Anda di halaman 1dari 25

PENYELEWENGAN HUKUM BERDASARKAN SUDUT PANDANG

SISTEM PERADILAN DI INDONESIA


1

DAFTAR ISI

-HALAMAN JUDUL
-KATA PENGATAR 1
-DAFTAR ISI 2
-BAB I PENDAHULUAN 3
+Latar Belakang 3
+Rumusan Masalah 6
+Tujuan Penulisan 6
-BAB II PEMBAHASAN 7
+II.I Definisi 7
+II.II Ciri Negara Hukum 9
+II.III Tujuan Hukum. 10
+II.IV Perbuatan Melawan Hukum (PMH) 10
+II.V Faktor Penyebab Terjadinya
Penyelewengan/Pelanggaran 13
+II.VI Sistem Peradilan Di Indonesia 13
2

-BAB III PENUTUP 24


-DAFTAR PUSTAKA 26

BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Hukum adalah suatu sistem yang dibuat manusia untuk
membatasi tingkah laku manusia agar dapat terkontrol,
selain itu hukum juga merupakan aspek terpenting dalam
pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan kelembagaan.
Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian
hukum dalam masyarakat. Setiap masyarakat berhak
mendapatkan pembelaan didepan hukum, sehingga hukum itu
memuat peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis
maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan
masyarakat dan apabila melanggar akan mendapatkan
sanksi. Hukum sebagai peraturan yang di buat oleh suatu
kekuasaan atau adat yang dianggap berlaku oleh dan
untuk orang banyak, undang-undang, ketentuan, kaedah,
patokan, dan keputusan hakim (Suharso dkk, 2005:171).
Hukum merupakan petunjuk hidup, perintah dan larangan
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat, yang
seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat
karena dapat menimbulkan tindakan pelanggaran oleh
pemerintah atau penguasa (Utrecht, 2012:11).
3

Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat


ketaatan hukum warganya. Semakin tinggi ketaatan hukum
warga suatu negara, akan semakin tertib kehidupan
bermasyarakatnya. Pentingnya ketaatan hukum dalam
suatu negara sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman
oleh masyarakat sebagai aturan yang harus ditaati.
Karena itu Indonesia sebagai negara hukum, yang dalam
kehidupan masyarakatnya tidak lepas dari aturan-aturan
yang berlaku, baik aturan yang tertulis maupun aturan
yang tidak tertulis, maka aturan-aturan tersebut harus
ditaati sepenuhnya. Aturan tersebut diharapkan dapat
menciptakan ketertiban dalam lingkungan masyarakat.
Karena itu pemberian sanksi atau hukuman terhadap
pelanggar aturan perlu diberikan. Negara Indonesia
merupakan negara hukum (Pasal 1 ayat 3 UUD 1945), namun
banyak warga negara yang melanggar hukum atau peraturan
tersebut. Peraturan yang sudah disepakati,
diberlakukan serta diterapkan dalam masyarakat, masih
banyak yang dilanggar. Hal tersebut tidak hanya di
kalangan pemerintah, masyarakat, tetapi juga menyebar
ke instansi-instansi termasuk lembaga pendidikan atau
sekolah-sekolah.
Ketaatan hukum mempunyai kaitan yang erat dengan
hukum. Kesadaran hukum merupakan faktor dalam penemuan
hukum (Lemaire, 1952:46). Sumber segala hukum adalah
kesadaran hukum (Apeldoorn, 1954:9). Menurut
pendapatnya maka yang disebut hukum hanyalah yang
memenuhi kesadaran hukum, maka undang-undang yang tidak
sesuai dengan kesadaran hukum warga negara akan
kehilangan kekuatan hukum yang mengikat.

