melakukan strategi membeli keuntungan sangat positif (winner) atau sangat
saham loser dan menjual saham winner. negatif (loser) akan mengalami pembalikan
Penelitian yang dilakukan oleh (reversal) pada periode-periode berikutnya.
DeBondt dan Thaler tahun 1985 ini menguji Investor yang membeli saham-saham loser dan
mengenai reaksi berlebihan yang menjual saham-saham tersebut saat menjadi
menyebabkan pembalikan harga dengan winner akan memperoleh abnormal return
menggunakan data pasar modal Amerika yang signifikan.
(NYSE). Penelitian ini menemukan bahwa De Bont dan Thaler (1985)
saham-saham yang sebelumnya berkinerja menyatakan bahwa penyebab anomali winner
buruk (loser) pada periode selanjutnya dan losser adalah hipotesis overreaction.
berkinerja baik dengan abnormal return positif Hipotesis ini menyatakan bahwa pada
atau saham-saham yang tadinya berkinerja dasarnya pasar telah bereaksi secara
baik (winner) pada periode selanjutnya berlebihan terhadap informasi. Dalam hal ini,
mengalami kinerja yang buruk dengan para pelaku pasar cenderung menetapkan
abnormal return negatif, dimana hal ini harga saham terlalu tinggi sebagai reaksi
merupakan fenomena pembalikan (reversal) terhadap berita yang dinilai baik dan
pada periode selanjutnya. memberikan harga terlalu rendah sebagai
Sejalan dengan DeBondt dan Thaler, reaksi terhadap berita yang dinilai buruk.
Fama (1997) meneliti mengenai efisiensi Ukuran Perusahaan (Firm Size)
pasar, return jangka panjang dan perilaku Beberapa penelitian terdahulu telah
keuangan. Fama menyatakan bahwa pasar menemukan adanya hubungan antara
lebih sering overreaction daripada karakteristik perusahaan dengan price
underreaction terhadap informasi. Dalam reversal. Salah satu karakteristik tersebut
penelitiannya ditemukan bahwa terjadi adalah ukuran perusahaan (size). Ukuran
overreaction dalam jangka panjang dan terjadi perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan
underreaction dalam jangka pendek. Fama menggunakan nilai total asset yang dimiliki
berpendapat bahwa terdapat dua bias informasi perusahaan. Semakin besar ukuran
yang mempengaruhi harga saham. perusahaan, biasanya informasi yang tersedia
Anomali Winner-Loser untuk investor dalam pengambilan keputusan
Anomali winner-loser merupakan sehubungan dengan investasi dalam saham
salah satu bentuk anomali pasar modal yang perusahaan tersebut semakin banyak. Sehingga
bertentangan dengan konsep hipotesis pasar jika ada suatu informasi mengenai perusahaan
efisien. Anomali winner – loser pertama kali tersebut, harga saham akan berubah dengan
dikemukakan oleh De Bont dan Thaler (1985). cepat naik atau turun (Robert Ang, 1997)
Menggunakan pasar modal Amerika De Bont Dalam kaitannya dengan fenomena
dan Thaler menemukan bahwa saham-saham price reversal, semakin besar ukuran
yang pada mulanya memberikan tingkat perusahaan, maka return saham perusahaan
tersebut akan semakin kecil pada hari Informasi merupakan faktor utama
pembalikan harga. Sedangkan semakin kecil terhadap perubahan suatu harga saham.
ukuran perusahaan, maka return saham Adanya perubahan informasi yang diterima
perusahaan tersebut akan semakin besar pada oleh para pelaku pasar akan mempengaruhi
hari pembalikan harga. (Elline Yuli & Kirmizi: tindakan mereka dalam berinvestasi di pasar
2012). modal. Para pelaku pasar cenderung
Hipotesis 1 : Ukuran Perusahaan (firm size) menitikberatkan informasi terkini dan
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya mengabaikan informasi di masa lalu. Hal ini
fenomena pembalikan harga (Price Reversal) mengindikasikan pemikiran investor yang
di BEI pada Indeks LQ45. tidak rasional. Seiring berjalannya waktu,
Likuiditas Saham ketika para investor sadar bahwa reaksi
Dalam praktek, transaksi suatu saham mereka berlebihan dalam menanggapi
selalu berfluktuasi dari hari ke hari. Menurut informasi-informasi tersebut, maka secara
Lena Tan Chooi Yen (1999), perubahan perlahan-lahan terjadi price reversal saham
transaksi selalu dipengaruhi oleh faktor tersebut. (Benou dan Richie, 2003).
internal maupun eksternal perusahaan. Faktor Price Reversal
internal berupa ketersediaan informasi, Pembalikan harga (Price Reversal)
khususnya informasi akuntansi secara didefinisikan sebagai perubahan arah yang
keseluruhan serta nama baik perusahaan tiba-tiba dari harga suatu saham, indeks,
tersebut. Sedangkan faktor eksternal, salah komoditas, atau derivative security.
satunya berupa likuiditas pada pasar modal, Pembalikan ini terjadi karena adanya
dimana semakin likuid maka transaksi permintaan/penawaran yang berlebih sehingga
pembelian atau penjualan suatu saham dapat terjadi perubahan terhadap kecenderungan
dilaksanakan dengan cepat tanpa yang selama ini telah terbentuk. Indikator
menimbulkan biaya transaksi yang tinggi. lainnya adalah volume. Bila volume
Likuiditas juga seringkali dikaitkan bertambah tinggi maka trend harga yang
dengan elastisitas harga. Semakin elastis harga sekarang terjadi (turun/naik) kemungkinan
maka dikatakan bahwa pasar semakin likuid. besar akan tetap berlanjut, akan tetapi bila
Pasar saham yang likuid adalah pasar yang volume perdagangan menurun maka trend
secara komparatif mudah dalam transaksi jual harga yang sekarang kemungkinan besar akan
beli saham. (Cox dan Peterson, 1994). berubah (terjadi pembalikan).
Hipotesis 2 : Likuiditas Saham berpengaruh Anomali ini pertama kali ditemukan
signifikan terhadap terjadinya fenomena oleh DeBondt dan Thaler tahun 1983 yang
pembalikan harga (Price Reversal) di BEI menyatakan bahwa penyebab anomali winner-
pada Indeks LQ45. loser adalah hipotesis market overreaction.
Pengaruh Informasi terhadap Harga Hipotesis ini menyatakan bahwa pada
Saham dasarnya pasar telah bereaksi secara
berlebihan terhadap informasi (overreaction), dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan,
sehingga harus dilakukan koreksi harga. likuiditas saham dan price reversal.
Keberadaan informasi sangat Data yang digunakan adalah data
berpengaruh dalam pergerakan harga saham, sekunder yang diambil dari IDX melalui Pusat
dan dalam pasar yang efisien suatu perubahan Data Pasar Modal YPKP Universitas Sangga
harga saham akan bergerak menuju harga Buana Bandung, ICMD serta website resmi
keseimbangan baru. Perubahan harga saham perusahaan-perusahaan yang diteliti.
yang diikuti pembalikan arah harga dapat Penelitian ini menggunakan metode
dikatakan sebagai indikasi ketidakefisienan purposive sampling yaitu pengambilan sampel
pasar (Jogiyanto,2008). yang sesuai dengan kriteria yang akan
Hasil penelitian - penelitian digunakan dalam penelitian ini, kriteria-
sebelumnya, ditemukan beberapa faktor yang kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
menyebabkan terjadinya fenomena price 1. Seluruh saham perusahaan dalam Indeks
reversal. Atkins dan Dyl (1990) LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
menyimpulkan bahwa fenomena price Indonesia selama periode 2008 hingga
reversal merupakan suatu bentuk reaksi 2013.
berlebihan sedangkan Zarowin (1990) 2. Perusahaan tersebut haruslah aktif dan
menyimpulkan bahwa fenomena ini muncul konsisten setiap bulannya melakukan
karena pengaruh firm size dan bukanlah karena transaksi dan berada pada indeks LQ45
reaksi berlebihan. Selanjutnya menurut Cox selama periode 2008 hingga 2013.
dan Peterson (1994) bahwa bid-ask spread dan 3. Data yang digunakan adalah data tahunan
derajat likuiditas menjelaskan fenomena price perusahaan selama periode 2008 hingga
reversal. 2013.
Faktor lain yang mempengaruhi price 4. Pada saham kategori winner, sampel harga
reversal adalah ukuran perusahaan atau firm saham dilihat dari trend harga saham yang
size, dan likuiditas saham. naik (memiliki trend return positif) selama
Hipotesis 3 : Ukuran Perusahaan (firm size), periode 2008 hingga 2013.
dan Likuiditas Saham berpengaruh signifikan 5. Pada saham kategori loser, sampel harga
terhadap terjadinya fenomena pembalikan saham dilihat dari trend harga saham yang
harga (Price Reversal) di BEI pada Indeks turun (memiliki trend return negatif)
LQ45. selama periode 2008 hingga 2013.
Berdasarkan kriteria-kriteria diatas,
III. METODE PENELITAN ada 11 perusahaan yang memenuhi kriteria,
Penelitian ini dilakukan pada dimana 7 perusahaan merupakan perusahaan
perusahaan-perusahaan yang masuk dalam kategori winner dan 4 perusahaan kategori
Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Objek loser.
Analisis statistik yang digunakan
adalah metode regresi linear berganda, analisis Loser : (total asset dalam jutaan rupiah)
korelasi, koefisien determnasi serta perngujian Sampel penelitian pada saham
hipotesis dengan uji-t (parsial) dan uji-F kategori loser sebanyak 24 data, dengan nilai
(simultan) dengan bantuan software PASW terendah total asset sebesar Rp 5,000,000,
SPSS Statistic 18. sedangkan nilai tertinggi yaitu Rp
200,000,000 dan nilai rata-rata yaitu Rp
44,300,000 serta standar deviasi sebesar
55,570,000.
Nilai volume perdagangan terendah
pada saham loser sebanyak 17,542,000 lembar
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN saham dan nilai maksimum sebanyak
Analisisn Hasil Pengujian 1,813,089,984 lembar saham. Nilai rata-rata
Berdasarkan pada hasil pengujian data sebesar 349,000,000, serta nilai standar deviasi
dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil sebesar 506,700,000.
sebagai berikut: Sedangkan untuk harga penutupan
Statistik Deskriptif saham loser, diperoleh nilai terendah sebesar
Winner : (total asset dalam jutaan rupiah) Rp 815,- untuk nilai tertinggi sebesar Rp
Sampel penelitian pada saham 5,565,- untuk nilai rata-rata diperoleh sebesar
kategori winner sebanyak 42 data, dengan nilai Rp 3,116.67,- serta standar deviasi sebesar Rp
dan volume bernilai 0 maka closed price akan a. Dependent Variable: CLosedPrice
sebesar 3,6% pada perubahan pembalikan
meningkat sebesar Rp 2,356.05.
harga saham perusahaan winner. Sedangkan
Tanda positif pada b1= 2.091E-11,
sisanya sebesar 96,4% diwakili oleh variabel
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
searah antara closed price dan total asset, atau
Namun, jika dilihat pengaruhnya secara
pada setiap kenaikan total asset akan
mandiri, sebesar 3,3% perubahan dari ukuran
mengakibatkan kenaikan pula pada closed
perusahaan berpengaruh pada pembalikan
price pada saham-saham loser sedangkan
harga saham kategori winner. Sedangkan
tanda negatif pada b2= -4.749E-7
besarnya pengaruh likuiditas saham yaitu
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sebesar 5,4% berpengaruh pada perubahan
berlawanan antara closed price dan volume,
pembalikan harga saham kategori winner.
atau pada saham-saham loser, penurunan yang
Loser:
terjadi pada volume perdagangan, akan
b
menimbulkan kenaikan pada closed price Tabel 6 Model Summary
R Adjusted R Std. Error of the
(harga penutupan) saham-saham loser. Model R
Square Square Estimate
a
Loser:
Tabel 7 Coefficients
a
Tabel 8 Coefficients
Model t Sig.
Serta didapat pula nilai signifikansi sebesar Hasil dari pengolahan SPSS diatas pada
0,280 hal tersebut berarti bahwa likuiditas tabel 10 terlihat bahwa nilai Fhitung untuk
saham tidak mempengaruhi pembalikan harga ukuran perusahaan dan likuiditas secara
saham loser secara signifikan (nilai simultan terhadap pembalikan harga saham
signifikansi > dari 0,05). kategori loser adalah 18.645, sedangkan nilai
pada kategori saham loser diperoleh nilai (1994) yang menyatakan bahwa Semakin
likuid suatu saham, dalam arti mudah untuk
rata-rata total aset (dari 4 perusahaan dan 6
ditransaksikan, maka derajat pembalikan harga
tahun periode data) sebesar Rp 44,3 Trilliun
yang terjadi akan semakin cepat atau dalam
dengan nilai total aset terbesar yaitu Rp
artian likuiditas saham berpengaruh pada
200 Triliun dan nilai terendah sebesar Rp 5
pembalikan harga saham. Serta disebutkan
Trilliun. bahwa Peningkatan likuiditas dapat
Nilai rata-rata volume perdagangan menurunkan derajat pembalikan harga.
saham kategori loser yaitu sebanyak Nilai koefisien determinasi pada ukuran
349,000,000 lembar saham sementara volume perusahaan dan likuiditas saham secara
perdagangan terbanyak sebanyak simultan atau bersama-sama akan berpengaruh
1,813,089,984 lembar saham dan terendah sebesar 60,5% pada perubahan pembalikan
sebanyak 17,542,000 lembar saham harga saham kategori loser. Sedangkan
Sedangkan untuk harga penutupan sisanya sebesar 39,5% diwakili oleh variabel
saham winner, diperoleh nilai rata-rata sebesar lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
Rp 3,116.67,-, sedangkan untuk nilai tertinggi seperti kapitalisasi pasar, bid-ask price,
sebesar Rp 5,565,- dan nilai terendah sebesar abnormal return dll.
