ULKUS PEPTIKUM Baru
ULKUS PEPTIKUM Baru
1.1 Definisi
Ulkus peptikum adalah ekskavasasi (area berlubang) yang terbentuk dalam
dinding mukosal lambung, pilorus, duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum
disbut juga sebagai ulkus lambung, duodenal atau esofageal, tergantung pada
lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
1.3 Etiologi
Bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai factor
penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran GI yang
terpajang pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya menurut
beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan adalah
factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung emosional,
tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti.
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara
selresi cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa
gastroduodenal dan netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum. (Arif
Mutaqqin,2011)
Penyebab khususnya diantaranya :
a. Infeksi bakteri H. pylori
b. Peningkatan sekresi asam
c. Konsumsi obat-obatan
d. Stres fisik
e. Refluks usus lambung
1.4 Patofisiologi
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidrochlorida dan
pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja
asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa.
1) Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
a. Sefalik Fase pertama
Dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang
bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf
vagal. Intinya, makanan yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan
sedikit efek pada sekresi lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering
secara konvensional diberikan pada pasien dengan ulkus peptikum.
b. Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi
dan mekanis terhadap reseptor dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan
sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
c. Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung. Pada
manusia, sekresi lambung adalah campuran mukokolisakarida dan mukoprotein
yang disekresikan secara kontinyu melalui kelenjar mukosa. Mucus ini
mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap asam. Asam hidroklorida
disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat karena mekanisme
neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung dan usus. Bila
asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan bila lapisan luar
mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida bersama dengan
pepsin akan merusak lambung.
Ulkus peptikum terjadi karna ketidakseimbangan pada mekanisme
pertahanan mukosa gastroduodenal dan kerusakan mukosa karna asam lambung
serta pepsin, dengan kombinasi jejas lingkungan atau imunologik yang turut
menyertai. Pertahanan mukosa terganggu oleh iskemia dan syok, pengosongan
lambung yang lambat, atau refluks duodenum-lambung. Pertahanan yang normal
meliputi:
a. Sekresi mukus permukaan dan bikarbonat
b. System transport sel epitel apical
c. Aliran darah mukosa yang mempertahankan integritas mukosa dan regenerasi
epitel
d. Prostaglandin
Sebagian besar ulkus peptikum disebabkan oleh infeksi H. pylori, bakteri ini
menyebabkan jelas lewat beberapa mekanisme:
1) H. pylori menyekreksikan urease, protease, dan fosfolipase yang bersifat
toksik langsung terhadap mukosa.
2) Lipopolisakarida bakteri menstimulasi produksi sitokin proinflamatorik oleh
mukosa yang merekrut dan mengaktifkan sel-sel inflamasi, selanjutnya
melepaskan protease dan radikal bebas yang berasal dari oksigen.
3) Faktor yang mengaktifkan trombosit dari bakteri memicu trombosit kapil.
4) Kerusakan mukosa memungkinkan bocornya nutrien ke dalam lingkungan-
mikro permukaan, dengan demikian menahan kuman di dalam lapisan
mukosa.
Pathway
1.5 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang selama beberapa hari, minggu, atau
beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya sampai terlihat kembali, sering
tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi. Banyak individu mengalami gejala
ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau hemoragi yang tanpa adanya
manifestasi yang mendahului.
a. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk
atau sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung.
b. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada
esophagus dan lambung, yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi
asam.
c. Muntah : meskipun jarang pada ulkus duodenal tak terkomplikasi, muntah
dapat menjadi gejala ulkus peptikum.
d. Konstipasi dan perdarahan : konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus,
kemungkinan
1.6 Klasifikasi
Klasifikasi ulkus berdasarkan lokasi:
Ulkus duodenal Ulkus Lambung
Insiden Insiden
Usia 30-60 tahun Biasanya 50 tahun lebih
Pria: wanita3:1 Pria:wanita 2:1
Terjadi lebih sering daripada ulkus
lambung
Tanda dan gejala Tanda dan gejala
Hipersekresi asam lambung Normal sampai hiposekresi asam
Dapat mengalami penambahan berat lambung
badan Penurunan berat badan dapat terjadi
Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; Nyeri terjadi ½ sampai 1 jam setelah
sering terbangun dari tidur antara jam 1 makan; jarang terbangun pada malam
dan 2 pagi. hari; dapat hilang dengan muntah.
Makan makanan menghilangkan nyeri Makan makanan tidak membantu dan
Muntah tidak umum kadang meningkatkan nyeri.
Hemoragi jarang terjadi dibandingkan Muntah umum terjadi
ulkus lambung tetapi bila ada milena Hemoragi lebih umum terjadi daripada
lebih umum daripada hematemesis. ulkus duodenal, hematemesis lebih
Lebih mungkin terjadi perforasi daripada umum terjadi daripada melena.
ulkus lambung.
1.7 Komplikasi
a. Kadang-kadang suatu ulkus menembus seluruh lapisan mukosa sehingga
terjadi perforasi usus, karena isi usus tidak steril, hal ini dapat
menyebabkan infeksi rongga abdomen. Nyeri pada perforasi sangat hebat
dan menyebar. Nyeri ini tidak hilang dengan makan atau antasida.
b. Obstruksi lumen saluran GI dapat terjadi akibat episode cidera,
peradangan dan pembentukan jaringan perut yang berulang-ulang.
Obstruksi paling sering terjadi di saluran sempit antara lambung dan usus
halus ada di pylorus (Sfingter di lokasi ini).
c. Dapat terjadi perdarahan apabila ulkus menyebabkan erosi suatu arteri atau
vena di usus. Hal ini dapat menyebabkan hematemesis (muntah darah)
atau melena (keluarnya darah saluran GI atas melalui tinja). Apabila
perdarahannya hebat dan mendadak, maka dapat timbul gejala-gejala syok.
Apabila perdarahannya lambat dan samar maka dapat terjadi anemia
hipokronik mikrosisik.
1.8 Penatalaksanaan
Sasaran penatalaksanaan ulkus peptikum adalah untuk mengatasi keasaman
lambung. Beberapa metode digunakan untuk mengontrol keasaman lambung
termasuk perubahan gaya hidup, obat-obatan, dan intervensi pembedahan.
Penurunan Stres dan Istirahat. Pasien memerlukan bantuan dalam
mengidentifikasi situasi yang penuh stres atau melelahkan.
Penghentian Merokok. Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok
menurunkan sekresi bikarbonat dari pancreas ke dalam duodenum.
Modifikasi Diet. Tujuan diet untuk pasien ulkus peptikum adalah untuk
menghindari sekresi asam yang berlebihan dan hipermotilitas saluran GI. Hal ini
dapat diminimalkan dengan menghindari suhu ekstrem dan stimulasi berlebihan
makan ekstrak, alkohol, dan kopi.
Obat-obatan. Saat ini, obat-obatan yang paling sering digunakan dalam
pengobatan ulkus mencakup antagonis reseptor histamin (antagonis reseptor H₂),
yang menurunkan sekresi asam lambung; inhibitor pompa proton, yang juga
menurunkan sekresi asam; agen sitoprotektif, yang melindungi sel mukosa dari
asam; antasida, antikolinergis, yang menghambat sekresi asam atau kombinasi
antibiotik dengan garam bismut untuk menekan bakteri H. pylori.
Intervensi Bedah. Pembedahan biasanya dianjurkan untuk pasien dengan ulkus
yang tidak sembuh (yang gagal sembuh setelah 12 sampai 16 minggu pengobatan
medis), hemoragi yang mengancam hidup, perforasi, atau obstruksi. Prosedur
pembedahan mencakup vagotomi, vagotomi dengan piloroplasti, atau Biilroth I
atau II.
BAB 2
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama :
Tempat tanggal lahir :
Status perkawinan :
Agama :
Pendidikan :
Alamat :
Keluarga yang dapat dihubungi :
Yang dimaksud ADL antara lain seperti makan, berpakaian, mandi, toileting,
mobilitas ditempat tidur, berbelanja, memasak, berpindah, berjalan, ROM dll
2.5.1 Nutrisi
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian nutrisi meliputi diet
khusus atau suplemen yang dikonsumsi, instruksi diet sebelumnya, nafsu makan,
jumlah makanan atau minuman serta cairan yang dikonsumsi setiap hari, fluktuasi
BB, gangguan pada pencernaan, komposisi makanan yang dikonsumsi (termasuk
didalamnya pemenuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dll)
2.5.2 Eliminasi
Data yang dikumpulkan dalam pengkajian eliminasi meliputi pola kebiasaan
defekasi setiap hari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, disuria,
nocturia, hematuria, retensi, inkontinensia.
c. Pada mata dapat dilihat dari visus, palpebra, alis bulu mata, konjungtiva,
sklera, kornea, pupil dan lensa. dll
d. Pada telinga dapat dilihat dari daun telinga, liang telinga, membran timpani,
mastoid, ketajaman pendengaran.dll
Hidung dan mulut, ada atau tidaknya trismus (kesukaran membuka
mulut), bibir, gusi ada atau tidaknya tanda radang, perdarahan lidah,
salvias, faring, larring dll.
Periksa ada atau tidaknya kaku kuduk, massa di leher (jika ada periksa
ukuran, bentuk, posisi, konsistensi) dan ada atau tidaknya nyeri telan dll.
e. Pemeriksaan dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung. Secara umum periksa bentuk
dada dan keadaan paru (simetris atau tidak), pergerakan napas, ada atau tidaknya
fremitus suara, krepitasi, perkusi daerah dada untuk menentukan batas kelainan,
dan auskultasi untuk menentukan abnormalitas sistem pernapasan. Pada saat
pemeriksaan jantung, periksa denyut apeks (dikenal dengan iktus kordis) dan
aktivitas ventrikel, getaran bising (thrill) bunyi jantung tambahan atau bising
jantung dll.
f. Pemeriksaan abdomen
Data yang dikumpulkan antara lain adalah ukuran atau bentuk perut, dinding
perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut, atau adanya nyeri tekan.
Selanjutnya lakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing untuk
memeriksa ada atau tidaknya nyeri dan pembesaran pada organ tersebut.
Kemudian periksa daerah anus, rektum dan genetalia.