TEORI UTILITAS
UNIVERSITAS TADULAKO
JURUSAN AKUNTANSI
2019
kATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Penyusun menyadari makalah ini mempunyai banyak kekurangan. Krtik
dan saran yang bersifat membangun tentu sangat berarti bagi kami.
Palu, 18 – 09 - 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 5
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Teori utilitas atau teori manfaat yang diharapkan , adalah jumlah dari kesenangan
atau kepuasaan relative (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah ini, seseorang
bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan kemudian menjelaskan
kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk meningkatkan kepuasaan
seseorang. Teori ini diterbitkan oleh John von Neumann dan Oskar Morgenstern,
di mana mereka mengusulkan teori utilitas yang diharapkan sebagai teori perilaku
“seharusnya”, ini tidak dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana orang-
orang benar-benar berperilaku, tetapi bagaimana orang akan berperilaku jika
mereka mengikut persyaratan tertentu dalam pembuatan keputusan rasional. Salah
satu tujuan utama dari teori semacam itu untuk menyediakan serangkain asumsi
eksplisit, atau aksioma-aksioma, yang mendasari pengambilan keputusan rasional.
Bermula pada tahun 1713, professor asal swiss yang bernama Nicolas Bernoulli
mengajukan sebuah pertanyaan yang menggugah minat masyarakat. Ia tertarik
pada berapa banyak orang yang mempunyai uang mampu membayar untuk
bermain dengan dua peraturan berikut. (1) Sebuah koin diundi hingga sampai ke
tanah di mana bagian yang tampak adalah bagian belakang, dan (2) pemain
dibayar $2.00 jika bagian belakang yang muncul pada saat pembukaan undian,
$4.00 jika bagian belakang yang muncul pada undian kedua, $8.00 pada bagian
belakang muncul pada undian ketiga, dan $16.00 jika bagian belakang muncul
pada undian keempat, dan begitu seterusnya. Berapakah yang akan dibayar untuk
permainan berikut ini? Kebanyakan orang mau untuk membayar tidak lebih dari
sedikit dolar untuk bermain permainan tersebut.
Sejak Bernoulli pertama kali mengajukan masalah ini, masalah tersebut sudah
diberi gelar St. Petersburg Paradox. Ini adalah sebuah paradox karena nilai yang
diharapkan dari permainan (rata-rata pemberian imbalan jika permainan
dimainkan suatu jumlah yang tak ada akhirnya dari waktu) adalah tanpa batas,
sekalipun begitu sangat sedikitnorang mau membayar sejumlah uang yang sangat
besar untuk bermain. Kebenarannya bahwa rata-rata pemberian imbalan tanpa
batas, kita dapat mengkalkulasi nilai yang diharapkan dari permainan Bernoulli
dengan perkalian pemberian imbalan untuk masng-masing hasil yang mungkn
berlawanan terhadap kesempatan menyangkut hasil itu terjadi. Kesempatan dari
bagian belakang pada undian yang pertama (yang mana akan mengakibatkan
pemberian imbalan $2.00) adalah ½, kesempatan dari satu kepala yang diikuti
oleh bagian belakang suatu pemberian imabalan $4.00 adalah ¼, kesempatan dari
dua kepala yang diikuti oleh bagian belakang (suatu pemberian imbalan $8.00)
adalah 1⁄8, dan pada umumnya, nilai yang dharapkan (EV) (di mana K = jumlah
undian ) adalah :
Dua puluh lima tahun setelah Nicolas Bernoulli mengajukan masalah, sepupunya
yang lebih muda, ahli matematika Daniel Bernoull, tiba pada sebuah solusi yang
berisi embrio pertama dari teori keputusan zaman. Daniel Bernoulli (1738/1954)
beralasan bahwa nilai atau manfaat dari uang merosot dengan jumlah menang
(atau telah memiliki). Secara terperinci, Bernoulli beragumentasi bahwa bila uang
bisa diwakili sebagai berikut.
Dengan mengira bahwa nilai dari tambahan uang merosot dengan kekayaan,
Bernoulli biasa menunjukkan bahwa manfaat yang diharapkan dari permainan St.
Petersburg tanpa batas sampai kapan pun.
Transitivitas. Jika pembuat keputusan yang rasional harus lebih suka hasil
A dan B, dan hasil B ke C, maka orang seharusnya lebih memilih hasil A daripada
hasil C. Misalnya, jika menjadi mahasiswa fakultas ekonomi lebih di sukai
daripada menjadi mahasiswa fakultas sastra, dan menjadi mahasiswa fakultas
sastra lebih disukai daripada menjadi mahasiswa fakultas ilmu pendidikan, maka
menjadi mahasiswa ekonomi harus lebih disukai daripada menjadi mahasiswa
fakultas ilmu pendidikan.
Sekarang anda mempunya hasil B. dalam hal yang sama, saya seharusnya
bersedia untuk menawarkan pada yang lainnya-untuk mengambil kembali hasil B
dan member hasil A (yang anda pilih adalah hasil B). ni akan membantu membuat
anda memilih hasil A. tetapi sekarang, karena pilihan anda andalah intransitive,
saya dapat menawarkan-untuk menarik kembali hasil A dan memberimu hasil C
(yang mana anda memilih hasil A). hasilnya adalah anda kembali pada dimana
anda memulai, berkurang 3 Penny (atau Rp 3 atau Rp 3.000, atau berapa pun). Di
lain kata, saya bisa lanjutkan untuk menggunakan intrasitif dalam pemilihan
sebagai suatu “pompa uang” selama aliran uang ada habis. Pada bagian
selanjutnya, kita akan mendiskusikan masalah yang mana aturan transitif dan
aturan lain dari tindakan rasional yang dilanggar.
Setelah Von Neumann dan Morgenstern (1947) mengusulkan teori manfaat yang
diharapkan, penggagas teori lain mengembangkan lanjutan dan variasinya. Satu
dari variasi yang palng terkemuka adalah “teori subjektivitas manfaat yang
diharapkan”’ mulanya dikembangkan oleh Leonard Savage. Perbedaan utama
dalam teori Savage dengan teori Non Nemanndan Mogentern adalah Savage
membolehkan pandangan, atau pribadi, kemungkinan dari hasil-hasil yang
diperoleh. Sebelum tahun 1954, kemungkinan dalam teori manfaat yang
diharapkan telah diperlakukan se bagai kemungkinan yang objektif dalam paham
klasik (berdasarkan frekuensi relative). Savage menitk beratkan teori dengan
memasukkan sudut pandang dari kemungkinan hasil yang akan terjadi.
Keadaan in adalah bagian penting dalam masalah saat kemungkinan tujuan tidak
dapat ditentukan dimuka atau saat hasil cuma akan terjadi sekali. contohnya,
dengan rencana/rancangan kerja dari teori subjektivitas manfaat yang diharapkan,
ini membuat paham untuk mempertimbangkan kemungkinan dari kejadian tak
terulang seperti perang nuklir, walaupun tidak dapat menentukan kemungkinan
nuklir itu dilandaskan pada frekuensi relative. Dalam perbedaan/pertentangan, ini
sukar untuk mengetahui apa”kemungkinan dari perang nuklir” sesungguhnya
berarti dala konteks dari teori utilitas.
Tingkah laku dapat diterangkan dengan konsep utilitas yang didefinisikan sebagai
suatu ukuran preferensi individu akan uang. Utilitas terhadap barang atau layanan
adalah nilai barang atau layanan adalah nilai barang atau layanan tersebut menurut
persepsi penggunanya. Misalnya, nilai Rp 100.000,00 bagi orang kaya hanya
setara dengan sekali makan siang. Tetapi bagi orang miskin, Rp100.000,00
tersebut bisa berarti 30 makan siang. Teori utilitas bila diterapkan pada situasi
yang menyangkut risiko, mengatakan bahwa bila seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan, maka yang dia pilih adalah pilihan yang utilitasnya tinggi.
Misalnya, premi asuransi mobil atau jiwa seharga 150 juta adalah 3,6 juta/tahun.
Maka, peserta asuransi akan dihadapkan pada alternative antara kehilangan Rp 3.6
juta (berarti Rp 10.000 perhari)dan kehilangan mobil seharga Rp 150 juta. Tentu,
siapa pun akan memilih kehilangan Rp 3,6 juta daripada kehilangan Rp 150 juta.
Alternatifnya adalah antara kehilangan Rp 10.000 perhari dan memperoleh
pertanggungan kecil. Peserta asuransi berusaha memilih yang memaksimalkan
utilitasnya. Peserta asuransi akan menjatuhkan pilihan pada asuransi yang
memberikan manfaat lebih.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
WisnuJibonk.2014.ExpectedUtilityTheory.
http://jibonk168.blogspot.co.id/2014/03/expected-utility-theory.html,
diakses tanggal 30 September 2017)