AKUNTANSI KEPRILAKUAN
“MODEL DESKRIPTIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN
HEURISTIK KETERSEDIAAN”
OLEH :
KELOMPOK III
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
Kata Pengantar
Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan berkah dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah
AKUNTANSI KEPRILAKUAN. Dalam memenuhi persyaratan tersebut penulis mencoba
membuat makalah yang berjudul “MODEL DESKRIPTIF DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DAN HEURISTIK KETERSEDIAAN”
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Akuntansi
keprilakuan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri kami sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Halu Oleo.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................. .....
1.3 TUJUAN.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengkombinasikan pendekatan
yang rasional, yang prosesnya tidak dapat di formulasikan secara lengkap. Pemahamn
terhadap proses pengambilan keputusanpada masalah yang kompleks sangatlah penting agar
dapatmengambil keputusan dengan baik dan menghadapi resiko dengan bijak. Praktik
pengambilan keputusa selama inimenunjukan kompleksitas masalah dan keterbatasan
kemampuan rasional manusia, maka orang akan melakukan pengambilan keputusandengan
proses heurustic. Heurustic adalah proses yang dilakukan individudalam mengambil
keputusan dengan tepat, dengan menggunakan pedomanumum dan sebagianinformasi saja.
Proses ini mengakibatkan adanya kemungkinan bias, kesalahndan ketidakakuratan
keputusan.
Pengambilan keputusan terjadisebagai suatu reaksidari suatu masalah. Terdapat
penyimpangan antara harapan dan kenyataan yang menuntut pertimbangan alternatif.
Semua keputusan menuntut penafsiran dan efaluasi terhadap informasi.
Masalah2
masalah 1 di atas juga disajikan kepada sekelompok subject lainnya n = 155,hanya saja
formulasi daripada konsekuensi program-program alternatif tersebut berbeda. Formulasi
konsekuensi program-program a dan b adalah sebagai berikut.
Jika program c dipakai 400 orang akan meninggal. Jika program d dipakai ada 1/3
kemungkinan bahwa tak seorang pun akan mati dan 2/3 kemungkinan bahwa 600 orang akan
mati.
Dari kedua program itu mana yang anda sukai?
Dari masalah 2 mayoritas subjek 78% memilih program d dan hanya memilih program
c.artinya mayoritas subjek bersikap mengambil risiko risk takingyaitu mereka menganggap
bahwa kepastian meninggalnya 400 orang kurang bisa diterima daripada 2/3 kemungkinan
meninggalnya 600 orang.kalau dilihat secara teliti sebenarnya masalah 1 dan 2 adalah identik
yakni program a identik dengan program c sedangkan program B identik dengan program
d.bedanya masalah 1 diformulasikan dengan menggunakan istilah orang yang diselamatkan
sedang masalah2 menggunakan istilah orang akan meninggal istilah-istilah nya beda padahal
esensinya sama.
Mayoritas subjek memberikan respons yang bertentangan terhadap 2 orang masalah
yang identik tersebut:subjek cenderung menghindari risiko jika masalah dirumuskan dengan
menggunakan orang akan diselamatkan sedangkan jika masalah dirumuskan dengan
memakai orang akan meninggal, maka subjek cenderung bersikap mengambil risiko. Dalam
hal ini prinsip invarian telah dilanggar.
Masalah 3
Pilihlah diantara:
A. 25% kemungkinan memenangkan Rp. 240 75% kemungkinan kalah Rp. 760
B. 25% kemungkinan memenangkan Rp. 240 75% kemungkinan kolase RP. 750
masalah ketiga diberikan kepada 86 subjek hasilnya menunjukkan bahwa semua
subjek memilih b atau pilihan be mendominasi a.
Masalah 4
Bayangkan bahwa anda menghadapi sepasang keputusan yang bersamaan seperti dibawah
ini. Pertama teliti lah kedua keputusan tersebut lalu tunjukkan pilihan yang anda sukai.
Keputusan i pilihlah dibuat di antara:
A. perolehan secara pasti Rp. 240
B. 25% kemungkinan memperoleh rp1.000 dan 75% kemungkinan tak memperoleh apa-apa
Masalah ke-4 diberikan kepada 150 subjek. mereka 84% memilih prospek A daripada
B dan 87% memilih prospek D daripada C. Artinya dalam keputusan (i) mayoritas subjek
bersikap menghindari risiko, sedangkan dalam keputusan (ii) mayoritas memilih untuk
mengambil risiko. Oleh karena dua keputusan yang harus dipilih i dan ii disajikan secara
simultan berbarengan dalam masalah 4, maka sesungguhnya mayoritas subjek
mengekspresikan pilihan bahwa adan d lebih disukai daripada B dan C. jikalau perolehan
secara pasti Rp. 240 alternatif A ditambahkan pada alternatif D maka hasilnya dapat
dirumuskan sebagai 25% kemungkinan memenangkan Rp. 240 dan 75% kemungkinan kalah
Rp. 760.
sesungguhnya alternatif hasil gabungan antara alternatif A dan D itu adalah alternatif
kedalam masalah 3. jika kehilangan secara pasti Rp. 750 alternatif C ditambahkan pada
alternatif B makalah hasilnya dapat dirumuskan sebagai 25% kemungkinan memenangkan Rp.
250 dan 75% peluang kalah Rp.750. alternatif hasil gabungan C dan D ini sebenarnya adalah
alternatif F dalam masalah 3. Seperti diketahui dalam masalah tidak mayoritas subjek dalam
masalah 4 memilih A dan D (kalau digabung jadi alternatif E) daripada B dan C (kalau digabung
jadi alternatif F) maka prinsip dominan telah dilanggar.
Penjelasan dan ilustrasi lebih rinci mengenai heuristik ketersediaan adalah sebagai
berikut. Diabetes dan kanker perut membunuh hampir dua kali orang Amerika setiap
tahunnya dibandingkan pembunuhan dan kecelakaan mobil, dan petir membunuh lebih
banyak orang dibandingkan yang dilakukan tornado. Berdasarkan pada Tversky dan
Kahneman, statistik jenis ini adalah bertentangan dengan intuisi karena kebanyakan orang
memperkirakan frekuensi dari kejadian dengan bagaimana mudahnya itu diletakkan dalam
pikiran. Karena kecelakaan mobil, tornado, dan pembunuhan adalah berita utama di koran,
mereka lebih tersedia dibandingkan penyebab kematian dengan frekuensi yang lebih tinggi
seperti kanker perut, petir, dan diabetes.
Ketersediaan juga bisa mengarah kepada penilaian bias ketika contoh dari salah satu
peristiwa terlihat lebih mudah untuk disimpulkan dibanding kan contoh yang lain. Sebagai
contoh, Tversky dan Kahneman (1973) menanyai orang dengan pertanyaan berikut, "Dalam
sebuah sampel umum dari ujian dalam bahasa Inggris, apakah lebih mudah jika kata dimulai
dengan huruf K atau K sebagai kata ketiganya (tidak dihitung pada kata yang memiliki huruf
kurang dari tiga)? Dari 152 orang yang ditanyai seperti itu, 105 umumnya menduga bahwa
kata dalam posisi pertama adalah lebih memungkinkan. Namun dalam kenyataannya
terdapat kira-kira dua kali kata dengan K dalam posisi ketika dibandingkan kata yang dimulai
dengannya. Karena lebih mudah untuk menyimpulkan kata-kata yang diawali huruf K
dibandingkan K sebagai huruf ketiga. Kebanyakan orang meremehkan frekuensi relatif dari
kata- kata ini.
Sebuah jalur dalam garis yang menghubungkan X dalam baris atas dari struktur
dengan X dalam baris bawah dengan melewati salah satunya (dan hanya satu) X dalam
masing-masing baris. Dengan kata lain, jalur menghubungkan tiga X dalam struktur A (satu
dalam masing-masing dari tiga baris) dan sembilan X dalam struktur B (satu dalam masing-
masing sembilan baris).
a. Dalam struktur yang mana terdapat lebih banyak jalur?
b. Kira-kira berapa banyak jalur yang ada dalam struktur A? struktur B?
Tahun 1978 dalam Plous (1993). John Carroll memublikasikan sebuah studi yang
mengaitkan heuristik ketersediaan dengan tindakan membayangkan suatu peristiwa. Carroll
beralasan bahwa jika mudah di bayangkan kejadian dinilai sebagai mungkin, maka mungkin
semakin mudah untuk dibayangkan sebuah kejadian akan meningkat ketersediaannya dan
membuatnya lebih disukai. Dia menguji hipotesis ini dalam dua eksperimen.
Sherman dan rekannya meminta subjek untuk membaca tentang salab dari kampus. Kedua
penyakit disebut sebagai Hyposcenia-B. tetap mengamati pertanyaan ini sau dari dua
penyakit yang dilaporkan untuk tumbuh dalam prevalen mereka dijelaskan secara berbeda
tergantung pada kondisi eksperimen Dalam kondisi yang mudah untuk dibayangkan, subjek
membaca tentang sunu penyakit dengan gejala konkret seperti sakit otot, tenaga lema
rendah, dan sering mengalami sakit kepala parah. Dalam kondisi yan Fulit dibayangkan, subjek
membaca tentang penyakit dengan geinh abstrak seperti lemah terhadap rangsangan
disorientasi, kegagalan sistem saraf, dan peradangan hati.
Subjek dalam kelompok kontrol hanya membaca penjelasan yang mereka berikan dari
Hyposcenia-B-apakah mudah atau sulit untuk membayang kan-dan penilaian yang tampaknya
mereka tertular penyakit di mau depan. Subjek dalam kelompok eksperimen, di sisi lain,
diminta untul membaca tentang penyakit "dengan membayangkan dalam periode tig mingga
di mana mereka terjangkit dan mengalami gejala dari penya Subjek eksperimen juga diminta
untuk menulis penjelasan mendetail ter tang bagaimana mereka menduga mereka akan
rasakan selama tiga mingga ini.
Sherman dan rekannya menemukan bahwa subjek kontrol tidak secar signifikan dipengaruhi
oleh bagaimana mudahnya gejala bisa dibayang kan, tetapi subjek eksperimen sangat
dipengaruhi. Subjek eksperimen dalam kondisi yang mudah dibayangkan menduga mereka
lebih relatif mudah untuk tertular penyakit, tetapi mereka dalam kondisi yang sulit untuk
dibayangkan secara tepat menilai dirinya kurang cenderung untuk terjangkit penyakit
dibandingkan subjek kontrol yang tidak pernah membayangkan penyakit. Sherman et al.
(1985) dalam Plous (1993) menyimpulkan bahwa membayangkan hasil tidak menjamin
bahwa itu akan muncul lebih cenderung. Jika hasil sulit untuk dilihat, upaya untuk
membayangkannya mungkin mengurangi kecenderungan penerimaan yang akan terjadi.
Apa yang mungkin telah terjadi adalah bahwa peristiwa yang diminta subjek untuk
dibayangkan yang termasuk terbakarnya teman dekat dan anggota keluarga adalah sangat
buruk sehingga memunculkan perasaan penolakan bahwa perang nuklir akan terjadi. Jika
memang demikin, maka penolakan ini bisa membatalkan efek dari peningkatan ketersediaan
menyebabkan perkiraan peluang tidak berubah. Oleh karena itu, jika prospek kepada
penolakan, maka membayangkan kejadiannya mungkin membuatnya menjadi kurang disukai.
Sebagai contoh, Eugene Borgiada dan Richard Nisbett (1977) dalam Plous (1993)
memublikasikan sebuah studi yang berlawanan dengan efektivitas ai ringkasan statistik
evaluasi kuliah dan blangko yang lebih jelas dalam empresentasikan evaluasi semacam itu.
Subjek dalam eksperimen mereka sebagian besar adalah mahasiswa psikologi tingkat lanjut
di Universitas Michigan. Mereka ditugaskan pada salah satu dari tiga kondisi eksperimen: (1)
kondisi peringkat dasar, di mana mereka membaca melalui ringkasan statistik dari 5 poin
evaluasi kuliah dari praktik semua mahasiswa yang telah lulus dalam kuliah selama semester
sebelumnya; (2) kondisi tatap muka, di mana subjek mendengar antara satu dan empat murid
panelis yang menilai 10 kursus (panelis ini memilih kesukaan mereka dengan peringkat 5 poin
yang secara keseluruhan sama dengan peringkat yang diberikan dalam kondisi peringkat
dasar); dan (3) kondisi kontrol tanpa penilaian, di mana mereka tidak mendengar tidak
membaca setiap penilaian dari kursus. Kemudian, setelah membaca ringkasan statistik atau
mendengarkan presentasi panel (atau, dalam kasus kelom pok kontrol, tidak menerima
penilaian sama sekali), murid diminta untuk menentukan yang mana dari 27 kursus kampus
yang akan mereka ambil mendatang.
Dalam banyak kasus, heuristik ketersediaan menyediakan estimasi frekuensi dan probabililtas
yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi, heuristik ketersediaan dapat
menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam akuntansi keuangan,
prediksi me- rupakan satu Investor yang mampu memprediksi harga saham dengan akurat
dalam waktu yang relatif cepat akan memperoleh prioritas transaksi lebih dulu sehingga
memperbesar kesempatan untuk memperoleh transaksi yang sesuai atau cocok (Kufepaksi,
2007). Transaksi yang sesuai atau cocok me- rupakan transaksi perdagangan yang berhasil
dipertemukan oleh mekanisme pasar berdasarkan harga pasar yang terbentuk. Apabila
mekanisme pasar menghasilkan transaksi yang sesuai atau cocok, maka semakin besar
kesempatan bagi investor untuk memperoleh keuantungan.
Hasil penelitian Moser (1989) menyatakan bahwa judgment investor tentang prediksi laba
secara sistematis dipengaruhi oleh kombinaci antar "ouput interferensi dan "ketersediaan".
Strategi prediksi yang berbasis ketersediaan merupakan salah satu alternatif dengan
menggunakan (isyarat) dalam menilai sesuatu. Penggunaan heuristik ketersediaan ini bisa jadi
menimbulkan bias. Bias yang sering terjadi dalam pasar keuangan adalah kesalahan dalam
ekspektasi nilai perusahaan (Hamid, 2007). Kesalahan ekspektasi inilah yang kemudian
tergambar dalam mispricing saham yang diinterpretasikan sebagai fenomena overreaction
atau underreaction terhadap informasi akuntansi. Jelas, yang tergambar ini adalah sesuatu
yang di luar rasionalitas, tetapi itu benar-benar terjadi. Pengambilan keputusan investor tidak
hanya menggunakan rasionalitas, tetapi juga rasionalitas yang terbatas atau dibatasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi, model deskriptif dalam pengambilan keputusan yaitumekanisme psikologis untuk
membantu dalam mengambil keputusan. Dimana mekanisme psikologis yang terpenting
adalah bagaimana cara orang menggunakan informasi yang rumit, kompleks, acak, dan tidak
dikenali menjadi suau rumusan yang memungkinkanmereka mengambil suatu keputusan.
Sertaheuristik ketersediaan yaitu petunjuk praktuks untuk sampai pada penilaian mereka.
3.2 SARAN
Diaharapkan agar pembaca agar memahami model deskriptif dalam pengambilan
keputusan dan memahami pendekatan psikofisika dalam pengambilan keputusan. Serta
diharapkan agar pembaca memahami pengertian heuristik dan bias dalam pengambilan
keputusan dan memahami beberapa contoh heuristik ketersediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Suartana, Dr. I Wayan S.E., Ak., M.Si. 2010. Akuntansi keprilakuan. Bali:ANDI
Yogyakarta.