Rp 815,-. Namun, jika dilihat pengaruhnya secara
Untuk hubungan (korelasi) antar mandiri, sebesar 60,1% perubahan dari ukuran
variabel yang diukur dengan koefisien korelasi perusahaan berpengaruh pada pembalikan
menunjukkan bahwa korelasi antara total aset harga saham. Sedangkan besarnya pengaruh
dan closed price saham loser tersebut kuat dan likuiditas saham yaitu sebesar 10,9% pada
arah korelasi nya positif atau searah. Hal ini perubahan pembalikan harga saham kategori
sejalan dengan Penelitian DeBondt dan Thaler loser.
(1990) menyimpulkan bahwa fenomena Berdasarkan hasil uji-t Maka dapat
winner dan loser muncul karena pengaruh firm disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
size dan bukanlah karena fenomena reaksi mempengaruhi pembalikan harga saham loser
berlebihan, karena Firm Size loser umumnya secara signifikan.
lebih kecil dari winner, Serta Zarowin (1990) Sedangkan hasil uji-t untuk likuiditas
yang menyimpulkan bahwa fenomena price saham dapat disimpulkan bahwa likuiditas
reversal muncul karena pengaruh firm size dan saham tidak mempengaruhi pembalikan harga
bukanlah karena reaksi berlebihan. saham loser secara signifikan.
Sementara untuk korelasi antara volume Hasil dari pengolahan SPSS untuk uji-F
perdagangan saham dan closed price pada yaitu ukuran perusahaan dan likuiditas saham
kelompok saham loser derajat hubungannya secara bersama-sama (simultan) berpengaruh
signifikan pada pembalikan harga saham terhadap fenomena pembalikan
kategori loser. Hal ini sejalan dengan harga (price reversal), sedangkan
Penelitian Srihartati Kusumawardhani (2001) antara ukuran perusahaan yang
yang memberikan hasil bahwa reaksi
diukur dengan total aset terhadap
berlebihan terjadi pada saham-saham loser
fenomena pembalikan harga (price
(saham-saham yang mengalami penurunan
reversal) tidak ada hubungan yang
harga secara besar-besaran), dan tidak pada
signifikan. Berdasarkan hasil uji
saham winner (saham-saham yang mengalami
hipotesis, Maka dapat disimpulkan
kenaikan harga secara besar-besaran).
bahwa ukuran perusahaan dan
likuiditas saham baik secara bersama-
sama (simultan) maupun secara
V. KESIMPULAN
mandiri tidak mempengaruhi
1. Terdapat perbedaan hasil yang
pembalikan harga saham (price
signifikan antara saham-saham
reversal) kategori winner secara
perusahaan kategori winner dan loser
signifikan.
selama periode pengamatan tahun 2008
4. Pada saham-saham kategori loser
hingga 2013, hal ini dikarenakan
terdapat hubungan yang kuat dan
respon investor terhadap perubahan
searah (positif) antara ukuran
ukuran perusahaan dan likuiditas
perusahaan yang diukur dengan total
saham pada tiap kategori berbeda.
aset terhadap fenomena pembalikan
2. Hipotesis yang diterima hanya
harga (price reversal). Sementara
berlaku pada saham-saham kategori
untuk likuiditas saham yang diukur
loser dimana ukuran perusahaan
dengan volume perdagangan saham
dan likuiditas saham secara terdapat hubungan yang lemah
bersama-sama berpengaruh pada terhadap fenomena pembalikan harga
fenomena pembalikan harga (price (price reversal) dengan arah hubungan
reversal), sedangkan hal yang yang berlawanan arah/negatif.
berlawanan terjadi pada saham- Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat
saham kategori winner. disimpulkan bahwa ukuran perusahaan
3. Pada saham-saham kategori winner dan likuiditas saham secara bersama-
saham secara simultan atau bersama- pada perusahaan emiten dapat terus
dalam penelitian ini, kemungkinan ada dapat meneliti sampel perusahaan yang
faktor lain yang juga berpengaruh pada lebih banyak, serta periode
Website:
http://www.vale.com/indonesia/EN/investors
/indonesia-investors/annual-report-of-
LAMPIRAN