Anda di halaman 1dari 25

IMPLEMENTASI CYBER PUBLIC RELATIONS DALAM BRANDING PADA

LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI

(Studi pada Direktorat Promosi dan Kerjasama Universitas Al Azhar Indonesia)

Nama:
Mariah Safaanah
0802516107
Melati Andria W
0802516109
Saskya Marchiana
0802516189

STRATEGIC MARKETING AND PUBLIC RELATIONS


PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AL AZHAR INDONESIA
JAKARTA 2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan teknologi yang semakin berkembang mempengaruhi perilaku dan kebutuhan


masyarakat, diimbangi dengan perkembangan digital yang semakin pesat membuat
masyarakat lebih mengandalkan perangkat elektronik yang bisa membantu mereka
menjalankan keseharian dan tugas yang mereka miliki dengan waktu yang lebih singkat.
Teknologi memiliki kontribusi dalam meciptakan keberagaman media, ini adalah salah satu
ciri dalam lingkungan media baru (new media) menurut McNamus, bahwa ada pergeseran
dari ketersediaan media yang dahulu langka dengan akses yang juga terbatas menuju media
yang melimpah1 Mengikuti perkembangan ini, munculah media baru (new media). Media
baru (new media) menurut Gane dan David adalah sebuah media yang berkembang karena
adanya perkembangan dunia internet, new media merupakan sebuah media yang
memungkinkan para penggunanya dapat berinteraksi satu sama lain tanpa ada batasan waktu
maupun tempat2.
Perangkat media elektronik baru ini sangat melekat di masyarakat modern saat ini, seperti
dengan adanya smartphone yang memudahkan masyarakat untuk mengakses internet yang
dilengkapi dengan berbagai jenis media social dan aplikasi pintar yang memungkinkan
mereka menerima informasi dan berkomunikasi kapan saja dan dimana saja. Cara masyarakat
mendapatkan atau mencari informasi pun berubah, apabila dulu hanya mengandalkan buku,
koran, atau televisi saja yang membutuhkan waktu dan proses dalam menyampaikan sebuah
informasi, saat ini masyarakat dapat mendapatkan informasi secara cepat dengan
memanfaatkan internet. Internet atau koneksi antar jaringan melalui computer
mentraformasikan dirinya sebagai tempat penyimpanan (archive) cirtual, sehingga

1
Severin, Werner J dan James W. Tankard. 2005. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, &
Terapan di Dalam Media Massa. Edisi Ke-5. Jakarta: Kencana.
2
Gane, Nicholas dan David Beer. 2008. The Key Concepts, New Media. New York: Berg
Publishers. Hal.6
masyarakat bisa mengakses infromasi yang dibutuhkan kapan pun dan melalui perangkat apa
pun3.
Pengaruh dari perkembangan media itu jugalah yang membuat hampir seluruh
perusahaan atau organisasi memiliki website, email, atau apapun yang mengandung identitas
mereka di internet. Karena jika keberadaan suatu organisasi sudah diekspos melalui internet,
maka jangan tanggung – tanggung, karena hal itu dapat mempengaruhi persepsi public
terhadap perusahaan atau organisasi tersebut4. Karena media mempunyai perngaruh besar
bagi perusahaan atau organisasi, dimana media dapat dimanfaatkan dalam kegiatan promosi
ataupun branding dengan cakupan yang lebih luas dan juga biaya yang lebih sedikit.
Sebagai Public Relations yang memiliki tugas utama untuk menjembatani perusahaan dan
pihak pemegang saham lainnya seperti konsumen dalam mengkomunikasikan tujuan dan
produk atau jasa yang mereka tawarkan. Penyampaian informasi yang tepat dan akurat
mengenai keberadaan dan perkembangan perusahaan pada public eksternal melalui berbagai
bentuk strategi komunikasi dapat membentuk sikap penerimaan public terhadap perusahaan.
Mengingat aktivitas Public Relations yang pada hakikatnya adalah kegiatan komunikasi,
maka seorang Public Relations harus mengetahui karakteristik target konsumen untuk
menentukan pendekatan dan media apa yang tepat yang harus dilakukan.
Perkembangan media baru (new media) yang semakin pesat merubah cara orang
berkomunikasi, berbisnis, bahkan mempublikasikan produk atau perusahaan. Hal ini yang
menyebabkan peranan Public Relations yang awalnya PR konvensional bergeser menjadi
Cyber PR mengikuti perkembangan media baru yang ada. Komunikasi yang interaktif adalah
cara komunikasi yang ada dalam era baru ini, sifat media internet yang interaktif dan
membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam berkomunikasi ini yang menyebabkan peran
Cyber PR sangat dibutuhkan untuk mengelola komunikasi perusahaannya dengan publiknya
di media online5. Cyber PR merupakan kegiatan kehumasan (PR) yang dilakukan dengan
sarana media internet dalam upaya membangun merek (brand) dan memelihara kepercayaan
(trust), pemahaman, citra perusahaan atau organisasi kepada public atau khalayak dan dapat

