Anda di halaman 1dari 2

Saudaraku, ketika kita tamat Sekolah Dasar (SD), kita dapat ijazah; selembar kertas.

Begitupun saat
tamat SMP, SMA dan Universitas, juga mendapatkan selembar kertas. Saat kita punya rumah, bukti
kepemilikannya kertas. Memiliki motor, mobil, tanah, deposito, saham semuanya hanya kertas.

Bahkan saat selesai ijab-kabul, punya isteri (atau suami) buktinya juga kertas. Untuk semua kertas-kertas
itu, orang bekerja siang dan malam, sampai-sampai melupakan selembar kertas paling penting dalam
perjalanan hidupnya, yaitu surat kematian.

Itulah kertas paling berharga bagi anak manusia sebab saat ia diterbitkan, sang pemilik kertas tak lagi
bisa melihatnya. Saat itu, manusia telah kembali kepada Allah SWT, dan bertanggung-jawab atas semua
lembaran “kertas kehidupannya”.

Dunia yang dikejarnya dengan segala kesungguhan, berakhir sudah. Allah berfirman,

َ َ ‫ير ُم ْست‬
‫طر‬ ٍ ‫ير َو َك ِب‬
ٍ ‫ص ِغ‬ ُّ ‫ش ْيءٍ فَعَلُوهُ فِي‬
َ ‫الزب ُِر () َو ُك ُّل‬ َ ‫)( َو ُك ُّل‬
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada di tangan
Malaikat). Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis”. (QS. al-Qomar: 52-53)

Kertas kehidupan manusia akan mulai dibuka oleh Allah, dan umat ini menjadi yang pertama dihisab.
Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas (RA), Rasulallah ‫ ﷺ‬berkata “Kita adalah umat
terakhir (di dunia), tapi yang pertama dihisab (di akhirat).” Seorang sahabat bertanya, “Dimanakah umat-
umat yang lainnya dan Nabi mereka?” Rasulallah ‫ ﷺ‬menjawab, “Kita adalah yang terakhir dan yang
pertama”. (HR Ibn Majah)

Lalu, apa hikmah dicatatnya amal perbuatan manusia? Bukankah Allah Maha Mengetahui segala hal,
bahkan yang terdetik di hati seorang hamba sekalipun? Salah satu hikmahnya adalah membuktikan
keadilan Allah. Karena di hari kiamat kelak, manusia akan diminta untuk membaca catatan amalnya
sendiri, menghisab dirinya dan mengakui segala dosanya.

‫ا ْق َرأْ ِكتَابَ َك َكفَى بِنَ ْف ِس َك ْاليَ ْو َم َعلَي َْك َح ِسيبًا‬


“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu”. (QS. Al-Israa:
14)

Mula-mula orang-orang kafir Mekkah tidak percaya dengan hari kebangkitan, sebab setelah kematian,
manusia akan hancur dimamah bumi. Tetapi, Allah mengaskan, “Apakah manusia mengira, bahwa kami
tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang belulangnya?. Bukan demikian, sebenarnya Kami kuasa
menyusun (kembali) jari jemarinya dengan sempurna”. (QS al-Qiyamah 3-4)

Pada ayat itu, Allah menyebutkan secara khusus (ujung) jari-jemari manusia. Mengapa demikian? Sebab
ujung jari-jemari manusia tak ada yang sama.

Sejak Professor Jan Evangelista Purkyně (1787–1869), seorang ahli anatomi dari Universitas Breslau,
Republik Ceko, menemukan formula sembilan sidik jari, para ahli forensik meyakini bahwa potensi
kesamaan sidik jari manusia hanyalah satu dari dua milyar orang!. Artinya, pada setiap manusia, sidik
jarinya berbeda, dan Allah Maha Mampu mengembalikannya.

Maka, ketika lembaran kertas kehidupan dibagikan, setiap manusia berlutut dan menanti panggilan-Nya.
Allah berfirman, “Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil untuk
(melihat) buku catatan amalnya..”. (QS. Al-Jaatsiyaat: 28).
Dan, ketika ada seorang yang membantah atau mengajukan alibi, Allah berfirman: “Pada hari ini Kami
tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan kaki mereka memberi kesaksian
terhadap apa yang dahulu mereka lakukan”. (QS. Yaasiin: 65)

Saudaraku, seorang yang beriman akan menanti laporan kertas kehidupannya dengan dada yang
berdebar bahagia. “Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya dengan gembira.”
(QS. Al-Insyiqaaq: 7-9).

Karena itulah, Rasulallah ‫ ﷺ‬sering berdoa, “Allahuma hasibni hisaban yasiira” (Ya, Allah hisablah aku
dengan hisab yang mudah). Demi mendengar doa Nabi itu, Aisyah bertanya, “Apa maksudnya hisaban
yasiira?” Rasulallah ‫ ﷺ‬menjawab, “Dia tidak dihisab (dengan detail), tetapi sebatas dipamerkan. Adapun
yang dihisab (dengan detail) dan dipertanyakan (ini-itu), maka akan diazab”.

Sementara, orang-orang yang lalai, kafir dan munafiq, mereka akan menerima kertas kehidupannya dari
sebelah kirinya. “Adapun orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya, maka dia
berkata: “Aduhai, alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini)”. (QS. Al-Haaqqoh: 25-
27)

Para ahli mengatakan, setelah seseorang dinyatakan meninggal secara medis hatinya masih berfungsi
selama sekian menit, otaknya berfungsi selama dua puluh menit, matanya berfungsi selama tiga jam,
tulangnya berfungsi selama tiga puluh hari. Tersisa amal shalehnya yang menemaninya hingga hari
kiamat kelak.

Karena itulah, betapa rugi orang-orang yang menjadikan dunia adalah tujuan hidupnya. Ali bin Abi Thalib
berkata, “setiap kenikmatan selain surga hanyalah tipuan; dan setiap musibah selain neraka hanyalah
peringatan.”

Semoga kita termasuk orang-orang yang berbahagia saat mendapatkan kertas kehidupan kita kelak.
🤲🤲

Anda mungkin juga menyukai