Anda di halaman 1dari 25

BAB I

TINJAUAN SECARA TEORITIK

A. Gambaran Umum Pasien


Pasien masuk RSP Unhas pada hari Selasa, 15 Oktober 2019 pukul 05.00
WITA. Adapun untuk kasus ini diambil pada hari Rabu, 16 Oktober 2019 dengan
keluhan utama pasien yaitu pendarahan per vaginum. Ny. N merupakan salah
satu pasien yang dirawat di Bagian perawatan III lantai 3 nomor 323 di Rumah
Sakit Pendidikan Unhas. Ny. N didiagnosis mengidap Abortus Inkomplit terjadi
pada kehamilan kedua Trimester pertama (13 minggu).
B. Gambaran Umum Penyakit
1. Abortus Inkomplit
a. Definisi abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus (Sastrawinata, 2005).
b. Etiologi dan Faktor resiko
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor yaitu,
kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, Kelainan pada plasenta, Penyakit
ibu, Kelainan Traktus genitalis, usia ibu paritas atau spasing
(Prawirohardjo, 2009). Kehamilan diusia kurang dari 20 tahun dapat
menimbulkan masalah seperti abortus karena kondisi fisik yang belum
100% siap. Usia lebih dari 35 tahun digolongkam dengan kehamilan
berisiko tinggi yang dapat membahayakan ibu dan janinnya.
Beberapa faktor yang merupakan predisposisi terjadinya abortus
missalnya faktor janin, faktor maternal, factor lingkungan, umur, paritas,
pekerjaan dan riwayat abortus. Resiko abortus semakin tinggi dengan
bertambahnya paritas dan semakin bertambahnya usia ibu
(Wahyuni, 2017)

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 1


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
c. Gejala
Abortus Inkomplit sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal
di dalam uterus di mana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri atau menonjol
pada ostium uteri eksternum. Perdarahan biasanya masih terjadi
jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang
tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam keadaan
anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
(Annisa, 2016)
d. Prinsip Penatalaksanaan
Abortus Inkomplit harus segera dibersihkan dengan curettage atau
secara digital. Selama masih ada sisa-sisa plasenta akan terus terjadi
pendarahan (Pudiastuti,2012: 48)
1) Terapi abortus dengan curetase
2) Perawatan pasca tindakan
3) Pemantauan pasca abortus
4) Lakukan konseling.
5) Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk
mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuap dari serviks.
6) Jika perdarahan berat atau usia kehamilan kurang dari 16
minggu, lakukan evaluasi isi uterus. Aspirasi vacuum manual
(AVM) adalah metode yang dianjurkan. Kuret tajam sebaiknya
hanya dilakukan bila AVM tidak tersedia. Jika evaluasi tidak dapat
segerah dilakukan, berikan ergometri 0,2 mg IM (dapat di ulang
15 menit kemudian bila perlu).
7) Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU
oksitosin dalam satu liter NaCl 0,9% atau ringer laktat dengan

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 2


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
kecepatan 40 tetes/menit untuk membantu pengeluaran hasil
konsepsi.
8) Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit
selama 2 jam. Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
9) Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopis dan kirimkan
untuk pemeriksaan patologi kelaboratorium.
10) Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut
abdomen, dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa
kadar hemoglobin setelah 24 jam. Bila hasil pemantauan baik dan
kadar hb>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan pulang (WHO, 2013:
87).
e. Penatalaksanaan diet
Pasien di diagnosis abortus inkomplit, yang menyebabkan pasien
mengalami anemia dan membutuhkan asupan yang lebih banyak ubtuk
membantu memulihkan kondisi fisik pasien. Maka pasien diberikan Diet
energi tinggi protein (EPTP).
Diet energi tinggi protein (EPTP) adalah diet yang mengandung
energi dan protein di atas kebutuhan normal, diet diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambahkan makanan sumber protein tinggi seperti
susu,telur dan daging atau dalam bentuk minuman enteral energi tinggi
protein tinggi. (Sunita, 2006)
Tujuan diet untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang
meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan dan
menambah berat badan hingga mencapai batas normal. (Sunita, 2006)
Syarat diet
• Energi tinggi, yaitu 40-45 kkal/kg BB
• Protein tinggi yaitu 2,0-2,5 g/kg BB
• Lemak cukup yaitu 10-25 % dari kebutuhan energi total
• Karbohidrat cukup yaitu sissa dari kebutuhan energi total

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 3


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
• Vitamin dan mineral cukup,sesuai dengan kebutuhan normal
• Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
Banyak sumber bahan makanan yang dianjurkan dalam diet TKTP,
namun ada beberapa bahan maupun cara pengolahan yang tidak
dianjurkan untuk diet TKTP seperti makanan yang dimasak dengan
santan kental, minyak kelapa juga minuman yang memiliki kadar energi
rendah dan pengunaan bumbu bumbu tajam.

C. Proses Pengkajian Dasar Pasien


1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
No. Rekam Medik : 12-99-76
Jenis Kelamin : Perempuan
TTL / Umur : Kendari, 8 Januari 1994 / 25 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga yang sedang berkuliah S2
Suku : Tolaki, Kendari
Tanggal MRS :Selasa, 15 Agustus 2019
Tgl. Pengambilan Kasus : Rabu, 16 Oktober 2019
Bagian : Obgin
Diagnosa : Abortus Inkompit
2. Data Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengalami pendarahan per vaginum, setelah melalui
pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah sel darah putih meningkat
dan hemoglobin rendah. Jadi pasien mengalami Leukositosis dan
anemia. Setelah pemeriksaan dokter, pasien didiagnosa mengalami
Abortus Inkomplit.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 4


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mengalami Fertigo dan maag.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki penyakit serupa. Hanya saja ibu
pasien meninggal akibat gagal ginjal.
d. Riwayat Gizi Sekarang
1) Ny. N diberikan diet makanan lunak dari instalasi gizi RSP Unhas.
2) Nafsu makan Ny. N kurang
3) Pola Makan selama di RSP Unhas sekali sehari dikarenakan hari
pertama melakukan operasi dan hari kedua hanya mengonsumsi
sarapan dan diizinkan untuk raway jalan.
 Hari pertama mengonsumsi ¼ porsi bubur, sayur dan lauk
hewani. Lauk nabati tidak dikonsumsi
 Hari kedua mengonsumsi ¾ porsi bubur dan sayur, ¼ porsi lauk
hewani, 1 porsi lauk nabati
4) Tidak ada alergi terhadap makanan dan obat.
5) Hasil Recall 24 Jam (16 Oktober 2019)
Energi : 631,6 kkal (32,49 %)
P : 36,2 g (37,24 %)
KH : 74,8 g (25,65 %)
L : 19,1 g (43,11 %)
Fe : 6,2 mg (51,67 %)
e. Riwayat Gizi Dahulu
1) Pola makan dua kali sehari
2) Sering mengonsumsi susu kambing
3) Tidak suka makan daging ayam
4) Tidak suka mengonsumsi gorengan
5) Mengonsumsi telur sekali seminggu
6) Mengonsumsi biskuit dan roti dua kali seminggu
7) Suka mengonsumsi sayur seperti labu kuning dan bayam

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 5


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
8) Suka mengonsumsi buah seperti apel, semangka dan pir. Bahkan
biasa mengganti makan utama dengan mengonsumsi buah.
9) Suka mengonsumsi mie instan ditambah tomat
10) Suka mengonsumsi ikan
11) Mengonsumsi tempe dan tahu dua kali seminggu
12) Menambahkan madu dalam masakan
f. Riwayat Sosial Ekonomi
Ny. N adalah seorang Ibu Rumah Tangga yang sedang berkuliah S2.
Tinggal bersama suami dan seorang anak. Pekerjaan suami kepala Depo
Sari Roti. Beragama Islam dan suku Tolaki, Kendari.
3. Data Obyektif
a. Data Antropometri
Data antropometri pasien diambil pada tanggal 16 Oktober 2019.
Tinggi Badan (TB) : 154cm
Berat Badan (BB) : 43 kg
BBI (Berat Badan Ideal) = (TB -100) - (TB -100) 10%
= (154 -100) – (154-100) 10%
= 54 – 5,4
= 48,6 Kg
𝐵𝐵 (𝐾𝑔)
IMT (Indeks Masa Tubuh)= (𝑇𝐵 (𝑚))2
43 𝑘𝑔
= (1,54 𝑚)2

= 18,13 kg/m2 (Kurus ; DEPKES RI)


b. Data Pemeriksaan Laboratorium
Data biokimia pasien diambil pada tanggal 16 Oktober 2019. Adapun
hasil pemeriksaan pasien berdasarkan rekam medik, sebagai berikut :

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 6


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Nama Hasil Nilai Normal Interpretasi

Hb 9,7 g/dl 12-14 g/dl ↓

WBC 171.900 / µL 4.000-11.000 / µL ↑

Sumber : Data Sekunder, 2019


c. Data Pemeriksaan Fisik-Klinis
Data fisik-klinis pasien diambil pada tanggal 16 Oktober 2019.
Adapun hasil pemeriksaan pasien berdasarkan rekam medik, sebagai
berikut :
Tabel 2. Data Hasil Pemeriksaan Fisik/Klinis

Nama Hasil Nilai Normal Interpretasi

Tekanan Darah 90/60 mmHg 120/70 mmHg ↓

Nadi 80 X/mnt 60-100X/mnt Normal

Pernafasan 30 X/menit 12-20X/menit Normal

Suhu 36°C 36,5°C-37,5°C Normal

Sumber : Data sekunder, 2019.


d. Riwayat Makan
Berdasarkan hasil Recall pada tanggal 14 Oktober 2019 didapatkan
total asupan zat gizi pasien, sebagai berikut:
Tabel 3. Asupan zat Gizi Sebelum Intervensi

Energi Protein Lemak Karbohidrat Zat Besi

Asupan 631,6 kkal 36,2 gr 19,1 gr 74,8 gr 6,2 mg

Kebutuhan 1944 kkal 97,2 gr 44,3 gr 291,6 gr 12 mg

% Asupan 32,49% 37,24% 43,11% 25,67% 51,67%

Sumber : Data Primer Terolah, 2019

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 7


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
C. Penentuan Masalah Gizi
1. Diagnosa Gizi
a. Domain Intake
Tabel 4. Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain Intake
Problem Etiologi Sign
Kekurangan Asupan Nafsu makan Hasil reccal 24 jam.
Oral kurang. E : 631,6 kkal (32,49%)
P : 36,2 g (37,24%)
KH : 74,8 g (25,65%)
L : 19,1 g (43,11%)
N.I – 2.1
Kekurangan asupan oral disebabkan oleh kurang nafsu makan ditandai
dengan hasil reccal 24 jam.
E : 631,6 kkal (32,49%), P : 36,2 g (37,24%), KH : 74,8 g (25,65%),
dan L : 19,1 g (43,11%)

Problem Etiologi Sign


Asupan Mineral tidak f aktor psikologis Terjadinya
Adekuat (makan tidak teratur) pendarahan dan
Asupan zat besi (Fe)
sebesar 22,14%
NI-5.10.1
Asupan Mineral tidak adekuat disebabkan oleh faktor psikologis
(makan tidak teratur) ditandai dengan terjadinya pendarahan dan
asupan zat besi (Fe) sebesar 22,14%.

b. Domain Klinis
Tabel 5. Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain Klinis
Problem Etiologi Sign
Berat Badan Intake energi IMT 18,13 kg/m³ (kurus)
Kurang kurang selama
kehamilan
NC-3.1
Berat badan kurang disebabkan intake energi kurang ditandai dengan
IMT 18,13 kg/m2 (kurus).

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 8


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
c. Domain Behavior/perilaku
Tabel 6. Diagnosa Gizi Berdasarkan Domain Behavior
Problem Etiologi Sign
Kualitas Gizi Kesukaran Ketidakmampuan untuk
yang buruk terhadap makanan merubah pola makan (dua kali
dalam sehari)
kehidupan
NB-2.5
Kualitas gizi yang buruk dalam kehidupan disebabkan oleh kesukaran
terhadap makanan ditandai dengan ketidakmampuan untuk merubah
pola makan (dua kali sehari).

2. Diagnosa Medis
Pasien didiagnosa oleh dokter didiagnosis Abortus Inkomplit.

D. Pengkajian Jalur Pemberian Nutrisi


Pasien diberikan asupan gizi melalui oral. Pemberian makanan secara oral
adalah pemberian makanan dan minuman pada pasien secara langsung melalui
mulut. Adapun dalam kasus ini pasien masih sangat baik mobilisasinya.
Adapun hal yang perlu diperhatikan sebelum pemberian makan dan minum
pasien adalah:
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman disekitar pasien.
2. Sebelum di hidangkan, makanan di periksa dahulu, apakah sudah sesuai
dengan daftar makanan/diet pasien.
3. Usahakan makanan dihidangkan dalam keadaan hangat kecuali kontra
indikasi.
4. Sajikan makanan secukupnya, tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu
sedikit.
5. Peralatan makanan dan minuman harus bersih

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 9


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
6. Untuk pasien yang dapat makan sendiri, perhatikan apakah makanan di
makan habis atau tidak.
7. Perhatikan selera dan keluhan pasien pada waktu makan serta reaksinya
setelah makan.

E. Pengkajian Rencana Asuhan Gizi Rumah Sakit


1. Rencana Asuhan Gizi
a. Jenis Diet
Diet yang diberikan untuk pasien ini adalah Diet Energi Tinggi Protein
Tinggi (ETPT I).
b. Tujuan Diet
1) Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh.
2) Menambah berat badan hingga berat badan normal.
c. Syarat Diet
1) Energi tinggi diberikan yaitu 40 kkal/kgBB yaitu 1944 kkal
2) Protein tinggi diberikan 2 g/kg BB yaitu 20 %
3) Lemak cukup, yaitu 20% dari kebutuhan energi total yaitu 44,3 g
4) Karbohidrat cukup, yaitu 60% dari kebutuhan energi total
yaitu 291,6 g
5) Vitamin dan mineral cukup.
6) Makanan mudah dicerna.

d. Perencanaan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


Adapun kebutuhan energi per harinya sebagai berikut :
Energi = 40 kkal/kgBB
= 40 X 48,6
= 1944 kkal
Protein = 2 g/kgBB

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 10


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
= 2 X 48,6
= 97,2 g
%P = 97,2 X 4X 100 / 1944
= 38880 / 1944
= 20 %
Lemak = 20% X 1944
= 398,8 kkal
= 398,8 / 9
= 44,3 g
Karbohidrat = 60% X 1944
= 1166,4 kkal
= 1166,4 / 4
= 291,6 g

2. Rencana Edukasi dengan Penyuluhan dan Konsultasi


a. Tujuan
1 Agar Pasien
- Memperbaiki pola makan dan kebiasaan makan yang salah
- Mengerti tentang makanan yang dikonsumsi atau tidak
dikonsumsi
- Dapat menjalankan diet yang dianjurkan dengan benar
- Mematuhi diet
2 Agar Keluarga
- Dapat mengetahui makanan yang baik untuk pasien
- Dapat mengerti bagaimana pengolahan makanan yang baik
untuk pasien
b. Materi
Materi yang diberikan menjelaskan mengenai tata cara diet ETPT I.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 11


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
c. Waktu
Penyuluhan dan konsultasi dilakukan selama kurang lebih 15 menit.
d. Tempat
Kegiatan penyuluhan dan konsultasi dilakukan di ruang perawatan III
nomor 323 lantai 3 RSP Universitas Hasanuddin.
e. Metode
Penyuluhan dan edukasi dilakukan menggunakan metode pemberian
edukasi dan ceramah dengan pasien dan keluarga pasien.
f. Alat Bantu
Rencana edukasi dilakukan menggunakan alat bantu buku, pulpen
dan food picture.

3. Rencana Monitoring
Parameter yang dimonitor selama studi kasus adalah sebagai berikut:
a. Data antropometri.
b. Perubahan data pemeriksaan fisik/klinis.
c. Asupan zat gizi.
d. Pemeriksaan Biokimia.
e. Edukasi

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 12


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Monitoring Diet Pasien
Pemantauan asupan pasien dilakukan selama 2 hari dari tanggal 16
Oktober sampai 17 Oktober 2019. Pasien diberikan Diet makanan lunak dari
bagian instalasi gizi RSP Unhas saat kasus ini diambil. Adapun untuk melihat
asupan apakah terpenuhi sebelum diintervensi, maka dilakukan recall 24 jam
sebelum intervensi yaitu tanggal 16 Oktober 2019. Hasil recallnya diperoleh
persentase asupan yaitu Energi 631,6 kkal (32,49%) yaitu , Protein 36,2 gr
(37,24%), Lemak 19,1 gr (43,11%), dan Karbohidrat 74,8 gr (25,65%). Dari
hasil tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata asupan gizi masih kurang.
Berikut adalah hasil monitoring asupan pasien.
Tabel 7. Hasil Monitoring Asupan Pasien
Asupan Zat Gizi
Hari Uraian L KH
E (Kkal) P(gran) Fe (mg)
(gram) (gram)
Asupan 580,6 74,7 14 87,5 4,5
I
Kebutuhan 1944 97,2 44,3 291,6 26
16/10/2019
% Asupan 29,86% 76,86% 31,60% 30,01% 17,30%
Asupan 828,4 46,5 38,1 75,3 2,5
II
Kebutuhan 1944 97,2 44,3 291,6 26
17/10/2019
% Asupan 42,61% 47,83% 86% 25,82% 9,61%
Rata-rata % Asupan 51,16% 100,77% 74,6% 42,92% 13,45%
Sumber: Data Primer Terolah, 2019

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 13


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Intervensi pasien dilakukan selama dua hari dikarenakan pasien masuk
rumah sakit pada tanggal 15 oktober 2019 dengan keluhan utama
pendaharan per vaginum, kemudian di diagnosis abortus inkomplit sehingga
pasien harus di-curetase. Sebelum dilakukan tindakan di-curetase pasien
diharuskan berpuasa, sehingga proses intervensi dilakukan ke-esokan
harinya setelah operasi selesai dan pasien mulai bisa mengkonsumsi
makanan yang lunak.
Berdasarkan grafik di atas hasil recaall energi sebelum intervensi yaitu
32,49% sedangkan intervensi hari pertama yaitu 29,86% mengalami
penurunan dan mengalami kenaikan kembali pada kedua yaitu 42,61%,
asupan masih kurang dari kebutuhan perhari, hal ini disebabkan asupan
makanan secara keseluruhan masih sangat kurang sehingga mempengaruhi
total asupan energi yang dikonsumsi.
Berdasarkan grafik di atas hasil recall karbohidrat sebelum intervensi
yaitu 25,65%, sedangkan hasil recall intervensi hari pertama yaitu 30,01%
dan mengalami penurunan pada hari kedua yaitu 25,82% asupan ini masih
kurang dari kebutuhan, disebabkan karena kurangnya konsusmi sumber-
sumber karbohidrat.
Berdasarkan grafik di atas hasil recall protein sebelum intervensi yaitu
37,24%, sedangkan hasil recall intervensi hari pertama yaitu 76,86%, dan
mengalami penurunan pada hari kedua yaitu 47,83% asupan ini masih
kurang dari kebutuhan, disebabkan karena pasien sangat pemilih dalam
konsumsi makanan sumber hewani seperti pasien tidak suka makan ayam,
jarang mengkonsusmi telur dan tempe dan hanya menyukai makan ikan.
Berdasarkan grafik di atas hasil recall lemak sebelum intervensi yaitu
43,11%, sedangkan hasil recall intervensi hari pertama yaitu 31,60% dan
mengalami peningkatan pada pada hari kedua yaitu 86% asupan ini masih
kurang dari kebutuhan, disebabkan karena pasien tidak terlalu menyukai
makan-makanan seperti goreng-gorengan dan kurang dalam naafsu makan.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 14


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Berdasarkan grafik di atas hasil recall zat besi sebelum intervensi yaitu
51,67% sedangkan hasil recall intervensi hari pertama yaitu 17,30% dan
mengalami penurunan pada hari kedua yaitu 9,61% asupan ini masih kurang
dari kebutuhan, disebabkan karena kurangnya konsusmi sumber-sumber
bahan makanan sumber zat besi, pasien menyukai konsusmi sayur-sayur
yang hanya dimasak biasa, namun kurang konsusmi sumber sayuran yang
kaya akan sumber zat besi.

2. Evaluasi Asupan Pasien


Makanan yang diberikan kepada pasien adalah diet TKTP sesuai dengan
siklus menu 10 hari + 1 hari untuk kelas II/III serta snack 2 kali 1 kali 24 jam
dengan konsistensi lunak melalui oral karena pasien tidak memiliki keluhan
sulit menelan. Adapun pemantauan asupan pasien dilakukan selama 3 hari
dengan cara setiap hari mendatangi pasien dan melakukan recall. Asupan
zat gizi pasien dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 1. Monitoring Asupan Ny. N

120.00%

100.00%

80.00%
Rata Rata Asupan
60.00%
Sebelum Intervensi %
40.00% Kebutuhan %

20.00%

0.00%
Energi KH Protein lemak Zat Besi

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 15


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Dari grafik di atas dapat dilihat asupan pasien sebelum intervensi dan
rata-rata selama pasien diintervensi. Peningkatan zat asupan gizi makro
energi sebesar 18,67%, karbohidrat 17,28%, protein 63,57% dan lemak
sebesar 31,49%. Asupan energi dan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan
lemak) mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dikarenakan pasien
mulai mengonsumsi makanan yang disiapkan rumah sakit pada intervensi
hari pertama dan intervensi hari kedua pasien telah mengkonsumsi makanan
di rumah, karena telah diizinkan rawat jalan.
Pada saat dirawat inap pasien tetap makan walaupun dalam porsi sedikit
namun sering dan mengkonsumsi sumber karbohidrat yang disukainya yaitu
labu kukus, dan pada hari kedua pasien telah diperbolehkan pulang dan
mengkonsumsi makanan rumahnya.
Sumber zat besi yang dikonsusmi pasien masih kurang sebelum
intervensi sebesar 22,45% dan setelah intervensi mengalami penurunan
yaitu sebesar 13,45% hal ini karena kurangnya nafsu makan pasien terhadap
makanan, dan pemilih juga terhadap sumber-sumber sayuran yang memiliki
kadar Fe yag tinggi.

3. Monitoring Pengukuran Antropometri


Untuk monitoring pengukuran antropometri yang dilakukan pada tanggal
15 Oktober 2019 berdasarkan hasil rekam medik yaitu:
Tabel 8. Data Monitoring Pasien
Antropometri
Nilai Status Gizi
BB (kg) TB (cm) Status Gizi
Sebelum
Intervensi 43 kg 154 cm Kurus BBi : 48,6 kg
15/10/2019 Status Gizi
Sesudah Normal:
Intervensi 43 kg 154 cm Kurus IMT=18,5-25kg/m2
17/10/2019
Sumber : Data Sekunder, 2019

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 16


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Dari tabel disimpulkan bahwa peubahan berat badan pasien sebelum
intervensi pada tanggal 15/10/2019 adalah 43 kg dengan tinggi 154 cm yaitu
status gizi kurus. Adapun setelah dilakukannya intervensi pada tanggal
17/10/2019 berat badan pasien yaitu 43 kg dan tinggi badan 154 cm status
gizi pasien tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi pasien
sebelum dan sesudah intervensi masih berada pada kategori kurang
pengukuran hanya dilakukan sekali sebelum intervensi (underweight)
(DEPKES RI, 2013).

4. Monitoring Pemeriksaan Fisik/Klinis


Hasil pemeriksaan fisik/klinis pasien tidak dapat dimonitoring. Hal ini
disebabkan pasien telah keluar dari rumah sakit pada intervensi hari
pertama. Jadi pemeriksaan fisik/klinis pasien yang ada hanya sebelum
intervensi dan sesudah intervensi pada hari pertama. Adapun data hasil
monitoring kondisi pasien dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9. Data Monitoring Kondisi Fisik/Klinis Pasien

Fisik / Klinis
Keluhan Tekanan Nilai Status Gizi
Nadi Pernapasan Suhu Fisik
Utama Darah
 Tampak kurus.  Keluhan utama :
Sebelum Pendarahan  Kulit tampak keadaan pasien
90/60 80
Intervensi per 30 x/menit 36°C lembab membaik
mmHg x/menit
15/10/2019 vaginum  Wajah terlihat
 Tekanan darah : 120/70
pucat
mmHg (Normal)
 Tampak lemas
Pusing,  Nadi : 60-100 x/menit
Sesudah  Kulit tampak
lemas dan 120/80 80  Pernapasan: 12-20
Intervensi 20 x/menit 36°C lembab
rasa ingin mmHg x/menit x/menit
17/10/2019  Wajah terlihat
terjatuh
pucat  Suhu : 36,5°C-37,5°C

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 17


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Dapat disimpulkan dari tabel bahwa kondisi fisik/klinis pasien sebelum
dan sesuadh intervensi. keluhan utama pasien sebelum intervensi pada
tanggal15/10/2019 yaitu Pendarahan per vaginum dengan tekanan darah
90/60 mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 30 x/menit, suhu 36°C dan kondisi
fisik Tampak kurus, kulit tampak lembab serta wajah yang terlihat pucat.
keluhan utama pasien setelah intervensi pada tanggal 17/10/2019
yaitu pusing, lemas dan rasa ingin terjatuh dengan tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 80 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36°C dan kondisi fisik
Tampak kurus, kulit tampak lembab serta wajah yang terlihat pucat.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa ada perubahan yang
signifikan pada hasil pemeriksaan pasien selama 2 hari. Pada pemeriksaan
setelah intervensi tekanan darah kembali normal dan suhu normal.

5. Monitoring pemeriksaan laboratorium


Hasil pemeriksaan laboratorium diambil sebelum intervensi dilihat
berdasarkan rekam medik ,pemeriksaan setelah intervensi tidak dilakukan
karena pasien yang rawat inap hanya pada hari pertama intervensi, hasil
monitoring pasien dapat dilihat pada tabel yaitu:

Tabel.10 Data Monitoring pemeriksaan laboratorium


Laboratorium
Hemoglobin Nilai Status Gizi
(Hb)
Sebelum
Intervensi 9,7 g/dl
15/10/2019
Hemoglobin : 12-14 g/dl
Sesudah
Intervensi 8,0 g/dl
17/10/2019

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 18


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Berdasarkan tabel diatas, pemeriksaan monitoring pemeriksaan
laboratorium sebelum intervensi pada tanggal 15/10/2019 kadar hemoglobin
(Hb) pasien 9,7 g/dl dan setelah intervensi pada tanggal 17/10/2019 kadar
hemoglobin (Hb) pasien 8,0 g/dl, mengalami penurunan yang disebabkan
karena pasien telah melakukan curtase dan kehilangan daran sebanyak 50
cc selama operasi berlangsung.
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kadar hemoglobin pasien
menurun dan tidak sesuai dengan nilai normal yaitu hemoglobin : 12-14 g/dl
pada wanita, namun pasien diizinkan rawat jalan dan disarankan untuk
melakukan check up kembali.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 19


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
B. Pembahasan
Pasien masuk di RSP Unhas dengan keluhan utama mengalami pendarahan
per vaginum, setelah dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut kemudian dokter
mendiagnosis pasien mengalami abortus inkomplit. Pasien kemudian
dijadwalkan melakukan curtase.
Sebelum dan setelah pengambilan kasus, pasien diberikan diet makanan
lunak. Tujuan diberikaan diet makanan lunak adalah memberikanan makanan
dalam bentuk lunak yang mudah ditelan serta dicerna kebutuhan akan zat gizi
sesuai dengan konsidi pasien (Almatsier,2004) dan pasien juga diberikan diet
TKTP I oleh bagian instalasi gizi Rumah Sakit Unhas. Hal ini disebabkan karena
pasien baru saja melakukan operasi, dan memiliki status gizi kurang sehingga
pasien diberikan diet makanan lunak sehingga membantu pasien tetap
memenuhi nutrisi dengan makanan tekstur lunak, agar saat dikonsumsi
makanan tidak terlalu memberatkan kerja pencernaan.
Pemenuhan nutrisi berpengaruh terhadap metabolisme pasca operasi
tergantung berat ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca operasi, dan
pengaruh operasi terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan
mengabsorpsi zat-zat gizi. Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi
nitrogen dan natrium yang dapat berlangsung selama lima sampai tujuh hari atau
lebih pasca operasi. Pentingnya nutrisi yang baik pada pasien dengan luka atau
pasca operasi merupakan pondasi untuk proses penyembuhan luka dengan
cepat. Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan dan menghambat
bahkan menghindari keadaan malnutrisi. Selain itu usaha perbaikan dan
pemeliharaan status nutrisi yang baik akan mempercepat penyembuhan,
mempersingkat lama hari rawat yang berarti mengurangi biaya rawat secara
bermakna.(Ahmad, 2018)
Pasien diberikan diet TKTP I energi 2600 kkal dan protein 100 g (2 g/kg BB)
karena berdasarkan indikasi pemberiannya yaitu pasien memiliki IMT 18,5-
25kg/m² Kurus dan telah melakukan operasi curtase.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 20


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Asupan pasien sebelum intervensi dan rata-rata asupan selama pasien
diintervensi. Peningkatan zat asupan gizi makro energi sebesar 18,67%,
karbohidrat 17,28%, protein 63,57% dan lemak sebesar 31,49%. Asupan energi
dan zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) mengalami peningkatan yang
tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan oleh nafsu makan pasien yang kurang,
pemilih terhadap makanan-makanan sumber protein, menyukai sayur namun
dalam keadaan hangat dan tidak menyukai gorengan.
Pasien sangat menyukai konsusmsi buah – buahan dan juga biasa pasien
menganti makanan utamanya dengan konsumsi buah. Buah merupakan
makanan rendah kalori yang terdiri dari 80% air dan kaya serat berguna untuk
menjaga kesehatan (Walker, 2005). Dengan konsumsi buah pasien merasakan
kenyang yang lebih lama.
Bahan makanan nabati seperti sayur dan buah-buahan ini diperlukan oleh
manusia karena kandungan seratnya atau fiber. Serat ini merupakan komponen
jaringan yang pada tanaman yang tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan.
Artinya tidak ada enzim pencernaan yang mampu mengurai serat menjadi
komponen yang mudah diserap. Keadaan ini memberi keuntungan bagi manusia
terutama mengkonsumsi seratdalam jumlah yang cukup menjadikan orang tidak
mudah untuk megkonsumsi makanan lainnya. (Hamidah,2015)
Berdasarkan pengkajian riwayat gizi terdahulu pasien, diketahui bahwa
pasien memilki kebiasaan makan yang sama sebelum dan sesudah hamil, yang
seharusnya wanita hamil memerlukan tambahan energi untuk pertumbuhan
janin, plasenta dan jaringan tubuh ibu lainnya. Untuk memperkirakan jumlah
kebutuhan tambahan tidaklah mudah. Diperkirakan wanita hamil memerlukan
tambahan 7.000 kkal selama masa kehamilan Sembilan bulan atau 285 kkal /
hari (Karyadi dan Muhilal, 1985). Sementara itu menurut Hardiasyah dan V.
Tambunan estimasi tambahan energi wanita hamil trimester I,II dan III masing-
masing 185, 300 kkal/ hari.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 21


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
Hidayat (2004:98) mengemukakan bahwa pemeriksaan fisik adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan
tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis.
Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien. Kondisi fisik/klinis pasien
berdasarkan rekam medis selama proses perawatan 2 hari mengalami
perubahan kembali normal.
Di dalam penatalaksanaan gizi di RSP Unhas juga dilakukan terapi edukasi.
Ketika mengunjungi pasien dan melakukan assesment, serta diberikan kepada
pasien informasi dan edukasi terkait penyakit yang dideritanya.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan,
tentunya harus diperhatikan agar pemberian tidak kekurangan ataupun melebihi
kemampuan organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme (Departemen
Kesehatan RI, 2005)
Oleh karena tersebut terapi edukasi sangat diperlukan untuk pasien yang
menjadi salah satu bagian dari terapi di RS Unhas selain terapi diet sangat baik
untuk tetap dilakukan untuk membantu menyadarkan pasien dan memberikan
informasi pentig tentang kebutuhan akan asupan pada pasien. Hal ini sejalan
dengan teori bahwa edukasi terkait gizi juga memiliki peranan penting terkait
tingkat kesembuhan pasien dan lama rawat inapnya.
Terapi dari bagian instalasi gizi sudah sesuai dengan teori indikasi
pemberiaan diet TKTP I yaitu pada pasien yang telah melakukan operaasi
sedang, dan pasien dapat mengkonsusmsi makanan secara oral.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 22


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan dari laporan ini, yaitu:
1. Pasien Ny. N didiagnosis mengalami Abortus Inkomplit terjadi pada
kehamilan kedua Trimester pertama (13 minggu).
2. Statug gizi hasil perhitingan IMT pasien yaitu 8,13 kg/m2 (Kurus ; DEPKES
RI)
3. Diagnosis gizi pasien yaitu N.I – 2.1 :Kekurangan asupan oral, NI-5.10.1
Asupan Mineral tidak adekuat dan NB-2.5 Kualitas gizi yang buruk
4. Pasien diberi diet makanan lunak, tinggi kalori dan tinggi rotein di RSP Unhas
5. Hasil monitoring pada asupan oral pasien sebelum daan sesuadah intervensi
mengalami peningkatan konsusmsi asupan oral zat makronutrien
(karboidrat,protein dan lemak) , antropometri pasien tetap yaitu berat badan
dan tinggi badan tidak mengalami perubahan karena untuk peningkatan
terhadap nilai antropometri dibutuhkan waktu yang lama dan perbaikan
kualitas konsusmsi pada makanan dan hasil laboratorium Hb mengalami
penurunan setalah operasi karena kehilangan darah sebanyak 50 cc selama
prose curetase dan tekanan darah kembali normal.

B. SARAN
Sebaiknya sebelum pulang pasien diberikan edukasi untuk diet lanjutan
yang harus dilakukaan di rumah, untuk membantu proses pemulihan pasien
selama berada di rumah

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 23


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., Soetarjo, S., Soekarti, M . 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur
Kehidupan. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta

Alvin D, Ahmad,dkk.2018. Efektivitas Pemberian Nutrisi Adekuat dalam


Penyembuhan Luka Pasca Laparotomi. Bagian Ilmu Gizi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Lampung. Majority|. Volume 7 Nomor 2

Hidayat, A.A 2004. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika. diakses pada tanggal 31 Oktober 2019.

Pudiastuti,Ratna Dewi. Asuhan Kebidanan Pada Hamil Normal Patologi.Yogyakarta:


Nuha Medika. 2012. Diakses tanggal 27 Oktober 2019

Pitriani Risa. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Abortus Inkomplit di


Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Program Studi
Kebidanan STIKes Hang Tuah Pekanbaru. /50-Article%20Text-87-1-10-
20170209%20(3). Diakses tanggal 20 Oktober 2019

Sastrawinata, Sulaiman. (2005). Obstetri Patologi. Jakarta: Ilmu Kesehatan


Reproduksi, dan Perpustakaan Nasional. Diakses tanggal 20 Oktober 2019

Wahyuni Sri, Ngadiyono, dan Sumarni Sri.2013. Faktor Resiko Yang Berhubunagn
Dengan Kejadian Abortus Di Rsud Ungaran Jawa Tengah. Jurnal Kebidanan.
Vol. 6 No.1. http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/jurkeb/article/viewFile/2864/520. Diakses tanggal 20
Oktober 2019

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 24


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003
WHO (World Health), Manajemen Abortus Inkomplit. Jakarta.EGC.2012. diakses
pada tanggal 27 O ktober 2019.

Departemen Kesehatan Repudlik Indonesia. 1990. Buku Pedoman Pelayanan Gizi


Rumah Sakit. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Direktorat Rumah Sakit
Khusus dan Swasta, Jakarta diakses pada tanggal 27 O ktober 2019.

Walker. (2005). Eat, play and be healthy. McGraw Hill.


https://media.neliti.com/media/publications/186957-ID-studi-deskriptif-
persepsi-dan-perilaku-m.pdf .diakses pada tanggal 31 Oktober 2019.

Laporan Magang Dietetik RSP Universitas Hasanuddin-2019 25


Ulfa Mukhlisa Putri – K211 16 003

Anda mungkin juga menyukai