3
Dr. Rulli Nasrullah, M.Si. 2014. Teori dan Riset Medua Siber (Cybermedia). Edisi Pertama.
Jakarta. Prenadamedia Group. Hal. 2
4
Breakenridge, Deidre dan Thomas J. DeLoughry. 2003. The New PR Toolkit: Strategies for
Succesful Media Relations. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 3
5
Brown, Rob. 2009. Public Relations and the Social Web. Philadelphia: Kogan Page. Hal. 84
dilakukan secara one to one communication dan bersifat interaktif6. Terdapat banyak bentuk
new media yang dapat dimanfaatkan oleh PR dalam melakukan kegiatan Cyber PR seperti
website, facebook, twitter, youtube, Instagram, dll. Dengan menggunakan media ini, PR
dapat menyampaikan pesan perusahaan terhadap public tanpa harus melakukan Media
Relations ataupun melakukan Press Conference, hal ini tentu dapat memudahkan perkerjaan
Public Relations karena tidak perlu direporkan oleh persiapan yang memakan waktu lama
atapun biaya yang mahal . semua dapat dilakukan melalui media cyber. Fenomena Cyber PR
merupakan fenomena yang tidak bida dihindari, mengingat public pun mengikuti
perkembangan zaman yang semakin luas dan tidak terbatas, sehingga keberadaan media baru
tersebut menuntut praktisi PR untuk memanfaatkan media online tersebut.
PR dibutuhkan didalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang pendidikan.
Lembaga Pendidikan Tinggi membutuhkan PR dalam menyampaikan citra, reputasi, visi dan
misinya dengan jelas kepada para stakeholder nya dengan demikian untuk menyampaikan
hal tersebut Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi harus mengikuti perkembangan media
dan teknologi sehingga penyampaian pesan – pesan yang ingin disampaikan dapat sesuai
sasaran. Peran Humas dalam Lembaga Pendidikan Tinggi atau educational PR menurut
Cutlip adalah7:
1. Peningkatan kesadaran tentang pendidikan dan mencegah misinformation dan rumor.
2. Membangun dukungan public dalam hal pendanaan.
3. Mencapai penerimaan public dan kerjasama dalam mengelola perubahan pendidikan.
4. Membangun kerjasama dengan pihak media.

Untuk dapat mewujudkan peran – peran diatas, penggunaan internet sebagai media
penyampaian pesan atau penggunaaan media sosial dalam melakukan keiatan – kegiatan
yang bertujuan mewujudkan peran – peran diatas dapat dilakukan. Cyber PR dalam
Educational PR ini sangat dibutuhkan mengingat dengan perkembangan teknologi. Sehingga
cara ini diadaptasi oleh lembaga - lembaga pendidikan, yang ingin menyebarkan informasi
seacara luas kepada individu – indivdu yang terlibat. Cyber PR dapat membantu

6
Ibid. Hal. 85
7
Ida Anggraeni Ananda. Public Relations Perguruan Tinggi: Membangun Reputasi Organisasi
Melalui Pengelolaan Budaya Organisasi. Buku Koalisi Dominan: Refleksi Kritis Atas Peran dan
Fungsi Public Relations Dalam Manajemen. (BPP Perhumas. 2004). Hal. 99
pembentukan brand atau menjaga brand dari lembaga pendidikan tersebut. Salah satunya
adalah Universitas Al Azhar Indonesia, universitas yang menduduki urutan ke 147 menurut
UniRank (www.4icu.org) adalah institusi pendidikan yang berdiri pada tahun 2000 dan
bernaung di bawah Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar. Universitas Al Azhar
Indonesia yang terdiri dari enam fakultas dan enam belas program studi yang terakreditasi
oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) dengan sangat baik dan
berdomisili di Jakarta ini adalah salah satu universitas yang mengedepankan dan dilandaskan
oleh nilai – nilai ke islam-an. Meski memiliki kualitas pendidikan yang baik bukan berarti
Universitas Al Azhar Indonesia tidak memiliki pesaing yang banyak, karena di Jakarta
sendiri terdapat lebih dari 300 Universitas Swasta yang membuat persaingan menjadi lebih
ketat karena banyaknya pilihan tersebut.

Oleh karena itu PR Universitas Al Azhar dituntut untuk mempromosikan, membangun


menjaga dan mengembangkan citra organisasi, dan menyampaikan informasi, serta
mengkomunikasikan kebijakan. Peneliti memilih Universitas Al Azhar Indonesia karena UAI
termasuk universitas yang aktif dalam mempromosikan dan menginformasikan tentang
organisasi mereka di media cyber yakni Instagram, Twitter, Facebook, dan juga Website dan
peneliti merasa bahwa implementasi cyber pr di Universitas Al Azhar Indonesia berhasil, hal
ini ditunjukkan dengan adanya pelonjakkan jumlah mahasiswa baru setiap tahunnya.

Berkenaan dengan hal itu maka judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah
“Implementasi Cyber Public Relations dalam Branding Lembaga Pendidikan Tinggi
(Studi Pada Biro Promosi dan Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Al Azhar
Indonesia)”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini
adalah “Bagaimana Implementasi Cyber Public Relations dalam Branding Lembaga
Pendidikan Tinggi?”
1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi Cyber
Public Relations dalam branding lembaga pendidikan tinggi oleh Biro Promosi dan
Penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Al Azhar Indonesia.

