Penentuan Struktur Senyawa Organik
Penentuan Struktur Senyawa Organik
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum
Menentukan struktur senyawa organik dari suatu sampel menggunakan alat
instrumen, yaitu spektrofotometer UV-Vis, GC- MS, FTIR, dan NMR.
2. Waktu Praktikum
3. Tempat Praktikum
Lantai II dan Lantai III, Laboratoium Kimia Dasar dan Lantai III,
Laboratorium Kimia Analitik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
D. SKEMA KERJA
1. Preparasi sampel
Sampel B
Diambil ± 2 mL
Dimasukkan kedalam gelas kimia
Ditambahkan tetes demi tetes metanol
Hasil
Sampel B
Diambil ± 2 mL
Dimasukkan kedalam gelas kimia
Ditambahkan tetes demi tetes DCM
Hasil
Sampel B
Diambil ± 2 mL
Dimasukkan kedalam gelas kimia
Ditambahkan tetes demi tetes n-heksan
Hasil
2. Analisis dengan spektrofotometri UV-Vis
a. Kalibrasi Alat UV-Vis
Larutan blanko (n-heksana)
Ditempatkan pada kuvet
Di run dengan spektrofotometer Uv-Vis
Dinolkan serapan
Hasi
b. Analisis Sampel
Sampel + n-heksana
Dimasukkan ke dalam kuvet
Dianalisis pada panjang gelombang 200-400 nm
Dicatat hasil yang diperoleh
Hasil
Sampel cair
Hasil
Hasil
E. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat fisik dan kelarutan sampel
Sifat Fisik Sampel Sampel berbentuk cair
Berwana bening
Kelarutan pada pelarut metanol Larut
Kelarutan pada pelarut DCM Larut
Kelarutan pada pelarut n-hexana Tidak larut
F. ANALISIS DATA
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, maka dapat dianalisis bahwa :
1. Spektrum UV-Vis
3. Spektrum GC-MS
Jenis Ikatan m/z
Benzena 77
Benzena dan C=O 105
Benzena, C=O dan O-H 122
4. Spektrum NMR
G. PEMBAHASAN
Dalam melakukan analisis senyawa yang tidak diketahui ada beberapa
langkah yang dapat dilakukan seperti uji pendahuluan, uji sifat fisik, dan uji
spektroskopi. Uji pendahuluan meliputi bentuk, warna, nyala, dan bau. Untuk
uji sifat fisik dan kimia meliputi kelarutan, reaksi-reaksi, titik didih, titik leleh,
indeks bias, berat jenis. Dan untuk uji spektroskopi meliputi spektrum ultra
violet (UV) dan spektrum tampak (Vis), spektrum infra merah (IR), spektrum
resonansi magnet inti (NMR), dan spektrum masspect (GC-MS).
Berdasarkan hasil pengamatan sampel memiliki bentuk cair dan
memiliki warna bening. Selanjutnya sampel ditambahkan dengan beberapa
pelarut seperti n-heksana, dimetil kloro metana (DCM), dan metanol. Ketiga
pelarut ini memiliki perbedaan sifat berdasarkan kepolarannya. Pelarut yang
bersifat paling non polar ke paling polar yaitu berturut-turut n-heksana, DCM,
dan metanol.
n-heksana merupakan pelarut yang bersifat lebih nonpolar dari pada
DCM karena memiliki rantai karbon lebih panjang daripada DCM. Semakin
panjang rantai karbon suatu senyawa maka sifat nonpolar senyawa tersebut
semakin besar. Sedangkan DCM bersifat lebih nonpolar daripada metanol.
Metanol bersifat polar akibat adanya ikatan hidrogen (O–H) yang memiliki
perbedaan keelektronegatifan besar yang menyebabkannya termasuk ke dalam
golongan senyawa polar. Berdasarkan hasil pengamatan senyawa target larut
sempurna dalam pelarut nonpolar yaitu n-heksana Warna larutannya pun
bening dan dengan ini maka disimpulkan bahwa senyawa pada sampel A
bersifat nonpolar.
Pengujian senyawa target selanjutnya adalah uji spektroskopi
menggunakan alat instrumen yaitu UV-Vis, FT-IR, GC-MS, dan NMR. Uji
spektroskopi merupakan metode modern yang digunakan untuk
mengidentififkasi senyawa yang tidak diketahui. Syarat untuk pengujian ini
adalah sampel harus murni atau zat tunggal dengan kemurnian lebih dari 85 %.
Konsep dasar dari spektroskopi yaitu uji ini merupakan studi mengenai
antaraksi cahaya dengan atom dan molekul. Radiasi cahaya atau elektromagnet
dapat dianggap menyerupai gelombang. Cahaya dapat bersifat ganda bersifat
sebagai gelombang dan partikel.
Pengujian pertama menggunakan alat UV-Vis. Spektrofotometer UV-
Vis merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan untuk mengukur serapan sinar ultra violet
atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Prinsip dasar
Spektrofotometri UV-Vis adalah serapan cahaya. Bila cahaya jatuh pada
senyawa, maka sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai
dengan struktur dari molekul senyawa tersebut. Saat sumber cahaya
dihidupkan, cahaya yang berasal dari sumber tersebut akan mengenai
monokromator yang berfungsi mengubah sinar polikromatis menjadi sinar
monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh pengukuran dan kemudian cahaya
yang telah di filter memasuki sampel cell yang didalamnya terdapat sampel dan
kemudian sampel akan menyerap cahaya tersebut atau mengalami absorpsi.
Dimana energi cahaya yang diserap atom/molekul tersebut digunakan untuk
bereksitasi ke tingkat energi elektronik yang lebih tinggi. Absorpsi hanya
terjadi jika selisih kedua tingkat energi elektronik tersebut bersesuaian dengan
energi cahaya (foton) yang datang yakni △E = E foton. Kemudian cahaya yang
melewati sampel akan sampai di detector, yang berupa transduser yang
mengubah energy cahaya menjadi suatu isyarat listrik, dan kemudian
dilanjutkan ke pengganda (amplifier), dan rangkaian yang berkaitan membuat
isyarat listrik itu memadai untuk dibaca. Dan akhirnya sampai di suatu system
baca (piranti pembaca) yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % Transmitan (% T) maupun Absorbansi (A).
Molekul yang dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-Vis adalah
molekul yang mengandung ikatan rangkap terkonyugasi dan memiliki warna.
Panjang gelombang pada absorspi, bergantung pada betapa kuat elektron itu
terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat
dengan kuat, dan diperlukan radiasi berenergi tinggi atau panjang gelombang
pendek, untuk eksitasinya. Larutan yang akan diamati melalui
spektrofotometer harus memiliki warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat
di dalam larutan lebih mudah menyerap energy cahaya yang diberikan. Secara
kuantitatif, besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah
zat di dalam larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang
gelombang dimana energi dapat diserap akan menunjukkan jenis zatnya.
Spektrofotometri UV/Vis melibatkan energi elektronik yang cukup
besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spetrofotometer UV/Vis lebih
banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif. Spektrofotometri
UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200–350 nm)
dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau
cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-
elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan
tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya
tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang
memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih
sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa
yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai
elektron yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap
pada panjang gelombang lebih pendek. Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis
adalah interaksi yang terjadi antara energy yang berupa sinar monokromatis
dari sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energy yang
diserap tertentu dan menyebabkan electron tereksitasi dari ground state ke
keadaan tereksitasi yang memiliki energy lebih tinggi. Serapan tidak terjadi
seketika pada daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik tetapi
hanya pada system-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya
ikatan dan non bonding electron.
Kromofor inilah yang menyebabkan terjadinya absorpsi cahaya. Ada
5 jenis kromofor yaitu ;
a. Kromofor yang menyebabkan transisi σ → σ* yaitu sistem yg mempunyai
elektron pada orbital molekul σ dan molekul organik jenuh yang tidak
mempunyai atom dengan pasangan elektron bebas (sunyi).
b. Kromofor yang menyebabkan transisi π → σ* dan σ → π* yaitu (1) sistem
yg mempunyai elektron pada orbital molekul σ dan π dan (2) molekul
organik jenuh dan tidak jenuh yg tidak mempunyai atom dengan pasangan
elektron bebas (sunyi).
c. Kromofor yang menyebabkan transisi π → π* yaitu sistem yg mempunyai
elektron pada orbital molekul π dan molekul organik tidak jenuh.
d. Kromofor yang menyebabkan transisi n → σ* yaitu system yang
mempunyai electron pada orbital molekul n dan σ serta mempunyai satu
atau lebih atom dengan pasangan electron bebas (sunyi).
e. Kromofor yang menyebabkan transisi n → π* yaitu sistem yg mempunyai
elektron pada orbital molekul n dan π dan molekul organik tidak jenuh yg
mempunyai atom dengan pasangan elektron bebas (sunyi). Transisi ini
ditandai dengan adanya serapan cahaya pada daerah panjang gelombang
200-400 nm.
Pada spektrum UV-Vis yang dihasilkan oleh sampel B, terlihat bahwa
kromofor yang menyebabkan adanya absorpsi adalah transisi σ →σ*, oleh
kromofor C-C dan C-H dan ditandai dengan adanya serapan cahaya pada
daerah panjang gelombang sekitar 150 nm. Transisi n→ 𝜋*, oleh kromofor
C=O dan ditandai dengan adanya serapan cahaya pada daerah panjang
gelombang diatas 300 nm. Transisi π π*, oleh kromofor C=C dan ditandai
dengan adanya serapan cahaya pada daerah panjang sekitar 300 nm.
Pengujian kedua yaitu menggunakan alat FT-IR. Spektrofotometri
Infra Red atau Infra Merah merupakan suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 2.5 - 50 µm atau bilangan gelombang 4000 - 200 cm-1. Metode
spektroskopi inframerah digunakan karena cepat dan relatif murah dan dapat digunakan
untuk mengidentifikasi gugus fungsional dalam molekul. Spektrum inframerah
yang dihasilkan oleh suatu senyawa adalah khas dan oleh karena itu dapat
menyajikan sebuah fingerprint (sidik jari) untuk senyawa tersebut. Atom-atom di dalam
molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi biasanya terjadi peristiwa vibrasi.
Hal ini bergantung pada atom-atom dan kekuatan ikatan yang
menghubungkannya. Energi yang dimiliki oleh sinar infra merah hanya cukup
kuat untuk mengadakan perubahan vibrasi. Panjang gelombang atau bilangan
gelombang dan kecepatan cahaya dihubungkan dengan frekuensi. Dalam
spektroskopi infra merah panjang gelombang dan bilangan gelombang adalah
nilai yang digunakan untuk menunjukkan posisi dalam spektrum serapan.
Langkah pertama yang dilakukan sebelum analisis spektrofotometer
FTIR yaitu preparasi sampel. Ada 2 teknik untuk persiapan sampel,
bergantung pada bentuk fisik sampel yang akan dianalisis yaitu bentuk sampel
padat dan cair. Jika zat yang akan dianalisis berbentuk padat, maka teknik
untuk persiapan sampel ini, yaitu melibatkan penggunaan Nujol mull atau pelet
KBr. Jika menggunakan pelet KBr, maka sedikit sampel padat dan bubuk KBr
murni kemudian ditempatkan dalam cetakan dan ditekan dengan menggunakan
alat kompressor (handpress). Tekanan ini dipertahankan beberapa menit,
kemudian sampel (pelet KBr yang terbentuk) diambil dan kemudian
ditempatkan dalam tempat sampel pada alat spektroskopi inframerah untuk
dianalisis. Pelet KBr dibuat dengan menggerus sampel dan Kristal KBr (0,1 –
2,0 % berdasar berat) sehingga merata kemudian ditekan sampai diperoleh
pelet atau pil tipis. Sel ini dibuat tipis dan transparan agar dapat melakukan
adsorbsi terhadap sinar infra merah. KBr digunakan karena zat ini memiliki
daya serap dari 4000 cm-1 sampai dengan daerah minimal yaitu 200 cm-1 yang
memungkinkan terdeteksinya senyawa hingga panjang gelombang minimum
(200 nm).
Alur kerja dari FT-IR ini adalah sinar dari sumber cahaya dipecah
menjadi dua berkas cahaya yang sama, salah satu dilewatkan melalui cuplikan
(berkas cahaya cuplikan), yang lain berkelakuan sebagai berkas cahaya
referensi, fungsi dari double beam adalah mengukur perbedaan intensitas
antara dua berkas cahaya pada setiap panjang gelombang. Dua berkas cahaya
sekarang dipantulkan ke “chopper”, yang terdiri atas cermin yang dapat
berputar, bila chopper berputar (10 x/detik) ia menyebabkan berkas sinar
cuplikan dan referensi dipantulkan bergantian ke grating monokromator.
Grating berputar perlahan-lahan dan mengirimkan frekuensi-frekuensi individu
ke detektor thermopile yang mengubah tenaga (panas) infra merah menjadi
tenaga listrik. Bila cuplikan telah menyerap sinar dari frekuensi tertentu, maka
detektor akan menerima bergantian dari chopper berkas sinar yang kuat (berkas
sinar referensi) dan berkas sinar yang lemah (berkas sinar cuplikan). Hal ini
akan memberikan arus bolak balik yang mengalir dari detector ke amplifier.
Amplifier dihubungkan dengan servo motor kecil yang mendorong cermin
wedge keberkas sinar referensi hingga detector menerima sinar dengan
intensitas yang sama dari berkas sinar cuplikan dan referensi. Gerakan wedge
ini sebagai akibat masuk dan keluarnya berkas referensi menunjukkan sebagi
pita-pita serapan pada spektrum yang dihasilkan.
Setiap frekuensi cahaya, termasuk inframerah, mempunyai energi
tertentu. Apabila frekuensi cahaya yang dilewatkan diserap oleh senyawa yang
diinvestigasi, berarti energi tersebut ditransfer pada senyawa. Besarnya energi
yang diserap senyawa akan mempengaruhi kondisi molekul senyawa tersebut.
Energi radiasi inframerah berhubungan dengan energi yang dibutuhkan untuk
terjadinya vibrasi dari suatu ikatan. Berdasarkan hasil spektrum, gugus fungsi
yang tampak pada spektrum FTIR adalah karbonil (C=O) pada serapan 1740-
1680 cm-1, gugus C=C-H aromatik pada serapan 1500- 1200 cm-1, gugus C-H
pada serapan 2600-3100 cm-1.
Pengujian ketiga menggunakan alat GC-MS (Gass Cromatografy-
Mass spectrometry), yaitu suatu metode untuk mendapatkan berat molekul
dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang
muatannya diketahui dengan mengukur jari-jari orbit melingkarnya dalam
medan magnetik seragam. Pada alat GC-MS terjadi pemisahan komponen-
komponen dalam campurannya dengan kromatografi gas dan tiap komponen
dapat dibuat spektrum massa dengan ketelitian yang lebih tinggi. Hasil
pemisahan dengan kromatografi gas dihasilkan kromatogram sedangkan hasil
pemeriksaan spektrometri massa masing-masing senyawa disebut spektrum.
Prinsip Kerja GC-MS 1) Kromatografi Gas (Gas Chromatography)
Kromatografi gas (GC) merupakan jenis kromatografi yang digunakan dalam
kimia organik untuk pemisahan dan analisis. GC dapat digunakan untuk
menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai komponen
dari campuran. Dalam beberapa situasi, GC dapat membantu dalam
mengidentifikasi sebuah senyawa kompleks. Dalam kromatografi gas, fase
yang bergerak (atau "mobile phase") adalah sebuah operator gas, yang biasanya
gas murni seperti helium atau yang tidak reactive seperti gas nitrogen.
Stationary atau fasa diam merupakan tahap mikroskopis lapisan cair atau
polimer yang mendukung gas murni, di dalam bagian dari sistem pipa-pipa
kaca atau logam yang disebut kolom. Instrumen yang digunakan untuk
melakukan kromatografi gas disebut gas chromatograph (atau "aerograph",
"gas pemisah"). 2) Spektroskopi Massa (Mass Spectrometry) Umumnya
spektrum massa diperoleh dengan mengubah senyawa suatu sample menjadi
ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan massa
terhadap muatan. Spektroskopi massa mampu menghasilkan berkas ion dari
suatu zat uji, memilah ion tersebut menjadi spektum yang sesuai dengan
perbandingan massa terhadap muatan dan merekam kelimpahan relatif tiap
jenis ion yang ada. Umumnya hanya ion positif yang dipelajari karena ion
negative yang dihasilkan dari sumber tumbukan umumnya sedikit. 3)
Kombinasi GCMS Saat GC dikombinasikan dengan MS, akan didapatkan
sebuah metode analisis yang sangat bagus. Peneliti dapat menganalisis larutan
organik, memasukkannya ke dalam instrumen, memisahkannya menjadi
komponen tinggal dan langsung mengidentifikasi larutan tersebut. Selanjutnya,
peneliti dapat menghitung analisa kuantitatif dari masing-masing komponen.
Pada sumbu z menyatakan kelimpahan senyawa, sumbu x menyatakan
spektrum kromatografi, dan sumbu y menyatakan spektrum spektroskopi
massa. Untuk menghitung masing-masing metode dapat divisualisasikan ke
dalam grafik dua dimensi.
Pada percobaan GC-MS, dapat dilihat peak tertinggi yang paling
kanan ialah di angka m/e = 122 yang menandakan Mr dari senyawa sampel.
Dari fragmen-fragmen yang ada terdapat m/e = 105, m/e = 77, m/e = 51.
Dimana m/e = 106 menunjukkan senyawa dengan beberapa rumus molekul,
namun rumus molekul yang sesuai dengan pertimbangan hasil spektrum pada
alat-alat instrumen lainnya terutama alat FT-IR. Pada m/e= 77 diperkirakan
benzena, untuk m/e 105 diperkirakan ikatan antara benzena dengan C=O.
Sedangkan pada m/e 122 merupakan ikatan antara benzena, C=O dan O-H.
H H CH3 Si CH3
Si
H CH3
H. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil pengamatan, dan pembahasan maka dapat
disimpulkan bahwa sampel yang dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis, IR, GC-MS, dan NMR tersebut merupakan
benzaldehid dengan rumus molekul C7H7O2 dan struktur:
DAFTAR PUSTAKA