Anda di halaman 1dari 11

A.

OVERVIEW
Perspektif pengukuran dalam pelaporan keuangan (financial reporting) adalah
sebuah pendekatan dimana akuntan mengambil sebuah tanggung jawab untuk
menggabungkan nilai wajar (fair values) dalam laporan keuangan (financial
statement) yang tepat, dengan tetap memperhatikan reliabilitas. Hal ini memberikan
sebuah kewajiban tambahan untuk memberikan informasi kepada investor sehingga
dapat digunakan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan.
Ketika tidak mungkin bahwa perspektif pengukuran akan ‗mengganti basis biaya
historis dari akuntansi, maka kemungkinan menjadi suatu masalah dimana
keseimbangan relatif dari informasi berbasis biaya dibandingkan dengan informasi
berbasis fair-value dalam laporan keuangan bergerak dalam arah fair value.
Mungkin hal ini aneh, dari masalah teknik seperti RRA dan akuntansi biaya
langsung sudah terjadi. Tujuan dari chapter ini adalah untuk mengetahui alasan
yang mendasari tekanan dari current values.
Alasan pertama terkait dengan rasionalitas investor dan efisiensi pasar sekuritas,
dimana ternyata pasar sekuritas tidak seefisien yang dipercaya sebelumnya.
Alasan lain perubahan ke pendekatan pengukuran didorong dari variabilitas proporsi
rendah harga saham yang dijelaskan oleh historical based net income, dari Ohlson
clean surplus teori yang mendukung peningkatan pengukuran dan liabilitas legal
dimana akuntan mengungkapkan ketika perusahaan mengalami masalah finansial.

B. APAKAH PASAR SAHAM EFISIEN SEPENUHNYA?


a. Pendahuluan
Premis dasar pertanyaan ini adalah rata- rata perilaku investor tidak terkait dengan
teori keputusan rasional dan model investasi sebagaimana menjadi garis besar Bab
3. Misalnya dengan setiap indidu mungkin memiliki limited attention.
Mereka mungkin tidak mempunyai waktu untuk mengolah seluruh informasi yang
tersedia, sehingga mereka akan berfokus pada informasi yang telah tersedia dan
mengabaikan informasi pada catatan atau bagian lain dari laporan keuangan.
Individu juga sering overconfident, dimana mereka meng-overestimate informasi
penting yang mereka koleksi/olah sendiri. Misalnya, investor yang meneliti
perusahaan secara mandiri mungkin akan bereaksi berlebihan terhadap bukti yang
mereka raih dan bereaksi sebaliknya terhadap informasi baru yang tidak berkaitan
dengan informasi yang mereka koleksi sendiri.
Juga terdapat karakter individu lainnya, yaitu representatives. Disini individu
menitikberatkan pada bukti atau fakta yang konsisten dengan pandangan individu
atas populasi dimana bukti itu berasal.
Investor biased dengan reaksi mereka terhadap informasi, dimana terdapat
beberapa atribut dalam merespon informasi, misalnya self-attribution bias dan
momentum bias. Self-attribution bias yaitu individu merasa bahwa hasil dari
keputusan yang baik berasal dari kemampuan mereka, sedangkan hasil yang buruk
dikarenakan ketidakberuntungan realisasi dari states of nature, bukan dari
kesalahan mereka. Kedua atribut ini tidak konsisten dengan sekuritas efisiensi pasar
dan teori keputusan yang mendasarinya.
Motivated Reasoning berarti individu menerima nilai informasi saat ini yang
konsisten dengan pilihan mereka. Jika informasi yang diterima tidak konsisten
dengan preferences mereka, mereka akan menerima dengan skeptis dan mencoba
untuk meragukan informasi tersebut.
Studi yang mempelajari perilaku investor terkait sekuritas pasar efisien adalah
behavioural finance. Selanjutnya kita akan mereview beberapa pertanyaan
mengenai efisiensi yang muncul dari teori ini.

b. Prospect Theory
Teori prospek memberikan alternatif berdasar perilaku pada teori keputusan
rasional. Berdasarkan teori ini, investor yang mempertimbangkan investasi berisiko
akan secara terpisah mengevaluasi keuntungan dan kerugian prospektif. Teori ini
berlawanan dengan teori keputusan dimana investor mengevaluasi keputusan yang
dibuat dalam konteks menilai akibatnya terhadap total kekayaan yang mereka miliki.
Ini merupakan implikasi dari konsep psikologis narrow framing, dimana individu
menganalisis masalah di dalam lingkup yang sanagat tertutup sebagai cara
penghematan dari usaha mental atas pembuatan keputusan.
Teori prospek mengasumsikan loss aversion, perilaku dimana individu tidak
menyukai kerugian walaupun sangat kecil. Hal ini menyebabkan efek disposisi,
dimana investor menunjukkan perilaku pengambil risiko dengan respek pada rugi,
investor menahan saham saat rugi (loser) dan menjual saham saat laba (winner),
dan mungkin membeli lebih pada saham yang rugi.
Teori prospek juga mengasumsikan bahwa ketika individu mengkalkulasikan
perkiraan nilai dari suatu prospek, individu under/overweight probabilitas mereka.
Underweighting probabilitas merupakan bagian dari over confidence, sedangkan
overweighting probabilitas merupakan bagian dari representativeness. Tendensi ini
dapat mengakibatkan pada asumsi ―terlalu rendah atas probabilitas state yang
akan terjadi, dan ―terlalu tinggi atas probabilitas state yang mungkin tidak akan
terjadi.
Kombinasi dari evaluasi terpisah atas untung dan rugi serta weighting/pembobotan
dari probabilitas dapat mengakibatkan variasi luas dari perilaku irasional. Misalnya,
investor menghindar dari pasar saham karena ketakutan atas rugi atau mungkin
underreact atas badnews dengan tetap menahan saham untuk menghindari realisasi
rugi atau bahkan membeli lebih banyak saham loser walaupun menambah risiko.

c. Is Beta Dead?
Implikasi dari CAPM adalah beta saham, yaitu determinan spesifik perusahaan
tunggal atas harapan pengembalian dari saham.
Fama dan French (1992) menemukan bahwa beta dan CAPM memiliki kemampuan
kecil dalam menjelaskan return saham. Mereka menemukan bahwa book-to-market
ratio dan ukuran perusahaan (firm size) lebih signifikan menjelaskan keuntungan
sekuritas. Daripada melihat beta, lebih baik melihat book-to-market ratio dan ukuran
perusahaan sebagai ukuran risiko. Risiko akan meningkat dengan meningkatkanya
book-to-marke ratio dan menurun dengan semakin besarnya ukuran perusahaan.
Hasil penelitian Fama dan French ini menjadikan beta ―mati.
Sebaliknya, Kothari, Shanken, dan Sloan (1995) menemukan bahwa dalam jangka
waktu lama (1941-1990), beta merupakan prediktor signifikan atas return. B/M juga
sebagai prediktor return, tetapi relatif lemah.
Behavioral Finance menyediakan perspektif yang berbeda atas validitas CAPM dan
Beta. Perilaku return saham tidak konsisten dengan CAPM dipandang sebagai bukti
dari ketidakefisienan pasar. Daniel, Hiershleiferk,dan Subrahmanyam (2001)
menyajikan model yg mengasumsikan dua tipe investor, rasional dan
overconfidence. Karena investor rasional, beta saham berhubungan positif dengan
returnnya, sebagaimana pada CAPM. Sedangkan untuk investor overconfidence
bereaksi berlebihan terhadap informasi yang dikumpulkan sendiri, yang mendorong
B/M terlalu tinggi atau rendah. Semakin lama, harga saham beralih ke level efisien
saat overconfidence terungkap. Sehingga hasilnya, beta dan B/M berelasi positif
terhadap return masa depan. Berdasarkan Daniel, Hiershleiferk,dan
Subrahmanyam, relasi positif B/M terhadap return masa depan yang ditemukan oleh
Fama and French tidak didorong oleh investor rasional yang melindungi diri dari
kesulitan keuangan, tetapi didorong oleh overconfidence.
Status CAPM dan implikasinya pada Beta tidak jelas. Beta mungkin berubah selama
ini, tidak stationary. Dari sudut pandang akuntansi, luas beta bukan ukuran risiko
spesifik perusahaan yang relevan, dimana beta hanya meningkatkan peran laporan
keuangan dalam melaporkan informasi berisiko, yang artinya bahwa beta is not
dead. Bagaimanapun juga, beta berubah sepanjang waktu dan secara berangsur-
angsur memiliki status sebagai ukuran risiko dengan variable berdasar akuntansi.
d. Excess Stock Market Volatility
Pertanyaan mengenai apakah pasar efisien didorong dari bukti bahwa adanya
volatilitas harga saham ekses pada level pasar. CAPM beranggapan bahwa beta
dan tingkat bunga bebas risiko konstan, hanya perubahan dalam return pada
portofolio pasar (E(RMT)) yg menyebabkan perubahan dalam return saham-j.
