PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan mahlung unik, yang memiliki prilaku dan keporibadian yang berbeda – beda dalam
kehidupan. Perilaku dan kepribadian didasarkan dari berbagai macam faktor penyebab, salah satunya faktor
lingkungan yang berusaha beradaptasi unuk bertahan dalam kehidupannya.
Begitu pula fisik manusia yang dipengaruhi oleh lingungan luar dalam beradaptasi menjaga kestabilan dan
keseimbangan tubuh dengan cara selalu berespon bila terjadi tubuh terkena hal yang negatif dengan berusaha
menyeimbangkannya kembali sehingga dapat bertahan atas serangan negatif misal: mata kena debu maka
akan berusaha mengeluarkan air mata.
Keseimbangan juga terjadi dalm budaya daerah dimana manusia itu tinggal, seperti kita ketahui bahwa
diIndonesia sangat beragam budaya dengan berbagai macam corak dan gaya , mulai dari logat bahasa yang
digunakan, cara berpakaian , tradisi prilaku keyakinan dalam beragama, maupun merespon atas kejadian
dalam kehidupan sehari – harinya seperti halnya dalam menangani rasa nyeri akibat terjadinya perlukaan
dalam tubuh dengan direspon oleh manusia dengan berbagai macam adaptasi, mulai dari suara meraung –
raung , ada juga cukup keluar air mata dan kadang denagn gelisah yang sangat.
Atasa dasar tersebut maka sebagai pemberi terapi medis harus mengetahui atas berbagai perilaku dan
budaya yang ada diIndonesia sehinga dalam penangannan terhadap nyeri yang dirasakan oleh setiap orang
dapat melakukan pengkajian dan tindakan pembrian terapi secara objektif, maka untuk itu RS Budi Kemuliaan
Batam n=menyusun panduan dalm penanganan nyeri
B. TUJUAN
Panduan Managemen Nyeri ini disusun dengan tujuan adanya standarisasi dalam asiesmen dan
managemen nyeri RS. Budi Kemuliaan Batam semakin baik.
C. DEFENISI
1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosianal yang diakibatkan adanya kerusakan jaringan
yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensiorik dan emosiaonal yang merasakan
seolah – olah terjadi kerusakan jaringan ( International asocation for the study of pain)
2. Nyeri Akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasai yang terbatas , memiliki hubungan
temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
3. Nyeri Kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronik yang
terus menerus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui
penyebabnya yang tidak pasti.
D. RUANG LINGKUP
pelayanan nyeri memiliki pelayanan bagi pasien – pasien di Unit Gawat Darurat, Unit Rawat
Jalan, Unit Rawat Inap dan Unit Kamar Oprasi RS. Budi Kemuliaan Batam
BAB II
RUANG LINGKUP
A. ASESMEN NYERI
1. Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Onset nyeri akut atau kronik , traumatik atau non – traumatik.
2) Kanker dan derajat keparahan nyeri , nyeri tumpul , nyeri tajam , rasa terbakar , tidak
nyaman , kesemutan , neuralgia.
3) Pola pelajaran / penyebaran nyeri.
4) Durasi dan lokasi nyeri.
5) Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan , baal , kesemutan , mual/muntah, atau
gangguan keseimbangan / kontrol motorik.
6) Faktor yang menghambat dan memperingan.
7) Kronisitas.
8) Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respon terapi.
9) Gangguan / kehilangan fungsi akibat nyeri / luka
10) Pengunaan alat bantu.
11) Perubahan fungsi mobilitas , kognitif , irama tidur dan aktifitas hidup dasar (activity of
daily living).
12) Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan , seperti adanya faktur yang
tidak stabil , gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindron kauda
ekuina.
b. Riwayat pembedahan / penyakit dahulu
c. Riwayat psiko – sosial
a) Riwayat konsumsi alkohol , merokok atau narkoba.
b) Identifikasi pengasuh / perawat utama (Primer) pasien.
c) Identifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi menimbulkan eksaserbasi
nyeri
d) Pembatasan / restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang berpotensi
menimbulkan pengaruh negatif terhadap motivasi dan kooperasi pasien dengan program
penanganan /managemen nyeri ke depannya. Pada pasien dengan masalah psikiatri,
diperlukan dukungan psikoterapi/psikofarmaka.
e) Tidak dapat bekerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stress bagi
pasien/keluarga.
d. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkat benda berat,
membungkuk atau memutar merupakan pekerjaan tersering yang berhubungan dengan
nyeri punggung.
e. Obat-obat dan alergi
1) Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri (suatu studi bahwa
14% populasi di Indonesia mengkomsumsi suplemen /herbal, dan 36% mengkonsumsi
vitamin).
2). Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, efektifitas, dan efek samping.
3). Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat-obatan dengan
efeksamping kognitif dan fisik.
f. Riwayat keluarga
Evaluasi riwayat medis terutama penyakit genetik
g. Asesmen sitem organ yang komprehensif
1) Evaluasi gejala kardiovaskular psikiatri pulmoner, gastrointestial, neurologi, reumatologi,
genitourinaria, endokrin, dan muskuloskeletal,
2) Gejala kontitusional penurunan berat badan , nyeri malam hari , keringat malam , dan
sebagainya
2. Asesmen Nyeri
a. Asesmen nyeri menggunakan Numeric Rating Scale
1). Indikasi digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia >3 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
2). Instruksi pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0-10.
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan (secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik)
4-6 = nyeri sedang (secara objektif pasien menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, atau mendeskripsikan , dapat mengikuti perintah dengan baik)
7-9 = nyeri berat (secara objektif pasien terkadang tidak mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan dan menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendis )
10 = nyeri yang sangat ( pasyen sudah tidak dapat mendeskripsikan lokasi nyeri ,
tdak dapat berkomunikasi, memukul)
b. Asesmen Nyeri mengunakan Wong Baker FACES pain 5 cale
1) Indikasi : pada pasyen ( dewasa anak < 3 tahun ) yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka , gunakan sesemen
2) Intruksi : pasien diminta untuk mengajukan / memilih gambar mana yang paling sesuai
dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
0 tidak merasa nyeri
1 sedikit rasa nyeri
2 nyeri ringan
3 nyeri sedang
4 nyeri berat
5 nyeri sangat berat
c. Asesmen Nyeri menggunakan COMFORT sale
1) Indikasi : pasien bayi , anak , dan dewasa diruang kamar operasi atau ruang rawat inap
yang tidak dapat menggunakan Bumeric rating scale atau wong-baker FACES sale.
2) Intruksi : terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki 1m – 5 dengan skor total 9
– 45.
Kewaspadaan
Keterangan
Distres pernapasan
Menangis
Pergerakan
Tonus otot
Tekanan wajah
Tekanan darah basal
Denyut jantung basal
Tabel 3.1 COMFRORT Scale
d. Pada pasien pengaruh otot anestesi, asesmen dan penaganan nyeri diklakukan dengan cara
pasien menunjukkan respon berbagai ekspresi tubuh atau verbal akan rasa nyeri
e. Asesmen ulang nyeri dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri , sebagai berikut:
1) Lakukan asesmen nyeri yang konverhensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada
pasien.
2) Dilakukan pada pasien yang mengeluh nyeri 1 jam setelah tatalaksana nyeri , setiap
enam jam (pada pasien yang sadar/bangun) , pasien yang menjalani prosedur
kedokteran yang menyakitkan, sebelum transfer pasien dan sebelum pasien pulang dari
rumah sakit.
3) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (Jantung), dilakukan asesmen ulang setiap 8
menit setelat pemberian nitrat atau obat – obatan intevebna.
4) Pada nyeri akut/kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit – 1 jam setelah pemberian
obat nyeri.
f. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba – tiba, terutama bila sampai menimbulakan
perubahan tanda vital, merupakan tanda adanya diaknosis medis atau bedah yang baru
(misalnya kompilkasi pasca-perubahan, nyeri neuropati).
3. Pemeriksa fisik
a. Pemeriksaan umum
1) tanda vital telkanan darah, nadi , per nafasan , suhu tubuh
2) ukuran berat badan dan tinggi badan pasien
3) periksa apakah terdapat luka dikulit seperti jaringan pari akibat operasi , ulserasi , tanda
bekas jarum suntik
4) perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang (malalignment) atrofit otot , fasikulasi ,
disklorasi dan edema.
b. Status mental
1) Nilai orientasi pasien
2) Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek dan segera
3) Nilai kemampuan kognetif
4) Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala – gejala deprsi tak adaharapan , atau
cemas.
c. Pemeriksaan sendi
1) Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
2) Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatiakn adanya keterbatasan gerak,
diskinesi, meraut wajah meringis, atau asimetris.
3) Nilai dan cacat pergerakan pasif pada sendi yang terlibat abnormal/ dikeluhkan oleh
pasien ( saat menilaiu pergerakan aktif ). Perhatikan adanya limitasi gerak, raut wajah
meringis atau asimetris.
4) Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
5) Pemeriksaan stabilitas sendi untuk menidentifikasi adanya cedera ligamen.
d. Pemerikasaan motorik
Lakukan dan catat kekuatan motorik pasien dengan kriteriadibawah ini
TABEL 3.2 Derajat Kekuatan Motorik
Derajat Defenisi
5 Tidak dapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
2 Mampu bergerak/bergeser kekiri dan kanan tetapi tidak mempu
melawan gravitasi
1 Terdapat kontraksi otot (inpeksi/palpasi), tidak menghasilkan
pergerakan
0 Tidak terdapat kontraksi otot
e. Pemeriksaan sensorik
Lakukan pemeriksaan : sentuhan ringan , nyeri (tusukan jarum, pin prick), gerakan , dan suhu
f. Pemeriksaan neurolagis lainnya
1) Evaluasi nervus kranial I – X, terutama jika pasien mengeluh nyeri wajah atau servikal
dan sakit kepala
2) Pemeriksaan refleks otot, nilai adanya asimetris dan klonus.untuk mencetuskan klonus
membutuhkan kontraksi >4 otot
3) Nilai adanya refleks pasien dan identikasi defisi serebelum dengan melakukan tes
dismetrik (tes pergerakan jari-ke-hidung, pergerakan tumit ke-tribal), tes keseimbangan
(Romberg dan Romberg modifikasi)
Tabel 3.3 Pemeriksaan Refleks
Refleks Segmen Spinal
Biseps C5
Brakioradialis C6
Triseps C7
Tendin patela I4
Hamstring medial I5
Achiles S1
g. Pemeriksaan khusus
1) terdapat 5 tanda non-organik pada pasien dengn gejala nyeritetapi tidak ditemukan
etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien dengan 5 tanda ini ditemukan mengalami
hipokandriasis.
2) Kelima tanda ini adalah:
Destribusi nyeri superfisial tau anon-anatomik
Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik
Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over-reakfif)
Reaksi nyeri yang berlebihan saat menjalani tespemeriksaan nyeri
Keluhan akan nyeri yang tidak konsisiten(berpindah –pindah) saat gerakan yang
sama dilakukan pada posisi yang (distraksi)
4. Pemeriksaan Elektromiografik (EMG)
a. Membantu mencari penyebab nyeri akut / kronik pasien
b. Mengidentifikasikan area persarafan/ cedera otot fokal atau difus yang terkena
c. Mengidentifikasikan atau menyingkirkan kemungkinan berhubungan dengan rehabilitasi
,injeksi , pembedahan atau obat.
d. Membantu menegakkan diaknosis
e. Pemeriksaan serial memebantu peantauan pemulihan pasien dan respon terhadap terai.
5. Pemerikdsaan sensorik kuantitatif.
a. Perikdsa sensori mekanik (tidak nyeri):Getaran
b. Pemeriksaan sensorik mekanij (nyeri(tusukan jarum, tekanan
c. Pemeriksaan sensasi suhu (dingi n, hangat, panas)
d. Pemeriksaan sensasi persepsi
6. Pemeriksaan Radiologi
a. Indikasi
1) Pasien nyeri dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang belakan
2) Pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang belakang, penyakit
inflamatorik dan penyakit vakular.
3) Pasien dengn neurologis motorik, kolon , kandung kemih, atau ereksi
4) Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang
5) Gejala nyeri yang menetap >4 minggu
b. Pemilihan pemeriksaan radiologi: bergantung pada lokasi dan karakteristik nyrtis.
1) Foto polos: untuk skining inisial pada tulang belakang ( fraktur ketidak segarisan
vertebra, spondilosis-spodilolis, neotroplas)
2) MRI gold standart
3) CT –scan
4) Radionuklida dalam mendeteksi perubahan metabolisme tulang
7. Asesmen psikologi
a. Nilai mood pasien, adakah ketakutan, depresi
b. Nilai adanya gangguan tidu, masalah terkait pekerjaan
c. Nilai adanya dukungan sosial, interaksi sosial.
B. FARMAKOLOGI OBAT ANALGESIK
1. Lidokain tempel (Lidocaine patch)5%
a. Berisi lidokain 5% (700mg)
b. Mekanisme kerja memblok aktivitas abnormal dikanal natrium neuroral
c. Memberikan efek analgesik yang cukup baik kejaringan lokal, tanpa adanya efek anestesis
(baal), beerja secara perifer sehingga tidak ada efek samping sistemik
d. Indikasi: sangst baik untuk nyeri neuropatik (misal : hirpetik, neuropatik, diabetik paskah
pembedahan), punggung bawah, nyeri miofasial.
e. Efek samping iritasi kulit ringan pada tempat menempelnya lidokain
f. Dosis dan cara penggunaan: dapat menekan hingga 3 patcher dilokasi yang paling nyeri
(kulit harus bersih tidak boleh ada luka terbuka dan dipakai selama <12 jamdalam priode 24
jam.
2. Eutenctic Mixture of Location Anesthtesia
a. Mengandung lidokain 2,5% dan prokain HCL 2,5%
b. Indikasi : anestesi mukosa tropical yang diaplikasikan pada kulit yang intak pada membrane
mukosa genital untuk membedah monitor dan sebagai pre-medikasi untuk anestesi umum
c. Mekanisme kerja: efek anastesis (baal) dengan memblok total kanal natrium saraf sensorik
d. Onset kerjanya bergantung pada jumlah krim yang diberikan. Efek anastesis lokal pada kulit
pada kulit bertahan selama 2-3 jam dengan ditutupi kassa oklusif dan menempel selama 1-2
jam setelah kassa dilepas
e. Kontraindaksi: methemoglobinemiaidiopatik atau kongenital
f. Dosis dan cara penggunaan: oleskan krim EMLA dengan tebal pada kulit dan tutuplah dengan
kassa oklusif.
3. Parasetamol
a. Efek analgesik untuk nyeri ringan-sedang dan antipiretik. Dapat dikombinasikan
denganapioid untuk memperoloh efek analgesik yang lebih besar.
b. Dosis: 10 mg/kgBB/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari. Untuk dewasa dapat diberikan
dosis 3-4 kali 500 mg perhari.
4. Obat Anti – Inflamasi Non – Steroid (OSINS)
a. Efek analgenet pada nyeri akut dan kronik dengan intensitas ringan – sedang , anti piretik
b. Kontraindikasi : pasien dengan triad franklin (polip hidung, angiodema, dan urtikana)karna
sering terjadi reaksi anafilaktoid
c. Efek samping: gastrointestinal (erosi / ulkus gester),difusi penal , peningkat enzim ati.
d. Kotorolak :
1) Merupakan satu – satunya OAINS yang tersedia untuk penetral, efek untuk myeri dan
sedang – berat
2) Bermanfaat jika tempat kontraindaksi apoid atau dikombinasikan dengan apoid untuk
mendapatkan efek sinergistikdan meminimalisasi efeksamping apoid( despresi
pernafasan, sedasi, statis, gastrointestinal) sangat baik untuk terapi multi analgesik.
5. Afek analgesik pada anti depresan
a. Mekanisme kerja : memblok pengambilan kembali norepiner dan serotinen sehingga
meninggalkan efek neurotransmeter tersebut dan mningkatkan aktivitas neuraninhibisi
nosiseptif.
b. Indikasi : nyeri neuropatik (neuropati DM, Neuralgia paska-herpetik, cidera saraf perifer,
nyeri sentral
c. Contoh obat yang sering dipakai amitriptilin, imipramine, despiramin, efek-perifer. Dosis 50 –
300 mg, sekali sehari
6. Antik-konvulsan
a. Carbamazepine efektif untuk nyeri neuropatik. Efek samping somnolen, gangguan berjalan,
pusing. Dosis 400 – 1800 mg/hari (2 – 3 kali/ hari). Mulai dengan dosis kecil (2 X 100 mg) ,
ditingkatkan perminggu hingga dosis efektif
b. Gabapentin : merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri neuoropatik. Efek
samping minimal dan ditoleransi dengan baik. Dosis : 100 – 4800 mg/ hari ( 3 – 4 kali sehari).
7. Antagoni kanalnatrium
a. Indikasi : nyeri neuropatik dan pasca-oprasi
b. Lidocain : dosis 2mg/kg BB selama 20 menit , lalu dilanjutkan dengan 1- 3 mg/kg BB / jam
titrasi
c. Prokain : 4 – 6 , 5mg /kg BB / hari
8. Antagonis kanal kalsium
a. Zizonotide : merupakan antagonis kanal kalsium yang paling efektif sebagai analgetik. Dosis :
1 -3 Ug/hari. Efek samping : pusing , mual , nistagmus, ketidakseimbangan berjalan,
konstipasi. Efeksamping ini bergantung dosis dan refersibel jika dosis dikurangi atau obat
dihentikan
b. Nimodipin, verapamil : mengobati migraine dan sakit kepala kronik. Menurunkan kebutuhan
morfin pada pasien kanker yang menggunakan eskalasi dosis morfin
9. Tramadol
a. Merupakan analgesik yang lebih paten dari pada OAINS oral , dengan efek samping yang
lebih sedikit / ringan berifat sinergistik denga mekasi OAINS
b. Indikasi : efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang (nyeri) kanker, osteoarthristis,
nyeri punggung bawah neuropati DM, firomyalgia, neuralgia paska-herpetik nyeri pasca-
operasi.
c. Efek samping : pusing, mual , muntah , letargi, konstipasi
d. Jalur pemberian : intravena, epidural, rektal dan peroral
e. Dosis tramadol oral: 3-4 kali 50 – 100 mg(perhari). Dosis maksimal 400 mg dalm 24 jam.
f. Titrasi terbukti meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi terutama digunakan pada
pasien nyeri kronik dengan riwayat toleransi yang buruk terhadap pengobatan atau memiliki
resiko tinggi jatuh.
1) OAINS dapat digunakan untuk nyeri ringan – sedang atau nyeri non-neurotik
2) Skor DIRE : digunakan untuk menilai kesesuaian aplikasi terapi Opioid jangka panjang
untuk untuk nyeri kronik non-kanker.
3) Interfensi : injeksi spinal , blok saraf , stimulator spinal, infus intratekal, injeksi intra-
sendi , injeksi epidural
4) Terapi pelengkap / tambahan :akupuntur herbal
Faktor Penjelasan
Diaknosis 1= Kondisi kronik ringan dengan dengan temukan obyektif
minimal atau tidak adanya diagnosis medis yang pasti. Misalnya
migraine, nyeri punggung tidak spesifik.
2= Kondisi progresif perlahan dengan nyeri sedang atau kondisi
nyeri sedang menetap dengan temuan objektif medium, nyeri
neurotopik.
3= Kondisi lanjut dengan nyteri berat dengan temuan objektif
nyata. Misalnya: penyakit iskemik vascular berat, neuropatik
lanjut, .... spinal berat.
Itracability 1= Pemberian terapi minimal dan pasien terlibat secara minimal
(Keterlibatan) dalam menejemen nyeri
2= beberapa terapi telah dilakukan tetapi pasien tidak
sepenuhnya dalam manajeman nyeri, atau terdapat hambatan
(finansial,transportasi,penyakit medis)
3= Pasien terlibat sepenuhnya dalam manajemen nyeri tetapi
respon terapi tidak adekuat.
Risiko (R) R=jumlah skor P+K+R+D
Psikologi 1= disfungsi kepribadian yang berat atau gangguan jiwa yang
mempengaruhi terapi. Misalnya gangguan kepribadian, gangguan
efek berat.
2= gangguan jiwa/kepribadian medium/sedang. Misalnya depresi,
gangguan, cemas.
3=Komunikasi baik. Tidak ada disfungsi kepribadian atau
gangguan yang signifikan
Kesehatan 1=penggunaan obat akhir-akhir ini, alkohol berlebihan,
penyalahgunaan obat
2= medikasi untuk mengatasi stress, atau riwayat remisi
psikofarmaka
3=tidak ada riwayat pengunaan obat-obatan.
Rehabilitas 1=banyak masalah : penyalahgunaan obat, bolos kerja/ jadwal
control
2=terkadang mengalami kesulitan dalam komplians, tetapi secara
keseluruhan dapat diandalkan
3= sangat dapat diandalkan (medikasi, jadwal control, dan terapi)
Dukungan sosial 1= hidup kacau, dukungan keluarga minimal, sedikit teman dekat,
peran dalam kehidupan normal
2= kurangnya hubungan dengan orang dan kurang berperan
dalam sosial
3=keluarga mendukung hubungan dekat. Terlibat dalam
kerja/sekolah ada isolasi sosial.
Efikasi 1= fungsi buruk atau pengurangan nyeri minimal meski dengan
penggunaan dosis obat sedang-tinggi
2=fungsi meningkat tetapi kurang efisiensi (tidak menggunakan
opioid sedang-tinggi)
3=perbaikan nyeri signifikan, fungsi dan kualitas hidup tercapai...
yang stabil.
Skor total = D+I+R+E
Keterangan :
Skor 7 +13 : tidak sesuai untuk menjalani terapi opioid jangka panjang
Skor 14+21: sesuai untuk menjalani terapi oioid jangka panjang
b. LEVEL II
Manajemen level 2
1) Meliputi rujukan ke tim multidisiplin dalam manajemen nyeri dan
rehabilitasnya atau pembedahan (sebagai ganti stimulator spinal atau
infus intratekal).
2) Indikasi pasien nyeri kronik yang gagal terapi konservatif/ manajemen
level 1.
3) Biasanya rujukan dilakukan setelah 4-8 minggu tidak ada perbaikan
dengan manajemen level 1.
Gambar 3.6 Algoritma Asesmen Nyeri Kronik
Gambar 3.7 Algoritma Manajemen Nyeri kronik
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas kemudahan yang diberikan olehNya
kami dapat menyelesaikan panduan ini.
Panduan Manjemen Nyeri RS Budi Kemuliaan Batam adalah suatu acuan dalam assemen dan
manajemen nyeri pasien-pasien di RS Budi Kemuliaan Batam. Panduan dalam penanganan nyeri yang
terdiri dari pengertian, serta asuhan dan terapi yang harus diberikan
Semoga Panduan ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebaik-baiknya oelh seluruh unit di RS
Budi Kemuliaan Batam.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................................1
B. Tujuan ...............................................................................................................................1
C. Defenisi .............................................................................................................................2
Tabel 3.6 Obat Non-Opioid yang sering diunakan pada pediatrik ......................................................34