Dilihat dari Peraih Nobel yang diprakarsai oleh ilmuan Swedia Kedua, kelompok yang masih bekerja dengan sains modern,
Alfred Nobel. Penghargaan bergengsi ini mulai diberikan tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmunya
kepada para ilmuan dan tokoh yang dianggap memberi inovasi agar dapat menyaring elemen-elemen yang tak islami.
dan perubahan dunia sejak tahun 1901. Ada enam kategori Kelompok ini berpendapat, bahwa ketika sains modern berada
penghargaan, yaitu Fisika, Kimia, Ekonomi, Sastra, dalam masyarakat yang islami, maka fungsinya termodifikasi
Pengobatan (Fisiologi & Kedokteran) dan perdamaian. sehingga dapat digunakan untuk melayaki kebutuhan cita-cita
Islam. Namun selalu terjadi konflik antara lain nilai-nilai Barat
Umat Islam yang berjumlah sekitar 1,5 milyar saat ini, hanya dalam Sains dengan tujuan masyarakat Islam.
berhasil meraih 12 Nobel (atau sekitar 1,4% saja) dari total 892
peraih nobel sejak 1901. Kalah jauh dengan kelompok- Ketiga, kelompok yang percaya adanya sains Islam dan
kelompok "non-agama" (ateis, agnostik atau freethinker) berusaha membangunnya. Inilah yang diupayakan oleh
apalagi dengan Yahudi sudah tak terkejar sama sekali. beberapa Ilmuan Muslim seperti Sayyed Hossein Nasr, Khursid
Ahmad, Syed Nawab Haidar Naqvi, Muhammad Najetullah
Jika dibandingkan dengan Yahudi populasinya yang cuma Siddiqui, Syed Naquid Al-Attas, Ismail Al Faruqi, Zainuddin
15an juta saja (sekitar 0,2 populasi didunia) tetapi Yahudi bisa Sardar, Munawar Ahmed Annes.
menghasilkan 201 peraih nobel (sekitar 22,5%).
Dilanjut oleh B.J Habibie (1991), proses transformasi suatu Kesadaran tersebut akan semakin meningkatkan keimanan dan
masyarakat menjadi suatu bangsa yang maju teknologi dan ketaqwaan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
industrinya terdiri dari empat tahap yang tumpang tindih. Tiga Ilmu pengetahuan harus dibimbing oleh wahyu (Al-Qur'an)
diantaranya relevan dengan negara-negara berkembang agar ilmu pengetahuan membawa kepada keimanan dan
sedangkan tahap keemapt merupakan kunci bagi negara-negara memberi manfaat dalam kehidupan manusia.
yang ingin mempertahankan keunggulan teknologinya.
Di sini Al-quran tidak hanya menjadi sumber motivasi dan
Tahap pertama dan paling mendasar adalah tahap inspirasi bagi ilmuan, tetapi juga sebagai penuntun agar ilmu
penggunaan teknologi-teknologi yang telah ada didunia ini pengetahuan tidak digunakan (teknologi) untuk tujuan-tujuan
untuk proses-proses nilai tambah dalam rangka produksi yang negatif, membawa kemusyrikan, atau menghancurkan
barang-barang yang telah ada. alam semesta (manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan).
Tahap kedua, adalah tahapan itegrasi teknologi-teknologi Konsep pengembangan ilmu pengetahuan dalam Al-Qur'an
yang telah ada ke dalam desain dan produksi barang-barang bersifat integratif dan komprehensif. Islam tidak memisahkan
yang baru sama sekali, artinya belum ada dipasaran. Pada tahap antara "Ilmu Agama" dan "Ilmu Pengetahuan" Ilmu agama dan
ini dikembangkan desain dan cetak biru. Dengan demikian, ada Ilmu pengetahuan keduanya merupakan Ilmu yang diajarkan
elemen baru, yaitu penciptaan. oleh Tuhan kepada Umat manusia, baik melalui Al-Quran
maupun alam semesta.
Tahap ketiga, adalah tahap pengembangan teknologi itu
sendiri. Pada tahap ini, teknologi-teknologi yang telah ada Al-qur'an maupun alam semesta. Al-Qur'an dan hamparan alam
dikembangkan lebih lanjut. Teknologi barupun dikembangkan semesta adalah sumber Ilmu bagi umat Islam. Mempelajari Al-
dalam rangka merancang produk-produk masa depan. Inilah Qur'an (ayat tanzilyah) dan alam semesta (ayat kauniyah)
skenario bagi negara-negara maju atau negara industri merupakan pintu gerbang untuk mengenal Allah SWT
baru. Tahap keempat adalah tahap penelitian dasar secara (makrifutullah). Prof. B.J Habibie mengatakan: Karena
besar-besaran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pemahaman isi Al-Qur'an harus memanfaatkan ilmu
teknologi untuk transformasi teknologi dan industri negara- pengetahuan, sedangkan dalil-dalil dan hukum-hukum ilmu
negara berkembang. pengetahuan itu sifatnya nisbi dan selalu berkembang, maka
ilmu dan alat-alat yang digunakan untuk memahami Al-Qur'an
Kewajiban menguasai IPTEK dalam Islam, Alquran sangat harus tetap maju dan dinamis, tidak statis.
memperhatikan Ilmu Pengetahuan agar manusia berpikir dan
mengkaji alam semesta sehingga melahirkan suatu kesadaran Sumber :
https://www.kompasiana.com/andi63385/5bea4f3943322f22ab3afd92/islam-dan-
akan kemahakuasaan Allah SWT, pencipta alam semesta. iptek-sikap-intelektual-muslim-4-0?page=all