Determinan fundamental E(RMT) adalah dividen harapan agregat di antara semua
perusahaan dalam pasar. Semakin tinggi dividen harapan agregat, semakin banyak
investor akan investasi dalam pasar yang menyebabkan permintaan saham dan
menyebabkan indeks pasar naik, dan sebaliknya. Akibatnya, jika pasar efisien,
perubahan dalam E(RMT) seharusnya tidak menyebabkan perubahan dalam dividen
harapan agregat.
Shiller (1981) menemukan bahwa variabilitas indeks pasar beberapa kali lebih besar
daripada variabilitas dividen agregrat yang menunjukkan bahwa pasar tidak efisien.
Penjelasan yang mungkin dari ketidakefisienan ini adalah faktor keperilakuan
meningkatkan volatilitas pasar saham. Sebagai contoh, Model momentum Daniel et
al. (2001) mengimplikasikan volatilitas pasar ekses seperti harga menaik (overshoot)
dan kemudian jatuh lagi. Shleifer et al. (1990) mempunyai argumen yang berbeda.
Menurut mereka, ada dua investor, yaitu rasional dan berumpan balik positif.
Berumpan balik positif yaitu investor membeli saham ketika harganya mulai naik,
dan sebaliknya. Sedangkan Rasional, investor akan menjual singkat (sell short ),
mengantisipasi turunnya harga yang akan mengikuti harga menaik yang disebabkan
oleh pembelian investor berumpan balik positif. Sebagai hasilnya, terdapat kelebihan
volatilitas di pasar karena harga pasar terus meningkat meskipun investor rasional
percaya bahwa harga saham melebihi nilai pasar efisien.
Penjelasan lain atas temuan Shleifer et al. adalah dividen adalah spesifik untuk
sebagian besar perusahaan. Variabilitas dividen antara perusahaan dapat
didiversifikasikan pada portofolio yang luas, sehingga kita tidak memperkirakan
bahwa variabilitas agregat dividen untuk menjelaskan variabilitas dari index pasar
saham.
Sadka et al. (2009) membandingkan variabilitas dari earnings terhadap variabilitas
return pasar saham. Mereka menemukan bahwa proporsi signifikan dari variabilitas
earning dijelaskan dari faktor ekonomi, dimana variabilitas earnings tidak dapat
didiversifikasikan. Mereka juga menemukan bahwa earning agregat dan return pasar
saham berkorelasi signifikan dan variabilitas earnings menjelaskan porsi signifikan
dari variabilitas return. Variabilitas index pasar saham tidak melebihi earnings, hasil
ini lebih konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas dibanding temuan Shiller.
e. Stock Market Bubbles
Stock market bubbles adalah harga saham meningkat jauh dari nilai rasional yang
menggambarkan kasus ekstrim dari volatilitas. Bubbles berdasarkan Shiller didorong
dari kombinasi bias self attribution dan momentum, trading umpan balik positif, dan
perilaku yang didorong dari prediksi optimis media dari ahli pasar. Shiller
membuktikan bahwa perilaku bubble dapat terjadi suatu waktu, dan sulit diprediksi
kapan berakhirnya. Secepatnya, hal ini akan Meletus karena peningkatan
kepercayaan, seperti gangguan resesi dan peningkatan inflasi.
Namun demikian, perkembangan bubble tidak serta merta mengkontradiksi efisiensi
pasar, tergantung apakah informasi tersedia atau tidak pada saat itu untuk
mempredikasi risiko ini.
f. Diskusi Efisiensi Pasar Saham Vs Behavioural Finance
Secara kolektif, teori behavioural finace dan bukti yang telah didiskusikan
sebelumnya meningkatkan pertanyaan mengenai seberapa jauh efisiensi pasar
sekuritas dan perilaku rasional investor. Fama mengevaluasi bukti ini dan
menyimpulkan bahwa hal ini tidak menjelaskan gambaran besarnya. Walaupun
terdapat bukti inkonsisten dengan efisiensi, tidak terdapat teori alternatif yang
memprediksi dan mengintegrasikan bukti anomali. Misalnya, teori untuk
memprediksi kapan pasar akan overreact atau underreact.
Shleifer (BSV) menggambarkan konsep perilaku konservatif untuk menjelaskan
underreaction. Investor konservatif mengentengkan/underweight relasi bukti baru
terhadap informasi sebelumnya. Sehingga harga saham underreacts, relatif
terhadap reaksi pasar efisien, naik atau turun sampai evaluasi benar-benar terjadi
berdasarkan laporan penghasilan di masa depan.
Sedangkan untuk overreaction, BSV menggambarkan dalam representativeness.
Pada saat investor mengobservasi penghasilan perusahaan yang terus meningkat
sepanjang waktu, investor akan menganggap ini sebagai perusahaan berkembang,
mengesampingkan fakta bahwa kenyataan perusahaan berkembang sangatlah
jarang. Sehingga direlasikan dengan pasar efisien, harga saham overreacts
terhadap laporan penghasilan.
Hirshleifer&Teoh (2003) membuat model dimana sebagian nvestor adalah rasional
sepenuhnya, sedangkan sebagian sisanya memiliki limited attention yang
mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengolah informasi publik yang tersedia.
Limited Attention mempengaruhi interpretasi investor atas informasi. Sehingga pasar
akan underreacts terhadap informasi tambahan. Misalnya, diasumsikan pesent
values dari cadangan (minyak) menurun tajam tahun ini. Hirshleifer&Teoh
memprediksi bahwa pasar akan underreacts terhadap informasi ini karena investor
dengan kemampuan terbatas untuk mengolah informasi hanya berkonsentrasi
terhadap laba bersih perusahaan, mengabaikan informasi RRA yang ada di dalam
MD&A atau catatan laporan keuangan. Membawa current value accounting untuk
cadangan pada pernyataan keuangan secara baik akan memudahkan investor untuk
mengetahui implikasi dari kinerja perusahaan di masa depan dan mempercepat
reaksi pasar.
Hal ini diperkuat dengan bukti empiris oleh Ahmed et al. (2006), dimana mereka
menemukan tidak terdapat reaksi signifikan harga saham atas nlai derivativ yang
diungkapkan sebagai informasi tambahan, tetapi terdapat reaksi positif signifikan
ketika pengungkapan tersebut terdapat pada neraca.

C. ANOMALI PASAR SEKURITAS EFISIEN


Terdapat bukti bahwa pasar mungkin tidak merespon informasi akuntansi tepat
seperti yang diprediksikan oleh teori efisiensi. Contohnya, harga saham mungkin
tidak akan bereaksi penuh terhadap pernyataan keuangan saat itu juga, sehingga
abnormal return berlanjut beberapa waktu mengikuti diumumkannya infrmasi
tersebut. Pasar juga mungkin tidak mengekstrak keseluruhan konten informasi dari
pernyataan keuangan. Kasus ini tidak konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas
sehingga disebut anomali pasar sekuritas efisien. Terdapat dua macam anomali
sebagai berikut.
1. Post-Announcement Drift
Pertama kali laba perusahaan diketahui, isi informasi harus segera diterjemahkan
investor dan terkait dengan harga pasar efisien. Bagaimanapun, sudah diketahui
yang terjadi adalah tidak demikian. Unutk perusahaan yang melaporkan GN dalam
laba per kuarter, return sekuritas abnormal cenderung menyimpang naik pada
beberapa waktu berikutnya dari pengumuman laba. Dengan cara yang sama
perusahaan yang melaporkan BN memiliki return abnormal menyimpang mundur
dengan periode yang sama. Fenomena inilah yang dinamakan post- announcement
drift (PAD).
Bernard dan Thomas (BT, 1989) membuktikan hal ini. Investor yang mengikuti
strategi membeli saham perusahaan GN dan menjual singkat saham perusahaan
BN di hari pengumuman earning, dan menahannya dalam jangka waktu 60 hari,
akan mendapatkan rata-rata return 18% di atas return pasar. GN atau BN disini
adalah perbedaan antara penghasilan kuartal yang dilaporkan saat ini dan
penghasilan di kuartal yang sama tahun lalu. Hal ini disebut quarterly seasonal
earnings changes.
