Anda di halaman 1dari 10

Judul : Strategy Cyber Public Relations Guna Meningkatkan Citra Positif Perguruan

Tinggi Swasta (Studi Kasus: Universitas Merdeka Malang)


Nama : Yusril Amidatul Fadhlan
Nim : 20033000046

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Cyber Public Relations atau yang biasa disebut juga dengan Electronik Public Relations
adalah sebuah strategi komunikasi yang di terapkan dan digunakan oleh para organisasi atau
institusi untuk bisa membangun, menjaga, dan meningkatkan citra positif di mata para public
mereka. Cyber Public Relations atau E-PR merupakan sebuah inovasi dari public relations
yang mana memakai media internet sebagai alat untuk melakukan publikasi. Dengan
menggunakan internet, PTS dapat membangun sebuah komunikasi yang terjadi secara
langsung yang bersifat interaktif dengan para publiknya. Dalam perkembangan era digital saat
ini, penggunaan media sosial dan juga teknologi menjadi sebuah hal yang dapat digunakan
untuk meningkatkan citra positif bagi perguruan tinggi swasta. Dengan adanya kehadiran
internet saat ini membuat pola masyarakat telah berubah dalam mencari segala informasi,
seperti mencari informasi tentang sebuah perguruan tinggi untuk mereka melanjutkan jenjang
pendidikan.
Dengan adanya para masyarakat atau publik yang banyak menggunakan internet dalam
kehidupan sehari-hari mereka sebagai tempat untuk mencari atau menkonsumsi informasi,
maka peneliti merasa akan lebih tepat dengan menggunakan konsep komunikasi massa yang
mengandalkan penggunaan media sosial platform utama untuk menyebarkan informasi kepada
public, dan juga konsep komunikasi persuasive yang bertujuan untuk membangun citra yang
positif di mata public dengan cara menggunakan pesan-pesan yang persuasive dan terpercaya,
seperti penggunaan fakta dan bukti yang dapat dipercaya untuk bisa mempengaruhi opini dan
tindakan dari public. Hal ini sesuai juga dengan salah teori jarum hipodermik (Hypodermic
Needle Theory) yang di gagas oleh Harold Lasswell.
Teori Jarum Hipodermik adalah sebuah teori komunikasi yang menganggap bahwa
media massa memiliki sebuah kekuatan mutlak untuk bisa memasukan atau menyampaikan
pesan tertentu langsung kedalam pikiran dan perilaku audiens. Artinya, para publik akan
terbius oleh pesan-pesan yang di berikan atau disampaikan oleh media massa. Dengan berdasar
teori tersebut, sebuah upaya untuk memahami dan menganalisa bagaimana pesan-pesan atau
informasi yang telah disampaikan oleh media digital dan sosial mampu untuk mempengaruhi
persepsi dan sikap publik terhadap perguruan tinggi swasta. Teori ini yang biasa juga disebut
dengan teori peluru adalah sebuah teori dari efek media massa yang di gagas oleh Harold
Lasswell di tahun 1920an ketika ia sedang menulis sebuah buku yang berjudul “Propaganda
Taechnique” semasa perang dunia. Harold Lasswell adalah seorang ilmuan politik Amerika
yang terkenal dengan hasil penelitiannya mengenai progpaganda dan komunikasi massa. Tidak
hanya itu saja, ia juga berkontribusi dalam proses pengembangan gagasan tentang media massa
mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi pendapat publik dan juga progpaganda dapat di
gunakan sebagai alat untuk mempengaruhi perilaku para publik. Ia juga adalah seorang
Presiden Asosiasi Ilmu Politik Amerika dari tahun 1970-1972 (McDougal & Reisman, 1979).
Sebuah strategi cyber public relations adalah sebuah skema lain dari public relations
yang mengutamakan pemakaian dan pemanfaatan media internet dalam kegiatan publikasi
agar bisa membentuk dan menjalankan hubungan baik dengan para publiknya. Animo
masyarakat serta stakeholder terhadap perkembangan aktivitas digital lumayan kuat dan
berpengaruh, apalagi dalam hal mencari dan mengakses informasi, dan itu lah yang membuat
jalannya aktivitas komunikasi publik relation tidak akan cukup, jika hanya mengutamakan
media massa tradisional saja. Disini juga dijelaskan strategi cyber public relations yang dapat
di aplikasikan adalah dengan menggunakan Ezine atau majalah elektronik dan media sosial
sarana untuk kegiatan publikasi. Tetapi dijelaskan juga bahwa strategi cyber publik relations
tidak hanya terpaku di situ saja, masih ada beberapa cara atau strategi yang bisa digunakan
untuk membangun citra positif, tergantung juga pada karakter PTS tersebut dan juga publiknya
(E. B., 2016).
Berdasarkan data yang dirilis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII),
jumlah pemakai atau pengguna internet di Indonesia sepanjang tahun 2018 adalah 171,17 juta
atau 64,8% dari total seluruh penduduk Indonesia yang mencapai 264,14 juta. Dan di tahun
2021 jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 210.026.769 dari total 272.682.600
jiwa. Sedangkan pada tahun 2022-2023 kemarin pengguna internet di Indonesia telah
mencapai 78,19% atau menembus angka 215,626,156 jiwa dari total populasi penduduk di
Indonesia. Berdasarkan data yang sudah terlampir, yang menunjukan terus meningkatnya para
pengguna internet di Indonesia di setiap tahunnya, membuktikan bahwa penduduk di Indonesia
ini antusias dan mengikuti perkembangan teknologi yang ada. dengan adanya hal tersebut
maka perkembangan internet dan media sosial tidak bisa di sepelekan, karena hal tersebut akan
sangat berpengaruh bagi setiap organisasi atau perguruan tinggi swasta. karena pada
kenyataannya, masih ada beberapa perguruan tinggi swasta yang masih mengalami kesulitan
dalam menjaga dan meningkatkan citra positif di mata public mereka, seperti mulai dari
masalah akademik, kebijakan kampus yang tidak popular, permasalahan personal mahasiswa
yang di sangkutpautkan dengan tempat mereka berkuliah, dan juga kontroversi serta isu
negative yang beredar di media sosial.
Dalam zaman yang sudah hampir dicakup oleh internet saat ini, sebuah platform online
atau internet dan media sosial mempunyai peran yang cukup penting dan besar untuk
membangun dan membentuk persepsi para stakeholder. Strategy cyber public relations
menjadi penting untuk bsia digunakan oleh para perguruan tinggi swasta guna meningkatkan
citra positif mereka. karena khususnya di Indonesia saat ini sebanyak 78,19% dari seluruh
penduduk di Indonesia telah menggunakan internet. Dengan situasi saat ini yang mana hampir
seluruh hal sudah di susupi oleh internet, maka sebuah perguruan tinggi swasta harus mampu
untuk beradaptasi dan menggunakan teknologi dan media sosial menjadi salah satu strategi
komunikasi untuk bisa menjaga dan meningkatkan citra mereka sebagai sebuah institusi
pendidikan.
Universitas Merdeka Malang sendiri adalah sebuah perguruan tinggi berbasis swasta
yang didirikan pada 8 tanggal 8 Agustus 1964 oleh Yayasan Perguruan Tinggi Merdeka.
Kampus ini awalnya bernama Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Merdeka, kemudian berkembang
menjadi Universitas Merdeka Malang dengan menambahkan berbagai program studi. Kampus
ini memiliki enam fakultas dan lebih dari 40 program studi yang terakreditasi. Universitas
Merdeka Malang memiliki platform E-learning untuk membantu para mahasiswa dalam proses
belajar dan mengakses materi kuliah secara online, yaitu Eclass dan Siakad. Tidak hanya itu
saja, kampus ini juga memiliki website resmi dengan alamat https://unmer.ac.id yang berisi
informasi mengenai profil kampus, fakultas, program studi, kegiatan kampus, kegiatan serta
aktivitas akademik, dan pengamatan atau penelitian. Lalu kampus ini juga memiliki media
sosial resmi di berbagai platform yang di gunakan untuk mempublikasikan kegiatan kampus,
berita terbaru, dan informasi lainnya, seperti akun Facebook (@universitasmerdekamalang)
dengan 2,8 ribu pengikut, Instagram (@unmermlg) dengan 30,2 ribu pengikut, Twitter
(@unmermlg) dengan 3.564 pengikut, dan Youtube (@UnmerChannel) dengan 4,18 ribu
pengikut.
Berdasarkan yang telah di jelaskan di atas disini peneliti terdorong untuk melakukan
pengamatan atau penelitian tentang strategi CPR yang diterapkan dan dilakukan oleh humas
Universitas Merdeka Malang dalam meningkatkan citra positif sebagai Intitusi Pendidikan
Swasta, yang dalam persepsi masyarakat awam saat ini masih berada di bawah Perguruan
Tinggi Negeri.

B. Rumusan Masalah
Strategi apa yang bisa diterapkan oleh praktisi Cyber Public Relations untuk meningkatkan
citra Universitas Merdeka Malang sebagai Institusi Pendidikan Swasta?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengenal, menggambarkan, menguraikan dan mendeskripsikan penerapan dan
pelaksanaan dari strategi cyber public relation yang digunakan untuk membangun dan
meningkatkan citra positif Universitas Merdeka Malang sebagai Institusi Pendidikan
Swasta.
2. Untuk mengetahui, mengenal, memahami dan mendeskripsikan apa saja yang menjadi
halangan atau hambatan yang dirasakan sewaktu menerapkan strategi cyber public
relations guna menignkatkan citra Universitas Merdeka Malang sebagai Institusi
Pendidikan Swasta.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis yang diharapkan akan didapat dari penelitian ini adalah sebagai
pemahaman baru terkait penerapan atau implementasi strategi cyber public relations di
perguruan tinggi swasta guna meningkatkan citra.
Dengan begitu manfaat teoritis yang diharapkan dari peneltiian ini adalah agar dapat
menjadi sebuah tinjauan untuk penelitian lebih lanjut dalam mengidentifikasi strategi yang
bisa di terapkan oleh perguruan tinggi swasta guna meningkatkan citra di mata publiknya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini ada beberapa pembahasan yang akan disajikan oleh penutlis dalam
kajian pustaka, yang akan memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang akan dibahas lebih
luas dan rinci.

A. Cyber Public Relations


Dalam dunia Public Relations saat ini perlahan-lahan mulai berubah, baik dari segi
pemahaman maupun pola-polanya, yang sebelumnya mereka menyebarkan informasi
hanya menggunakan media konvensional dan media massa, dan hal itu memang pada
faktanya disebabkan oleh perkembangan teknologi komunikasi serta informasi. Banyak
dari praktisi PR telah menggunakan internet sebagai hasil dari perkembangan teknologi
untuk sebagai alat salam menyebarkan informasi, dan tentunya akan dapat mencakup
jangkauan yang lebih luas. Untuk pengertian cyber PR sendiri adalah kegiatan dari praktisi
PR yang menjadikan Internet sebagai alat utama untuk melakukan kegiatan dan
aktivitasnya. Upaya-upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh praktisi PR dalam mengelola
hubungan dan pesan dilakukan secara online atau dalam dunia maya.
Dengan menerapkan CPR membuat para praktisi PR bisa menjalin hubungan yang
lebih baik dengan public mereka. CPR akan terus berkembang serta akan menjadi alat atau
sarana untuk bisa membangun sebuah brand awareness di mata publicnya, serta akan dapat
untuk membangun, menjaga dan memelihara kepercayaan public yang akan berujung
kepada timbulnya atau terbangunnya citra positif organisasi. Dalam penerapan strategi
CPR sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda, akan tetapi memang lebih memanfaatkan pada
penggunaan teknologi yang Sudha berkembang, dan itu nantinya akan memberikan
dampak yang lebih baik terhadap pengalaman komunikasi yang di rasakan oleh para
konsumen dan juga public.

a) Fungsi Cyber Public Relations


Adapun fungsi dari CPR ini menjadi sebuah aktivitas atau kegiatan yang sangat
berguna dalam praktik PR sendiri. Dengan menggunakan fungsi dan strategi cyber
PR dapat meningkatkan brand awareness dimata public dengan memanfaatkan media
online.

b) Manfaat Cyber Public Relations


Saat ini hanya sedikit sekali ada masyarakat yang tidak mengetahui internet, hamper
seluruh masyarakat sudah menggunakan internet dalam kehidupan sehari-harinya.
Jika berbicara mengenai CPR pasti tidak akan lepas dari media digital dan
elektronik, karena memang pada faktanya kedua hal tersebut sangat berhubungan
erat. Dengan menggunakan media itu kita dapat membangun atau meningkatkan
sebuah merk atau brand. Berikut ini beberapa manfaat dari cyber PR:

1) Interaktif, dengan menggunakan cyber PR dalam kegiatannya, praktisi PR


akan dapat membuat terjadinya sebuah komunikasi dua arah. Karena para
costumer akan dapat secara langsung dan cepat memberikan feedback.
2) Kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh cyber PR dapat dilakukan dengan
lebih cepat kepada publiknya.
3) Tidak adanya Batasan komunikasi, selama ada atau tersedianya jaringan
internet, maka komunikasi akan tetap terus bisa di lakukan.
4) Hemat, seperti yang kita ketahui bahwa jika komunikasi dilakukan
menggunakan internet itu akan jauh lebih mudah dan murah daripada
menggunakan media konvensional ataupun media massa, serta kita juga
dapat menjangkau public yang pastinya lebih luas.

c) Jenis-jenis Media Cyber


Ada beberapa jenis media yang memang sudah sering digunakan oleh praktisi PR
dalam melakukan penyebaran informasi dalam melakukan kegiatan penyebaran
informasi dengan para publiknya, yaitu:

1) Web Site (laman situs perusahaan)


2) Surat Elektronik (Email)
3) Forum-forum di internet atau media social
4) Web Log
5) Sosial Media (Instagram, Tiktok, Facebook, dll)

B. Citra (Image)
Sebuah organisasi, perusahaan atau Institusi Pendidikan seperti Kampus di
haruskan untuk bisa menjaga reputasi atau citra mereka di mata public, dan ini adalah tugas
dari seorang praktisi PR untuk bisa menjaga dan meningkatkan citra lembaga yang mereka
naungi di mata public. Karena itu seorang praktisi PR dari sebuah instansi diharuskan untuk
memberikan perhatian lebih demi membangun sebuah citra yang baik dan menguntungkan
untuk lembaga yang mereka naungi, dan dengan melepaskan atau menghindari
terbentuknya citra negative di mata para public. Karena memang citra yang dipunyai oleh
sebuah organisasi itu terbentuk dari hasil komunikasi dan hubungan yang di jalin oleh
perusahaan dengan publicnya.
Citra merupakan cara bagaimana orang lain melihat lembaga, seseorang, atau
sebuah aktivitas. Citra menjadi salah satu tujuan utama sekaligus prestasi yang ingin
diperoleh di dalam dunia kehumasan. Untuk pengertian sendiri berkonteks abstrak dan
tidak bisa diukur secara sistematis, akan tetapi bentuknya dapat bisa dirasakan berdasarkan
hasil dari sebuah penelitian, seperti bentuk respon yang sdi berikan oleh masyarakat umum
atau public yang berupa tanggapan positif atau negative (Suhayati, E. 2011).

a) Jenis-jenis Citra
• Citra bayangan, ini biasanya ada pada pemimpin organisasi atau lembaga
yang berhubungan pada pandangan orang lain. Pemimpin itu biasanya akn
selalu merasa masyarakat umum memiliki pandangan yang baik kepada
organisasinya, karena biasanya persepsi atau penarikan kesimpulan yang
dilakukan oleh pemimpin tersebut tidak sesuai pada keadaanya.
• Citra yang terjadi, ini merupakan sebuah positif yang dimiliki orang lain
terhadap lembaga atau hal lain yang berhubungan dengan produk. Citra ini
dapat berbentuk kesan baik atau sebaliknya.
• Citra yang diharapkan, ini adalah sebuah citra yang menjadi tujuan atau
diinginkan sebuah lembaga maupun perusahaan. Pada citra ini biasanya
berkonotasi baik daripada citra yang sudah ada, dan ini juga tergolong sesuatu
yang relative baru.

b) Citra Positif
Seperti yang diketahui bahwa untuk citra ini terdapat dua macam, yaitu
citra buruk dan baik. Citra-citra tersebut ada dengan bersumber dari citra yang
telah di terima atau yang sudah berlaku. Untuk citra sempurna atau yang di
inginkan oelh setiap organisasi adalah sebuah kesan yang pastinya baik dan sesuai
dengan keadaan atau realita yang ada, dan juga itu berdasarkan dari pengalaman,
pengetahuan, dan fakta yang sesungguhnya.
Citra harus dibentuk berdasarkan pada fakta yang ada, karena jika dibentuk
tidak sesuai dengan faktanya, maka itu tidak sesuai dengan hakikat dari
perhumasan sendiri. Demi menegakan kredibilitas public relations, citra harus di
bentuk dengan berdasarkan fakta yang ada dan sesuai, harus menghindari usaha-
usaha pemolesan yang tidak bisa di petanggungjawabkan. Citra dari sebuah
lembaga yang ingin di capai oleh public relations, merupakan sebuah nilai
kepercayaan dari amanah yang diberikan oleh publiknya, dan kemauan baik
(goodwill) yang di tunjukan oleh lembaga tersebut.

C. Teori Sistem
Dalam praktik yang di lakukan PR dalam melakukan kegiatan atau kajian-kajian,
ada sebuah teori yang sering di gunakan, yaitu teori System. Sebuah teori menjadi hal yang
sangat penting agar bisa menunjang keberhasilan dalam pengkajian dan pekerjaan dari PR.
Ini dapat di gunakan sebagai pedoman atau acuan untuk pengambilan keputusan dari situasi
dan kondisi yang ada. Teori dapat digunakan para praktisi PR dalam merencanakan
program dan menggunakannya untuk mencapai keberhasilan dari program yang di
rencanakan.
Teori sistem merupakan sekumpulan pernyataan yang digunakan untuk membantu
orang dalam memahami tentang sistem sehingga para praktisi memperoleh penjelasan yang
kuat dan dapat menginterpretasikannya dengan tepat (Heryana, A. 2021).
Teori system ini juga mengadopsi pemikiran dari Darwin mengenai evolusi, yang
berasumsi bahwa organisasi melalui public relations perlu untuk membangun serta
menjaga relasi dan beradaptasi dengan lingkungannya untuk bisa bertahan. Dalam teori ini
leboh berfokus kepada aktivitas public relations yang membantu proses dalam
memanajemen dan mengelola komunikasi yang terjadi antara organisasi dengan publiknya.
Proses manajemen komunikasi yang dilakukan oleh PR juga menjadi sebuah cara untuk
menyampaikan infomrasi public kepada organisasinya. Teori ini juga menganggap
aktivitas dari sebuah organisasi atau institusi tersebut akan mengakibatkan sebuah dampak
bagi publiknya, dan sebaliknya, perilaku dari public sebagai respon kepada aktivitas yang
dilakukan oleh organisasi sehingga akan menimbulkan sebuah konsekuensi tertentu bagi
organisasi tersebut. Berdasarkan teori system, terdapatnya dua system komunikasi yang
ada di dalam organisasi, yaitu system komunikasi internal dan eksternal. Proses dari
aktivitas PR diharuskan untuk bisa mendorong organisasi menajdi terbuka, membuka
komunikasi menjadi dua arah dan juga lebih mementingkan terciptanya sebuah
pemahaman bersama.
Teori system ini juga menganalogikan organisasi menjadi sebuah lingkaran
(cyrcle). Public Relations adalah penjaga lingkaran tersebut agar permasalahan tetap ada
di dalam lingkaran, dan juga terselesaikan didalam lingkaran. Berdasarkan teori ini, public
relations menjadi sebuah penghubung system-sistem yang ada, baik itu internal maupun
eksternal. Tidak hanya itu saja, public relations juga mempunyai tugas untuk
memperhatikan, memantau, menyeleksi, dan menhimpun semua informasi yang masuk,
lalu kemudian menyampaikan ke dalam organisasi. Sedangkan untuk eksternal, praktisi
public relations menjadi perwakilan dari organisasi untuk menyesiakan informasi dan juga
memantau citra yang sedang terbentuk, dengan cara berinteraksi dengan para publiknya.

D. Penelitian Terdahulu
Cyber public relations telah menjadi sebuah kegiatan yang popular banyak
digunakan oleh perusahaan maupun organisasi dalam melakukan engagement dengan
publiknya. Selain menjadi jalan keluar bagi kendala komunikasi, yaitu jarak dan waktu.
Cyber PR memberikan banyak keuntungan, salah satunya adalah dapat membangun
hubungan yang kuat antara perusahaan dengan para publiknya, karena memang
komunikasi yang dilakukan secara dua arah mampu untuk membuat hubungan atau
interaksi menjadi lebih personal (E. B., 2016). Dengan adanya sebuah peusahaan atau
institusi yang praktisi PR nya menerapkan strategy cyber PR, maka tentunya mereka akan
lebih mudah untuk bisa membangun hubungan yang lebih personal dengan para
stakeholdernya. Karena mereka bisa memantau dan memberikan pelayanan penuh hampir
24 jam, yang mana hal tersebut juga pastinya akan berpengaruh dengan citra yang mereka
miliki. Karena memang pada faktanya sebuah citra positif itu sangat-sangat dibutuhkan
oleh setiap perusahaan, organisasi dan tidak terkecuali pula bagi sebuah institusi
Pendidikan.
Strategi PR hendaknya dilakukan dengan manajemen yang terstruktur, sehingga
semua program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan efektif dan lancar. Dengan
melakukan hal tersebut kita juga dapat mengetahui apa saja yang menjadi kelemahan serta
kelebihan dan juga dari segi tingkat pencapaiannya. Apalagi mengingat kondisi saat ini
dimana sudah memasuki revolusi industry 4.0. jadi setiap praktisi PR sudah harus mampu
untuk beradaptasi (Syakur, A. & Panuju, R. 2020). Demi tercapainya tujuan untuk memiliki
citra yang baik di mata public, setiap praktisi PR harus bisa melihat dan menyesuaikan atau
beradaptasi dengan kondisi. Dengan sudah adanya revolusi industry 4.0, maka cara dari
setiap PR untuk merancang dan melaksanakan kegiatan mereka harus sesuai juga. Dengan
adanya sebuah kegiatan yang dilakukan secara terstruktur dan tepat, maka pastinya akan
membuahkan hasil yang tepat pula. Dengan maraknya internet dan media social saat ini
menjadi sebuah cara baru untuk seorang praktisi PR membuat strategy baru untuk bisa
menjalin hubungan yang baik dengan para stakeholder yang berujung kepada terciptanya
atau terbangunnya sebuah citra yang positif bagi institusi atau perusahaan.
Humas atau seorang praktisi PR di tuntut untuk bisa mengembangkan sebuah
strategi manajemen strategis yang bertujuan untuk bisa merambah dan mendayagunakan
new media atau internet yang menyediakan sebauh kebebasan informasi, serta fungsi yang
paling urgensi tentu saja bagaimana citra positif tetap di pertahankan atau di tingkatkan
melalui penggunaan media secara efektif dan efisien. Tetapi tentunya cyber PR dalam
kegiatannya tetap harus melakukan kewajiban dan tugas humas seperti biasanya (Darwadi,
M. S. 2019). Seorang praktisi cyber PR walaupun mereka bisa dibilang kegiatannya
berfokus pada penerapan dan penggunaan new media, mereka juga tetap tidak boleh lupa
dengan tugas utama mereka sebagai humas atau praktisi PR. Dengan melihat kondisi saat
ini, new media memang menjanjikan akan terjadinya sebuah interaksi yang personal dan
juga intens kepada para stakeholdernya dengan menggunakan berbagai fasilitas yang
tersedia. Hal ini tentunya akan menjadi kemudahan dan juga sekaligus menjadi sebuah
tantangan kepada para praktisi cyber PR untuk bisa melakukan dan menerapkan strategi
yang telah ada melalui media internet, yang memang hal tersebut berguna untuk
mendukung keberlanjutan kegiatan dan kepentingan dari sebuah organisasi maupun
institusi.

BAB III
METODOLODI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Disini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini. Jenis
pendekatan ini mempunyai ciri khusus yang alami atau natural setting. Dikatakan
mempunyai ciri yang alami karena pendekatan ini menggunakan sumber data langsung,
serta pendekatan ini juga mengutamakan prosesnya daripada hasil. Peneliti disini
menggunakan jenis penelitian studi kasus. Ini adalah sebuah jenis penelitian yang
berbentuk desktripsi intensif yang digunakan untuk memperhatikan dan meneliti suatu
kejadian tertentu, seperti individu, kelompok masyarakat, maupun institusi. Disini peneliti
mencoba untuk menggambarkan subyek-subyek penelitian.
Jenis penelitian studi kasus ini mempunyai ciri yang menyeluruh, mendalam, dan
rinci, yang nanti akan di gunakan untuk membedah sebuah permasalahan (Fadli, M. R.
2021). Peneliti dapat melakukan pengkajian secara lebih dan mendalam dalam
menggunakan studi kasus ini, akan di dapatnya informasi-informasi penting yang terjadi
di dalam hubungan antara proses yang terjadi menjadi sebuah keunikan dan keunggulan
dari jenis ini.

B. Fokus Obyek dan Subyek Penelitian


Obyek dari penelitian ini adalah strategi cyber public relations dalam meningkatkan
citra dari Universitas Merdeka Malang sebagai Insituti Pendidikan berbasis swasta.
sedangkan di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik purposive sampling, ini
adalah salah satu Teknik sampling non-random yang dimana peneliti menentukan
pengambilan sample dengan menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan
penelitian, yang nantinya diharapkan dapat menjawab permasalahan dari penelitian ini.
Berdasarkan penjelasan penelitian purposive sampling tersebut, ada dua hal yang penting
didalam menggunakan Teknik ini, yaitu non-random sampling dan menetapkan ciri-ciri
sesuai tujuan dari penelitian, yaitu Humas dan anggotanya di Universitas Merdeka Malang.
C. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian yang akan di lakukan oleh peneliti adalah di Universitas Merdeka
Malang.

D. Populasi dan sampling penelitian / informan penelitian


Informan penelitian atau subyek dari penelitian ini adalah Humas Universitas Merdeka
Malang.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Wawancara
Sebuah interkasi khususnya komunikasi antara dua orang yang di dalamnya terjadi
proses tanya jawab untuk bisa memperoleh informasi dan data. Ini di lakukan karena
memang sangat di perlukannya komunikasi secara langsung oleh responden.
Percakapan yang terjadi di dalamnya di lakukan agar bisa mendapatkan informasi
dan data yang valid secara langsung, yaitu peneliti sebagai pewawancara dan Humas
Universitas Merdeka Malang sebagai narasumber.

2. Observasi
Observasi disini adalah sebuah metode dalam pengumpulan dan pencarian informasi
atau data dengan melakukan pengamatan. Hasil dari pengamatan ini akan dicatat
karena akan sangat bermanfaat dalam penelitian. Metode kualitatif juga
mengandalkan dan mengutamakan pengamatan atau wawancara dalam pengumpulan
datanya.
3. Dokumentasi
Pencarian dan pengumpulan data akan menghasilkan hal-hal penting yang pastinya
akan berhubungan dengan permasalahan yang di teliti, dan itu akan berujung pada di
perolehnya data yang sesuai, lengkap dan valid bukan hanya berdasarkan spekulasi
saja. dengan menggunakan Teknik ini peneliti juga akan mendapatkan data gambaran
umum, seperti sejarah, tujuan, visi-misi, mahasiswa, dosen, dan lainnya yang
berhubungan dengan organisasi yang di teliti.

DAFTAR PUSTAKA
Apriyanta, Y. J. & Wijaya, L.S. (2018). Penggunaan Website dan Media Sosial dalam Membangun Citra
Positif Perguruan Tinggi. Komunikatif: Jurnal Ilmiah Komunikasi. 7(2).
https://doi.org/10.33508/jk.v7i2.1750
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia. (2022, 9 Juni). APJII di Indonesia Digital Outloook
2022. Diakses pada 16 April 2013. https://apjii.or.id/berita/d/apjii-di-indonesia-digital-
outloook-2022_857
Bernatta, R. A. & Kartika, T. (2020). Fenomena Massa Dalam Mencari Informasi Viral Pada Media
Sosial Instagram. Jurnal Sains Sosial dan Humaniora. 4(2). 153-165.
Bisnis.com. (2023, 8 Maret). Survei APJII: Pengguna Internet di Indonesia Tembus 215 Juta Orang.
Diakses pada 16 April 2023. https://m.bisnis.com/amp/read/20230308/101/1635219/survei-
apjii-pengguna-internet-di-indonesia-tembus-215-juta-orang
Darwadi, M. S. (2019). Pembentukan Citra Positif Perusahaan Melalui Cyber Public Relations. E-Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 8(8). 901-915.
https://doi.org/10.24843/EEB.2019.v08.i08.p04
Databoks.katadata.co.id. (2019, 16 Mei). Pengguna Internet di Indonesia 2018 Bertambah 28 Juta.
Diakses pada 16 April 2023.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/05/16/pengguna-internet-di-indonesia-
2018-bertambah-28-juta
Fadli, M. R. (2021). Memahami Desain Metode Penelitian Kualitatif. Jurnal HUMANIKA. 21(1). 33-54.
https://doi.org/10.21831/hum.v21i1.38075
Firsan, Nova, DKK. Crisis Public Relations (2020). PT. Kaptain Komunikasi Indonesia, Jakarta.
Gita Aprinta, E. B. (2014). Strategi Cyber Public Relations dalam Pembentukan Citra Institusi
Pendidikan Tinggi Swasta. Jurnal The Messenger. 6(1). 1-7.
http://dx.doi.org/10.26623/themessenger.v6i1.161
Heryana, A. (2021). Teori dan Jenis Sistem. Universitas Esa Unggul.
http://dx.doi.org/10.13140/RG.2.2.12029.49126
McDougal, M. S & Reisman, W. M. (1979). Harold Dwight Lasswell (1902-1978). American Journal of
International Law. 73(4). https://doi.org/10.2307/2200737
Puspitasari, N, & Purwani, D. Cyber Public Relations (2022). Adipura Book Centre.
Rosliana & Loisa, R. (2018). Strategi Cyber Public Relations dalam Memanfaatkan Media Sosial untuk
Membangun Citra Perusahaan. Journal Prologia. 2(2). 480-486.
https://doi.org/10.24912/pr.v2i2.3733
Suhayati, E. (2011). Penerapan corporate social responsibility untuk meningkatkan citra
universitas. Majalah Ilmiah Unikom. http://repository.unikom.ac.id/id/eprint/30489
Syakur, A. & Panuju, R. (2020). Peran Strategis Public Relation dalam Pengembangan Reputasi
Pendidikan Tinggi: Studi Kasus Promosi di Akademi Farmasi Surabaya. Briliant: Jurnal Riset
dan Konseptual. 5(1). 128-136. http://dx.doi.org/10.28926/briliant.v5i1.439

Anda mungkin juga menyukai