1.4. Signifikansi Penelitian


a. Signifikansi Akademis
Penelitian ini dapat memperkaya penelitian konsep atau studi mengenai branding
(Marketing Public Relations), cyber public relations, dan PR dalam institusi pendidikan
dalam studi ilmu komunikasi.

b. Signifikansi Praktis
Penelitian ini dapat membantu lembaga pendidikan tinggi untuk mengetahui
pengimplementasian cyber pr dalam branding organisasi mereka yang dapat
meningkatkan awareness atau bahkan meningkatkan minat akan organisasi tersebut.
BAB 2
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 PR dan Media Sosial
2.1.1. Public Relation (PR)
Menurut Frank Jefkins, Public Relation atau Hubungan Masyarakat (Humas)
adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu
ke dalam maupun keluar, antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam
rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik perusahaan yang berlandaskan pada saling
pengertian8. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa Public Relation merupakan
pelaksanaan kegiatan komunikasi secara terencana pada sebuah perusahaan yang
ditujukan kepada pihak internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut IPRA (International Public Relation Association) yang
dikutip oleh Frank Jefkins, praktek PR adalah keseluruhan upaya yang
dialangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan
dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan
segenap khalayaknya. Dengan kata lain, PR adalah bentuk usahan yang terencana
dan berkelanjutan untuk menciptakan dan memelihara citra perusahaan dengan para
public ekternalnya.
Rosady Ruslan, mejabarkan dengan luas bahwa pengertian dan praktek Public
Relation masa kini mencakup semua aktivitas dan bisang-bidang: publisitas, iklan,
press agentry, public affair, managemen isu, lobbying, hubungan investor dan
pengembangan9. Public Relation memiliki bentuk, fungsi dan peranan yang sangat
luas dalam sebuah perusahaan/organisasi.
Fungsi Public Relation adalah sebagai berikut10:
 Menunjang aktivitas utama managemen dalam mencapai tujuan bersama
(fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi)

8 Jefkins, Frank. 2002. Public Relations. Edisi Keempat. Alih bahasa oleh Haris Munanda.
Jakarta: Erlangga
9
Ruslan, Rosady. 2002. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
10 ibid
 Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan berbagai public,
baik hubungan ke dalam (Internal relations) maupun ke luar (exsternal
relations) untuk meningkatkan kerja sama.
 Mengidentifikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan opini,
persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang
diwakilinya, atau sebaliknya.
 Melayani public sebaik mungkin dan memebrikan advice (nasehat)
kepada pimpinan organisasi dengan tidka mengabaikan kepentingan
umum.
 Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, serta publikasi perusahaan, badan/organisasi ke publiknya atau
beliknya. Demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.

Berdasarkan uraian fungsi Public Relation diatas, seharusnya, perusahaan-


perusahaan sekarang dapat memahami akan keberadaan Public Relations serta
menyadari bahwa penentuan strategi perusahaan yang tepat, tidak dapat dilakukan
tanpa Public Relations. Reputasi baik sebuah organisasi atau perusahaan dapat
dipertahankan dan dikembangkan menjadi lebih baik dan kepercayaan khalayaknya
lebih besar, jika Public Relation dijalankan fungsinya dengan baik.
Berdasarkan definisi Public Relation, berikut adalah peran dari Public
Relation11:
 Communicator atau penghubung antara organisasi yang diwakili dengan
publiknya
 Back Up Management, yaitu sebagai pendukung dalam fungsi
manajemen organisasi atau perusahaan
 Image Maker, Yaitu berupaya menciptakan citra positif bagi organisasi
Uraian peran Public Relation diatas jika dikaitkan dengan penelitian ini adalah
Public Relation atau Hubungan Masyarakat Universitas Al Azhar Indonesia
berperan sebagai Image maker, yang berupaya menciptakan citra positif bagi

11Ruslan, Rosady. 2005. Managemen Humas dan Managemen Komunikasi Konsepsi dan
Aplikasi. Edisi Revisi. Cetakan ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
instansi, serta mendukung fungsi managemen (Back Up Managemen) yang terdapat
dalam struktur organisasi perusahaan untuk melakukan suatu strategi komunikasi
(Communicator) melalui suatu kegiatan publisitas yang dapat memberikan
pengetahuan kepada public instansi.
2.1.2. Sosial Media
Social Media adalah media untuk interaksi sosial menggunakan teknik yang
mudah diakses dan dapat diperluas, menggunaan teknologi web untuk
berkomunikasi melalui dialog yang interaktif. Menurut Kaplan dan Haenlein, social
media didefinisikan sebagai kelompok pada aplikasi di internet yang dibagun
dengan menggunakan fondasi dan teknologi web 2.012. Disaat teknologi internet
dan teelpon seluler berkembang semakin pesat maka media sosial tumbuh kian
pesat. Sosial media dalam konteks komunitas yang dibangun dari orang-orang yang
mengembangkan dan memelihara hubungan dengan saling berbagi, berkomentar
dan terlibat dalam konten13.
Salah satu karakteristik antara media sosial dan media industry adalah
kemampuan menjangkau audience yang luas. Beberapa atribut yang menjelaskan
perbedaan antara media sosial dengan media industry adalah14:
 Reach. Teknologi media industry dan media sosial menyediakan
jangkauan kepada audience global
 Accessibility. Media industry cenderung dimiliki secara pribadi atau
pemerintah, sedangkan media sosial tersedia untuk umum tanpa biaya
apapun
 Usability. Media industry membutuhkan kemampuan khusus dan
pelatihan. Kebanyakn dari media sosial tidak dibutuhkan, semua orang
dapat menggunakannya.

12 Kaplan, Andreas. M. dan Haenlein Michael. 2010. Users of the World, Unite! The Challenges
and Opportunities of Social Media. Cambridge: The MIT Press.
13
Tuten, Tracy L. 2008. Advertising 2.0: Social Media Marketing in a Web 2.0 World. Westport:
Greenwood Publishing Group
14
Kaplan, Andreas. M. dan Haenlein Michael. 2010. Op. Cit
 Recency. Waktu produksi yang dibutuhkan media industry sangat lama
meliputi hari, minggu bahkan bulan dibandingkan dengan media sosial
yang instan.
 Permanence. Pada media industry, sekali dibuat tidak dapat diubah
(seperti contoh pada artikel dalam majalah) sedangkan media sosial dapat
diubah dengan cepat.
Pesatnya perkembangan sosial media saat ini dikarenakan setiap individu seolah-
olah memiliki media massa untuk pribadinya masing-masing. Untuk memiliki
media tradisional seperti televise, radio atau koran membutuhkan modal yang besar
dan tenaga yang banyak lain halnya dengan media sosial yang dapat diakses oleh
siapapun, dimanapun dan kapanpun dengan koneksi internet. Karena dengan social
media setiap orang dapat memberikan informasi tentang pribadinya ataupun
mengenai hobi, hiuran, politik atau pendidikan kepada khalayak luas dengan
menggunakan social media. Pengguna media sosial bebas mengedit, menambahkan,
memodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis dan berbagai model konten
lainnya.
Menurut Harold D. Laswell dan Charles Wright 4 fungsi social media adalah
 Social Surveillance, adalah upaya penyebaran infomrasi dan interpretasi
se-objektif mungkin mengenai peristiwa yang terjadi.
 Social Correlation, yakni upya penyebaran informasi yang dapat
menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.
 Socialization, yakni upya pewarisan nilai-nilai luhur dari satu generasi ke
generasi selanjutnya, atau satu kelompok ke kelompok lainnya.
 Entertainment, yakni untuk menghibur khalayak ramai.
2.2 Cyber PR
Memasuki era komputerisasi, bidang kehumasan semakin berkembang. Teknik cyber PR
dikembangkan guna menunjuang kerja seorang PR. Cyber PR adalah penerapan kegiatan
kehumasan dengan menggunakan internet dan perangkat teknologi digital untuk
berkomunikasi secara efektif dalam menyampaikan pesan dan informasi perusahaan kepada
public dan stakeholder15. Hal tersebut mengartikan bahwa internet dan teknologi digital
membantu PR dalam melakukan tugasnya, untuk menjadi lebih efektif.
Melalui media internet, Cyber PR dapat dijadikan sarana publikasi oleh PR atau Humas.
Dengan teknik ini, seorang PR dapat mempublikasikan berbagai informasi kepada khayalak
dengan proses kerja yang relative singkat namun dengan jangakauan yang luas16.
Berdasarkan uraian menurut Bob Julius tersebut dapat disimpilkan bahwa Cyber PR
merujuk pada praktisi yang pandai mencari, mengevaluasi dan menyebarkan pengetahuan
atau berita dari intranet dan internet untuk memproses komunikasi.
Praktisi PR dalam menjalankan kegiatan cyber PR harus handal dalam apa yang
dikatakan sebagai “Berselanjat di dunia maya” dan mengetahui ke mana saja mereka harus
berselanjat untuk membangun citra perusahaan. Kegiatan cyber PR yang dijalankan harus
dapat dikembangkan menjadi berbagai konten untuk format distribusi apa saja (media cetak,
radio, TV, situs web, e-email, iTV, PDA, WAP, Usenet dan sejenisnya) agar dapat dengan
tepat mengjangkau berbagai macam audience17. Seorang PR harus tahu kapan harus
memberi tanggapan dan beraksi. Oleh karena itu, kegiatan cyber PR adalah satu-satunya
cara untuk membangun brand produk atau citra perusahaan di dunia maya atau internet
mengingat internet telah menghadirkan dunia maya di samping dunia nyata.
Penerapan cyber PR dapat memberikan banyak manfaat bagi organisasi yaitu18
 Real time, aktivitas komunikasi dapat dilakukan dengan cepat. Real time ini
memastikaan tidak terjadinya lagging atau keterlambatan dalam penyampaian
informasi kepada public.
 Komunikasi konstan, penggunaan internet memungkingkan untuk komunikasi
terjadi selama terus menerus, 24 jam dan 7 hari dalam satu minggu dengan
potensi target public di seluruh dunia.
 Interaktif, penerapan cyber PR memungkinkan komunikasi dua arah dimana
public dapat memberikan feedback secara langsung, cepat dan tidak ada batasan.

15
Phillips, David dan Philip, Young. 2009. Online Public Relations. Edisi kedua. Philadelphia:
Kogan Page.
16
Onggo, Bob Julius. 2004. Cyber Public Relations. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
17
ibid
18
ibid
 No boundaries, internet dan dunia maya tidak memiliki batasan komunikasi
sehingga cyber PR dapat membantu menghubungkan kemana saja selama jaringan
internet tersedia.
 Multi Media, cyber PR menyajikan informasi kepad public dengan
menggabungkan berbagai media seperti tulisan (script), gambar (grafis) dan suara
(audio) bahkan audio-visual (film, video) dalam satu kesatuan.
 Ekonomis, komunikasi untuk menyebarkan informasi dengan cakupan dan
jangkauan yang luas akan lebih murah dengan menggunakan internet
dibandingkan menggunakan media konvensional.
2.3 Educational PR
Menurut Edward H. Moore, semua individu yang terlibat dalam lingkungan sekolah atau
intitusi pendidikan memiliki peran PR penting yang dapat memperkuat atau merusak
reputasi yang dimiliki setiap harinya. Pengelola per daerah melihat lembaga pendidikan
yang ada dari program-program yang ditawarkan. Kepala pendidikan dan pengajar melihat
lembaga pendidikan sebagai bangunan, kelas, lorong yang ramai atau dinding yang kreatif.
Tapi untuk mereka yang berada diluar sistem pendidikan akan melihat lembaga pendidikan
sebagai hal yang berbeda-beda19.
Sama dengan perusahaan atau organisasi pada umumnya, segala individu yang terlibat
dalam administrasi atau praktek dalam lembaga pendidikan memiliki kemampuan untuk
meningkatkan atau memperburuk citra dan reputasi. Bagaimana orang lain melihat dan
memaknai segala yang dilakukan dan dikatakan oleh mereka yang terlibat dalam lembaga
pendidikan mempengaruhi reputasi dimana lembaga dapat menjadi gagal atau berhasil 20.
Sedangkan menurut Meg Carnes dan Kitty Porterfield, PR dalam lembaga pendidikan
dibutuhkan dalam era dimana akses informasi dituntut selama 24/7 dan pemimpin dari
lembaga pendidikan ini memiliki tanggung jawab dalam memastikan informasi dan pesan
tersampaikan. Penyebaran informasi yang akurat, tepat waktu dan transparan menjadi