Terlihat bahwa investor meremehkan implikasi penghasilan saat ini terhadap
penghasilan masa depan. Sebagaimana dikatakan BT, telah diketahui bahwa
quarterly seasonal earnings changes berkorelasi positif sampai dengan 3 kuartal
setelahnya. Hal ini seharusnya direspon cepat oleh investor rasional, tetapi
kenyataannya tidak demikian. Dikarenakan adanya PAD, investor membutuhkan
waktu untuk mengetahui hal ini atau mungkin mereka meremehkan korelasi ini.
Penjelasan atas PAD ini salah satunya adalah limited attention, dimana investor
tidak memaksimalkan waktu dan usahanya untuk mengerti sepenuhnya korelasi dari
quarterly seasonal changes. Terdapat penjelasan lain dari Narayanamoorthy (2006)
menggambarkan akuntasi konservatism untuk mengargumentasikan bahwa korelasi
positif antara quarter seasonal changes saat ini dan selanjutnya akan lebih rendah
untuk BN daripada GN. Narayanamoorthy menunjukkan bahwa strategi
menggunakan PAD dan hanya menginvestasikan pada perusahaan GN akan
memberikan abnormal return lebih besar dari 18%.
Chordia dan Shivakumar (CS, 2005) mengatakan bahwa investor tidak sepenuhnya
menggabungkan efek inflasi terhadap pertumbuhan earnings masa depan
perusahaan, investor akan menunggu sampai kenaikan atau penurunan earnings
benar-benar terjadi. Kegagalan investor untuk mengantisipasi inflasi menjadi
sebagian penjelasan atas PAD.
Zhang (2008) meneliti efek PAD dari timelines atas revisi analist forecast yang
mengikuti pengumuman earnings kuartalan. Investor merespon terhadap earnings
kuartal saat ini sebagian dikarenakan revisi analist forecast, dan PAD sebagian
dikarenakan penundaan analist atas prediksi earnings kuartal masa depan.
Kebanyakan manajer mengumumkan perkiraan earning masa depan bersamaan
dengan laporan earning kurtalan saat ini. PAD dari kuartal selanjutnya berkurang
signifikan ketika investor mengharapkan bahwa perkiraan masa depan manajer
adalah akurat.
Efek dari volatilitas earnings pada PAD dipelajari oleh Cao dan Narayanamoorthy
(CN, 2012). Mereka menyimpulkan bahwa makin tinggi volatilitas earnings maka
makin rendah potensi PAD terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa investor tidak cuma
meremehkan implikasi dari earnings saat ini terhadap earnings masa depan, tetapi
juga mengabaikan efek dari volatilitas earnings.
2. Market Response to Accruals
Sloan memisahkan pelaporan laba bersih dalam arus kas dari aktivitas operasional
dan komponen akrual, baik pengurangan ataupun penjumlahan keduanya. Dapat
digambarkan dengan formula berikut ini.
Net income = Cash flow from operations ±Net accruals
Sloan mengatakan bahwa akrual menjadi subjek kesalahan estimasi dan mungkin
manajer akan bias daripada dengan Cash flow, dan berargumen bahwa reliabilitas
yang lebih rendah ini seharusnya mengurangi asosiasi antara akrual saat ini dan
laba bersih periode selanjutnya. Akrual kurang reliable jika dibandingkan dengan
cash flow, komponen earnings pada cash flow lebih persisten daripada komponen
akrual. Hal ini juga dibuktikan dari studi Sloan bahwa Laba bersih yang dilaporkan di
tahun depan jauh lebih berasosiasi dengan komponen operating cash flow dari
pendapatan tahun ini. Sehingga, kita akan memperkirakan bahwa pasar efisien akan
merespon lebih kuat pada GN atau BN dari komponen cash flow dibandingkan
dengan GN atau BN dari komponen akrual.
Namun, hasil penelitian Sloan tidak begitu. Return saham dari perusahaan dengan
akrual tinggi akan turun sepanjang waktu, tidak jatuh begitu saja, sedangkan return
saham dari perusahaan dengan akrual rendah akan terdorong naik. Sloan membuat
simulasi investasi dengan membeli saham perusahaan akrual rendah dan menjual
singkat saham perusahaan akrual tinggi, menahan selama satu tahun, dan
mendapat pengembalian sebesar 10.,4%. Hasil dari Sloan menambah pertanyaan
mengenai rasionalitas investor dan efisiensi pasar saham serupa dengan PAD.
Richardson et al. Memperluas penelitian Sloan dengan memasukkan seluruh non
kas aset dan kewajiban. Mereka menemukan bahwa reliabilitas akrual yang lebih
rendah adalah lebih persisten, dan investor mengabaikan hal tersebut. Sehingga
semakin rendah reliabilitas komponen akrual, investor makin overestimate terhadap
persisten earning, yang mengarahkan terhadap mispricing saham yang besar.
Strategi investasi berdasarkan mispricing ini menghasilkan abnorma return melebihi
dari 10,4%. Anomali ini menunjukkan bahwa pasar sekuritas tidak sepenuhnya
efisien dan inefisiensi tersebut didorong oleh perilaku bias investor.
3. Keterbatasan Arbitrase
Terdapat alasan dari anomali yang persisten, yaitu ―limit to arbitrage‖. Hal itu
adalah biaya yang terjadi oleh investor yang membatasi kemampuan mereka untuk
secara penuh mengeksploitasi anomali dan demikian arbitrase itu hilang. Terdapat
dua batas: biaya transaksi dan risiko.
Perlu dicatat bahwa persisten dari anomali karena limit arbitrase adalah konsisten
dengan rata-rata rasionalitas investor. Terlepas dari apakah persisten itu
dikarenakan perilaku bias atau limit arbitrase, pasar sekuritas tidak sepenuhnya
efisien. Bagaimanapun, pertanyaan yang sebenarnya adalah apakah kekurangan
efisiensi ini disebabkan oleh perilaku bias investor?
Ng Rusticus&Verdi (NRV,2008) mengukur biaya transaksi yang dihadapi investor
dengan bid-ask spread dan komisi. Mereka menemukan bahwa abnormal return
atas strategi membeli saham perusahaan GN dan menjual singkat saham
perusahaan BN dan menahannya selama 3 bulan adalah negatif setelah dikurangi
biaya transaksi. Ketika waktu untuk menahan ditambah menjadi 12 bulan, net return
tidak negatif tetapi sangat jauh berkurang.
Alasan lain untuk tidak melakukan investasi arbitrase adalah risiko yang muncul
akibat mengurangi diversifikasi. Perlu dicatat bahwa portofolio terdiri dari beberapa
saham yang mispricing, seperti saham yang didesain untuk mengksploitasi PAD dan
anomali akrual. Sebagai hasil dari pengurangan diversifikasi, varian dari return
perusahaan tertentu mempunyai peran yang sangat besar. Strategi investasi
arbitrase menyebabkan risiko idiosinkratik. Risiko idiosinkratik ini menjadi limit
arbitrase dari investor rasional yang menghindari risiko. Secara singkat, biaya
transaksi dan risiko idiosinkratik menjadi sebagian penjelasan mengapa anomali
seperti PAD dan akrual masih ada.
Untuk mengerti persisten dari anomali, perlu memperhatikan bahwa terdapat
berbagai macam investor dengan level kesulitan yang berbeda atas biaya transaksi
dan risiko. Bartov et al. meneliti bahwa efek PAD berkurang jika sebagian besar
proporsi atas saham suatu perusahaan dimiliki oleh institusi, hal ini menunjukkan
investor institusi menghasilkan keuntungan arbitrase, dengan demikian
mengeliminasi sebagian PAD.
Penelitian saat ini menunjukkan bahwa dua anomali saat ini hampir hilang. Secara
keseluruhan, terlihat bahwa investor institusi besar dengan biaya transaksi yang
rendah dan manajemen risiko yang baik meningkatkan eksploitasi mereka terhadap
PAD dan anomali akrual sampai dengan anomali tersebut hampir hilang. Jika begitu,
maka penjelasan biaya dan risiko sebagai persisten anomali telah didukung.

D. PERTAHANAN DARI RASIONALITAS RATA-RATA INVESTOR


a) Menggugurkan Ekspektasi Rasional
Mengapa anomali muncul?apakah karena karakteristik perilaku atau dapatkah hal
tersebut terjadi jika investor rata-rata rasional?
Brav&Heaton (2002) mengasumsikan bahwa investor segera mencari perubahan
yang mendasari parameter perusahaan. Diasumsikan terdapat perusahaan yang
melaporkan adanya peningkatan substansial dari penghasilannya. Pertanyaannya,
apakah perusahaan diekspektasikan adanya peningkatan earning power, atau
hanya sebuah noise (bersifat jangka pendek). Untuk menghadapi risiko estimasi,
investor akan mengubah kepercayaan terhadap power earning lebih sedikit jika
mereka yakin earning tinggi benar ada, dan lebih banyak jika mereka yakin itu
hanyalah noise. Untuk mengurangi risiko estimasi, investor akan membutuhkan
informasi tambahan. Jika ekspektasi earning power benar-benar naik, informasi baru
akan diobservasi, kemudian investor akan mengubah estimasi earning power yang
diekspektasikan dan membeli saham tambahan. Sehingga harga saham akan naik,
namun hal tersebut memakan waktu seperti konsep perilaku konservatif.
Argumen mispricing lainnya diungkapkan oleh Lo‘s ―adaptive market
hypothesis (2004). Investor dipandang sebagai rasional terbatas (boundedly
rasional), yaitu ketika lingkungan berubah, mereka membutuhkan waktu untuk
beradaptasi. Hal ini berakibat pada return saham seperti yang diprediksikan dalam
behavioural finance, under atau overreaction terhadap informasi akuntansi. Harga
saham bereaksi terhadap informasi dengan penundaan/delay. Bagaimanapun,
karena harga saham tetap naik, hasil ini konsisten dengan argumen sebelumnya
bahwa investor mengurangi risiko estimasi dengan mencari informasi tambahan.
Selain itu, dari penelitian dibuktikan bahwa semakin berkualitas akuntansinya
berasosiasi signifikan dengan penundaan yang lebih rendah.
Investor rasional membutuhkan waktu untuk menginterpretasi penuh pengumuman
penghasilan. Terdapat pengurangan PAD yang menunjukkan bahwa perkiraan
kredible (dari analist) membantu investor untuk mengatasi secara cepat
ketidakpastian dalam earning masa depan.
b) Menggugurkan Pengetahuan Umum
Pada kasus CAPM, setiap investor diasumsikan mengetahui beta saham dan sluruh
investor mengetahui kalau semua orang mengetahui beta.
Ketika investor membuat keputusan dengan dasar kepercayaan mereka atas
kepercayaan orang lain, daripada kepercayaan mereka tentang states of nature
yang relevan, kepercayaan ini disebut ―higher order belief. Hal ini
dikarenakan kepercayaan investor rasional dapat menghasilkan perilaku harga
saham seperti pada behavioral finance yang diprediksikan.
Hal ini dijelaskan pada model berikut. Generasi pertama investor membeli
menginvestasikan saham pada perusahaan yang berisikodi awal periode satu dan
menjualnya di awal periode dua yang kemudian dibeli oleh generasi dua dan
seterusnya. Hal ini terus berlangsung sampai nilai fundamental perusahaan
terungkap. Model ini menangkap horison jangka pendek banyak investor yang
membuat higher order belief. Pola harga saham ini melawan kondisi pasar yang
efisien. Model ini menyediakan penjelasan kenapa pasar tidak efisien konsisten
dengan rasionalitas investor.
E. SUMMARY RE SECURITIES MARKET INEFFICIENCIES
Konsekuensi yang paling tampak adalah pelaku (trader) cukup noise, tetapi
ekspektasinya nol. Karena itu, bahkan dalam konteks ekspektasi, harga saham
tergantung pada nilai yang mendasar dari saham tersebut. Pada waktu yang lain,
bagaimanapun juga, investor rasional termasuk analysts akan menemukan
mispricing dan mengambil keuntungan dari hal tersebut, yang memicu harga pada
nilai fundamental. Laporan keuangan yang diperbaiki semakin membantu
memprediksi nilai fundamental perusahaan dan mempercepat proses arbitrasi.
Kemudian, dengan mengurangi biaya analisis rasional pelaporan yang lebih baik
akan mengurangi bias dari perilaku investor. Akibatnya, inefisiensi pasar sekuritas
mendukung perpektif pengukuran.
F. CONCLUSIONS ABOUT SECURITIES MARKET EFFICIENCY AND
INVESTOR RATIONALITY
Secara bersama- sama, teori dan bahan bukti menimbulkan pertanyaan yang lebih
besar mengenai luas efisiensi pasar efisien. Terdapat bahan bukti yang
membingungkan perilaku investor dan mengakibatkan mispricing yang besar
kemungkinan terjadi pada perusahaan dimana evaluasi keuangan sulit dilakukan,
misalnya untuk perusahaan dengan sejumlah besar aset tidak berwujud,
perusahaan yang sedang berkembang, dan pada perusahaan dimana asimetri
informasi antara insider dan outsider cukup tinggi. Pada intinya adalah bahwa model
pasar efisien masih bermanfaat sebagai pedoman laporan keuangan, tetapi teori
dan bahan bukti tidak efisien terakumulasi pada saat mendukung perspektif
pengukuran, meskipun harus melalui pengorbanan reliabilitas untuk peningkatan
relevansi.
G. OTHER REASON SUPPORTING A MEASUREMENT PERSPECTIVE
Sejumlah pertimbangan diberikan untuk menyarankan bahwa kegunaan keputusan
atas pelaporan keuangan akan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan perhatian
terhadap pengukuran. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dijelaskan pada poin-
poin berikutnya.

H. THE LOW VALUE RELEVANCE OF FINANCIAL STATEMENT


INFORMATION
Dalam chapter 5 telah dibuktikkan bahwa adanya respon terhadap harga sekuritas
terhadap kandungan informasi mengenai laba bersih. Penelitian ERC menunjukkan
bahwa pasar cukup bergairah dalam menggunakan kemampuannya untuk
mengekstrak implikasi nilai laporan keuangan yang disiapkan dengan dasar
historical cost.
Lev (1989) telah menunjukkan bahwa respon pasar terhadap good news atau bad
news terhadap laba ialah cukup kecil. Kenyataannya, hanya 2 – 5% dari variabilitas
abnormal return dalam narrow-window di seputar tanggal pengumuman laba dapat
diatribusikan terhadap laba itu sendiri. Kebanyakan dari variabilitas atas return
saham terlihat sebagai akibat dari faktor-faktor di luar laba.
Lev (1989) menghubungkan rendahnya saham dengan rendahnya kualitas laba.
Collins et al. (1994) memberikan bukti bahwa kualitas laba dapat ditingkatkan
dengan memasukkan perpektif pengukuran dalam laporan keuangan, dengan dasar
bahwa penambahan ketepatan waktu atas laba yang dinilai dengan nilai wajar tidak
melebihi dari penurunan dalam reliabilitas. Menurut Lev, masih banyak ruang bagi
para akuntan untuk meningkatkan kegunaan informasi laba.
Ohlson’s Clean Surplus Theory
Teori surplus bersih dari Ohlson memberikan kerangka yang konsisten dengan
perspektif pengukuran, dengan menunjukkan bagaimana nilai pasar dari suatu
perusahaan, dapat ditunjukkan dari segi komponen laporan neraca dan laporan
laba- rugi. Teori ini mengasumsikan kondisi ideal, termasuk deviden yang tidak
relevan. Namun demikian, teori ini sudah memberikan banyak keberhasilan dalam
menjelaskan dan memprediksi nilai aktual perusahaan. Garis besar atas teori ini
didasarkan kepada versi sederhana yang dikemukakan oleh Feltham dan Ohlson
(1995) atau dapat disingkat F&O.
I. AUDITORS LEGAL LIABILITY
Mungkin sumber tekanan utama dalam perspektif pengukuran muncul sebagai
reaksi terhadap kegagalan yang begitu luar biasa dari perusahaan-perusahaan
besar, khususnya institusi keuangan.Dengan menggunakan akuntansi biaya historis,
dapat saja terjadi bahwa perusahaan yang ada saat ini bisa menghilang di waktu
kemudian. Sementara itu para akuntan dan para auditor dapat mengklaim bahwa
informasi tentang kegagalan yang akan datang secara harfiah implisit didalam
catatan atau sumber-sumber lain, atau tidak merupakan tanggung jawab mereka,
terdapat logika dasar tertentu terhadap masalah yang dimunculkan oleh mereka-
mereka yang mempertanyakan mengapa laporan keuangan primer tidak secara
lebih jelas meramalkan kemalangan yang terjadi. Lebih lanjut, tekanan-tekanan
tanggung jawab hukum ini cenderung terus meningkat.
J. CONCLUSION
Dengan asumsi keandala yang wajar, akuntansi nilai sekarang dapat
meningkatkan keputusan kegunaan relatif terhadap perspektif informasi Peningkatan
penggunaan akuntansi nilai sekarang dalam pelaporan keuangan Alasan:
 Pasar tidak sepenuhnya efisien
 kekuatan penjelas rendah dari laba bersih untuk pengembalian saham
 Teori Surplus bersih Ohlson
 kewajiban auditor
Keputusan kegunaan bagi investor dapat lebih ditingkatkan dengan akuntansi
konservatif.

Anda mungkin juga menyukai