Negara Indonesia pun menghendaki adanya tatanan


masyarakat yang tertib, tenteram, damai dan seimbang,
sehingga setiap konflik, sengketa atau pelanggaran
diharapkan untuk dipecahkan atau diselesaikan: hukum
harus ditegakkan, setiap pelanggaran hukum harus secara
konsisten ditindak, dikenai sanksi. Kalau setiap
pelanggaran hukum ditindak secara konsisten maka akan
4

timbul rasa aman dan damai, karena ada jaminan


kepastian hukum. Untuk itu diperlukan peradilan, yaitu
pelaksanaan hukum dalam hal konkrit adanya tuntutan
hak, fungsi mana dijalankan oleh suatu badan yang
berdiri sendiri dan diadakan oleh negara serta bebas
dari pengaruh apa atau siapapun dengan cara memberikan
putusan yang bersifat mengikat dan bertujuan mencegah.
Disebutkan dalam UUD 1945 pasal 28 D ayat (1) bahwa
“ Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang asli serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum”. Winarta
(2009:334) menyatakan bahwa “dalam negara hukum, hukum
adalah panglima (supreme). Semua persoalan harus dapat
diselesaikan dengan hukum dan sama sekali bukan melalui
kekuasaan apalagi kekerasan”. Ini artinya bahwa semua
masyarakat Indonesia juga memiliki hak untuk
mendapatkan perlakuan adil di hadapan hukum. Disinilah
peran lembaga peradilan menjadi sesuatu yang krusial.
Lembaga peradilan diharapkan menjadi tempat bagi
masyarakat mendapatkan keadilan dan menaruh harapan.
Namun, realitanya jauh dari harapan. Justru, pengadilan
dianggap sebagai tempat yang berperan penting
menjauhkan masyarakat dari keadilan. Orang begitu sinis
dan apatis terhadap lembaga peradilan. Harapan akan
memperoleh kebenaran dan keadilan pun pupus ketika
ditemukan adanya permainan sistematis yang diperankan
oleh segerombolan orang yang bernama mafia peradilan.
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem
hukum hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian
besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana,
berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari
Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda
(Nederlandsch-Indie). Hukum Agama, karena sebagian
besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka
dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak
terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan dan
warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem
5

hukum Adat, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan


setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di
wilayah Nusantara.

I.II RUMUSAN MASALAH

+Apa itu Hukum ?


+ Apa itu penyelewengan hukum ?
+ Bagaimana sistem peradilan di Indonesia ?
+ Bagaimana hubungan antara penyelewengan hukum dan
sistem peradilan Indonesia ?

I.III TUJUAN PENULISAN

Diharapakan dengan makalah ini pembaca dapat


mengetahui,memahami serta mendeskripsikan :

+ Pengertian hukum dan bagaimana hukum dalam


mengatur ketertiban dalam masyarakat
+ Bentuk-bentuk penyelewengan hukum
+ Sistem peradilan di Indonesia
+ Keterkaitan antara penyelewengan hukum dan sistem
peradilan di Indonesia

BAB II
6

PEMBAHASAN

II.I DEFINISI

● Hukum

Menurut KBBI :

peraturan atau adat yang secara resmi dianggap


mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa atau
pemerintah; undang-undang, peraturan, dan sebagainya
untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat; patokan
(kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dan
sebagainya) yang tertentu; keputusan (pertimbangan)
yang ditetapkan oleh hakim (dalam pengadilan); vonis ;

Menurut Wikipedia :

Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan


atas rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk
penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi
dan masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak,
sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar
masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana,
hukum pidana yang berupayakan cara negara dapat
menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak
asasi manusia dan memperluas kekuasaan politik serta
cara perwakilan mereka yang akan dipilih.

Menurut beberapa ahli :

Lawrence M Friedman

hukum secara umum adalah pendapat manusia yang


dilahirkan dari sebuah perasaan moral manusia yang
7

secara universal sehingga hukum harus dijadikan suatu


pedoman kehidupan.

C.S.T Kansil

Hukum adalah suatu pengatur ketatatertiban dalam


pergaulan manusia, yang sebagai keamanan dan ketertiban
yang terpelihara.

Immanuel Kant

adalah keseluruhan aturan yang dapat menjaga kehendak


bebas dari orang lain. Dengan demikian setiap orang
harus menghargai hak dan kebebasan orang lainnya selama
hal tersebut tidak merugikan

Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja

hukum merupakan keseluruhan kaidah dan seluruh asas


yang mengatur pergaulan hidup bermasyarakat dan
mempunyai tujuan untuk memelihara ketertiban dan
meliputi berbagai lembaga dan proses untuk dapat
mewujudkan berlakunya kaidah sebagai suatu kenyataan
dalam masyarakat.

● Penyelewengan

Menurut KBBI :
se·le·weng /seléwéng/, me·nye·le·weng menyimpang dari
jalan yang benar (dalam arti kiasan seperti menyimpang
dari tujuan atau maksud, tidak menurut perintah,
menyalahi aturan, memberontak, berzina);
me·nye·le·weng·kan menyalahgunakan sesuatu: - uang
negara;
8

pe·nye·le·weng n orang yang menyeleweng; pengkhianat;


pe·nye·le·weng·an n proses, cara, perbuatan
menyeleweng; penyimpangan; pengkhianatan;
penyalahgunaan; penyimpangan tanpa landasan (dasar)

Jadi dapat kita simpulkan bahwa “Penyelewengan Hukum”


adalah suatu aturan/patokan/putusan/kesepakatan
mengenai ketertiban, yang pelaksanaannya bersifat
menyimpang/penyalahgunaan/tanpa berlandasan.

II.II Ciri Negara Hukum

A. Fridrich Julius Sthal


1. Adanya hak asasi manusia
2. Adanya trias politika
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan – peraturan.

B. A. V. Dicey
1. Supremasi hokum dalam arti tidak boleh ada
kesewenang – wenangan sehingga seseorang bisa dihukum
jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama di depan hokum baik bagi
masyarakat biasa ataupun pejabat.
3. Terjaminya hak – hak manusia oleh undang – undang
dan keputusan – keputusan pengadilan.

II.III TUJUAN HUKUM

A. Prof . Soebekti, S. H. Tujuan hukum adalah


menyelenggarakan keadilan dan ketertiban untuk
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan.
B. Prof. I. J. Apeldron Hukum bertujuan untuk mengatur
pergaulan hidup secara damai.
C. Prof. Notohamidjoyo Hukum memiliki tiga tujuan yaitu
:
1. Mendatangkan tata dan damai dalam masyarakat
2. Mewujutkan keadilan
9

3. Menjaga agar manusia diperlakukan, sebagai manusia.

Tujuan yang penting dan hakiki dari hukum adalah


memamusiakan manusia, dalam hukum terdapat teori tujuan
hukum sebagai berikut :
a. Teori Etis, meneurut teori ini tujuan hukum adalah
untuk mencapai keadilan.
b. Teori Utilitas, menurut teori ini tujuan hukum
adalah memberikan faedah sebanyak – banyaknya bagi
masyarakat.
c. Campuran dari teori etis dan utilitas, menurut teori
ini hukum bertujuan untuk menjaga ketertiban dan untuk
mencapai keadilan dalam masyarakat.

II.IV PERBUATAN MELAWAN HUKUM (PMH)

Berbicara tentang penyelewangan hukum berarti juga


berbicara mengenai “Perbuatan Melawan Hukum”.
Perbuatan melawan Hukum (onrechtmatige daad) dalam
konteks perdata diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata atau Burgerlijk Wetboek (“BW”),
dalam Buku III BW, pada bagian “Tentang perikatan-
perikatan yang dilahirkan demi Undang-Undang”, yang
berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian


kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian
tersebut.”

Menurut Rosa Agustina, dalam bukunya Perbuatan Melawan


Hukum, terbitan Pasca Sarjana FH Universitas Indonesia
(2003), hal. 117, dalam menentukan suatu
perbuatan dapat dikualifisir sebagai melawan hukum,
diperlukan 4 syarat:

1. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku


2. Bertentangan dengan hak subjektif orang lain
10

3. Bertentangan dengan kesusilaan


4. Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan
kehati-hatian.

Sedangkan, dalam konteks hukum pidana, menurut pendapat


dari Satochid Kartanegara, “melawan hukum”
(Wederrechtelijk) dalam hukum pidana dibedakan
menjadi:

1.Wederrechtelijk formil, yaitu apabila sesuatu


perbuatan dilarang dan diancam dengan hukuman oleh
undang-undang.
2. Wederrechtelijk Materiil, yaitu sesuatu perbuatan
“mungkin” wederrechtelijk, walaupun tidak dengan tegas
dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang.
Melainkan juga asas-asas umum yang terdapat di dalam
lapangan hukum (algemen beginsel).

Lebih lanjut, Schaffmeister, sebagaimana dikutip oleh


Andi Hamzah dalam bukunya Pengantar Dalam Hukum Pidana
Indonesia, hal. 168, berpendapat bahwa “melawan hukum”
yang tercantum di dalam rumusan delik yang menjadi
bagian inti delik sebagai “melawan hukum secara khusus”
(contoh Pasal 372 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana/KUHP), sedangkan “melawan hukum” sebagai unsur
yang tidak disebut dalam rumusan delik tetapi menjadi
dasar untuk menjatuhkan pidana sebagai “melawan hukum
secara umum” (contoh Pasal 351 KUHP).

Pendapat dari Schaffmeister ini benar-benar diterapkan


dalam hukum positif di Indonesia, contohnya dalam Pasal
2 dan Pasal 3 Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Jo.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (“UU Tipikor”). Dalam Pasal 2 UU
Tipikor terdapat unsur melawan hukum, sedangkan dalam
Pasal 3 UU Tipikor tidak dicantumkan unsur “melawan
hukum”. Lebih jelas lagi dalam penjelasan Pasal 2 UU
11

Tipikor disebutkan:

Yang dimaksud dengan “secara melawan hukum” dalam Pasal


ini mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil
maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan
tersebut tidak diatur dalam peraturan perudang-
undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap
tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau
norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka
perbuatan tersebut dapat dipidana.

Mengenai perbedaan perbuatan “melawan hukum” dalam


konteks Hukum Pidana dengan dalam konteks Hukum Perdata
adalah lebih dititikberatkan pada perbedaan sifat Hukum
Pidana yang bersifat publik dan Hukum Perdata yang
bersifat privat. Untuk itu, sebagai referensi, saya
akan mengutip pendapat dari Munir Fuady dalam bukunya
Perbuatan Melawan Hukum (Pendekatan Kontemporer),
terbitan PT. Citra Aditya Bakti (Bandung: 2005), hal.
22, yang menyatakan:
“Hanya saja yang membedakan antara perbuatan (melawan
hukum) pidana dengan perbuatan melawan hukum (perdata)
adalah bahwa sesuai dengan sifatnya sebagai hukum
publik, maka dengan perbuatan pidana, ada kepentingan
umum yang dilanggar (disamping mungkin juga kepentingan
individu), sedangkan dengan
perbuatan melawan hukum (perdata) maka yang dilanggar
hanya kepentingan pribadi saja.”

II.V FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA


PENYELEWENGAN/PELANGGARAN

Terdapat dua faktor penyebab terjadinya


penyelewengan/pelanggaran :

● Faktor Internal : Faktor yang berasal dari manusia


itu sendiri
12

Contoh : Rasa egois, serakah, ingin terlihat hebat,


keras kepala, kurangnya tingkat kesadaran dll.
● Faktor Eksternal : Faktor yang berasal dari luar
individu,seperti pengaruh sosial, pergaulan, media
dll.

II.VI SISTEM PERADILAN DI INDONESIA

Sistem peradilan di suatu negara masing-masing


dipengaruhi oleh sistem hukum yang dianut oleh negara
tersebut. Menurut Eric L. Richard, sistem hukum utama
di dunia adalah sebagai berikut :

● Civil Law, hukum sipil berdasarkan kode sipil yang


terkodifikasi. Sistem ini berasal dari hukum
Romawi (Roman Law) yang dipraktekkan oleh negara-
negara Eropa Kontinental, termasuk bekas
jajahannya.

● Common Law, hukum yang berdasarkan


custom.kebiasaaan berdasarkan preseden atau judge
made law. Sistem ini dipraktekkan di negara-negara
Anglo Saxon, seeprti Inggris dan Amerika Serikat.

● Islamic Law, hukum yang berdasarkan syariah Islam


yang bersumber dari Al Qur’an dan Hadits.
Socialist Law, sistem hukum yang dipraktekkan di
negara-negara sosialis.

● Sub-Saharan Africa Law, sistem hukum yang


dipraktekkan di negara Afrika yang berada di
sebelah selatan Gunung Sahara.

● Far Fast Law, sistem hukum Timur jauh - merupakan


sistem hukum uang kompleks yang merupakan
perpaduan antara sistem Civil Law, Common Law, dan
Hukum Islam sebagai basis fundamental masyarakat.
13

Pada dasarnya sistem hukum nasional Indonesia terbentuk


atau dipengaruhi oleh 3 sub-sistem hukum, yaitu :

● Sistem Hukum Barat, yang merupakan warisan para


penjajah kolonial Belanda, yang mempunyai sifat
individualistik. Peninggalan produk Belanda sampai
saat ini masih banyak yang berlaku, seperti KUHP,
KUHPerdata, dsb.

● Sistem Hukum Adat, yang bersifat komunal. Adat


merupakan cermin kepribadiansuatu bangsa dan
penjelmaan jiwa bangsa yang bersangkutan dari abad
ke abad (Soerojo Wigdjodipuro, 1995 : 13).

Sistem Hukum Islam, sifatnya religius. Menurut


seharahnya sebelum penjajah Belanda datang ke
Indonesia, Islam telah diterima oleh Bangsa
Indonesia.Adanya pengakuan hukum Islam seperti
Regeling Reglement, mulai tahun 1855, membuktikan bahwa
keberadaan hukum Islam sebagai salah satu sumber hukum
Indonesia nerdasarkan teori “Receptie” (H. Muchsin,
2004). Sistem Peradilan Indonesia dapat diartikan
sebagai “suatu susunan yang teratur dan saling
berhubungan, yang berkaitan dengan kegiatan
pemeriksaan dan pemutusan perkara yang dilakukan oleh
pengadilan, baik itu pengadilan yang berada di
lingkungan peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer, maupun peradilan tata usaha negara, yang
didasari oleh pandanganm, teori, dan asas-asas di
bidang peradilan yang berlaku di Indonesia”.

Oleh karena itu dapat diketahui bahwa Peradilan yang


diselenggarakan di Indonesia merupakan suatu sistem
yang ada hubungannya satu sama lain,
peradilan/pengadilan yang lain tidak berdiri sendiri-
sendiri, melainkan saling berhubungan dan berpuncak
pada Mahkamah Agung. Bukti adanya hubungan antara satu
lembaga pengadilan dengan lembaga pengadilan yang
14

lainnya salah satu diantaranya adalah adanya “Perkara


Koneksitas”.

Hal tersebut terdapat dalam Pasal 24 Undang-undang


Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman. Sistem
Peradilan Indonesia dapat diketahui dari ketentuan
Pasal 24 Ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 10 Ayat (1) Undang-
undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman.
Dalam Pasal 15 UU Kekuasaan Kehakiman diatur mengenai
Pengadilan Khusus sebagai berikut :
Pengadilan khusus hanya dapat dibentuk dalam
salah satu lingkungan peradilan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 yang diatur dengan Undang-Undang.
Pengadilan Syariah Islam di Provinsi Nangro Aceh
Darussalam merupakan pengadilan khusus dalam
lingkungan peradilan agama sepanjang kewenangannya
menyangkut kewenangan peradilan agama, dan merupakan
pengadilan khusus dalam lingkungan paradilan umum
sepanjang kewenangannya menyangkut peradilan umum.

Berdasarkan uraian tersebut, maka sistem peradilan yang


ada di Indonesia sebagai berikut:
15

1. Mahkamah Agung ( UU No. 5 tahun 2004 )


Mahkamah Agung adalah pengadilan negara tertinggi dari
semua lingkungan peradilan, yang dalam melaksanakan
tugasnya terlepas dari pemerintah, Mahkamah Agung
(disingkat MA) adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama dengan
Mahkamah Konstitusi.
Susunan MA terdirin dari Pimpinan, Hakim Anggota, dan
Sekretaris MA. Pimpinan MA terdiri dari seorang Ketua,
dua Wakil Ketua, dan beberapa orang Ketua Muda, yang
kesemuanya dalah Hakim Agung dan jumlahnya paling
banyak 60 orang. Sedangkan beberapa direktur jendral
dan kepala badan. Mahkamah Agung mengadili pada tingkat
kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat
terakhir oleh pengadilan di semua lingkungan peradilan
yang berada dibawah Mahkamah Agung, yaitu :

❖ Peradilan umum ( UU No 2 Tahun1986)


Peradilan Umum adalah lingkungan peradilan di
16

bawah Mahkamah Agung yang menjalankan kekuasaan


kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Adapun kekuasaan kehakiman di lingkungan
peradilan umum dilaksanakan oleh lembaga-lembaga
berikut ini:

● Pengadilan Tinggi. Pengadilan Tinggi merupakan


pengadilan tingkat banding yang berkedudukan
di ibukota provinsi, dengan daerah hukum
meliputi wilayah provinsi.

● Pengadilan Negeri. Pengadilan Negeri adalah


suatu pengadilan yang sehari-hari memeriksa
dan memutuskan perkaratingkat pertama dari
segala perkara perdata dan pidana untuk semua
golongan yang berkedudukan di ibukota
kabupaten/kota, dengan daerah hukum meliputi
wilayah kabupaten/kota.

Selain itu, juga terdapat beberapa kekuasan kehakiman


lain di lingkungan peradilan umum yang dilaksakann oleh
lembaga-lembaga berikut :

+Pengadilan Anak (UU No. 3 Tahun 1997)


+Pengadilan Niaga (Perpu No. 1 Tahun 1989)
+Pengadilan HAM (UU No. 26 Tahun 2000)
+Pengadilan TPK (UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20
tahun 2002)
+Pengadilan Hubungan Industrial (UU No. 2 Tahun 2004)
+Mahkamah Syariah NAD (UU No. 18 Tahun 2001)
+Pengadilan Lalu Lintas (UU No. 14 Tahun 1992).

❖ Peradilan agama ( UU No 7 Tahun1989)


Peradilan Agama adalah lingkungan peradilan di
bawah Mahkamah Agung bagi rakyat pencari keadilan
yang beragama Islam mengenai perkara perdata
tertentu yang diatur dalam Undang-Undang. Dalam
lingkungan Peradilan Agama, kekuasaan kehakiman
17

dilaksanakan oleh :

● Pengadilan Tinggi Agama. Pengadilan Tinggi


Agama merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Agama sebagai pengadilan
tingkat banding yang berkedudukan di ibu kota
Provinsi.

● Pengadilan Negeri Agama. Pengadilan Negeri


Agama atau yang biasa disebut Pengadilan Agama
merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan
di ibu kota kabupaten atau kota.

❖ Peradilan Militer (UU No 5 Tahun1950 UU No 7


Tahun1989 )

Peradilan Militer adalah lingkungan peradilan di


bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman mengenai kejahatan-kejahatan yang berkaitan
dengan tindak pidana militer. Pengadilan dalam
lingkungan militer terdiri dari :

● Pengadilan Militer Utama. Pengadilan Militer Utama


merupakan badan pelaksana kekuasaan peradilan di
bawah Mahkamah Agung di lingkungan militer yang
bertugas untuk memeriksa dan memutus pada tingkat
banding perkara pidana dan sengketa Tata Usaha
Angkatan Bersenjata yang telah diputus pada
tingkat pertama oleh Pengadilan Militer Tinggi
yang dimintakan banding. Susunan persidangan
Pengadilan Militer Utama untuk memeriksa dan
memutus perkara sengketa Tata Usaha Angkatan
Bersenjata pada tingkat banding adalah 1 orang
Hakim Ketua dan 2 orang Hakim Anggota dan dibantu
1 orang Panitera.
18

● Pengadilan Militer Tinggi. Pengadilan Militer


Tinggi merupakan badan pelaksana kekuasaan
peradilan di bawah Mahkamah Agung di lingkungan
militer yang bertugas untuk memeriksa dan memutus
pada tingkat pertama perkara pidana yang
terdakwanya adalah prajurit yang berpangkat Mayor
ke atas. Susunan persidangan adalah 1 orang Hakim
Ketua dan 2 orang Hakim Anggota yang dihadiri 1
orang Oditur Militer/ Oditur Militer Tinggi dan
dibantu 1orang Panitera.

● Pengadilan Militer. Pengadilan Militer merupakan


badan pelaksana kekuasaan peradilan di bawah
Mahkamah Agung di lingkungan militer yang bertugas
untuk memeriksa dan memutus pada tingkat pertama
perkara pidana yang terdakwanya adalah prajurit
yang berpangkat Kapten ke bawah. Susunan
persidangan adalah 1orang Hakim Ketua dan 2 orang
Hakim Anggota yang dihadiri 1orang Oditur Militer/
Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 orang Panitera

● Pengadilan Militer Pertempuran. Pengadilan Militer


Pertempuran merupakan badan pelaksana kekuasaan
kehakiman di lingkungan militer untuk memeriksa
dan memutuskan perkara pidana yang dilakukan oleh
prajurit di medan pertempuran. Susunan persidangan
adalah 1 orang Hakim Ketua dengan beberapa Hakim
Anggota yang keseluruhannya selalu berjumlah
ganjil, yang dihadiri 1 orang Oditur Militer/
Oditur Militer Tinggi dan dibantu 1 orang Panitera.

Rangkuman tugas Peradilan Militer :

+Pengadilan Militer untuk mengadili anggota TNI yang


berpangkat prajurit.
+Pengadilan Militer Tinggi, untuk mengadili anggota
TNI yang berpangkat perwira s.d kolonel
+Pengadilan Militer Utama, untuk mengadili anggota
19

TNI yang berpangkat Jenderal.


+Pengadilan Militer Pertempuran, untuk mengadili
anggota TNI ketika terjadi perang.

❖ Peradilan Tata Usaha Negara ( UU No 5 Tahun1986)

Peradilan Tata Usaha Negara adalah lingkungan peradilan


di bawah Mahkamah Agung yang melaksanakan kekuasaan
kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa Tata Usaha Negara. Kekuasaan Kehakiman pada
Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan oleh :

● Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pengadilan


Tinggi Tata Usaha Negara merupakan sebuah lembaga
peradilan di lingkungan Peradilan Tata Usaha
Negara pada tingkat banding yang berkedudukan di
ibu kota Provinsi. Susunan pengadilan terdiri atas
Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, dan Sekretaris;
dan pemimpin pengadilan terdiri atas seorang Ketua
dan seoirang Wakil Ketua.

● Pengadilan Tata Usaha Negara. Pengadilan Tata


Usaha Negara merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara pada
tingkat pertama yang berkedudukan di ibu kota
kabupaten atau kota. Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara bertugas dan berwenang:(a) meemeriksa dan
memutuskan sengketa Tata Usaha Negaradi tingkat
banding; (b) memeriksa dan memutuskan mengadili
antara pengadilan Tata Usaha Negara di dalam daerah
hukumnya; (c) memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan ditingkat pertama sengketa Tata
Usaha Negara.

2. Mahkamah Konstitusi (UU No. 24 tahun 2003)


Salah satu lembaga tinggi negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman (bersama Mahkamah Agung) yang
20

merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna


menegakkan hukum dan keadilan. Susunan MK terdiri dari
seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua
merangkap anggota, serta 7 orang anggota hakim
konstitusi yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Hakim konstitusi harus memiliki syarat: memiliki
intergritas dan kepribadian yand tidak tercela; adil;
dan negarawan yang menguasai konstitusi
ketatanegaraan.

Tugas Mahkamah Konstitusi adalah :


+Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945
+Memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara yang
kewenangannya diberi oleh UUD 1945.
+Memutus Pembubaran Partai Politik.
+Memutus perselisihan tentang PEMILU.
+Memberikan putusan atas pendapat DPR tentang dugaan
Presiden/Wakil Presiden melanggar hukum, berupa :
mengkhianati negara, korupsi, suap, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela lainnya.

3. Komisi Yudisial (UU Nomor 22 Tahun 2004)


Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai
wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Anggota komisi yudisial harus memiliki pengetahuan dan
pengalaman di bidang hukum serta memiliki integritas
dan kepribadian yang tidak tercela.
Komisi Yudisial terdiri dari pimpinan dan anggota.
Pimpinan Komisi Yudisial terdiri atas seorang Ketua dan
seorang Wakil Ketua yang merangkap anggota. Komisi
Yudisial mempunyai 7 orang anggota, yang merupakan
pejabat negara yang direkrut dari mantan hakim, praktis
hukum, akademis hukum, dan anggota masyarakat.
21

BAB III
PENUTUP
Hukum bersifat memaksa dan mengikat dengan disertai
sanksi bagi pelanggarnya yang bertujuan untuk mengatur
22

ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat. Untuk


mencapai ketentraman dan ketertiban dalam masyarakat
dibutuhkan sikap masyarakat yang sadar hukum. Selain
masyarakat pemerintahpun juga harus sadar hukum. Maka
tercapailah ketentraman dan ketertiban itu. Untuk
mengantisipasi berbagai pelanggaran hukum yang terjadi
maka di Indonesia telah ada berbagai macam Pengadilan.
Dari yang mengadili masyarakat sampai dengan pemerintah
dan para pejabat. Namun realita yang terjadi dalam
sistem peradilan Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan. Banyak terjadi kasus dalam peradilan
Indonesia yang mengecewakan.

Penyebab penyimpangan sistem peradilan yang terjadi di


Indonesia diantaranya:
1) Materi dan sanksi hukum yang tidak lengkap, sanksi
hukum yang tidak member efek jera, hukum hanya
mementingkan kepastian hukum dan mengabaikan keadilan,
dan tidak mengikuti perkembangan zaman.
2) Sistem peradilan yang berjenjang, pembuktian yang
lemah dan tidak meyakinkan, dan tidak adanya persamaan
di depan hukum.
3) Perilaku aparat penegak hukum, mulai dari polisi,
panitera, jaksa hingga hakim yang sangat mengecewakan
atau sering disebut dengan mafia peradilan.

Untuk mencapai peradilan yang bebas dan tidak memihak


maka perlu dilakukan perbaikan dari seluruh aspek
peradilan yang ada. Terutama perbaikan dari aparat
penegak hukum. Mereka harus benar-benar memiliki moral
yang baik karena di tangan merekalah masa depan
peradilan Indonesia ini berada. Mereka juga tidak boleh
mengsampingkan campur tangan Tuhan dalam suatu
peradilan seperti mekanisme sistem hukum dan peradilan
sekuler. Karena dengan hal ini maka akan dicapai adanya
peradilan yang benar-benar adil tanpa adanya tebang
pilih dan diskriminasi. Selain itu perlu dilakukannya
perbaikan dan penyempurnaan dalam materi serta sanksi
23

hukum yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/hukum.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Hukum
https://www.zonareferensi.com/pengertian-hukum/
https://bogiepop21.blogspot.com/2019/03/makalah-
sistem-peradilan-di-indonesia.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/kbbi.web.id/seleweng.htm
l
24

https://m.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5142
a15699512/perbuatan-melawan-hukum-dalam-hukum-
perdata-dan-hukum-pidana/
https://brainly.co.id/tugas/12714195
https://seniorkampus.blogspot.com/2017/10/02-sistem-
peradilan-di-indonesia.html?m=1
https://agustleoprince.blogspot.com/2017/03/makalah-
pelanggaran-hukum.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai