Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

KONSEP DASAR TEORI

1.1 Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).

1.2 Anatomi dan Fisiologi

Lambung terletak di bagian kiri atas abdomen . Jika kosong berbentuk


tabung J dan jika penuh seperti buah alpukat raksasa Kapasitas normal lambung
adalah sebesar 1-2 L
Bagian utama dari lambung terdiri dari :
a. Fundus
b. Badan lambung
c. Pylorus
Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan itu
sendiri .
Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat.
Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari atau
sering disebut duodenum.
Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni :
1) Mucosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis cairan,
seperti enzim, asam lambung, dan hormon.
2) Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan vena dapat
ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus
untuk membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel
tersebut.
3) Muscularis adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan
mekanis. Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar,
memanjang, dan menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot
tersebut mengakibatkan
4) gerak peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan
makanan di dalam lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa
berfungsi sebagai lapisan pelindung perut.

1.3 Etiologi
Bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor
penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang
terpajang pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut
beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah
factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional,
tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti.
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara
selresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa
gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum. (Arif
Mutaqqin,2011)
Penyebab khususnya diantaranya :
a. Infeksi bakteri H. pylori
b. Peningkatan sekresi asam
c. Konsumsi obat-obatan
d. Stres fisik
e. Refluks usus lambung

1.4 Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan
pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja
asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1) Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a. Sefalik Fase pertama
Dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang
bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf
vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan
sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering
secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi
dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan
sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini
mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida
disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme
neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila
asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar
mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan
pepsin akan merusak lambung.
Ulkus peptikum terjadi karna ketidakseimbangan pada mekanisme
pertahanan mukosa gastroduodenal dan kerusakan mukosa karna asam lambung
serta pepsin, dengan kombinasi jejas lingkungan atau imunologik yang turut
menyertai. Pertahanan mukosa terganggu oleh iskemia dan syok, pengosongan
lambung yang lambat, atau refluks duodenum-lambung. Pertahanan yang normal
meliputi:
a. Sekresi mukus permukaan dan bikarbonat
b. System transport sel epitel apical
c. Aliran darah mukosa yang mempertahankan integritas mukosa dan regenerasi
epitel
d. Prostaglandin
Sebagian besar ulkus peptikum disebabkan oleh infeksi H. pylori, bakteri ini
menyebabkan jelas lewat beberapa mekanisme:
1) H. pylori menyekreksikan urease, protease, dan fosfolipase yang bersifat
toksik langsung terhadap mukosa.
2) Lipopolisakarida bakteri menstimulasi produksi sitokin proinflamatorik oleh
mukosa yang merekrut dan mengaktifkan sel-sel inflamasi, selanjutnya
melepaskan protease dan radikal bebas yang berasal dari oksigen.
3) Faktor yang mengaktifkan trombosit dari bakteri memicu trombosit kapil.
4) Kerusakan mukosa memungkinkan bocornya nutrien ke dalam lingkungan-
mikro permukaan, dengan demikian menahan kuman di dalam lapisan
mukosa.
Pathway
1.5 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala
ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya
manifestasi yang mendahului.
a. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung.
b. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam.
c. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum.
d. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan

1.6 Klasifikasi
Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi:
Ulkus duodenal Ulkus Lambung
Insiden Insiden
Usia 30-60 tahun Biasanya 50 tahun lebih
Pria: wanita3:1 Pria:wanita 2:1
Terjadi lebih sering daripada ulkus
lambung
Tanda dan gejala Tanda dan gejala
Hipersekresi asam lambung Normal sampai hiposekresi asam
Dapat mengalami penambahan berat lambung
badan Penurunan berat badan dapat terjadi
Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah
sering terbangun dari tidur antara jam 1 makan; jarang terbangun pada malam
dan 2 pagi. hari; dapat hilang dengan muntah.
Makan makanan menghilangkan nyeri Makan makanan tidak membantu dan
Muntah tidak umum kadang meningkatkan nyeri.
Hemoragi jarang terjadi dibandingkan Muntah umum terjadi
ulkus lambung tetapi bila ada milena Hemoragi lebih umum terjadi daripada
lebih umum daripada hematemesis. ulkus duodenal, hematemesis lebih
Lebih mungkin terjadi perforasi daripada umum terjadi daripada melena.
ulkus lambung.

Kemungkinan Malignansi Kemungkinan malignansi


Jarang Kadang-kadang
Faktor Risiko Faktor Risiko
Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal Gastritis, alkohol, merokok, NSAID,
kronis, alkohol, merokok, sirosis, stress. stres

1.7 Komplikasi
a. Kadang-kadang suatu ulkus menembus seluruh lapisan mukosa sehingga
terjadi perforasi usus, karena isi usus tidak steril, hal ini dapat
menyebabkan infeksi rongga abdomen. Nyeri pada perforasi sangat hebat
dan menyebar. Nyeri ini tidak hilang dengan makan atau antasida.
b. Obstruksi lumen saluran GI dapat terjadi akibat episode cidera,
peradangan dan pembentukan jaringan perut yang berulang-ulang.
Obstruksi paling sering terjadi di saluran sempit antara lambung dan usus
halus ada di pylorus (Sfingter di lokasi ini).
c. Dapat terjadi perdarahan apabila ulkus menyebabkan erosi suatu arteri atau
vena di usus. Hal ini dapat menyebabkan hematemesis (muntah darah)
atau melena (keluarnya darah saluran GI atas melalui tinja). Apabila
perdarahannya hebat dan mendadak, maka dapat timbul gejala-gejala syok.
Apabila perdarahannya lambat dan samar maka dapat terjadi anemia
hipokronik mikrosisik.

1.8 Penatalaksanaan
Sasaran penatalaksanaan ulkus peptikum adalah untuk mengatasi keasaman
lambung. Beberapa metode digunakan untuk mengontrol keasaman lambung
termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi pembedahan.
Penurunan Stres dan Istirahat. Pasien memerlukan bantuan dalam
mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau melelahkan.
Penghentian Merokok. Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok
menurunkan sekresi bikarbonat dari pancreas ke dalam duodenum.
Modifikasi Diet. Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk
menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. Hal ini
dapat diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrem dan stimulasi berlebihan
makan ekstrak, alkohol, dan kopi.
Obat-obatan. Saat ini, obat-obatan yang paling sering digunakan dalam
pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamin (antagonis reseptor H₂),
yang menurunkan sekresi asam lambung; inhibitor pompa proton, yang juga
menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari
asam; antasida, antikolinergis, yang menghambat sekresi asam atau kombinasi
antibiotik dengan garam bismut untuk menekan bakteri H. pylori.
Intervensi Bedah. Pembedahan biasanya dianjurkan untuk pasien dengan ulkus
yang tidak sembuh (yang gagal sembuh setelah 12 sampai 16 minggu pengobatan
medis), hemoragi yang mengancam hidup, perforasi, atau obstruksi. Prosedur
pembedahan mencakup vagotomi, vagotomi dengan piloroplasti, atau Biilroth I
atau II.
BAB 2
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1. Pengkajian
Identitas Pasien
 Nama :
 Tempat tanggal lahir :
 Status perkawinan :
 Agama :
 Pendidikan :
 Alamat :
 Keluarga yang dapat dihubungi :

2.2 Riwayat Kesehatan


2.2.2 Keluhan utama
Dapatkan data mengenai keluhan utama (gejala yang paling dirasakan) atau
gejala yang menyebabkan pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan

2.2.3 Riwayat kesehatan sekarang


Dapatkan data mengenai kronologis kejadian sehingga muncul keluhan utama
yang menyebabkan pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan.

a. Bagaimana gejalanya? (mendadak, perlahan-lahan, terus-menerus,


serangan hilang timbul, berubah-ubah dalam waktu tertentu)
b. Tempat dan sifat gejala (menjalar, menyebar, berpindah-pindah, atau
menetap)
c. Berat ringannya keluhan dan perkembangannya (menetap, cenderung
bertambah, atau berkurang)
d. Berapa lama keluhan berlangsung?
e. Kapan dimulainya?
f. Upaya apa saja yang telah dilakukan untuk meringankan gejala?
2.2.4 Riwayat kesehatan masa lalu Dapatkan data mengenai
a. Riwayat pemakaian obat-obatan : jenis obat, dosis yang dikonsumsi,
cara pemakaian dll
b. Pengalaman masa lalu tentang kesehatan : riwayat sakit dengan
gejala yang sama, pengalaman perawatan di rumah sakit,
pengalaman tindakan bedah (operasi), pengalaman kecelakaan, dll
2.2.5 Riwayat kesehatan keluarga
Dapatkan data mengenai penyakit menular atau menurun yang dimiliki
keluarga. Seperti TBC, Diabetes, Hipertensi dll. Apakah terdapat keluarga yang
mengalami keluhan yang sama seperti pasien? dll

2.2.6 Riwayat kesehatan lingkungan


Dapatkan data mengenai lingkungan rumah tempat tinggal pasien sekarang.
Apakah sedang terjadi wabah penyakit di lingkungan rumah tempat tinggal
pasien? Apakah merupakan daerah industri (rawan polusi)? lingkungan yang
kurang sehat? Kondisi rumah(ventilasi, jendela, kamar mandi/MCK) yang
memadai?

2.3 Riwayat psikososial


Dapatkan data mengenai masalah-masalah psikologis yang dialami pasien.
Seperti beban pekerjaan, hubungan dengan lingkungan sosial (keluarga dan
masyarakat), segalah hal yang menyebabkan stress psikis pada pasien yang
berhubungan dengan kontak sosial.

2.4 Persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Data yang dikaji antara lain persepsi terhadap penyakit, persepsi terhadap arti
kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan kesehatan.

2.5 Aktivitas fisik


Data yang dikumpulkan dalam pengkajian aktivitas fisik adalah
kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan ADL
0 = mandiri
1 = menggunakan alat bantu

2 = dibantu orang lain

3 =dibantu orang lain dan peralatan

4 = ketergantungan atau tidak mampu

Yang dimaksud ADL antara lain seperti makan, berpakaian, mandi, toileting,
mobilitas ditempat tidur, berbelanja, memasak, berpindah, berjalan, ROM dll

2.5.1 Nutrisi
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian nutrisi meliputi diet
khusus atau suplemen yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan,
jumlah makanan atau minuman serta cairan yang dikonsumsi setiap hari, fluktuasi
BB, gangguan pada pencernaan, komposisi makanan yang dikonsumsi (termasuk
didalamnya pemenuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dll)

2.5.2 Eliminasi
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian eliminasi meliputi pola kebiasaan
defekasi setiap hari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, disuria,
nocturia, hematuria, retensi, inkontinensia.

2.5.3 Istirahat dan tidur


Data yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian istirahat tidur meliputi jumlah
tidur pada malam hari, pagi dan siang. Masalah tidur seperti insomnia, mimpi
buruk, mudah terbangun dll

2.5.4 Kognitif dan persepsi


Data yang perlu dikumpulkan dalam pengkajian kognitif persepsi adalah
kondisi mental seperti gangguan orientasi, kacau mental, menyerang, apatis,
cara bicara normal atau tidak, bicara berputar-putar atau juga afasia,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengerti, gangguan pendengaran,
penglihatan, adanya persepsi sensorik (nyeri), penciuman dll.
2.5.5 Koping terhadap stress
Data yang perlu dikumpulkan termasuk mekanisme koping yang digunakan
pada saat terjadinya masalah atau kebiasaan menggunakan mekanisme koping
serta tingkat toleransi terhadap masalah.

2.5.6 Pola seksual dan reproduksi


Data yang perlu dikumpulkan mengenai masalah menstruasi, pap smear,
pemeriksaan payudara atau testis sendiri tiap bulan, dan masalah seksual yang
berhubungan dengan penyakit.

2.5.7 Hubungan dan peran sosial


Data yang perlu dikumpulkan adalah pekerjaan, status pekerjaan, kemampuan
bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan gangguan terhadap peran
yang dilakukan.

2.5.8 Nilai dan keyakinan


Data yang perlu dikumpulkan adalah keyakinan yang dimiliki klien yang
berhubungan dengan kesehatan atau kesakitannya. Keyakinan akan kesembuhan
atau kematian. Dan nilai-nilai yang dianut yang berhubungan dengan spiritual
dan budaya.

2.3 PEMERIKSAAN FISIK


2.3.1 Keadaan umum
Pengkajian keadaan umum meliputi kesan secara umum pada keadaan sakit
termasuk ekspresi wajah (cemberut, grimace, lemas) dan posisi pasien.
Kesadaran yang meliputi penilaian secara kualitatif (komposmentis, apatis,
somnolen, sopor, soporokoma, koma) dapat juga menggunakan GCS. Lihat juga
keadaan status gizi secara umum (kurus, ideal, kelebihan berat badan)
2.3.2 Pemeriksaan tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan tekanan darah,
nadi(frekwensi,kualitas, irama), pernapasan (frekwensi, kedalaman, irama, pola
penapasan), suhu tubuh, skala nyeri

a. Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening


 Kulit meliputi warna (adanya pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat,
eritema), turgor, kelembaban, edema, bekas luka dll

 Rambut dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi, bau, keadaan


kusut dan kering dll.
 Kelenjar getah bening dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda
radang yang ada di daerah sevikal anteritor, inguinal oksipital dan
retroaurikular
b. Pemeriksaan kepala dan leher
Periksa bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun- ubun (fontanel),
struktur wajah (simetris atau tidak), ada tidaknya pembengkakan.dll

c. Pada mata dapat dilihat dari visus, palpebra, alis bulu mata, konjungtiva,
sklera, kornea, pupil dan lensa. dll
d. Pada telinga dapat dilihat dari daun telinga, liang telinga, membran timpani,
mastoid, ketajaman pendengaran.dll
 Hidung dan mulut, ada atau tidaknya trismus (kesukaran membuka
mulut), bibir, gusi ada atau tidaknya tanda radang, perdarahan lidah,
salvias, faring, larring dll.

 Periksa ada atau tidaknya kaku kuduk, massa di leher (jika ada periksa
ukuran, bentuk, posisi, konsistensi) dan ada atau tidaknya nyeri telan dll.

e. Pemeriksaan dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung. Secara umum periksa bentuk
dada dan keadaan paru (simetris atau tidak), pergerakan napas, ada atau tidaknya
fremitus suara, krepitasi, perkusi daerah dada untuk menentukan batas kelainan,
dan auskultasi untuk menentukan abnormalitas sistem pernapasan. Pada saat
pemeriksaan jantung, periksa denyut apeks (dikenal dengan iktus kordis) dan
aktivitas ventrikel, getaran bising (thrill) bunyi jantung tambahan atau bising
jantung dll.

f. Pemeriksaan abdomen
Data yang dikumpulkan antara lain adalah ukuran atau bentuk perut, dinding
perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut, atau adanya nyeri tekan.
Selanjutnya lakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing untuk
memeriksa ada atau tidaknya nyeri dan pembesaran pada organ tersebut.
Kemudian periksa daerah anus, rektum dan genetalia.

g. Pemeriksaan ekstrimitas dan neurologis


Pemeriksaan anggota gerak ini meliputi adanya rentang gerak, keseimbangan dan
gaya berjalan, genggam tangan, dan otot kaki. Periksa apakah ada kontraktur atau
tidak dll

Kemudian, pada pemeriksaan neurologis periksa tanda-tanda gangguan neurologis


seperti kejang, tremor, parese dan paralisis, pemeriksaan reflek superficial, reflex
tendon dalam, refleks patologis, tanda rangsang meningeal, kaku kuduk,
pemeriksaan brudzinzki, dan tanda kerning (hambatan atau rasa sakit daerah
ekstrimitas bawah ketika dilakukan flesksi), uji kekuatan otot tonus, pemeriksaan
saraf otak dll.
2.4 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1) Nyeri b.d iritasi mukosa lambung, perporasi mukosa, kerusakan jaringan
lunak pasca operasi
2) Ketidakseimbangan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
anoreksia
3) Resiko Tinggi syok hipovolemik b.d penurunan volume darah sekunder
akibat hematemesis dan melena massif
4) Resiko injuri b.d pascaprosedur bedah gastrektomi
5) Resiko ketidakefektifan jalan nafas b.d penurunan kemampuan batuk, nyeri
pasca operasi
6) Resikotinggi ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
intake makanan yang tidak adekuat
7) Resiko ketidakseimbangan elektrolit b.d keluarnya cairan akibat muntah
berlebihan, respon perubahan pasca bedah gastreoktomi
8) Kecemasan b.d prognosis penyakit, kesalahan interprestasi terhadap
informasi, dan rencana pembedahan.
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri Tujuan: 1. Pantau tingkat dan 1. Tingkat dan intensitas nyeri merupakan
Setelah dilakukan intensitas nyeri data dasar yang dibutuhkan perawat
perawatan , klien 2. Ajarkan teknik relaksasi sebagai pedoman pengambilan
melaporkan nyeri (nafas dalam dan masase) intervensi, sehingga setiap perubahan
berkurang atau hilang. 3. Beri kompres hangat yang terjadi harus terus dipantau.
Klien dapat 4. Beri posisi yang nyaman 2. Teknik relaksasi (nafas dalam) dapat
mengkompensasi nyeri 5. Kondisikan lingkungan yang membantu menurunkan ketegangan otot,
dengan baik tenang di sekitar klien menurunkan mediator stress seperti
6. Edukasi klien untuk banyak katekolamin dan menigkatkan endorphin
Kriteria Hasil: istirahat yang dapat membantu untuk mengurangi
- Skala nyeri 0-4 7. Edukasi klien untuk rasa nyeri.
- Grimace (-) melakukan distraksi dengan 3. Kompres hangat dapat memberikan efek
- Gerakan melokalisir melakukan aktivitas hobby, vasodilator dan relaksasi otot sehingga
nyeri (-) membaca, atau berinteraksi dapat digunakan sebagai terapi penurun
- Gerakan bertahan sosial dengan klien lain ketegangan yang dapat berpengaruh
(defensife) pada 8. Kolaborasi pemberian terhadap penurunan nyeri. Namun harus
daerah nyeri (-) analgesik sesuai program diperhatikan penggunaannya pada pasien
- Klien tenang terapi dengan perdarahan.
4. Posisi yang nyaman membantu
menurunkan ketegangan otot. Posisi
tidur yang salah dapat mencetuskan
kekakuan otot yang mengakibatkan
rasa nyaman terganggu
5. Kondisi lingkungan yang tenang dapat
membantu menurunkan tingkat stress
klien sehingga dapat mempengaruhi
respon klien terhadap nyeri.
6. Istirahat yang tidak adekuat
menurunkan kemampuan seseorang untuk
menoleransi nyeri dan menghabiskan
energi yang dibutuhkan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas sosial.
Aktivitas sosial dapat membantu klien
untuk mengalihkan perhatian dari nyeri
yang dirasakan.
7. Distraksi merupakan salah satu
alternatif penurun nyeri dengan cara
mengalihkan perhatian dari sumber
nyeri. Diharapkan klien dapat
melupakan nyeri ketika melakukan
aktifitas yang disenanginya.
8. Analgesik berfungsi untuk melakukan
hambatan pada sensor nyeri sehingga
sensasi nyeri pada klien berkurang.
2 Ketidakseimbangan Tujuan: 1.
Berikan perawatan oral 1. Perawatan oral dapat mencegah
Nutrisi Klien memenuhi kebutuhan teratur ketidaknyamanan karena mulut kering,
nutrisi harian sesuai dengan 2.
Catat berat badan saat bibir pecah dan bau tidak sedap yang
tingkat aktivitas dan masuk dan bandingken dapat menurunkan nafsu makan klien
kebutuhan metabolik dengan saat berikutnya 2. Berat badan merupakan data yang
3. Pemeriksaan diperlukan perawat untuk
Kriteria hasil:
-Klien dapat menjelaskan laboratorium/Hb-Ht- mengevaluasi perkembangan terapi
tentang pentingnya nutrisi elektrolit-Albumin nutrisi klien sehingga perawat dapat
bagi klien 4. Jelaskan tentang perlunya menyesuaikan terhadap kebutuhan
-Bebas dari tanda konsumsi karbohidrat, intervensi
malnutrisi lemak, protein, vitamin, 3. Nilai laboratorium merupakan data
-Mempertahankan berat mineral dan cairan yang yang diperlukan perawat untuk
badan stabil adekuat mengevaluasi keberhasilah atau
-Nilai laboratorium normal 5. Konsultasikan dengan ahli keefektifan intervensi sehingga perawat
(Hb, Albumin) gizi untuk menetapkan dapat menentukan intervensi yang
kebutuhan kalori harian dan sesuai bagi klien
jenis makanan yang Pendidikan pada klien perlu
sesuai bagi klien dilakukan agar klien mengerti dan
paham tentang intervensi yang
6. Anjurkan klien istirahat dilakukan perawat sehingga
sebelum makan diharapkan klien dapat bersikap
7. Tawarkan Makan sedikit adaptif.
namun sering 5. Ahli gizi dapat menghitung kalori yang
8. Batasi asupan cairan saat dibutuhkan klien menurut aktivitas yang
makan dilakukan klien, sehingga diharapakan
9. Sajikan makanan dalam jumlah asupan kalori yang dikonsumsi
keadaan hangat klien dapat memenuhi kebutuhan harian,
Kolaborasi cairan. IV tidak kekurangan dan tidak berlebihan.
6. Kondisi tegang dapat menurunkan nafsu
makan klien, istirahat dapat mengurangi
ketegangan klien sehingga dapat
membantu klien dalam meningkatkan
nafsu makan
7. Makan terlalu banyak dalam satu waktu
dapat menyebabkan distensi lambung
yang berakibat ketidaknyamanan bagi
klien sehingga nafsu makan klien makin
menurun
8. Asupan cairan berlebih saat makan
menyebabkan distensi lambung yang
mengakibatkan ketidaknyamanan.
9. Makanan yang sudah dingin
menyebabkan rasa yang kurang
menyenangkan bagi klien sehingga
menurunkan nafsu makan klien
10. Cairan glukosa IV dapat diberikan
apabila pasien benar-benar tidak
mendapatkan asupan per-oral, cairan
glukosa IV juga dapat menyediakan
kalori bagi klien sehingga klien tidak
mengalami kekurangan nutrisi yang
4. ekstrim.
Daftar pustaka

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik


Klinis.
Jakarta: EGC
Chang, Ester. 2010. Patofisiologi: Aplikasi Pada Praktik Keperawatan.
Jakarta: EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:
EGC
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
Hidayat, A. Aziz alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia-Aplikasi
KOnsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Inayah, Iin. 2004. Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika

Nurjannah, Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC & NIC.


Yogyakarta: Moco Media

Potter, Patricia A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses


dan Praktik. Jakarta: EGC

Setiawati, Santun. 2008. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan.


Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai