Anda di halaman 1dari 7

TOLERANSI TASAWUF DENGAN MODEL

PENDIDIKAN INKLUSIF
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Review PRA UTS

Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu

Dr. Hj. Siti Munawati, M.Pd.I

Disusun oleh

Kresna Dwi Anugrah NIM 42319010019

FAKULTAS DESAIN SENI KREATIF

PRODI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA BARAT

1441 H/2019
TOLERANSI TASAWUF DENGAN MODEL PENDIDIKAN INKLUSIF

A. Identitas Buku

Judul : Toleransi Tasawuf Dengan Model Pendidikan Inklusif

Pengarang : Hj. Siti Munawati, M.Pd.I

Penerbit : Cinta Buku Media

Edisi Terbit : Cetakan I / Oktober 2017

Kota Penerbit : Tangerang Selatan

Tebal : vii + 154 Halaman

B. Latar Belakang

Keberagaman pemikiran dapat menjadi sumber pemersatu, tetapi di sisi


lain juga dapat menimbulkan sumber benih-benir pemecah atau konflik.
Perbedaan pemikiran dan perbedaan keagaman dapat menimbulkan terjadinya
kemampuan mengekspresikan lebih dari satu penafsiran pada makna keberagaman
pemikiran. Di era modern, berbagai krisis menimpa kehidupan manusia, mulai
dari krisis sosial, krisis struktural, sampai krisis spiritual, dan semuanya berasal
dari persoalan makna hidup manusia.

Konflik juga dapat berasal dikarenakannya belum adanya batasan-batasan


mengenai kebebasan berpendapat, yang merupakan hasil dari pemikiran
seseorang, yang belum tentu sama dengan pemikiran yang lain.

Agama tidak hanya menjadi alat atau sarana pemenuhan kebutuhan rohani
secara pribadi. Dengan adanya paradigma pemahaman keagamaan aktif sosial,
pengkajian tasawuf dalam kemasan yang proporsional dan mendasar akan
memudahkan tasawuf untuk dipahami dengan kerangka ideologis yang kuat serta
guna memagari tasawuf tetap berada pada jalan yang benar.

Selain sebagai sikap untuk menanamkan nilai agama dan kepercayaan


kepada tuhan, tasawuf juga merupakan metode pendidikan yang membimbing
manusia ke dalam harmoni dan keseimbangan total. Perkembangan masyarakat
berjalan dengan pertumbuhan dan proses sosialisasi dan inkulturasinya dalam
bentuk yang bisa diserap secara optimal bahkan maksimal.

Dengan membangun paradigma atau cara pandang pemahaman tasawuf


diharapkan pendidikan keberagaman dapat memiliki nilai seperti kebenaran,
keadilan, kemanusiaan, perdamaian dan kesejahteraan umat manusia dapat
ditegakkan. Juga akan membangun karakter tidak sekedar sikap yang di
cerminkan oleh perilaku, tetapi juga terkait dengan motif yang melandasi suatu
sikap.

C. Pengertian Tasawuf dan Inklusif

Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme (bahasa Arab: ‫تصوف‬, ) adalah ilmu


untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq,
membangun dhahir dan batin serta untuk memperoleh kebahagian yang abadi.

Imam Ghazali tentang tasawuf : “Saya tahu dengan benar bahwa para Sufi
adalah para pencari jalan Allah, dan bahwa mereka melakukan yang terbaik, dan
jalan mereka adalah jalan terbaik, dan akhlak mereka paling suci. Mereka
membersihkan hati mereka dari selain Allah dan mereka menjadikan mereka
sebagai jalan bagi sungai untuk mengalirnya kehadiran Ilahi”.

Sedangkan inklusif adalah menempatkan diri seseorang ke dalam cara


pandang orang lain atau kelompok lain dalam melihat dunia, dengan kata lain
berusaha menggunakan sudut padang orang lain atau kelompok lain dalam
memahami masalah.

D. Toleransi Tasawuf Dengan Model Pendidikan Inklusif

Model atau kerangka konseptual dapat digunakan sebagai melakukan


kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: pertama suatu tipe atau desain: kedua
deskripsi analogi untuk memvisualisasi sesuatu: ketiga asumsi-asumsi untuk
menggambarkan peristiwa: keempat sistem kerja: kelima deskripsi imajiner:
keenam penyajian yang diperkecil untu menunjukan sifat bentuk aslinya.

Model dirancang untuk mewakili realitas yang sesungguhna, walaupun


model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia yang sebenarnya. Atas dasar
pengertian tersebut, maka model mengajar dipahami sebagai kerangka konseptual
yang mendeskripsikan dan menuliskan prosedur yang sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar dan untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran untuk para
pengajar dalam melaksanakan aktifitas.

Tasawuf memiliki materi yang dapat dikembangkan dengan multikultural


yang memegang peranan penting guna membangun pendidikan yang beragam
paham dan toleran. Bertasawuf yang benar berarti sebuah pendidikan bagi
kecerdasan emosi dan spiritual.

Tasawuf yang dipraktekkan dengan benar dan tepat dan disejajarkan


dengan keberagaman inklusif multikulturalisme akan melahirkan metode yang
efektif dan impresif untuk menghadapi tantangan zaman. Tasawuf melampaui apa
yang diserap oleh pikiran, perilaku, dan eraaan manusia. Tasawuf adalah sebuah
visi yang tepat dalam menafsirkan dunia yang melingkupi realitas, selain itu
tasawuf juga sebagai visi tentang suatu tatanan idea masyarakat.
Masyarakat memiliki peranan penting dalam perkembangan membangun
keberagaman secara intelektual dan kepribadiannya ada hubungan dengan upaya
memberdayakan masyarakat dalam dunia pendidikan. Bila seseorang suda
mempelajari tasawuf berarti ingin membangun toleransi dalam kebajikan.
Pemahaman tasawuf bisa diposisikan sebagai pendidikan yang dikembangkan
memiliki keunggulan: mengajarkan integritas, kejujuran, komitmen, visi
kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan,
penguasaan dan sinergitas.

Al-Quran serta As-sunnah benar benar dijadikan dasar atau panduan di


dalam tasawuf. Tasawuf dapat diaplikasikan di zaman modern dengan berbagai
perkembangan dan problematika yang sedang dihadapi oleh umat. Inti ajaran
tasawuf adalah berbuat kebaikan baik kepada sesama maupun kepada Dzat Tuhan
dalam rangka taqaruub kepada Allah.

Menurut Simuh dalam Sufisme Jawa pokok-pokok ajaran tasawuf untuk


mencapai ma’rifah kepada tuhan adalah sebagai berikut:

a. Distansi, yaitu memerdekakan diri dari penghambaan nafsu dan untuk


membina sikap eskapisme agar dapat mencapai suasana hati yang suci
terbebas dari ikatan-ikatan selain Allah.
b. Konsentras, dzikir dijadikan sarana memfanakan dan penghayatan
langsung terhadap yang ghaib.
c. Iluminasi atau Kasyaf, mengalihkan pusat kesadaran alam materi ke
pusat kesadaran dunia kewajiban yang disebut iluminasi atau kasyaf
pengahayatan ingin bertemu dengan Allah.
d. Insan Kamil, orang-orang suci yang kehidupannya memancarkan sifat-
sifat Ilahiyah. Dan orang yang dalam semua kehidupannya
memancarkan Nur Muhammad serta memiliki berbagai karamah.
Adanya gerakan pemurnian tasawuf di zaman modern dikenal dengan
istilah neo-sufisme atau tasawuf baru. Neo-Sufisme adalah corak tasawuf yang
bersifat tajdid, pembaharuan konsep, cara pandang, dan pengafalan tasawuf dari
segala unsur bid’ah, khufarat, dan takhayul. Tujuan sufisme adalah agar tasawuf
menjadi bagian ajaran agama islam dan sejalan dengan Al-Quran dan Sunnah
Nabi SAW.

Kajian ini membahas membangun keberagaman dengan inklusif ini


dengan tasawuf, agama secara aktual merupakan ikatan yang terpenting dalam
kehidupan suatu bangsa. Bagaimana pun, hal itu dapat merusak kekuatan
masyarakat yang harmonis ketika hal itu digunakan sebagai senjata politik atau
fasilitas individ-individu atau kelompok ekonom.

Tasawuf merupakan bagian dari ajaran gama yang harus dapat masuk
walaupun terkait pada tradisi kehidupan dari masyarakat. Pola interaksi yang
dibangun oleh Islam sejak awal berupa perubahan teladan yang baik. Pendekatan
moralitas ini menuntut umat islam untuk menjadi teladan yang baik bagi
lingkungannya.

Penyempurnaan etika dan moralitas dalam mengahdapi perbedaan,


perkembangan dan perubahan kebenaran islam tidak pernah digunakan untuk
kepentingan melakukan tindakan anarkis, seperti pemaksaan, intimidasi,
kekerasan. Seseorang yang bertasawuf memiliki akidah yang lurus, jiwa yang
bersih, amal yang ikhlas, dan sikap yang peduli terhadap problema sosial dan
masalah keumatan.

Pemahaman tasawuf harus disadari bahwa manusia terdiri dari empat


elemen, yakni intelektual, emosi, inderawi dan spiritual. Ini erkait dengan adanya
pendidikan untuk kebajikan sebagai suatu dasar demokrasi yang menghargai hak-
hak setiap individu, menghormati hukum, sukarela terlibat dalam kehidupan
bermasarakat, dan memiliki kepedulian untuk bersikap baik.
Nilai-nilai etika sesuatu yang harus di junjung tinggi, bukannya
mengandalkan nilai-nilai legal formal yang serba semu. Nilai ini yang akhirnya
akan membangun sikap toleransi, dan saling menghormati keberagaman yang
berbeda.

E. Kesimpulan

Dibutuhkan kepekaan dan asumsi-asumsi yang kuat dalam


melatarbelakangi bahwa tasawuf merupakan misi kemanusiaan. Persoalan-
persoalan yang dihadapi, baik agama,sosial, politik, selalu dilandasi dari beragam
cara pandang dan mengkulturasikannya sejalan dengan prinsip-prinsip agama
islam.

F. Saran
Diharapkan setelah pembaca selesai membaca dan memahami isi dari
review ini, membuka wawasan, pikiran pembaca, dan memperdalam mengenai
pentingnya ilmu Tasawuf dan pendidikan inklusif dalam era modern sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai