Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

“T EO RI UTILIT AS ”

DISUSUN OLEH :

NAMA : MARIA BERNADITA PONGA

NIM : C30121165

AKUNTANSI NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena atas limpahan karunia dan rahmat
nya, sehingga makalah yang berjudul “Teori Utilitas” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini di susun sebagai tugas individu, mata kuliah Akuntansi Keperilakuan.
Kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun tentunya kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan nya
maupun segi penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan
kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan informasi bagaimana caranya agar bisa membuat
strategi dan bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang di berikan
untuk membuat makalah ini, kami ucapkan Terima Kasih.

Palu, 23 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………..ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………….iii

BAB I. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang………………………………………………………………1
II. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
III. Tujuan………………………………………………………………………..1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Teori Utilitas Dalam Pengambilan Keputusan……………………………….…2


B. Prinsip Dalam Teori utilitas……………………………………………………..4

BAB III. PENUTUP

I. Kesimpulan………………………………………………………………….8
II. Saran………………………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Mempertimbangkan, memutuskan dan memilih sesuatu merupakan kegiatan
hidup sehari hari. Kadangkala, memilih bukan pekerjaan yang mudah. Memilih
memerlukan ketelitian dan proses kognitif. Tidak mengherankan jika topik pembuatan
keputusan di kaji oleh berbagai disiplin ilmu,mulai dari ekonomi, kedokteran, geografi,
matematika, sosiologi, ilmu ilmu politik, sampai psikologi. Pembuatan keputusan dapat
di telaah dari segi normatif ataupun dari segi deskriptif. Pendekatan normatif
menitikberatkan apa yang seharusnya di lakukan oleh si pembuat keputusan agar
keputusan nya bersifat rasional. Sementara pendekatan deskriptif menggambarkan apa
yang telah di lakukan oleh si pengambil keputusan. Pembuatan keputusan juga dapat di
kaji dari dua sudut preferensi terhadap resiko, yakni keputusan yang di buat tanpa
suasana resiko (Riskless choice) ataupun keputusan yag dibuat dalam suasana yang
mengandung resiko (risky choice).

II. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian teori utilitas dalam pengambilan keputusan ?
2. Jelaskan prisip dasar dalam tingkah laku memilih ?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa pengertian teori utilitas dalam pengambilan keputusan ?
2. Untuk mengetahui Jelaskan prisip dasar dalam tingkah laku memilih ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Utilitas dalam pengambilan keputusan


Tesis rasionalitas menegaskan bahwa pengambil keputusan berada pada kondisi
penguasaan penuh atas pengetahuan dan informasi dari seluruh peristiwa yang tidak di
amati. Rasionalitas menjadikan kehidupan sebagai sebuah permainan, dimana setiap
pemain mengetahui dengan tepat bahwa setiap pemain lain nya/pesaing mengetahui
cara bermain dengan baik. Ibarat permainan sepak bola, pemain mengetahui taktik dan
strategi yang akan di terapkan pihak lawan. Model ini membantu para manajer
memperoleh pengertian dan pemahaman yang mendalam, tetapi mereka tidak dapat
membuat keputusan. Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang sulit dalam
kaitan nya dengan ketidakpastian masa depan dan konflik nilai nilai atau hasil tujuan.
Pada tahun 1713, professor asal swiss yang bernama Nicolas Bernoulli
mengajukan sebuah pertanyaan yang menggugah minat masyarakat. Ia tertarik pada
berapa banyak orang yang mempunyai uang mampu membayar untuk bermain dengan
dua peraturan berikut. (1) sebuah koin di undi hingga samapi ke tanah dimana bagian
yang tampak adalah bagian belakang dan (2) pemain membayar $2.00 jika bagian
belakang yang muncul pada saat pembukaan undian, $4.00 jika bagian belakang yang
muncul pada undian ke dua, dan $16.00 jika bagian belakang muncul pada undian ke
empat, dan begitu seterusnya. Berapakah yang akan di bayar untuk permainan berikut
ini? Kebanyakan orang mau untuk membayar tidak lebih dari sedikit dolar untuk
bermain permainan tersebut.
Sejak Bernoulli pertama kali mengajukan masalah ini, masalah tersebut sudah
di beri gelar St. Petersburg paradox. Ini adalah sebuah paradox karena nilai yang di
harapkan dari permainan (rata rata pemberian imbalan jika permainan di mainkan di
suatu jumlah yang tidak ada akhirnya dari waktu) adalah tanpa batas, sekalipun begitu
sangat sedikit orang mau membayar sejumlah uang yang sangat besar untuk bermain.
Kebenaran nya bahwa rata rata pemberian imbalan tanpa batas, kita dapat
mengkalkulasi nilai yang di harapkan dari permainan Bernoulli dengan perkalian
pemberian imbalan untuk masing masing hasil yang mungkin berlawanan terhadap
kesempatan menyangkut hasil itu terjadi. Kesempatan dari bagian belakang pada
undian yang pertama (yang mana akan mengakibatkan pemberian imbalan $2.00)
adalah ½ , kesempatan dari suatu kepala yang di ikuti oleh bagian belakang suatu

2
pemberian imbalan $ 4.00 ) adalah ¼ , kesempatan dua kepala yang di ikuti oleh bagian
belakang (suatu pemberian imbalan $ 8.00) adalah 1/8 dan pada umumnya, nilai yang
ddi harapkan (EV) (Dimana K = jumlah undian) adalah :
EV ( game) = (1/2) + (1/4) ($4.00) + (1/8) ($8.00) + …..+ (1/2) ($2.00)
= $1.00 + $1.00 +…..+ $1.00
= suatu jumlah tanpa batas (uang)

Pertanyaan nya adalah kemudian kenapa orang-orang menolak untuk membayar


lebih dari sedikit dolar untuk barmain sebuah permainan dengan suatu pengembalian
yang di harapkan tanpa batas? dua puluh lima tahun setelah Nicolas Bernoulli
mengajukan masalah, sepupunya yang lebih muda, ahli matematika Daniel Bernoulli,
tiba pada sebuah solusi yang berisi embrio pertama dari teori keputusan zaman ini.
Daniel Bernoulli (1738/1954) beralasan bahwa nilai atau manfaat dari uang merosot
dengan jumlah menang (atau telah memiliki). Secara terperinci, Bernoulli
berargumentasi bahwa nilai uang bisa diwakili sebagai berikut.

Dengan mengira bahwa nilai dari tambahan uang merosot dengan kekayaan, Bernoulli
bisa menunjukan bahwa manfaat yang diharapkan dari permainan St. Petersburg tanpa
batas sampai kapanpun.

3
B. Prinsip dalam teori Utilitas
Teori utilitas atau teori manfaat yang diharapkan, diterbitkan oleh john von
Neumann dan Oskar Morgenstern , dimana mereka mengusulkan teori ulititas yang di
harapkan sebagai teori perilaku “seharusnya”, ini tidak dimaksudkan untuk
menggambarkan untuk menggambarkan bagaimana orang orang benar-benar
berperilaku, tetapi bagaimana orang akan berperilaku jika mereka mengikuti
persyaratan tertentu dalam pembuatan keputusan rasional. Salah satu tujuan utama dari
teori semacam itu untuk menyediakan serangkaian asumsi aksplisit, atau aksioma-
aksioma yang mendasari pengambilan keputusan rasional.
Formulasi teori utilitas yang diarapkan didasarkan pada enam prisip dalam
tingkah laku memilih berikut.
1. Ada urutan alternatif. Pertama tama para pengambil keputusan rasional
harus membandingkan setia dua alternatif dan memilih salah satu laternatif
dan mengabaikan yang lain (mutually exclusive). Prindip ini menyatakn
bahwa dalam menentukan pilihan A atau B,car acara penyajian pilihan A
atau B tersebut tidak memengaruhi keputusan yang di ambil. Misalnya
keputusan seseorang untuk diet berat badan dengan olahraga dari pada
dengan mengurangi karbohidrat tidak di pengaruhi apakah kampanye diet
di lakukan dengan secara lisan atau tertulis. Intinya kita harus memilih dari
dua alternatif atau lebih.
2. Dominasi atau kekuasaan. Misalnya sebuah mobil B sangat mendominasi
jika unggul dalam jarak tempuh, biaya dan terlihat dan itu adalah lemah
dominan jika jarak tempuh semakin baik dari mobil B, tetapi setara dalam
biaya dan tampak. Menuru teori utilitas yang di harapkan, sangat rasional
para pengambil keputusan seharusnya tidak memilih strategi yang di
dominasi, bahkan jika strategi hanya di dominasi lemah. Jika ada dua
alternatif beresiko termasuk identik dan hasil yang sama di antara mereka
kemungkinan konsekuensi yang mungkin terjadi, maka utilitas hasil ini
harus di abaikan dalam memilih antara dua pilihan. Dengan kata lain, pilihan
antara dua alternatif harus tergantung hanya pada hasil yang berbeda,, tidak
padahasil yang sama untuk kedua alternatif faktor umum harus
membatalkan keluar. Misalnya, jika dari segi kepangkatan, promosi, lokasi
dan iklim kerja, karier sebagai pegawai negeri dan swasta sama-sama
menariknya, namun gaji pegawai swasta jauh lebih besar daripadagaji

4
pegawai negeri, maka pekerjaan pegawai swasta harus lebih disukai dari
pada pekerjaan sebagai pegawai negeri.
3. Cancellation. Pemilihan antara dua alternatif seharusnya bergantung hanya
pada hasil yang berbeda dari kedua alternatif tersebut, tidak pada hasil yang
sama untuk kedua alternatif. Kalau kita memilih pekerjaan X, itu seharusnya
lebih baik dari Y.
4. Transitivitas. Jika pembuatan keputusan yang rasional harus lebih suka hasil
A ke B, dan hasil B ke C, maka orang seharusnya lebih memilih hasil Adari
pada hasil C. misalnya jika menjadi mahasiswa fakultas ekonomi lebih di
sukai dari pada menjadi mahasiswa fakultas sastra lebih di sukai dari pada
menjadi mahasiswa fakultas ilmu pendidikan, maka menjadi mahasiswa
ekonomi harus lebih di sukai daripada menjadi mahasiswa fakultas ilmu
pendidikan.
5. Kontinuitas. Untuk setiap sesuatu hasil, seorang pembuat keputusan harus
selalu lebih suka bertaruh antara hasil terbaik dan terburuk untuk hasil yang
pasti di antara jika peluang atau hasil terbaik cukup baik.
6. Invariance. Prinsip invariance menerapkan bahwa pembuatan keputusan
seharusnya tidak di pengaruhi oleh cara alternative penyajian. Pembuat
keputusan seharusnya lebih mementingkan substansi.

Von Neumann dan Morgentenstren (1947) dalam Plous (1993) membuktikan


secara matematis bahwa saat pembuatan keputusan melanggar prinsip prinsip utilitas
di harapkan. Contohnya, anggap saja di dalam pelanggaran aturan transvisitas, anda
memiliki perbedaan intransitive untuk hasil A, B, Dan C. anda memilih hasil A dari
Pada hadi B, hasil B dari pada hasil C, dan hasil C dari pada hasil A. ini berarti bahwa
saya seharusnya bersedia untuk memberimu hasil C dan menawarkan berkata, untuk
mata uang aseharga 5 sen untuk mengambil kembali hasil c dan memberimu hasil B.
karena anda memilih hasil B dari pada hasil C anda tanpa ragu akan menerima tawaran
saya dan membayar uang 5 sen tersebut.

Sekarang anda mempunyai hasil B. dalam hal yang sama, saya seharusnya
bersedia menawarkan pada yang lain nya untuk mengambil kembali hasil B dan
memberi hasil A (yang anda pilih adalah hasil B). ini akan mmbantu membuat anda
memilih hadil A. tetapi sekarang, karena pilihan anda adalah intrasitif, saya dapat
menawarkan untuk menarik kembali hasil A dan memberimu hasil C (yang mana anda

5
memilih hasil A). hasilnya adalah anda kembali pada di mana anda memulai, berkurang
3 penni (atau Rp 3 atau Rp 3.000 atau berapapun). Di lain kata, saya bisa lanjukan untuk
menggunakan intransitif dalam pemilihan sebagai suatu “pompa uang” selama aliran
uang anda habis. Pada bagian selanjutnya, kita akan mendiskusikan masalah yang mana
aturan transitif dan aturan lain dari tindakan rasional yang di langgar.

Setelah Von Neumann dan Mogenstern (1947) mengusulkan yteori manfaat


yang di harapkan, penggagas teori lain mengembangkan lanjutan dan variasinya. Satu
dari variasi yang paling terkemuka adalah “teori subjektifitas manfaatyang di
harapkan”, mulanya di kembangkan oleh Leonard Savage. Perbedaan uatama dalam
teori savage dengan teori Non Neman dan Mogentern adalah savage membolehkan
pandangan atau pribadi kemungkinan dari hasil hasil yang di peroleh sebelum tahun
1954, kemungkinan dalam teori manfaat yang di harapkan telah di perlakukan sebagai
kemungkinan yang objektif dalam paham klasik (berdasarkan frekuensi relatif). Savage
menitik beratkan teori dengan memasukan sudut pandang dari kemungkinan hasil yang
akan terjadi.

Keadaan ini adalah bagian penting dalam masalah saat kemungkinan tujuan
tidak dapat di tentukan dimuka atau saat hasil Cuma akan terjadi sekali. Contohnya
dengan rencana atau rancangan kerja dari teori subjektifitas manfaat yang di harapkan,
ini membuat paham untuk mempertibangkan kemungkinan dari kejadian tak terulang
seperti perang nuklir, walaupun tidak dapat menentukan kemungkinan nuklir itu di
landaskan pada frekuensi relative. Dalam perbedaan atau pertentangan, ini sukar untuk
mengetahui apa “kemungkinan dari perang nuklir” sesungguhnya berarti dalam konteks
dari teori utilitas.

Tingkah laku dapat di terangkan dengan konsep utilitas yang di devinisikan


sebagai suatu ukuran preferensi individu akan uang. Untilitas terhadap barang atau
layanan adalah nilai tersebut menurut presepsi penggunanya. Misalnya, nilai Rp
100.000,00 bagi orang kaya hanya setara dengan sekali makan siang. Tetapi bagi orang
miskin, Rp 100.000 tersebut bisa berate 30 makan siang. Teori utilitas bila di terapkan
pada situasi yang menyakut resiko, mengatakan bahwa bila seorang di hadapkan pada
beberapa pilihan, maka yang dia pilih adalah pilihan yang utilitasnya tinggi. Misalnya,
premi asuransi mobil atau jiwa seharga 150 juta adalah 3,6 juta/tahun. Maka, peserta
asuransi akan di hadapkan pada alternative antara kehilangan Rp 3,6 juta (berarti Rp

6
10.000 perhari) dan kehilangaan mobil seharga Rp 150 juta. Tentu, siapapun tentu akan
memilih kehilangan Rp3,6 juta dari pada kehilangan Rp150 juta.alternatifnya adalah
antara kehilangan Rp10 ribu perhari dan memperoleh pertanggungan yang kecil.
Peserta asuransi berusaha memilih yang memaksimalkan utilitasnya. Peserta asuransi
akan menjatuhkan pilihan pada asuransi yang memberikan manfaat lebih.

7
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Utlitas merupakan preferensi atau nilai guna pengambil keputusan dengan
mempertimbangkan faktor risiko berupa angka yang mewakili nilai pay off
sebenarnya berdasarkan keputusan.
Jadi bisa disimpulkan bahwa teori utilitas merupakan teori yang menjelaskan
pilihan-pilihan konsumen atas konsumsi barang/jasa untuk memperoleh tingkat
kepuasan tertentu.
Formulasi teori utilitas yang diarapkan didasarkan pada enam prisip dalam
tingkah laku memilih berikut.
Ada urutan alternative, Dominasi atau kekuasaan, Cancellation, Transitivitas,
Kontinuita, Invariance.

II. Saran
Teori Akuntansi Dalam Akuntansi Keperilakuan sendiri merupakan Makalah
yang dibuat hanya berdasarkan beberapa materi yang di dapat dari buku ataupun
artikel di internet dan mungkin seharusnya lebih baik jika perlu dilakukan observasi
terkait dengan perilaku manusiadalam hubungannya dengan Akuntansi.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.coursehero.com/file/p3i6fbd/Petersburg-tanpa-batas-sampai-kapan-pun-12-
Prinsip-dalam-Teori-Utilitas-Teori/

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/12856/Kode-Etik-Dan-Perilaku-Pedoman-
Beretiks-dan-Penjaga-Martabat-Pegawai.html

Dr. I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si. Akuntansi Keperilakuan

Anda mungkin juga menyukai