Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN KEJADIAN LUAR BIASA

STASE KEPERAWATAN DASAR PROFESI


DI RUANG MENUR & KENANGA RSUD DR. R. GOETENG
TAROENADIBRATA PURBALINGGA
PERIODE 17 SEPTEMBER 2019 – 28 SEPTEMBER 2019

Oleh :
WILDAN YANUAR TRI WIBOWO
I4B019027

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM PROFESI NERS
2019
Assalamualaikum Wr. Wb., Perkenalkan saya Wildan Yanuar Tri Wibowo
mahasiswa profesi ners Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) dengan NIM
I4B019027. Saya bercerita pengalaman kejadian luar biasa ketika praktik stase
keperawatan dasar profesi di RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga di
ruang Menur dan Kenanga tanggal 17 September 2019 – 28 September 2019.
Awal kedatangan saya sebagai mahasiswa profesi di RSUD dr. R. Goeteng
Taroenadibrata Purbalingga (RSGT) pada hari Selasa, 17 September 2019, kami 4
kelompok yang berjumlah 24 mahasiswa profesi disambut baik oleh diklat. Ibu
Gayuh merupakan orang yang mengisi orientasi di diklat, beliau mengajarkan kami
bagaimana menunjukkan sikap caring di setiap asuhan keperawatan yang diberikan
kepada pasien, kemudian menerapkan tindakan universal precaution di setiap
asuhan keperawatan yang diberikan. Beliau menekankan 5 momen cuci tangan
yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptik, setelah kontak
dengan cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak dengan
lingkungan pasien. Setelah orientasi selesai, kami 4 kelompok diarahkan ke ruang
masing-masing ada ruang Edelweis, Menur sebagai ruang bedah, ruang Anggrek,
Kenanga sebagai ruang penyakit dalam. Saya berada di kelompok 3 yang kebagain
jatah di minggu pertama ruang Menur dan minggu kedua ruang Kenanga.
Minggu pertama, pengalaman luar biasa saya diruang Menur, kami
berkenalan dengan seluruh staf perawat di ruang Menur dengan baik, ada ibu Heny
sebagai CI saya, pak Kohar, pak Heri, ibu Yogi, Mas Alip, Mba Dwi, dan lain-lain.
Mereka banyak mengajarkan saya berbagai macam hal sebagai poin penting
seorang perawat. Selama 1 minggu saya dihadapkan dengan pasien DM, pasien
tersebut berada di ruang 3A dan 3B, jadi ada 2 pasien yang memiliki keluhan yang
sama yaitu ganren yang lumayan parah di kakinya sampai kakinya terlihat tulang-
tulangnya. Ketika saya ikut melakukan perawatan luka gangren/ ganti balut setiap
pagi dan sore, saya pertama membantu melakukan perawatan luka ganren dan tidak
membawa masker, saya merasa mual sekali karena luar biasa bau luka ganren
tersebut. Kemudian saya keluar dari ruangan, dan saya mendapat saran dari Pak
Heri bahwa kamu kelak akan menjadi seorang perawat pasti kamu akan bertemu
dengan kasus yang sama, dan mungkin lebih parah dari ini, jika kamu menghindar
kamu pasti selalu dihadapkan dengan kasus yang sama, sehingga kamu harus
adaptasi dan biasakan diri dengan bau yang disebabkan oleh luka gangren. Setelah
saya mendapat motivasi dan saran dari pak Heri saya memberanikan diri lagi untuk
membantu melakukan perawatan luka gangren pada saat itu. Hari berikutnya saya
sudah terbiasa dengan bau luka tersebut, kemudian sekarang saya sudah tidak mual
lagi ketika dihadapkan dengan luka tersebut. Kejadian luar biasa yang paling
berkesan yaitu setiap perawat yang melakukan perawatan luka ganren memiliki
teknik sendiri-sendiri, teknik pak heri, pak mba dwi, mas alip berbeda-beda,
prinsipnya sesuai dengan standar prosedur operasional (SPO).
Standar prosedur operasional (SPO) perawatan luka dekubitus di RSGT
(POKJA Keperawatan RSGT 2018) yaitu:
A. Persiapan Alat
1. Instrumental set berisi: 2 pinset anatomi, 1 cirugis klam, gunting jaringan
2 com
2. Gunting, plester
3. Kassa/ tuffer steril dalam tromol
4. Korentang steril
5. NaCl 0,9 %
6. Spuit 10 cc steril
7. Obat-obatan yang diperlukan
8. Kantong infeksius
9. Sarung tangan bersih/steril
10. Masker
11. Troli tindakan
12. Pengalas
B. Pelaksanaan
1. Mengecekan status pasien
2. Cuci tangan
3. Memberi salam, mengidentifikasi pasien dengan benar (menanyakan
nama, tanggal lahir serta mencocokan gelang pasien)
4. Menjelaskan tujuan
5. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
6. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
7. Tutup ruangan
8. Membawa alat-alat ke tempat pasien
9. Memulai tindakan dengan cara yang baik
10. Dekatkan semua peralatan ke arah pasien
11. Mengatur posisi tidur pasien agar luka mudah dirawat
12. Membebaskan pakai pasien didaerah luka
13. Buka set steril
14. Membuka tromol kassa dan ambil kassa secukupnya, kemudian
tempatkan kassa pada kom steril sedangkan kom 1 diiisi NaCL
15. Memakai sarung tangan
16. Membuka balutan luka dengan pinset on steril dan segera masukan
kedalam bengkok/ kantung plastik infeksius
17. Observasi luka, mengukur panjang, lebar dan kedalaman luka serta
keadaan luka seperti warna luka, derajat luka
18. Bersihkan luka dengan kassa steril yang telah diberi NaCl 0,9% dengan
cara dari dalam keluar (pergerakan melingkar sambil memencet luka
untuk mengeluarkan eksudat)
19. Memberi obat sesuai instruksi dokter ke dalam luka dengan rata
20. Menutup luka dengan kasa steril lembab, kemudian ditutup lagi dengan
kassa gulung/ perban gulung kemudian diplester
21. Meletakan pinset yang sudah tidak steril kedalam bengkok yang berisi
larutan desinfektan
22. Perawat melepas sarung tangan dan masker
23. Merapikan pasien
24. Membersikan alat dan mengembalikan pada tempatnya
25. Perawat mencuci tangan
26. Mendokumentasikan tindakan dalam catatan asuhan keperawatan.
Alasan saya menjadikan perawatan luka ulkus diabetikum karena setiap
perawat memiliki cara perawatan luka yang masing-masing, dan perawat tidak
memberikan salep, atau jel, tetapi memberikan kompres Metronidazol saat
melakukan perawatan luka tersebut, dan beberapa perawat paling sering tidak
melakukan poin 5, 6, dan 17 yaitu menjelaskan langkah, prosedur dan tujuan, tidak
memberikan kesempatan bertanya kepada pasien, serta tidak mengobservasi luka,
mengukur panjang, lebar, dan kedalaman luka serta keadaan lukanya seperti warna
luka, derajat luka, selain itu juga beberapa perawat ada yang meminta keluarga
pasien tersebut untuk membakarkan kopi.
Metronidazole dikenal sebagai antibakteri, antiprotozoa, dan radiasi
sensitizer. Antibakteri dalam mencegah penyebaran agen infeksi atau membunuh
agen infeksi tersebut supaya tidak menyebar. Mekanisme kerjanya yaotu
menghambat sintesi asam nukleat dengan merusak DNA, sebagai antiprotozoa,
metronidazol bekerja dengan mendestruksi protozoa tersebut. Radiasi-sensitizer,
metronidazol efektif mampu merusak sel yang tidak diinginkan (Styawan 2016).
Perawatan luka menggunakan metronidazole dan NaCl yang baik dan benar akan
mempercepat penyembuhan luka kaki diabetik (selama 3 minggu luka membaik)
daripada hanya menggunakan NaCl saja (selama 6 minggu luka baru terjadi
pemulihan), karena metrodinazole merupakan antibiotik, antiprotozoa dan
antibakteri. Obat ini melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan amoeba
dalam tubuh. Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat
nitroimidazoi yang mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid
(Mulyono, & Adi 2012). Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti juga
menyatakan bahwa metronidazol lebih baik dibandingkan dengan diberikan NaCl
0,9% terutama untuk perawatan luka diabetik pada indikator bau dan sekresi,
walaupun secara statistik tidak signifikan, dampak perawatan untuk luas luka dan
granulasi tidak begitu mengalami perubahan secara berarti, sedangkan untuk bau
dan sekresi terjadi peningkatan hasil yang lebih baik (Supriyatin, Saryono, &
Latifah 2007; Maulida & Kholifiani 2017).
Minggu kedua, setelah saya selesai minggu pertama di ruang Menur, saya
berpindah di ruang Kenanga selama 1 minggu, dari tanggal 22 september – 28
september 2019, pengalaman yang paling berkesan ketika kami melakukan oplos
obat, dimana kami tidak fokus dan mengobrol akhrinya oplosan obat seperti
ceftroaxone yang seharusnya dioplos dengan aquades, ternyata ada yang keoplos
menggunakan dextrose 40%, ketika itu perawat kenangan yang mengoplos dengan
kami menyadari ada yang tidak beres akhirnya semua obat injeksi yang dioplos
dibuang dan diganti dengan yang baru, walaupun hanya 1 spet karena kita tidak
tahu mana spet yang berisi oplosan dextrose dengan yang berisi oplosan aquades.
Dextrose merupakan gabungan antara senyawa gula sederhana dan air, yang
digunakan untuk meningkatkan kadar gula di dalam darah. Hal ini merupakan KCP
(Kejadian Potensi Cedera) yaitu atau keselahan yang terjadi diinternal petugas
tetapi belum sampai dilaksanakan ke pasien (Buku saku RSMS 2018).
Begitulah cerita dan kejadian luar biasa yang saya alami selama praktik
stase keperawatan dasar profesi di ruang Menur dan Kenangan RSUD dr. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Semoga Allah memberikan kesehatan dan
keberkekahan dalam setiap aktivitas pekerjaan kita, sebagai seorang perawat
memang harus dituntut profesional, dan selalu konsentrasi, dan fokus dalam
mengerjakan setiap tindakan asuhan keperawatan agar tidak terjadinya kejadian
tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian bagi pasien, perawat, dan
rumah sakit sendiri. Sekian terimakasih wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Saku RSMS 2018, Buku saku 7 keterampilan dasar, Purwokerto, RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
https://www.alodokter.com/dextrose
Maulida, & Kholifiana 2017, “Penerapan kompres Metronidazole dan NaCl 0,9%
terhadap proses penyembuhan ulkus diabetikum di ruang Nakula 3 RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro kota Semarang”, Thesis, Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Mulyono, E., & Adi, G., S. 2012, “Pengaruh kompres metronidazol terhadap luka
diabetikum”, Jurnal Kesehatan Kusuma Husada, Vol. 3, No. 1.
POKJA KEPERAWATAN 2018, Standar operasional prosedur keperawatan,
Purbalingga, RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
Stywan, A. 2016, “Penghantaran metronidazole dengan kombinasi kitosan dan
natrium karboksimetilselulosa dalam hidrogel mukoadhesif”, Skripsi,
Program Studi Farmasi, FK UTP.
Supriyatin, Saryono, Latifah, L. 2007, “Efektivitas penggunaan kompres
Metronidazol dan NaCl 0,9% terhadap proses penyembuhan luka diabetik
di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto”, The Soedirman Journal of
Nursing, Vol. 2, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai