Anda di halaman 1dari 54

BUKU PENUNJANG

REINFORCEMEN / SKILL'S LAB

BLOK 3

RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI


RKG 1

drg. Purbo Seputro

Departemen Radiologi Kedokteran Gigi

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FISIKA RADIASI

Purbo Seputro hal 2


FISIKA RADIASI

DASAR-DASAR FISIKA
a. STRUKTUR ATOM

Atom mempakan unit (satuan) terkecil dari suatu unsur, misalnya oksigen hidrogen dll.
Sebuah atom terdiri dari INTI yang dikelilingi oleh elektron dengan jumlah yang
cukup sehingga muatan listrik dari atom tersebut menjadi netral. Inti atom yang pejal,
terletak di tengah-tengah, yang bermuatan positif dari suatu atom terdiri dari neutron dan
p rot on . Neut ron dan P rot ron m em pun yai m as a ya n g ham pi r s am a, akan
t et api proton mempunyai muatan positif dan neutron tidak bermuatan. Cara yang
sering digunakan umuk menunjukkan struktur atom adalah:
A

X  X adalah tanda kimia unsur tersebut.


L

A adalah nomor masa yang menunjukkan jumlah proton dan neutron di dalam inti

Z adalah nomor atom dari unsur, yang menunjukkan jumlah proton (muatan positip) di

dalam inti man jumlah elektron yang mengelilingi inti. Jumlah neutron didalam inti

adalah A - Z
Atom dapat dibayangkan sebagai sistem planet dari elektron yang bergerak mengelilingi inti.
Elektron yang mengorbit dalam jarak yang terdekat dengan inti berjumlah 2 buah. Yang berada
dalam orbit kedua berjumlah 8 elektron. Selanjutnya dengan ketentuan bahwa jumlah
maksimum elektron dalam orbit ke-n adalah : 2n2 dimana n = 1.2.3 ........................................
adalah Hama orbit. Orbit terdalam (n=1) disebut orbit K (kulit k), orbit kedua disebut kulit L
dan orbit ketiga disebut kulit M, dst

b. IONISASI
Dengan mudah sebuah elektron dapat dikeluarkan dari atom atau molekul . Satu atau
lebih elektron dapat jugs ditambahkan pada atom. Atom yang telah mengalami perubahan
jumlah elektron yang demikian mempunyai muatan listrik yang positif karena jumlah
proton melebihi elektron. Istilah ion digunakan untuk menunjukkan atom atau
sekelompok atom yang mengandung muatan listrik. Muatan yang dikandung oleh tiap ion

Purbo Seputro hal 3


tergantung pada jumlah elektron yang dikeluarkan dari atom atau ditambahkan . Dengan
demikian maka ionisasi yang merupakan suatu proses dimana elektron dapat dikeluarkan
atau ditambahkan pada atom atau molekul menghasilkan, suatu pasangan ion yaitu
elektron bebas dan sisa yang bemuatan positif.
Radiasi yang mengionkan disebut radiasi ionisasi atau radiasi pengion.
Contoh : Ionisasi sinar x pada emulsi film yang mengandung AgBr.
AgBr ----------------------------- Ag+ + Br-

S-x
Juga ionisasi pada H2O (air) menjadi H+ + HO- ,dan kemudian membentuk H202 ( peroksida )
H20 -------------------------- H+ + HO- ---------------------- H202

S-X
c. ISOTOP
Walaupun semua atom dari unsur tertentu mempunyai jumlab proton yang Sama, terdapat juga
atom dengan jumlah neutron yang berbeda . Dengan demikian dapat diartikan babwa suatu
unsur dapat mempunyai beberapa jenis atom. Contoh, unsur fosfor (P), mempunyai nomor
atom 15 (15 proton ), akan tetapi unsur fosfor dapat mempunyai jumlah neutron yang
berbeda yaitu :
2 8 P 15 proton, 13 neutron ( Z - 15 , A - 28 )
15
2 9 P 15 proton, 14 neutron ( Z = 15, A = 29 )
15
dan seterusnya.
Bentuk yang berbeda ini dinamakan ISOTOP dari unsur tersebut. Semua isotop dari suatu unsur
tertentu mempunyai sifat kimia yang sama oleh karena sifat kimia ditentakan oleh nomor atom
dari unsur.
Unsur yang mempunyai nomor massa ( A ) yang sama disebut ISOBAR. Contoh :
5 7 Fe dan 5 7 C o

2 6 27

Isobar ini dapat dipisahkan secara kimia karena mempunyai jumlah elektron yang
berbeda, jadi mempunyai sifat kimia yang berbeda. Unsur yang mempunyai jumlah
neutron yang sama di dalam, intinya dinamakan isotop.

Purbo Seputro hal 4


SUMBER RADIASI DAN PENGGUNAANNYA
Macam –macam sumber radiasi :
1. RADIASI ALAM
2. RADIASI BUATAN

1. RADIASI ALAM
a. Radiasi alam yang berasal dari sinar kosmis
b. Radiasi yang berasal dari panas matahari yang tinggi
c. Radiasi dari unsur-unsur kimia yang terdapat dalam lapisan kerak bumi
d. Radiasi bahan radioaktif alam
2. RADIASI BUATAN
a. Sinar x, berasal dari tabung Roentgen
b. Phospor,Jodium dlI
c. Radiasi nuklir
d. Sinar LASER

Penggunaan Sumber Radiasi

Sumber-sumber radiasi banyak digunakan di segala bidang termasuk dibidang kesehatan,


misalnya bidang industri, pertanian, sterilisasi dan militer
Di camping itu penggunaan zat radioaktif misalnya untuk tenaga atau pembangkit tenaga
listrik , yaitu : U 235 untuk penerangan rumah.
Tenaga U 235 sama dengan 3 juta pon zat arang . Di kota New York digunakan untuk
penerangan rumah selama 1000 tahun, untukk satu rumah .
Begitu pula dengan penggunaan radioisotop, lihat tabel di bawah ini.

Purbo Seputro hal 5


RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI
Pendahuluan
Radiologi (ilmu sinar) adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi
pengion dan bentuk-bentuk energi lainnya (non pengion) dalam bidang diagnostik dan
terapi, yang meliputi energi pengion yang dihasilkan oleh generator dan bahan
radioaktif seperti sinar X, sinar gamma , pancaran partikel pengion (elektron, neutron,
positron dan proton ). Energi bukan pengion (non pengion) seperti : gelombang ultra
sonik, gelombang infra merah, gelombang magnetik dan gelombang mikro.
Sinar X adalah suatu gelombang elektromagnetik yang dihasilkan dari tabung Roentgen
Sinar X ditemukan pada tanggal 8 Nopember 1895 secara kebetulan (tidak sengaja)
oleh Wilhelm Conrad Roentgen, seorang ahli Fisika di Universitas Wuzburg, Jerman.
Percobaannya menggunakan tabung hampa udara (Crooke tube) dilengkapi dua macam
elektroda yaitu katoda dan anoda. Kesimpulan percobaan tersebut
1. Sinar tersebut mempunyai sifat yang berbeda dengan sinar lain
2. Tidak dapat dibelokkan oleh medan magnit
3. Dapat menghitamkan film

Purbo Seputro hal 6


4. Mempunyai daya tembus yang besar dan panjang gelombangnya pendek.

Hasil temuannya mendapat pengakuan, setelah dipublikasi pada seminar 23 Januari 1896 di
Universitas Wuzburg . Lahir di Lenep 23 Maret 1843 dan meninggal di Munchen 10
Februari 1923. Setelah W.0 Roentgen wafat , sinar X dinamakan sinar Roentgen.

Pesawat Roentgen Kedokteran Gigi


Pesawat Roentgen infra oral dan ekstra oral Pesawat Roentgen kedokteran gigi tipe
dental terdiri dari :
1. Badan pesawat
2. Tangan pesawat / handle
3. Boks /kotak kontrol,dengan tombol ekspose
4. Tabung /tube head
5. cone
Kon (cone) terdiri dari bermacam-macam ukuran , bentuk dan bahan.
Yang dianjurkan penggunaannya adalah tabung berukaran panjang dan terbuka. Tabung
pendek berujung runcing sudah dilarang penggunaannya,
Pembangkitan Sinar-X memerlukan :
1. Aliran listrik tegangan tinggi sebagai sumber elektron
2. Alat pengatur tenaga
3. Alat pengatur waktu
4. Trafo tegangan tinggi
5. Tabung Roentgen /tabung sinar x
1. ALIRAN LISTRIK TEGANGAN TINGGI SEBAGAI SUMBER ELEKTRON
Pesawat roentgen untak diagnostik dan terapi , menggunakan listrik bertegangan
tinggi, untuk dapat menghasilkan sinar x yang balk. Dari seluruh tenaga listrik yang
masuk diatur menurut kebutuhan pesawat oleh alat pengatur tenaga listrik
2. ALAT PENGATUR TENAGA

Di bagian ini terdapat sebuah tranformator yang memberi tenaga pada semua bagian
pesawat. Pada transformator inilah dilakukan pengaturan tegangan tinggi, yang akan
diberikan pada tabung sinar x. Tegangan tabung ini dapat (25 kv untuk pemotretan
buah dada misalnya) atau tegangan tinggi (125 kv untuk pemotretan kepala dengan
teknik tegangan tinggi).
3. ALAT PENGATUR WAKTU

Purbo Seputro hal 7


Pengaturan waktu adalah bagian pesawat yang menentukan lamanya penyinaran.

Pengaturan waktu dapat berupa :


Switch on/off, contoh pada pemeriksaan teknik floroskopi

Sebuah alat, atau rangkaian khusus yang di rebut "Timer". Timer ini ada yang
berupa alat mekanis (dengan pegas), elektromekanis (dengan motor listrik),

4. TRAFO TEGANGAN TINGGI


Merupakan alat yang dipakai untuk membangkitkan tegangan tinggi yang akan
dihubungkan dengan sinar-X.

5. TABUNG ROENTGEN ATAU TABUNG SINAR-X


Tabung roentgen adalah bagian dari pesawat roentgen yang diberi tugas untuk
mengubah tegangan listrik menjadi sinar x. Dari seluruh tenaga, hanya 1% yang
dirubah menjadi sinar x, dan 99% berupa panas. Maka untuk menjaga agar pesawat
roentgen tidak mudah rusak karena panas maka didalam tabung roentgen diberi
bahan pendingin misalnya : Olie atau minyak.
Tabung Roentgen dilengkapi dengan :
a. Katode sebagai kutub negatip, merupakan sumber elektron dari filament.
b. Ruang hampa udara, untuk lintasan bebas jalannya elektron ke anode.
c. Anode sebagai kutub positip, terdapatnya badan pencegat (target) yang
dibuat dari tungsten yang mempunyai titik lebur yang tinggi. Fungsinya untuk
menghentikan jalannya elektron secara tiba-tiba.

Gambar. Pesawat Roentgen Panoramik dan sefalometri, intraoral/dental, sendi TMJ

Purbo Seputro hal 8


BIOLOGI RADIASI

Purbo Seputro hal 9


BIOLOGI RADIASI

Bagaimanapun kecilnya, radiasi ionisasi membahayakan jaringan biologis makhluk


hidup. Interaksi awal antara radiasi dengan suatu benda terjadi pada 10 -16 detik setelah
penyinaran.
Di bidang kedokteran gigi, seorang dokter gigi bertanggung jawab terhadap
penggunaan radiasi ionisasi untuk pemeriksaan radiografis yang menunjang diagnosis,
dengan mempertimbangkan kemungkinan bahaya radiasi dibandingkan keuntungannya
sehingga manfaat yang diperoleh jauh lebih besar daripada resikonya. Prinsip yang harus diingat
adalah ALARA (AS LOW AS REASONABLY ACHIEVABLE) yaitu dosis radiasi sekecil
mungkin, dengan hasil semaksimal mungkin. Masalah kritis efek radiasi bukan pada besarnya
radiasi yang dipancarkan pada suatu titik di udara, tetapi pada besarnya energi radiasi yang
diserap sel/molekul/jaringan pada tempat yang spesifik.

SYARAT INSTALASI ATOM


1. Fasilitas memenuhi syarat
2. Tenaga terlatih dan terampil
3. Peralatan proteksi

SATUAN RADIASI
Satuan radiasi merupalcan ukuran untuk menunjukkan besamya paparan atau pancaran
radiasi dari suatu sumber radiasi, banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau yang
diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi.

Ada beberapa macam satuan radiasi, tergantung penggunaannya


a. Satuan untuk paparan radiasi (Roentgen)
b. Satuan umuk dosis absorpsi (Rad)
c. Satuan untuk dosis ekuivalen (Rem)
d. Satuan untuk intensitas sumber radiasi (Curie/Ci)

Roentgen
Menunjukkan besarnya intensitas sinar-X atau sinar Gamma, yang dapat menghasilkan

Purbo Seputro hal 10


ionisasi di udara dalam jumlah tertentu. 1 R dapat dikonversikan ke satuan
Joule 1 R = 0,00869 J/kg udara
Rad (Radiation Absorbed Dose)
Adalah ukuran banyaknya energi yang diberikan oleh radiasi pengion kepada medium.
Bila medium yang terkena adalah jaringan kulit manusia, 1 R = 0,0096 Joule/kg jaringan.
1 Rad = 0,01 J/kg
1 R = (0,0096/0,001) Rad = 0,96 Rad
I R= 1 Rad

Dalam satuan SI, satuan dosis radiasi serap disebut Gray (Gy).
I Gy = 1 J/kg.
I Gy = 100 Rad
1 R = 0,00869 Gy

Rem (Rontgen Equivalent for Man)


Saloon ini berkaitatt dengan pengamb radiasi terhadap tubuh manusia atau sistem
biologis lainnya. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan tidak tergaratung dosis serapnya saja
(Rad), tetapi juga jenis radiasinya (Quality Factor (Q)).
Rem = Rad x Q

Dalam satuan SI, dosis ekivalen dinyatakan dengan Sievert (Sv).


Sv = Gy x Q
1 Sv = 100 Rem
Harga Q untuk beberapa jenis radiasi :
JENIS
RADIASI HARGA
Gamma, Beta & smar-X 1
Neutron Termal 2,3
Neutron Cepat & Proton 10
Alpha 20

Sehingga untuk jenis radiasi sinar-X 1 Rem = I Rad.

Curie
Menyatakan intensitas sumber radiasi. Lebih banyak digunakan dalam satuan SI, yaitu
Becquel (13q).

Purbo Seputro hal 11


1 Bq = 1 peluruhan/detik
1 Ci = 3,7 x 10 peluruhan/detik
Satuan Ci masih digunakan untukk intensitas radiasi yang tinggi.
LOCALIZED & TOTAL BODY RADIATION
Pada radiografi dental, wajah pasien terpapar (exposed) berkas sinar-X berdiameter kira-
kira 2,75 inch. Radiasi yang diterima oleh wajah yang langsung menerima berkas
sinar-X ini (pada bagian tertentu di tubuh) disebut radiasi lokal. Pada saat yang sama,
bagian tubuh lainnya menerima sebesar 1/10.000 dari radiasi lokal yang diterima bagian
wajah.
Sebagai contoh :
Radiasi lokal pada pemotretan seluruh gigi di rongga mulut (full mouth survey) adalah 18
kali pemotretan, pada kondisi 70 kVp, 10 mA dengan menggunakan film grup ektraspeed,
menyebabkan radiasi kulit wajah sebesar rata-rata 3 R. Radiasi yang diterima seluruh tubuh
adalah 3/10.000 R.

Purbo Seputro hal 12


MEKANISME EFEK RADIASI IONISASI
Manusia sebagai bagian dari materi biologi akan terkena radiasi, dan dalam waktu
singkat akan terjadi interaksi, walaupun tidak kasat mata, efeknya terjadi kumulatif.
Manusia dapat terkena radiasi melalui dua cara, yaitu eksterna (terkena paparan radiasi dari
sumber radiasi di luar tubuh manusia), dan interna (sumber radiasi masuk ke tubuh
manusia).
Bagian terkeeil jaringan tubuh adalah sel, yang whagian besar (70%) terdiri dari air (H20).

Energi radiasi awalnya akan diserap oleh set. Interaksi ini terjadi dalam waktu sangat
singkat (10-16 detik). Lalu terjadi proses ionisasi.
Apabila berkas sinar X berinteraksi awal (initial interaction) dengan molekul biologic
sehingga langsung menyebabkan ionisasi di dalam molekul tersebut, disebut sebagai 'direct
effect of the radiation' (efek langsung). Contohnya adalah apabila molekul DNA terkena
foton sinar X, make ionisasi langsung adalah terputusnya rantai DNA, atau terjadinya
perubahan pada sekuens basa yang potensial menyebabkan terjadinya perubahan 'code'
yang dibawa molekul.
Efek langsung jarang terjadi dibandingkan 'indirect effect of the radiation' (efek tidak
langsung). Efek tidak langsung adalah bile ionisasi melalui molekul yang berbeda. Setelah
10-16
proses ionisasi, dalam waktu detik terjadi Proses Kimia Fisika, yaitu ion-ion yang
telah terurai tadi bereaksi dengan molekul air lainnya. Oleh karena tubuh manusia sebagian
besar terdiri dari air, maka yang sering terjadi adalah efek tidak langsung dan proses
ionisasi yang umum sebagai berikut.:
Air terdisosiasi: H20 -----> H20+ + e-
Selanjutnya ion air mengalami reasosiasi menjadi molekul air yang lengkap, atau memicu
terjadinya reaksi lain, seperti:
H2 0 + + e - + H20 --> H 2 0 + + H2O -
HOH + dan HOH- ini bersifat tidak stabil dan berdisosiasi lagi
H2 0 + - - > H + + H *
H2 0 - - - > O H - + H *
OH* dan H* adalah radikal bebas (molekul netral/tidak bermuatan, dengan elektron
tunggal/tidak berpasangan. Radikal bebas ini sangat reaktif dan tidak stabil, bertahan
hanya 10-5 sec.. Radikal bebas menstabilkan diri dengan memasangkan elektron tunggalnya,
dengan elektron orbital molekul-molekul lain, melalui proses transfer ekstra elektron atau

Purbo Seputro hal 13


`mencuri' elektron dari molekul organik yang

berdekatan, sehingga molekul organik ini menjadi radikal bebas. Demikian seterus nya,
free radicals' ini akan menstabilkan diri lagi dengan molekul lainnya.
H20+ ------
H+ + OH*
H 0 e-
2 + ---> H20-
H2 0 ----> OH - + H*

Selain terbentuk ion-ion baru, terbentuk juga radikal bebas yang sangat reaktif yaitu
OH* dan H*. Radikal bebas OH* dengan radikal bebas OH* lainnya akan membentuk
peroksida (oksidator kuat). Beberapa detik kemudian terjadi Proses Kimia-Biokimia. H202
(Hydrogen Peroxyde) dan H02 (Radical HydroperoxylRH) adalah zat toksik untuk
jaringan biologic, yang potensial menyebabkan kerusakan.
OH* + OH* ----> H202
H* + O 2 ----> H02*
H
02*+HO2* ----> H202+02

Radikal bebas dan peroksida menyerang molekul protein, enzim, lemak, karbohidrat, DNA
dan kromosom. Kerusakan DNA akibat radiasi menyebabkan gangguan sekuens basa,
sehingga terjadi cacat pads proses sintesis protein atau terjadi penyimpangan proliferasi sel
seperti pada kanker.

Selanjutnya adalah Proses Biologis. Proses ini terjadinya bervariasi, mulai dari
beberapa puluh menit sampai beberapa puluh tahun, tergantung tingkat kerusakan sel yang
telah terjadi.
Kerusakan sel dapat berakibat
* Sel langsung mati.
* Pembelahan sel terhambat/tertunda
* Perubahan permanen pada sel anak setelah terjadi pembelahan sel induk

Secara umum efek kerusakan sel digolongkan menjadi :


1. Efek somatik : langsung mengenai individu yang teradimi. Disehabkan oleh sel-sel
dalam tubuh menjadi mati, tidak membelah lagi sehingga jaringan tubuh rusak. Dapat

Purbo Seputro hal 14


terjadi setelah beberapa tahun kemudian, disebut efek tertunda, seperti terjadinya
neoplasma, katarak, mandul, hambatan pertumbuhan, degeneratif d1l.
Efek somatik ada dua macam:
a. Efek stokastik adalah efek yang terjadi lebih besar daripada seharusnya, tanpa
ditentukan oleh ambang rangsang (efek tertunda). Contohnya kanker tulang, kanker
darah, kanker paru.
b. Efek non stokastik adalah efek langsung yang parah akibat berbagai variasi dosis,
disertai adanya ambang rangsang tertentu. Contohnya luka bakar akibat radiasi.

4. Efek Heriditer : efek radiasi ionisasi yang merusak sel -sel reproduksi
sehingga mempengaruhi sifat keturunan/genetik yang akibatnya akan tampak pada
keturunannya. Perlu diingat bahwa efek radiasi bersifat kumulatif, yaitu efek yang
terjadi akibat dosis berulang-ulang. Kerusakannya bersifat permanent.

RADIOSENSITIFITAS ORGAN TUBUH MANUSIA


Sel-sel yang menyusun jaringan tubuh dan organ manusia mempunyai kepekaan sendiri-
sendiri terhadap radiasi (radiosensitifitas). Tingkat radiosensitifitas sel tergantung p a d a
kecepatan r e p r o d u k s i n ya . Makin cepat sel membelah, makin tinggi
radiosensitifitasnya (sel makin peka terhadap radiasi).
Kepekaan sel jaringan terhadap radiasi dipengaruhi oleh
Hukum Bergonie – Tribondeau
Dasarnya adalah sel muda memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap radiasi.
Asal jaringan
Dasarnya adalah diferensiasi dan kecepatan reproduksi seluler. Dikenal
istilah radiosensitive, radioresponsif dam, radioresisten. Organ yang termasuk sangat
peka terhadap radiasi ionisasi adalah organ reproduksi, hemopoetik dan tulang muda.
Kadar Oksigen
Jaringan dengan kadar oksigen tinggi lebih peka terhadap radiasi, demikian
pula sebaliknya.
Bahan Kimia/Obat
Bahan kimia/obat-obatan dapat merupakan Radiosensitizer atau Radioprotector.

Purbo Seputro hal 15


Contohnya adalah obat golongan sulfa dan obat-obatan golongan Purin/Pirimidin.
Hormon
Hormon Trijodothyroxin yang menyebabkan kelenjar gondok merupakm organ
yang sensitif terhadap radiasi ionisasi.
Temperatur
Semakin tinggi temperature maka semakin besar efek radiasi, karena suhu di atas
40°C dapat menghambat pemulihan sel.
Jenis sinar
Sinar dengan "Linear Energy Transfer" (rata-rata besarnya energi yang dipindahkan dari
sumber energi radiasi ke jaringan) tinggi akan memberikan efek lebih besar
dibandingkan dengan yang rendah.
CASARETT – Membagi sel mamalia menjadi lima golongan sensitifitas terhadap radiasi,
berdasarkan penelitian histologic kematian sel akibat radiasi :
1. "Vegetative Intermitotic Cells" tergolong paling radiosensitive
Sel-sel yang membelah secara terartur, waktu mitosis lama, serta tidak mengalami
diferensiasi antara mitosis. Contohnya sel-sel pembentuk sperma dan eritrosit. Termasuk
jugs sel basal mukosa membran rongga mulut.
2. "Differentiating Intermitotic Cells" tergolong kurang radiosensitive
Sel-sel yang membelah secara teratur, mengalami diferensiasi di antara masa
pembelahannya. Yang termasuk golongan ini adalah :
- Sel-sel "Inner enamel epithelium" gigi yang dalam mass pertumbuhm
- Sel-sel hematopoetik yang berdiferensiasi
- Spermatosit dan Ovosit
3. "Multipotential Connective Tissue Cells" tergolong agak
radiosensitive/radioresponsive
Sel-selnya membelah diri secara tidak teratur, dan dapat berdiferensiasi terbatas. Yang termasuk
set ini adalah sel-sel endotel vaskuler, fibroblas, dan sel mesenkim.
4. "Reverting Postmitotic Cells" tergolong radioresisten
Sel ini tergolong berumur panjang, hanya membelah pads keadaan tertentu, dan umumnya
berfungsi khusus. Yang termasuk golongan ini adalah :
Sel-sel asini dan duktus dari kelenjar ludah serta pankreas
Sel-sel parenkim hati, ginjal serta tiroid

Purbo Seputro hal 16


5. " Fixed Postmitotic Cells" tergolong paling resisters
Sel-sel ini berdiferensiasi tinggi, dan setelah mencapai tingkat kematangan tidak mampu
membelah diri lagi. Yang termasuk golongan ini adalah :
- Sel-sel neuron
- Sel stria otot
- Set epitel skuamosa yang telah berdiferensiasi

FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI TERJADINYA EFEK RADIASI


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah jenis radiasi, dosis radiasi yang diserap, waktu
paparan yang diterima organ tubuh, dan distribusi radiasi/luas jaringan yang terkena.

EFEK RADIASI DI RONGGA MULUT


Pada membran mukosa mulut (termasuk sel sensitive) :
Setelah beberapa waktu, timbul kemerahan dan inflamasi. Mukosa mulut pecah-pecah dan
terbentuk "Pseudomembran" yang memudahkan terjadinya infeksi sekunder, terutama pada
pasien yang menggunakan gigi tiruan atau pasien yang memerlukan tindakan operasi.
Pada permukaan membran mukosa mulut :

Gejala umum efek radiasi ionisasi bisa hilang sama sekali atau hanya hilang sebagian saja.
Misalnya terapi radiasi daerah manapun, teta p memberikan gejala umum berupa
mual/muntah, lemah dsb. Gejala lokal akibat radiasi biasanya berupa peradangan setempat,
baik bersifat Akut ataupun kronis. Bila mengenai organ reproduksi dapat berupa impotensi
atau sterilitas.
Efek radiasi ionisasi pada alat pengecap :
Pada "Taste Buds" (termasuk sensitive), radiasi ionisasi dapat menyebabkan terjadinya
degenerasi luas Penderita kehilangan kemampuan pengecapan. Hal ini juga disebabkan
oleh perubahan pada saliva.
Efek pada kelenjar ludah :
Dosis radiasi 2000-3000 Rad, seperti pada terapi kanker mulut dan orofarings, dapat
menyebabkan sangat berkurangnya sekresi saliva sehingga terjadi Xerostomia dan kesulitan
menelan disertai rasa sakit.

Purbo Seputro hal 17


Efek langsung penyinaran pada gigi :
Stafne dan Bruce (1950) melaporkan bahwa penyinaran dapat menyebabkan kerusakan
benih gigi.
Efek radiasi pada tulang rahang
- Osteoradionekrosis
- Asimetri rahang/muka
- Destruksi tulang
- Pengecilan tulang
- Fraktur tulang
Efek sinar pengion pada janin/fetus
1. Kematian sebelum kelahiran
2. Malformasi kongenital
3. Hambatan pertumbuhan
4. Kematian sesudah kelahiran

Purbo Seputro hal 18


PROTEKSI RADIASI IONISASI

Purbo Seputro hal 19


PROTEKSI RADIASI IONISASI

Proteksi radiasi ionisasi ialah usaha-usaha perlindungan terhadap bahaya akibal


radiasi ionisasi baik terhadap pekerja radiasi, pasien, staf radiologi, masyarakat serta
lingkungan disekitannya.
Sebagai sarana bantu diagnostik sinar-X mempunyai daya tembus yang besar
sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi. Selain itu perlu
dipertitnbmgkan pula bahwa ada juga radiasi yang berasal dari bahan-bahan radioaktif
yang ada di bumi. Oleh sebab itu harus ada suatu usaha proteksi terhadap bahaya-bahaya
radiasi ini, uatuk mempertahankan keutuhan dan fungsi jaringan tubuh dan mengurangi sejauh
mungkin efek camping yang ditimbulkan oleh radiasi ionisasi, baik yang bersifat sementara
maupun yang permanen, pada jaringan lokal (setempat) atau seluruh tubuh.Usaha
proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya. Penggunaan radiasi ionisasi harus
mentaati ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan maupun pedoman kerja yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah atau Instansi yang berwenang
Sebelum sinar X dan bahan-bahan radioaktif ditemukan, manusia hanya dipengaruhi oleh
radiasi dari bahan radioaktif alam. Akan tetapi dewasa ini sumber radiasi tidak terbatas
pada radioaktif alam saja, melainkan juga bersasal dari sinar X sebagai sarana bantu
diagnostik, bahan radioaktif buatan dan bahan radionuklir.
Dalam hal ini, usaha-usaha proteksi terhadap pekerja, harus diutamakan dilakukan
secara menyeluruh, karena pekerja merupakan unsur utama dalam suatu instalasi radiasi.

USAHA-USAHA PROTEKSI RADIASI.


Telah diketahui bahwa radiasi pengion mempunyai sifat dan efek yang dapat
menimbulkan bahaya terhadap manusia dan lingkunganaya. Usaha-usaha proteksi radiasi dalam
bidang kedokteran dalam hal penggunaan energi radiasi untuk radiodiagnostik dan radioterapi
meliputi :

1. PERSYARATAN SARANA DAN FASILITAS PROTEKSI RADIASI


2. PERSYARTAN PEKERJA DAN TENAGA YANG PROFESIONAL
3. PERIZINAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PEMAKAIAN SUMBER RADIASI

Purbo Seputro hal 20


Suatu instalansi atom harus memiliki izin dari Pemerintah untuk pengawasan baik secara
langsung maupun tidak langsung, terutama mengenai sarana dan fasilitas untuk
kepentingan keselamatan pekerja radiasi.

1. PERSYARATAN SARANA DAN FASILITAS PROTEKSI RADIASI

Sarana fisik untuk suatu Bagian Radiologi yang memenuhi persyaratan sangat
menentukan peningkatan mum proteksi radiasi. Penyediaan sarana dan fasilitas bagian radiologi
bukan hanya dalam kuantitas, tetapi lebih diutamakan dalam kualita s. Penggunaan
fasilitas yang baik dan memenuhi syarat sangat membantu mengurangi radiasi pada
operator. Perlindungan operator harus diutamakan umuk menjamin keselamatan karena
merupakan tenaga utama yang paling lama berada di daerah tersebut.
Sarana dan fasilitas proteksi radiasi meliputi :
- Proteksi Radiasi terhadap masyarakat di sekitar instalasi radiasi
- Proteksi Radiasi terhadap pasien
- Proteksi Radiasi terhadap operator
- Proteksi Radiasi terhadap bahaya radiasi bocor

Proteksi Radiasi terhadap masvarakat di sekitar instalasi radiasi

Usaha proteksi tehadap masyarakat di sekitar instalasi radiasi mempakan suatu hal
yang kompleks. Karena biasanya bagian radiologi merupakan, bagian dari suatu gedung,
yang akan berdampingan dengan bagian – bagian lain. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan untuk mengurangi radiasi terhadap, masyarakat dan lingkungan di sekitar
instalasi radiasi :
1. Pembatasan penggunaan sumber-sumber radiasi untuk tujuan survei kesehatan
masyarakat, kecuali bila ada kemungkinan ditemukan suatu penyakit secara pasti.
2. Pengawasan ketat dan persyaratan perizinan yang mutlak bagi pemakaian s umber
radiasi, dan dilaksanakan dengan baik serta penjualan alat-alat yang memenuhi
persyaratan.

Khusus untuk bidang kedokteran dan kedokteran gigi usaha -usaha proteksi yang
dilakukan terhadap masyarakat adalah sebagai berikut :

Purbo Seputro hal 21


Perencanaan bangunan.
a. Lokasi, tata letak dan orientasi.
Bagian Radiologi yang berada di dalam atau merapakan bagian dari suatu rumah sakit
harus direncanakan sebaik mungkin, baik mengenai lokasi maupun tata letaknya.
Sedapat mungkin, lokasi tidak bersebelahan langsung dengan bagian-bagian lain
(tersendiri). Selain itu pengaturan arah berkas sinar X primer diutamakan ke daerahdaerah
yang kosong.
b. Beberapa fasilitas lain yang juga sangat penting untuk diperhatikan dan sifatnya
mudah pengontrolannya adalah:
Instalasi listrik
Instalasi air
Saluran pembuangan

Bahan proteksi
a. Timbal (Pb) adalah bahan proteksi radiasi utama yang paling umum dipakai. Biasanya
dibuat dalam bentuk apron, sarung tangan atau penutup gonad. Dapat juga dipakai sebagai
bahan untuk melapisi dinding, lantai dan langit-langit.
b. Konstruksi dinding dari beton dapat juga digunakan sebagai bahan proteksi radiasi.
c. Bahan-bahan lain seperti baja, barium, plaster, batu, keramik, bata atau kaca juga
memiliki kemampuan menyerap radiasi yang dapat dihitung nilai kesetaraannya
dengan Pb.
Usaha-usaha lain yang dapat dilakukan adalah
I . Pemberian tanda khusus berupa simbol radiasi di daerah sumber-sumber radiasi
termasuk di ruangan pesawat radiodiagnostik.
2. Pemeriksaan yang menggunakan sinar X di rumah sakit atau poliklinik, harus
dilakukan dibagian Radiologi kecuali bila keadaan pasien tidak mengizinkan.
3. Orang tua atau orang lain yang mengantar pasien harus berada jauh dari ruangan
sinar-X atau memakai pelindung bila berada di dalam ruangan.
4. Pemakaian bahan proteksi pada dinding, lantai, dan langit-langit.
5. Penggunaan pesawat sinar X dengan kualitas terbaik , yang telah mendapat izin dari
Departemen Kesehatan.
6. Pemeriksaan periodik tentang kebocoran radiasi pada pesawat sinar-X.
7. Gunakan alat pengukur radiasi di ruangan, misalnya dengan survey meter.

Purbo Seputro hal 22


Proteksi Radiasi Terhadap Pasien
Usaha-usaha proteksi terhadap pasien dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Ada dua hal yang perlu diperhatikan :
Tidak boleh melakukan penyinaran tanpa adanya manfaat yang jelas.
Perneriksaan diagnostik dengan sinar-X baru dilakukan bila pemeriksaan
klinis mengarah pada kelainan pada struktur di daerah yang tidak dapat dilihat
secara klinis.

Usaha-usaha proteksi terhadap pasien dapat diuraikan sebagai berikut :

I. Hilangkan tata kerja yang tidak perlu atau berlebihan.


2. Operator harus terlebih dahulu memeriksa identitas pasien, untuk menghindari
kesalahan yang akan dapat memberikan radiasi berlebihan pada pasien.
3. Kurangi pemeriksaan radiografi dengan seleksi kasus.
4. Untuk semua wanita pada masa subur, pemeriksaan radiografi, terutama rahang atas harus
ditunda.
5. Teknik pemotretan radiografis dan penentuan kondisi sinar X, harus betul-betul telah
direncanakan dengan baik. Teknik pemotretan bite wing dapat mempertihatkan gigi -
gigi rahang atas dan bawah terlihat pada satu film. Dengan demikian dapat
mengurangi jumlah pemotretan radiografi s yang dilakukan, sehingga dapat
mengurangi radiasi yang diterima oleh pasien. Teknik ini juga sebaiknya dipakai
untuk pemotretan anak-anak. Untuk pemeriksaan menyeluruh, film yang digunakan untuk
teknik bite wing hanya 4 film sedangkan pada teknik Biseksi 6-8 film.
6. Penggunaan film tipe high speed (sangat peka) dengan mutu terbaik. Begitu pula
gunakan cassette yang dilengkapi dengan intensifying screen tipe high speed untuk
mengurangi radiasi.
7. Penggunaan pesawat sinar-X sebaiknya menggunakan Filter
Filter yang tepat, untuk menyaring radiasi yang tidak berguna. Filter, adalah materi
penyerap, biasanya lempengan Alumunium (A]), yang ditempatkan di dalam tabung sinar-
X dan dilewati oleh berkas sinar-X ,berguna untuk menyaring dan menyerap, sinar-X
berenergi rendah yang tidak berguna dalam pembentukan gambaran
radiografis. Sehingga sinar X yang mencapai film lebib homogen panjang
gelombangnya, dengan demikian proses ionisasi Agar pada film akan lebih merata,

Purbo Seputro hal 23


dan akan memperoleh gambaran radiografi yang lebih kontras. Selain itu dosis radiasi
yang diterima pasien juga akan berkurang.

8. Pesawat sinar-X hams yang menggunakan


– Cone dari logam
– Cone yang berukuran panjang
– Cone yang ujungnya terbuka
9. Penggunaan diafragma/collimator/shutter yang tepat untuk membatasi ukur an
lapangan (lebar berkas) penyinaran.
10. Waktu pemotretan yang sesingkat-singkatnya, tetapi memberikan basil gambaran
radiografis yang terbaik.
11. Pasien menggunakan apron (Pb) proteksi selama penyinaran.
12. Pasien harus mengikuti intruksi operator.

Proteksi Radiasi terhadap operator


Pada umumnya pengurangan dosis kepada penderita akan mengakibatkan
pengurangan dosis kepada operator dan personil lainnya. Hal penting yang perlu
diperhatikan juga adalah operator harus berdiri di belakang arah sinar X primer
a. Jarak berdiri operator.
Besarnya radiasi yang diterima oleh seseorang, berbanding terbalik dengan besarnya jarak
antara orang tersebut berdiri dan sumber sinar X. Hal ini sesuai dengan hukum bidang
kwadrat terbalik (inverse law). Radiasi yang diterima bila berdiri pada jarak 4 feet dari
sumber sinar X dibandingkan bila berdiri pada jarak 2 feet dari sumber sinar X, adalab
sebesar (1 /2 )2 = 1 /4 (seperempat) kali jumlah radiasi yang diterima pada jarak 2 feet.
b. Posisi berdiri operator.
Perlu ditekankan, bahwa selama melakukan pemotretan radiografis operator juga
dapat berisiko mendapal radiasi. Oleh karena itu operator tidak diperbolehkan berdiri di
daerah radiasi sinar-X primer. Untuk mengurangi risiko dosis radiasi yang diterimanya,
sebaiknya operator berdiri pada tempat yang aman yaitu dibalik dinding pelindung
berlapis Pb .
Selain itu operator perlu juga memperhatikan untuk
1. Tidak memegang film di dalam mulut penderita. selama pemotretan
2. Tidak memegang kaca mulut di dalam mulut penderita selama pemotretan.

Purbo Seputro hal 24


3. Tidak memegang cone atau tube selama pemotretan.
4. Selalu menggunakan apron proteksi dan gonand proteksi.
5. Selalu menggunakan personil monitoring radiasi berupa:
– Film badge.
– Pocket dose meter.

Proteksi Radiasi terhadap bahava radiasi bocor

Persyaratan sarana dan fasilitas proteksi radiasi termsuk juga proteksi terhadap
adanya radiasi bocor. Untuk mengetahui ada tidaknya atau besarnya radiasi bocor perlu
dilakukan pengetesan pada pesawat dengan cara mengaktifkan pesawat dalam beberapa saat.
Kemudian dihitung dalam satuan R/jam. Radiasi bocor adalah radiasi yang
dihasilkan dan dikeluarkan dari kepala tabung sinar-X yang tidak melalui Cone.

2. PERSYARTAN PEKERJA INSTALASI RADIASI

Persyaratan pekerja instalasi radiasi dalam bal ini tenaga operator (radiografer)
merupakan masalah yang sangat penting, karena berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan mutu radiograf yang dihasilkan. Selain memiliki ketrampilan yang
memenuhi syarat, pekerja instalasi radiasi juga memiliki dan harus memperhatikan
semua faktor-faktor mengenai proteksi radiasi.

Persyaratan tersebut meliputi:


1. Usia pekerja. Tidak semua orang dapat bekerja di daerah radiasi. Orang-orang yang
berusia di bawah 18 tahun, tidak diperbolehkan bekerja di daerah radiasi ("Controlled
area').
2. Operator harus mempunyai pengetahuan yang baik tentang pesawat dan teknik
penggunaan ya. Untuk Intalasi Radioterapi operator juga harus memiliki
pengetahuan tentang bahan-bahan radioaktif, kegunaan aturan pemakaiannya, serta bahaya
radiasi yang dapat ditimbulkanya.
3. Operator harus trampil, memiliki pengetahuan dan menguasai teknik pemotretan dengan
baik. Termasuk juga penggunaan film yang baik, memilih ukuran film yang sesuai dengan
kebutuhan pemotretan radiografis serta cara memberikan instuksi yang penting bagi
pasien.

Purbo Seputro hal 25


Di bagian Radiologi Kedokteran Gigi, operator harus menguasai teknik intra oral
maupun ekstra oral dengan baik.
4. Menguasai teknik pencucian foto radiografis dengan baik. Selain itu memahami cara
penyimpanan film radiografis yang baik dan aman terhadap kontaminasi sinar-X dan
cahaya lainnya.
5. Operator di bagian Radiologi Kedokteran Gigi, harus memahami struktur anatomis
daerah rongga mulut, khususnya anatomi gigi dan mulut, baik pad a anak-anak
maupun orang dewasa.
6. Mengetahui penyebab kegagalan pembuatan, foto radiografis dan mengetahui semua
faktor-faktor penyebabnya.

Dalam, melakukan tugasnya sehari-hari, operator harus dapat memiliki pola kerja yang
sistematik teliti dan hati-hati, untuk dapat menghindari kesalahan.
Ketelitian operator biasanya diperlukan pada waktu membaca Surat konsul, terutama
dalam hal regio gigi yang akan diperiksa dan tujuan pembuatan foto radiografis tersebut. Hal
ini sangat penting untuk menghindari kesalahan dan pengulangan pembuat an
radiograf yang akan menambah beban radiasi pada pasien.

3. PERIZINAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PEMAKAIAN SUMBER


RADIASI

Perizinan dan pengawasan terhadap pemakaian sumber radiasi diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia dan Perka (Peraturan Kepala) BAPETEN (Badan
Pengawas Tenaga Nuklir).

Purbo Seputro hal 26


PROSES PEMBENTUKAN DAN SIFAT SINAR-X

Purbo Seputro hal 27


PROSES PEMBENTUKAN DAN
SIFAT SINAR-X

PROSES TERJADINYA SINAR X


Syarat-syarat yang diperlukan untuk produksi sinar x
1. Pelepasan elektron
Dengan adanya aliran listrik yang masuk kedalam tabung sinar-X, akan terjadi pemanasan
filamen yang terbuat dari tungsten yang merupakan katoda (negati ). Katoda berfungsi sebagai
sumber elektron. Pemanasan filamen, menyebabkan filamen menjadi pijar, sehingga
elektron-elektron akan bergerak dari atom-atom filamen tersebut, dan menbentuk kabut elektron
di sekitar filamen. Makin pijar filament, makin banyak pelepasan elektron.

2. Produksi elektron berkecepatan tinggi.


Anoda (positio merupakan target (terbuat dari tungsten), jika antara katode dan anode
diberikan beda potensial tinggi, maka elektron –elektron yang terlepas dari filamen akan
bergerak dari katode ke anode dengan kecepatan tinggi. Pergerakan elektron dari katode ke
anode ini dipengaruhi oleh
1. Adanya listrik tegangan tinggi.
2. Perbedaan kutub-kutubnya ( kutub negatif dan kutub positif)

Purbo Seputro hal 28


3. Adanya ruang hampa di dalam tabung
3 . Pemusatan elektron
Laju arus elektron–elektron difokuskan pada suatu daerah kecil (focal spot)
pada permukaan anode (target).

4. Penghentian elektron dengan tiba-tiba


Pada saat elektron menumbuk sasaran atau target, maka laju elektron tersebut akan
terhenti seketika dan energi kinetis elektron akan berubah menjadi sinar-X (± I%) dan panas
(± 99%). Pembentukan panas diatasi dengan adanya copper block dan minyak pendingin
disekeliling tabung sinar-X.

SIFAT-SIFAT SINAR X
 Sinar-X yang terbentuk akibat adanya benturan elektron-elektron pada target, merupakan
suatu bentuk berkas yang terdiri dari foton-foton sinar-X, sehingga tidak mungkin di
dapatkan suatu sumber sinar-X yang berupa titik.
 Kecepatan sinar-X sama dengan kecepatan cahaya di udara yaitu 3,1010 cm / detik.
 Sinar-X berjalan menurut garis lurus dan bentuk berkasnya menyebar
(divergen). Hal ini menyebabkan gambaran hasil pemeriksaan radiografis dapat
mengalami pembesaran.
 Di udara bebas Sinar-X mengikuti hukum kuadrat terbalik (Inverse Square Law) yaitu
bila jarak dari sumber sinar-X dikalikan dua, maka intensitas sinar-X akan berkurang
menjadi ¼ nya.

Purbo Seputro hal 29


 Sinar-X adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik berenergi tinggi dan merupakan
bagian dari spektrum elektromagnetik. Panjang gelombang sinar-X antara
–8
10 - 10 -2 angstrum (A). Satu angstrum = 10 cm (dengan satuan yang lain, panjang
gelombang sinar-X : 10 nm – 0.01 pm).

 Sinar-X memiliki kekuatan penetrasi tinggi, dan dapat berinteraksi dengan materi yang
dilaluinya. lnteraksi tersebut dapat menyebabkan terjadinya ionisasi yaitu
penguraian atom netral yang akan menghasilkan ion bermuatan negatif dan
positif. Oleh karena itu Sinar-X disebut jugs sinar pengion atau radiasi ionisasi.
 Sinar-X tidak bermuatan listrik dan tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet.
 Sinar-X yang sifatnya dapat mengionisasi materi, bila mengenai jaringan hidup dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. Dengan demikian karena Sinar-X mempunyai efek
biologic pada sel-sel somatik dan genetik, maka salah satu kegunaan sinar ini adalah
dapat untuk terapi kanker (radioterapi).
 Setelah sinar-X mengenai jaringan tubuh, selanjutnya dapat mengalami:
diabsorpsi seluruhnya oleh jaringan tubuh, dan kehilangan akan seluruh
energinya
diteruskan seluruhnya tanpa mengalami absorpsi
diabsorpsi sebagian dan sebagian lagi membentuk radiasi scatter (radiasi
hambur).

Purbo Seputro hal 30


.
Tidak kasat mata.
Tidak dapat difokuskan oleh lensa
 Dapat mcngionisasi emulsi AgBr dan setelah diproses dapat menghitamkan lembaran film
radiografik, sehingga secara visual dapat tampak berupa gambaran radiolusen.

Purbo Seputro hal 31


FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
GAMBARAN RADIOGRAFIK YANG
TERLIHAT
DI RADIOGRAF

Purbo Seputro hal 32


FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
GAMBARAN RADIOGRAFIK YANG TERLIHAT
DI RADIOGRAF

Kualitas gambaran radiografik yang terlihat di radiograf dipengaruhi oleh


beberapa faktor, yaitu :
1. Fak-tor penyinaran (kondisi sinar X ) kV , mA, sec
2. Obyek ( ketebalan dan kepadatan obyek)
3. Jarak.
4. Jenis Film
5. Focal Spot

Faktor-faktor Penyinaran

Kilovoltage (Kv/kVp)
kV / kVp atau kilovoltage/kilovoltage peak, merupakan satuan,indikator
kualitas yang dihasilkan oleh pesawat sinar-X. Makin besar kVp, makin tinggi
energi daya tembus foton-foton sinar-X. Penggunaan kVp yang optimum,
umumnya berdasarkkan pengalaman operator dalam menentukan
ketebalan struktur yang akan diperiksa.

Milliampere ( mA )
Milliampere menentukan kuantitas Atau jumlah sinar-X yang dihasilkan di
dalam tabung sinar-X. Densitas gambaran radiografis dipengaruhi oleh
perubahan milliampere.

See (detik) / waktu penyinaran


Waktu penyinaran adalah jarak waktu pesawat sinar-X aktif penuh dan
terbentuknya futon sinar-X. Perubahan waktu penyinaran juga Akan
mempengaruhi densitas gambaran radiografis. Bertambahnya waktu
penyinaran akan menyebabkan gambaran semakin hitam. Miliampere dan
sec dapat juga dikombinasikan menjadi milliampere / Sec ( mAs). Milliampere

Purbo Seputro hal 33


dan waktu penyinaran adalah faktor linier sehingga mengalikan dua kedua
faktor ini berarti mengalikan dua jumlah radiasi yang dihasilkan.

Obvek (ketebalan dan kepadatan obvek )


Setelah melalui obyek yang diperiksa ( misalnya gigi, gusi, tulang rahang dsb.),
sinar-X akan mencapai lapisan emulsi Ag Br pada permukaan film, dan
selanjutnya akan mengionisasi emulsi Ag Br tersebut. Banyaknya Ag Br
yang diionisasi tergantung dari jumlah sinar-X yang mencapai film. Semakin
banyak Ag Br yang dionisasi, gambarnya semakin radiolusen (hitam).
Semakin sedikit Ag Br yang diionisasi gambarnya semakin radiopak
(putih). Semakin tebal dan padat suatu obyek make akan semakin banyak
jumlah sinar-X yang diserap dan semakin sedikit yang mencapai film,
sehingga semakin sedikit Ag Br yang diionisasi (radiopak). Demikian pula
sebaliknya . Sebagai contoh, apabila sinar-X mengenai / melalui rongga,
make sinar-X akan langsung mengenai film.  radiolusen seluruhnya.

Radiopak
logam

tulang

otot

lemak

jar. lunak

udara

Radiolusen

Purbo Seputro hal 34


Jarak
Operator/pembuat radiograf harus memperhitungkan
Jarak antara sumber sinar-X dengan permukaan kulit pasien.
Jarak antara sumber sinar-X dengan permukaan film
Jarak antara obyek yang diperiksa dengan film.

Makin kecil jarak target – film, pembesaran gambaran radiografik yang


terjadi semakin besar, dan sebaliknya. Pada radiografi intra oral, tergantung
dari panjang 'Cone' yang digunakan.
Jarak antara obyek dan film tergantung dari teknik yang digunakan. Makin
dekat jarak target – obyek makin besar pembesaran gambar yang terjadi,
karma berkas sinar-X yang dihasilkan cenderung lebih menyebar.

Jenis Film
Jenis film juga sangat mempengaruhi gambaran radiografik yang dihasilkan.
No Screen film digunakan untuk radiografi Intra Oral, dan dapat
menghasilkan gambar dengan kualitas dan kejelasan yang maksinnum.
Screen film digunakan untuk radiografi Ekstra Oral, dan gambaran
radiografik yang dihasilkan tidak sejelas film No Screen. Penggunaan
jenis film ini harus dilengkapi dengan Intensifying screen.
Berdasarkan keeepatannya (speed) film dibedakan :

Purbo Seputro hal 35


Tipe A

Tipe B

Tipe C semakin cepat

Tipe D

Tipe E

Makin cepat jenis suatu film (film dengan kecepatan tinggi), makin sedikit
jumlah radiasi yang dibutuhkan, sehingga semakin sedikit membutuhkan
waktu penyinaran

Film intra oral


Merupakan film jenis NO SCREEN.
Yaitu : Film yang langsung disinari sinar-X (sensitive terhadap sinar-X)
tanpa memerrlukan intensifying Screen.

Ukuran film intra oral :


No.0: 2,2 x 3,4 cm 4  untuk anak-anak
No .1 : 2,35 x 3,9 cm
No.2: 3,12 x 4 cm
No.3 : 2,65 x 5,31 cm
No.4 : 5,6 x 7,5 cm  film oklusal

Yang paling sering digunakan yaitu film No. 2 ( film dental) Film
ini dikemas dalam, 1 paket yang terdiri dari:
a. Pembungkus luar dari plasaik Imak
 melindungi dari cairan yang dapat mengkontaminasi film mis : saliva
b. Kertas hitam
 melindungi dari cahaya yang dapat merusak film
c. Film radiografik

Purbo Seputro hal 36


Terdiri dari: - Emulsi kristal Ag Br pads kedua sisi film (double
Coated film) - Bahan dasar : Selulosa asetat /
Polyethylene terephtalate 4 lebal + 0,2 mm
Emulsi melekat pada bahan dasar film dan difiksasi oleh gelatin.
Di atas lapisan emulsi : lapisan pelindung

d. Kertas hitam
e. Lead foil
Terdapat di bagian belakang film / arah sinar – X (sisi biru)
f. Pembungkus luar dari plastik.

Film Ekstra Oral


Ukuran :
15 cm x 30 cm (Panoramik)
- 24 cm x 30 cm (Cephalometry, P.A.)
13 cm x 15 cm (Carpal Bone)
Jenis : SCREEN FILM
Beberapa perbedaan yang penting diperhatikan antam Screen film dengan No
screen film - Emulsi Ag Br pads film ini lebih sensitif terhadap cahaya biasa

Purbo Seputro hal 37


daripada sinar-X.
- Ada beberapa emulsi yang diproduksi sensitif terhadap cabaya biru , cahaya
hijau dan cahaya merah, tergantungdari jenis Intensifying screen yang
dipakai. Jenis yang paling banyak dikgunakan adalah tipe Blue Screen.

Focal Soot
Radiasi sinar-X memancar dari Focal Spot. Lebar focal Spot mempengaruhi
kwalitas gambaran radiografis yang dihasilkan. Makin lebar focal spot
semakin lebar berkas sinarX yang terbentuk, maka makin besar daerah kabur
yang terjadi (Efek Penumbra).

Purbo Seputro hal 38


RADIOGRAFI INTRA ORAL

 Teknik radiografi gigi geligi dan struktur di sekitarnya, dengan film di


dalam rongga mulut.

Tiga metode dasar

1. Periapikal : Biseksi & Paralel


2. Bitewing
3. Oklusal: Topografi , Crossection & Oklusal Oblik

PERIAPIKAL
Mencakup gigi geligi dan sekitamya sampai dengan daerah periapikal.

Posisi ideal film dan arah sinar-X terhadap gigi :


1. Gigi dan film saling berkontak/sedekat mungkin, sejajar,
2. Berkas sinar-X tegak Iurus gigi dan film
3. Posisi film. gigi, dan arah sinar-X dapat diulang pada kondisi yang
sama.

Hal-hal yang penting diperhatikan :


1. Melepas alat-alat di daerah yang akan dperiksa.
2. Posisi kepala penderita diatur :
a. Rahang atas : "Garis hidung-telinga" /bidang oklusi rahang atas
sejajar lantai
b. Rahang bawah : "Garis ujung bibir-telinga " /bidang oklusi rahang
bawah sejajar lantai
3. Film ditahan dengan jari sesuai regionya.
4. Instruksi penderita sebelum penyinaran.

Purbo Seputro hal 39


A. Metode Biseksi (Metode Garis Bagi)
Dipengamhi penei sudut vertikal dan sudut horisontal
Sudut vertikal: berdasarkan sudut yang dibentuk amain sumbu
panjang gigi clan sumbu panjang film dibagi dua sama besar (garis
bagi). Sinar-X diambican tegak lures garis bagi ini, dengan titik pusat
ke daerah apikal gigi
Dengan prinsip segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya dapat
terproyeksi sama besamya pads film.
Sudut horisontal: ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan
posisi gigi.dalam bidang horisontal.
penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan.
kV = 65 ; mA = 10; sec : 0,3 – 0,5 det

Tabel pedoman sudut Vertikal dan Horisontal

Gigi RA Incisivus Caninus Premolar Molar


Sudut vertikal 45° 50° 40° 45°
Sudut horisontal 5-30° 60° 70° 85-95°
Gigi RB Incisivus Caninus Premolar Molar
Sudut vertikal 25° 20° 15° 5°
Sudut horisontal 5-30° 60° 70° 85-95°

Purbo Seputro hal 40


B. Metode Keseiajaran ( Metode Paralel )

Gambaran radiografik lebih geometrik


Dipengaruhi bentuk anatomi
Menggunakan film holder dan ditempatkan paralel terhadap sumbu panjang
gigi yang diperiksa.
Sinai X terarah tegak lurus terhadap gigi dan film
Dengan film holder, pembuatan radiograf dapat diulang dengan posisi
dan kondisi yang sama pads w aktu yang berbeda (reproducible).

Gambar

Purbo Seputro hal 41


BITEWING

Gambaran radiografik mencakup daerah mahkota sampai dengan leher


gigi, dan jaringan periodontal di daerah interdental regio rahang atas dan
bawah.
Menggunakan bite tab  ditempatkan di alas permukaan oklusal gigi
rahang bawah
Pada bidang horizontal: sinar-X tegak lurus gigi dan film, melalui seluruh
titik kontak gigi-gigi yang diperiksa.
Pada bidang vertical: sinar-X diarahkan sedikit ke arah bawah
( ± 5 – 8 ° )terbadap bidang horisontal/oklusal
Pasien dinstruksikan menggigit tab dengan kuat  film harus berkontak
dengan gigi atas maupun bawah
Radiasi yang diterima pasien relative lebih kecil

OKLUSAL

Film diletakkkan pads bidang oklusal.dengan ukuran film yang digunakan :


5,7 x 7,6 cm Dapat memperlihatkan perubahan arah buko-lingual/palatal

Rahang atas
Topografi Rahang Alas ( Standard Occlusal )

Purbo Seputro hal 42


Crosseclion Rahang Alas ( Vertex Occlusal )
Oklusal Oblik Rahang Atas ( Upper Oblique Occlusal )

Rahang bawah
Topografi Rahang Bawah ( Standard Occlusal )
Crossection Rahang Bawah ( Vertex Occlusal=True Occlusal )
Oklusal Oblik Rahang Bawah ( Lower Oblique Occlusal )

Topografi Rahang Atas


Menghasilkan gambaran radiografik bagian anterior/gigi-gigi anterior
rahang atas sampai dengan daerah apikalnya.
Sinar-X diarahkan ke bawah, kearah batang hidung, dengan sudut 65° –
70° terhadap film.
Crossection Rahang Atas
Memperlihatkan gambaran radiografik potongan melintang rahang atas.
Sinar-X diarahkan kurang lebih sejajar sumbu gigi Incisive atas.
Harus menggunakan kaset dan intensifying screen sesuai ukuran film.
Jarang digunakan karena gambaran radiografik yang dihasilkan
kurang jelas, sinar-X melewati beberapa organ penting misalnya : mata
Untuk memperoleh potongan melintang rahang atas dapat
dilakukan dengan memodifikasi teknik Topografi Rahang Alas, yaitu dengan
memperbesar sudut sinar-X terhadap film, menjadi ± 80° dan di arahkan ke
dahi pasien.

Gambar

Purbo Seputro hal 43


Oklusal Oblik Rahang atas
Memperlihatkan gambaran radiografik satu sisi rahang atas/gigi gigi
daerah posterior.
Sinar-X diarahkan ke bawah, kearah pipi dengan sudut 65° – 70° terhadap
film, di pertengahan regio yang diperiksa.

Topografi Rahang Bawah


Memperlihatkan rahang bawah/gigi anterior rahang bawah Gambaran
radiografiknya mirip basil teknik biseksi, tapi mencakcup daerah yang lebih
luas.
Sinar-X diarahkan ke atas di pertengahan rahang bawah, mengarah ke
dagu pasiem dengan sudut 45° terhadap film.

Crossection Rahany, Bawah

Memperlihatkan potongan melintang rahang bawah/gigi gigi , dan dasar


mulut.
Sinar-X diarahkan ke atas di pertengahan rahang bawah, mengarah ke
daerah Molar, dengan sudut 90° terhadap fihn

Gambar :

Purbo Seputro hal 44


Oklusal Oblik Rahana Bawah

. Mengbasilkan gambaran radiografik satu sisi rahang bawah, terutarna


daerah kelenjar submandibula. Akan tetapi karena sinar-X arahnya oblik,
maka gambaran anatomis rahang bawah yang terproyeksi mengalami
distorsi.
Sinar-X diarahkan ke atas dan ke depan, dari arah belakang, di bawah
angulus mandibula.

Purbo Seputro hal 45


Evaluasi Mutu Radiografik Intra Oral

Perlu dipahami mutu foto radiografis yang memenuhi syarat :

1. Seluruh obyek yang diperiksa dapat tampak secara keseluruhan dengan


jelas pada film radiografis yang dihasilkan.
2. Kontras, detail dan ketajaman foto radiografis harus baik
setiap struktur anatomis dapat dibedakan dengan jelas, misalnya
perbedaaan email, dentin,kamar pulps, saluran akar, lamina dura,
dan tulang penyangga di sekitarnya serta struktur anatomis lainnya
yang penting untuk diinterpretasi.
3. Bentuk dan ukuran obyek atau gigi tidak mengalami distorsi atau
perubahan bentuk ( vertikal )
4. Pads radiografis intra oral proyeksi periapikal, daerah interdental
harus tampak dengan jelas. Kecuali pada kasus gigi yang berjejal (
horizontal )

Proses pencucian film dapat menghasilkan gambaran radiografis yang baik,


kurang perhatian pada detil proses pencucian film dapat menyebabkan
banyak masalah yang menghasilkan gambaran diagnostik film yang tidak
optimum/di bawah optimum. Hasil pemeriksaan radiografis yang tidak
baik menyebabkan hilangnya informasi diagnostik Serta kerugian waktu
pasien dan operator. Berikut ini adalah daftar penyebab kegagalan hasil foto
radiografis yang sering terjadi.

Kegagalan Gambaran Radiografis


Yang Sering Terjadi

Foto radiografis tampak terang (putih)


A. Kesalahan Proses Pencucian

I . Underdeveloped
a. Temperatur developer terlalu rendah

Purbo Seputro hal 46


b. Waktu di dalam developer terlalu cepat
2. Cairan developer yang sudah lemah (kedaluarsa)
3. Developer yang terlalu encer (terlalu banyak air)
4. Fiksasi yang berlebihan.

B. Penyinaran yang kurang


I. mA kurang.
2. kVp kurang.
3. Waktu kurang.
4. Jarak film – sumber sinar-X yang berlebihan.
5. Film terbalik.

Foto Radiografis tampak Gelap ( hitam )


A. Kesalahan Proses Pencucian
1. Overdeveloped
a. Temperatur developer terlalu tinggi
b. Waktu di dalam developer terlalu lama
2. Konsentrasi Developer terlalu pekat.
3. Fiksasi yang kurang.
4. Film terkena cahaya ( pembungkus film bocor ).
5. Safelamp tidak balk.

B. Penyinaran berlebihan
1. mA berlebihan.
2. kVp berlebihan.
3. Waktu berlebihan.
4. Jarak film – sumber sinar-X terlalu dekat.

Gambaran radioigrafis tidak Kontras

A. Underdeveloped
B. Underexposure
C. kVp berlebih.

Purbo Seputro hal 47


Film berkabut
A. Safelamp yang tak balk.

1. Filter yang tak sesuai


2. Watt Lampu yang terlalu besar
3. Film terlalu lama di bawah cahaya safelamp
B. Cahaya bocor
I . Filter Safelamp rusak
2. Cahaya dari pintu, jendela dll.
C. Overdeveloped
D. Kontaminasi cairan
E. Kualitas film buruk
1. Disimpan pada temperatur tinggi
2. Disimpan pada kelembaban tinggi
3. Terkena radiasi

Bintik hitam pada hasil foto radiografis


A. Tanda sidik jari
B. Kertas hitam menempel di permukaan film
C. Film terkontaminasi developer sebelum pencucian
D. Film tertekuk berlebihan

Bintik Putih Pada hasil foto radiografis


A. Film terkontaminasi fixer sebelum, pencucian
B. Film berkontak dengan film lain selama pencucian

Noda kuning atau coklat Pada hasil foto radiografis


A. Developer yang sudah lemah
B. Fixer yang sudah lemah
C. Kontaminasi cairan

Purbo Seputro hal 48


Hasil foto radiografis kabur/buram
A. Pasien bergerak
B. Tube-head bergerak
C. Dua kali penyinamn

Hasil foto radiografis dengan gambar hanya sebagian


A. Hanya sebagian terendam dalam developer
B. Cone Cutting.

Purbo Seputro hal 49


Sidik jari terbalik

Tertekuk double image

Noda kuning bintik putih halus rata

Purbo Seputro hal 50


Purbo Seputro hal 51
Evaluasi Mutu Radiografik Ekstra Oral

Evaluasi mutu radiograf panoramik

Obyek tercakup  tujuan pembuatan radiograf

Kontras,detil, ketajaman

TMJ s/d tepi mandibula terlihat jelas

Simetris, sudut mandibula kiri kanan sama jelas

Septum nasal dan palatum durum jelas

Gigi anterior dan posterior proporsional dan sama jelas

Tidak ada ghost image dari cervical vertebrae

RA & RB tidak oklusi

RB tidak datar dan tidak terlalu lengkung

Purbo Seputro hal 52


Evaluasi mutu radiograf sefalometri lateral

Obyek tercakup; kontras,detil,ketajaman baik


Sella tursica berhimpit (tidak ada bayangan)
Tepi bawah mandibula berimpit
Oklusi ( hubungan molar  centric oklusi )
Sebaiknya terlihat bayangan jaringan lunak hidung dan bibir

Evaluasi mutu radiograf sefalometri PA

obyek tercakup; kontras, detil,ketajaman baik


pro porsional -> muka atas dan bawah; bentuk dan ukuran gigi
sinus frontal dan septum nasal terlihat jelas
simetris  outline mandibula kiri kanan sama jelas

Purbo Seputro hal 53


Referensi:

Eric Whaites : Essentials of Dental Radiography and Radiology, 3th edition, Edinburg
London Newyork Oxfort Philadelphia St.Louis Sydney Toronto, Churchill Livingstone,
2003.

Myron J. Kasle, D.D.S.,M.S.D. : An Atlas of Dental Radiographic Anatomy, Philadelphia


London Toronto, W.B. Saunders Company, 1977.

Stuart C White, D.D.S, PhD; Michael J. Pharoah, D.D.S, MSc, FRCD(C) : Oral
Radiology Principles and Interpretation, 5th edition, St. Louis Missouri, Mosby, 2000.

Purbo Seputro hal 54

Anda mungkin juga menyukai