Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kornea merupakan lapisan depan bola mata, transparan, merupakan

jaringan yang tidak memiliki pembuluh darah (avaskular). Kerusakan kornea

merupakan penyebab utama kebutaan monokular di dunia. Kekeruhan kornea

yang paling banyak disebabkan oleh keratitis infeksius merupakan penyebab

kebutaan ke empat secara global dan merupakan penyebab 10% gangguan

penglihatan yang dapat dihindari di negara-negara berkembang (Nursalamah

& Angga, 2019). Peradangan kornea jika tidak didiagnosis secara dini serta

tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat menimbulkan kerusakan pada

kornea sampai dapat berlanjut menjadi ulkus. Ulkus kornea adalah keadaan

patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat disertai defek kornea

bergaung dan diskontinuitas jaringan kornea dengan kehilangan epitel juga

sampai mengenai stromal kornea (AAO, 2012).

Angka kejadian ulkus kornea infeksius maupun non-infeksius terbanyak

pada jenis kelamin laki-laki (Sharma, et al., 2015). Usia penderita ulkus kornea

infeksius terbanyak adalah orang yang berusia 40-60 tahun (Gandhi, et al.,

2014) dan pada sebuah penelitian di India menunjukan 65% kasus ulkus non-

infeksius terbanyak terjadi pada rentang usia 18-45 tahun (Sharma, et al.,

2015). Insiden ulkus kornea pada negara berkembang diperkirakan 100 hingga

800 per 100.000 orang per tahun. Menurut data infodatin tahun 2014, kebutaan

yang disebabkan oleh kekeruhan kornea merupakan penyebab keempat

kebutaan di Indonesia (Nursalamah dan Angga, 2019).

1
2

Pada kebanyakan kasus ulkus kornea infeksius hanya mengenai satu

mata. Ulkus kornea non-infeksius bisa mengenai satu atau kedua mata. Ulkus

Kornea dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, penyakit autoimun, dan

hilangnya persarafan kornea. Sebagian besar penduduk Indonesia masih

bekerja dalam sektor pertanian termasuk peternakan dan perikanan termasuk

penduduk di Provinsi Sumatera Barat. Hal ini menjadi salah satu faktor yang

berperan untuk terjadinya cedera mata hingga terjadi ulkus kornea. Akibat dari

penyembuhan ulkus kornea terbentuk sikatrik kornea berupa kekeruhan konea

sehingga tajam penglihatan dapat menurun hingga dapat mengakibatkan

kebutaan. Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan, cepat

lambatnya mendapat pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada

tidaknya komplikasi yang timbul (Suharjo dan Hartono, 2007). Komplikasi

yang mungkin timbul akibat ulkus kornea antara lain kebutaan parsial atau

komplit karena endoftalmitis, prolaps iris, sikatrik kornea, katarak, glaukoma

sekunder, perforasi atau impending perforasi kornea, dan descemetocele

sekunder (Vaughan, 2008). Berdasarkan pernyataan diatas maka diperlukan

pengetahuan mengenai ulkus kornea melalui asuhan keperawatan pada klien

dengan ulkus kornea.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaiamana konsep teori dan asuhan keperawatan pada pasien ulkus

kornea?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum


3

Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

ulkus kornea.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep teori ulkus kornea

2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis ulkus kornea di ruang bedah Melati RSUD DR. Soetomo

Surabaya.
4

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Ophthalmology.(2012). External Disease and Cornea Section 8. San


Fransisco: AAO MD Association.
Gandhi S, Shakya DK, Ranjan KP, Bansal S (2014). Corneal ulcer: A prospective clinical and
microbiological study. International Journal of Medical Science and Public Health, 3
(11): 1334-1337.
Nursalamah, Mia dan Angga F,.(2019).Tatalaksana Ulkus Kornea Yang Disebabkan Oleh
Methycillin-Resistant Staphylococcus Haemolyticus (MRSH). Ilmu Kesehatan Mata
FK UNPAD. Available at: http://www.yankes.kemkes.go.id/read--tatalaksana-ulkus-
kornea-yang-disebabkan-oleh-methycillinresistant-staphylococcus-haemolyticus-
mrsh--6520.html diakses pada 15 Oktober 2019.
Sharma N, Sinha G, Shekhar H, Titiyal JS, Agarwal T, Chawla B, Tandon R,Vajpayee RB. (2015).
Demographic profile, clinical features and outcome of peripheral ulcerative keratitis:
a prospective study. Br J Ophthalmol; pp.bjophthalmol-2014.
Suharjo SU, Hartono (2007). Anatomi Mata dan Kelainan Kornea. Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, edisi ke-1, Yogyakarta.
Vaughan, & Asbury. (2008). General Ophtalmology, Seventieth Edition.McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai