Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AKUNTANSI KEPRILAKUAN
“MODEL DESKRIPTIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN
HEURISTIK KETERSEDIAAN”

OLEH :
KELOMPOK III

PUPUT SINAPOI (B1C1 18 004)


WA ODE FONIARSIH (B1C1 18 010)
SYEIKE RAHMAT (B1C1 18 020)
WA ODE YENI (B1C1 18 027)
ARJUANNA ISHAK (B1C1 18 034)
NITA KRISTIANI (B1C1 18 041)
WA ODE DIAN ANDRIANI (B1C1 18 048)
WINNI SRI MULYANI (B1C1 18 057)
MARNI (B1C1 18 063)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2019
Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan berkah dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah
AKUNTANSI KEPRILAKUAN. Dalam memenuhi persyaratan tersebut penulis mencoba
membuat makalah yang berjudul “MODEL DESKRIPTIF DALAM PENGAMBILAN
KEPUTUSAN DAN HEURISTIK KETERSEDIAAN”

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Akuntansi
keprilakuan, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi,
referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri kami sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran
dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Halu Oleo.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami meminta masukan demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Kendari, September 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................. .....
1.3 TUJUAN.......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... .....


2.1 Model deskriptif dalam pengambilan keputusan........................................................
2.2 Pembingkaian informasi (framing).............................................................................
2.3 Fungsi nilai dan pembobotan.....................................................................................
2.4 Akuntansi mental.......................................................................................................
2.5 penelitian teori prospek.............................................................................................
2.6 bagaimana di akuntansi?............................................................................................
2.7 bias heuristik ketersediaan.........................................................................................
2.8 bagaimana di akuntansi?............................................................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................... ........


3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... ........
3.2 Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengkombinasikan pendekatan
yang rasional, yang prosesnya tidak dapat di formulasikan secara lengkap. Pemahamn
terhadap proses pengambilan keputusanpada masalah yang kompleks sangatlah penting agar
dapatmengambil keputusan dengan baik dan menghadapi resiko dengan bijak. Praktik
pengambilan keputusa selama inimenunjukan kompleksitas masalah dan keterbatasan
kemampuan rasional manusia, maka orang akan melakukan pengambilan keputusandengan
proses heurustic. Heurustic adalah proses yang dilakukan individudalam mengambil
keputusan dengan tepat, dengan menggunakan pedomanumum dan sebagianinformasi saja.
Proses ini mengakibatkan adanya kemungkinan bias, kesalahndan ketidakakuratan
keputusan.
Pengambilan keputusan terjadisebagai suatu reaksidari suatu masalah. Terdapat
penyimpangan antara harapan dan kenyataan yang menuntut pertimbangan alternatif.
Semua keputusan menuntut penafsiran dan efaluasi terhadap informasi.

1.2 Rumusan masalah


1. jelaskan model deskriptif dalam pengambilan keputusan ?
2. jelaskan pembingkaian informasi (framing)?
3. jelaskan fungsi nilai dan pembobotan?
4. jelaskan apa itu akutansi mental?
5. menjelaskan penelitian teori prospek?
6. bagaimana bias heuristik ketersediaan?
7. bagaimana di Akuntansi?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui model deskriptif dalam pengambilan keputusan.
2. untuk mengetahui pembingkaian informasi(framing)
3. untuk mengetahui fungsi nilai dan pembobotan
4.untuk megetahui apa itu akuntansi mental.
5. untuk mengetahui penelitian teori prospek
6. untuk mengetahui bias heuristik ketersediaan
7. untuk mengetahui bagaimana di Akuntansi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Model deskriptif dalam pengambilan keputusan


Menurut plous (1993) ada beberapa model deskriptif dalam pengambilan keputusan :
1. Model kepuasan (satisficing)
Seseorang yang membuat keputusan biasanya lebih mengutamakan kepuasan
dibandingkan sesuatu yang optimal. Dalam teori utilitas harapan, pembuat keputusan
biasanya diasumsikan memiliki informasi yang lengkap mengenai peluang dan konsekuensi
yang melekat pada setiap alternatif tindakan. Untuk mendapatkan kepuasan tersebut adalah
dengan cara memilih satu cara yang dianggap memuasakan, sesuatu yang dibutuhkan
meskipun pilihan tersebut mungkin tidak ideal/optimal. Pada kenyataannya, informasi
mengenai alternatif tidak sepenuhnya tersedia dan mengandung ketidakpastian. Dengan
demikian, walaupun utilitas harapan berguna sebagai model normatif dari pembuatan
keputusan( model mengenai seberap rasional perilaku seseorang), utilitas harapan tidak
berguna sebagai model deskriptif( model mengenai bagaimana seseorang sebenarnya
membuat keputusan). Salah satu alternatif terbaru adalah seperti yang diusulkan herbert
simon(1956). Simon mengusulkan bahwa seseorang merasa puas daripada optimistis ketika
membuat keputusan. Untuk merasa puas, maka harus memilih jalan yang memenuhi
kebutuhan tersebut. Contohnya, apabila seseorang memutuskan membeli uatu apartemen,
maka ia akan memutuskan membeli apartemen yang sesuai dengan standar kepuasanya
seperti harga, lokasi, dan keamanan meskipun nantinya tidak memberikan nilai jual kembali
yang tinggi.
2. Teori Prospek
Teori ini dikembangkan oleh Kahneman dan Tversky (1974). Teori ini berada dri teori
ekspektasi kegunaan dalam jumlah tanggapan penting. Pada teori ini, kata kegunaan pada
teori utilitas yang diinginkan diganti dengan “nilai”, dimana nilai tersebut didefenisikan pada
laba dan rugi walaupun nilai untuk keuntungan berbeda dengan nilai kerugian. Teori prospek
memprediksi bahwa suatu keputusan tergantung pada baimana suatu masalah di susun. Jika
suatu nilai referensi didefenisikan sebagai suatu pengeluaran yang terlihat sebagai sebuah
keuntungan, maka hasil nilai fungsi akan menjadi cekung dan pembuat keputusan akan
menolak mengambil resiko. Disisi lain nilai referensi didefenisikan sebagai pengeluaran yang
terlihat sebagai kerugian, maka nilai fungsi menjadi cembung dan pembuat keputusan akan
mengambil keputusan untuk mengambil resiko.
3. Dampak Kepastian ( The Certainty Effect )
Ketika seseorang telah yakin akan nilai referensi yang mereka dapatkan dari teori
prospek, maka pembuat keputusan akan berusaha untuk menghilangkan atau menghindari
resiko secara keseluruhan dibandingkan hanya mengurangi resiko itu.
4. Pseudocertainty
Untuk model pengambilan keputusan ini, pengambil keputusan membuat suatu
kebijakan dimana kebijakan tersebut tidak terlihat jelas atau tidak terlihat langsung
dampaknya. Misalnya, ketika suatu perusahaan ingin menurunkan harga untuk menarik lebih
banyak konsumen, pembuat keputusan lebih memilih untuk memberikan satu jasa layanan
gratis ketika konsumen telah menggunakan jasa sejumlah tertentu dibandingkan
memberikan diskon tertentu. Pemberian diskon ataupun pemberian jasa layanan gratis
sebenarnya sama – sama merupakan strategi penurunan harga, hanya saja pemberin satu
layanan gratis tidak terlalu jelas terlihat.
5. Teori Regret ( Teori Penyesalan )
Teori penyesalan berbasis dan bentuk “counterfactual reasoning” dimana teori ini di
dapat berdasarkan ketika seseorang membandingkan kausalitas dari keputusan mereke
dengan apa yang akan terjadi jika membuat pilihan berbeda. Teori penyesalan berasal dari
dua asumsi mendasar: pertama, bahwa banyak pengalaman orang-orang yamg merasakan
suatu sensasi suatu penyesalan dan kegembiraan dan kedua dalam membuat keputusan
dibawah kepastian. Maka mereka mencoba mengantisipasi dan mengindahkan sensasi-
sensasi diatas. Teori ini memiliki resiko pridikdi yang sama dengan teori kemungkinan, hanya
saja teori penyesalan memprediksi pilihan dengan menambahkan variabel baru, penyesalan,
ke fungsi kegunaan normal.
6. Pilihan Beragam Sifat
Di banyak situasi, hasil tidak dapat ukur dengan satuan ukuran tertentu seperti uang
risiko lain. Sebagian besar hasil penelitian, pilihan beragam sifat lebih fokus pada
“bagaimana” dibandingkan “seberapa baik” orang – orang membuat keputusan.
Orang – orang menggunakan sejumlah strategi keputusan berbeda untuk membuat
pilihan beragm sifat dan strategi – strategi ini sangat tergantung pada jenis masalah. Ketika
pembuat keputusan dihadapkan pada pilihan sederhana antara dua alternatif, mereka sering
menggunakan sesuatu yang dikenal sebagai “ Stretegi Pengganti. Strategi pengganti menjual
nilai rendah pada suatu dimensi melawan nilai tinggi di dimensi lain.
Strategi lainnya adalah “ model linear”. Dalam model linear, setiap dimensi ditimbang
berdasarkan kepentingan dan pertimbangan nilai disimpulkan pada bentuk indeksi
keseluruhan nilai.
Strategi pengganti lain dikenal sebagai “Model tambahan berbeda” Model ini mirip
dengan model linear, kecuali bahwa pada model linear, setiap alternatif dievaluasi pada
semua dimensi lalu dibandingkan dengan alternatif lain, dimana pada model tambahan
berbeda setiap dimensi, pertama-tama dievaluasi satu demi satu dengan tiap alternatif dan
hanya perbedaan diantara alternatif ditimbang dan dijumlahkan bersama.
7. Strategi Non-Komensasi
Ketika seseorang bertemudengan pilihan yang rumit diantara sejumlah alterntif
mereka terbiasa menggunakan “strategi tanpa pengganti”. Pembuat keputusan menggunaka
aturan konjungtif, mengeliminasi berbagai alternatif yang berbeda diluar batas sebelum
defenisi. Di sisi lain, seseorang pembuat keputusan memakai aturan disjungtif dimana setiap
alternatif di evaluasi pada syarat-syarat sifat terbaik.
Strategi ketiga tanpa pengganti adalah lexicographic. Pembuat keputusan
menggunakan strategi ini di mulai dari mengidentifikasi dimensi yang paling penting untuk di
perbandingkan dan dipilih sebuah alternatif yang paling diperlukan.
Strategi keempat adalah strategi yang dikenal dengan “eliminasi oleh aspek-aspek”.
Berdasarkan strategi ini setiap aspek perbandingan diseleksi dengan proposi kemungkinan ke
kepentingan. Berbagai alternatif, pertama-tama dibandingkan dengan tanggapan dari aspek
yang terseleksi, alternatif interior lalu dieliminasi, aspek lain yang di perbandingkan diseleksi,
alternatif tambahan dieliminasi, dan sampai pada hanya satu alternatif.
8. Dimensi Paling Penting
Hipotesisnya adalah memberi pilihan dintara dua alternatif yang sma. Orang-orang
akan memilih alternatif yang superior pada dimensi yang paling penting. Jadi, konsep ini
mengatakan ini adalah “ hipotesis dimensi yang paling penting”.
Pembuatan keputusan dapat ditelaah dari segi normatif ataupun dari segi deskriptif.
Pendekatan normatif menitikberatkan apa yang seharusnya dilakukan oleh si pembuat
keputusan agar keputusannya bersifat rasional. Sementara, pendektan deskriptif
menggambarkan apa yang telah dilakukan oleh si pengambil keputusan. Pembuatan
keputusan juga dapat dikaji dari dua sudut, yakni keputusan yang dibuat dalam suasana tanpa
resiko (riskless choice) ataupun keputusan yang dibuat dalam suasana yang mengandung
resiko ( risky Choice).
Akhir-akhir ini pendekatn normatif terhadp pengambilan keputusan sering kali digugat
( Hasjarjo, 1991). Nenerapa penelitian menemukan bahwa orang acap bertindak melanggar
prinsip-prinsip dominan, dan invarian. Mereka kemudian mengajukan sebuah teori yang
dinamai teori prospek (prospect theory) yang pada dasarnya merupakan deskriptif mengenai
pengambilan keputusan dalam situasi yng mengandung risiko.

2.2 pembingkaian informasi (framing)


pembingkaian informasi atau sering disebut framing adalah efek pada penilaian yang
kita buat karena cara penyampaian informasi.informasi yang sama jika disampaikan dengan
cara berbeda akan menimbulkan penilaian yang berbeda (hastjarjo,1991). misalnya teman
Anda mengatakan kepada anda bahwa pacarnya kurang ajar. Ia menyampaikan hal itu dua
kali. Pertama dengan cara bergurau sambil makan bersama anda. Kedua, teman Anda
menyampaikan sembari menangis terisak-isak.
Pada penyampaian pertama, memperhatikan sehingga menilai pacar teman Anda
sedikit keterlaluan. Namun pada penyampaian kedua,boleh jadi anda sudah menilai pacar
anda telah kelewat batas dan sangat kurang ajar. Secara umum, jika informasi sifat positif
yang diberikan pertama kali baru kemudian negatif, maka anda akan menilai lebih positif.Jika
anda menerima berita bahwa Joko telah mendirikan panti asuhan, mendirikan yayasan untuk
kaum miskin. Mendonorkan ginjal pada orang miskin dan telah korupsi, maka anda akan
menilai Joko lebih positif. Sedangkan jika urutan beritanya dibalik,yakni korupsi,
mendonorkan ginjal, mendirikan yayasan untuk kaum miskin dan mendirikan panti asuhan,
boleh jadi penilaian anda tentang Joko akan lebih negatif.
dalam penelitian mengenai pembuatan keputusan biasanya subjek diberikan
sejumlah masalah hipotetis.setiap masalah mencakup (a) sejumlah alternatif alternatif
options atau tindakan-tindakan (acts) yang harus dipilih (b) hasil-hasil dari alternatif tersebut
atau konsekuensi-konsekuensi dari pada tindakan-tindakan tersebut probabilitas atau
kontijensi yang menghubungkan hasil-hasil dengan tindakan-tindakan tadi.respon seseorang
terhadap masalah masalah hipotesis tersebut diharapkan dapat mengungkap sikap-sikap
dasar orang itu terhadap nilai dan risiko.
Masalah 1
bayangkan bahwa di suatu negara sedang bersiaga menghadapi berjangkitnya
penyakit dari Asia yang luar biasa yang diperkirakan akan mematikan 600 orang. 2 program
alternatif untuk memerangi penyakit itu telah andaikan bawah taksiran ilmiah yang pasti
mengenai konsekuensi dari program-programandaikan bawah taksiran ilmiah yang pasti
mengenai konsekuensi dari program-program tersebut adalah sebagai berikut :
Jika program a di pakai 200 orang akan diselamatkan. jika program b dipakai ada 1/3
kemungkinan bahwa 600 orang akan diselamatkan dan 2/3 kemungkinan bahwa tidak ada
orang yang akan diselamatkan.
Dari kedua program itu mana yang anda sukai?
Masalah di atas disajikan kepada 152 orang dalam menghadapi masalah 1, mayoritas
subjek memperlihatkan tingkah laku menghindari risiko risk aversion, yakni dengan memilih
program a 72% dari pada program b 28%. Program yang dengan pasti dapat menyelamatkan
200 orang dipandang lebih menarik daripada program B yang mengandung risiko, kendati
alternatif b juga memiliki nilai harapan (expected value) yang sama, yakni menyelamatkan
200 orang (dari 1/3 dikalikan 600 orang).

Masalah2
masalah 1 di atas juga disajikan kepada sekelompok subject lainnya n = 155,hanya saja
formulasi daripada konsekuensi program-program alternatif tersebut berbeda. Formulasi
konsekuensi program-program a dan b adalah sebagai berikut.
Jika program c dipakai 400 orang akan meninggal. Jika program d dipakai ada 1/3
kemungkinan bahwa tak seorang pun akan mati dan 2/3 kemungkinan bahwa 600 orang akan
mati.
Dari kedua program itu mana yang anda sukai?
Dari masalah 2 mayoritas subjek 78% memilih program d dan hanya memilih program
c.artinya mayoritas subjek bersikap mengambil risiko risk takingyaitu mereka menganggap
bahwa kepastian meninggalnya 400 orang kurang bisa diterima daripada 2/3 kemungkinan
meninggalnya 600 orang.kalau dilihat secara teliti sebenarnya masalah 1 dan 2 adalah identik
yakni program a identik dengan program c sedangkan program B identik dengan program
d.bedanya masalah 1 diformulasikan dengan menggunakan istilah orang yang diselamatkan
sedang masalah2 menggunakan istilah orang akan meninggal istilah-istilah nya beda padahal
esensinya sama.
Mayoritas subjek memberikan respons yang bertentangan terhadap 2 orang masalah
yang identik tersebut:subjek cenderung menghindari risiko jika masalah dirumuskan dengan
menggunakan orang akan diselamatkan sedangkan jika masalah dirumuskan dengan
memakai orang akan meninggal, maka subjek cenderung bersikap mengambil risiko. Dalam
hal ini prinsip invarian telah dilanggar.
Masalah 3
Pilihlah diantara:
A. 25% kemungkinan memenangkan Rp. 240 75% kemungkinan kalah Rp. 760
B. 25% kemungkinan memenangkan Rp. 240 75% kemungkinan kolase RP. 750
masalah ketiga diberikan kepada 86 subjek hasilnya menunjukkan bahwa semua
subjek memilih b atau pilihan be mendominasi a.
Masalah 4
Bayangkan bahwa anda menghadapi sepasang keputusan yang bersamaan seperti dibawah
ini. Pertama teliti lah kedua keputusan tersebut lalu tunjukkan pilihan yang anda sukai.
Keputusan i pilihlah dibuat di antara:
A. perolehan secara pasti Rp. 240
B. 25% kemungkinan memperoleh rp1.000 dan 75% kemungkinan tak memperoleh apa-apa

Keputusan ii pilihlah diantara:


A. kehilangan secara pasti Rp. 750
B. 75 persen kemungkinan kehilangan rp1.000 dan 25% kemungkinan tak kehilangan apa-apa.

Masalah ke-4 diberikan kepada 150 subjek. mereka 84% memilih prospek A daripada
B dan 87% memilih prospek D daripada C. Artinya dalam keputusan (i) mayoritas subjek
bersikap menghindari risiko, sedangkan dalam keputusan (ii) mayoritas memilih untuk
mengambil risiko. Oleh karena dua keputusan yang harus dipilih i dan ii disajikan secara
simultan berbarengan dalam masalah 4, maka sesungguhnya mayoritas subjek
mengekspresikan pilihan bahwa adan d lebih disukai daripada B dan C. jikalau perolehan
secara pasti Rp. 240 alternatif A ditambahkan pada alternatif D maka hasilnya dapat
dirumuskan sebagai 25% kemungkinan memenangkan Rp. 240 dan 75% kemungkinan kalah
Rp. 760.
sesungguhnya alternatif hasil gabungan antara alternatif A dan D itu adalah alternatif
kedalam masalah 3. jika kehilangan secara pasti Rp. 750 alternatif C ditambahkan pada
alternatif B makalah hasilnya dapat dirumuskan sebagai 25% kemungkinan memenangkan Rp.
250 dan 75% peluang kalah Rp.750. alternatif hasil gabungan C dan D ini sebenarnya adalah
alternatif F dalam masalah 3. Seperti diketahui dalam masalah tidak mayoritas subjek dalam
masalah 4 memilih A dan D (kalau digabung jadi alternatif E) daripada B dan C (kalau digabung
jadi alternatif F) maka prinsip dominan telah dilanggar.

2.3 Fungsi Nilai dan Pembobotan


Kahneman dan Tversky (1979) mencoba memberikan penjelasan atas kecenderungan
subjek dalam menghadapi masalah-masalah di atas. Penjelasan-penjelasan tersebut
merupakan ciri-ciri teori prospek.
1. Hasil-hasil (outcomes) diekspresikan dalam bentuk deviasi positif (gains) atau deviasi
negatif (losses) dari satu titik referensi netral yang dianggap bernilai nol.
2. Mengikuti jejak Bernoulli, Kahneman dan Tversky (1979) mendasarkan bahwa dalam
mengevaluasi suatu proses orang tidak menggunakan hasil-hasil objektif prospek
tersebut, akan tetapi orang mengembangkan penilaian subjektif terhadap hasil-hasil
dari prospek tadi. Khususnya, fungsi nilai ( value function ) memiliki bentuk S, bers+ifat
cekung diatas titik referensi dan bersifat cembung di bawah titik referensi. Misalnya,
perbedaan nilai subjektif antara perolehan Rp 100 dengan Rp 200 dirasa lebih besar
daripada perbedaan nilai subjektif antara Rp 1100 dengan Rp 1200. Sama halnya
dengan perolehan, perbedaan antara kehilangan Rp 200 dengan Rp 100 secara
subjektif dirasakan lebih besar daripada perbedaan antara kehilangan Rp 1200 dengan
Rp 1100. Tambahan lagi, respons terhadap kehilangan lebih ekstrim daripada respons
terhadap perolehan, sehingga kurve untuk kehilangan ( losses) lebih curam
dibandingkan dengan kurve untuk perolehan (gains). Artinya, rasa tidak senang akibat
kehilangan uang dalam jumlah tertentu (misalnya Rp 50.000) biasanya lebih besar
daripada rasa senang karena mendapatkan uang yang besarnya sama (yakni Rp
50.000).
3. Dengan teori-teori pengambilan keputusan yang normatif, misalnya expected utility
theory, maka nilai dari suatu hasil dibobot (weighted) berdasarkan probabilitasnya.
Akan tetapi, dalam teori prospek, nilai satu hasil dikalikan dengan bobot keputusan
(decision weight,(p)). Bobot keputusan merupakan satu fungsi monotik dari
probabilitas namun ia bukan merupakan probabilitas. Fungsi pembobotan (weighting
function) memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) kejadian-kejadian yang mustahil
dibuang π (0) = 0 dan π (1) = 1, dan (b) untuk probabilitas-probabilitas rendah π (p) =
p, namun π (p) + π (1-p) < 1. Jadi, probabilitas-probabilitas rendah cenderung
dilebihtinggikan (overweighted); sedang probabilitas-probabilitas sedang dan tinggi
cenderung dilebihrendahkan (underweighted). Kecenderungan subjek untuk
menghindari resiko dalam pilihan yang mengandung perolehan (gains), serta
kecenderungan subjek untuk mengambil resiko dalam pilihan yang mengandung
kerugian (losses) dapat didistribusikan kepada sifat-sifat fungsi nilai dan fungsi
pembobotan di atas.

2.4 Akuntansi Mental (Mental Accounting)


Framing juga dapat diterapkan pada pilihan terhadap alternatif-alternatif yang
mempunya banyak atribut. Dalam mengevaluasi satu pilihan yang mempunyai banyak atribut,
maka orang biasanya mengembangkan satu perhitungan mental dengan cara memerinci
keuntungan dan kerugian dari alternatif tersebut jika dibandingkan dengan satu referensi.
Masalah-masalah dibawah ini merupakan implementasi dari framing (Hastjarjo, 1991).
Masalah 1
Bayangkan bahwa Anda telah memutuskan untuk menonton sandiwara dan telah
membayar satu karcis tanda masuk seharga Rp 10. Ketika anda akan memasuki gedung
pertunjukkan, anda menemukan bahwa anda telah kehilangan karcis tersebut. Tempat duduk
tidak diberi tanda, dan karcis tanda masuk tidak dapat diketemukan kembali. Maukah Anda
membayar Rp 10 untuk satu tiket yang lain ?
Masalah 1 disajikan kepada 200 subjek : 46% menyatakan mau membeli tiket lagi, sedangkan
54% menyatakan tidak mau mengeluarkan Rp 10 untuk membeli tiket lagi.
Masalah 2
Bayangkan bahwa Anda telah memutuskan untuk menonton sebuah sandiwara yang
karcis masuknya seharga Rp 10. Ketika Anda memasuki gedung pertunjukkan, Anda
menemukan bahwa Anda telah kehilangan Rp 10. Maukah Anda tetap membayar Rp 10 untuk
satu karcis tanda masuk sandiwara itu ?
Masalah 2 diberikan kepada 183 subjek, 88% diantaranya menyatakan mau tetap
membeli tiket seharga Rp 10, sedangkan sisanya (12%) menyatakan tidak mau membeli tiket.
Mengapa respons subjek kepada masalah 1 dan 2 berbeda meskipun dalam masalah tersebut
orang pada akhirnya akan sama-sama mengeluarkan Rp 20? Kahneman dan Tversky
menyatakan bahwa perbedaan respons tersebut diakibatkan oleh perhitungan mental secara
topical. Menonton sandiwara dipandang sebagai salah satu transaksi dimana biaya pembelian
satu tiket ditukarkan dengan pengalaman dalam menonton sandiwara tersebut. Dalam
masalah 1, pembelian satu tiket baru digabungkan dengan pembelian tiket yang lain. Menurut
perhitungan ini, maka biaya yang dibutuhkan untuk menonton sandiwara tersebut meningkat
menjadi Rp 20. Hal ini dipandang oleh sebagian besar subjek sebagai kurang bisa diterima.
Sebaliknya, dalam masalah 2 hilangnya uang yang terjadi sebelum orang membeli karcis tidak
dimasukkan ke dalam perhitungan biaya menonton sandiwara. Jadi, pengaruh kehilangan
uang tersebut terhadap biaya pembelian satu tiket sangatlah kecil. Subjek hanya merasa lebih
miskin Rp 20.
2.5 Penelitian Teori Prospek
Pengaruh perbedaan formulasi satu masalah terhadap perbedaan tingkah laku
memilih ( framing effects) yang merupakan ciri khas teori prospek telah banyak diteliti.
McNeil, Pauker, Sox, dan Tversky (1982) dalam Hastjarjo (1991), misalnya, meminta baik
pasien disuatu rumah sakit maupun para dokternya untuk memilih antara terapi pembedahan
dan radiasi dalam mengobati kanker paru-paru. Kelompok pertama diberi informasi
mengenai efektivitas terapi tersebut dalam bentuk survival statistics, yang menunjukan
presentase pasien yang mampu bertahan hidup sesudah mendapatkan terapi. Kelompok
kedua diberi informasi yang sama hanya dalam bentuk mortality statistics, yang menyajikan
presentase pasien-pasien yang telah meninggal. Pilihan subjek terhadap kedua masalah
terebut sangatlah berbeda.
Levin, Chapman, dan Johnson (1988) dalam Hastjarjo (1991) melakukan dua
eksperimen yang meminta subjek untuk berjudi secara hipotetis (eksperimen 1) dan berjudi
dengan uang betulan (eksperimen 2). Untuk kondisi perolehan, besarnya uang yang dapat
dimenangkan berkisar dari Rp100 sampai Rp200 dengan peluang kalah sebesar 5% ampai
dengan 20%. Sedangkan untuk kondisi kekalahan, subjek dapat kalah sekitar Rp100 sampai
Rp200 dengan peluang kalah dengan peluang kalah sebesar 80% sampai dengan 95%. Subjek
mengekspresikan lebih besar kemauan untuk bermain judi jika judi dirumuskan dlam
presentase peluang untuk menang daripada jika dirumuskan dalam presentase kalah.
Chirstensen (1989) dalam Hastjarjo (1991) mengadakan empat penelitian terhadap
tingkah laku pemilik, yang terdiri dari satu penelitian lapangan, satu simulasi “bebelanja”, dan
dua penelitian yang menggunakan kuisioner. Berdasar bentuk kurva fungsi nilai dalam Teori
Prospek, hipotesis yang diajukan adalah semakin tinggi rekening/pengeluaran seseorang,
semakin berminat orang itu untuk membeli barang-barang ekstra, oleh karena pengeluaran-
pengeluaran untuk barang-barang tambahan tersebut hanya dinilai sebagai pengeluaran yang
relatif kecil jika ditambahkan ke dalam pengeluaran yang lebih banyak (pengeluaran pokok).
Keempat macam penelitian yang dilakukan mendukung hipotesis penelitian.
Satu implikasi teori prospek yang sangat penting ialah bahwa dengan memanipulasi
formulasi suatu masalah (framing) atau dengan mengubah titik referensi, orang dapat
dimotivasi untuk menunjukan tingkah laku tertentu, yakni apakah ia akan cenderung
mengambil atau menghindari risiko.

2.6 Bagaimana di Akuntansi?


Banyak penelitian akuntansi pada tahun 1960-an secara implisit mengasumsikan
bahwa investor gagal untuk menyesuaikan secara penuh pengaruh dari pemilihan metoda
akuntansi terhadap alokasi sumber daya. Penelitian yang dilakukan oleh Gonedes dan Dopuch
(1974) menjadi tonggak dari perubahan pandangan ini. Pada dekade tahun 1980-an sampai
1990-an, banyak studi yang melaporkan terjadinya inefisiensi pasar, hal ini ditandai dengan
adanya fenomena post annauncement drift yaitu suatu reaksi berkepanjangan atas suatu
peristiwa di pasar, padahal esensi terpenting dari pasar efisien adalah kecepatan informasi
akan lenyap begitu menerima informasi baru lagi.
Teori Prospek merupakan teori yang bersifat deskriptif dibandingkan normatif dalam
pengambilan keputusan yang mengandung unsur ketidakpastian. Investor akan sangat
menyukai suatu pola laba tertentu, yang merupakan bentuk dari fungsi nilai teori prospek
yang menyebabkan manajemen akan melakukan suatu kreasi terhadap laba yang dilaporkan.
Kecenderungan investor ke arah perilaku menjual saham lebih dini saham winner
(saham berkinerja superior) dan menahan lebih lama saham loser (saham yang merugi)
merupakan suatu bentuk bias psikologis para investor di pasar modal (Pangeran, 2007).
Kerugian atas kekayaan para investor terjadi karena saham winner yang mereka jual
cenderung terus berkinerja baik, sementara saham loser yang mereka tahan ternyata terus
berkinerja buruk. Biasa psikologis ini terjadi secara sistematis dan berulang-ulang di pasar
modal. Fenomena ini dikenal dengan disposision error.
Fenomena disposition terjadi karena esensi penjelasannya dapat dilakukan dengan
teori prospek. Penjelasan teori prospek lebih memberi tekanan pada askep kognitif investor.
Menurut Pangeran, 2007 penjelasan teori prospek tentang fenomena disposition error terus
mengalami tantangan dari temuan empiris. Temuan empiris mengindikasikan fakta yang
berlawanan dengan prediksi teori prospek.
Teori lain yang bisa menjadi alternatif adalah teori penyesalan. Esensi dari teori
penyesalan adalah individu akan mengalami sensasi-sensasi yang disebut penyesalan.
Perasaan menyeal itu berasal dari dua sumber, yaitu perasaan menyesal akibat bertindak dan
akibat tidak bertindak.
Keputusan untuk menjual lebih dini saham winner sering disebabkan oleh sikap yang
terburu-buru, khawatir akan lepasnya keuntungan yang sudah di tangan. Selain itu,
keputusan untuk menahan lebih lama saham loser juga disebabkan oleh adanya harapan
harga naik serta keengganan untuk mengakui kesalahan investasi yang dilakukan.

2.7 heuristik ketersedian ( availability heuristics)


Tversky dan Kahneman (1974) mengusulkan bahwa para pengambil keputusan
mengggunakan heuristik atau pada penilaian (pertimbangan) terakhir mereka. Heuristik
adalah prinsip yang membuat individu membuat penilaian sosial secara cepat dengan
sesedikit mungkin usaha. Pola dan prinsip ini cenderung menyederhana- kan suatu masalah
yang sering kali tidak pada tempatnya. "Dia membawa laptop ke mana-mana. Jadi, ia
peneliti". "Dia membawa kalkulator, berarti dia seorang akuntan". Begitulah berpikir
heuristik. Seseorang tidak mau bersusah-payah memperhatikan semua aspek untuk
membuat kesimpulan. Keuntungan dari heuristik adalah bahwa mereka mengurangi waktu
dan upaya yang diperlukan untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang secara
struktur cukup baik.
Pertimbangkan contoh berikut ini. Deni adalah direktur produksi pemasaran
perusahaan PT XYZ, perusahaan penjual barang-barang antik la membutuhkan seorang
Magister Manajemen (MM) baru untuk posia asisten manajer cabang. Posisi tersebut sangat
penting untuk mencapai strategi baru dalam pemasaran produknya. Deni telah mengikuti
batas heuristik, dia meneliti alumni MM untuk 6 top alumni universitas terbaik.
Jika kita mengevaluasi strategi tersebut dalam konteks tingkatan, maka pada dasarnya
mengikuti outline model rasional. Penelitian mengenai pembatasan heuristik Deni untuk
enam karena penelitiannya akan tidak lengkap. Heuristik ini akan mengurangi atau
menyisihkan peluang calon terbaik lainnya untuk dipertimbangkan menjadi nominasi.
Bagaimanapun juga heuristik mempunyai beberapa manfaat. Ketika heuristik dapat
menemukan pilihan terbaik, maka yang lainnya tidak diperhitungkan. Faktanya, para ekonom
berpandangan bahwa orang-orang menggunakan heuristik karena keuntungannya yang
mereka peroleh melalui penyimpanan sekali pada memorinya (bandingkan dengan biaya
beberapa pengurangan potensial untuk kualitas keputusan bersangkutan).
Orang-orang menggunakan berbagai tipe heuristik. Pemain poker meng- gunakan heuristik
tidak hanya bermain untuk sesuatu yang langsung Para bankir menggunakan heuristik:
"orang-orang seharusnya hanya membelanjakan 35% dari pendapatannya untuk kebutuhan
rumah ktu tangganya". Dengan demikian heuristik menjelaskan bukan semata-mata
kekhususan individu, melainkan peneliti telah menunjukkan bahwa san generalisasinya pada
semua keadaan. Orang tidak memiliki waktu yang cukup, informasi yang baik, atau
kemampuan merasa puas karena mereka yang tepat dalam mengatasi sejumlah kerumitan
yang dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan.
A. Bias heuristik ketersediaan
heuristik ketersediaan adalah strategi membuat penilaian berdasarkan beberapa
muda informasi tertentu dimasukkan ke pikiran.informasi yang lebih menonjol dan lebih
penting akan lebih digunakan dalam melakukan penilaian dan pertimbangan.contohnya jika
pada suatu saat ada seseorang marah-marah di depan umum sehingga orang-orang
mengerumuninya (oleh karena itu menonjol dan mudah diingat), maka orang itu akan dinilai
pemarah.Sebaliknya jika ada orang yang tertawa tawa di depan umum kita menilai orang itu
tidak waras padahal belum tentu demikian.faktanya dia kemarin marah di depan umum jika
iya pemarah faktanya dia tertawa-tawa pasti dia tidak waras, begitu kesimpulannya.ada tamu
yang berkunjung ke rumah kita dia pintar bermain bola. Kita berkesimpulan dia berasal dari
negara Brazil.
Menurut tversky dan kahneman (1974) , heuristik ketersediaan adalah petunjuk praktis
dimana para pengambil keputusan menilai frekuensi kelas atau probabilitas dari suatu
peristiwa dimudahkan dengan contoh atau kejadian yang dapat di bawah kepikiran. Dengan
mengandalkan pada ketersediaan untuk memperkirakan frekuensi dan probabilitas, apa itu
pembuat keputusan dapat menyederhanakan frekuensi dan probabilitas pembuat keputusan
dapat menyederhanakan apa yang mungkin terjadi.dalam teori peluang kita ingat semakin
banyak data dan informasi maka semakin benarlah hipotesis tentang data dan informasi
tersebut. Namun sayangnya model standar tidak peduli dengan urutan kedatangan data dan
informasi tersebut.orang cenderung menilai peluang terjadinya sesuatu di masa depan
berdasarkan mudah tidaknya kejadian itu dibayangkan atau diingat. Beberapa heuristik bias
yang masuk dalam kategori ini adalah sebagai berikut:
1. Bias-1 kemudahan untuk diingat berdasarkan atas keseringan dan keterbaruan
pimpinan menilai frekuensi peluang atau penyebab dari suatu kejadian melalui
tingkatan kejadian yang tersedia dalam memori pikiran.suatu kejadian yang
menimbulkan emosi dan jelas mudah dibayangkan dan spesifik akan lebih lekat di
memori dibandingkan dengan suatu kejadian yang tidak mengandung emosional
secara alami kurang menantang sulit dibayangkan atau ragu-ragu.heuristik
ketersediaan dapat sangat bermanfaat dalam mengambil strategi dan proses
pengambilan keputusan,sejak kejadian tersebut sering terjadi dan memudahkan
direkam oleh pikiran dibandingkan dengan kejadian yang jarang terjadi nya.heuristik
ini dapat juga menimbulkan kekeliruan karena informasi yang tersedia tidak sesuai
dengan kejadiannya. Tversky dan kahneman(1974) berpendapat bahwa ketika
seorang individu menilai keseringan dari suatu kejadian akibat ketersediaannya secara
instan,suatu kejadian instan yang lebih mudah untuk diingat akan timbul lebih sering
dibandingkan kejadian dengan frekuensi yang sama di mana keistanaan nya kurang
mudah diingat.
2. Bias-2 Retievabilitas berdasarkan atas struktur ingatan
Tversky dan kahneman 1983menemukan bahwa kebanyakan orang
memberikan respons terhadap angka yang lebih besar.sebuah alasan penting untuk
pola ini adalah konsumen belajar tentang lokasi untuk jenis tertentu produk atau
tokoh dan mengatur pikiran mereka seperti itu. Untuk memaksimalkan jalan yang lalu
lintas, penjual perlu berada di lokasi yang telah dikaitkan oleh konsumen dengan jenis
produk atau toko ini.seorang pengusaha properti akan membangun proyek
perumahan pada tempat yang padat penduduknya. Seorang bankir akan mendirikan
bank di tempat yang banyak usahanya.
3. Bias-3 hubungan dugaan
ketika kemungkinan dua kejadian terjadi bersamaan dinilai dengan
ketersediaan dari penerimaan secara instan kejadian dalam pikiran kita. Kita biasanya
menandai suatu kemungkinan tinggi yang tidak kita sukai di mana 2 kejadian terulang
secara bersamaan kembali.pengalaman sepanjang hidup telah menyebabkan kita
percaya bahwa secara umum kejadian yang lebih sering terjadi lebih mudah untuk
diingat dan tampaknya yang lebih baik lebih mudah diingat dibandingkan kejadian
yang buruk.
4. Bias-4 Hindsight Bias
Orang lebih mudah membayangkan yang biasanya terjadi, dan bukannya hal-
hal yang tidak biasa atau luar biasa. Ketika berdasarkan hal yang biasa, orang
menambatkan harapan ke masa depan, berharap akan ada manfaat lebih. Ketika yang
terjadi di masa depan ternyata hal yang tidak biasa, akhirnya muncul
ketidaktercapaian manfaat, dan ekspresi keperilakuannya dramatis. Seorang investor
akan menuntut brokernya gara-gara biasanya si investor untung hingga suatu ketika,
di luar kebiasaan, si broker jadi salah membuat portofolio, dan investor menjadi rugi
besar.

Penjelasan dan ilustrasi lebih rinci mengenai heuristik ketersediaan adalah sebagai
berikut. Diabetes dan kanker perut membunuh hampir dua kali orang Amerika setiap
tahunnya dibandingkan pembunuhan dan kecelakaan mobil, dan petir membunuh lebih
banyak orang dibandingkan yang dilakukan tornado. Berdasarkan pada Tversky dan
Kahneman, statistik jenis ini adalah bertentangan dengan intuisi karena kebanyakan orang
memperkirakan frekuensi dari kejadian dengan bagaimana mudahnya itu diletakkan dalam
pikiran. Karena kecelakaan mobil, tornado, dan pembunuhan adalah berita utama di koran,
mereka lebih tersedia dibandingkan penyebab kematian dengan frekuensi yang lebih tinggi
seperti kanker perut, petir, dan diabetes.

Ketersediaan juga bisa mengarah kepada penilaian bias ketika contoh dari salah satu
peristiwa terlihat lebih mudah untuk disimpulkan dibanding kan contoh yang lain. Sebagai
contoh, Tversky dan Kahneman (1973) menanyai orang dengan pertanyaan berikut, "Dalam
sebuah sampel umum dari ujian dalam bahasa Inggris, apakah lebih mudah jika kata dimulai
dengan huruf K atau K sebagai kata ketiganya (tidak dihitung pada kata yang memiliki huruf
kurang dari tiga)? Dari 152 orang yang ditanyai seperti itu, 105 umumnya menduga bahwa
kata dalam posisi pertama adalah lebih memungkinkan. Namun dalam kenyataannya
terdapat kira-kira dua kali kata dengan K dalam posisi ketika dibandingkan kata yang dimulai
dengannya. Karena lebih mudah untuk menyimpulkan kata-kata yang diawali huruf K
dibandingkan K sebagai huruf ketiga. Kebanyakan orang meremehkan frekuensi relatif dari
kata- kata ini.

Sebuah jalur dalam garis yang menghubungkan X dalam baris atas dari struktur
dengan X dalam baris bawah dengan melewati salah satunya (dan hanya satu) X dalam
masing-masing baris. Dengan kata lain, jalur menghubungkan tiga X dalam struktur A (satu
dalam masing-masing dari tiga baris) dan sembilan X dalam struktur B (satu dalam masing-
masing sembilan baris).
a. Dalam struktur yang mana terdapat lebih banyak jalur?
b. Kira-kira berapa banyak jalur yang ada dalam struktur A? struktur B?

Kebanyakan orang menemukan lebih mudah untuk memvisualisasikan jalur yang


terbentang melalui struktur A dibandingkan struktur B. D sebagai dampaknya, mereka
menduga bahwa struktur A mengandune lebih banyak jalur dibandingkan struktur B. Dari
responden yang Tversky dan Kahneman (1974) sajikan dengan versi dari permasalahan ini,
85% menduga terdapat lebih banyak jalur dalam struktur A dibandingkan dalam struktur B.
Perkiraan median yang mereka berikan adalah 40 jalur dalam struktur A dan 18 jalur dalam
struktur B.

Dalam kenyataannya, kedua struktur mengandung sejumlah Dalam strukur A,


terdapat delapan elemen untuk dipilih dari baris atas delapan di tengah, dan delapan dalam
baris ketiga. Ini menghasilkan 8 x8 x8 (atau 512) kemungkinan kombinasi. Dalam struktur B,
terdapat 2 x 2x 2 x2x2x2x2x2x2 kombinasi potensial, yang juga menghasilkan total 512 jalur.
Oleh karena itu, kedua struktur memiliki jumlah yang sama dari jalur, meskipun jalur dalam
struktur A lebh mudah untuk dilihat dibandingkan dalam struktur B (jalur dalam struktur A
lebih berbeda dibandingakan jalur dalam struktur B karena, secara rata-rata, dua jalur dalam
struktur A membagi hanya seperdelapan dari elemen mereka, sementara dua jalur dalam
struktur B melewati setengah dari elemen mereka).

Tahun 1978 dalam Plous (1993). John Carroll memublikasikan sebuah studi yang
mengaitkan heuristik ketersediaan dengan tindakan membayangkan suatu peristiwa. Carroll
beralasan bahwa jika mudah di bayangkan kejadian dinilai sebagai mungkin, maka mungkin
semakin mudah untuk dibayangkan sebuah kejadian akan meningkat ketersediaannya dan
membuatnya lebih disukai. Dia menguji hipotesis ini dalam dua eksperimen.

Dalam eksperimen pertama, dilakukan sehari sebelum pemilihan presiden Amerika di


tahun 1976, subjek diminta untuk membayangkan melihat televisi yang meliput hasil
pemilihan presiden, baik di malam pemilihan atau sampai pagi menjelang. Hampir setengah
dari subjek eksperimen diminta untuk membayangkan bahwa Ford memenangkan pemilihan
karena Carter gagal untuk memegang negara bagian kunci dan Ford menang di Midwest dan
West. Dia menang 316 electoral votes sementara Carter 222, dan mendaftarkan negara
bagian dan electoral votes di bawah kolom untuk Carter dan Ford menunjukkan Ford dengan
32 negara bagian dan Carter dengan 18 negara bagian dan Distrik Kolombia.
Subjek eksperimen sisanya diinstruksikan untuk membayangkan bahwa Carter
memenangkan pemilihan karena kekuatannya di Selatan dan Timur membangun arah yang
tidak bisa diatasi oleh Ford di Barat. Dia memenangkan 342 electoral votes sementara Ford
196, dengan 28 negara bagian dan Distrik Kolombia melawan 22 negara bagian untuk Ford.
Skenario ini dirancang menggunakan poling yang paling terbaru pada saat dilakukan
studi, dan subjek diminta tidak hanya untuk membayangkan bahwa skenario yang diberikan
adalah benar, tetapi untuk membayang- kan pidato kemenangan dan konsesi yang kalah.
Oleh karena itu, gambaran keseluruhan adalah dimaksudkan sebagai hal yang masuk akal dan
terang-benderang. Kemudian, setelah subjek mengimajinasikan hasil tertentu, Carrol
meminta mereka untuk memprediksi bagaimana mereka menduga pemilihan jadinya.
Hasil menunjukkan bahwa subjek yang membayangkan kemenangan Carter percaya
bahwa Carter akan menang. dan subjek yang mem bayangkan kemenangan Ford percaya
bahwa Ford akan menang. Ber dasarkan Carroll, bayangkan hasil yang diberikan membuat
bahwa hasi lebih tersedia dan meningkatkan perkiraan peluang selanjutnya yang akan terjadi.
Bagaimana jika hasil sulit untuk dibayangkan? Jika pembuat keputusan mencoba tidak
berhasil untuk membayangkan sebuah hasil, apakah persepsi kecenderungan dari hasil itu
meningkat atau menurun? Di tahun 1985, Jim Sherman, Robert Cialdini, Donna Schwartzman,
dan Kim Reynolds dalam Plous (1993) memublikasikan sebuah studi yang mengamati
pertanyaan ini.

Sherman dan rekannya meminta subjek untuk membaca tentang salab dari kampus. Kedua
penyakit disebut sebagai Hyposcenia-B. tetap mengamati pertanyaan ini sau dari dua
penyakit yang dilaporkan untuk tumbuh dalam prevalen mereka dijelaskan secara berbeda
tergantung pada kondisi eksperimen Dalam kondisi yang mudah untuk dibayangkan, subjek
membaca tentang sunu penyakit dengan gejala konkret seperti sakit otot, tenaga lema
rendah, dan sering mengalami sakit kepala parah. Dalam kondisi yan Fulit dibayangkan, subjek
membaca tentang penyakit dengan geinh abstrak seperti lemah terhadap rangsangan
disorientasi, kegagalan sistem saraf, dan peradangan hati.

Subjek dalam kelompok kontrol hanya membaca penjelasan yang mereka berikan dari
Hyposcenia-B-apakah mudah atau sulit untuk membayang kan-dan penilaian yang tampaknya
mereka tertular penyakit di mau depan. Subjek dalam kelompok eksperimen, di sisi lain,
diminta untul membaca tentang penyakit "dengan membayangkan dalam periode tig mingga
di mana mereka terjangkit dan mengalami gejala dari penya Subjek eksperimen juga diminta
untuk menulis penjelasan mendetail ter tang bagaimana mereka menduga mereka akan
rasakan selama tiga mingga ini.

Sherman dan rekannya menemukan bahwa subjek kontrol tidak secar signifikan dipengaruhi
oleh bagaimana mudahnya gejala bisa dibayang kan, tetapi subjek eksperimen sangat
dipengaruhi. Subjek eksperimen dalam kondisi yang mudah dibayangkan menduga mereka
lebih relatif mudah untuk tertular penyakit, tetapi mereka dalam kondisi yang sulit untuk
dibayangkan secara tepat menilai dirinya kurang cenderung untuk terjangkit penyakit
dibandingkan subjek kontrol yang tidak pernah membayangkan penyakit. Sherman et al.
(1985) dalam Plous (1993) menyimpulkan bahwa membayangkan hasil tidak menjamin
bahwa itu akan muncul lebih cenderung. Jika hasil sulit untuk dilihat, upaya untuk
membayangkannya mungkin mengurangi kecenderungan penerimaan yang akan terjadi.

Apa yang mungkin telah terjadi adalah bahwa peristiwa yang diminta subjek untuk
dibayangkan yang termasuk terbakarnya teman dekat dan anggota keluarga adalah sangat
buruk sehingga memunculkan perasaan penolakan bahwa perang nuklir akan terjadi. Jika
memang demikin, maka penolakan ini bisa membatalkan efek dari peningkatan ketersediaan
menyebabkan perkiraan peluang tidak berubah. Oleh karena itu, jika prospek kepada
penolakan, maka membayangkan kejadiannya mungkin membuatnya menjadi kurang disukai.

Fenomena dekat dari ketersediaan adalah keterbukaan. Keterbukaan biasanya merujuk


kepada seberapa konkret atau terpikirkan sesuatu itu, walaupun biasanya itu bisa memiliki
arti lain. Terkadang keterbukaan merujuk kepada seberapa emosional manarik atau
menyenangkannya sesuatu itu, atau seberapa dekat sesuatu itu dalam ruang atau waktu.
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa pembuatan keputusan di- pengaruhi lebih kuat
oleh informasi yang gamblang daripada yang valid, abstrak, atau informasi statistik.

Sebagai contoh, Eugene Borgiada dan Richard Nisbett (1977) dalam Plous (1993)
memublikasikan sebuah studi yang berlawanan dengan efektivitas ai ringkasan statistik
evaluasi kuliah dan blangko yang lebih jelas dalam empresentasikan evaluasi semacam itu.
Subjek dalam eksperimen mereka sebagian besar adalah mahasiswa psikologi tingkat lanjut
di Universitas Michigan. Mereka ditugaskan pada salah satu dari tiga kondisi eksperimen: (1)
kondisi peringkat dasar, di mana mereka membaca melalui ringkasan statistik dari 5 poin
evaluasi kuliah dari praktik semua mahasiswa yang telah lulus dalam kuliah selama semester
sebelumnya; (2) kondisi tatap muka, di mana subjek mendengar antara satu dan empat murid
panelis yang menilai 10 kursus (panelis ini memilih kesukaan mereka dengan peringkat 5 poin
yang secara keseluruhan sama dengan peringkat yang diberikan dalam kondisi peringkat
dasar); dan (3) kondisi kontrol tanpa penilaian, di mana mereka tidak mendengar tidak
membaca setiap penilaian dari kursus. Kemudian, setelah membaca ringkasan statistik atau
mendengarkan presentasi panel (atau, dalam kasus kelom pok kontrol, tidak menerima
penilaian sama sekali), murid diminta untuk menentukan yang mana dari 27 kursus kampus
yang akan mereka ambil mendatang.

2.8 Bagaimana di Akuntansi?

Dalam banyak kasus, heuristik ketersediaan menyediakan estimasi frekuensi dan probabililtas
yang cukup akurat, meskipun dalam beberapa situasi, heuristik ketersediaan dapat
menyebabkan bias dalam penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam akuntansi keuangan,
prediksi me- rupakan satu Investor yang mampu memprediksi harga saham dengan akurat
dalam waktu yang relatif cepat akan memperoleh prioritas transaksi lebih dulu sehingga
memperbesar kesempatan untuk memperoleh transaksi yang sesuai atau cocok (Kufepaksi,
2007). Transaksi yang sesuai atau cocok me- rupakan transaksi perdagangan yang berhasil
dipertemukan oleh mekanisme pasar berdasarkan harga pasar yang terbentuk. Apabila
mekanisme pasar menghasilkan transaksi yang sesuai atau cocok, maka semakin besar
kesempatan bagi investor untuk memperoleh keuantungan.
Hasil penelitian Moser (1989) menyatakan bahwa judgment investor tentang prediksi laba
secara sistematis dipengaruhi oleh kombinaci antar "ouput interferensi dan "ketersediaan".
Strategi prediksi yang berbasis ketersediaan merupakan salah satu alternatif dengan
menggunakan (isyarat) dalam menilai sesuatu. Penggunaan heuristik ketersediaan ini bisa jadi
menimbulkan bias. Bias yang sering terjadi dalam pasar keuangan adalah kesalahan dalam
ekspektasi nilai perusahaan (Hamid, 2007). Kesalahan ekspektasi inilah yang kemudian
tergambar dalam mispricing saham yang diinterpretasikan sebagai fenomena overreaction
atau underreaction terhadap informasi akuntansi. Jelas, yang tergambar ini adalah sesuatu
yang di luar rasionalitas, tetapi itu benar-benar terjadi. Pengambilan keputusan investor tidak
hanya menggunakan rasionalitas, tetapi juga rasionalitas yang terbatas atau dibatasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Jadi, model deskriptif dalam pengambilan keputusan yaitumekanisme psikologis untuk
membantu dalam mengambil keputusan. Dimana mekanisme psikologis yang terpenting
adalah bagaimana cara orang menggunakan informasi yang rumit, kompleks, acak, dan tidak
dikenali menjadi suau rumusan yang memungkinkanmereka mengambil suatu keputusan.
Sertaheuristik ketersediaan yaitu petunjuk praktuks untuk sampai pada penilaian mereka.

3.2 SARAN
Diaharapkan agar pembaca agar memahami model deskriptif dalam pengambilan
keputusan dan memahami pendekatan psikofisika dalam pengambilan keputusan. Serta
diharapkan agar pembaca memahami pengertian heuristik dan bias dalam pengambilan
keputusan dan memahami beberapa contoh heuristik ketersediaan.
DAFTAR PUSTAKA
Suartana, Dr. I Wayan S.E., Ak., M.Si. 2010. Akuntansi keprilakuan. Bali:ANDI
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai