BLOG PSIKOLOGI
Tempatnya Belajar Ilmu Psikologi Secara Online
HOME DAFTAR ISI KOMUNIKASI METODE TES PSIKOTES PSIKOLOGI POPULER DOWNLOAD
Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori RECENT POSTS
Diposkan oleh Admin Pada 9/05/2015 Pengertian dan Tipe Institusi Sosial Beserta
Contohnya Menurut Para Ahli
Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural,
Pengertian dan Contoh Strata atau
ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi
Stratifikasi Sosial Menurut Para Ahli
Teori - Lev Semonovich Vygotsky lahir
pada tanggal 17 november 1896 di Pengertian Kelompok dan Organisasi Sosial
Tsarist Russia, di suatu kota Orscha, Menurut Para Ahli
Belorussia dari keluarga kelas Pengertian dan Contoh Interaksi Sosial dan
menengah Keturunan Yahudi. Dia Tatanan Sosial Menurut Para Ahli
tumbuh dan besar di Gomel, suatu kota Pengertian Sosiologi dan Ruang Lingkup
sekitar 400 mil bagian barat Moscow. Sosiologi Menurut Para Ahli
Sewaktu dia masih muda, dia tertarik Pengertian, Unsur, dan Wujud Kebudayaan
pada studi-studi kesusastraan dan Menurut Para Ahli
analisis sastra, dan menjadi seorang
Pengertian Interaksi Sosial dan Tatanan
penyair dan Filosof.
Sosial Menurut Para Ahli
Proses Sosial dan Perkembangan Sosiologi
Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeare's Hamlet yang
Menurut Para Ahli
kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai psikologi. Dia
memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam waktu yang tidak lama Bidang-Bidang dan Metode Riset Sosiologi
kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil studi kesusastraan pada Menurut Para Ahli
salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik pada psikologi pada umur 28 tahun. Macam-Macam Teori Sosiologi Menurut Para
Ahli Beserta Contoh
POPULAR POSTS
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 1/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
Psikologi Eksperimen
Psikologi Industri dan Organisasi
Psikologi Kepemimpinan
Psikologi Kepribadian
Psikologi Klinis dan Kesehatan
Psikologi Kognitif
Psikologi Konseling
Psikologi Media & Komunikasi
Psikologi Pendidikan
im age source : www.rogvithom se n.dk
Psikologi Perkembangan
Psikologi Sosial
Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam
membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan Psikologi Sosial 2
pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar Psikologi Umum
dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk
mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun), pada
tanggal 11 Juni 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide
dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh
mahasiswanya.
Percobaan Teori
Kritikus yang pertama dan terbaik atas Piaget adalah Vygotsky, ahli pendidikan Uni
Sovyet itu, yang di masa-masa 1924-1934 mengerjakan satu alternatif yang konsisten
dengan ide-ide Piaget. Tragisnya, ide-ide Vygotsky baru diterbitkan di Uni Sovyet
setelah kematian Stalin, dan baru dikenal di Barat di tahun 1950-an dan 60-an, ketika
ide-ide ini mempengaruhi banyak orang, seperti Jerome Bruner. Pada masa ini, ide-ide
itu telah diterima luas di kalangan ahli pendidikan.
Sementara Piaget lebih menekankan pada aspek biologis dari perkembangan seorang
anak, Vigotsky lebih berkonsentrasi pada kebudayaan, seperti yang dilakukan pula oleh
orang-orang semacam Bruner. Satu bagian penting dalam kebudayaan dimainkan oleh
peralatan, apakah dalam bentuk tongkat dan batu pada hominid awal, atau pensil,
penghapus dan buku yang dimiliki anak-anak modern.
Penelitian mutakhir telah menunjukkan bahwa bayi lebih banyak memiliki kemampuan
pada usia-usia awal ketimbang anggapan Piaget. Idenya tentang bayi yang masih
sangat muda kelihatannya telah terbantahkan, namun banyak ide-ide lainnya yang
tetap sahih. Karena Piaget memiliki latar belakang ilmu biologi tidaklah mengherankan
kalau ia lebih menekankan pada aspek biologis dari perkembangan anak.
Vygotsky mendekati permasalahan itu dari sudut yang berbeda, tapi tentu saja masih
terdapat persamaan-persamaan di antara mereka. Contohnya, dalam telaahnya atas
tahun-tahun pertama masa kanak-kanak, ia membahas "pikiran non-linguistik" seperti
yang dijelaskan Piaget dalam uraiannya tentang "aktivitas sensomotorik" seperti
penggunaan satu alat untuk menjangkau mainan yang ada di seberang.
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 2/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
Bersejajaran dengan ini, kita mendapati juga bunyi-bunyian yang diobrolkan oleh
seorang bayi ("omongan bayi"). Ketika dua unsur ini disatukan, terjadilah
perkembangan bahasa yang eksplosif. Untuk tiap pengalaman baru, si kecil ingin
mengetahui nama yang dapat diasosiasikan pada pengalaman itu. Walaupun Vygotsky
mengambil rute yang berbeda, jalurnya telah dirintis oleh Piaget.
Perkembangan bahasa pertama anak tahun kedua di dalam hidupnya dipercaya sebagai
pendorong terjadinya pergeseran dalam perkembangan kognitifnya. Bahasa memberi
anak sebuah alat baru sehingga memberi kesempatan baru kepada anak untuk
melakukan berbagai hal, untuk menata informasi dengan menggunakan simbol-simbol.
Anak-anak sering terlihat berbicara sendiri dan mengatur dirinya sendiri ketika ia
berbuat sesuatu atau bermain. Ini disebut sebagai private speech. Ketika anak menjadi
semakin besar, bicaranya semakin lirih, dan mulai membedakan mana kegiatan bicara
yang ditujukan ke orang lain dan mana yang ke dirinya sendiri.
Belajar lewat instruksi dan perantara adalah ciri inteligensi manusia. Dengan
pertolongan orang dewasa, anak dapat melakukan dan memahami lebih banyak hal
dibandingkan dengan jika anak hanya belajar sendiri. Konsep inilah yang disebut
Vygotsky sebagai Zone of Proximal Development (ZPD). ZPD memberi makna baru
terhadap ‘kecerdasan’. Kecerdasan tidak diukur dari apa yang dapat dilakukan anak
dengan bantuan yang semestinya. Belajar melakukan sesuatu dan belajar berpikir
terbantu dengan berinteraksi dengan orang dewasa.
Menurut Vygotsky, pertama-tama anak melakukan segala sesuatu dalam konteks sosial
dengan orang lain dan bahasa membantu proses ini dalam banyak hal. Lambat laun,
anak semakin menjauhkan diri dari ketergantungannya kepada orang dewasa dan
menuju kemandirian bertindak dan berpikir. Pergeseran dari berpikir dan berbicara
nyaring sambil melakukan sesuatu ke tahap berpikir dalam hati tanpa suara disebut
internalisasi.
Menurut Wretsch (dalam Helena, 2004) internalisasi bagi Vygotsky bukanya transfer,
melainkan sebuah transformasi. Maksudnya, mampu berpikir tentang sesuatu yang
secara kualitatif berbeda dengan mampu berbuat sesuatu. Dalam proses internalisasi,
kegiatan interpersonal seperti bercakap-cakap atau berkegiatan bersama, kemudian
menjadi interpersonal, yaitu kegiatan mental yang dilakukan oleh seorang individu.
Banyak gagasan Vygotsky yang dapat membantu dalam membangun kerangka berpikir
untuk mengajar bahasa asing bagi anak-anak. Untuk membuat keputusan apa yang
bisa dilakukan guru agar mendukung pembelajaran kita dapat menggunakan gagasan
bahwa orang dewasa menjadi perantara. “Lalu … apalagi yang dapat dipelajari anak-
anak?”.
Ini dapat berdampak pada bagaimana menyiapkan pelajaran atau bagaimana guru
harus berbicara dengan siswa setiap saat. ZPD dapat menjadi pemandu dalam memilih
dan menyusun pengalaman pembelajaran bagi siswa untuk membantu mereka maju
dari tahap interpersonal ke intrapersonal. Kita membantu siswa agar internalisasi
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 3/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
terjadi sehingga bahasa baru yang diajarkan menjadi bagian dari pengetahuan dan
keterampilan berbahasa anak.
Fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat
individu hidup dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-
anak oleh anggota-anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman
pembelajaran yang dipandu. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi
semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah
berpikir setiap anak dengan cara yang sama dengan anggota lain dalam
kebudayaannya.
Vygotsky menekankan baik level konteks sosial yang bersifat institusional maupun level
konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan
menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalui
institusi seperti sekolah, penemuan seperti komputer, dan melek huruf. Interaksi
institusional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan sosial yang luas
untuk membimbing hidupnya.
Level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada keberfungsian
mental anak. Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian
mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat,
keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan
melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-
pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini,
perkembangan mental anak-anak menjadi matang.
Lingkungan sosial yang menguntungkan anak adalah orang dewasa atau anak yang
lebih mampu yang dapat member penjelasan tentang segala sesuatu sesuai dengan
nilai kebudayaan. Sebagai contoh, bila anak menunjuk suatu objek, orang dewasa tidak
hanya menjelaskan tentang obyek tersebut, namun juga bagaimana anak harus
berperilaku terhadap objek tersebut (Rita, dkk, 2008:134). Vygotsky membedakan
proses mental menjadi 2, yaitu :
1. Elementary. Masa praverbal, yaitu selama anak belum menguasai verbal, pada
saat itu anak berhubungan dengan lingkungan menggunakan bahasa tubuh.
2. Higher. Masa setelah anak dapat berbicara. Pada masa ini, anak akan
berhubungan dengan lingkungan secara verbal.
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 4/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
Vygotsky menggambarkan teorinya sebagai berikut :
B. PERKEMBANGAN BAHASA
Para pakar perilaku memandang bahasa sama seperti perilaku lainnya, misalnya duduk,
berjalan, atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya merupakan urutan
respons (Skinner,1957) atau sebuah imitasi (Bandura, 1977). Tetapi banyak diantara
kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak mendengarnya atau membicarakannya
sebelumnya.
Kita tidak mempelajari bahasa di dalam suatu ”ruang hampa sosial” (social vacuum).
Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat muda. Kita memerlukan
pengenalan kepada bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa
yang baik (Adamson,1992; Schegloff,1989). Dewasa ini, kebanyakan peneliti
penguasaan bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks sosial yang luas
menguasai bahasa ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus dan dalam beberapa
kasus tanpa penguatan yang jelas ( Rice,1993).
Dengan demikian aspek yang penting dalam mempelajari suatu bahasa tampaknya
tidaklah banyak. Walaupun begitu, proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan
lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Suatu peran
lingkungan yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak
kecil disebut motherese, yakni cara ibu dan orang dewasa sering berbicara pada bayi
dengan frekuensi dan hubungan yang lebih luas dari pada normal, dan dengan kalimat-
kalimat yang sederhana.
Bahasa dipahami dalam suatu urutan tertentu. Pada setiap tahap di dalam tahap
perkembangan, interaksi linguistik anak dengan orang tua dan orang lain pada
dasarnya mengikuti suatu prinsip tertentu ( Conti-Ramsden & Snow, 1991; Maratsos,
1991). Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja sangat dipengaruhi
oleh kondisi biologis anak, tetapi lingkungan bahasa di sekitar anak sejak usia dini jauh
lebih penting dibandingkan dengan apa yang diperkirakan di masa lalu ( Von Tetzchner
& Siegel, 1989).
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 5/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang
jika berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan
pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Pada satu sisi, Piaget menjelaskan proses perkembangan kognitif sejalan dengan
kemajuan anak-anak, dan dia menggambarkan bahwa anak-anak mampu melakukan
sesuatu sendiri. Pada sisi lain, Vygotsky mencari pengertian bagaiman anak-anak
berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif belum
matang, tetapi masih dalam proses pematangan.
Menurut teori Vygotsky, Zona Perkembangan Proksimal merupakan celah antara actual
development dan potensial development, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman
sebaya.
Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat
memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah
sendiri, perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk
memaksimalkan perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih
terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang
lebih kompleks.
Oleh karena itu, Vigostsky mengajukan teori yang dikenal dengan istilah Zone of
Proximal Development (ZPD) yang merupakan dimensi sosio-kultural yang penting
sebagai dimensi psikologis. ZPD adalah jarak antara tingkat perkembangan actual
dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri
atas empat tahap.
Pertama, more dependence to others stage, yakni tahapan di mana kinerja anak
mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebayanya, orang tua,
guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif
atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
Kedua, less dependence external assistence stage, di mana kinerja anak tidak lagi
terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self
assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.
Ketiga, Internalization and automatization stage, di mana kinerja anak sudah lebih
terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 6/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain.
Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai kematangan yang
sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri
yang matang.
Appropriation berarti kesesuaian prilaku dengan konstruksi sosial yang terdapat dalam
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu teorinya dikenal dengan istilah social
constructivist. Sedangkan, Piaget membangun teorinya lebih pada perkembangan
pribadi perorangan, yang oleh kebanyakan ahli memposisikannya pada teori personal
constructivist.
Artinya perubahan itu terjadi kalau anak tersebut dididik dalam konteks sosial melalui
hukum sosial, bahasa, sarana, kebudayaan tertentu yang dapat menjadikan fungsi
psikologis kognisi tinggi. Inilah ciri pandangan Vygostsky yang mendapat pertentangan
yang sangat hebat di Rusia, terutama dari kaum behavioris yang bernama Ivan Pavlov.
Kalau ketiga hal ini dapat diwujudkan, maka hal itulah yang disebut dengan
pembelajaran yang menggunakan pendekatan timbal balik atau dikenal dengan istilah
Reciprocal Teaching Approach. Malah anak itu akan memperoleh tantangan yang terkait
dengan aktivitas di luar dari tingkat perkembangannya.
D. KONSEP SCAFFOLDING
Scaffolding merupakan suatu istilah yang ditemukan oleh seorang ahli psikologi
perkembangan-kognitif masa kini, Jerome Bruner, yakni suatu proses yang digunakan
orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zona perkembangan proksimalnya.
Pengaruh karya Vygotsky dan Bruner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh Smith
et al. (1998) yaitu :
Walaupun Vygotsky dan Bruner telah mengusulkan peranan yang lebih penting
bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak daripada peran yang
diusulkan Piaget, keduanya tidak mendukung pengajaran didaktis diganti
sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan, walaupun anak tetap
dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus secara aktif mendampingi setiap
kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoritis, ini berarti anak-anak bekerja dalam
zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak
selama melalui ZPD.
Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya
juga berpengaruh penting pada perkembangan kognitif anak.berlawanan dengan
pembelajaran lewat penemuan individu (individual discovery learning), kerja
kelompok secara kooperatif ( cooperative groupwork) tampaknya mempercepat
perkembangan anak.
Gagasan tentang kelompok kerja kooperatif ini diperluas menjadi pengajaran
pribadi oleh teman sebaya ( peer tutoring), yaitu seorang anak mengajari anak
lainnya yang agak tertinggal dalam pelajaran. Foot et al. (1990) menjelaskan
keberhasilan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori
Vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD
karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah
melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding
yang sesuai.
Karya Vygotsky didasarkan pada tiga ide utama: (1) bahwa intelektual berkembang
pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut
dengan apa yang mereka telah ketahui; (2) bahwa interaksi dengan orang lain
memperkaya perkembangan intelektual; (3) peran utama guru adalah bertindak sebagai
seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa (Nur, 2000b: 10).
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak
bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan
yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah
penting dalam memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan.
Pertama, mereka menggarisbawahi peran penting pengetahuan awal dalam proses
belajar. Kedua, mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara
berbagai jenis pengetahuan. Dan ketiga, mereka membantu menjelaskan bagaimana
pengetahuan diperoleh manusia dan diproses dalam sistem memori otak.
Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan dalam
memori jangka panjang sebagai pengetahuan awal. Pengetahuan awal (prior
knowledge) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang
diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawa kepada suatu
pengalaman baru.
Langkah pertama dari pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa
segala sesuatu memiliki makna. Langkah kedua dalam pengembangan struktur-struktur
internal dan pengaturan diri adalah latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang
akan mendatangkan perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan
isyarat dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Vygotsky menjabarkan
implikasi utama teori pembelajarannya yaitu:
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 9/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
1. Walaupun Vygotsky dan Burner telah mengusulkan peranan yang lebih penting
bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang
diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis diganti
sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan
dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-
anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona
perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
2. Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya
juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan
pembelajaran lewat penemuan individu (individual discovery learning) kerja
kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
3. Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi
oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak
tertinggal didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh teman
sebaya ini dengan menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif
membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja
melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang
dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Teori pembelajaran Vygossky juga dapat kita gunakan sebagai salah satu teori di dalam
model cooperative learning. Menurut Suparno (1997), pembelajaran merupakan suatu
per-kembangan pengertian. Dia membedakan adanya dua pe-ngertian pembelajaran
yaitu, yang spontan dan yang ilmiah. Pengertian spontan adalah pengertian yang
didapati secara terus dan pengalaman siswa didapati dalam kehidupan seharian.
Pengertian ilmiah adalah pengertian yang diperoleh di sekolah. Selanjutnya, Suparno
(1997) mengatakan kedua-dua konsep itu saling berkaitan terus menerus. Apa yang
dihadapi siswa di sekolah mempengaruhi perkembangan konsep yang diperoleh dalam
kehidupan sehari-hari dan sebaliknya.
Sumbangan teori Vigotsky adalah penekanan pada bakat sosio budaya dalam
pembelajaran. Menurutnya, pembelajaran terjadi ketika siswa bekerja dalam zona
perkembangan proksima (zone of proximal development). Zona perkembangan proksima
adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang pada
ketika pembelajaran berlaku?
Astuty (2000) secara terperinci, mengemukakan bahwa yang dimaksudkan dengan “zon
per-kembangan proksima” adalah jarak antara tingkat per-kembangan sesungguhnya
dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah
kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat per-kembangan
potensial adalah kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa
melalui kerja sama dengan rakan sebaya yang lebih mampu. Oleh yang demkian, maka
tingkat perkembangan potensial dapat disalurkan melalui model pembelajaran koperatif.
Ide penting lain juga diturunkan Vygotsky ialah konsep pemenaraan (scaffolding) (Nur
2000), yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada siswa pada tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengambil alih tanggung jawab sekadar yang mereka mampu. Bantuan tersebut
berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah pada langkah-langkah
pemecahan, memberi contoh ataupun hal-hal lain yang memungkinkan siswa tumbuh
kendiri.
Dalam teori Vygotsky dijelaskan bahwa ada hubungan secara langsung antara domain
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 10/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
kognitif dengan sosio budaya. Kualiti berfikir siswa dibina dan aktivitas sosial siswa di
dalam bilik darjah, dikembangkan dalam bentuk kerjasama antara siswa dengan siswa
lainnya yang lebih mampu di bawah bimbingan orang dewasa dan guru.
Di Indonesia, program penelusuran bakat dan minat yang dikembangkan oleh beberapa
universitas negeri dan swasta adalah salah satu bagian yang tak terpisahkan dengan
pandangan Vygotsky yang melihat umur bukanlah hal yang sangat prinsipil dalam
mengembangkan kreativitas anak.
Di Perguruan tinggi sekelas Institut Teknologi Bandung (ITB) dan beberapa universitas
lainnya, telah mengembangkan program penelusuran bakat dan minat yang mereka beri
nama jalur Penelusuran Minat, Bakat, dan Potensi atau disingkat (PMPB). Begitu
pentingnya menggali dan mengkonstruksi potensi peserta didik, mereka memberikan
ujian masuk tersendiri yang terpisah dari ujian masuk mahasiswa pada umumnya.
Program eskalasi dan akselerasi di sekolah dasar seperti yang banyak dikembangkan
dan dibicarakan sehubungan dengan keinginan untuk menggali potensi anak berbakat
merupakan kontribusi Vygotsky dalam mengembangkan pendidikan.
Misalnya, program yang sebenarnya ditempuh dalam waktu empat bulan dapat
dipercepat menjadi satu bulan tanpa mengubah kualitas isi yang diberikan. Di sisi lain,
program eskalasi dapat dijalankan dengan memberikan pengayaan materi yang
memperhatikan fleksibilitas dan keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Masih menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir (reasoning)
dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk merefleksikan apa
yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Hal ini dapat menjadi “inner speech” atau
“inner dialogue”, dialog dengan dirinya sendiri. Ini proses awal bagi anak untuk
mengetahui tentang dirinya sendiri.
Sekian artikel tentang Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan
Aplikasi Teori.
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 11/12
10/15/2019 Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
Related : Sejarah Hidup, Konsep Sosio Kultural, ZPD, Scaffolding, dan Aplikasi Teori
http://blogpsikologi.blogspot.com/2015/09/sejarah-hidup-konsep-sosio-kultural-zpd.html 12/12