19 Moore, Edward H. 2009. School Public Relations for Students Success. London: SAGE ltd.
Hal 2
20
ibid
tanggung jawab lembaga pendidikan serta menjadi penentu kesuksesan lembaga itu
sendiri21.
Lembaga pendidikan yang memiliki tanggung jawab besar, terfokus pada penyebaran
informasi dan transparansi kepada individu-individu yang terlibat, seperti murid atau
mahasiswa (partisipan) dan pengajar.
2.4 Marketing Public Relation
Menurut Thomas L. Harris Marketing Public Relation adalah proses perencanaan dan
program evaluasi yang mendorong pembelian dan kepuasan pelanggan melalui komunikasi
penyampaian pesan yang kredible dan kesan yang mengidentitaskan organisasi atau
perusahaan dan produk mereka sesuai dengan kebutuhan konsumen22.
Sedangkan menurut Rosady Ruslan, Marketing Public Relations menunjukkan adanya
lalu lintas informasi dua arah mengenai produk dan atau organisasi. Lebih dari
menyampaikan informasi, marketing public relations mengkomunikasikan segenap konsep
dan gagasan organisasi sehingga dalam benak public sasaran berkembang motivasi untuk
melakukan pembelian23.
Marketing public relations memiliki tujuan sebagai berikut:
 Menumbuhkembangkan citra perusahaan positif public eksternal atau masyarakat
dan konsumen
 Mendorong tercapainya saling pengertian antara public sasaran dengan prusahaan
 Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relations
 Efektif dalam membangun pengenalan mereka dan pengetahuan merek
 Mendukung bauran pemasaran
Penggabungkan marketing dengan public relation membantu perusahaan atau organisasi
dalam penjualan sekaligus pembentukan citra hingga reputasi, marketing public relation
memiliki keunggulan dapat mengkomunikasikan segenap konsep dan gagasan sekaligus
menyampaikan informasi.

21
Carnes, Meg dan Porterfield Kitty. Why School Communication Matters: Strategies from PR
Professionals. Second Edition. Maryland: Rowman & Littlefield.
22 Harris. Thomas L. 2011. Value-added Public Relations: The Secret Weapon of Integrated

Marketing. Michigan: NTC Business Book.


23
Ruslan, Rosady. 1998. Managemen Public Relation. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers
Bentuk-bentuk marketing public relations menurut Rhenald Kasali adalah24:
 Publikasi, kegiatan komunikasi untuk menjangkau dan mempengaruhi pasar
sasaran mencakup laporan tahunan, brosur, artikel, audio visual dan majalah
perusahaan
 Sponsorship, kegiatan menarik khalayak sasaran atas prosuk atau kegiatan
perusahaan lainnya dengan mengatur seuatu pertistiwa atau partisipasi dalam
acara tertentu seperti seminar, konferensi, olahraga, peringatan hari jadi, pameran
 Berita, kegiatan menemukan dan menciptakan informasi yang mendukung
perusahaan maupun produk
 Kegiatan Layanan Public, kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan hubungan baik dengan masyarakat melalui pemberian sumbangan
atau aksi sosial
 Pidato, kegiatan memberi ceramah atau mengisi acara pada berbagai jenis
kegiatan
 Media Identitas, identitas atau ciri khas perusahaan seperti logo, warna dan
slogan
 Bentuk kegiatan lain sesuai dengan kebijakan perusahaan seperti tokoh dan
armada penjualan
Uraian diatas membeikan makna, bahwa bentuk dari marketing public relations bersifat
dinamis sehingga terdapat kemungkinan adanya bentuk marketing public relations lain yang
telah dikemukakan dalam pelaksanaanya di sebuah organisasi.
2.5 Branding PR dalam MPR
Branding adalah proses dimana sebuah nama perusahaan terbentuk menjadi brand yang
terkenal. Branding yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya persoalan nama dan
tampilan visual lainnya, melainkanyang terlihat dalam apa komunitas bisnis yang dilakukan,
apa yang individu pikirkan dan apa yang individu akan lakukan ketika melihat atau
mendengar naman, produk ataupun brand perusahaan25.

24
Kasali, Rhenald. 2005. Change. Jakarta: Gramedia
25 Duncan, Ton. 2002. Integrated Marketing Communication: Using Advertising and Promotion
to Built Brands. New York: McGraw-Hill
Salah satu tujuan dari MPR adalah membentuk brand yang dilakukan dengan melakukan
branding, branding dalam MPR meliputi segala aktivitas pemasaran untuk menciptakan
sebuah impression kepada khalayak akan organisasi atau perusahaan.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Menurut Harmon (dalam Moleong, 2004:49), paradigma adalah cara mendasar untuk
mempersepsi, berpikir, menilai dan melakukan yang berkaitan dengan suatu secara khusus
tentang realitas. Sedangkan Baker /9daam Moleong, 2004:49) mendefinisikan paradigma
sebagai seperangkat aturan yang membangun atau mendefinisikan batas-batas dan
menjelaskan bagaimana sesuatu harus dilakukan dalam batas-batas itu agar berhasil..
Cohen & Manion (dalam Mackenzie & Knipe, 2006) membatasi paradigma sebagai tujuan
atau motif filosofis pelaksanaan suatu penelitian.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa paradigma merupakan
seperangkat konsep, keyakinan, asumsi, nilai, metode atau aturan yang membentuk
kerangka kerja pelaksanaan sebuah penelitian.26
Disadari atau tidak, peneliti selalu terikat dengan kerangka epistemologi dan ontologis
yang diyakini atau diambilnya saat ia meniti. Dengan sendirinya, paradigm yang diyakini,
terlepas dari hal tersebut tepat atau kurang tepat, bersifat self validating.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis/interpretif. Peneliti
interpretif menyatakan bahwa dasar untuk menjelaskan kehidupan, peristwa sosial dan
manusia bukan ilmu dalam kerangka positivis. Menurut mereka, pengetahuan dan
pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman
dan kehidupannya sehari-hari.27
3.2 Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti membahas mengenai Implementasi Cyber PR pada lembaga
pendidikan tinggi Universitas Al azhar Indonesia, dengan menggunakan metodologi
kulitatif.
Menurut Moleong, penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lainnya secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam

26 Zulfikar, S.P, M.Si. Prof.Dr.I.Nyoman Budiantara, M.Si. 2014. Manajemen Riset dengan
Pendekatan Komputasi Statistika. Yogyakarta: Penerbit Deepublish. Hal31.
27 E. Kristi Poerwandari. 2011. Pendekatan Kualitatif unutk Penelitian Perilaku Manusia. Depok:

LPSP3 UI. Hal22-23


bentuk kata-kata dan bahasa, pasa suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah28.
Kirk dan Miller menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasa dan peristilahannya29. Adapun ciri pendekatan kualitatif yaitu:
1. Sumber data berada dalam situasi yang wajar (Natural setting), tidak
dimanipulasi oleh angket dan tidak dibuat-buat sebagai kelompok ekperimen
2. Laporannya sangat deksriptif
3. Mengutamakan proses dan produk
4. Peneliti sebagai instrument penelitian (key instrument)
5. Mencari makna, dipandang dari pikiran dan perasaan responden
6. Mementingkan data langsung (first hand), oleh sebab itu pengumpulan datanya
mengutamakan observasi partisipasi, wawancara dan dokumentasi
7. Menggunakan triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh
kepada pihak lain
8. Menonjolkan rincian yang kontekstual, yaitu menguraikan sesuatu secara rinci
tidak terkotak-kotak
9. Subjek yang diteliti dinggal berkedudukan sama dengan peneliti, peneliti bahkan
belajar kepada respondennya
10. Mengutamakan perspektif emic, yaitu mementingkan pendapat responden,
darpada pendapat peneliti sendiri (ethic)
11. Mengadakan verifikasi melalui kasus yang betentangan
12. Sample dipilih secara purposive
13. Menggunakan audit trail, yaitu memeriksa data mentah, analisis dan kesimpulan
kepada pihak lain, biasanya pembimbing
14. Partisipasi peneliti tidak mengganggu natural setting
15. Analisis data dilakukan sejak awal sampai penelitian berakhir

28 Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rasdakarya
29 Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2006. Metodologi Penelitian Sosial. Cetakan

keenam. Jakarta: PT Bumi Aksara


16. Desain penelitian tampil selama proses penelitian (emergent)
Pada penelitian ini, dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti mencoba
menggali informasi mengenai implementasi cyber PR pada Universitas Al Azhar. Melalui
wawancara mendalam, dapat diperoleh pendapat langsung dari informan mengenai
persiapan sampai dengan evaluasi juga pengetahuan yang mereka miliki tentang kegiatan
tersebut. Data yang diperoleh melalui wawancara mendalam tersebut berupa data deskriptif
yaitu berupa kata-kata lisan dari informan dan key informan.

3.3 Strategi Penelitian


Desain strategi penelitian dalam penilitian ini menggunakan penelitian fenomenologi
(phenomenology) yang merupakan jenis penelitian kualitatif secara dekat interpretasi
individual tentang sebuah makna dan pengalaman-pengalaman dalam realitas kehidupan.
Tujuan penelitian fenomenologi adalah menjelaskan pengalaman-pengalaman yang di
alami seseorang dalam kehidupan ini termasuk interaksinya dengan orang lain. Penelitian
fenomenologi dapat digolongkan dalam penelitian kualitatif murni karena dalam
pelaksanaannya berlandaskan pada usaha mempelajari dan melukiskan cirri-ciri intrinsic
fenomena-fenomena sebagaimana fenomena-fenomena itu sendiri.30

3.4 Jenis Penelitian


Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah
penelitian yang bertujuan mengumpulkan informasi secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada31. Sedangkan, menurut Moleong, penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan
untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan, gejala tertentu dan untuk

30 Eko Sugiarto. 2015. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif : Skripsi dan Tesis. Yogyakarta:
Suaka Media. Hal13.
31 Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
menentukan frekuensi. Dalam hal ini, mungkin sudah ada hipotesa, mungkin juga belum
tergantung dari sedikit atau banyaknya hipotesa tentang masalah yang bersangkutan32.
Secara garis besar, peneliti akan mengumpulkan informasi mengenai topic yang
berhubungan dengan penelitian ini, agar mempunyai gambaran yang nantinya akan
dijelaskan dalam pembahasan untuk menjawab pertanyaan yang timbul. Artinya, penelitian
ini berusaha untuk mengetahui implementasi cyber PR pada instansi pendidikan tinggi
Universitas Al Azhar Indonesia. Dengan bersumber pada data-data yang didapatkan,
peneliti berusahan untuk menganalisa data tersebut.
3.5 Objek Penelitian
Objek penelitian adalah Direktorat Promosi dan Kerjasama Universitas Al Azhar
Indonesia dalam mengimplemetasikan cyber PR dalam kegiatan promosi mereka.
Penggunaan media sosial seperti Instagram dan Twitter menjadi salah satu media yang
digunakan oleh Universitas Al Azhar untuk mempromosikan program pendidikan mereka.
Universitas Al Azhar Indonesia juga memanfaatkan website sebagai pusat informasi
mereka yang dapat diakses ketika membutuhkan informasi fasilitas, program dan jalur
pendaftaran. Masing-masing media ini di olah oleh Direktorat Promosi dan Kerjasama
Universitas Al Azhar Indonesia.
3.6 Unit Analisis
Menurut Lexy Moleong, unit analisis adalah suatu kajian yang biasanya ditetapkan
dalam rancangan penelitian. Keputusan tentang sampel, besarnya dan stratgei sampling itu
pada dasarnya, bergantung pada penetapan suatu kajian. Terkadang suatu kajian bersifat
perorangan, maka pengumpulan data dipusatkan pada sekitarnya seperti kegiatannya, hal-
hal yang mempengaruhi, sikap dan sebagai. Ada juga dalam bentuk non individu atau
kelompok dimana masing-masing nya memperlihatkan sesuatu yang barangkali cirinya
berbeda, maka setiap satuan kapan memberikan kesempatan bagi pengumpulan data secara
tersendiri, focus yang tersendiri, tikatan yang berbeda sehingga memiliki kesimpulan yang
berbeda33.
Berdasarkan pendapat yang diutarakan oleh Moleong, maka unit analisis yang akan
diteliti adalah kegiatan Public Relation dengan menggunakan media elektronik atau

32 Moleong, Lexy. 2005. Op Cit.


33 ibid
internet (Cyber Public Relation) yang dilakukan oleh Direktorat Promosi dan Kerjasama
Universitas Al Azhar Indonesia
3.6.1. Subjek Penelitian (Informan)
Terdapat dua unsur yang menetukan sumber data penelitian dalam sebuah studi
yaitu Key informan dan Informan.
Robert K. Yin mengatakan, bahwa key informan seringkali sangat penting bagi
keberhasilan suatu studi kasus. Mereka tidak hanya memberi keterangan tentang
sesuatu kepada peneliti tetapi juga memberi saran tentang sumber-sumber bukti lain
yang mendukung (Informan) serta menciptakan akses terhadap sumber yang
bersangkutan34.
Pada penelitian ini informan ditentukan dari mereka yang dianggap menguasai
informasi mengenai implementasi Cyber Public Relations dalam kegiatan promosi
Universitas Al Azhar Indonesia. Informan dipilih berdasarkan kriteria sebagai
berikut:
1. Informan merupakan staff atau karyawan dari Direktorat Promosi dan
Kerjasama Universitas Al Azhar Indonesia
2. Informan merupakan orang yang terlibat langsung dalam kegiatan promosi
dengan menggunakan Cyber Public Relation di Universitas Al Azhar
Indonesia.
3. Informan memiliki posisi yang dapat menyaksikan secara langsung
pelaksanaan dan penerapan implementasi Cyber Public Relation di
Universitas Al Azhar Indonesia.
Berdasarkan kriteria tersebut, peneliti telah menentukan orang-orang yang akan
dijadikan key infroman dan informan dalam penelitian ini yaitu:
1. Direktur Promosi dan Kerjasama (Key Informan)
Direktur Promosi dan Kerjasama merupakan pelaksana dan penanggung
jawab semua kegiatan promosi atau kehumasan Universitas Al Azhar
Indonesia, oleh karena itu, peneliti menjadikan Direktur Promosi dan
Kerjasama sebagai key informan dalam penelitian ini.
2. Kepala Sub. Direktorat Promosi (Informan)

34 Yin, Robert. K. 2002. Studi Kasus (Desain dan Metode), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kepala Sub. Direktorat Promosi merupakan pelaksana dan penanggung
jawab semua kegiatan promosi Universitas Al Azhar Indonesia, oleh karena
itu, peneliti menjadikan Kepala Sub. Direktorat Promosi sebagai informan
dalam penelitian ini.
3. Kepala Tim Kehumasan (Informan)
Kepala Tim Kehumasan merupakan penanggung jawab dari tim yang
mejalankan media sosial dan website serta berhubungan dengan pihak
eksternal Universitas Al Azhar Indonesia, oleh karena itu, peneliti
menjadikan Kepala Tim Kehumasana sebagai informan dalam penelitian ini.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknis pengumpulan data sebagai
alat penunjang dalam hasil akhir dari penelitian. Adapun teknik yang digunakan oleh
peneliti adalah:
3.7.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari Direktorat
Direktorat Promosi dan Kerjasama Universitas Al Azhar Indonesia dan hasil
wawancara dengan key informan dan para informan.
3.7.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan melalui studi literature berupa
referensi buku-buku panduan dan internet guna mendukung data-data yang tidak
diperoleh dari lapangan penelitian.
3.8 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode analisis data deskriptif,
karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi cyber PR dalam
instansi perguruan tinggi Universitas Al Azhar Indonesia.
Metode analisis ini digunakan untuk mendapatkan suatu gambaran jelas yang berkaitan
dengan implemetasi cyber PR dalam instansi perguruan tinggi Universitas Al Azhar
Indonesia. Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya menganalisis hasil wawancara dari
informan tetapi juga menganalisis data berupa gambar, teks atau video yang berisikan
informasi terkait penelitian, agar mendapatkan data yang saling mendukung antara hasil
wawancara dengan apa yang terjadi di lapangan, sehingga memudahkan peneliti untuk
menganalisis temuan dari penelitian ini.
3.9 Keabsahan Penelitian
Keabsahan penelitian ini menggunakan metode Triangulasi Sumber. Triangulasi yaitu
menganalisis jawaban dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data
lainnya) yang tersedia. Jawaban yang diperolah melalui interview oleh subjek akan di
cross-check dengan dokumen yang ada35.
Menurut Dwidjowinoto (dalam Kriyantono, 2007:71), Triangulasi sumber adalah
membandingkan atau mencek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
dari sumber yang berbeda. Misalnya, membandingkan hasil pengamatan dengan
wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi36.
Dalam penelitian ini, hasil wawancara yang didapat dari informan dianalisis dengan
meneliti kebenarannya dari sumber data lainnya yang berupa gambar, teks atau video
terkait kegiatan promosi yang dilakukan oleh Universtas Al Azhar Indonesia. Selain itu
keabsahan data penelitian juga dilakukan dengan membandingkan data yang didapat dari
ketiga informan untuk mengetahui kebenaran dari informasi yang disampaikan oleh
masing-masing informan saat pengumpulan data penelitian.

3.10 Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Keterbatasan dalam penelitian ini berkaitan dengan metode penelitian yang
digunakan, dimana data kualitatif merupakan jenis penelitian yang berorientasi
pada ‘proses’ dari pada ‘hasil’. Hal ini dikarenakan bagian-bagian yang diteliti
sifatnya lebih jauh (mendalam) serta terperinci (lengkap atau detail).
2. Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini muncul karena penelitian kualitatif
yang terfokus pada hasil wawancara membuat data hasil penelitian tidak bisa
ditarik secara general. Segingga, untuk memperoleh keanekaragaman dara, pada

35 Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana


36 ibid
penelitian berikutnya sebagiknya menggunakan survey dan observasi langsung
sebagai instrument penelitian.
3. Keterbatasan penelitian ini merupakan factor internal yaitu peneliti tidak dapat
melakakukan pengamatan berperan serta dan hanya bisa melakukan pengamatan
tanpa peran serta. Peneliti tidak dapat terlibat secara langsung dalam proses
implementasi cyber PR Universitas Al Azhar kesehariannya. Kerana itu, peneliti
tidak bisa mengamati secara menyeluruh tentang situasi, peristiwa dan perilaku
yang sebenarnya, sehingga informasi yang diperoleh hanya yang didapat melalui
dokumen, obeservasi dan wawancara dengan pada informan.
1. DAFTAR PUSTAKA
2. Aingindra. 2014 Teknologi Komunikasi. http://www.kliktekno.id/teknologi-
komunikasi.html# di akses pada hari selasa, 7 November 2018 pukul 10.21 WIB.
3. Rendro DS, Renold S. 2010. “Beyond Borders: Communication Modernity &
History”. The first LSPR Communication Communication Research Conference. Hal
328.
4. Hafied Cangara. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grasindo
Persada. Hal 122.
5. Effendy,OnongUchjana.2002. Hubungan Masyarakat Suatu Studi
Komunikologis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal21.
6. Jakob Oetama, 2001. Pers Indonesia Berkomunikasi dalam Masyarakat Tidak
Tulus. PT Kompas Media Nusantara. Hal209.
7. Fitryan G. Dennis, 2008. Bekerja Sebagai Sutradara. Penerbit Erlangga. Hal21.
8. Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss. 2009. Theories of Human Communication, 9th
ed. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. Hal153-154.
9. Prof. Dr.Harsono Suwardi, MA. 2004. Konstruksi Realitas Politik dalam Media
Massa. Jakarta: Granit. Hal11-12
10. Richard West, Lynn H. Tturner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi, Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Salemba Humanika. Hal41
11. A.Anditha Sari. 2017. Dasar-dasr Public Relations: Teori dan Praktik . Yogyakarta:
Penerbit Deepublish. Hal11.
12. P.C.S Sutisno. 1993. Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video.
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Hal1-3.
13. Masykurudin Hafidz. 2014. Panduan Pendidikan Pemilih: Petunjuk Praktis
Pelaksanaan Sosialisasi dan Informasi Pemilu. Penerbit Jaringan Pemilihan Untuk
Rakyat. Hal10.
14. Masduki. 2001. Jurnalistik Radio: Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar.
Yogyakarta: LKiS. Hal45

Anda mungkin juga menyukai