Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BCF SESI 2

AGNES YURICKE SONGKO (43118010011)

1. MATERI SESI 2

Efficient Market Hypothesis (EMH)

Efficient Market Hypothesis (EMH) menjelaskan bahwa harga sebuah aset (misalnya saham)
merefleksikan semua informasi yang ada. Harga saham akan selalu diperjualbelikan pada harga
wajarnya (fair value). Karena semua informasi bisa diakses dengan mudah dan dengan biaya
yang relatif murah pada pasar ini, tidak ada seorang investorpun bisa memperoleh keuntungan
abnormal secara konsisten.

Asumsi Efficient Market Hypothesis (EMH)

Terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam hipotesis ini, yaitu:

 Adanya biaya transaksi yang rendah dan tidak ada satu pun pelaku pasar yang cukup kuat
dapat mempengaruhi harga saham secara permanen.
 Segala informasi yang dapat mempengaruhi harga saham haruslah tersedia secara luas dan
dapat diakses semua orang. Bahkan sesama investor pun dapat dengan leluasa saling bertukar
informasi.
 Sesaat setelah informasi diterima, investor akan segera bereaksi. Hal ini menyebabkan harga
saham segera melakukan penyesuaian. Perubahan harga yang terjadi pun bersifat independen,
dan tidak terpengaruh oleh harga yang lain dan bergerak dalam bentuk acak (random walk).
Bahkan perubahan harga hari ini tidak terpengaruh oleh harga kemarin, melainkan oleh
informasi yang baru diterima di pasar.

Jika kondisi demikian bisa dipenuhi, maka bisa terwujudlah sebuah kondisi pasar yang efisien.

3 Macam Bentuk Efisiensi Pasar

1. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form of The Efficient Market Hypothesis)
Ini berarti semua informasi di masa lalu (historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk
sekarang. Oleh karena itu, informasi historis (seperti harga dan volume perdagangan di masa
lalu) tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang datang,
karena sudah tercermin pada harga saat ini. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika
informasi masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang (random
walking theory). Harga saham itu bergerak secara acak, maka akan sangat sulit untuk
menentukan pola harga (price patterns) dan memperoleh keuntungan dari pergerakan harga
tersebut. Pada pasar yang sahamnya bergerak acak, maka analisa teknikal dianggap tidak
akurat. Sebaliknya, analisa fundamental dapat menyediakan informasi dan membantu
investor memperoleh keuntungan di atas rata-rata dalam jangka pendek. Namun dalam
jangka panjang, analisa fundamental pun dianggap tidak akurat karena menghasilkan return
yang tidak lebih tinggi dari rata-rata pasar.
2. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi Kuat (Semi-Strong Form of The Efficient Market
Hypothesis)
Ini berarti bahwa harga saham disamping sudah tercermin oleh data pasar (harga saham dan
volume perdagangan masa lalu), juga dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan
(seperti earning, dividen, pengumuman stock split, penerbitan saham baru, ataupun kesulitan
keuangan yang dialami perusahaan). Pasar dikatakan efisien dalam bentuk semi kuat jika
tidak ada investor yang dapat menggunakan informasi yang sedang dipublikasikan untuk
mendapatkan keuntungan abnormal.
Pendukung hipotesis pasar efisien bentuk semi kuat berpandangan bahwa investor dapat
memperoleh keuntungan dengan melakukan pengamatan secara seksama terhadap informasi
publik yang tersedia di pasar. Dalam melakukan pengamatan atas suatu saham, investor dapat
memanfaatkan analisa teknikal dan fundamental untuk memperoleh return di atas rata-rata
pasar. Menurut hipotesis ini, harga saham merupakan cerminan dari semua informasi publik
yang relevan. Harga saham saat ini selain mencerminkan harga saham historis, juga
mencerminkan informasi yang ada di pasar, termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan
dan informasi tambahan seperti peraturan keuangan, perpajakan, suku bunga, beta saham,
termasuk rating perusahaan.
Dengan analisa fundamental misalnya, investor dapat mengidentifikasi sebuah saham melalui
data atau informasi akuntansi (laporan keuangan) mengenai kondisi salah harga (mispriced).
Investor dapat membeli saham-saham yang dianggap sudah undervalue.
3. Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form of The Efficient Market Hypothesis)
Pasar efisien bentuk kuat merupakan pasar dengan efisiensi tertinggi. Dalam pasar ini harga
saham merefleksikan semua informasi, baik yang dipublikasikan (public information)
maupun yang tidak dipublikasikan (private information). Pergerakan harga saham pada pasar
efisien bentuk kuat ditentukan semua informasi historis yang relevan, informasi yang beredar
di publik, termasuk informasi yang hanya diketahui beberapa pihak saja (insider
information), misalnya manajemen, dewan direksi, dan kreditor. Pada pasar yang memiliki
tingkat efisiensi paling kuat ini, tindakan melakukan perdagangan dengan orang dalam
(insider trading) dipercaya tidak akan menghasilkan abnormal returns bagi investor. Pada
pasar ini, prediksi harga, analisa teknikal, dan pandangan dari para penasihat keuangan
“tidaklah berguna”. Cara terbaik untuk memaksimalkan laba adalah dengan mengikuti buy
and hold strategy.

Kritik terhadap Efficient Market Hypothesis

Dalam hipotesis pasar efisien setiap investor diasumsikan bertindak secara rasional. Namun
pada kenyataannya investor justru kerap bertindak irasional sehingga muncul beberapa anomali
di pasar modal. Salah satu teori yang mengkritik hipotesis pasar efisien adalah Behavioral
Finance.

Behavioral finance beranggapan bahwa hipotesis pasar efisien mengabaikan cara investor
dalam membuat keputusan. Asumsi dasar dalam behavioral finance adalah orang tidak selalu
menafsirkan dan memahami informasi dengan benar dan karena itu membuat salah perhitungan
mengenai keuntungan masa mendatang. Banyak fenomena empiris yang menunjukkan adanya
salah tafsir oleh investor. Investor terkadang terlalu yakin pada kemampuan mereka sendiri.
Akibatnya muncullah kesalahan-kesalahan perhitungan karena terlalu banyak menerima
informasi dari masa lalu dan peristiwa-peristiwa yang baru.

Keduanya mengklaim bahwa teorinya paling akurat dalam menjelaskan fenomena perilaku
pasar. Pokok permasalahannya adalah justifikasi apakah perilaku investor itu rasional ataukah
justru tidak rasional. Keduanya memiliki argumen dan bukti empiris yang kuat. Pada
kenyataannya, tidak ada investor yang mengambil keputusan secara rasional penuh, atau
sebaliknya irasional secara penuh.
PERBEDAAN PRINSIP DALAM EFFICIENT MARKET HYPOTHESIS VERSUS
BEHAVIORAL FINANCE

EFFICIENT MARKET HYPOTHESIS BEHAVIORAL FINANCE


Investor dipengaruhi emosi dan berperilaku
irasional ketika investor menganalisis
Investor berperilaku rasional dalam
informasi dan mengambil keputusan investasi
menganalisis informasi dan mengambil
di bawah risiko, seperti overconfident,
keputusan investasi.
anchoring and adjustment, representativeness
bias, dan lain-lain.
Pasar terkadang bereaksi berlebihan atau
Harga saham saat ini mencerminkan
kurang bereaksi terhadap informasi baru
informasi baru secara efisien. Sehingga sesaat
karena orang tidak selalu menafsirkan dan
setelah informasi baru diterima, investor akan
memahami informasi dengan benar dan
segera bereaksi. Hal ini menyebabkan harga
karena itu membuat salah perhitungan
saham segera melakukan penyesuaian.
mengenai keuntungan masa mendatang
2. CONTOH ATAS KASUS MENGENAI EFFICIENT MARKET HYPOTHESIS

Contohnya,

Pada hari ini (hari ke-0), perusahaan A mengumumkan kebijakan merger dengan perusahaan B
guna meningkatkan popularitas kedua perusahaan. Informasi tersebut disampaikan kepada publik
secara merata, sehingga investor pun segera bereaksi, permintaan meningkat, dan menyebabkan
harga saham melakukan penyesuaian dengan naik dari Rp. 1000 menjadi Rp. 1200. Kondisi
tersebut merupakan kondisi pasar yang efisien.

Garis merah menunjukkan kondisi apabiila pasar tidak efisien. Ditunjukan dengan delayed
response atau respon yang lambat dari para investor dalam kondisi ini meski perusahaan sudah
mengeluarkan informasi namun pasar masih lambat dalam menyesuaikan sehingga harga saham
cenderung konstan (Rp. 1000) sampai pada saat tertentu setelah itu baru mengalami penyesuaian
menuju harga wajar (Rp. 1200). Hal ini bisa disebabkan oleh investor yang tidak rasional karena
ragu akan keberhasilan manajer, informasi tidak bisa diakses atau tidak dimengerti investor, dll.

3. CONTOH KASUS MENGENAI BEHAVIORAL FINANCE

Suatu hari, sejumlah media massa diramaikan oleh pemberitaan terkait gugatan hukum terhadap
perusahaan tembakau A. Adapun beberapa waktu sebelumnya, perusahaan tembakau B juga
mengalami kasus serupa. Akibat dari gugatan hukum tersebut, harga saham perusahaan
tembakau B pun anjlok. Melihat dari pengalaman sebelumnya, para investor yang menanamkan
sahamnya di perusahaan tembakau A langsung berbondong-bondong menjual sahamnya. Tak
hanya itu, setelah mendengar kabar ini, investor di perusahaan tembakau C dan D turut ketar-
ketir. Mereka khawatir perusahaan tempatnya menanam saham dituntut dengan gugatan hukum
serupa. Akhirnya, mereka pun menjual kepemilikan saham mereka karena takut akan risiko
kehilangan. Demikian lah, harga sekuritas seluruh perusahaan di industri ini menukik tajam
dalam kurun waktu singkat.

Menurut saya, investor pada perusahaan A menunjukan perilaku irasional langsung berbondong-
bondong menjual sahamnya (herd behavior). Psikologis investor perusahaan C dan D juga
terpengaruhi dan akhirnya memutuskan untuk menjual sahamnya karena takut akan risiko
kehilangan (loss aversion). Pada kasus ini juga menunjukan survivor bias yang dilakukan
investor perusahaan A, C, D pun menyebabkan harga sekuritas seluruh perusahaan di industri ini
menukik tajam.

Anda mungkin juga menyukai